Anda di halaman 1dari 20

TERAPI KEPERAWATAN ANAK PADA ANAK

KEBUTUHAN KHUSUS
Cerebral Plasy

Dosen Pengampu:
Ns. Rezka nurvinanda, M.Kep

Mata Kuliah: Keperawatan Anak

Disusun Oleh:
Kelompok 6

1. Dera Kurniawati : 21100094


2. Intan Purwasih : 21100090
3. Lili Sundari : 21100088
4. Nuvera Fitriyani : 21100091
5. Resty Aprilia : 21100087
6. Rika Rahim : 21100092

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


INSTITUT CITRA INTERNASIONAL
2023
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadiran ALLAH SWT yang mana kami telah diberikan
kesehatan serta kekuatan atas rahmat dan karunianya, dalam mengerjakan tugas
makalah ini guna memenuhi tugas kelompok Keperawatan Anak. Terimakasih
kami ucapkan kepada ibu Ns. Rezka nurvinanda, M.Kep selaku dosen pengampu
mata kuliah Keperawatan Anak yang telah membimbing kami dalam pembuatan
makalah ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dikarenakan terbatasnya pengetahuan yang kami miliki dan hanya
mengandalkan informasi di situs web jurnal dari internet. Oleh karena itu kami
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik tentang materi ini.
Dan kami berharap semoga materi ini dapat memberikan pengetahuan dan
manfaat bagi pembaca.
Kami meminta maaf atas kekurangan dan keselahan pada tugas Makalah ini.

Pangkalpinang, 17 Oktober 2023

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

Halaman Sampul...............................................................................................................

Halaman Pembuka............................................................................................................

Kata Pengantar..................................................................................................................

Daftar isi ............................................................................................................................

Daftar Gambar..................................................................................................................

Daftar Tabel.......................................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar belakang......................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
B. Rumusan masalah.................................................................................................
C. Tujuan..................................................................................................................

BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................

A. Definisi Cerebral Palsy............................................................................................


B. Etiologi Cerebral Palsy............................................................................................
C. Jenis-Jenis Cerebral Palsy........................................................................................
D. Patofisologi Cerebral Palsy......................................................................................
E. Manifestasi Klinis dan Klasifikasi...........................................................................
F. Pencegahan Cerebral Palsy......................................................................................
G. Terapi Cerebral Palsy..............................................................................................
H. Kritik dan Pembahasan............................................................................................

BAB III PENUTUP...........................................................................................................

A. Kesimpulan..............................................................................................................

iii
B. Saran........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 1.1..............................................................................................................
2. Gambar 1.2..............................................................................................................
3. Gambar 1.3..............................................................................................................
4. Gambar 1.4..............................................................................................................

DAFTAR TABEL

1. Tabel 2.1..................................................................................................................

iv
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kondisi yang disebut dengan Cerebral Plasy (CP) adalah kondisi
dimana bayi mengalami kelumpuhan otak yang merusak tumbuh
kembangnya . Brunner dan Suddart berpendapat bahwa atrofi serebral
secara keseluruhan adalah otak, berbeda dengan palsy yang di tandai
dengan otot kontrol yang berfluktuasi pada setiap gerakan atau bahkan
tidak terkendali. Tidak berfungsi nya sistem ini mengakibatkan anak
mengalami kelainan koordinasi, keseimbangan, pola-pola gerakan, atau
kombinasi dari karakter tersier (Hidayat, 2010).
Berdasarkan kriteria klinis dan fisik, gangguan gerak spastik
didiagnosis dengan adanya kekakuan pada sebagian atau seluruh tubuh.
Pada traktus piramidalis(motor cortex) terdapat lesi Cerebral Palsy jenis
ini. Berikut cara American Academy for cerebral palsy : Dainatra
klasifiksi neuromotorik tersebut adalah spastisitas, atetosis, rugiditas,
atasia, tremor , dan campuran. Klasifikasi topograi neumotorik meliputi
stauts diplegia, hemplgia, triplegik, dan quadriplegik masing-masing
dengan jenis kelumpuhan spastik tertentu (Sunusi dan Nara, 2007).
Berdasarkan penelitian Peran Fisioterapi terhadap kemajuan
motorik pada anak dengan Cerebral Plasy. Cerebral palsy merupakan
gangguan perkembangan neuromotor yang sering terjadi pada anak. Di
Indonesia, Prevalensi penderita CP 1-5 per 1000 kelahiran hidup. Dimana
ada sekitar 1.000-25.000 kelahiran dengan diagnosa cerebral palsy setiap 5
juta kelahiran hidup di Indonesia per tahunnya. Laki-laki lebih banyak
daripada perempuan, seringkali terjadi pada anak pertama.Angka
meningkat pada 30 tahun terakhir dikarenakan semakin canggihnya
teknologi di bidang kegawatdaruratan neonatologi sehingga bayi
premature yang kritis bisa terselamatkan. Namun bayi yang terselamatkan
tersebut mengalami masalah perkembangan saraf dan kerusakan

1
neurologis.50% kasus termasuk ringan yaitu penderita dapat mengurus
dirinya sendiri, dan 10% tergolong berat yaitu penderita membutuhkan
pelayanan khusus. 35% disertai kejang dan 50% mengalami gangguan
bicara, dengan rata-rata 70% tipe spastik, 10-20% tipe atetotik, 5-10%
ataksia, dan sisanya campuran.
Penanganan cerebral palsy memerlukan berbagai disiplin ilmu
dalam suatu tim kerja yang terdiri dokter spesialis rehabilitasi, dokter
anak, dokter syaraf, psikiatri, orthopedis, terapis fisik, terapis okupasi,
terapis wicara, pekerja sosial, psikolog dan guru. Penanganan cerebral
palsy biasanya berupa terapi fisik, terapi perilaku, terapi wicara, nutrisi,
obat- obatan dan intervensi bedah.
Pada kasus cerebral palsy tipe spastic quadriplegy permasalahan
utama yang terjadi adalah gangguan motoris berupa spastisitas antara lain
peningkatan ketegangan otot pada keempat anggota gerak seperti lengan
atas, lengan bawah, wrist, trunk, tungkai atas, tungkai bawah, dan kaki.
Selain itu juga menghambat tumbuh kembang motorik pada anak dimana
Fisioterapi merupakan bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan
kepada individu atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara, dan
memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang rentang kehidupan dengan
menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan,
(fisik, elektroterapeutis, dan mekanis) pelatihan fungsi, komunikasi
(Permenkes No. 80 Tahun 2013). Maka dari itu peranan fisioterapi sangat
penting pada kasus diatas dalam membantu pasien untuk dapat beraktifitas
secara mandiri melalui latihan dan penanaman pola gerak yang fungsional
dengan baik dan benar terjadi keterbatasan untuk melakukan
aktivitasaktivitas sehari-hari yang seharusnya bisa dilakukan sesuai dengan
umur perkembangan anak.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari cerebral palsy?
2. Bagaimana etiologi dari cerebral palsy?
3. . Bagaimana penatalaksanaan dari cerebral palsy?

2
4. Apa saja menifestasi klinis dari celebral palsy?
5. Bagaimana klasifikasi dari cerebral palsy?
6. Apa saja jenis-jenis Cerebral Palsy?
7. Bagaimana cara pencegahan dari cerebral palsy

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari cerebral palsy.
2. untuk mengetahui dan memahami etiologi dari cerebral palsy.
3. Untuk mengetahui penatalaksanaan cerebral palsy.
4. Untuk mengetahui menifestasi klinis dari celebral palsy.
5. Untuk mengetahui klasifikasi dari cerebral palsy.
6. Untuk mengetahui jenis-jenis Cerebral Palsy
7. Untuk mengetahui cara pencegahan dari cerebral palsy.

3
BAB II

TINJAUN PUSTAKA

A. Definisi Cerebral Palsy


Cerebral Palsy adalah suatu kondisi terhambatnya tumbuh
kembang anak yang disebabkan oleh kelumpuhan otak. Kelumpuhan otak
tersebut menyebabkan beberapa gangguan diantaranya tidak kontrolnya
pergerakan otot, keseimbangan yang buruk, pola-pola gerakan
yang tidak normal dan gangguan komunikasi (Brunner, suddarth, Al-
Kharimah 2018). Cerebral Palsy merupakan sebuah kondisi yang tidak
bisa disembuhkan atau bersifat permanen yang menyebabkan kerusakan
otak sehingga adanya gangguan pada beberapa aspek, bahkan beberapa
anak dengan cerebral palsy memiliki gangguan penyerta atau disebut juga
komorbiditas (CDC,2016).
Cerebral Palsy (CP) sekelompok kelainan heterogen dari gangguan
fungsi neuromotor pada masa awal kehidupan, non progresif,
mempengaruhi otak janin atau sedang berkembang dan ditandai dengan
perubahan tonus otot (khususnya spastisitas atau kekakuan), kelemahan
otot, gerakan involunter, ataksia, atau kombinasi kelainan tersebut

Gambar 1.1

4
B. Etiologi Cerebral Palsy
Etiologi CP dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti malformasi
otak kongenital oleh infeksi intrauterin (infeksi Toxoplasma, Rubella,
Cytomegalovirus, Herpes virus dan sifilis), anoksia / hipoksia yang
dialami bayi selama proses kelahiran, trauma (disproporsi sefalopelvik,
sectio caesaria), prematuritas, dan hiperbilirubinemia, infeksi (meningitis,
ensefalitis yang terjadi 6 bulan pertama kehidupan), anoksia , dan luka
parut pada otak setelah operasi. Etiologi dari Cerebral palsy dapat dibagi
menjadi 3 bagian yaitu:2
1. Prenatal
a. Infeksi selama masa kandungan
b. Perdarahan selama trimester tiga
c. Inkompeten serviks
d. Trauma
2. Perinatal
a. Hipoksia sering dijumpai pada bayi bayi dengan kesulitan
persalinan. Asfiksia menyebabkan rendahnya suplai oksigen pada
otak bayi dalam periode lama, anak tersebut akan mengalami
kerusakan otak yang dikenal dengan hipoksik iskemik
ensefalopati.
b. Perdarahan otak dan anoksia dapat terjadi bersamaan sehingga
sukar membedakannya, misalnya perdarahan yang mengelilingi
batang otak mengganggu pusat pernafasan sehingga terjadi
anoksia.
c. Prematuritas bayi kurang bulan memiliki kemungkinan menderita
perdarahan otak yang lebih banyak daripada bayi cukup bulan,
karena pembuluh darah, enzim, faktor pembekuan darah dan lain-
lain masih belum sempurna
3. Pascanatal
a. Trauma Kapitis
b. Infeksi

5
c. Kern Ikterus

Gambar 1.2

C. Jenis-jenis Cerebral palsy

Secara umum lumpuh otak dikelompokkan dalam empat jenis yaitu:

1. Spastik (tipe kaku-kaku) dialami saat penderita terlalu lemah atau


terlalu kaku. Jenisini adalah jenis yang paling sering muncul. Sekitar
65 persen penderita lumpuh otak masuk dalam tipe ini.
2. Atetoid terjadi dimana penderita yang tidak bisa mengontrol gerak
ototnya, biasanya mereka punya gerakan atau posisi tubuh yang aneh.
3. Kombinasi adalah campuran spastic dan athetoid.

6
4. Hipotonis terjadi pada anak-anak dengan otot-otot yang sangat lemah
sehingga seluruh tubuh selalu terkulai. Biasanya berkembang menjadi
spastic atau athetoi.

D. Patofisiologi
Cerebral Palsy didefinisikan sebagai suatu kelainan pada gerakan
dan postur yang bersifat menetap, disebabkan oleh kecacatan nonprogresif
atau lesi yang terjadi pada otak yang belum matur. Presentasi klinik yang
tampak dapat disebabkan oleh abnormalitas struktural yang mendasar pada
otak; cedera yang terjadi pada prenatal awal, perinatal atau postnatal
karena vascular insufficiency; toksin atau infeksi risiko-risiko dengan
cerebral palsy untuk permasalahan pada gangguan fungsional.
Kompleksitas dan kerentanan otak selama masa perkembangannya,
menyebabkan otak sebagai subjek cedera dalam beberapa waktu. Cerebral
ischemia yang terjadi sebelum minggu ke–20 kehamilan dapat
menyebabkan defisit migrasi neuronal, antara minggu ke–26 sampai ke–34
menyebabkan periventricular leucomalacia atau PVL dan antara minggu
ke–34 sampai ke-40 menyebabkan fokal atau multifokal cedera otak.
Cedera otak akibat vascular insufficiency tergantung pada berbagai
faktor saat terjadinya cedera, antara lain distribusi vaskular ke otak,
efisiensi aliran darah ke otak dan sistem peredaran darah, serta respon
biokimia jaringan otak terhadap penurunan oksigenasi. Kelainan
tergantung pada berat ringannya asfiksia yang terjadi pada otak. Pada
keadaan yang berat tampak ensefalomalasia kistik multipel atau iskemik
yang menyeluruh.

7
E. Manifestasi Klinis dan Klasifikasi

Secara garis besar, klasifikasi Cerebral Palsy dapat dibagi menjadi:

1. Klasifikasi fisiologi dan topografi

Gambar 1.3

Cerebral Palsy dapat dibagi dalam 2 kelompok fisiologi yaitu


piramidal dan ekstrapiramidal. Kelompok piramidal, gejala dapat berupa
spastisitas atau rigiditas. Spastisitas merupakan gejala yang paling
dominan, ditemukan pada 70% - 85% dari seluruh kasus CP. Sedangkan
kelompok ekstrapiramidal antara lain diskinesia, korea, atetosis, distonia,
dan ataksia.

2. Klasifikasi fungsional

Gambar 1.4

8
Klasifikasi fungsional berdasarkan tingkat keparahan gangguan
aktivitas. Sistem klasifikasi fungsional motorik kasar / Gross Motor
Function Classification System (GMFCS) berdasarkan kemampuan untuk
memulai pergerakan dengan lebih menekankan pada duduk, berpindah
tempat, dan bergerak. GMFCS dibedakan berdasarkan kelompok umur dan
terbagi menjadi 5 tingkatan, yaitu:
a. Tingkat I: berjalan tanpa hambatan.
b. Tingkat II: berjalan dengan hambatan
c. Tingkat III: berjalan dengan menggunakan alat bantuan pegangan
tangan : bergerak sendiri dengan hambatan, kadang menggunakan
alat.
d. Tingkat IV bantu mobilitas
e. Tingkat V : berpindah tempat dengan menggunakan kursi roda
GMFCS dapat digunakan untuk menentukan pemilihan terapi yang
tepat sesuai dengan usia pasien dan tingkatan fungsi motorik, serta
memprediksi prognosis fungsi motorik kasar anak CP.
F. Pencegahan Cerebral Palsy
Penelitian bicaktoigh yang paling menonjol dalam bidang
penelitian serebral palsi dalam dekade terakhir telah dilakukan di bidang
selebral palsi Angka kejadian serebral palsi telah turun sebesar 30% di
beberapa negara berpendapatan tinggi, sehingga prevalensinya turun
menjadi 14 per 100. Bayi yang lahir prematur merupakan 43% dari seluruh
kasus serebral palsi. Magnesium sulfin antenatal sebelum persalinan bayi
dengan usia kehamilan kurang dari 30 minggu mencegah 30% Cerebral
Palsy. Kortikosteroid antenatal mengurangi perdarahan intrakranial dan
dengan demikian juga bertindak sebagai neuroprotektan yang efektif dan
telah menjadi standar perawatan.
Lebih banyak penelitian akan meningkatkan keyakinan kita dalam
memperkirakan efeknya, namun uji coba lebih lanjut tidak layak dilakukan
karena akan tidak etis jika tidak memberikan kortikosteroid antenatal pada
kelahiran prematur. Ketika bayi lahir prematur dan mendapat ventilasi

9
mekanis, kafein profilaksis (metilxantin) sebelum ekstubasi secara efektif
mencegah cerebral palsy. Untuk bayi yang lahir cukup bulan dengan
ensefalopati neonatal atau asfiksia, terapi hipotermia yang dimulai dalam
waktu 8 jam setelah melahirkan bersifat neuroprotektif dan mencegah 15%
cerebral palsy yang berhubungan dengan hipoksia intrapartum.
Kini terdapat keharusan etis yang mendesak untuk menerjemahkan
terobosan pencegahan dan serangkaian inisiatif kesehatan masyarakat dari
negara-negara berpendapatan tinggi ke negara-negara berpendapatan
rendah dan menengah, dimana beban penyakitnya tinggi. Misalnya, di
Bangladesh, angka kejadian Cerebral Palsy lebih dari dua kali lipat
dibandingkan di Australia (3,4 berbanding 14 per 1000). Anak-anak
Bangladesh yang mengalami gangguan motorik berat dua kali lebih
banyak (GMFCS IV-V 43,6%, dibandingkan dengan 26% di Australia),
dan 78,2% tidak menerima rehabilitasi apa pun. Penjepitan tali pusat yang
tertunda juga sedang diselidiki. Saat ini belum ada data spesifik mengenai
apakah penundaan penjepitan dapat mencegah Cerebral Palsy, namun
kami mengantisipasi hal ini akan berubah dalam waktu dekat dan dokter
harus terus mengikuti bukti-bukti ini.
Dalam beberapa tahun terakhir, pemahaman kita tentang dasar
genetik untuk Cerebral Palsy telah mengalami kemajuan pesat. Kontribusi
genetik kemungkinan besar terjadi pada sepertiga dari seluruh anak dengan
Cerebral Palsy, terutama pada mereka yang tidak memiliki faktor risiko
tradisional seperti prematuritas dan hipoksia. Seiring dengan meluasnya
pemahaman kita tentang neurobiologi dan genomik, revolusi bidang ini
akan menghasilkan pengembangan target pencegahan dan pengobatan
baru. Para ahli juga memperkirakan bahwa intervensi neuroprotektif di
masa depan akan memanfaatkan pengetahuan perkembangan otak spesifik
pada trimester tertentu dan pengembangan pengobatan baru. akan
mendapat informasi dari kemajuan biomarker cedera otak, genetika, dan
neuroimaging.

10
Ada beberapa langkah untuk membantu pencegahan cerebral palsy
atau terjadinya kelainan perkembangan otak sehingga mampu
meminimalkan resiko cedera otak, yaitu :
a. Langkah-langkah untuk mencegah terjadinya kecelakaan,
b. Memastikan orang tua sudah memahami dengan benar tanda-tanda
c. penyakit kuning pada bayi yang baru dilahirkan
d. Memahami bagaimana pencegahan keracunan timah,
e. Usahakan umtuk menjauhkan anak dari orang yang mengidap penyakit
f. menular yang akut, seperti meningitis,
g. Memperhatikan imunisasi anak secara lengkap dan diberikan secara
tepat waktu.
G. Terapi Cerebral Palsy
Sampai saat ini belum ada obat yang bisa menyembuhkan lumpuh
otak. Namun tetap ada harapan untuk mengoptimalkan kemampuan anak
lumpuh otak dan membuatnya mandiri dengan terapi. Terapi yang
diberikan pada penderita lumpuh otak akan disesuaikan dengan:
a. Usia anak
b. Berat/ ringan penyakit
Menimbang dari area pada otak mana yang rusak. Meski ada bagian
otak yang rusak, namun sel-sel yang bagus akan menutupi sel-sel yang
rusak, dengan cara mengoptimalkan bagian otak yang sehat seperti
pemberian rangsang agar otak anak berkembang baik. Rangsangan/
stimulasi otak secara intensif bisa dilaku melalui punca indera. Salah
satu cara adalah dengan Compensatory Dendrite Sprouting rangsangan
agar dendrit tersebar dengan berimbang. Beberapa orangtua yang
memiliki anak penderita lumpuh otak mengaku berhasil
mengoptimalkan kemampuan anaknya lewat metode Glenn Doman.
Metode ini digunakan untuk anak dengan cedera otak berupa
patterning (pola) untuk melatih gerakan kaki dan tangan (merayap,
merangkak).
c. Menghirup oksigen (masking) untuk melatih paru-paru agar membesar.

11
Sejak tahun 1998, lebih dari 1700 anak cedera otak mengalami
perbaikan cukup berarti setelah melakukan terapi ini.

H. Kritik dan Jurnal

N Kritisi Jurnal Pembahasan


O
1 Judul Jurnal Meningkatkan
Bahasa Ekspresif Anak Celebral Palsy di
SLB Islam
Qothrunada Yogyakarta
2 Isi Abstrak Seharusnya abstrak diketik miring (italic)
, Tetapi dalam abstrak jurnal ini tidak
3 Pendahuluan  Latar belakang masalah dalam
jurnal ini sudah terdapat landasan
teori yang merupakan penguat
dari statesment penulis.
 Tujuan penelitian dalam
pendahulukan tidak di masukan
dan tidak di jelaskan secaraa
konkrit

4 Bahan dan Metode Desaian penelitian sudah sesuai dengan


judul dann tujuan penelitian yaitu
kuantitatif, karena penelitian ini
mengukur gejala yang diamati dan
pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan instrumen yang telah
disusun berdasarkan indikator variabel
yang diteliti yang bertujuan untuk
melihat pengaruh penggunaan strategi

12
ALS.
5 Hasil dan Pembahasan Keterkaitan antara hasil dan teori telah
tergambar jelas pada hasil dan pebahasan
yang di tuliskan oleh peneliti, peneliti
telah mencantumkan teori yang ada
dengan hasil yang di dapat dan terdapat
kesesuaian antara kedua hal tersebut
6 Kesimpulan dan saran  Penulis memeberikan saran
terkait penelitian masih sangat
terbatas dan membutuhkan
banyak kemasukan.
 Kesimpulan peneliti merupakan
jajwaban dari tujuan peneliti.

13
14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

15
DAFTAR PUSTAKA

16

Anda mungkin juga menyukai