Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH DISCOVERY LEARNING KEPERAWATAN ANAK II

“CEREBRAL PALSY ”

Dosen penanggung jawab modul Ns. Kustati Budi Lestari, S.Kep,Sp.Kep.An

Kelompok 1 B:

Farah Nur Azizah 11151040000060


Ana Rizwanah H 11151040000062
Siti Khodijah Alfiatul L 11151040000069
Dania Putriyanda 11151040000072
Sela Sadewa 11151040000083
Miftahul Jannah 11151040000092
Yunita Salamah 11151040000099
Ismia Ningrum 11151040000103
Luthfi Dwi Anggreani 11151040000107
Rahmah Zaidah 11151040000114
Asrizal M 11151040000120

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2017

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang


telah memberikan rahmat, hidayah, serta karunianya. Shalawat dan salam selalu
tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW. Sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan ilmiah dalam bentuk makalah tanpa suatu halangan yang
amat berarti hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan dan dukungannya dalam pembuatan makalah ini. Tidak lupa
penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Kustati Budi Lestari,
S.Kep,Sp.Kep.An sebagai dosen penanggung jawab mata kuliah Keperawatan
Anak II yang telah memberikan kesempatan kepada penulis sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah discovery learning mengenai Cerebral Palsy.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, apabila terdapat kata di dalam
makalah ini yang kurang berkenan mohon maaf yang sebesar-besarnya. Sekali
lagi penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dan mendukung penulis dalam pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat, memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan
pemikiran bagi yang membacanya. Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada dosen pembimbing kami
meminta masukannya demi perbaikan pembuatan laporan kami dimasa yang akan
datang dan kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.

Penyusun,

Kelompok 1B

II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR II

DAFTAR ISI 1

BAB I PENDAHULUAN 2

A. LATAR BELAKANG............................................................................................2
B. RUMUSAN MASALAH........................................................................................3
C. TUJUAN............................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN 4

1.CEREBRAL PALSY..............................................................................................5
A. Definisi.........................................................................................................5
B. Klasifikasi....................................................................................................5
C. Etiologi......................................................................................................10
D. Tanda dan gejala.......................................................................................11
E. Manifestasi klinis.......................................................................................12
F. Komplikasi..................................................................................................14
G. Patofisiologi dan Pathway........................................................................15
H. Pemeriksaan Penunjang............................................................................17
I. Penatalaksanaan.........................................................................................17
2. ASUHAN KEPERAWATAN.................................................................................20
BAB III PENUTUP 26

A. KESIMPULAN.............................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA 27

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Cerebral Palsy merupakan suatu keadaan dimana terjadi kelumpuhan otak
yang menghambat tumbuh kembang anak. Brunner dan Suddarth mengartikan
kata cerebral itu sendiri adalah otak, sedangkan palsy adalah kelumpuhan,
kelemahan, atau kurangnya pengendalian otot dalam setiap pergerakan atau
bahkan tidak terkontrol. Kerusakan otak tersebut mempengaruhi system dan
penyebab anak mempunyai koordinasi yang buruk, keseimbangan yang buruk,
pola-pola gerakan yang abnormal atau kombinasi dari karakter-karakter tersebut.
Berdasarkan gejala klinis dan fisiologis gangguan gerak spatik ditandai
dengan adanya kekakuan pada sebagian atau seluruh otot. Letak kelainan cerebral
palsy jenis ini ada di tractus pyramidalis (motor cortex). Amerika Academy for
Cerebral Palsy mengemukakan klasifikasi gambaran klinis cerebral palsy
sebagai berikut : klasifikasi neuromotorik yaitu, spastic, atetosis, rigiditas, ataxia,
tremor, dan mixed. Klasifikasi distribusi topografi keterlibatan neumotorik :
diplegi, hemiplegic, triplegi, dan quadriplegi yang pada masing-masing dengan
tipe spastic
Berdasarkan penelitian National Intitue of Neurological Disorder and Stroke
(NINDS) pada tahun 2000, menyatakan bahwa 2-3 bayi per 1000 kelahiran
menderita cerebral palsy. Menurut Garrison pada 2005, angka kejadiannya adalah
kurang lebih 5,5 per 1000 kelahiran dan tersebar merata pada kedua jenis kelamin,
segala ras dan berbagai Negara. Esiko terkena cerebral palsy meningkat tajam
sering dengan berat badan lahir rendah, bayi yang berat badan kurang dari 1000
gram mempunyai resiko tinggi 40 kali lipat dibandingkan dengan bayi yang berat
badan lahirnya normal (2,5 kg-4kg). serta menurut Trombly (1989), usia ibu saat
hamil > 40 tahum lebih beresiko melahirkan anak cerebral palsy dibandingkan ibu
hamil < 40 tahun.
Permasalahan yang sering terjadi pada kasus diatas adalah gangguan postur
dan control gerakan yang bersifat non progesif yang disebabkan oleh karena lesi

2
atau perkembangan abnormal pada otak yang sedang tumbuh atau belum selesai
pertumbuhannya yang ditandai dengan meningkatnya reflex tendon, stretch reflek
yang berlebihan, lingkup geak sendi menurun, gangguan keseimbangan
hipertonus dan spasme otot pada keempat ekstermitas dan klonus yang terjadi
pada anggota gerak bawah.
Pada kasus cerebral palsy tipe spastic quadriplegy permasalahan utama yang
terjadi adalah ganguan motoris berupa spastisitas antara lain peningkatan
ketegangan otot pada keempat anggota gerak seperti lengan atas, lengan bawah,
tungkai atas, tungkai bawah, dan kaki. Selain itu juga menghambat tumbuh
kembang motorik pada anak dimana terjadi keterbatasan untuk melakukan
aktivitas-aktivitas sehari-hari yang seharusnya bisa dilakukan sesuai dengan umur
perkembangan anak. (Hidayat, 2010)

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan cerebral palsy?
2. Apa saja klasifikasi cerebral palsy?
3. Apa saja etiologi atrial cerebral palsy?
4. Apa saja manifestasi klinis cerebral palsy?
5. Apa saja tanda dan gejala cerebral palsy?
6. Apa saja komplikasi dari cerebral palsy?
7. Bagaimana patofisiologi & pathway cerebral palsy?
8. Apa saja pemeriksaan penunjang pada pasien cerebral palsy?
9. Bagaimana penatalaksanaan pada pasien cerebral palsy?
10. Asuhan keperawatan pada pasien cerebral palsy?

C. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui apa itu cerebral palsy
2. Mahasiswa dapat mengetahui macam-macam cerebral palsy
3. Mahasiswa dapat mengetahui etiologi atrial cerebral palsy
4. Mahasiswa dapat mengetahui manifestasi klinis cerebral palsy
5. Mahasiswa dapat mengetahui tanda dan gejala cerebral palsy
6. Mahasiswa dapat mengetahui komplikasi cerebral palsy
7. Mahasiswa dapat mengetahui patofisiologi & pathway cerebral palsy
8. Mahasiswa dapat menegetahui pemeriksaan penunjang pada pasien
cerebral palsy
9. Mahasiswa dapat menegetahui penatalaksanaan pada pasien cerebral
palsy
10. Mahasiswa dapat menegetahui Asuhan keperawatan pada pasien cerebral
palsy

3
BAB II
PEMBAHASAN

1. Cerebral Palsy

A. Definisi
Cerebral palsy adalah kelainan yang disebabkan oleh kerusakan otak yang
mengakibatkan kelainan fungsi gerak dan koordinasi, psikologis dan kognitif
sehingga mempengaruhi proses belajar mengajar. Cerebral palsy adalah berbagai
perubahan gerakan atau fungsi motor tidak normal dan timbul sebagai akibat dari
kecelakaan, luka, atau penyakit susunan syaraf yang terdapat pada rongga
tengkorak. Dari pengertian diatas cetebral palsy dapat diartikan sebagai gangguan
fungsi gerak sebagai akibat dari kecelakaan, luka atau penyakit susunan syaraf
yang terdapat pada rongga tengkorak. (Efendi, 2006).

4
Dalam buku lain, cerebral palsy terdiri dari 2 kata, yaitu cerebral yang
berasal dari kata cerebrum yang berarti otak dan palsy yang berarti kekakuan. Jadi
cerebral palsy berarti kekakuan yang disebabkan karena sebab-sebab yang terletak
dalam otak atau bisa diiartikan sebagai kekakuan yang disebabkan karena sesuatu
yang ada di otak. Istilah cerebral palsy dipopulerkan pertama kali oleh William
Little pada tahun 1843 dengan istilah “Cerebral Diplegia”, sebagai akibat dari
prematuritas atau asfiksia neonatorum. Istilah ini juga diperkenalkan pertama kali
oleh Sir William Osler. (Efendi, 2006)

B. Klasifikasi

1. Dilihat dari sudut pergerakan otot-otot


Dalam kategori ini, Cerebral palsy dibagi menjadi 5, yaitu :
a. Jenis Spastis
Perkataan “Spastic” dapat diganti dalam bahasa Belanda,
dengan “Kramp” kalua dalam bahasa Indonesia yang
mendekati “kejang”. Pada anak yang menderita Cerebral
Palsy dengan jenis Spastic terdapat kekejangan pada otot-
ototnya atau sebagian dari otot-ototnya. Kekejangan tadi
terutama timbul kalau otot akan digerakkan dan dapat hilang
pada waktu anak tidur. Misalnya: kalau lutut anak tadi
sekonyong-konyong hendak kita luruskan, maka terasa
bahwa otot tadi menjadi kejang, sehingga sukar diluruskan.
Akan tetapi, kalau anak tadi tidur maka lutut dengan mudah
diluruskan.Pada umumnya kekejangan-kekejangan tadi
menjadi main hebat jikalau anak marah atau takut/anak tidak
tenang. Karena itu, pada umumnya melatih anak cacat
Cerebral Palsy haruslah dalam suasana ketenangan. Jenis
“Spastic” merupakan jenis Cerebral Palsy yang terbanyak
jumlahnya diantara jenis-jenis lainnya
b. Jenis Athetoid
Pada jenis ini tidak terdapat kekejangan atau kekakuan,
otot-ototnya dapat digerakkan dengan mudah, akan tetapi
jenis ini selalu terdapat gerakan-gerakan yang tidak dapat

5
dicegah oleh anak sendirian yang tiap-tiap waktu datang.
Misalnya: Anak tidak dapat memegang salah satu barang,
oleh karena tangan dan jari-jarinya selalu bergerak sendiri
yang tida k dapat dicegah. Jenis Athetoi dini meskipun
jumlahnya tidak terlalu banyak tapi merupakan cacat yang
sangat sukar diperbaiki. Gerakan-gerakan akan berkuarang
kalau anak tadi dalam keadaan tenang atau sedang tidur.
Gerakan-gerakan otomatis tadi selain pada tangan dan kaki
juga terdapat pada lidah, bibir, mata, dan sebagainya.
c. Ataxia
Pada jenis ini anak seakan-akan kehilangan perasaan
keseimbangan. Walaupun otot-ototnya tidak kaku, namun
anak kadang-kadang tidak dapat berdiri atau berjalan. Karena
anak tadi tidak dapat meletakkan badannya dalam
keseimbangan, maka ia selalu akan jatuh. Kalau ia berjalan
maka jalannya seperti orang mabuk, kadang-kadang
langkahnya terlalu lebar atau bisa juga langkahnya terlalu
pendek. Kalau anak misalnya mengambil barang, maka juga
salah perhitungan, misalnya: jaraknya terlampau jauh,
sehingga melewati barang yang akan diambil atau terlalu
pendek sehingga belum sampai pada barang yang akan
diambil. Pada jenis Ataxia ini merupakan jenis cacat yang
berat.
d. Tremor
Pada jenis ini selalu terdapat gerakan-gerakan kecil terus-
menerus, sehingga merupakan getaran. Getaran tadi dapat
juga sangat mengganggu fungsi anak. Kadang-kadang
terdapat getaran-getaran yang mengenai mata, sehinnga
matanya selalu bergerak. Bisa juga getaran tadi terdapat
pada kepala, atau padatangan yang selalu gemetar.

e. Rigid

6
Pada jenis ini terdapat otot-otot yang selalu kaku, seakan-
akan bukan merupakan daging, akan tetapi sebagai benda
yang agak kaku. Misalnya seperti mesin yang tidak ada
gemuknya, kalau digerakkan kelihatan selalu ada remnya,
sehingga gerakannya selalu tidak dapat lemah dan tidak
dapat halus dan tidak cepat. Selain itu, terdapat pula
campuaran antara jenis yang satu dengan jenis yang lainnya.
Misalnya: Jenis athetoid bercampur dengan jenis tremor, dan
sebagainya.

2. Pembagian menurut jumlah anggota badan yang cacat


a. Monoplegia
Merupakan cacat Cerebral palsy yang hanya mempunyai
cacat pada sebuah dari anggota geraknya. Misalnya hanya
kaki kiri sedangkan kaki kanannya dan kedua tangannya
sehat.
b. Diplegia
Pada diplegia terdapat dua anggota gerak yang dalam
keadaan cacat. Kalau pada diplegia ini terdapat cacat pada
kedua belah kakinya, maka cacat ini dinamakan Paraplegia.
Jikalau yang cacat sebelah dari anggota geraknya misalnya
tangan kanan dan kaki kanan atau tangan kiri dengan kaki
kiri, maka disebut hemiplegia.
c. Triplegia
Pada triplegia maka cacat 3 buah dari keempat anggota
geraknya.
d. Quadriplegia atau tetraplegia
Dalam golongan ini termasuk anak-anak Cerebral Palsy yang
cacat pada seluruh anggota geraknya. Jadi cacat pada kedua
tangan dan kedua kakinya.
3. Pembagian Cerebral Palsy menurut derajat berat, sedang, dan
ringannya sebagai berikut :
a. Golongan ringan

7
Tidak memerlukan pertolongan karena anak tadi dapat
mengurus dirinya sendiri dalam kehidupan sehari – hari,
dapat bergerak (jalan) tanpa alat – alat dan dapat berbicara
tegas.
b. Golongan sedang
Anak – anak yang memerlukan pertolongan khusus, agar
anak tadi dapat mengurus dirinya sendiri, dapat bergerak dan
dapat berbicara. Mungkin untuk anak ini diperlukan alat – alat
khusus misalnya brace untuk memperbaiki cacadnya. Dengan
pertolongan secara khusus masih dapat diharapkan bahwa
anak akan dapat mengurus dirinya sendiri, dapat berjalan
dan dapat berbicara sehingga akan dapat hidup di tengah –
tengah masyarakat.
c. Golongan berat
Anak – anak cerebral palsy yang mempunyai cacat
sedemikian rupa sehingga anak tak mungkin dapat hidup
tanpa pertolongan orang lain. Akan tetapi yang paling sukar
ialah menentukan apakah seorang anak cerebral palsy masuk
golongan ringan, apakah masuk golongan sedang dan apakah
masuk golongan berat.

Tidak mudah untuk menentukan apakah bayi yang diperiksa


mempunyai cacat atau tidak. Kalau bayi sudah mencapai umur
satu tahun atau lebih, maka cacatnya akan lebih mudah dilihat.
Akan tetapi pada bayi di bawah umur satu tahun kadang –
kadang sangat sukar untuk menentukan apakah bayi tadi sehat
atau mempunyai cacat. Maka kita perlu mengetahui bagaimana
sifat – sifat bayi yang sehat, supaya kita dapat membedakan
dengan bayi yang mungkin mempunyai cacat.
1. Dari lahir sampai umur 4 minggu
Pada umur ini umumnya bayi masih lemah dan segala –
galanya masih memerlukan pertolongan, namun bayi yang
sehat pada umumnya kelihatan bersemangat kelihatan
menunjukan reaksi jika dipegang dan kelihatan dapat aktif

8
minum tetek. Adanya cacat dapat dibuka jika misalnya bayi
kelihatan lemah, tidak bersemangat, meneteknya kurang
aktif, pernapasanya lemah, menangisnya lembek, adanya
setuip (kejang), banyak muntah – muntah, bersifat acuh –
tak acuh terhadap ibunya. Tanda – tanda tadi dapat
merupakan tanda – tanda kemungkinan adanya cacat
serebral palsy.
2. Umur 1 bulan – 2 bulan
Pada umur ini bayi menunjukan gerak yang aktif pada
kepalanya, jika ada suara misalnya permainan atau
panggilan dari ibunya atau suara – suara lain maka
kepalanya berputar ke arah suara tadi dan pada umumnya
kedua tangannya dibengkokkan dan kakinya diluruskan.
Gerakan tersebut merupakan gerakan pada bayi yang sehat.
Jika gerak tersebut tidak terdapat maka kemungkinan bayi
tersebut cacat serebral palsy.
3. Umur 2 bulan – 4 bulan
Pada umur ini bayi telah dapat menunjukkan ekspresi atau
pernyataan dengan mukanya dari gerak muka kita dapat
mengetahui keadaan bayi tadi, misalnya mulai tersenyum
atau tertawa, menangis atau bersungut. Dapat pula
mengarahkan padangan matanya pada suatu benda yang
bergerak. Jika tanda – tanda tersebut tidak di dapat maka
kemungkinan bayi menpunyai cacad serebral palsy.
4. Umur 4 bulan – 8 bulan
Pada umur ini bayi kelihatan sudah dapat menguasai letak
dan gerak kepalanya. Misalnya kalau ia didudukan, maka
kepalanya tidak akan jatuh dan kepala tadi dapat
digerakkan ke kanan dan kiri secara aktif. Anak tersebut
juga belajar mengulurkan tangannya untuk memegang
salah satu benda. Ia mulai dapat mengeluarkan beberapa
perkataan. Ia mulai dapat sungguh – sungguh tertawa dan
menaruh perhatian sekelilingnya. Jika pada umur tadi

9
kepalanya masih lemah matanya tidak dapat memandang
dengan tegas, ibu jarinya selalu di tekan ke dalam kepalan
ke 4 jarinya, maka hal – hal tadi merupakan tranda – tanda
adanya cacat serebral palsy.
5. Umur 8 – 10 bulan
Pada umur 8 bulan bayi sudah dapat berbalik- balik dari
tertelungkup ke terlentang, serta sebaliknya. Dan ia sudah
dapat duduk tanpa di pegang. Dia mulai belajar merangkak,
ia dapat memegang benda dengan tepat, dan membawa
benda yang di pegang ke dalam mulutnya. Dan dapat
memindahkan benda yang di pegang dari tangan satu ke
tangan yang lainnya. Ia dapat menirukan suara – suara,
dapat mengenal ibu dan ayahnya. Dan ia dengan aktif
menginginkan makanannya. Jika tidak ada tanda –tanda
tersebut maka kemungkinan ada cacad serebral palsy.
6. Umur 10 bulan – 1 tahun
Pada umur ini anak sudah dapat duduk dengan sempurna, ia
dapat duduk sendiri dari berbaring. Ia telah dapat makan –
makanan yang telah ada dalam tangannya dan juga telah
dapat memegang botol minumannya. Ia dapat
mengucapkan dengan spontan beberapa perkataan
misalnya ibu, bapak dan lain – lain. Ia dapat didirikan
meskipun masih dengan layanan. Jika pada umur 10 bulan
tadi kakinya kelihatan terseret jika merangkak, atau jika
kakinya lurus pada waktu coba didirikan, atau dari mulutnya
selalu keluar ludah sehingga pakainya terus basah dan ia
belum dapat makan – makanan yang keras misalnya roti,
maka hal – hal tadi dapat merupakan tanda – tanda
kemungkinan adanya cacad serebral palsy.
7. Umur 1 tahun
Pada umur 1 tahun anak telah mulai belajar berjalan dan
pada umumnya dalam umur 15 bulan sudah dapat berjalan
sendiri. Ia telah dapat pula memegang benda – benda yang

10
kecil diantara ibu jari dan jari telunjuk. Sudah tentu jalannya
belum tetap, akan tetapi makin lama makin baik. Memang
sesungguhnya sukar untuk menetapkan apakah ada cacat
cerebral palsy sebelum anak mencapai umur yang dapat
menentukan bahwa ia dapat berjalan dengan tetap. (Latief,
2007)

C. Etiologi
Etiologi dari cerebral palsy dibagi menjadi 3 bagian, yaitu :
1. Prenatal
Infeksi terjadi dalam masa kandungan, menyebabkan kelainan pada janin,
misalnya oleh lues, toksoplasmosis, rubela dan penyakit inklusi sitomegalik.
Kelainan yang menonjol biasanya gangguan pergerakan dan retardasi mental.
Anoksia dalam kandungan, terkena radiasi sinar X dan keracunan kehamilan
dapat menimbulkan cerebral palsy.
2. Perinatal
a. Anoksia
Penyebab terbanyak yang ditemukan adalah brain injury. Keadaan inilah yang
menyebabkan anoksia. Hal ini terdapat pada keadaan presentasi bayi
abnormal, partus lama, partus menggunakan instrumen tertentu dan partus
dengan seksio caesaria.
b. Perdarahan otak
Perdarahan otak dan anoksia bisa terjadi secara bersamaan, sehingga sukar
untuk dibedakannya. Misalnya perdarahan yang mengelilingi batang otak.
Perdarahan dapat terjadi di subarachnoid yang akan menyumbat CSS
sehingga dinamakan hidrosefalus.
c. Prematuritas
Bayi yang kurang bulan mempunyai kemungkinann mengalami perdarahan
otak yang lebih banyak dibanding dengan bayi cukup bulan. Karena
pembuluh darah, enzim dan faktor pembekuan lainnya belum terbentuk
sempurna.
d. Ikterus
Dapat menyebabkan kerusakan otak yang permanen akibat masuknya
bilirubin ke ganglia basal misalnya pada kelainan inkompatibilitas golongan
darah.
e. Meningitis purulenta
Apabila terlambat dan tidak tepat pengobatannya, maka dapat mengakibatkan
gejala sisa berupa cerebral palsy.

11
3. Pascanatal
Kerusakan pada jaringan otak yang mengganggu perkembangan dapat
menyebabkan cerebral palsi, antara lain :
- Trauma kapitis dan luka parut pada otak pasca operasi.
- Infeksi, misalnya meningitis bakterial, tromboplebitis, abses serebri dan
ensefalomielitis.
- Kern icterus, seperti pada gejala sekuele neurogik dari eritroblastosis fetal
atau defisiensi enzim hati. (IKA FKUI, 2007)

D. Tanda dan Gejala

Tanda awal cerebral palsi biasanya tampak pada usia


kurang dari 3 tahun, dan orang tua sering mencurigai ketika
kemampuan perkembangan motorik tidak normal. Bayi dengan
CP sering kelambatan perkembangan, misalnya tengkurap,
duduk, merangkak, atau berjalan. Sebagian mengalami
abnormalitas tonus otot. Penurunan tonus otot/hipotonia dapat
menyebabkan bayi tampak lemah dan lemas serta bayi tampak
kaku. Pada sebagian kasus, bayi pada periode awal tampak
hipotonia dan selanjutnya berkembang menjadihipertonia setelah
2-3 bulan pertama. Anak-anak CP mungkin menunjukkan postur
abnormal pada salah satu sisi tubuh. Tanda dan gejala yang
dapat dilihat dari anak yang mengalami cerebral palsi yaitu
sebagai berikut :
1. Keterlambatan dalam mencapai tahap perkembangan
motorik;
2. Penampilan motorik yang tidak normal dan kehilangan
kendali motorik
selektif misalnya menggunakan tangan dominan lebih awal,
berguling secara abnormal dan asimetris, cardan lain-lain.
3. Perubahan tonus otot (misalnya peningkatan atau penurunan
resistensi terhadap gerakan pasif, anak merasa kaku ketika
memegang atau berpakaian, kesulitan menggunakan popok);
4. Postur yang tidak normal (misalnya tangan seperti gunting);
5. Ketidaknormalan refleks (misalnya reflek primitif persisten,
seperti hertonik atau hiperrefleksia);

12
6. Kecerdasan di bawah normal;
7. Keterbelakangan mental;
8. Kejang/epilepsi (terutama pada tipe spastik);
9. Gangguan menghisap atau makan;
10. Pernafasan yang tidak teratur;
11. Gangguan perkembangan kemampuan motorik (misalnya,
menggapai sesuatu, duduk, berguling, merangkak, berjalan);
12. Gangguan berbicara (disartria);
13. Gangguan penglihatan;
14. Gangguan pendengaran ( Marilyn dkk, 2009)

E. Manifestasi klinis
Gangguan motorik berupa kelainan fungsi dan lokalisasi serta
kelainan bukan motorik yang menyulitkan gambaran klinis
cerebral palsy. Kelainan fungsi motorik terdiri dari:
1. Spastisitas
Terdapat peninggian tonus otot dan reflek yang disertai
dengan klonus dan reflek babinski yang positif . Tonus otot
yang meninggi itu menetap dan tidak hilang meskipun
penderita dalam keadaan tidur. Peninggian tonus ini tidak
sama derajatnya pada suatu gabungan otot. Karena itu
tampak sikap yang khas dengan kecenderungan terjadi
kontraktur, misalnya lengan dalam aduksi, fleksi pada sendi
siku dan pergelangan tangan dalam pronasi serta jari jari
dalam fleksi sehingga posisi ibu jari melintang di telapak
tangan. Tungkai dalam sikap aduksi, fleksi pada sendi paha
dan lutut, kaki dalam fleksi plantar dan telapak kaki berputar
ke dalam. Tonic neck reflex dan refleks neonatal menghilang
pada waktunya. Kerusakan biasanya terletak di traktus
kortikospinalis. Golongan spastisitas ini meliputi 2/3-3/4
penderita cerebral palsy. Bentuk kelumpuhan spastisitas
tergantung pada letak dan besarnya kerusakan yaitu :

13
a. Monoplegia/monoparesis: Kelumpuhan ke empat anggota
gerak ,tetapi salah satu anggota gerak lebih hebat dari
yang lainnya.
b. Hemiplegia/hemiparesis: kelumpuhan lengan dan tungkai
di pihak yang sama
c. Diplegia/diparesis: kelumpuhan ke empat anggota gerak
tetapi tungkai lebih hebat daripada lengan
d. Tetraplegia/tetraparesis: kelumpuhan ke empat anggota
gerak tetapi lengan lebih atau sama hebatnya
dibandingkan dengan tungkai.
2. Tonus otot yang berubah
Bayi pada golongan ini pada usia bulan pertama tampak flasit
dan berbaring seperti kodok yang terlentang, sehingga tampak
seperti kelainan pada ’lower motor neuron’. Menjelang umur 1
tahun barulah terjadi perubahan tonus otot dari redah hingga
tinggi. Bila dibiarkan berbaring tampak flasid dan sikapnya
seperti kodok terlentang. Tetapi bila dirangsang atau mulai
diperiksa tonus ototnya berubah menjadi spastis. Refleks otot
yang normal dan refleks babinski negatif. Tetapi yang khas
ialah refleks neonatal dan tonic neck reflex’ menetap.
Kerusakan biasanya terletak di batang otak dan disebabkan
oleh asfiksia perinatal atau ikterus. Golongan ini meliputi 10 –
20% dari kasus ‘cerebral palsy’.
3. Koreo-atetosis
Kelainan yang khas ialah sikap yang abnormal dengan
pergerakan yang terjadi dengan sendirinya ( ‘involuntary
movement’) . Pada 6 bulan pertama tampak bayi flasd, tapi
sesudah itu barulah muncul kelainan tersebut. Refleks
neonatal menetap dan tampak adanya perubahan tonus otot.
Dapat timbul juga gejala spastisitas dan ataksia. Kerusakan
terletak di ganglia basal dan di sebabkan oleh asfiksia berat
atau ikterus kern pada masa neonatus. Golongan ini meliputi
5 – 15% dari kasus cerebral palsy.

14
4. Ataksia
Ataksia ialah gangguan koordinasi. Bayi dalam golongan ini
biasanya flasid dan menunjukan perkembangan motorik yang
terlambat. Kehilangan keseimbangan tampak bila mulai belajar
duduk. Mulai berjalan sangat lambat dan semu pergerakan
canggung dan kaku. Kerusakan terletak di cereblum.terdapat
kira kira 5% dari kasus cerebral palsy.
5. Gangguan pendengaran
Terdapat pada 5-10% anak dengan cerebral palsy. Gangguan
berupa kelainan neurogen terutama persepsi nada tinggi,
sehingga sulit menangkap kata kata. Terdapat pada golongan
koreo-atetosis.
6. Gangguan bicara
Disebabkan oleh gangguan pendengaran atau retardasi
mental. Gerakan yang terjadi dengan sendirinya di bibir dan
lidah menyebabkan sukar mengontrol otot otot tersebut
sehingga anak sulit membentuk kata kata dan sering tampak
berliur.
7. Gangguan mata
Gangguan mata biasanya berupa strabismus konvergen dan
kelainan refraki. Pada keadaan asfiksia yang berat dapat
terjadi katarak. Hampir 25% penderita cerebral palsy
menderita kelainan mata (Latief dkk, 2007)

F. Komplikasi

Anak yang menderita serebral palsi yang biasanya mengalami komplikasi seperti:

1. Kontraktur, yaitu sendi tidak dapat digerakkan atau ditekuk karena otot
memendek;
2. Skoliosis, yaitu tulang belakang melengkung ke samping disebabkan karena
kelumpuhan hemiplegia;
3. Dekubitus, yaitu adanya suatu luka yang menjadi borok akibat mengalami
kelumpuhan menyeluruh, sehingga ia harus selalu berbaring di tempat tidur;
4. Deformitas (perubahan bentuk) akibat adanya kontraktur;

15
5. Gangguan mental. Anak CP tidak semua tergangu kecerdasannya, mereka ada
yang memiliki kadar kecerdasan pada taraf rata-rata, bahkan ada yang berada
di atas rata-rata;
6. Gangguan komunikasi;
7. Ketidakmampuan belajar;
8. Komplikasi mental dapat terjadi apabila yang bersangkutan diperlakukan
secara tidak wajar. (Saharso, 2006)
G. Patofisiologi &Pathway

Perkembangan susunan saraf dimulai dengan terbentuknya neural tube


yaitu induksi dorsal yang terjadi pada minggu ke 3-4 masa gestasi dan induksi
ventral, berlangsung pada minggu ke 56 masa gestasi. Setiap gangguan pada masa
ini bisa mengakibatkan terjadinya kelainan kongenital seperti kranioskisis totalis,
anensefali, hidrosefalus dan lain sebagainya. Fase selanjutnya terjadi proliferasi
neuron, yang terjadi pada masa gestasi bulan ke 24. Gangguan pada fase ini bisa
mengakibatkan mikrosefali, makrosefali. Stadium selanjutnya yaitu stadium
migrasi yang terjadi pada masa gestasi bulan 35. Migrasi terjadi melalui dua cara
yaitu secara radial, sel berdiferensiasi dan daerah periventnikuler dan
subventrikuler ke lapisan sebelah dalam koerteks serebri; sedangkan migrasi
secara tangensial sd berdiferensiasi dan zone germinal menuju ke permukaan
korteks serebri. Gangguan pada masa ini bisa mengakibatkan kelainan kongenital
seperti polimikrogiri, agenesis korpus kalosum. Stadium organisasi terjadi pada
masa gestasi bulan ke 6 sampai beberapa tahun pascanatal. Gangguan pada
stadium ini akan mengakibatkan translokasi genetik, gangguan metabolisme.
Stadium mielinisasi terjadi pada saat lahir sampai beberapa tahun pasca natal.
Pada stadium ini terjadi proliferasi neuron, dan pembentukan selubung mialin.
Kelainan neuropatologik yang terjadi tergantung pada berat dan ringannya
kerusakan Jadi kelainan neuropatologik yang terjadi sangat kompleks dan difus
yang bisa mengenai korteks motorik traktus piramidalis daerah paraventnkuler
ganglia basalis, batang otak dan serebelum. Anoksia serebri sering merupakan
komplikasi perdarahan intraventrikuler dan subependim Asfiksia perinatal sering
ber- kombinasi dengan iskemi yang bisa menyebabkan nekrosis Kerniktrus secara
klinis memberikan gambaran kuning pada seluruh tubuh dan akan menempati
ganglia basalis, hipokampus, sel-sel nukleus batang otak; bisa menyebabkan
cerebral palsy tipe atetoid, gangguan pendengaran dan mental retardasi. Infeksi

16
otak dapat mengakibatkan perlengketan meningen, sehingga terjadi obstruksi
ruangan subaraknoid dan timbul hidrosefalus. Perdarahan dalam otak bisa
meninggalkan rongga yang berhubungan dengan ventrikel. Trauma lahir akan
menimbulkan kompresi serebral atau perobekan sekunder. Trauma lahir ini
menimbulkan gejala yang ireversibel. Lesi ireversibel lainnya akibat trauma
adalah terjadi sikatriks pada sel-sel hipokampus yaitu pada kornu ammonis, yang
akan bisa mengakibatkan bangkitan epilepsy. (Abdul, 2007)

PATHWAY

Trauma lahir infeksi rubella, sitomegalovirus,


sitoplasmosis

Kompresi cerebral

Meningitis, encephalitis, abses


serebri

Lesi cerebral
Asifikasi kongenital
cerebral palsy

cedera otak

subsrschnoid,subdural
hematom

gamguan persepsi sensorik

malformasi congenital

hambatan nyeri akut diplegia, pusat


hemiplegia, kelumpuhan pernapasan
komunikasi verbal terganggu

muntah, nyeri kepala ketidakteraturan perilaku anoksial hipoksia

17
kebutuhan nutrisi kurang kerusakan mobilitas fisik
dari kebutuhan tubuh

H. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan pendengaran (untuk menetukan status pendengaran)


2. Pemeriksaan penglihatan (untuk menentukan status fungsi penglihatan)
3. Pemeriksaan serum, antibody : terhadap rubela, toksoplasmosis dan herpes
4. MRI kepala/CT scan menunjukkan adanya kelainan struktur maupun kelainan
bawaaan : dapat membantu melokalisasi lesi, melihat ukuran/letak ventrikel
5. EEG : mungkin terlihat gelombang lambat secara fokal atau umum
(ensefalins)/volsetasenya meningkat (abses)
6. Analisa kromosom
7. Biopsi otot
8. Penilaian psikologik (Abdul, 2007)

I. Penatalaksanaan

Penanganan fisioterapi pada kasus Cerebral Palsy yaitu dengan mengejarsuatu


keterlambatan tahap perkembangan motorik kasar sesuai usia anak, guna
mencapai manfaat yang maksimal dan menguntungkan untuk tahap
perkembangan yang berkelanjutan. Tujuan dari fisioterapi disini adalah
membantuanak mencapai perkembangan terpenting secara maksimal bagi sang
anak, yang berarti bukan untuk menyembuhkan penyakit Cerebral Palsy. Hal ini
harus dikomunikasikan sejak dari awal antara fisioterapis dengan pengasuhnya
agar tujuan terapi tercapai.Fisioterapi juga membantu anak belajar untuk
menggerakkan tubuhnya dengan cara/gerakan yang tepat (appropriate ways).
Misalnya hypertonus pada anak dengan Cerebral Palsy dapat menyebabkan pasien
berjalan dengan cara yang salah yang dapat mengganggu posturnya, hal ini
disebut sebagai kompensasi. Tanpa fisioterapi sebagian banyak anak dengan
Cerebral Palsy menyesuaikan gerakannya untuk mengkompensasi pola spastisitas
yang dimilikinya, jika berkelanjutan akan timbul nyeri atau salah postur.

Tujuan fisioterapi adalah untuk mengajarkan pada anak gerakan fisik yang
tepat. Untuk itu diperlukan seorang fisioterapis yang ahli dan berpengetahuan
dalam masalah yang sering terjadi pada anak Cerebral Palsy seperti spastisitas,
keterbatasan gerak pada sendinya, gerak involunter, serta pemahamam mengenai

18
pola dan posisi gerak anak; seperti pada saat terlentang, berguling, telungkup,
merayap, duduk, ke duduk, merangkak, berlutut, berdiri, ke berdiri, dan
berjalan.Fisioterapi dapat dilakukan dua minggu sekali untuk terapi, tetapi terlebih
dahulu fisioterapi melakukan pemeriksaan dan menyesuaikan dengan kebutuhan
yang dibutuhkan anak dalam seminggu. Di sini peran orangtua sangat diperlukan
karena merekalah yang nantinya paling berperan dalam melakukan latihan
dirumah selepas diberikan terapi. Untuk itu sangat dianjurkan untuk orangtua atau
pengasuh mendampingi anak selama sesi terapi agar mereka mengetahui jenis
komponen terapi apa yang harus dilakukan dirumah.
1. Teknologi Intervensi Fisioterapi
Metode yang digunakan untuk melakukan intervensi fisioterapi dalam kasus
Cerebral Palsy adalah metode Bobath.
a. Bobath
Bobath atau Neuro Development Treatment (NDT) yaitu suatu teknik
yangdikembangkan oleh Karel dan Bertha Bobath pada tahun 1997. Metode
inikhususnya ditujukan untuk menangani gangguan sistem saraf pusat pada
bayi dananak-anak. Metode NDT mempunyai beberapa teknik, yaitu Inhibisi,
Key Point ofControl, Fasilitasi, dan Stimulasi Propriosepsi.8Tujuan konsep
NDT:
1. Memperbaiki dan mencegah postur dan pola gerakan abnormal
2. Mengajarkan postur dan pola gerak yang normal
b. Prinsip terapi dan penanganan:
1. Simetris dalam sikap dan gerakan
2. Seaktif mungkin mengikuti sertakan sisi yang sakit pada segala kegiatan
3. Pemakaian gerakan-gerakan ADL dalam terapi
4. Konsekuensi selama penanganan (ada tahap-tahap dalam terapi)
5. Pembelajaran bukan diarahkan pada gerakannya, tetapi pada
perasaangerakan
6. Terapi dilakukan secara individu
c. Teknik terapi:
Metode ini dimulai dengan mula-mula menekankan reflek-reflek
abnormalyang patologis menjadi penghambat terjadinya gerakan-gerakan
normal. Padateknik Inhibisi, anak harus ditempatkan dalam sikap tertentu
yang dinamakanReflek Inhibiting Posture (RIP) yang bertujuan untuk
menghambat aktivitasrefleks yang abnormal, reaksi asosiasi, dan tonus yang
abnormal. Fasilitasi bertujuan untuk memperkuat pola postur yang normal
sebagai dasar gerak mengembangkan reaksi keseimbangan,
mengembangakan dan membentuk polagerakan dasar yang tepat. Stimulasi
digunakan untuk mempengaruhi tonuspostural, mengatur koordinasi, dan

19
memfasilitasi respon otomatis normal. Teknikdalam stimulasi dapat berupa
tapping dan/atau pressure. Tapping akanmemberikan stimulus berkelanjutan
yang nantinya dapat memudahkan anakmengatur posisinya. Key Point of
Control yaitu titik yang digunakan terapisdalam inhibisi dan fasilitasi. KPoC
harus dimulai dari proksimal ke distal ataubergerak mulai dari kepala-leher-
trunk-kaki dan jari kaki. Dengan bantuan KPoC,pola inhibisi dapat dilakukan
pada penderita cerebral palsy dengan mengarahkanpada pola kebalikannya.
2. Pembedahan
Bila terdapat hipertonus otot atau hiperspastisitas, dianjurkan untuk dilakukan
pembedahan otot, tendon atau tulang untuk reposisi kelainan tersebut.
Pembedahan stereotaktik dianjurkan pada penderita dengan pergerekan
koreoatetosis yang berlebihan.
3. Obat-obatan
Pasien sebral palsi (CP) yang dengan gejala motorik ringan adalah baik, makin
banyak gejala penyertanya dan makin berat gejala motoriknya makin buruk
prognosisnya. Bila di negara maju ada tersedia institute cerebral palsy untuk
merawat atau untuk menempung pasien ini.
4. Reedukasi dan rehabilitasi
Dengan adanya kecacatan yang bersifat multifaset, seseorang penderita CP
perlu mendapatkan terapi yang sesuai dengan kecacatannya. Evaluasi terhadap
tujuan perlu dibuat oleh masing-masing terapist. Tujuan yang akan dicapai
perlu juga disampaikan kepada orang tua/famili penderita, sebab dengan
demikian ia dapat merelakan anaknya mendapat perawatan yang cocok serta
ikut pula melakukan perawatan tadi di lingkungan hidupnya sendiri. Fisioterapi
bertujuan untuk mengembangkan berbagai gerakan yang diperlukan untuk
memperoleh keterampilan secara independent untuk aktivitas sehari-hari.
Fisioterapi ini harus segera dimulai secara intensif. Untuk mencegah kontraktur
perlu diperhatikan posisi penderita sewaktu istirahat atau tidur. Bagi penderita
yang berat dianjurkan untuk sementara tinggal di suatu pusat latihan.
Fisioterapi dilakukan sepanjang hidup penderita. Selain fisioterapi, penderita
CP perlu dididik sesuai dengan tingkat inteligensinya, di Sekolah Luar Biasa
dan bila mungkin di sekolah biasa bersama-sama dengan anak yang normal. Di
Sekolah Luar Biasa dilakukan speech therapy dan occupational therapy yang
disesuaikan dengan keadaan penderita. Mereka sebaiknya diperlakukan sebagai
anak biasa yang pulang ke rumah dengan kendaraan bersanrm-sama sehingga
tidak merasa diasingkan, hidup dalam suasana normal. Orang tua janganlah

20
melindungi anak secara berlebihan dan untuk itu pekerja sosial dapat
membantu di rumah dengan melihat seperlunya.
A. Tindakan Keperawatan
1. Mengobservasi dengan cermat bayi-bayi baru lahir yang beresiko (baca status
bayi secara cermat mengenai riwayat kehamilan/kelahirannya). Jika dijumpai
adanya kejang atau sikap bayi yang tidak biasa pada neonatus segera
memberitahukan dokter agar dapat dilakukan penanganan semestinya.
2. Jika telah diketahui bayi lahir dengan resiko terjadi gangguan pada otak
walaupun selama di ruang perawatan tidak terjadi kelainan agar dipesankan
kepada orangtua/ibunya jika melihat sikap bayi tidak normal.
3. Pengobatan yang dilakukan biasanya tergantung kepada gejala dan bisa berupa:

terapi fisik, Loraces (penyangga), kacamata, alat bantu dengar, pendidikan dan
sekolah khusus, obat anti kejang, obat pengendur otot (untuk mengurangi
tremor dan kekakuan) : baclofen dan diazepam,terapi okupasional, bedah
ortopedik/ bedah saraf, untuk merekonstruksi terhadap deformitas yang
terjadi, terapi wicara bisa memperjelas pembicaraan anak dan membantu
mengatasi masalah makan. (Abdul, 2007)

2. Asuhan keperawatan
A. Pengkajian
1. Data Umum
Mencakup identitas pasien dan penanggung jawab pasien
No registrasi :
Nama pasien :
Usia :
Nama ibu :
Nama ayah :
Riwayat kesehatan keluarga :

2. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehataan yang berhubungan dengan factor prenatal, natal dan post natal
serta keadaan sekitar kelahiran.
3. Keluhan dan manifestasi klinik

21
Observasi adanya manivestasi cerebral palsy, khususnya yang berhubungan
dengan pencapaian perkembangan interpersonal. Gejala lain yang juga bisa
ditemukan pada cerebral palsy adalah:
a. Kecerdasan di bawah normal
b. Keterbelakangan mental
c. Gangguan menghisap atau makan
d. Pernafasan yang tidak teratur
e. Gangguan perkembangan kemampuan motorik (misalnya menggapai sesuatu,
duduk, berguling, merangkak, berjalan)
f. Gangguan berbicara (disartria)
g. Gangguan penglihatan
h. Gangguan pendengaran
i. Kontraktur persendian
j. Gerakan terbatas

4. Pemeriksaan Fisik
a. Muskuluskeletal: spastisitas, ataksia
b. Neurosensory:
 gangguan menangkap suara tinggi
 Gangguan bicara
 Anak berliur
 Bibir dan lidah terjadi gerakan dengan sendirinya
c. Nutrisi: intake yang kurang
5. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan klinis untuk mengidentifikasi ketidaknormalan tonus, seringnya
terjadi hipotonik yang diikuti dengan hipertonik, ketidaknormalan postur dan
keterlambatan perkembangan motorik.
b. CT scan untuk mendeteksi lesi-lesi susunan saraf pusat
c. Tomografi emisi positron dan tomografi terkomputerisasi emisi foton tunggal
untuk melihat metabolisme dan perfusi otak.
d. MRI untuk mendeteksi lesi-lesi kecil.
e. Pemeriksaan mata dan pendengaran segera dilakukan setelah diagnosis CP
ditegakkan.
f. Pemeriksaan Elektro Ensefalografi dilakukan pada penderita kejang atau pada
golongan hemiparesis baik yang berkejang maupun yang tidak.
g. Foto kepala (X-ray) dan CT Scan.
h. Penilaian psikologik perlu dilakukan untuk menentukan tingkat pendidikan
yang diperlukan.

B. DIAGNOSA
a. Kerusakan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan otot
b. Perfusi jaringan cerebral tidak efektif b.d perdarahan otak, oedem
c. Resiko infeksi b.d penurunan pertahan primer
d. Defisit perawatan diri b.d kelemahan fisik

22
e. Resiko kerusakan intagritas kulit b.d faktor mekanik
f. Kurang pengetahuan b.d kurang mengakses informasi kesehatan. (Herdiman,
2014)

C. Diagnosa keperawatan

No Diagnosa NOC NIC

1. Kerusakan Ambulasi/ROM normal 1. Terapi latihan Mobilitas sendi


mobilitas fisik dipertahankan.  Jelaskan pada klien&kelg tujuan
b.d penurunan latihan pergerakan sendi.
kekuatan otot Setelah dilakukan tindakan  Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
keperawatan 3x24 jam selama latihan
 Gunakan pakaian yang longgar
KH:  Kaji kemampuan klien terhadap
pergerakan
 Sendi tidak kaku
 Encourage ROM aktif
 Tidak terjadi atropi otot
 Ajarkan ROM aktif/pasif pada
klien/keluarga.
 Ubah posisi klien tiap 2 jam.
 Kaji perkembangan/kemajuan latihan

2. Self care Assistance


 Monitor kemandirian klien
 Bant u perawatan diri klien dalam hal:
makan,mandi, toileting.
 o Ajarkan keluarga dalam pemenuhan
perawatan diri klien.
2. Perfusi jaringan Setelah dilakukan tindakan 1. Perawatan sirkulasi
cerebral tidak keperawatan selama 3 x 24 jam
Peningkatan perfusi jaringan otak
efektif b.d perfusi jaringan adekuat dengan
perdarahan otak, indikator : Aktifitas :
oedem
 Perfusi jaringan yang adekuat  Monitor status neurologik
didasarkan pada tekanan nadi  monitor status respitasi
perifer, kehangatan kulit, urine  monitor bunyi jantung
output yang adekuat dan tidak  letakkan kepala dengan posisi agak
ada gangguan pada respirasi ditinggikan dan dalam posisi netral
 kelola obat sesuai order
 6. berikan Oksigen sesuai indikasi

23
3. Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan 1. Cegah infeksi
b.d penurunan keperawatan selama 3 x 24 jam
pertahan primer klien tidak mengalami infeksi  Mengobservasi & melaporkan tanda &
gejala infeksi, seperti kemerahan,
KH: hangat, rabas dan peningkatan suhu
badan
 Klien bebas dari tanda-tanda  mengkaji suhu klien netropeni setiap 4
infeksi jam, melaporkan jika temperature lebih
 Klien mampu menjelaskan dari 380C
tanda&gejala infeksi  Menggunakan thermometer elektronik
atau merkuri untuk mengkaji suhu
 Catat dan laporkan nilai laboratorium
 Kaji warna kulit, kelembaban kulit,
tekstur dan turgor lakukan dokumentasi
yang tepat pada setiap perubahan
 6. Dukung untuk konsumsi diet
seimbang, penekanan pada protein
untuk pembentukan system imun
4. Defisit perawatan Setelah dilakukan tindakan 1. Self Care
diri b.d keperawatan selama 5 x 24 jam
kelemahan fisik Klien dapat memenuhi kebutuhan  Observasi kemampuan klien untuk
mandi, berpakaian dan makan.
perawatan diri
 Bantu klien dalam posisi duduk,
KH: yakinkan kepala dan bahu tegak selama
makan dan 1 jam setelah makan
 Klien terbebas dari bau, dapat  Hindari kelelahan sebelum makan,
makan sendiri, dan berpakaian mandi dan berpakaian
sendiri  Dorong klien untuk tetap makan sedikit
tapi sering
5. Resiko kerusakan Setelah dilakukan perawatan 3 x 1. Manajemen tekanan
intagritas kulit 24 jam integritas kulit tetap
b.d faktor adekuat dengan indikator :  Lakukan penggantian alat tenun setiap
hari dan tempatkan kasur yang sesuai
mekanik
 Tidak terjadi kerusakan kulit  Monitor kulit adanya area
ditandai dengan tidak adanya kemerahan/pecah2
kemerahan, luka dekubitus  monitor area yang tertekan
 berikan masage pada punggung/daerah
yang tertekan serta berikan pelembab
pad area yang pecah2
 monitor status nutrisi
6 Kurang Setelah dilakukan asuhan 1. Pendidikan kesehatan
pengetahuan b.d keperawatan Pengetahuan klien
kurang meningkat dengan  Mengkaji kesiapan dan kemampuan
klien untuk belajar
mengakses
KH:  Mengkaji pengetahuan dan ketrampilan
informasi
klien sebelumnya tentang penyakit dan

24
kesehatan  Klien dan keluarga pengaruhnya terhadap keinginan
memahami tentang penyakit belajar
Stroke, perawatan dan  Berikan materi yang paling penting
pengobatan pada klien
 Mengidentifikasi sumber dukungan
utama dan perhatikan kemampuan
klien untuk belajar dan mendukung
perubahan perilaku yang diperlukan
 Mengkaji keinginan keluarga untuk
mendukung perubahan perilaku klien
 Evaluasi hasi pembelajarn klie lewat
demonstrasi dan menyebutkan kembali
materi yang diajarkan

(Bulecheck, 2016)

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

25
Cerebral palsy adalah kelainan yang disebabkan oleh kerusakan otak yang
mengakibatkan kelainan fungsi gerak dan koordinasi, psikologis dan kognitif
sehingga mempengaruhi proses belajar mengajar. Cerebral palsy adalah berbagai
perubahan gerakan atau fungsi motor tidak normal dan timbul sebagai akibat dari
kecelakaan, luka, atau penyakit susunan syaraf yang terdapat pada rongga
tengkorak. Dari pengertian diatas cetebral palsy dapat diartikan sebagai gangguan
fungsi gerak sebagai akibat dari kecelakaan, luka atau penyakit susunan syaraf
yang terdapat pada rongga tengkorak.
Tanda awal cerebral palsi biasanya tampak pada usia
kurang dari 3 tahun, dan orang tua sering mencurigai ketika
kemampuan perkembangan motorik tidak normal. Bayi dengan
CP sering kelambatan perkembangan, misalnya tengkurap,
duduk, merangkak, atau berjalan. Sebagian mengalami
abnormalitas tonus otot. Penurunan tonus otot/hipotonia dapat
menyebabkan bayi tampak lemah dan lemas serta bayi tampak
kaku. Pada sebagian kasus, bayi pada periode awal tampak
hipotonia dan selanjutnya berkembang menjadihipertonia setelah
2-3 bulan pertama. Anak-anak CP mungkin menunjukkan postur
abnormal pada salah satu sisi tubuh.
Anak yang menderita serebral palsi yang biasanya mengalami komplikasi
seperti: Kontraktur, yaitu sendi tidak dapat digerakkan atau ditekuk karena otot
memendek; Skoliosis, yaitu tulang belakang melengkung ke samping disebabkan
karena kelumpuhan hemiplegia; Dekubitus, yaitu adanya suatu luka yang
menjadi borok akibat mengalami kelumpuhan menyeluruh, sehingga ia harus
selalu berbaring di tempat tidur; Deformitas (perubahan bentuk) akibat adanya
kontraktur; Gangguan mental. Anak CP tidak semua tergangu kecerdasannya,
mereka ada yang memiliki kadar kecerdasan pada taraf rata-rata, bahkan ada yang
berada di atas rata-rata; Gangguan komunikasi; Ketidakmampuan belajar;
. Etiologi dari cerebral palsy dibagi menjadi 3 bagian, yaitu : Prenatal,
perinatal, pascanatal. Cerebral palsy dibagi menjadi 5, yaitu : jenis
spatis, athetoid, ataxis, tremor, rigid.

26
DAFTAR PUSTAKA

Bulecheck, Gloria, dkk. 2016. NIC. UK : Elsevier

Darto, Saharso. 2006. Diagnosis dan Tatalaksana Cerebral Palsy. Surabaya : FK


UNAIR

Eaton, Marilyn, dkk. 2009. Buku Ajar Keperawatn Pediatrik, Volume


2. Jakarta: EGC

Efendi, Mohammad. 2006. Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta : Bumi


Aksara

Herdiman, TH & Komitguru, S. 2014. NANDA 2016-2017. Oxford :


Willion Blackwell

Hidayat, Alimul A.A.2010. Meode Penelitian Kesehatan Paradigma


Kuantatif. Jakarta : Heat Books

Latief, Abdul, dkk. 2007. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Bagian


Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia

Morhead, Sue, dkk. 2016. NOC. UK : Elsevier

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak (IKA). 2007. Buku Kuliah Ilmu
Kesehatan Anak. Jakarta :Infomedika 2

27

Anda mungkin juga menyukai