Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN PASIEN DENGAN KASUS DHF

Dosen Pembimbing : Rio Ady Erwansyah, S.Kep., Ners., M. Kep.

Disusun Oleh :

FRISTIA INTAN PERMATA SARI

NIM. A1R19016

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
“HUTAMA ABDI HUSADA” TULUNGAGUNG

2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN DHF

A. DEFINISI

Dengue hemorrhagis fever ( DHF ) adalah penyakit yang menyerang anak dan orang dewasa
yang disebabkan oleh virus dengan manifestasi beupa demam akut, perdarahan, nyeri otot
dan sendi. Dengue adalah suatu infeksi arbovirus yang akut ditularkan oleh nyamuk aedes
aegypti atau oleh aedes aebopictus ( Wijayaningsih,2017 )

Dengue hemoragic fever ( DHF ) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus
dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegyph ( Sri Rezeki H. Hadinegoro,
Soegeng, dkk, 2004 )

B. KLASIFIKASI

Menurut WHO DHF dibagi menjadi 4 derajat yaitu ( Nurarif & Kusuma 2015 ) :

a. Derajat I yaitu demam disertai gejala klinis khas dan satu-satunya manifestasi
perdarahan dalam uji tourniquet positif, trombositopenia, himokosentrasi
b. Derajat II yaitu seperti derajat I disertai dengan perdarahan spontan pada kulit atau
perdarahan ditempat lain
c. Derajat III yaitu ditemukannya kegagalan sirkulasi, ditandai oleh nadi cepat dan
lemah, tekanan darah menurun ( 20 mmHg atau kurang ) atau hipotensi disertai
dengan sianosis disekitar mulut, kulit dingin dan lembab dan anak tampak gelisah
d. Derajat IV yaitu syok berat, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak teratur

C. ETIOLOGI

Virus dengue, termasuk genus flavivirus keluarga flaviridae. Terdapat 4 serotipe virus yaitu
DEN-1, DEN 2, DEN 3 dan DEN-4. Keempat nya ditemukan di Indonesia dengan DEN-3
serotipe terbanyak. Infeksi salah satu serotype akan menimbulkan antibody terhadap serotype
yang bersangkutan, sedangkan antibodi yang terbentuk terhadap serotype lain sangat kurang,
sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotype lain
tersebut. Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4
serotipe selama hidupnya. Keempat serotype virus dengue dapat ditemukan di berbagai
daerah di Indonesia ( Sudoyo Aru,dkk 2009 )

D. MANIFESTASI KLINIS

kriteria klinis DBD/DHF menurut WHO ( 1997 )

1. Demam mendadak tinggi selama 2-7 hari, kemudian turun secara lisis demam disertai
gejala tidak spesifik, seperti anoreksia,malaise, nyeri pada punggung, tulang,
persendian dan kepala
2. Perdarahan ( termasuk uji bendung positif ) seperti petekie, hematemesis
3. Hepatomegaly
4. Syok : nadi kecil dan cepat dengan tekanan nadi kurang lebih <20 hipotensi disertai
gelisah dari akral dingin. ( Alan R. Tumbelaka, 2004 )

Selain demam dan perdarahan yang merupakan ciri khas DHF, gambaran lain yang tidak
khas dan biasa dijumpai pada penderita DHF adalah :

a. Keluhan pada saluran pernafasan seperti batuk, pilek, sakit waktu menelan
b. Keluhan pada saluran pencernaan seperti mual, muntah, tidak nafsu makan
( anoreksia ), diare
c. Keluhan sistem yang lain : nyeri atau sakit kepala, nyeri pada otot, tulang dan sendi,
nyeri otot abdomen, nyeri uluhati,pegal-pegal pada seluruh tubuh, kemerahan pada
kulit, kemerahan pada muka, pembengkakan sekitar mata, lakrinasi dan fotopobia,
otot sekitar mata sakit bila disentuh dan pergerakan bola mata terasa pegal.
E. PATHWAY

Nyamuk yg
mengandung virus
dengue

Menggigit manusia

Virus dengue
masuk aliran darah

VIREMIA

Mengeluarkan zat Mual,Muntah Merangsang saraf


mediator simpatik

Merangsang
hipotalamus Nafsu makan menurun Diteruskan ke
ujung saraf
bebas

Suhu tubuh
meningkat
Intake
inadekuat Nyeri otot

Hipertermia

Defisit Nutrisi
Nyeri akut
F. PATOFISIOLOGI

Fenomena patofisiologi yang utama pada penderita DHF adalah meningkatnya permeabilitas
dinding kapiler yang mengakibatkan terjadinya perembesan plasma keruang ekstra seluler.
Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk kedalam tubuh penderita adalah vitemia yang
mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal
diseluruh tubuh,ruam atau bintik-bintik merah pada kulit ( petekie ), hyperemi tenggorokan,
pembesarankelenjar getah bening, pembesaran hati ( hepatomegli ) dan pembesaran limpa.
Peningkatan permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya volume plasma,
terjadi hipotensi, hemokonsentrasi dan hipoprotenia serta efusi pleum dan renjatan ( syok )

G. PENATALAKSANAAN

1. Tirah baring atau istirahat baring

2. Diet, makan lunak

3. Minum banyak ( 2-2,5 liter/24 jam ) dapat berupa jus, susu, sirup, teh manis dan beri
penderita oralit

4. Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam dan jika kondisi pasien memburuk observasi ketat tiap
jam

5. Periksa Hb, Ht dan trombosit tiap hari

6. Obat antipiretik atau kompres hangat diberikan apabila diperlukan untuk menurunkan suhu
menjadi kurang dari 39 derajat, dianjurkan pemberian parasetamol, asetosial / salisilat tidak
dianjurkan ( indikasi kontra ) karena menyebabkan gastritis, perdarahan atau asidosis

7. Pada pasien dewasa, analgetik atau sedative ringan kadang-kadang diperlukan untuk
mengurangi sakit kepala, nyeri otot atau nyeri sendi

8. Bila timbul kejang dapat diberikan diazepam ( kolaborasi dengan dokter )

H. PENCEGAHAN

1. Menguras tempat penampungan air

2. Menutup rapat tempat penampungan air

3. Mengubur barang bekas yang menumpuk

4. Menggunakan obat anti nyamuk

5. Mengenakan pakaian tertutup saat keluar rumah

6. Menggunakan kelambu saat tidur

7. Meletakkan tanaman pengusir nyamuk didalam rumah

8. Menghentikan kebiasaan menggantung pakaian


I. KOMPLIKASI

1. Ensefalopatif

2. Pendarahan intraktranial

3. Hernia batang otak

4. Sepsis

5. Pneumonia

6. Hidrasi berlebihan

7. Syok

8. Perdarahan otak

( Monica Ester, 1999 )

J. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Pemeriksaan darah lengkap

Pemeriksaan darah rutin dilakukan untuk memeriksa kadar haemoglobin, hematokrit dan
jumlah trombosit.

b. Uji serologi = Uji HI

Uji serologi ini untuk menentukan kadar antibody atau antigen didasarkan pada manifestasi
reaksi antigen-antibody.

c. Uji hambatan hemaglutinasi

Prinsip metode ini adalah mengukur campuran titer IgM dan IgG berdasarkan pada
kemampuan antibody-dengue yang dapat menghambat reaksi hemaglutinasi darah oleh virus
dengue yang disebut reaksi hemaglutinasi inhibitor ( HI )

d. Isolasi virus
e. Leukopeni ( mungkin normal atau lekositosis )

K. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit ( infeksi )

2. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis ( keengganan untuk makan )

3. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ( inflamasi )


L. INTERVENSI

1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit ( infeksi )

Tujuan : setelah dilakukan tindakan selama 3x24 jam diharapkan termoregulasi membaik

Kriteria hasil :

- Menggigil menurun
- Pucat menurun
- Kulit merah menurun
- Suhu tubuh membaik
- Suhu kulit membaik
- Tekanan darah membaik

Intervensi

Manajemen hipertermia

Observasi

- Monitor suhu tubuh


- Monitor kadar elektrolit
- Monitor komplikasi akibat hipertermia

Terapeutik

- Sediakan lingkungan yang dingin


- Longgarkan atau lepaskan pakaian
- Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hyperhidrosis
- Lakukan pendinginan eksternal ( mis. Selimut hipotermia atau kompres dinginpada
dahi, leher, dada, abdomen, aksila )
- Hindari pemberian antipiretik

Edukasi

- Anjurkan tirah baring

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, juka perlu

2. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis ( keengganan untuk makan )

Tujuan : setelah dilakukan tindakan selama 3x24 jam diharapkan status cairan membaik
Kriteria hasil :

- Porsi makanan yang dihabiskan meningkat


- Verbalisasi keinginan untuk meningkatkan nutrisi meningkat
- Berat badan membaik
- Indeks massa tubuh ( IMT ) membaik
- Frekuensi makan membaik
- Nafsu makan membaik

Intervensi

Manajemen nutrisi

Observasi

- Identifikasi status nutrisi


- Identifikasi makanan yang disukai
- Monitor aspuan makanan
- Monitor berat badan

Terapeutik

- Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai


- Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah kontipasi
- Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein

Edukasi

- Anjurkan posisi duduk, jika perlu

Kolaborasi

- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu

3. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ( inflamasi )

Tujuan : setelah dilakukan tindakan selama 3x24 jam diharapkan tingkat nyeri menurun

Kriteria hasil :

- Keluhan nyeri menurun


- Meringis menurun
- Gelisah menurun
- Kesulitan tidur menurun
- Anoreksia menurun
- Frekuensi nadi membaik
- Nafsu makan membaik

Intervensi

Manajemen nyeri

Observasi

- Identifikasi skala nyeri


- Identifikasi faktor yang memperberatkan dan memperingan nyeri
- Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri

Terapeutik

- Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri


- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat dan tidur

Edukasi

- Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri


- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu


DAFTAR PUSTAKA

https://www.halodoc.com/kesehatan/demam-berdarah

https://www.slideshare.net/mobile/ramlahaza/dengue-hemoragic-fever-dhf

https://www.alomedika.com/penyakit/penyakit-infeksi/demam-dengue

https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/juke/article/view/3

https://www.slideshare.net/mobile/orbitech/demam-berdarah-dengue-diagnosa-dan-
penatalaksanaan

https://www.pfimegalife.co.id/literasi-keuangan/kesehatan/read/langkah-mencegah-dbd-
pada-anak

https://www.alodokter.com/demam-berdarah/komplikasi

SDKI. Edisi 1. Cetakan III


SLKI. Edisi 1. Cetakan II
SIKI. Edisi 1. Cetakan II
Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NICNOC Edisi
Revisi Jilid 1 2015

Anda mungkin juga menyukai