Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

“ASKEP HISPRUNG”

Diusun Untuk Memenuhi Tugas individu Pada Mata Kuliah Keperawatan Anak

Dosen Pengampu :Zurriatun Thoyibah, Ners ,M.Kep.

Di Susun Oleh :

1. Januardi saputra
2. Kadariah Alfandi

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

Tahun Akademik 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas
berkat limpahan rahmat, karunia-Nya dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah “ Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Hirsprung”. Selain bertujuan
untuk memenuhi tugas individu mata kuliah Keperawatan Anak. Makalah ini juga
disusun dengan maksud agar teman-teman mahasiswa dapat memperluas ilmu dan
pengetahuan tentang Hirsprung.
Pembahasan makalah ini dilakukan secara lugas dan sederhana sehingga
akan mudah dipahami, dalam pembuatannya kami mendapatkan informasi dari
berbagai literature, yang berhubungan dan sesuai dengan apa yang sudah
disarankan demi untuk memperoleh hasil yang optimal walaupun masih banyak
ada kekurangan.
Semoga makalah mengenai bermanfaat bagi semua pihak khususnya
teman-teman mahasiswa, Terimakasih. 

mataram, 22 april
2022

Penyusun

Kadariah alfandi
3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. Latar belakang........................................................................................................1
B. Rumusan masalah..................................................................................................1
C. Tujuan penulisan....................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI.............................................................................................3
A. Pengertian...............................................................................................................3
B. Etiologi...................................................................................................................3
C. Patofisiologi...........................................................................................................4
D. Manifestasi klinik...................................................................................................4
E. Pemeriksaan penunjang..........................................................................................5
F. Penatalaksanaan.....................................................................................................6
G. Prognosis................................................................................................................7
H. Komplikasi.............................................................................................................8
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN............................................................................9
A. Pengkajian..............................................................................................................9
B. Diagnosa keperawatan.........................................................................................11
C. Intervensi..............................................................................................................11
D. Implementasi........................................................................................................21
E. Evaluasi................................................................................................................21
BAB IV PENUTUP........................................................................................................22
A. Kesimpulan..........................................................................................................22
B. Saran.....................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................23

BAB I
PENDAHULUAN
4

A. Latar belakang
Penyakit hisprung merupakan suatu kelainan bawaan yang menyebabkan
gangguan pergerakan usus yang dimulai dari spingter ani internal ke arah
proksimal dengan panjang yang bervariasi dan termasuk anus sampai rektum.
Penyakit hisprung adalah penyebab obstruksi usus bagian bawah yang dapat
muncul pada semua usia akan tetapi yang paling sering pada neonatus.
Penyakit hisprung juga dikatakan sebagai suatu kelainan kongenital dimana
tidak terdapatnya sel ganglion parasimpatis dari pleksus auerbach di kolon,
keadaan abnormal tersebutlah yang dapat menimbulkan tidak adanya peristaltik
dan evakuasi usus secara spontan, spingter rektum tidak dapat berelaksasi, tidak
mampu mencegah keluarnya feses secara spontan, kemudian dapat menyebabkan
isi usus terdorong ke bagian segmen yang tidak adalion dan akhirnya feses dapat
terkumpul pada bagian tersebut sehingga dapat menyebabkan dilatasi usus
proksimal.
Pasien dengan penyakit hisprung pertama kali dilaporkan oleh Frederick
Ruysch pada tahun 1691, tetapi yang baru mempublikasikan adalah Harald
Hirschsprung yang mendeskripsikan megakolon kongenital pada tahun 1863.
Namun patofisiologi terjadinya penyakit ini tidak diketahui secara jelas. Hingga
tahun 1938, dimana Robertson dan Kernohan menyatakan bahwa megakolon yang
dijumpai pada kelainan ini disebabkan oleh gangguan peristaltik dibagian distal
usus defisiensi ganglion.

B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian dari hirsprung?
2. Apakah etiologi dari Hirsprung?
3. Apa factor resika atau factor pencetus dari hirsprung?
4. Bagaimana patofisiologi dari hirsprung ?
5. Bagaimana manifestasi klinis dari hirsprung?
6. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari hirsprung?
7. Bagaimana penatalaksanaan dari hirsprung?
8. Bagaimana prognosis dari hirsprung?
5

9. Bagaimana Komplikasi dari hirsprung?


10. Bagiamana asuhan keperawatan pada anak dengan hirsprung?

C. Tujuan penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menerapkan dan mengembangkan pola fikir secara
ilmiah kedalam proses asuhan keperawatan nyata serta mendapatkan
pengalaman dalam memecahkan masalah pada gangguan Hisprung.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan pengertian hirsprung
b. Mendeskripsikan etiologi hirsprung
c. Mendeskripsikan Faktor resiko atau factor pencetus
d. Mendeskripsikan patofisiologi hirsprung
e. Mendeskripsikn manifestasi klinis hirsprung
f. Mendeskripsikan pemeriksaan penunjang hirsprung
g. Mendeskripsikan penatalaksanaan hirsprung
h. Mendeskripsikan prognosis hirsprung
i. Mendeskripsikan komplikasi hirsprung
j. Mendeskripsikan asuhan keperawatan pada anak dengan hirsprung
6

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Hisprung atau mega kolon adalah penyakit yang tidak adanya sel – sel ganglion
dalam rectum atau bagian rectosigmoid colon. Dan ketidak adaan ini
menimbulkan abnormal atau tidak adanya evakuasi usus spontan (Betz, Cecily
&Sowden : 2000)

B. Etiologi
Mungkin karena adanya kegagalan sel-sel ”Neural Crest” ambrional yang
berimigrasi ke dalam dinding usus atau kegagalan pleksus mencenterikus dan
submukoisa untuk berkembang ke arah kranio kaudal di dalam dinding usus.
Disebabkan oleh tidak adanya sel ganglion para simpatis dari pleksus Auerbach di
kolon.
Adapun yang menjadi penyebab Hirschsprung atau Mega Colon itu sendiri
adalah diduga terjadi karena faktor genetik dan lingkungan sering terjadi pada
anak dengan Down syndrom, kegagalan sel neural pada masa embrio dalam
dinding usus, gagal eksistensi, kranio kaudal pada myentrik dan sub mukosa
dinding plexus

C. Patofisiologi
Penyakit HIrschsprung, atau megakolon konginetal, adalah tidak adanya sel-
sel ganglion dalam rectum atau bagian rektosigmoid kolon. Ketidakadaan ini
menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya peristalsis serta tidak adanya
evakuasi usus spontan. Selain itu, sfingter rectum tidak dapat berelaksasi,
mencegah keluarnya feses secara normal. Isi usus terdorong ke segmen
aganglionik dan feses terkumpul didaerah tersebut, menyebabkan dilatasinya
bagian usus yang proximal terhadap daerah itu. Penyakit Hirschsprung diduga
terjadi karena factor-faktor genetic dan factor lingkungan, nmaun etiologi
sebenarnya tidak diketahui. Penyakit hirschsprung dapat muncul pada sembarang
7

usia, walaupun paling sering terjadi pada neonatus. (Buku Saku, Keperawatan
Pediatri, Cecily L. Betz dan Linda A. Sowden, EGC : 2002)

D. Manifestasi klinik

Menurut (Buku Saku, Keperawatan Pediatri, Cecily L. Betz dan Linda A.


Sowden, EGC : 2002) :
Masa Neonatal

1. Gagal mengeluarkan mekonium dalam 48 jam setelah lahir


2. Muntah berisi empedu
3. Enggan minum
4. Distensi abdomen

Masa Bayi dan Kanak-Kanak

1. Konstipasi
2. Diare berulang
3. Tinja seperti pita, berbau busuk
4. Distensi Abdomen
5. Gagal tumbuh.

E. Pemeriksaan penunjang
1. Biopsi isap, yakni mengambil mukosa dan submukosa dengan alat
penghisap and mencari sel ganglion pada daerah submukosa.
2. Biopsy otot rectum, yakni pengambilan lapisan otot rectum, dilakukan
dibawah narkos. Pemeriksaan ini bersifat traumatic.
3. Pemeriksaan aktivitas enzim asetilkolin dari hasil biopsy asap. Pada
penyakit ini klhas terdapat peningkatan aktivitas enzim asetikolin
enterase.
4. Pemeriksaan aktivitas norepinefrin dari jaringan biopsy usus.
8

(Ngatsiyah, 1997 : 139)


1. Foto abdomen (telentang,tegak,telungkup,dekubitus lateral)diagnostik;
untuk mengetahui adanya penyumbatan pada kolon.
2. Enema barium (diagnostic) ; untuk mengetahui adanya penyumbatan pada
kolon.
3. Biopsi rectal ; untuk mendeteksi ada tidaknya sel ganglion.
4. Manometri anorektal ; untuk mencatat respons refluks sfingter interna dan
eksterna.
(Betz, 2002 : 197).

F. Penatalaksanaan

1. Medis
Penatalaksaan operasi adalah untuk memperbaiki portion aganglionik di
usus besar untuk membebaskan dari obstruksi dan mengembalikan motilitas
usus besar sehingga normal dan juga fungsi spinkter ani internal.
Ada dua tahap pembedahan pertama dengan kolostomi loop atau double
barrel dimana diharapkan tonus dan ukuran usus yang dilatasi dan hipertropi
dapat kembali menjadi normal dalam waktu 3-4 bulan . Terdapat prosedur
dalampembedahan diantaranya:
a) Prosedur duhanel biasanya dilakukan terhadap bayi kurang dari 1
tahun dengan cara penarikan kolon normal kearah bawah dan
menganastomosiskannya dibelakang usus aganglionik, membuat
dinding ganda yaitu selubung aganglionik dan bagian posterior kolon
normal yang telah ditarik.
b) Prosedur Swenson membuang bagian aganglionik kemudian
menganastomosiskan end to end pada kolon yang berganglion dengan
saluran anal yang dilatasi dan pemotongan sfingter dilakukan pada
bagian posterior.
c) Prosedur soave dilakukan pada anak-anak yang lebih besar dengan
cara membiarkan dinding otot dari segmen rectum tetap utuh
kemudian kolon yang bersaraf normal ditarik sampai ke anus tempat
9

dilakukannya anastomosis antara kolon normal dan jaringan otot


rektosigmoid yang tersisa.

2. Keperawatan
Perhatikan perawatan tergantung pada umur anak dan tipe pelaksanaanya
bila ketidakmampuan terdiagnosa selama periode neonatal, perhatikan utama
antara lain :
a. Membantu orang tua untuk mengetahui adanya kelainan kongenital
pada anak secara dini
b. Membantu perkembangan ikatan antara orang tua dan anak
c. Mempersiapkan orang tua akan adanya intervensi medis
( pembedahan )
d. Mendampingi orang tua pada perawatan colostomy setelah rencana
pulang.
Pada perawatan preoperasi harus diperhatikan juga kondisi klinis anak –
anak dengan malnutrisi tidak dapat bertahan dalam pembedahan sampai status
fisiknya meningkat. Hal ini sering kali melibatkan pengobatan simptomatik
seperti enema. Diperlukan juga adanya diet rendah serat, tinggi kalori dan
tinggi protein serta situasi dapat digunakan nutrisi parenteral total ( NPT )
Perencanaan pulang dan perawatan dirumah :
1) Ajarkan pada orang tua untuk memantau adanya tanda dan gejala
komplikasi jangka panjan berikut ini.
a) Stenosis dan kontriksi
b) Inkontinensia
c) Pengosongan usus yang tidak adekkuat
2) Ajarkan tentang perawatan kolostomi pada orang tua dan anak.
a) Persiapan kulit
b) Penggunaan alat kolostomi
c) Komplikasi stoma (perdarahan, gagal defekasi, diare
meningkat , prolaps, feses seperti pita )
10

d) Perawatan dan pembersihan alat kolostomi


e) Irigasi kolostomi
3) Beri dan kuatkan informasi-informasi tentang penatalaksanaan
diet.
a) Makanan rendah sisa
b) Masukan cairan tanpa batas
c) Tanda-tanda ketidakseimbangan elektrolot dan dehidrasi.
4) Dorong orang tua dan anak untuk mengekspresikan perasaannya
tentang kolostomi.
a) Tampilan
b) Bau
c) Ketidaksesuaian antara anak mereka dengan anak “ideal”
5) Rujuk ke prosedur institusi spesifik untuk informasi yang dapat
diberikan pada orang tua tentang perawatan dirumah.

3. Kolaboratif
Untuk mencegah terjadinya komplikasi akibat penyumbatan usus, segera
dilakukan kolostomi sementara. Kolostomi adalah pembuatan lubang pada
dinding perut yang disambungkan dengan ujung usus besar. Pengangkatan
bagian usus yang terkena dan penyambungan kembali usus besar biasanya
dilakukan pada saat anak berusia 6 bulan atau lebih. Jika terjadi perforasi
(perlubangan usus) atau enterokolitis, diberikan antibiotik.

G. Prognosis
Secara umum prognosisnya baik, 90% pasien dengan penyakit hirschprung
yang mendapat tindakan pembedahan mengalami penyembuhan dan hanya sekitar
10% pasien yang masih mempunyai masalah dengan saluran cernanya sehingga
harus dilakukan kolostomi permanen. Angka kematian akibat komplikasi dari
tindakan pembedahan pada bayi sekitar 20%.

H. Komplikasi
1. Gawat pernapasan (akut)
2. Enterokolitis (akut)
3. Striktura ani (pascabedah)
11

4. Inkotinensia (jangka panjang)


BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Informasi identitas/data dasar meliputi, nama, umur, jenis kelamin, agama,
alamat, tanggal pengkajian, pemberi informasi. Antara lain :

1. Anamnesis
Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS,
nomor register, dan diagnosis medis.Masalah yang dirasakan klien yang
sangat mengganggu pada saat dilakukan pengkajian, pada klien
Hirschsprung misalnya, sulit BAB, distensi abdomen, kembung, muntah.
a. Keluhan utama Klien
Masalah yang dirasakan klien yang sangat mengganggu pada saat
dilakukan pengkajian, pada klien Hirschsprung misalnya, sulit BAB,
distensi abdomen, kembung, muntah.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Yang diperhatikan adanya keluhan mekonium keluar setelah 24 jam
setelah lahir, distensi abdomen dan muntah hijau atau fekal.
Tanyakan sudah berapa lama gejala dirasakan pasien dan tanyakan
bagaimana upaya klien mengatasi masalah tersebut.
c. Riwayat kesehatan masa lalu
Apakah sebelumnya klien pernah melakukan operasi, riwayat
kehamilan, persalinan dan kelahiran, riwayat alergi, imunisasi.
d. Riwayat Nutrisi
Meliputi : masukan diet anak dan pola makan anak
e. Riwayat psikologis
Bagaimana perasaan klien terhadap kelainan yang diderita apakah ada
perasaan rendah diri atau bagaimana cara klien mengekspresikannya.
12

f. Riwayat kesehatan keluarga


Tanyakan pada orang tua apakah ada anggota keluarga yang lain yang
menderita Hirschsprung.

g. Riwayat social
Apakah ada pendakan secara verbal atau tidak adekuatnya dalam
mempertahankan hubungan dengan orang lain.
h. Riwayat tumbuh kembang
Tanyakan sejak kapan, berapa lama klien merasakan sudah BAB.
i. Riwayat kebiasaan sehari-hari
Meliputi – kebutuhan nutrisi, istirahat dan aktifitas.

2. Pemeriksaan Fisik
a. Sistem integument
Kebersihan kulit mulai dari kepala maupun tubuh, pada palpasi dapat
dilihat capilary refil, warna kulit, edema kulit.
b. Sistem respirasi
Kaji apakah ada kesulitan bernapas, frekuensi pernapasan
c. Sistem kardiovaskuler
Kaji adanya kelainan bunyi jantung (mur-mur, gallop), irama denyut
nadi apikal, frekuensi denyut nadi / apikal.
d. Sistem penglihatan
Kaji adanya konjungtivitis, rinitis pada mata
e. Sistem Gastrointestinal
Kaji pada bagian abdomen palpasi adanya nyeri, auskultasi bising usus,
adanya kembung pada abdomen, adanya distensi abdomen, muntah
(frekuensi dan karakteristik muntah) adanya keram, tendernes.
Pre Operasi
1) Kaji status klinik anak (tanda-tanda vital, asupan dan keluaran)
2) Kaji adanya tanda-tanda perforasi usus.
3) Kaji adanya tanda-tanda enterokolitis
13

4) Kaji kemampuan anak dan keluarga untuk melakukan koping


terhadap pembedahan yang akan datang
5) Kaji tingkat nyeri yang dialami anak
Post Operasi
1) Kaji status pascabedah anak (tanda-tanda vital, bising usus, distensi
abdomen)
2) Kaji adanya tanda-tanda dehidrasi atau kelebihan cairan
3) Kaji adanya komplikasi
4) Kaji adanya tanda-tanda infeksi
5) Kaji tingkat nyeri yang dialami anak
6) Kaji kemampuan anak dan keluarga untuk melakukan koping
terhadap pengalamannya di rumah sakit dan pembedahan.
7) Kaji kemampuan orang tua dalam menatalaksanakan pengobatan
dan perawatan yang berkelanjutan.

B. Diagnosa keperawatan
Pre operasi
1. Gangguan eliminasi BAB : obstipasi berhubungan dengan spastis usus dan
tidak adanya daya dorong.
2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang inadekuat.
3. Kekurangan cairan tubuh berhubungan muntah dan diare.
4. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya distensi abdomen.
Post operasi
1. Gangguan integritas kulit b/d kolostomi dan perbaikan pembedahan
2. Nyeri b/d insisi pembedahan
3. Kurangnya pengetahuan b/d kebutuhan irigasi, pembedahan dan perawatan
kolostomi.
14

C.Intervensi
Pre operasi

No Dx Tujuan Intervensi

1. Konstipasi BAB lancar, dengan 1.   Bowel


berhubungan dengan management
mekanik : megakollon  kriteria :
-    Catat BAB
-     Faeses lunak terakhir
-     Anak tidak -    Monitor tanda
kesakitan saat konstipasi
BAB. -    Anjurkan
-    Tindakan operasi keluarga untuk
colostomi mencatat warna,
jumlah, frekuensi
BAB.

-    Berikan
supositoria jika
perlu.

2.  Bowel irrigation

-    Jelaskan tujuan
dari irigasi rektum.

-    Check order


terapi.

-    Jelaskan prosedur


pada orangtua
pasien.

-    Berikan posisi
yang sesuai.

-     Cek suhu cairan


15

sesuai suhu tubuh.

-     Berikan jelly


sebelum rektal
dimasukkan.

-     Monitor effect
dari irigasi.

3.  Persiapan
preoperatif

-    Jelaskan
persiapan yang harus
dilakukan.

-     lakukan
pemeriksaan
laboratorium: darah
rutin, elektrolit,
AGD.

-     transfusi darah
bila perlu.

2. Cemas berhubungan Cemas keluarga pasien 1. Anxiety reduction


dengan perubahan tertangani dengan
dalam status kesehatan kriteria: -   jelaskan semua
anak prosedur  yang akan
-     Ibu terlihat lebih dilakukan.
tenang
-   kaji pemahaman
-     Ibu dapat orangtua terhadap
bertoleransi dengan kondisi anak,
keadaan anak. tindakan yang akan
dilakukan pada anak.

-   anjurkan orang


tua untuk berada
dekat dengan anak.

-   bantu pasien


mengungkapkan
16

ketegangan dan
kecemasan.

3. Defisit pengetahuan Orang tua tahu 1. teaching: proses


berhubungan dengan mengenai perawatan penyakit
tidak mengenal dengan anak dengan kriteria:
sumber informasi -   Kaji pengetahuan
-     Mampu pasien tentang
menjelaskan penyakit, penyakit.
prosedur  operasi
-    Jelaskan tentang
-     mampu penyakit, prosedur
menyebutkan tindakan tindakan dan cara
keperawatan yang perawatan bersama
harus dilakukan. dengan dokter.

-    Mampu -   Informasikan


menyebutkan cara jadwal rencana
perawatan. operasi: waktu,
tanggal, dan tempat
operasi, lama
operasi.

-   Jelaskan kegiatan
praoperasi : anestesi,
diet, pemeriksaan
lab, pemasangan
infus, tempat tunggu
keluarga.

-    Jelaskan
medikasi yang
diberikan sebelum
operasi: tujuan, efek
samping.

2.  health education:

-    jelaskan tindakan


keperawatan yang
akan dilakukan.
17

-    Jelaskan
mengenai
penyakit,prosedur
tindakandancara
perawatan dengan
dokter.

-    Lakukan diskusi


dengan keluarga
pasien dengan
penyakit yang sama.

-    Jelaskan cara


perawatan post
operatif.

4. Ketidakseimbangan Status nutrisi baik, -   Kaji nafsu makan,


nutrisi kurang dari dengan kriteria: lakukanpemeriksaan
kebutuhan tubuh abdomen,adanya
berhubungan dengan -     Diet seimbang, distensi,
penurunan absorbsi intake adekuat. hipoperistaltik.
usus. -     BB normal. -    Ukur intake dan
-     Nilai lab darah output, berikan per
normal: HB, Albumin, oral / cairan
GDR. intravenasesuai
program (hidrasi
adalah masalah yang
paling penting
selama masa anak-
anak).

-    Sajikan makanan
favorit anak, dan
berikan sedikit tapi
sering.

-    Atur anak pada


posisi yang nyaman
(fowler)

-   Timbang BB tiap
hari pada skala yang
18

sama.

5. Gangguan koping Meknisme koping -    Kenalkan


keluarga berhubungan keluarga efektif, keluarga untuk
dengan krisis dengan kriteria: mengenal
situasional, ancaman staf/perawat yang
fungsi peran, -     Keluarga merawat
perubahan lingkungan. menunjukkan bisa
menyesuaikan dengan -    Gambarkan
lingkungan rumah kegiatan rutin di RS
sakit. yang mempengaruhi
anak.
-     Anggota keluarga
aktif bertanya. -   Anjurkan
keluarga untuk
menyesuaikan
dengan lingkungan
yang baru dan asing.

-   Informasikan
tentang area di luar
unit yang
mungkinmereka
perlukan.

-   Ciptakan kondisi


yang
mendukunguntuk
bertanya,
mengungkapkan
kekecewaan dan
perasaannya.

-   Hadirkan keluarga
terdekat dengan
pasien.

-   Jaga privasi,


awasi tanda-tanda
ketegangan keluarga.
19

6. Kekurangan volume Status hidrasi: 1. manajemen cairan


cairan b.d kehilangan
volume caian secara Kriteria:     timbang berat
aktif badan tiap hari
-     menunjukkan
urine output normal     kelola catatan
intake dan output
-     menunjukkan TD,
nadi dan suhu dbn    monitor status
hidrasi  (membran
-     turgor kulit,
mukosa, nadi
kelembaban mukosa
adekuat, ortostatik
dbn.
TD)
-     Mampu
      monitor hasil
menjelaskan yang
laboratorium yang
dapat dilakukan untuk
mengatasi kehilangan menunjukkan
cairan retensi cairan

     monitor keadaan


hemodinamik

     monitor vital


sign

     monitor tanda-


tanda kelebihan atau
kekurangan volume
cairan

     administrasi
terapi Intra  vena

     monitor status


nutrisi

     berikan cairan


dan intake oral.

2.   monitor cairan

-     kaji jumlah dan


20

jenis  intake cairan


dan kebiasaan
eliminasi

-    kaji faktor resiko


terjadinya
ketidakseimbangan
cairan

-    monitor intake


dan output

-    monitor serum,


dan elektrolit

-    jaga keakurtan


pencatatan intake
dan output

-    administrasi
pemberian  cairan

3.  managemen
hipovolemi

-    monitor status
cairan termasuk
intake dan output

-    jaga kepatenan


terpi intra vena

-    monitor
kehilangan cairan

-    monitor hasil
laboratorium

-    hitung kebutuhan
cairan

-    administrasi
pemberian cairan
hipotonik/isotonik
21

-   observasi indikasi


dehidrasi

-    kelola pemberian
intake oral

-    monitor tanda
dan gejala over
hidration

Post Operasi

No Dx Tujuan dan Kriteria hasil Intervesi

1. Nyeri akut Level nyeri berkurang 1. Management


berhubungan dengan dengan kriteria : nyeri
agen injuri fisik
-     anak tidak rewel -   Kaji nyeri
meliputi
-     ekspresi wajah dan karakteristik,
sikap tubuh rileks lokasi, durasi,
-     tanda vital dbn frekuensi, kualitas,
dan faktor
presipitasi.

-   Observasi
ketidaknyamanan
non verbal

-   Berikan posisi


yang nyaman

-   Anjurkan ortu


untuk memberikan
pelukan agar anak
merasa nyaman
dan tenang.

-    Tingkatkan
istirahat

2   Teaching
22

-    Jelaskan pada


ortu tentang proses
terjadinya nyeri

-    Pertahankan
imobilisasi bagian
yang sakit

-   Evaluasi
keluhan nyeri atau
ketidaknyamanan

-    Perhatikan
lokasi nyeri.

3.  Administrasi
analgetik

-    Tentukan
lokasi,
karakteristik,
kualitas dan
derajat nyeri
sebelum
pemberian obat.

-    Cek program


medis tentang jenis
obat, dosis dan
frekuensi
pemberian

-    Ikuti 5 benar


sebelum
memberikan obat

-    Cek riwayat


alergi

-    Monitor tanda


vital sebelum dan
sesudah pemberian
obat
23

-   
Dokumentasikan
pemberian obat

2. Resiko infeksi Resiko infeksi terkontrol 1. Infektion


berhubungan dengan dengan kriteria : control
prosedur invasif
-     bebas dari tanda-tanda -    Terapkan
infeksi kewaspadaan
universal cuci
-     tanda vital dalam batas tangan sebelum
normal dan sesudah
-     hasil lab dbn melakukan
tindakan
keperawatan.

-   Gunakan sarung


tangan setiap
melakukan
tindakan.

-    Berikan
personal hygiene
yang baik.

2.  Proteksi infeksi

-    monitor tanda-


tanda infeksi lokal
maupun sistemik.

-    Monitor hasil


lab: wbc,
granulosit dan hasi
lab yang lain.

-    Batasi
pengunjung

-    Inspeksi
kondisi luka insisi
24

operasi.

3.  Ostomy  care

-    bantu dan


ajarkan keluarga
pasien untuk
melakukan
perawatan
kolostomi

-    Monitor insisi


stoma.

-    Pantau dan


dampinggi
keluarga saat
merawat kolostomi

-   Irigasi stoma


sesuai indikasi.

-   Monitor produk


stoma

-   Ganti kantong


kolostomi setiap
kotor.

4.  Medikasi terapi

-    Beri antibiotik


sesuai program

-    Tingkatkan
nutrisi

-    Monitor
keefektifan terapi.

5.   Health
education

o   Ajarkan pada
orang tua tentang
25

tanda-tanda
infeksi.

o   Ajarkan cara
mencegah infeksi.

o   Ajarkan cara
perawatan
colostomi

3. Kekurangan volume Status hidrasi: manajemen cairan


cairan b.d kehilangan
volume caian secara Kriteria:     timbang berat
aktif badan tiap hari
-     menunjukkan urine
output normal     kelola catatan
intake dan output
-     menunjukkan TD, nadi
dan suhu dbn     monitor status
hidrasi (membran
-     turgor kulit,
mukosa, nadi
kelembaban mukosa dbn.
adekuat, ortostatik
-     Mampu menjelaskan TD)
yang dapat dilakukan
    monitor hasil
untuk mengatasi
laboratorium
kehilangan cairan
yang
menunjukkan
retensi cairan

    monitor keadaan


hemodinamik

    monitor vital


sign

    monitor tanda-


tanda kelebihan
atau kekurangan
volume cairan

     administrasi
terapi Intra vena
26

     monitor status


nutrisi

     berikan cairan


dan intake oral.

5.   monitor cairan

-     kaji jumlah


dan jenis intake
cairan dan
kebiasaan
eliminasi

-    kaji faktor


resiko terjadinya
ketidakseimbangan
cairan

-    monitor intake


dan output

-    monitor serum,


dan elektrolit

-    jaga keakurtan


pencatatan intake
dan output

-    administrasi
pemberian cairan

6.  managemen
hipovolemi

-     monitor status


cairan termasuk
intake dan output

-    jaga kepatenan


terpi intra vena

-    monitor
27

kehilangan cairan

-    monitor hasil


laboratorium

-    hitung
kebutuhan cairan

-    administrasi
pemberian cairan
hipotonik/isotonik

-    observasi
indikasi dehidrasi

-     kelola
pemberian intake
oral

-    monitor tanda


dan gejala over
hidration

C. Implementasi
Merupakan tahap keempat dari proses keperawatan dimana rencana
keperawatan dilaksanakan : melaksanakan intervensi/aktivitas yang telah
ditentukan, pada tahap ini perawat siap untuk melaksanakan intervensi dan
aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan pasien.
Pelaksanaan keperawatan/implementasi harus sesuai dengan rencana yang
telah ditetapkan sebelumnya dan pelaksanaan ini disesuaikan dengan masalah
yang terjadi. Dalam pelaksanaan keperawatan ada 4 tindakan yang dilakukan yaitu
:
a. Tindakan mandiri
b. Tindakan observasi
c. Tindakan health education
d. Tindakan kolaborasi

D. Evaluasi
Pre operasi Hirschsprung
1. Pola eliminasi berfungsi normal
2. Kebutuhan nutrisi terpenuhi
28

3. Kebutuhan cairan dapat terpenuhi


4. Nyeri pada abdomen teratasi
Post operasi Hirschsprung
1. Integritas kulit lebih baik
2. Nyeri berkurang atau hilang
3. Pengetahuan meningkat tentang perawatan pembedahan terutama
pembedahan kolon
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyakit hisprung merupakan penyakit yang sering menimbulkan
masalah. Baik masalah fisik, psikologis maupun psikososial. Masalah
pertumbuhan dan perkembangan anak dengan penyakit hisprung yaitu terletak
pada kebiasaan buang air besar. Orang tua yang mengusahakan agar anaknya
bisa buang air besar dengan cara yang awam akan menimbulkan masalah baru
bagi bayi/anak. Penatalaksanaan yang benar mengenai penyakit hisprung
harus difahami dengan benar oleh seluruh pihak. Baik tenaga medis maupun
keluarga. Untuk tecapainya tujuan yang diharapkan perlu terjalin hubungan
kerja sama yang baik antara pasien, keluarga, dokter, perawat maupun tenaga
medis lainnya dalam mengantisipasi kemungkinan yang terjadi.

B. Saran
Kami berharap setiap mahasiswa mampu memahami dan mengetahui
tentang penyakit hsaprung. Walaupun dalam makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan.
DAFTAR PUSTAKA

Betz, Sowden, 2002, Keperawatan Pediatric Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran


EGC, Jakarta.

Carpenito, 1998, Diagnosis Keperawatan, Editor Yasmin Asih, Penerbit Buku


Kedokteran EGC, Jakarta.
29

Betz, Cecily, L. Dan Linda A. Sowden 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik.
Edisi ke-3. Jakarta : EGC.

Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC

Kartono, Darmawan. 2004. Penyakit Hirschsprung. Jakarta : Sagung Seto.

Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik.Sri Kurnianingsih


(Fd), Monica Ester (Alih bahasa) edisi – 4 Jakarta : EGC.

Corwin, Elizabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Alih bahasa : Brahm U


Pendit. Jakarta : EGC.

Carpenito , Lynda juall. 1997 . Buku saku Diagnosa Keperawatan.Edisi ke -^.


Jakarta : EGC

Staf Pengajar Ilmu kesehatan Anak . 1991. Ilmu Kesehatan Anak . Edisi Ke-2 .
Jakarta : FKUI .

Mansjoer , Arif . 2000 . Kapita Selekta Kedokteran .Edisi Ke-3 . Jakarta : Media
Aesulapius FKUI

Anda mungkin juga menyukai