Disusun Oleh :
2020/2021
LEMBAR
PENGESAHAN
Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia serta hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan
SPINA BIFIDA yang Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Mata Kuliah
Keperawatan Anak oleh dosen pembimbing, Shulhan arief, S.Kep, Ners, M.Kep dan
merupakan salah satu tugas kelompok yang harus dipenuhi oleh mahasiswa.
Dalam pembuatan laporan pendahuluan ini saya banyak mendapatkan bimbingan dan
arahan dari berbagai pihak, oleh sebab itu saya mengucapkan banyak terimakasih kepada
dosen pembimbing yakni bapak Shulhan arief, S.Kep, Ners, M.Kep dan rekan-
rekan mahasiswa yang telah membantu dan
memberikan dorongan dalam pembuatan laporan pendahuluan ini.
Saya menyadari bahwa penulisan laporan pendahuluan ini masih belum sempurna,
oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
makalah ini.
Saya mengharapkan semoga laporan pendahuluan ini bermanfaat bagi kita semua.
Akhir kata saya ucapkan terima kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………………………
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………….
2.1 Pengertian……………………………………………………………………………
2.2 Etiologi………………………………………………………………………………
2.4 Patofisiologi…………………………………………………………………………
2.9 Intervensi……………………………………………………………………………
2.10 Evaluasi……………………………………………………………………………
PENYULUHAN KESEHATAN……………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN
Spina bifida adalah defek pada penutupan kolumna vertebralis dengan atau tanpa tingkatan
protusi jaringan melalui celah tulang (Donna L. Wong, 2003). Penyakit spina bifida atau
sering dikenal sebagai sumbing tulang belakang adalah salah satu penyakit yang banyak
terjadi pada bayi. Penyakit ini menyerang medula spinalis dimana ada suatu celah pada tulang
belakang (vertebra). Hal ini terjadi karena satu atau beberapa bagian dari vertebra gagal
menutup atau gagal terbentuk secara utuh dan dapat menyebabkan cacat berat pada bayi,
ditambah lagi penyebab utama dari penyakit ini masih belum jelas. Hal ini jelas
mengakibatkan gangguan pada sistem saraf karena medula spinalis termasuk sistem saraf
pusat yang tentunya memiliki peranan yang sangat penting dalam sistem saraf manusia. Jika
medula spinalis mengalami gangguan, sistem-sistem lain yang diatur oleh medula spinalis
pasti juga akan terpengaruh dan akan mengalami ganggusn pula. Hal ini akan semakin
memperburuk kerja organ dalam tubuh manusia, apalagi pada bayi yang sistem tubuhnya
belum berfungsi secara maksimal.
Fakta mengatakan dari 3 kasus yang sering terjadi pada bayi yang baru lahir di Indonesia
yaitu ensefalus, anensefali, dan spina bifida, sebanyak 65% bayi yang baru lahir terkena spina
bifida.Sementara itu fakta lain mengatakan 4,5% dari 10.000 bayi yang lahir di Belanda
menderita penyakit ini atau sekitar 100 bayi setiap tahunnya. Bayi-bayi tersebut butuh
perawatan medis intensif sepanjang hidup mereka. Biasanya mereka menderita lumpuh kaki,
dan dimasa kanak-kanak harus dioperasi berulang kali.
Dalam hal ini perawat dituntut untuk dapat profesional dalam menangani hal-hal yang terkait
dengan spina bifida misalnya saja dalam memberikan asuhan keperawatan harus tepat dan
cermat agar dapat meminimalkan komplikasi yang terjadi akibat spina bifida.
1.3 Tujuan
Tujuan Umum
Menjelaskan tentang konsep penyakit spina bifida serta pendekatan asuhan keperawatannya.
Tujuan Khusus
1.4 Manfaat
Mahasiswa mampu memahami tentang penyakit neurologis spina bifida serta mampu
menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan spina bifida dengan pendekatan Student
Centre Learning.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN
Spina bifida merupakan suatu kelainan bawaan berupa defek pada arkus pascaerior tulang
belakang akibat kegagalan penutupan elemen saraf dari kanalis spinalis pada perkembangan
awal embrio (Chairuddin Rasjad, 1998). Keadaan ini biasanya terjadi pada minggu ke empat
masa embrio. Derajat dan lokalisasi defek bervariasi, pada keadaan yang ringan mungkin
hanya ditemukan kegagalan fungsi satu atau lebih dari satu arkus pascaerior vertebra pada
daerah lumosakral. Belum ada penyebab yang pasti tentang kasus spina bifida. Spina bifida
juga bias disebabkan oleh gagal menutupnya columna vertebralis pada masa perkembangan
fetus. Defek ini berhubugan dengan herniasi jaringan dan gangguan fusi tuba
neural.Gangguan fusi tuba neural terjadi beberapa minggu (21 minggu sampai dengan 28
minggu) setelah konsepsi, sedangkan penyebabnya belum diketahui dengan jelas.
Spina bifida adalah defek pada penutupan kolumna vertebralis dengan atau tanpa tingkatan
protusi jaringan melalui celah tulang (Donna L. Wong, 2003). Spina bifida (Sumbing Tulang
Belakang) adalah suatu celah pada tulang belakang (vertebra), yang terjadi karena bagian dari
satu atau beberapa vertebra gagal menutup atau gagal terbentuk secara utuh.
2.2 ETIOLOGI
1. Resiko melahirkan anak dengan spina bifida berhubungan erat dengan kekurangan
asam folat, terutama yang terjadi pada awal kehamilan.
2. Penonjolan dari korda spinalis dan meningens menyebabkan kerusakan pada korda
spinalis dan akar saraf, sehingga terjadi penurunan atau gangguan fungsi pada bagian tubuh
yang dipersarafi oleh saraf tersebut atau di bagian bawahnya.
3. Gejalanya tergantung kepada letak anatomis dari spina bifida. Kebanyakan terjadi di
punggung bagian bawah, yaitu daerah lumbal atau sakral, karena penutupan vertebra di
bagian ini terjadi paling akhir.
4. Faktor genetik dan lingkungan (nutrisi atau terpapar bahan berbahaya) dapat
menyebabkan resiko melahirkan anak dengan spina bifida.
Pada 95 % kasus spina bifida tidak ditemukan riwayat keluarga dengan defek neural tube.
Resiko akan melahirkan anak dengan spina bifida 8 kali lebih besar bila sebelumnya pernah
melahirkan anak spina bifida.
2. Siringomielia
3. Dislokasi pinggul.
Gejalanya bervariasi, tergantung kepada beratnya kerusakan pada korda spinalis dan akar
saraf yang terkena. Beberapa anak memiliki gejala ringan atau tanpa gejala; sedangkan yang
lainnya mengalami kelumpuhan pada daerah yang dipersarafi oleh korda spinalis maupun
akar saraf yang terkena.
Gejalanya berupa:
1. Penonjolan seperti kantung di punggung tengah sampai bawah pada bayi baru lahir
3. Penurunan sensasi.
8. Abnormalitas pada lower spine selalu bersamaan dengan abnormalitas upper spine
(arnold chiari malformation) yang menyebabkan masalah koordinasi
9. Deformitas pada spine, hip, foot dan leg sering oleh karena imbalans kekuatan otot
dan fungsi
10. Masalah bladder dan bowel berupa ketidakmampuan untuk merelakskan secara
volunter otot (sphincter) sehingga menahan urine pada bladder dan feses pada rectum.
11. Hidrosefalus mengenai 90% penderita spina bifida. Inteligen dapat normal bila
hirosefalus di terapi dengan cepat.
12. Anak-anak dengan meningomyelocele banyak yang mengalami tethered spinal cord.
Spinal cord melekat pada jaringan sekitarnya dan tidak dapat bergerak naik atau turun secara
normal. Keadaan ini menyebabkan deformitas kaki, dislokasi hip atau skoliosis. Masalah ini
akan bertambah buruk seiring pertumbuhan anak dan tethered cord akan terus teregang.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Pemeriksaan dapat
dilakukan pada ibu hamil dan bayi yang baru dilahirkan, pada ibu hamil, dapat dilakukan
pemeriksaan :
1. Pada trimester pertama, wanita hamil menjalani pemeriksaan darah yang disebut triple
screen yang terdiri dari pemeriksaan AFP, ultrasound dan cairan amnion.
2. Pada evaluasi anak dengan spina bifida, dilakukan analisis melalui riwayat medik,
riwayat medik keluarga dan riwayat kehamilan dan saat melahirkan. Tes ini merupakan tes
penyaringan untuk spina bifida, sindroma Down dan kelainan bawaan lainnya. Pemeriksaan
fisik dipusatkan pada defisit neurologi, deformitas muskuloskeletal dan evaluasi psikologis.
Pada anak yang lebih besar dilakukan asesmen tumbuh kembang, sosial dan gangguan
belajar.
4. USG tulang belakang bisa menunjukkan adanya kelainan pada korda spinalis maupun
vertebra dan lokasi fraktur patologis.
5. CT scan kepala untuk mengevaluasi hidrosepalus dan MRI tulang belakang untuk
memberikan informasi pada kelainan spinal cord dan akar saraf.
6. 85% wanita yang mengandung bayi dengan spina bifida atau defek neural tube, akan
memiliki kadar serum alfa fetoprotein (MSAP atau AFP) yang tinggi. Tes ini memiliki angka
positif palsu yang tinggi, karena itu jika hasilnya positif, perlu dilakukan pemeriksaan
lanjutan untuk memperkuat diagnosis. Dilakukan USG yang biasanya dapat menemukan
adanya spina bifida. Kadang dilakukan amniosentesis (analisa cairan ketuban).
2. USG tulang belakang bisa menunjukkan adanya kelainan pda korda spinalis maupun
vertebra
3. CT scan atau MRI tulang belakang kadang dilakukan untuk menentukan lokasi dan
luasnya kelainan.
Intervensi
Jaga agar area perineal tetap bersih dan kering dan tempatkan anak pada permukaan
pengurang tekanan.
Rasional
Untuk mengrangi tekanan pada lutut dan pergelangan kaki selama posisi telengkup
2.6 PENGKAJIAN
Apa keluhan utama (kelumpuhan, gangguan eliminasi, dsb), adakah penderita yang samadi
lingkungan penderita, sudah berapa lama menderita, kapan gejala terasa dan keluhanlain apa
yang mengikutinya
3. Pengkajian fisik
- Aktivitas/istirahat
- Sirkulasi
Tanda : kelebaran kapiler dan pembulu nadi halus, hipotensi, ekternitas dingin/sianosis
- Eliminasi
- Nutrisi
Tanda : distensi abdomen, peristaltic usus lemah atau hilang ( ileus paralitik )
- Neuromuskuler
Tanda : gangguan sensibilitas segmental dan gangguan trofik paralitis kehilangan refleks
asimetris termasuk tendon dalam, kehilangan tonus otot/fasomotor ; kelumpuhan lengan
tungkai dan otot bawah
- Pernapasan
- Kenyamanan
4. Pemeriksaan diagnostic
- Ultrasound
2. Risiko Gangguan Integritas Kulit/Jaringan b.d kurang terpapar informasi tentang upaya
mempertahankan/melindungi integritas jaringan
2.8 INTERVENSI
2.Terapeutik
-Fasilitas aktivitasi
ambulasi dengan alat
bantu (mis. tongkat, kruk)
-Fasilitasi melakukan
mobilitasi tisik, jika perlu
-Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan ambulasi
3. Edukasi
-Jelaskan tujuan dan
prosedur ambulasi
-Anjurkan melakukan
ambulasi dini
-Ajarkan ambulasi
sederhana yang harus
dilakukan (mis. berjalan
dan tempat tidur ke kursi
roda, berjalan dari tempat
tidur ke kamar mandi,
berjalan sesuai toleransi)
J. EVALUASI
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yaitu menilai efektifitas rencana
yang telah dibuat, strategi dan pelaksanaan dalam asuhan keperawatan serta menentukan
perkembangan dan kemampuan pasien mencapai sasaran yang telah diharapkan.
Tahapan evaluasi menentukan kemajuan pasien tehadap pencapaian hasil yang diinginkan
dan respons pasien terhadap dan keefektifan intervensi keperawatan kemudian mengganti
rencana perawatan jika diperlukan. Tahap akhir dari proses keperawatan perawat
mengevaluasi kemampuan pasien ke arah pencapaian hasil. Nursalam, (2009
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
“HUTAMA ABDI HUSADA”
Ijin Pendirian Mendiknas RI Nomor : 113/D/O/2009
Ruangan : Anggrek
No. Reg : 23451
I.Identitas Klien
1. Riwayat penyakit
1.1. Keluhan utama : An. D diantar ke RSUD Dr. ISKAK
Tulungagung pada tanggal 19 Maret 2021 dengan keluhan terdapat benjolan pada
atas tulang ekor
1.2. Lama keluhan : sejak bayi baru lahir
1.3. Akibat timbulnya keluhan : An.D terlihat sangat lemas
1.4. Faktor yang memperberat : infeksi pada benjolan
Riwayat penyakit sekarang :An. D mulai dirawat mulai tanggal 19 Maret 2021 .
Saat dilakukan pengkajian pada hari Sabtu tanggal 20 Maret 2021 pukul 07.00
WIB Keluarga mengatakan kepala An. D mengalami penonjolan seperti kantung di
punggung tengah sampai bawah jika disinari, kantung tersebut tidak tembus
cahaya. An. D tampak kesakitan, sulit bergerak, tampak pucat, rewel dan gelisah.
Riwayat keperawatan dahulu :
3.1. Pre natal :
Kesehatan ibu waktu hamil : Tidak normal, Ibu kekurangan asam folat.
Pemeriksaan kehamilan : Ada, sekitar 5 kali ke bidan setempat dan
mendapatkan imunisasi TT
Riwayat pengobatan selama kehamilan : Tidak ada mengkonsumsi obat-
obatan
3.2. Natal :
Usia kehamilan saat lahir : 9 bulan .
Cara persalinan : Caesar .
Ditolong oleh : Bidan puskesmas .
BB/ TB saat lahir : 2800 gram/ 49 cm .
Pengobatan yang didapatkan : Obat tetes mata dan vitamin K
3.3. Post natal : An. D dirawat pada saat baru lahir
2.
3.
3.4. Luka / operasi : tidak ada
3.5. Allergi : tidak ada
3.6. Pola kebiasaan :
– Sebelum Sakit : An. A tidak rewel
– Saat Sakit : An. A hanya terbaring lemas
3.6. Tumbuh kembang :
- Tengkurap usia : 3 bulan
- Duduk usia : 7 bulan
- Berdiri usia : 12 bulan
- Mengoceh usia : 12 bulan
- Bicara usia : 13 bulan
3.7. Riwayat Imunisasi :
BCG : 1 bulan HB : 2,3,dan 4
DPT : 2,3,4 bulan Meningitis : belum
Polio :1, 2, 3 dan 4 Lain – lain : hepatitis B saat baru
lahir
Campak : 9 bulan
4. Riwayat kesehatan keluarga:Keluarga mengatakan tidak ada keluarga yang lain
yang mengalami hal yang serupa dengan pasien.
5. Riwayat Psikososial : Ny. A mengatakan dalam kesehariannya, An. A
termasuk anak yang ceria
6. Riwayat seksual : Ny.A mengatakan bahwa anaknya tidak mempunyai
keluhan dan kelainan seksual
7. Riwayat keluarga :
7.1. Komposisi keluarga terhadap :
Keluarga Inti : keluarga terdiri dari Ny. A sebagai ibu, Tn. S Sebagai ayah
dan An. D adalah sebagai anak dan keluarga tidak pernah ada keturunan yang
menderita Spina Bifida
7.2. Lingkungan rumah dan Komunitas :An. D tinggal di lingkungan rumah yang
cukup ramai asri dan jauh dari kebisingan dimana disekitar rumah masih
banyak pohon – pohonan dan jauh dari sumber polusi.
8. Kultur dan kepercayaan : klien beragama islam dan percaya dengan
agamanya
9. Fungsi dan hubungan keluarga : hubungan keluarga berjalan baik
10. Pola perilaku yang mempengaruhi kesehatan:
a. Mandi Sebelum sakit : An. D di basuh dengan lap 2 x sehari memakai air dan
sabun, dibantu oleh keluarga. Saat Sakit : An. D tidak mandi menggunakan
sabun saat di rumah sakit, hanya dilap dengan handuk lembab dan pakaian selalu
diganti jika sudah tampak kotor, dibantu oleh keluarga.
b. Oral Hygiene Sebelum Sakit : An. D tidak menggosok gigi 2x sehari Saat Sakit :
An.A tidak ada menggosok gigi
c. Cuci rambut Sebelum Sakit : An. D biasanya keramas 1 x sehari yaitu pada sore
hari menggunakan sampo. Saat Sakit : An. A belum ada keramas sejak masuk
rumah sakit.
11. Persepsi keluarga terhadap anak :keluarga pasien menganggap anak merupakan
anugrah yang harus dijaga oleh karena itu keluarga pasien sangat khawatir
dengan penyakit yang dialami pasien
III. Pemeriksaan fisik
Anak dan neonatus
1. Keadaan umum :Baik
Kesadaran : Composmentis
BB :8 kg
TB : 67 cm
LL :14 cm
2. Tanda – tanda vital :
Tensi :100/86 mmhg - Nadi : 142x/i
15. Genetalia : kelaian pada genetalia eksterna dan daerah inguinal tidak
ditemukan
16. Axstremits : otot simetris namun kekuatan otot lemah
b. Motorik Halus
* Selama sakit :
a. Motorik Kasar
Pemeriksaan motorik kasar tidak bisa dilakukan karena kondisi pasien rewel dan
gelisah.
b. Motorik Halus
Perkembangan motorik halus tidak bisa dilakukan karena pasien rewel dan gelisah.
Perkembangan kognitif bahasa tidak bisa dilakukan kerana pasien rewel dan gelisah
Mahasiswa
( _____________)
ANALISA DATA
DO
TIK
- Kekuatan otot
menurun Gangguan mobilitas
- Rentang gerak fisik
menurun
- Gerakan terbatas
- Fisik lemah
Nyeri Akut
DS Benjolan pada
- Keluarga An. D ektremitas bagian
mengatakan anaknya bawah
mengeluh nyeri
Infeksi pada
DO benjolannya
- Klien tampak
meringis Nyeri Akut
- Gelisah
- Sulit tidur
- Nafsu makan berubah
3. Edukasi
-Jelaskan tujuan dan prosedur
ambulasi
-Anjurkan melakukan ambulasi dini
-Ajarkan ambulasi sederhana yang
harus dilakukan (mis. berjalan dan
tempat tidur ke kursi roda, berjalan
dari tempat tidur ke kamar mandi,
berjalan sesuai toleransi)
2. Nyeri akut b.d agen
pencedera fisik Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24 jam. Manajemen nyeri
Utama : 5. Observasi
Tingkat nyeri menurun - Identifikasi lokasi,
1. Keluhan nyeri menurun karateristik, durasi, frekuensi,
2. Merimgis menurun kualitas, intensitas nyeri
3. Gelisah menurun - Identifikasi skala nyeri
4. Kesulitan tidur menurun - Identifikasi respons non
5. Frekuensi nadi verbal
membaik - Identifikasi faktor yang
6. Pola tidur membaik memperberat dan
mempertingan nyeri
6. Terapeutik
- Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
- Fasilitas istirahat tidur
- Pertimbangkan jenis dan
sumber daya nyeri dalam
pemeliharaan strategi
meredakan nyeri
7. Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan
nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
- Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
- Anjukan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi
8. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
TINDAKANKEPERAWATAN CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Pasien :An. D Umur :6 bulan No.Register :23451 Kasus : Spina Bifida
Ruang : Anggrek