Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

PENATALAKSAAN FISIOTERAPI PADA ANAK


CEREBAL PALSY ATHETOID

Disusu oleh:
Windy Nuri Iskandar
1910301155

PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
2022
HALAMAN PENGESAHAN

PHYSIOQOE THERAPY
MANAJEMEN BENCANA

PADA TANGGAL 24 OKTOBER – 12 NOVEMBER 2022

Nama : Windy Nuril Iskandar


Nim : 1910301155
Prodi : S1 Fisioterapi

Telah disetujui oleh Clinical Educator di PhysioQoe therapy

Banjarnegara, 24 Oktober – 12 November 2022


Menyetujui

(Mbaref Sugita Walisa, SSt. FT ., Ftr. )


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan junjungan besar Nabi
Muhammad SAW, karena berkat rahmat, karunia dan inayah-Nya, kita selalu dapat melakukan hal
sebagaimana mestinya, sehingga saya dapat menyelesaikan Tugas Makalah Cerebral Palsy
(Spastik Diplegia), dimana menyusun dan menyelesaikan makalah ini merupakan salah satu
bentuk pertanggung jawaban kami untuk memenuhi tugas magang
Kami selaku penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang membangun dari rekan-rekan sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan
makalah dimasa yang akan datang. Akhirnya saya berharap semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat yang sebesar-besarnya kepada kita, Aamiin
Wassalmu’alaikum Wr.Wb.

Banjarnegara, 11 November 2022

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................................. 3
DAFTAR ISI................................................................................................................................................ 4
BAB I .......................................................................................................................................................... 15
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 5
A. Latar Belakang ................................................................................................................................... 5
B. Rumusan Masalah .............................................................................................................................. 6
C. Tujuan ................................................................................................................................................. 6
BAB II .......................................................................................................................................................... 7
PEMBAHASAN .......................................................................................................................................... 7
A. Definisi ................................................................................................................................................ 7
B. Epidemiologi ....................................................................................................................................... 9
C. Etiologi ................................................................................................................................................ 9
D. Patofisiologi......................................................................................................................................... 9
E. Patogenesis ........................................................................................................................................ 10
F. Gejala Umum .................................................................................................................................... 10
G. Penatalaksaan Fisioterapi ............................................................................................................... 11
BAB III....................................................................................................................................................... 13
STATUS KLINIS ...................................................................................................................................... 13
LAPORAN STATUS KLINIK ................................................................................................................ 13
I. KETERANGAN UMUM PENDERITA ..................................................................................... 13
A. ANAMNESIS............................................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................ 32
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa pertumbuhan anak adalah masa yang sangat riskan bagi setiap untuk kehidupan
anak, maka sangat penting untuk memperhatikan. Pada tahun 1806, seorang dokter, seorang
dokter bedah bernama WilliamLittlepertama kali mendeskripsikan penyakit yang
membingungkan yang pada saat itu menyerang anak-anak pada usia tahun pertama, yang
menyebabkan kekakuan tungkai dan lengan. Anak-anak tersebut mengalami kesulitan
merangkak dan berjalan. Kondisi tersebut disebut little’s disease selama beberapa tahun, yang
saat ini dikenal sebagai spastic diplegia. Penyakit ini merupakan salah satu dari penyakit yang
mengenai pengendalian fungsi pergerakan dan digolongkan dalam terminologi cerebral palsy
atau umumnya disingkat CP.
Sebagian besar penderita tersebut lahir premature atau mengalami komplikasi saat
persalinan dan Little menyatakan kondisi terrsebut merupakan hasil dari kekurangan oksigen
selama kelahiran. Kekurangan oksigen tersebut merusak jaringan otak yang sensitive yang
mengendalikan fungsi pergerakan. Tetapi pada tahun 1897, psikiatri terkenal Sigmud Freud
tidak sependapat. Dalam penelitianya, banyak dijumpai pada anak CP mempunyai masalah
lain seperti retardasi mental, gangguan visual dan kejang. Freud menyatakan bahwa penyakit
tersebut mungkin sudah terjadi pada awal kehidupan, selama perkembangan otak janin.
Masalah yang sering dijumpai pada tumbuh kembang anak diantaranya adalah cerebral
palsy (CP). Cerebral palsy (CP) merupakan kelainan atau kerusakan pada otak yang bersifat
non-progresif yang terjadi pada proses tumbuh kembang. Kelainan atau kerusakan tersebut
dapat terjadi pada saat di dalam kandungan (pre-natal), selama proses melahirkan (natal), atau
setelah proses kelahiran (post-natal). CP dapat mengakibatkan gangguan sikap (postur),
kontrol gerak, gangguan kekuatan otot yang biasanya disertai gangguan neurologik berupa
kelumpuhan, spastik, gangguan basal ganglia, cerebellum, dan kelainan mental (mental
retardation) (Dorlan, 2005).
Cerebral Palsy athetoid merupakan kelainan anak dengan pola memiliki kesulitan
mempertahankan postur, anak menunjukan adanya gerakan involunter dan mengalami
kesulitan mencapai gerakan yang normal.
Fisioterapi adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu
dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi
tubuh sepanjang kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan
gerak, peralatan (fisik, elektro, terapeutis, dan mekanis), pelatihan fungsi, serta komunikasi
(Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2001).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas memberikan dasar bagi penulis
merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apakah yang dimaksud dengan cerebral palsy khusunya cerebral palsy athetoid ?
2. Bagaimanakah perjalanan penyakit dari cerebral pasly ?
3. Apakah keluhan yang dialami oleh pasien cerebral palsy ?
4. Bagaimanakah penatalaksaan fisioterapi pada cerebral pasly ?

C. Tujuan
Dari rumusan masalah diatas, maka diperoleh tujuan yaitu :
1. Mengetahui apa itu cerebral palsy khususnya cerebral palsy athetoid.
2. Mengetahui perjalanan penyakit cerebral palsy.
3. Mengetahui keluhan yang dialami oleh pasien cerebral palsy.
4. Mengetahui penatalaksaan fisioterapi pada cerebral pasly.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
1. Definisi Cerebral Palsy
Cerebral Palsy adalah suatu keadaan kerusakan jaringan otak yang kekal dan tidak
progresif. Terjadi pada waktu masih muda (sejak di lahirkan) dan merintangi
perkembangan otak normal dengan gambaran klinis dapat berubah selama hidup dan
menunjukkan kelainan dalam sikap dan pergerakan, disertai kelainan neurologis berupa
kelumpuhan spastis, gangguan ganglia basalis dan serebellum dan kelainan mental.
Cerebral palsy pada dasarnya adalah gangguan terhadap pergerakan dan postur tubuh.
Hal ini di istilahkan sebagai “payung” yang mencakup gangguan pengontrolan gerakan
akibat adanya lesi atau kelainan terhadap perkembangan otak di awal tahap kehidupan
dengan latar belakang penyakit yang tidak progresif.
Cerebral palsy adalah gangguan yang tidak progresif dari fungsi otak yang di sebabkan
faktor prenatal pada kasus berat. Asal dari faktor prenatal tersebut belum di ketahui
sebabnya, perinatal faktor seperti asphyxia dan trauma lahir bertanggungjawab terhadap
terjadinya kurang lebih 10 persen dari kasus tersebut. Saat di lakukan pemeriksaan ,akan
di temukan hasil abnormal dari pemeriksaan neurologis terhadap neonatus tersebut. resiko
cerebral palsy rendah pada neonatus tanpa gejala meski pada saat terjadi komplikasi
persalinan.
Definisi dari cerebral palsy terdiri dari beberapa kondisi ,yaitu: lokasi lesi terdapat di
otak, lesi permanen dan tidak progresif meski gambaran kliniknya dapat berubah seiring
waktu, lesi muncul di awal kehidupan dan mengganggu perkembangan otak yang normal,
gambaran kliniknya di dominasi oleh gangguan gerak dan postur dan gangguan pasien
untuk menggunakan ototnya secara sadar. Mungkin juga di iringi komplikasi lain dari
gangguan neurological dan tanda maupun gejala mental.
2. Definisi Cerebral Palsy athetoid
Cerebral palsy athetoid juga dikenal sebagai cerebral palsy dyskinetic, adalah subtipe
dari cerebral palsy (CP). Cerebral palsy adalah gangguan permanen nonprogresif yang
menyebabkan keterbatasan aktivitas dengan mempengaruhi sirkuit kontrol motorik yang
sedang berkembang Gangguan non-progresif ini diakibatkan oleh gangguan selama
perkembangan janin atau di otak bayi. Cerebral palsy sebagai kelompok adalah penyebab
paling umum dari kecacatan masa kanak-kanak (Sadowska et al., 2020).
Cerebral palsy diskinetic adalah subtipe palsi serebral kedua yang paling umum, terdiri
dari sekitar 12 hingga 14% pasien yang terkena, yang paling umum adalah subtipe spastik.
Cerebral palsy athetoid didefinisikan oleh postur dan gerakan abnormal (Oskoui et al.,
2013). Kelainan ini disebabkan oleh gangguan tonus otot, gangguan kontrol gerakan, dan
gangguan koordinasi. Kelainan ini dapat digambarkan dengan merinci gerakan khas itu
sendiri, seperti distonik, ekstrapiramidal, koreoatetosis, koreoatetoid, atau Cerebral palsy
athetoid (Haberfehlner et al., 2019).
Cerebral palsy diskinetik diakibatkan karena adanya kerusakan pada sistem tractus
extrapyramidalis, yang terdiri dari 3 lapisan integrasi yaitu cortical, striatal (basal ganglia),
dan segmental (mesensephalon). Lesi pada setiap tingkat dalam system extrapyramidal
dapat mengaburkan atau menghilangkan gerakan dibawah kesadaran dan mengganti
dengan gerakan diluar kesadaran (Caligiore et al., 2017). Komorbiditas non-motorik dapat
lebih sering terjadi pada cerebral palsy diskinetik daripada subtipe spastik. Ini termasuk
gangguan intelektual, yang bisa parah, masalah bicara, dan epilepsi (Jonsson et al., 2019).
Komorbiditas umum lainnya termasuk penurunan berat badan, makan yang buruk, dan
gangguan tidur dan pernapasan. Deformitas muskuloskeletal juga sering terjadi (Morgan
& McGinley, 2014).
B. Epidemiologi
Cerebral palsy adalah masalah umum yang terjadi di seluruh dunia,insidennya 2-2,5 dari
tiap 1000 kehidupan neonatus. Ketika William Little pertama kali mendeskripsikan cerebral
palsy, dia sudah mengaitkan faktor resiko terjadinya cerebral palsy adalah akibat terjadinya
trauma lahir, dan pandangan ini sudah di pertahankan selama beberapa dekade. Kemajuan
manajemen neonatus dan perawatan obstetric belum menunjukkan penurunan kejadian
cerebral palsy. Sebaliknya, dengan penurunan angka kematian bayi sebenarnya telah terjadi
peningkatan insiden dan keparahan dari cerebral palsy. Insiden pada bayi premature lebih
tinggi di banding bayi cukup bulan.

C. Etiologi
Cerebral palsy adalah kondisi neurologis yang di sebabkan oleh cedera pada otak yang
terjadi sebelum perkembangan otak sempurna. Karena perkembangan otak berlangsung
selama dua tahun pertama. Cerebral palsy dapat di sebabkan oleh cedera otak yang terjadi
selama periode prenatal, perinatal, dan postnatal. 70- 80% kasus cerebral palsy diperoleh
selama masa prenatal dan sebagian besar penyebab tidak di ketahui.

D. Patofisiologi
Seperti di ketahui sebelumnya bahwa cerebral palsy merupakan kondisi neurologis
yang di sebabkan oleh cedera pada otak yang terjadi sebelum perkembangan otak sempurna.
Karena perkembangan otak berlangsung selama dua tahun pertama. Cerebral palsy dapat di
sebabkan oleh cedera otak yang terjadi selama periode prenatal, perinatal, dan postnatal.
E. Patogenesis
Perkembangan susunan saraf dimulai dengan terbentuknya neural tube yaitu induksi
dorsal yang terjadi pada minggu ke 3-4 masa gestasi dan induksi ventral, berlangsung pada
minggu ke 5-6 masa gestasi. Setiap gangguan pada masa ini bisa mengakibatkan terjadinya
kelainan kongenital seperti kranioskisis totalis, anensefali, hidrosefalus dan lain sebagainya.
Fase selanjutnya terjadi proliferasi neuron, yang terjadi pada masa gestasi bulan ke 2-4.
Gangguan pada fase ini bisa mengakibatkan mikrosefali, makrosefali.
Stadium selanjutnya yaitu stadium migrasi yang terjadi pada masa gestasi bulan 3-5.
Migrasi terjadi melalui dua cara yaitu secara radial, sampai dengan berdiferensiasi dan daerah
periventnikuler dan subventrikuler ke lapisan sebelah dalam koerteks serebri; sedangkan
migrasi secara tangensial sd berdiferensiasi dan zone germinal menuju ke permukaan korteks
serebri. Gangguan pada masa ini bisa mengakibatkan kelainan kongenital seperti
polimikrogiri, agenesis korpus kalosum.
Stadium organisasi terjadi pada masa gestasi bulan ke 6 sampai beberapa tahun
pascanatal. Gangguan pada stadium ini akan mengakibatkan translokasi genetik, gangguan
metabolisme. Stadium mielinisasi terjadi pada saat lahir sampai beberapa tahun pasca natal.
Pada stadium ini terjadi proliferasi sd neuron, dan pembentukan selubung mialin.
Kelainan neuropatologik yang terjadi tergantung pada berat dan ringannya kerusakan Jadi
kelainan neuropatologik yang terjadi sangat kompleks dan difus yang bisa mengenai korteks
motorik traktus piramidalis daerah paraventnkuler ganglia basalis, batang otak dan serebelum.

F. Gejala Umum
Secara umum gejala dari pengidap cerebral palsy mengalami satu atau beberapa hal di
bawah ini:
 Fungsi dari tangan dan kaki tidak berjalan dengan normal. Beberapa orang seperti
tidak bisa merasakan organ itu karena semua terasa lemas.
 Bayi yang terkena cerebral palsy mengalami keterlambatan perkembangan tubuh.
Pada beberapa kasus, bayi belum bisa duduk saat berusia 1 tahun atau belum bisa
berjalan saat usianya menginjak 2-3 tahun.
 Otot tidak tumbuh dengan normal.
 Tubuh sering bergetar atau mengalami tremor. Beberapa bagian tubuh kerap tidak
bisa dikendalikan mulai dari tangan hingga kaki.
 Beberapa organ tubuh menjadi kaku. Tangan, kaki, dan punggung susah digerakkan.
 Separuh bagian organ gerak tidak bisa digunakan untuk bergerak
 Berjalan tidak normal. Kaki kadang seperti berjinjit atau mengangkang saat
digunakan untuk berjalan
 Kesulitan berbicara atau komunikasi.
 Gangguan pendengaran.
 Tidak bisa melihat dengan jelas.
 Kesulitan mengendalikan kandung kemih sehingga saat ingin kencing tidak bisa
ditahan dan keluar sendiri
 Air liur terus keluar tidak terkendali.
 Mengalami kelainan bentuk tulang.

G. Penatalaksaan Fisioterapi
1. Teknologi Fisioterapi :
a. Neuro Senso Motor Reflek Development and Synchronization (NSMRD & S)
Tujuan dari Neuro Senso Motor Reflek Development and Synchronization
(NSMRD & S) bertujuan untuk meringankan dan menghilangkan stress dan kempensasi
disfungsional yang nonproduktif di dalam struktur tubuh, mengaktifkan motor program
yang alami dan genetik di seluruh mekanisme perkembangan gerak, mengaktifkan
“brain body” yang mempengaruhi perkembangan gerak, mengoptimalkan motor and
sensorymotor integration (Takarini, 2015).
Tatalaksanaan :
Menggunakan teknik gerakan gelombang dengan bentuk searah jarum jam pada
tengah tubuh dilanjutkan bagian kanan serta kiri tubuh, kemudian pelvic kiri dan kanan.
Lalu gerakan gelombang melingkar dari perut sampai sacrum dan tengkurap. Lakukan
3 kali pengulangan.
b. Mobilisasi
Efek dan kegunaan Relaxed Passive Movement yaitu (1) mencegah proses
perlengketan jaringan untuk memelihara kebebasan gerak sendi. (2) mendidik kembali
pola gerakan dengan stimulasi pada propioceptor. (3) mencegah pemendekan otot. (4)
memperlancar sirkulasi darah/limfe. (5) untuk relaksasi (Wisnhu, 2010).
c. Myofacial release
Myofacial release yaitu salah satu tehnik pemijatan yang lebih fokus pada jaringan
lunak (fasia) yang mengalami pengerasan (hipertonus), spasme, dan adhesi jaringan
lunak.
d. Neuro Development Tratment (NDT)
Manfaat pemberian NDT sendiri untuk kasus keterlambatan tumbuh kembang bisa
di katakan sangatlah efektif. Dengan menggunakan tehnik stimulasi dan fasilitasi,
dimana tehnik ini digunakan untuk meningkatkan tonus otot melalui propioceptive dan
tactile serta untuk memperbaiki dan memelihara kualitas tonus yang normal
e. Trunk Stabilization
Trunk Stabilization merupakan latihan yang ditujukan untuk mengaktivasikan
kontraksi core muscle dan berfungsi untuk meningkatkan stabilisasi dari kolumna
vertebralis untuk memelihara spine dalam kondisi netral. Adapun jenis latihan yang bisa
diterapkan untuk stabilisasi trunk yaitu sit up.
f. Oral Stimulasi
Program stimulasi oral motor meliputi kegiatan untuk meningkatkan lateralisasi
lidah, kontrol bibir, dan kekuatan mengunyah. Klinisi yang menangani anak-anak
dengan masalah oral motor sering memberikan latihan oral motor ke dalam rencana
perawatannya
BAB III
STATUS KLINIS

LAPORAN STATUS KLINIK


FISIOTERAPI
PRODI FISIOTERAPI PROFESI
UNIVERSITAS ’AISYIYAH YOGYAKARTA

NAMA MAHASISWA : WINDY NURIL ISKANDAR


N.I.M. : 1910301155
TEMPAT PRAKTIK : PHYSIOQOE
TANGGAL : 24 Oktober-12 November 2022

I. KETERANGAN UMUM PENDERITA

Nama : Naema Hadijah


Umur : 29 Bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan :-
Alamat : Semantis
No. Rekam Medik :-
II. DATADATA MEDIS RUMAH SAKIT / KLINIK

Radiologi : Atrofi, Agenesis Corpus Callosum (ACC)


Laboratorium : -
EMG :-
Diagnosa Medis : Cerebal Palsy Athetoid/Diskinetik

III. SEGI FISIOTERAPI


A. ANAMNESIS
⃝AUTOANAMNESIS ⃝HETEROANAMNESIS

1. Keluhan Utama :
- Pasien belum bisa merayap secara mandiri
- Pasien belum bisa duduk secara mandiri
- Pasien belum bisa merangkak secara mandiri
- Pasien belum bisa berdiri secara mandiri
- Pasien belum bisa jalan secara mandiri
- Pasien mampu tengkurap secara mandiri
- Pasien mampu berguling ke kanan dan ke kiri

2. Riwayat Penyakit Sekarang :


 Prenatal
- Usia ibu saat hamil yaitu 30 tahun
- Tidak saki saat hamil
- Tidak mengkonsumsi obat-obatan di luar resep dokter
- Tidak ada flek/pendarahan
- Tidak mual muntah berlebihan

 Perinatal
- Lahiran secara normal
- Ketuban pecah duluan
- Warna ketuban jernih

 Post natal
- Bayi lahir langsung menangis
- Warna kulit bayi saat lahir kemerahan
- Berat badan lahir yaitu 3,4 Kg
- Tidak ada perlakuan khusus setelah bayi lahir
- Setelah 4 hari warna kulit bayi berubah menjadi kuning dan kejang

3. Riwayat Penyakit Dahulu dan Penyerta :


-
B. PEMERIKSAAN OBYEKTIF
PemeriksaanVital Sign : KemampuanFungsional:
1. TD: 110/70 mmHg 1. Tidur/bedrest/gendong
2. HR: 129 /x mnt 2. JalanSendiri : -
3. Suhu: 36ºC 3. KursiRoda :-
4. RR : 2 2 x/mnt 4. Alat Bantu : -
5. SkorNyeri: - 5. Prothese :-
6. TB : 80 Cm 6. Deformitas : -
7. BB : 8,9 kg 7. ResikoJatuh: -
8. Lain-lain :-
1. Pemeriksaan Sistemik Khusus :
a. Muskuloskeletal :
 Inspeksi
Statis :
- Pasien Sadar
- Pasien tidur terlentang
- Telapak kaki pasien seperti telapak kaki bayi
- Posisi kepala condong ke kiri
- Telapak kaki terlihat flatfoot

Dinamis :
- Pasien masih sulit duduk secara mandiri
- Tangan pasien ke tengah jari-jari bertautan
- Pasien berguling ke kanan dan ke kiri ketika tengkurap
- Ketika pasien duduk terdapat gerakan patah-patah pada leher
- Pasien terkadang memasukkan jari jempol ke dalam mulut

 Palpasi
- Adanya hipotonus general extremitas
- Adanya hipertonus pada otot sternokleidomastoid
- Adanya hipertonus pada otot gastrocnemius
- Adanya hipertonus pada otot rhomboid sinistra

b. Kardiopulmonal : Tidak ada keluhan


c. Neuromuskuler : Tidak ada keluhan
d. Integument : Tidak ada keluhan
2. Pengukuran Khusus :
a. Muskuloskeletal :

1. Pemeriksaan reflek
- Graps refleks (tangan) :+
- Babinski refleks :+
- Moro refleks :+
- Rooting refleks :+
- Sucking refleks :-
- Tonic neck labyrinthine refleks :+
- Stepping :+
- Graps refleks (kaki) :+
- Asimetric tonic neck refleks :-
- Simetric tonic neck refleks :+
- Landau refleks :-
- Protective refleks forward :+
- Protective refleks sideways :-
- Protective refleks backward :-

2. Antropometri
Lingkar Kepala : 42 Cm = Tidak normal

3. Sensorimotor
- Penglihatan
Dasar : Bisa
Membedakan : Tidak bisa
Asosiasi : Tidak bisa

- Pendengaran
Dasar : Bisa
Membedakan : Bisa
Asosiasi : Tidak bisa

- Penciuman
Dasar : Tidak dilakukan
Membedakan : Tidak dilakukan
Asosiasi : Tidak dilakukan

- Pengecapan
Dasar : Bisa
Membedakan : Bisa
Asosiasi : Tidak bisa

- Peraba
Dasar : Bisa
Membedakan : Tidak bisa
Asosiasi : Tidak bisa

- Proprioseptif : - Kesulitan merencanakan, melakukan dan mengontrol gerakan

- Keseimbangan : Kurang

4. Pemeriksaan Spastisitas dengan Skala Asworth

Grub otot Kanan Kiri


Ekstensor shoulder 1 1
Fleksor shoulder 1 1
Adduktor shoulder 1 1
Abduktor shoulder 1 1
Fleksor elbow 2 2
Ekstensor elbow 2 2
Fleksor wris 1 1
Ekstensor wrist 2 2
Adduktor hip 2 2
Abduktor hip 2 2
Fleksor hip 2 2
Ekstensor hip 2 2
Fleksor knee 2 2
Ekstensor knee 2 2
Plantar fleksor anlke 2 2
Dorsal fleksor ankle 1 1

Keterangan :
0 : Tidak ada peningkatan tonus otot
1 : Ada peningkatan sedikit tonus otot, ditandai dengan terasanya tahanan minimal pada
akhir ROM pada waktu sendi digerakkan fleksi atau ekstensi.
2 : Ada peningkatan sedikit tonus otot, ditandai adanya pemberhentian gerakan dan diikuti

3 : Peningkatan tonus otot lebih nyata sepanjan sebagian besar ROM, tapi sendi masih mudah
digerakkan
4 : Penigkatan tonus otot sangat nyata, gerakan pasif sulit dilakukan
5 : Sendi atau ekstremitas kaku&rigid pada gerakan fleksi atau ekstensi

5. Pemeriksaan Kemampuan fungsional (GMFM)


BERBARING DAN BERGULING

No Gerakan Skor
1. Terlentang: kepala tegak lurus : kepala dipegang dan 3
diputar tangan dan kaki simetris
2. Terlentang: tangan digerakan ke tengah jari- 3
jari bertautan
3. Terlentang: angkat kepala 45 derajat 0
4. Terlentang: hip dan lutut kanan fleksi penuh 3
5. Terlentang: hip dan lutut kiri fleksi penuh 3
6. Terlentang: tangan kanan menggapai meraih mainan 3
7. Terlentang: tangan kiri menggapai meraih mainan 3
8. Terlentang: berguling ke kanan 3
9. Terlentang: berguling ke kiri 3
10. Terlentang: mengangkat kepala tegak 0
11. Tengkurap dengan tumpuan lengan: angkat kepala 3
tegak elbow ekstensi dada diangkat
12. Tengkurap dengan tumpuan lengan: berat badan 3
dibebankan pada tangan kanan lengan kiri kedepan
13. Tengkurap dengan tumpuan lengan: berat badan 3
dibebankan pada tangan kanan lengan kanan kedepan
14. Tengkurap: berguling ke kanan 3
15. Tengkurap: berguling ke kiri 3
16. Tengkurap: berputar ke kanan 90 derajat 3
menggerakan tangan dan kaki
17. Tengkurap: berputar ke kiri 90 derajat menggerakan 3
tangan dan kaki

No. B. Duduk Skor


18. Terlentang,tangan digengam oleh terapi,badan diangkat 3
sendiri dengan mengontrol kepala
19. Terlentang,berguling ke kanan,ke posisi duduk 3
20. Terlentang,berguling ke kiri, ke posisi duduk 3
21. Duduk di matras, leher di pegang oleh terapis ; kepala 3
diangkat tegak, tahan 3 detik
22. Duduk di matras, leher di pegang oleh terapis ; angkat kepala 3
ke posisi setengah tegak, tahan 10 detik
23. Duduk di matras, lengan dipegang, tahan 5 detik 3
24. Duduk di matras, tahan ,lengan rileks 3 detik 3
25. Duduk di matras, mainan kecil diletakkan di depan; badan 0
membungkuk ke depan,menyentuh mainan tegak kembali
tanpa bantuan lengan
26. Duduk di matras : menyentuh yang diletakkan 45o di 0
sebelah kanan belakang, kembali ke posisi awal
27. Duduk di matras : menyentuh yang diletakkan 45o di 0
sebelah kiri belakang, kembali ke posisi awal
28. Duduk di sebelah kanan ; tahan, lengan rileks 5 detik 0
29. Duduk di sebelah kiri ; tahan, lengan rileks 5 detik 0
30. Duduk di matras : membungkuk, menuju posisi tengkurap, 0
gerakan di control
31. Duduk di matras, kaki di letakkan di depan : ke posisi ke 0
kanan
32. Dudk di matras, kaki di letakkan di depan : ke posisi four 0
point ke kiri
33. Duduk di matras : berputar 90o, tanpa bantuan lengan 0
34. Duduk di bangku : tahan, lengan dan kaki rileks 10 detik 0
35. Berdiri, melakukan gerakan duduk di atas bangku kecil 0
36. Di lantai : melakukan gerakan duduk di atas bangku kecil 0
37. Di lantai : melakukan gerakan duduk di atas bangku besar 0

Kriteria sebagai berikut :


0 : Tidak memiliki inisiatif
1 : Dilakukan di awal saja
2 : Sebagian dilakukan
3 : Dilakukan
Cara penilaian yang digunakan untuk pemeriksaan ini adalah sebagai berikut :
Kalkulasi dari skore tiap dimensi
Dimensi

A. Berbaring dan Total DimensiA = 45 x 100 88,23%


Berguling 51

B. Duduk Total DimensiB = 21 x 100 35%


60

C. Merangkak dan Total DimensiC = 0 0


Berlutut

Total score GMFM 88,23 + 35 = 0,238%


5

Total score Goal 35 + 0 = 17,5%


2
6. Pemeriksaan Kemampuan fungsional (DDST)
 Interpretasi hasil Per Sektor :
1. Motorik Kasar : Delay
2. Motorik Halus : Delay
3. Bahasa : Delay
4. Personal Sosial : Delay
 Interpretasi Hasil DDST :
-Normal : Tidak ada keterlambatan ; max 1 ‫״‬C"
-Suspeck : Bila didapat ≥ 2 "C "
atau ≥ 1 Delayed (lakukan uji ulang 1-2 minggu)
-Tidak Dapat Diuji : Bila ada skor menolak pada ≥ 1 uji coba di sebelah kiri garis
usia daerah 75-90% (uji ulang 1-2 minggu).
-Referral Condition : Bila setelah uji ulang, hasilnya tetap ada “suspeck” atau tidak
dapat diuji (dipikirkan untuk dirujuk pada ahlinya).

 Pemberian skor item diletakkan pada sebelah kiri kotak di tiap item, dengan
ketentuan :
- Advance : Pass (lulus) pada uji coba sebelah kanan garis umur.
- Normal : Gagal/menolak pada uji coba sebelah kanan garis umur; pass
(lulus) pada persentil 25 s.d 75.
- Caution : Gagal/menolak uji coba dimana garis umur terletak pada persentil
75 s.d 90.
- Delayed : Gagal/menolak uji coba dimana 90% anak dapat lulus (ditandai
dengan warna merah pada akhir kotak)
C. UNDERYING PROSES

Faktor proses kehamian Faktor genetik

Prenatal : Tidak ada keluhan


Natal : Ketuban pecah duluan
Pos natal : Setelah 4 hari
warna kulit bayi berubah
menjadi kuning dan kejang

Hyperbilirubin

Kejang

Suplai oksigen ke otak


menurun Agenesis Corpus Callosum (ACC)

Kerusakan di ganglia Atrofi Cerebri


basalis

CP Athetoid

Spastisitas Abnormalitas tonus otot Abnormalitas gerakan Gg. Propioseptif Gg. Vestibular

NSMRD & S Mobilisasi NDT Oral stimulasi Myofacial release Trunk Stabilization

Normalitas tonus Penurunan spastisitas Normalitas gerakan Peningkatan Peningkatan


kemampuan vestibular kemampuan vestibular

Kemandirian anak dalam aktifitas fungsionalnya


D. DIAGNOSIS FISIOTERAPI

1. Body Structure & Body Function


a. Body Structure
- Hipotonus general extremitas
- Hipertonus pada otot sternokleidomastoid
- Hipertonus pada otot gastrocnemius
- Hipertonus pada otot rhomboid sinistra
- Spastisitas pada kedua lengan dan kedua tungkai
- Telapak kaki pasien seperti telapak kaki bayi/Flatfoot
b. Body Function
- Gangguan vestibular
- Posisi kepala condong ke kiri
- Ketika pasien duduk terdapat gerakan patah-patah pada leher
- Pasien terkadang memasukkan jari jempol ke dalam mulut
- Kesulitan merencanakan, melakukan dan mengontrol gerakan

2. Functional Limitation
- Belum mampu melakukan gerakan fungsional dasar seperti : Merayap, duduk,
merangkak, berdiri dan berjalan.
- Belum mampu melakukan akivitas fungsional seperti makan dan mandi secara
mandiri.

3. Participation Restriction
- Pasien belum mampu berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya seperti bermain
bersama anak seusianya
E. PROGRAM FISIOTERAPI

1. Tujuan Jangka Pendek


- Memperbaiki abnormalitas tonus
- Mengontrol pola spastisitas pada kedua lengan dan tungkai
- Meningkatkan kemampuan vestibular
- Meningkatkan kemampuan proprioseptif
- Memperbaiki abnormalitas gerakan

2. Tujuan Jangka Panjang


- Memperbaiki gerak dan fungsi sehingga dapat tercapai kemandirian anak dalam
aktifitas fungsionalnya

F. TEKNOLOGI INTERVENSI FISIOTERAPI


1. Teknologi Fisioterapi :
a. Neuro Senso Motor Reflek Development and Synchronization (NSMRD & S)
Tujuan dari Neuro Senso Motor Reflek Development and Synchronization
(NSMRD & S) bertujuan untuk meringankan dan menghilangkan stress dan kempensasi
disfungsional yang nonproduktif di dalam struktur tubuh, mengaktifkan motor program
yang alami dan genetik di seluruh mekanisme perkembangan gerak, mengaktifkan “brain
body” yang mempengaruhi perkembangan gerak, mengoptimalkan motor and
sensorymotor integration (Takarini, 2015).
Tatalaksanaan :
Menggunakan teknik gerakan gelombang dengan bentuk searah jarum jam pada
tengah tubuh dilanjutkan bagian kanan serta kiri tubuh, kemudian pelvic kiri dan kanan.
Lalu gerakan gelombang melingkar dari perut sampai sacrum dan tengkurap. Lakukan 3
kali pengulangan.
b. Mobilisasi
Efek dan kegunaan Relaxed Passive Movement yaitu (1) mencegah proses
perlengketan jaringan untuk memelihara kebebasan gerak sendi. (2) mendidik kembali pola
gerakan dengan stimulasi pada propioceptor. (3) mencegah pemendekan otot. (4)
memperlancar sirkulasi darah/limfe. (5) untuk relaksasi (Wisnhu, 2010).
c. Myofacial release
Myofacial release yaitu salah satu tehnik pemijatan yang lebih fokus pada jaringan
lunak (fasia) yang mengalami pengerasan (hipertonus), spasme, dan adhesi jaringan lunak.
d. Neuro Development Tratment (NDT)
Manfaat pemberian NDT sendiri untuk kasus keterlambatan tumbuh kembang bisa
di katakan sangatlah efektif. Dengan menggunakan tehnik stimulasi dan fasilitasi, dimana
tehnik ini digunakan untuk meningkatkan tonus otot melalui propioceptive dan tactile serta
untuk memperbaiki dan memelihara kualitas tonus yang normal
e. Trunk Stabilization
Trunk Stabilization merupakan latihan yang ditujukan untuk mengaktivasikan
kontraksi core muscle dan berfungsi untuk meningkatkan stabilisasi dari kolumna
vertebralis untuk memelihara spine dalam kondisi netral. Adapun jenis latihan yang bisa
diterapkan untuk stabilisasi trunk yaitu sit up.
f. Oral Stimulasi
Program stimulasi oral motor meliputi kegiatan untuk meningkatkan lateralisasi
lidah, kontrol bibir, dan kekuatan mengunyah. Klinisi yang menangani anak-anak dengan
masalah oral motor sering memberikan latihan oral motor ke dalam rencana perawatannya

G. RENCANA EVALUASI
 Tonus otot : Palpasi
 Spastisitas : Skala Asworth
 Gangguang fungsional : GMFM
 Lingkar kepala : Antropometri (Midline)
 Reflek Primitif : Pemeriksaan refleks
H. PROGNOSIS

 Quo ad vitam : Bonam


 Quo ad sanam : Bonam
 Quo ad functionam : Dubia et bonam
 Quo ad cosmeticam : Dubia et bonam

I. EVALUASI

A. Tonus Otot
No. Tonus Otot T1 T2
1. General extremitas + +
2. Sternokleidomastoid +++ +++
3. Rhomboid sinistra +++ +++
4. Gastrocnemius +++ +++

Keterangan :
+ =Hypotonus
++ = Normal
+++ = Hypertonus

B. Skala Asworth
T2 T2 Regio Grup Otot T1 T1
Dextra Sinistra Dextra Sinistra
1 1 Shoulder Flexor 1 1
1 1 Extensor 1 1
1 1 Abductor 1 1
1 1 Adductorz 1 1
1 1 Elbow Flexor 2 2
1 1 Extensor 2 2
1 1 Wrist Dorsal 1 2
1 1 Palmar 1 2
1 1 Hip Flexor 2 2
1 1 Extensor 2 2
1 1 Abductor 2 2
1 1 Adductor 2 2
1 1 Knee Flexor 2 2
1 1 Extensor 2 2
1 1 Ankle Dorsal 1 1
1 1 Plantar 2 2

C. Gross Motor Function Measure (GMFM)

No. Gerakan T1 T2
1. Berbaring dan berguling 88,23% 88,23%
2. Duduk 35% 35%

D. Reflek Primitif

No. Refleks T1 T2
1. Graps refleks (tangan) + +
2. Babinski refleks + +
3. Moro refleks + +
4. Rooting refleks + +
5. Sucking refleks - -
6. Tonic neck labyrinthine + +
refleks
7. Stepping + +
8. Graps refleks (kaki) + +
9. Asimetric tonic neck refleks - -
10. Simetric tonic neck refleks + +
11. Landau refleks + +
12. Protective refleks forward + +
13. Protective refleks sideways - -
14. Protective refleks backward - -

E. Antropometri
No. Regio T1 T2
1. Lingkar Kepala 42 43

J. EDUKASI
Memberikan penjelasan kepada orang tua, dan diajarkan juga tahapan-tahapan latihan sehingga
dapat dilakukan di rumah secara berulang-ulang. Tujuan dari terapi akan tercapai apabila adanya
kerjasama yang baik antara terapis dan pasien, pasien disarankan agar menerapkan latihan dan
home program yang telah diberikan oleh terapis.

................, ………….........
Clinical Educator

.............................................
NIP/ NIK :

Catatan :
DAFTAR PUSTAKA

Ibrahim, Rayhan, and Putri Syafitri. 2022. "Efektivitas Intervensi Bobath Pada Anak Dengan
Cerebral Palsy: Artikel Reviu." Indonesian Journal of Health Science 2.2: 59-67.

Azizah, Hikmatul, and Agus Widodo. 2022. "Case Study: Efektifitas Head Control Exercise, Neck
Capital Flexion, dan Standing Frame with Neck Collar Terhadap Kemampuan Head
Control pada Cerebral Palsy Spastik Quadriplegi Athetoid." Jurnal Kesehatan dan
Fisioterapi 53-59.

Zulfahmi, Ulfah, Umi Budi Rahayu, and Intan Herlinawati. 2022. "STUDI KASUS: PROGRAM
FISIOTERAPI PADA KASUS CEREBRAL PALSY ATAKSIA DI KLINIK INTAN
FISIOTERAPI ANAK." Jurnal Kesehatan dan Fisioterapi : 16-20.

Selekta, Mayang Cendikia. 2018. "Cerebral Palsy Tipe Spastik Quadriplegi Pada Anak Usia 5
Tahun." Jurnal Majority 7.3: 186-190.

PURBANINGTYAS, Yunita Ayu, and Umi Budi Rahayu. 2015. Penatalaksanaan Fisioterapi
Pada Kasus Cerebral Palsy Spastik Quadriplegi Tipe Ekstensi Di Yayasan Sayab Ibu
Yogyakarta. Diss. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Sari, Risky Novita, and Umi Budi Rahayu. 2013. Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus
Cerebral Palsy Spastic Diplegi Dengan Metode Neuro Developmental Treatment (NDT)
Di Yayasan Pendidikan Anak Cacat Cabang Surakarta. Diss. Universitas Muhammadiyah
Surakarta.

Primadasa, Ghulam Fahima, and Agus Widodo. 2022. "Case Study: Efektivitas Neuro
Develomental treatment Pada Cerebral Palsy spastic Diplegia." Jurnal Kesehatan dan
Fisioterapi: 44-48

Anda mungkin juga menyukai