Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

“Konsep Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan


Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas Patologis
dari System Persyarafan dan Muskuloskeletal“

Dosen Pengajar :

Ns. Yurida Ellis, S.Kep

Disusun Oleh : Kelompok 2

1. Bahrul Ilmi 20.003


2. Elisabeth 20.006
3. Gunawan Hari Saputra 20.009
4. Melati Eka Putri 20.013
5. Nurhikmah 20.016
6. Rahmadini 20.021
7. Rosmi Sari 20.027
8. Veni Armelisa 20.034
9. Zhafira Salsabila 20.030

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

AKADEMI KEPERAWATAN SRI BUNGA TANJUNG

KOTA DUMAI

TP. 2022

1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah hirobbil ‘aalamiin, segala puji bagi Allah SWT Tuhan
semesta alam atas segala karunia dan nikmat-Nya sehingga kami dapat menyusun
makalah ini dengan sebaik-baiknya. Makalah yang berjudul “Konsep Asuhan
Keperawatan Pada Anak dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas
Patologis dari System Persyarafan dan Muskuloskeletal”.

Dalam penyusunannya Kami melibatkan berbagai pihak, baik dalam


perkuliahan maupun luar perkuliahan. Oleh karena itu Kami mengucapkan
banyak terima kasih atas segala dukungan yang diberikan untuk menyelesaikan
makalah ini kepada :

1. Kedua orang tua Kami yang telah sepenuhnya mendukung


berlangsungnya pembuatan makalah ini.
2. Ibu Ns. Yurida Ellis,S.Kep, sebagai Dosen yang telah membimbing
Kami dalam proses pembuatan makalah ini.
3. Teman-teman seperjuangan yang telah mendukung dalam proses
pembuatan makalah ini.

Meski telah disusun secara maksimal, akan tetapi Kami sebagai manusia
biasa sangat menyadari bahwa makalah ini banyak kekurangannya dan masih jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu Kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca.

Besar harapan Kami makalah ini dapat menjadi inspirasi atau sarana literasi
pembaca.

Juni 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

JUDUL...............................................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................4
1.1 Latar Belakang...........................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................5
BAB 2 PEMBAHASAN....................................................................................6
2.1 Asuhan Keperawatan dengan Cerebral Palsy............................................8
2.2 Asuhan Keperawatan dengan Hidrosepalus..............................................16
2.3 Asuhan Keperawatan dengan Scoliosis.....................................................22
2.4 Asuhan Keperawatan dengan Poliomyelitis..............................................24
2.5 Prosedur Membuka Jalan Nafas................................................................
2.6 BAB 3 PENUTUP....................................................................................34
3.1 Kesimpulan................................................................................................34
3.2 Saran...........................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................36

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Cerebral (otak) Palsy (Kelumpuhan) adalah suatu kelainan otak
yang ditandai dengan gangguan mengontrol hingga timbul kesulitan dalam
bergerak dan meletakkan posisi tubuh disertai gangguan fungsi tubuh lainnya
(Organization[WHO], 2014) akibat kerusakan atau kelainan fungsi bagian
otak tertentu pada bayi atau anak dapat terjadi ketika bayi dalam kandungan,
saat lahir atau setelah lahir, sering disertai dengan ketidaknormalan bicara,
penglihatan, kecerdasan kurang, buruknya pengendalian otot, kekakuan,
kelumpuhan dan gangguan saraf lainnya. (Ningtiyas, 2017)
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk
mengambil judul “Konsep Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Gangguan
Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas Patologis dari System Persyarafan dan
Muskuloskeletal”

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Cerebral Palsy?


1.2.2 Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Hidrosepalus ?
1.2.3 Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Scoliosis?
1.2.4 Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Poliomyelitis?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Umum
a. Mahasiswa mampu mengetahui dan mendeskripsi asuhan keperawatan
pada anak sakit
2. Khusus
a. Mahasiswa mampu mendeskripsikan Asuhan Keperawatan Cerebral
Palsy
b. Mahasiswa mampu mendeskripsikan Asuhan Keperawatan
Hidrosepalus

4
c. Mahasiswa mampu mendeskripsikan Asuhan keperawatan Scoliosis
d. Mahasiswa mampu mendeskripsikan Asuhan keperawatan
Poliomyelitis

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Cerebral Palsy

2.1.1 Pengertian Cerebral Palsy ( CP )


Cerebral Palsy (CP) adalah salah satu penyakit kronis yang ditandai
dengan gangguan postur dan gerak nonprogresif. Spatisitas menyebabkan
gangguan postur tubuh,gerak control, keseimbangan dan koordinasi sehingga
akan mengganggu aktivitas fungsional anak dengan CP(deformitas) (Rahma,
2017).
Pada kesimpulannya , Cerebral (otak) Palsy (Kelumpuhan) adalah suatu
kelainan otak yang ditandai dengan gangguan mengontrol hingga timbul
kesulitan dalam bergerak dan meletakkan posisi tubuh disertai gangguan fungsi
tubuh lainnya (Organization[WHO], 2014) akibat kerusakan atau kelainan
fungsi bagian otak tertentu pada bayi atau anak dapat terjadi ketika bayi dalam
kandungan, saat lahir atau setelah lahir, sering disertai dengan ketidaknormalan
bicara, penglihatan, kecerdasan kurang, buruknya pengendalian otot, kekakuan,
kelumpuhan dan gangguan saraf lainnya. (Ningtiyas, 2017)

2.1.2 Etiololgi Cerebral Palsy


Penyebab CP dapat dibagi dalam 3 bagian (Sheresta N, 2017), yaitu
prenatal, perinatal, dan pasca natal.

1.Prenatal
Infeksi terjadi dalam masa kandungan, menyebabkan kelainan pada janin
misalnya oleh lues, toksoplasmosis, rubela dan penyakit inklusi sitomegalik.
Kelainan yang mencolok biasanya gangguan pergerakan dan retardasi mental.
Anoksia dalam kandungan, terkena radiasi sinar-X dan keracunan kehamilan
dapat menimbulkan “Palsi Serebral”.

6
2.Perinatal
a. Anoksia
Penyebab yang terbanyak ditemukan dalam masa perinatal adalah “brain
injury”. Keadaan inilah yang menyebabkan terjadinya anoksia. Hal ini terdapat
pada keadaan. presentasi bayi abnormal, disproporsi sefalo-pelvik, partus lama,
plasenta previa, infeksi plasenta, partus menggunakan instrumen tertentu dan
lahir dengan seksio kaesar (Sheresta N, 2017).

b.Perdarahan Otak
Perdarahan dan anoksia dapat terjadi bersama-sama, sehingga sukar
membedakannya, misalnya perdarahan yang mengelilingi batang otak,
mengganggu pusat pernafasan dan peredaran darah sehingga terjadi anoksia.
Perdarahan dapat terjadi diruang subaraknoid akan menyebabkan penyumbatan
CSS sehingga menyebabkan hidrosefalus. Perdarahan diruang subdural dapat
menekan korteks serebri sehingga timbul kelumpuhan spastis.

c.Prematuritas
Bayi yang kurang bulan mempunyai kemungkinan menderita perdarahan
otak yang lebih banyak daripada bayi yang cukup bulan karena pembuluh
darah, enzim, dan faktor pembekuan darah dan lain-lain masih belum
sempurna. Otak belum matang pada bayi prematur memiliki lebih banyak
ekuipotensial atau plastisitas. Keduanya merupakan istilah yang digunakan
untuk menggambarkan kemampuan yang jauh lebih besar dari bagian terluka
otak belum matang untuk mengasumsikan fungsi bagian yang cedera.

d. Meningitis Purulenta
Meningitis purulenta pada masa bayi bila terlambat atau tidak tepat
pengobatannya akan mengakibatkan gejala sisa berupa CP.

3.Pasca Natal
Setiap kerusakan pada jaringan otak yang mengganggu perkembangan
dapat menyebabkan CP, misalnya pada trauma kapitis, meningitis, ensefalitis

7
dan luka parut pada otak pasca-operasi, dan juga kern ikterus seperti kasus
pada gejala sekuele neurogik dan eritroblastosis fetal atau defisiensi enzim hati
(Tjasmani, 2016).
Trauma lahir bisa menimbulkan gejala sisa akibat lesi irreversible pada
otak. Perdarahan dalam otak bisa meninggalkan ruangan yang bisa
berhubungan dengan ventrikel atau berupa kista yang mengandung cairan.
Dinding kista itu terdiri dari jaringan ganglia, yang bereaksi setelah terjadi
perdarahan. Kista tersebut dinamakan porensefalus dan pada umumnya sering
di jumpai pada konveksitas hemisferium. CP, konvulsi,dan retardasi mental
merupakan manifestasi dari porensefalus.

2.1.3 Manifestasi Klinik


Tanda awal Cerebral Palsy biasanya tampak pada usia kurang dari 3
tahun, dan orangtua sering mencurigai ketika kemampuan perkembangan
motorik anak tidak normal (Sitorus, 2016) Bayi dengan CP sering kelambatan
perkembangan, misalnya tengkurap, duduk, merangkak, atau berjalan.
Sebagian mengalami abnormalitas tonus otot. Penurunan tonus otot atau
hipotonia (keadaan sulit berjalan) dapat menyebabkan bayi tampak lemah dan
lemas serta bayi tampak kaku. Pada sebagian kasus, bayi pada periode awal
tampak hipotonia dan selanjutya berkembang menjadi hypertonia setelah 2-3
bulan pertama. Anak CP mungkin menunjukkan postur abnormal pada salah
satu sisi tubuh (Arvin K. B., 2012).

2.1.4 Konsep Asuhan Keperawatan Cerebral Palsy


A. Pengkajian
Pengkajian yang pelu dilakukan pada anak dengan Cerebral Palsy yaitu
(Suriadi, 2010) :
1. Menilai setiap kunjungan ke posyandu mengenai keterlambatan
perkembangan.
2. Mencatat masalah defisit pada ortopedi, visual, auditori atau
intelektual.

8
3. Menilai reflek bayi baru lahir, pada anak dengan cerebral palsy dapat
bertahan setelah usia normal.
4. Mengidentifikasi bayi yang memiliki gangguan pada otot atau postur
tubuh tidak normal (tulang belakang melengkung, kaku saat bergerak
melawan gravitasi, leher atau ekstremitas resisten terhadap gerakan pasif
5. Mengidentifikasi gangguan motorik, seperti asimetris dan abnormal saat
merangkak (menggunakan 2 atau 3 ekstremitas), menggunakan tangan
dominan sebelum anak berusia prasekolah

B. Keluhan Utama
Biasanya pada cerebral palsy didapatkan keluhan utama yaitu :Sukar
makan atau menelan , otot kaku, sulit bicara, kejang, badan gemetar,
perkembangan yang terlambat dari anak normal, perkembangan pergerakan
kurang, postur tubuh abnormal, refleks bayi persisten, ataxic, kurang tonus otot
dan permasalahan pada BAB dan BAK.

C. Riwayat Kesehatan
1)Riwayat Kesehatan Sekarang
2)Riwayat Kesehatan Masa Lalu
3)Riwayat Kehamilan Dan Persalinan
Cerebral palsy biasanya terjadi pada ibu hamil yang usianya lebih dari 40
tahun, riwayat jatuh, kecelakaan ,terjadi kesulitan waktu melahirkan,
anoxia janin.
4)Pemeriksaan Reflek
Biasanya ditemukan pembelajaran dan penalaran subnormal (retardasi
mental pada kira-kira dua pertiga individu), kecerdasan di bawah normal,
kesulitan belajar dan gangguan perilaku.
5)Fungsi Intelektual
Refleks infantile primitive menetap (reflek leher tonik ada pada usia
berapa pun, tidak menetap diatas usia 6 bulan), Refleks Moro, plantar,
dan menggenggam menetap atau hiperaktif, hiperefleksia, klonus

9
pergelangan kaki dan reflek meregang muncul pada banyak kelompok
otot pada gerakan pasif cepat
.
6)Pemeriksaan Tonus
Peningkatan ataau penurunan tahanan pada gerakan pasif, postur
opistotonik (lengkung punggung berlebihan), merasa kaku dalam
memegang atau berpakaian, kesulitan dalam menggunakan popok, kaku
atau tidak menekuk pada pinggul dan sendi lutut bila ditarik ke posisi
duduk (tanda awal).

D. Patofisiolgis
Pada CP terjadi kerusakan pada pusat motorik dan menyebabkan
terganggunya fungsi gerak yang normal. Pada kerusakan korteks cerebri
terjadi kontraksi otak yang terus menerus dimana disebabkan karena tidak
terdapatnya inhibisi langsung pada lengkung reflex. Bila terdapat cidera berat
pada system ekstra pyramidal dapat menyebabkan gangguan pada semua
gerak atau hypotonic, termasuk kemampuan bicara. Namun bila hanya cedera
ringan maka gerakan gross motor dapat dilakukan tetapi tidak terkoordinasi
dengan baik dan gerakan motorik halus sering kali tidak dapat dilakukan.
Gangguan proses sensorik primer terjadi di sereblum yang mengakibatkan
terjadinya ataksia. Pada keterbatasan gerak akibat fungsi motor control akan
berdampak juga pada proses sensorik (Herdiman, 2013)

D. Diagnosa Keperawatan
 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kesukaran menelan
dan meningkatnya aktivitas.

E. Intervensi Keperawatan
DX : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kesukaran menelan
dan meningkatnya aktivitas.

10
Nursing Outcomes Classification (NOC) : setelah dilakukan tindakan
keperawatan Memperlihatkan status gizi: asupan makanan dan cairandengan
criteria hasil:
1) Selera makan; keinginan untuk makan ketika dalam keadaan sakit atau
sedang menjalani pengubatan
2) Pembentukan pola menyusu: bayi; bayi melekat ked an menghisap dari
payudara ibu untuk memperoleh nutrisi selama tiga minggu pertama
menyusui
3) Status gizi: asupan makanan dan cairan; jumlah makanan dan cairan yang
dikonsumsi tubuh dalam waktu 24 jam
4) Status gizi: asupan gizi; keadekuatan pola asupan zat gizi yang biasanya
5) Perawatan diri: makan; kemampuan untuk mempersiapkan dan
mengingesti makanan dan cairan secara mandiri dengan atau tanpa alat
bantu
6) Berat badan: masa tubuh; tingkat kesesuaian berat badan, otot, dan lemak
dengan tinggi badan, rangka tubuh, jenis kelamin dan usia.

 Nursing Interventions Classification (NIC):


1) Bantuan pemberian asi; mempersiapkan ibu baru untuk menyusui bayinya
2) Manajemen gangguan makan; mencegah dan menangani pembatasan diet
yang sangat ketat dan aktivitas berlebihan dan memasukkan makanan dan
minuman dalam jumlah banyak kemudian berusaha mengeluarkan semuanya
3) Manajemen elektrolit; meningkatkan keseimbangan elektrolit dan
pencegahan komplikasi dari akibat kadar elektrolit serum yang tidak normal
atau diluar harapan
4) Pemantauan elektrolit; mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk
mengatur keseimbangan elektrolit
5) Konseling laktasi; menggunakan proses bantuan interaktif untuk membantu
mempertahankan keberhasilan menyusui
6) Manajemen nutrisi; membantu atau menyediakan asupan makanan dan
cairan diet seimbang

11
7) Terapi nutrisi; pemberian makanan dan cairan untuk mendukung proses
metabolic pasien yang malnutrisi atau berisiko tinggi terhadap malnutrisi

F. Implementasi Keperawatan
 Mempersiapkan ibu baru untuk menyusui bayinya
 Mencegah dan membatasi diet yang sangat ketat
 Mengumpulkan dan menganalisis data keseimbangan elektrolit pasien
 Konseling laktasi dalam membantu ibu mempertahankan keberhasilan
menyusui
 Membantu menyediakan asupan makanan dan cairan diet seimbang
 Memberikan makanan dan cairan untuk mendukung proses metabolic
pasien

2.2 Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Hidrosefalus

2.2.1 Pengertian Hidrosefalus

Menumpuknya cairan di dalam rongga jauh di dalam otak.Kelebihan


cairan menekan otak dan dapat menyebabkan kerusakan otak. Kondisi ini
paling sering terjadi pada bayi dan orang berusia lanjut.

2.2.2 Etiologi Pnemonia


Etiologi hydrocephalus dibagi menjadi kelainan kongenital, didapat
(acquired), dan normal pressure hydrocephalus serta hydrocephalus ex-vacuo.
 Hydrocephalus Kongenital, Etiologi hydrocephalus kongenital antara
lain spina bifida, bayi yang lahir prematur, hydrocephalus x-linked,
kelainan genetik, dan kista arachnoid.
 Spina Bifida, Beberapa anak dengan spina bifida, biasanya dengan
malformasi Arnold-Chiari II, mengalami herniasi jaringan otak lewat
foramen magnum sehingga menyebabkan oklusi pada ventrikel
keempat, serta sumbatan aliran CSF.

12
 Bayi Prematur, Bayi prematur (lahir sebelum usia kehamilan 37
minggu) rentan mengalami post hemorrhagic hydrocephalus (PHH)
sebagai komplikasi dari perdarahan intraventrikular, terutama mereka
yang lahir pada usia kehamilan <29 minggu (20-30%). Pada neonatus
yang lahir prematur, PHH terjadi karena obstruksi aliran CSF serta
respon inflamasi ependim, sehingga terjadi gangguan komplians dan
menurunnya kemampuan reabsorbsi CSF.
 Hydrocephalus X-linked, Hydrocephalus x-linked disebabkan karena
mutasi kromosom X yang menyebabkan stenosis aquaductus Sylvius.
 Kelainan Genetik, Pada gangguan genetik seperti malformasi Dandy-
Walker, dapat terjadi dilatasi ventrikel ketiga dan lateral sehingga
menyebabkan atrioventrikular hydrocephalus dengan atrofi otak
bilateral.
 Kista Arachnoid, Kista arachnoid adalah kantung berisi cairan
serebrospinal pada arachnoid. Manifestasi tipikal pada keadaan ini
adalah hydrocephalus kronik pada ventrikel keempat, vertigo, ataxia,
dan terkadang disertai dengan gejala yang timbul karena kompresi
batang otak.

2.2.3 Manifestasi klinik

Keluhan pada hydrocephalus kongenital bisa diketahui sejak antenatal,


saat pemeriksaan ultrasound kepala janin. Sedangkan kecuriaan hydrocephalus
kongenital pada bayi biasanya lingkar kepala (occipito-frontal) yang lebih
besar dari angka normal. Anamnesis pada hydrocephalus kongenital harus
dapat menggali kemungkinan etiologi dan faktor risiko, seperti riwayat
keluarga dengan keluhan yang sama, infeksi dan penyakit saat kehamilan,
kunjungan antenatal, usia janin saat dilahirkan, serta penggunaan obat-obatan
dan alkohol.

Hydrocephalus didapat pada anak mungkin datang dengan keluhan nyeri


kepala, gangguan penglihatan (blur atau spotty), penurunan kesadaran, serta
mual dan muntah, karena adanya peningkatan tekanan intrakranial. Orang tua

13
perlu dianamnesis riwayat antenatal serta persalinan anak, serta riwayat tumor
otak dan cedera kepala. Perlu juga ditanyakan riwayat tumbuh kembangnya,
termasuk adanya gangguan kognitif dan prestasi akademik

2.2.4 Konsep Asuhan Keperawatan Hidrosefalus


A. Pengkajianpada askep hidrosefalus meliputi :
•Dapatkan riwayat lengkap dari pasien atau keluarganya. Perhatikan
tingkah laku pasien secara umum, terutama iritabilitas, apati, dan LOC
yang turun.
•Lakukan kajian neurologis. Periksa mata: pupil harus sama dan reaktif
terhadap cahaya.
•Pada orang dewasa dan anak yang lebilt tua, lakukan evaluasi gerakan
dan kekuatan motorik di ekstremitas.(Lihat terutma ataksia.)
Iritabilitas, gelisah, dan perubahan fungsi kognitif merupakan indikator
kenaikan ICP pada orang dewasa dan anak-anak.Pcrubahan makan,
menangis dan nada tangis.

B. Diagnosa Keperawatan
Risiko gangguan perfusi serebral berhubungan denganPeningkatan TIK
(tekanan intrakranial)Subjektif:

C. Intervensi Keperawatan
Pada askep hidrosefalus, intervensi yang bisa di berikan antara lain:
•Intervensi askep hidrosefalus sebelum pembedahan untuk memasukkan
shunt antara lain:
Perkuat ikatan maternal-neonatal jika memungkinkan. Saat Anda merawat
neonatus sendiri, pegang ia di pangkuan Anda dan beri ia makan, belai dan
timang ia, dan berbicaralah dengan tenang.
•Periksa fontanel untuk melihat adakah tensi atau rasa penuh, dan ukur dan
catat lingkar kepala.
•Untuk mengkaji fontanel dengan akurat, baringkan bayi, kemudian naikkan
ia ke posisi duduk. •Fontanel yang benar-benar menegang akan terjadi pada

14
posisi duduk. Ingat bahwa jika bayi menangis, tekanan fontanel akan naik.
Hal ini tidak akan mengidintifikasikan hidrosefalus.
•Di bagan pasien, buatlah gambar yang menunjukkan di mana harus
mengukur kepala sehingga anggota staf lain mengukurnya di tempat yang
sama, atau tandai dahi pasien dengan tinta.
•Untuk mencegah aspirasi setelah makan dan pneumonia hipostatik,
tempatkan bayi di bagian samping tubuhnya dan posisikan ia kembali setiap
2 jam, atau topang ia di tempat duduk bayi.
•Untuk mencegah kerusakan kulit, pastikan lobus telinga bayi datar, dan
tempatkan kulit-domba atau busa karet di bawah kepalanya.
•Saat membalikkan tubuh bayi, gerakkan kepala, Ieher, dan bahunya
bersama badannya untuk mengurangi ketegangan lehernya.
•Beri makan bayi dengan pelan-pelan. Untuk mengurangi ketegangan akibat
berat badan kepala bayi di lengan Anda saat memegangnya sambil
memberinya makan, tempatkan kepala, leher, dan bahunya di bantal.

D. Implementasi
•Mengukur lingkar kepala setiap 8 jam
•Monitor kondisi fontanel
•Mengatur posisi anak miring ke arah yang tida dilakukan tindakan operasi
•Menjaga posisi kepala tetap sejajar dengan tempat tidur untuk menghindari
pengurangan tekanan tekanan intrakranial yang tiba tiba
•Mengobservasi da menilai fungsi neurologist setiap 15 menit hingga
tanda-tanda vitalstabil
•Melaporkan segera setiap perubahan tingkah laku ( missal : mudah
terstimulasi,menurunnyatingkat kesadaran ) atau perubahan tanda tandavital
( meningkatnya tekanan darah, denyutnadi menurun ).
•Menilai keadaan balutan terhadap adanya perdarahan dan daerah sekitar
operasi terhadaptanda tanda kemerahan dan pembengkakan.
•Mengganti posisi setiap 2 jam Dan jika perlu gunakan matras Yang berisi
udara untukmencegah penekanan yang terlalu lama pada daerah tertentu.
•Mencegah terjadinya infeksi injury.

15
•Melaporkan segera bila terjadi perubahan tand vital ( meningkatnya
temperatur tubuh ) atautingkah laku ( mudah terstimulasi, menurunnya
tingkat kesadaran ) segera.
•Memonitor daerah sekitar operasi terhadap adanya tanda tanda kemerahan
atau pembengkakan.
•Pertahankan terpasangnya kondisi shunt tetap baik. Jika kondisi shunt
yang tidak baik, makauntuk segera berkolaborasi untuk peningkatan atau
penggantian shunt.

•Lakukan pemijatan pada selang shunt untuk menghindari sumbatan pada


awalnya.5. dan 6. Membantu penerimaan orang tua tentang keadaan anak
dan dapat berpartisipasi.
•Memberikan kesempatan pada orangtua / anggota keluarga untuk
mengekspresikan perasaan.
•Menghindari dalam memberikan pernyataan yang negatif.
•Menunjukkan tingkah laku yang menerima keadaan anak.

E. Evaluasi
 Diagnosa: Risiko gangguan perfusi serebral berhubungan
denganPeningkatan TIK (tekanan intrakranial)Subjektif:
 Ibu mengatakan tidak ada demam dan muntah pada anak Objektif:Suhu:
36,5oC
 Tidak ada tanda-tanda peningkatan TIK seperti kejang dan muntah
 Lingkar kepala 49cm
 Analisa: Gangguan perfusi serebral tidak terjadiPlanning:, Pantau tanda-
tanda vital, Pantau adanya kejang, pertahankan posisi kepala 30.

2.3 Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Scoliosis

2.3.1 Pengertian scoliosis


Skoliosis adalah deformitas kelainan tulang belakang yang
menggambarkan deviasi vertebra kearah lateral dan rotasional. Skoliosis

16
adalah kelengkungan tulang belakang yang abnormal ke arah samping,
yang dapat terjadi pada segmen servikal (leher), torakal (dada) maupun
lumbal (pinggang). Skoliosis adalah suatu kelainan bentuk pada tulang
belakang dimana terjadi pembengkokan tulang belakang ke arah samping
kiri atau kanan, biasanya membentuk kurva "C" atau kurva "S".

2.3.2 Etiologi scoliosis


Penyebab terjadinya skoliosis diantaranya kondisi osteopatik, seperti
fraktur, penyakit tulang, penyakit arthritis, dan infeksi. Pada skoliosis
berat, perubahan progresif pada rongga toraks dapat menyebabkan
perburukan pernapasan dan kardiovaskuler. (Nettina, Sandra M.) Terdapat
3 penyebab umum dari skoliosis:
1. Kongenital (bawaan), biasanya berhubungan dengan suatu kelainan
dalam pembentukan tulang belakang atau tulang rusuk yang menyatu.
2. Neuromuskuler, pengendalian otot yang buruk atau kelemahan otot atau
kelumpuhan akibat penyakit.
3. Idiopatik, penyebabnya tidak diketahui Walaupun penyebab skoliosis
idiopatik tidak diketahui, namun ada beberapa perbedaan teori yang
menunjukkan penyebabnya seperti faktor genetik, hormonal, abnormalitas
pertumbuhan, gangguan biomekanik dan neuromuskular tulang, otot dan
jaringan fibrosa. 

2.3.3 Manifestasi scoliosis

1. Tulang belakang melengkung secara abnormal ke arah samping


2. Bahu dan atau pinggul kiri dan kanan tidak sama tingginya
3. Nyeri punggung
4. Kelelahan pada tulang belakang setelah duduk atau berdiri lama
5. Skoliosis yang berat (dengan kelengkungan yang lebih besar dari 60 )
bisa menyebabkan gangguan pernafasan. Kebanyakan pada punggung
bagian atas, tulang belakang, membengkok ke kanan dan pada punggung
bagian bawah, tulang belakang membengkok ke kiri, sehingga bahu kanan

17
lebih tinggi dari bahu kiri. Pinggul kanan juga mungkin lebih tinggi dari
pada pinggul kiri.

2.3.4 Konsep Asuhan Keperawatan Scoliosis


Kasus :
Ny. P berusia 67 tahun mengeluh nyeri pada punggung bawah. Nyeri
pada punggung bawah dirasakan sejak 1 tahun yang lalu. Nyeri
dirasakan pada punggung bawah seperti tersetrum dan tidak menjalar.
Pasien juga mengeluh sulit berjalan akibat nyeri pada punggung
tersebut. Tidak ada riwayat trauma sebelumnya. Tidak ada riwayat
keluhan pada punggung ataupun tulang belakang bengkok sejak lahir.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 130/80 mmHg, nadi
80x/menit dan suhu tubuh 36,6 c. Pada pemeriksaan status generalis
didapatkan hasil dalam batas normal. Status lokalis regio lumbal
didapatkan scar pasca operasi,tidak ada nyeri tekan dan ROM bebas.

A.Pengkajian
1.Identitas pasien
Nama : Ny. P
Umur : 67 thn
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Pisang
Agama : Islam

2.Riwayat penyakit dahulu


Klien mengeluh nyeri pada punggung bawah. Nyeri dirasakan pada
punggung bawah seperti tersetrum dan tidak menjalar. Klien juga
mengeluh sulit berjalan akibat nyeri pada punggung
tersebut.

18
3. Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada keluarga yang menderita penyakit serupa.

B. Diagnosa keperawatan

1. Nyeri kronis b/d agens pencedera ditandai dengan : Ds : klien


mengeluh nyeri pada punggung bawah. Nyeri pada punggung bawah
dirasakan sejak satu tahun yang lalu.

D. Intervensi

F. Implementasi

19
G. Evaluasi

2.4 Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Poliomyelitis

2.4.1 Pengertian Poliomyelitis


Poliomilitis adalah penyakit menular yang akut disebabkan oleh virus 
dengan predileksi pada sel anterior massa kelabu sum-sum tulang bela
kang dan inti motorik batangotak, dan akibat kerusakan bagian susuna
n syaraf tersebut akan terjadi kelumpuhan sertaautropi otot.Poliomielit
is atau polio, adalah penyakit paralysis atau lumpuh yang disebabkan 
oleh virus.Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan 
poliovirus (PV), masuk ke tubuhmelalui mulut, menginfeksi saluran u
sus. Virus ini dapat memasuki aliran darah dan mengalirke sistem sara
f pusat menyebabkan melemahnya otot dan kadang kelumpuhan (paral
ysis).

2.4.2 Etiologi Poliomyelitis


Penyebab poliomyelitis Family Pecornavirus dan Genus virus, dibagi 
3 yaitu:
1. Brunhilde
2. Lansing
3. Leon; Dapat hidup berbulan-bulan didalam air, mati dengan pengeri
ngan /oksidan. 

20
Masa inkubasi : 7-10-35 hari
Klasifikasi virus Golongan : Golongan IV ((+)ssRNA)
Familia : PicornaviridaeGenus : Enterovirus
Spesies : Poliovirus

2.4.3 Manifestasi poliomyelitis


1. Poliomielitis Asimtomatis: Setelah masa inkubasi 7-10 hari, tidak te
rdapat gejala karenadaya tahan tubuh cukup baik, maka tidak terdapat 
gejala klinik sama sekali. Pada suatuepidemi diperkirakan terdapat pa
da 90-95% penduduk dan menyebabkan imunitas terhadapvirus terseb
ut.
2. Poliomielitis abortif : Diduga secara klinik hanya pada daerah yang 
terserang epidemiterutama yang diketahui kontak denga pasien poliom
eilitis yang jelas. Diperkirakan terdapat
48% penduduk pada suatu epidemi . Timbul mendadak berlangsung b
eberapa jam sampai.

2.4.1 Konsep Asuhan Keperawatan Poliomyelitis

 A. Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan
Riwayat pengobatan penyakit-penyakit dan riwayat imunitas
2. Pemeriksaan Fisika. 
a. Nyeri kepala 
b. Paralisis
c. Refleks tendon berkurang 
d. Kaku kuduk
e. BrudzinkyI

B.  Diagnosa Keperawatan

1.Perubahan nutrisi dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, mual dan muntah.

C. Intervensi

21
1. Perubahan nutrisi dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, mual dan muntah.

- Kaji pola makan anak.

- Berikan makanan secar adekuat.

- Berikan nutrisi kalori, protein, vitamin dan mineral.

- Timbang berat badan.

- Berikan makanan kesukaan anak.

- Berikan makanan tapi sering.

rasional :

1. Mengetahui intake dan output anak.

2. Untuk mencakupi masukan sehingga output dan intake seimbang.

3. Mencukupi kebutuhan nutrisi dengan seimbang.

4. Mengetahui perkembangan anak.

5. Menambah masukan dan merangsang anak untuk makan lebih banyak.6. Memp
ermudah proses pencernaan.

D. Implementasi Keperawatan

Menurut PPNI (2017) Tindakan keperawatan adalah prilaku atau aktivitas spesifik
yang dikerjakan oleh perawat untuk mengimplementasikan intervensi
keperawatan. Implementasi merupakan suatu tindakan keperawatan oleh perawat
yang sesuai dengan intervensi yang sudah direncanakan. Ada beberapa hal yang
harus diperhatiakn dalam melakukan implementasi kepada anak – anak, yaitu
harus adanya trans supaya si anak dapat kooperatif dan komunikasi efektif, dan
libatkan orangtua si anak dalam melakukan implementasi.

G. Evaluasi Keperawatan

22
Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan untuk
menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan bagaimana rencana
keperawatan dilanjutkan, merevisi rencana atau menghentikan rencana
keperawatan (Manurung, 2011). Adapun evaluasi keperawatan dalam kasus polio
pada anak, anak harus menunjukan kriteria hasil sebagai berikut: 1. Anak
meningkat nafsu makannya dan imun tubuh anak membaik. 2. Suhu badan anak
sudah dalam rentang normal 3. Anak sudah dapat mengontrol rasa nyeri dan rasa
terhadap nyeri sudah mulai berkurang 4. Anak dapat melakukan pergerakan
sehingga dapat mengikuti latihan yang diberikan 5. Anak sudah merasa tenang
dan dapat mengekspresikan perasaannya

23
BAB III

PENUTUP

1.1 KESIMPULAN
Cerebral Palsy (CP) adalah salah satu penyakit kronis yang
ditandai dengan gangguan postur dan gerak nonprogresif. Spatisitas
menyebabkan gangguan postur tubuh,gerak control, keseimbangan dan
koordinasi sehingga akan mengganggu aktivitas fungsional anak dengan
CP(deformitas) (Rahma, 2017). Penyebab CP dapat dibagi dalam 3 bagian
(Sheresta N, 2017), yaitu prenatal, perinatal, dan pasca natal.
Hidrosefalus merupakan menumpuknya cairan di dalam rongga
jauh di dalam otak.Kelebihan cairan menekan otak dan dapat menyebabkan
kerusakan otak. Kondisi ini paling sering terjadi pada bayi dan orang
berusia lanjut. Etiologi hydrocephalus dibagi menjadi kelainan kongenital,
didapat (acquired), dan normal pressure hydrocephalus serta hydrocephalus
ex-vacuo.
Skoliosis adalah deformitas kelainan tulang belakang yang
menggambarkan deviasi vertebra kearah lateral dan rotasional. Skoliosis
adalah kelengkungan tulang belakang yang abnormal ke arah samping, yang
dapat terjadi pada segmen servikal (leher), torakal (dada) maupun lumbal
(pinggang). Poliomilitis adalah penyakit menular yang akut disebabkan 
oleh virus dengan predileksi pada sel anterior massa kelabu sum-sum tulang 
belakang dan inti motorik batangotak, dan akibat kerusakan bagian susunan 
syaraf tersebut akan terjadi kelumpuhan serta autropi otot.

24
1.2 SARAN

Berdasarkan dari kesimpulan diatas maka penulis dapat memberikan saran


sebagai berikut:

1. Rumah Sakit
a. Selalu bekerja sama dengan tim kesehatan atau pihak terkait lainnya
guna memberikan mutu pelayanan kesehatan yang berkualitas sesuai
dengan standar pelayanan kesehatan.
b. Melengkapi sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk menunjang
pelayanan kesehatan, khususnya pada klien dengan pneumonia.

2. Institusi Pendidikan Menambah literatur/referensi tentang asuhan


keperawatan pada klien pneumonia.

3. Studi Kasus Selanjutnya


a. Meningkatkan kemampuan dan pemahaman tentang masalah pneumonia
dan dapat menerapkan dalam asuhan keperawatan.
b. Memberikan asuhan keperawatan pada pneumonia secara
komprehensif.

25
DAFTAR PUSTAKA

Suryono Slamet ( 2020 ). Asuhan Keperawatan Pada An. H Usia 5 Tahun


Dengan CP Di Ruang Irna C. Retroeved From destination
http://repository.pkr.ac.id/1171/1/SLAMET-KTI.pdf

Anugerani Paulina ( 2019 ). Asuhan Keperawatan Pada An. N. A Dengan


hidrosefalus Di Ruangan Kenanga Rsud Prof. Dr. W. Z Johannes
Kupang . Retrieved from destination :

http://repository.poltekeskupang.ac.id/1008/1/Karya%20Tulis
%20Ilmiah-dikonversi.pdf

Gan Gain ( 2017 ). Askep Difteri .Retrieved from destination :


https://www.scribd.com/document/359225758/askep-difteri

https://pdfcoffee.com/askep-pertusis-1-pdf-free.html
http://www.smallcrab.com/kesehatan/1144-asuhan-keperawatan-pertusis-pada-
pasien-anak.html
https://med.unhas.ac.id/kedokteran/wp-content/uploads/2016/09/Manual-
Pengelolaan-Jalan-Napas.pdf
http://repository.uki.ac.id/2739/1/PETUNJUK%20PRAKTIKUM
%20KEPERAWATAN%20MEDIKAL%20BEDAH%20I.pdf

26

Anda mungkin juga menyukai