“ASKEP HISPRUNG”
Diusun Untuk Memenuhi Tugas individu Pada Mata Kuliah Keperawatan Anak
Di Susun Oleh :
1. Januardi saputra
2. Kadariah Alfandi
Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas
berkat limpahan rahmat, karunia-Nya dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah “ Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Hirsprung”. Selain bertujuan
untuk memenuhi tugas individu mata kuliah Keperawatan Anak. Makalah ini juga
disusun dengan maksud agar teman-teman mahasiswa dapat memperluas ilmu dan
pengetahuan tentang Hirsprung.
Pembahasan makalah ini dilakukan secara lugas dan sederhana sehingga
akan mudah dipahami, dalam pembuatannya kami mendapatkan informasi dari
berbagai literature, yang berhubungan dan sesuai dengan apa yang sudah
disarankan demi untuk memperoleh hasil yang optimal walaupun masih banyak
ada kekurangan.
Semoga makalah mengenai bermanfaat bagi semua pihak khususnya
teman-teman mahasiswa, Terimakasih.
mataram, 22 april
2022
Penyusun
Kadariah alfandi
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. Latar belakang........................................................................................................1
B. Rumusan masalah..................................................................................................1
C. Tujuan penulisan....................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI.............................................................................................3
A. Pengertian...............................................................................................................3
B. Etiologi...................................................................................................................3
C. Patofisiologi...........................................................................................................4
D. Manifestasi klinik...................................................................................................4
E. Pemeriksaan penunjang..........................................................................................5
F. Penatalaksanaan.....................................................................................................6
G. Prognosis................................................................................................................7
H. Komplikasi.............................................................................................................8
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN............................................................................9
A. Pengkajian..............................................................................................................9
B. Diagnosa keperawatan.........................................................................................11
C. Intervensi..............................................................................................................11
D. Implementasi........................................................................................................21
E. Evaluasi................................................................................................................21
BAB IV PENUTUP........................................................................................................22
A. Kesimpulan..........................................................................................................22
B. Saran.....................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................23
BAB I
PENDAHULUAN
4
A. Latar belakang
Penyakit hisprung merupakan suatu kelainan bawaan yang menyebabkan
gangguan pergerakan usus yang dimulai dari spingter ani internal ke arah
proksimal dengan panjang yang bervariasi dan termasuk anus sampai rektum.
Penyakit hisprung adalah penyebab obstruksi usus bagian bawah yang dapat
muncul pada semua usia akan tetapi yang paling sering pada neonatus.
Penyakit hisprung juga dikatakan sebagai suatu kelainan kongenital dimana
tidak terdapatnya sel ganglion parasimpatis dari pleksus auerbach di kolon,
keadaan abnormal tersebutlah yang dapat menimbulkan tidak adanya peristaltik
dan evakuasi usus secara spontan, spingter rektum tidak dapat berelaksasi, tidak
mampu mencegah keluarnya feses secara spontan, kemudian dapat menyebabkan
isi usus terdorong ke bagian segmen yang tidak adalion dan akhirnya feses dapat
terkumpul pada bagian tersebut sehingga dapat menyebabkan dilatasi usus
proksimal.
Pasien dengan penyakit hisprung pertama kali dilaporkan oleh Frederick
Ruysch pada tahun 1691, tetapi yang baru mempublikasikan adalah Harald
Hirschsprung yang mendeskripsikan megakolon kongenital pada tahun 1863.
Namun patofisiologi terjadinya penyakit ini tidak diketahui secara jelas. Hingga
tahun 1938, dimana Robertson dan Kernohan menyatakan bahwa megakolon yang
dijumpai pada kelainan ini disebabkan oleh gangguan peristaltik dibagian distal
usus defisiensi ganglion.
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian dari hirsprung?
2. Apakah etiologi dari Hirsprung?
3. Apa factor resika atau factor pencetus dari hirsprung?
4. Bagaimana patofisiologi dari hirsprung ?
5. Bagaimana manifestasi klinis dari hirsprung?
6. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari hirsprung?
7. Bagaimana penatalaksanaan dari hirsprung?
8. Bagaimana prognosis dari hirsprung?
5
C. Tujuan penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menerapkan dan mengembangkan pola fikir secara
ilmiah kedalam proses asuhan keperawatan nyata serta mendapatkan
pengalaman dalam memecahkan masalah pada gangguan Hisprung.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan pengertian hirsprung
b. Mendeskripsikan etiologi hirsprung
c. Mendeskripsikan Faktor resiko atau factor pencetus
d. Mendeskripsikan patofisiologi hirsprung
e. Mendeskripsikn manifestasi klinis hirsprung
f. Mendeskripsikan pemeriksaan penunjang hirsprung
g. Mendeskripsikan penatalaksanaan hirsprung
h. Mendeskripsikan prognosis hirsprung
i. Mendeskripsikan komplikasi hirsprung
j. Mendeskripsikan asuhan keperawatan pada anak dengan hirsprung
6
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Hisprung atau mega kolon adalah penyakit yang tidak adanya sel – sel ganglion
dalam rectum atau bagian rectosigmoid colon. Dan ketidak adaan ini
menimbulkan abnormal atau tidak adanya evakuasi usus spontan (Betz, Cecily
&Sowden : 2000)
B. Etiologi
Mungkin karena adanya kegagalan sel-sel ”Neural Crest” ambrional yang
berimigrasi ke dalam dinding usus atau kegagalan pleksus mencenterikus dan
submukoisa untuk berkembang ke arah kranio kaudal di dalam dinding usus.
Disebabkan oleh tidak adanya sel ganglion para simpatis dari pleksus Auerbach di
kolon.
Adapun yang menjadi penyebab Hirschsprung atau Mega Colon itu sendiri
adalah diduga terjadi karena faktor genetik dan lingkungan sering terjadi pada
anak dengan Down syndrom, kegagalan sel neural pada masa embrio dalam
dinding usus, gagal eksistensi, kranio kaudal pada myentrik dan sub mukosa
dinding plexus
C. Patofisiologi
Penyakit HIrschsprung, atau megakolon konginetal, adalah tidak adanya sel-
sel ganglion dalam rectum atau bagian rektosigmoid kolon. Ketidakadaan ini
menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya peristalsis serta tidak adanya
evakuasi usus spontan. Selain itu, sfingter rectum tidak dapat berelaksasi,
mencegah keluarnya feses secara normal. Isi usus terdorong ke segmen
aganglionik dan feses terkumpul didaerah tersebut, menyebabkan dilatasinya
bagian usus yang proximal terhadap daerah itu. Penyakit Hirschsprung diduga
terjadi karena factor-faktor genetic dan factor lingkungan, nmaun etiologi
sebenarnya tidak diketahui. Penyakit hirschsprung dapat muncul pada sembarang
7
usia, walaupun paling sering terjadi pada neonatus. (Buku Saku, Keperawatan
Pediatri, Cecily L. Betz dan Linda A. Sowden, EGC : 2002)
D. Manifestasi klinik
1. Konstipasi
2. Diare berulang
3. Tinja seperti pita, berbau busuk
4. Distensi Abdomen
5. Gagal tumbuh.
E. Pemeriksaan penunjang
1. Biopsi isap, yakni mengambil mukosa dan submukosa dengan alat
penghisap and mencari sel ganglion pada daerah submukosa.
2. Biopsy otot rectum, yakni pengambilan lapisan otot rectum, dilakukan
dibawah narkos. Pemeriksaan ini bersifat traumatic.
3. Pemeriksaan aktivitas enzim asetilkolin dari hasil biopsy asap. Pada
penyakit ini klhas terdapat peningkatan aktivitas enzim asetikolin
enterase.
4. Pemeriksaan aktivitas norepinefrin dari jaringan biopsy usus.
8
F. Penatalaksanaan
1. Medis
Penatalaksaan operasi adalah untuk memperbaiki portion aganglionik di
usus besar untuk membebaskan dari obstruksi dan mengembalikan motilitas
usus besar sehingga normal dan juga fungsi spinkter ani internal.
Ada dua tahap pembedahan pertama dengan kolostomi loop atau double
barrel dimana diharapkan tonus dan ukuran usus yang dilatasi dan hipertropi
dapat kembali menjadi normal dalam waktu 3-4 bulan . Terdapat prosedur
dalampembedahan diantaranya:
a) Prosedur duhanel biasanya dilakukan terhadap bayi kurang dari 1
tahun dengan cara penarikan kolon normal kearah bawah dan
menganastomosiskannya dibelakang usus aganglionik, membuat
dinding ganda yaitu selubung aganglionik dan bagian posterior kolon
normal yang telah ditarik.
b) Prosedur Swenson membuang bagian aganglionik kemudian
menganastomosiskan end to end pada kolon yang berganglion dengan
saluran anal yang dilatasi dan pemotongan sfingter dilakukan pada
bagian posterior.
c) Prosedur soave dilakukan pada anak-anak yang lebih besar dengan
cara membiarkan dinding otot dari segmen rectum tetap utuh
kemudian kolon yang bersaraf normal ditarik sampai ke anus tempat
9
2. Keperawatan
Perhatikan perawatan tergantung pada umur anak dan tipe pelaksanaanya
bila ketidakmampuan terdiagnosa selama periode neonatal, perhatikan utama
antara lain :
a. Membantu orang tua untuk mengetahui adanya kelainan kongenital
pada anak secara dini
b. Membantu perkembangan ikatan antara orang tua dan anak
c. Mempersiapkan orang tua akan adanya intervensi medis
( pembedahan )
d. Mendampingi orang tua pada perawatan colostomy setelah rencana
pulang.
Pada perawatan preoperasi harus diperhatikan juga kondisi klinis anak –
anak dengan malnutrisi tidak dapat bertahan dalam pembedahan sampai status
fisiknya meningkat. Hal ini sering kali melibatkan pengobatan simptomatik
seperti enema. Diperlukan juga adanya diet rendah serat, tinggi kalori dan
tinggi protein serta situasi dapat digunakan nutrisi parenteral total ( NPT )
Perencanaan pulang dan perawatan dirumah :
1) Ajarkan pada orang tua untuk memantau adanya tanda dan gejala
komplikasi jangka panjan berikut ini.
a) Stenosis dan kontriksi
b) Inkontinensia
c) Pengosongan usus yang tidak adekkuat
2) Ajarkan tentang perawatan kolostomi pada orang tua dan anak.
a) Persiapan kulit
b) Penggunaan alat kolostomi
c) Komplikasi stoma (perdarahan, gagal defekasi, diare
meningkat , prolaps, feses seperti pita )
10
3. Kolaboratif
Untuk mencegah terjadinya komplikasi akibat penyumbatan usus, segera
dilakukan kolostomi sementara. Kolostomi adalah pembuatan lubang pada
dinding perut yang disambungkan dengan ujung usus besar. Pengangkatan
bagian usus yang terkena dan penyambungan kembali usus besar biasanya
dilakukan pada saat anak berusia 6 bulan atau lebih. Jika terjadi perforasi
(perlubangan usus) atau enterokolitis, diberikan antibiotik.
G. Prognosis
Secara umum prognosisnya baik, 90% pasien dengan penyakit hirschprung
yang mendapat tindakan pembedahan mengalami penyembuhan dan hanya sekitar
10% pasien yang masih mempunyai masalah dengan saluran cernanya sehingga
harus dilakukan kolostomi permanen. Angka kematian akibat komplikasi dari
tindakan pembedahan pada bayi sekitar 20%.
H. Komplikasi
1. Gawat pernapasan (akut)
2. Enterokolitis (akut)
3. Striktura ani (pascabedah)
11
A. Pengkajian
Informasi identitas/data dasar meliputi, nama, umur, jenis kelamin, agama,
alamat, tanggal pengkajian, pemberi informasi. Antara lain :
1. Anamnesis
Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS,
nomor register, dan diagnosis medis.Masalah yang dirasakan klien yang
sangat mengganggu pada saat dilakukan pengkajian, pada klien
Hirschsprung misalnya, sulit BAB, distensi abdomen, kembung, muntah.
a. Keluhan utama Klien
Masalah yang dirasakan klien yang sangat mengganggu pada saat
dilakukan pengkajian, pada klien Hirschsprung misalnya, sulit BAB,
distensi abdomen, kembung, muntah.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Yang diperhatikan adanya keluhan mekonium keluar setelah 24 jam
setelah lahir, distensi abdomen dan muntah hijau atau fekal.
Tanyakan sudah berapa lama gejala dirasakan pasien dan tanyakan
bagaimana upaya klien mengatasi masalah tersebut.
c. Riwayat kesehatan masa lalu
Apakah sebelumnya klien pernah melakukan operasi, riwayat
kehamilan, persalinan dan kelahiran, riwayat alergi, imunisasi.
d. Riwayat Nutrisi
Meliputi : masukan diet anak dan pola makan anak
e. Riwayat psikologis
Bagaimana perasaan klien terhadap kelainan yang diderita apakah ada
perasaan rendah diri atau bagaimana cara klien mengekspresikannya.
12
g. Riwayat social
Apakah ada pendakan secara verbal atau tidak adekuatnya dalam
mempertahankan hubungan dengan orang lain.
h. Riwayat tumbuh kembang
Tanyakan sejak kapan, berapa lama klien merasakan sudah BAB.
i. Riwayat kebiasaan sehari-hari
Meliputi – kebutuhan nutrisi, istirahat dan aktifitas.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Sistem integument
Kebersihan kulit mulai dari kepala maupun tubuh, pada palpasi dapat
dilihat capilary refil, warna kulit, edema kulit.
b. Sistem respirasi
Kaji apakah ada kesulitan bernapas, frekuensi pernapasan
c. Sistem kardiovaskuler
Kaji adanya kelainan bunyi jantung (mur-mur, gallop), irama denyut
nadi apikal, frekuensi denyut nadi / apikal.
d. Sistem penglihatan
Kaji adanya konjungtivitis, rinitis pada mata
e. Sistem Gastrointestinal
Kaji pada bagian abdomen palpasi adanya nyeri, auskultasi bising usus,
adanya kembung pada abdomen, adanya distensi abdomen, muntah
(frekuensi dan karakteristik muntah) adanya keram, tendernes.
Pre Operasi
1) Kaji status klinik anak (tanda-tanda vital, asupan dan keluaran)
2) Kaji adanya tanda-tanda perforasi usus.
3) Kaji adanya tanda-tanda enterokolitis
13
B. Diagnosa keperawatan
Pre operasi
1. Gangguan eliminasi BAB : obstipasi berhubungan dengan spastis usus dan
tidak adanya daya dorong.
2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang inadekuat.
3. Kekurangan cairan tubuh berhubungan muntah dan diare.
4. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya distensi abdomen.
Post operasi
1. Gangguan integritas kulit b/d kolostomi dan perbaikan pembedahan
2. Nyeri b/d insisi pembedahan
3. Kurangnya pengetahuan b/d kebutuhan irigasi, pembedahan dan perawatan
kolostomi.
14
C.Intervensi
Pre operasi
No Dx Tujuan Intervensi
- Berikan
supositoria jika
perlu.
2. Bowel irrigation
- Jelaskan tujuan
dari irigasi rektum.
- Berikan posisi
yang sesuai.
- Monitor effect
dari irigasi.
3. Persiapan
preoperatif
- Jelaskan
persiapan yang harus
dilakukan.
- lakukan
pemeriksaan
laboratorium: darah
rutin, elektrolit,
AGD.
- transfusi darah
bila perlu.
ketegangan dan
kecemasan.
- Jelaskan kegiatan
praoperasi : anestesi,
diet, pemeriksaan
lab, pemasangan
infus, tempat tunggu
keluarga.
- Jelaskan
medikasi yang
diberikan sebelum
operasi: tujuan, efek
samping.
- Jelaskan
mengenai
penyakit,prosedur
tindakandancara
perawatan dengan
dokter.
- Sajikan makanan
favorit anak, dan
berikan sedikit tapi
sering.
- Timbang BB tiap
hari pada skala yang
18
sama.
- Informasikan
tentang area di luar
unit yang
mungkinmereka
perlukan.
- Hadirkan keluarga
terdekat dengan
pasien.
administrasi
terapi Intra vena
- administrasi
pemberian cairan
3. managemen
hipovolemi
- monitor status
cairan termasuk
intake dan output
- monitor
kehilangan cairan
- monitor hasil
laboratorium
- hitung kebutuhan
cairan
- administrasi
pemberian cairan
hipotonik/isotonik
21
- kelola pemberian
intake oral
- monitor tanda
dan gejala over
hidration
Post Operasi
- Observasi
ketidaknyamanan
non verbal
- Tingkatkan
istirahat
2 Teaching
22
- Pertahankan
imobilisasi bagian
yang sakit
- Evaluasi
keluhan nyeri atau
ketidaknyamanan
- Perhatikan
lokasi nyeri.
3. Administrasi
analgetik
- Tentukan
lokasi,
karakteristik,
kualitas dan
derajat nyeri
sebelum
pemberian obat.
-
Dokumentasikan
pemberian obat
- Berikan
personal hygiene
yang baik.
- Batasi
pengunjung
- Inspeksi
kondisi luka insisi
24
operasi.
4. Medikasi terapi
- Tingkatkan
nutrisi
- Monitor
keefektifan terapi.
5. Health
education
o Ajarkan pada
orang tua tentang
25
tanda-tanda
infeksi.
o Ajarkan cara
mencegah infeksi.
o Ajarkan cara
perawatan
colostomi
administrasi
terapi Intra vena
26
- administrasi
pemberian cairan
6. managemen
hipovolemi
- monitor
27
kehilangan cairan
- hitung
kebutuhan cairan
- administrasi
pemberian cairan
hipotonik/isotonik
- observasi
indikasi dehidrasi
- kelola
pemberian intake
oral
C. Implementasi
Merupakan tahap keempat dari proses keperawatan dimana rencana
keperawatan dilaksanakan : melaksanakan intervensi/aktivitas yang telah
ditentukan, pada tahap ini perawat siap untuk melaksanakan intervensi dan
aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan pasien.
Pelaksanaan keperawatan/implementasi harus sesuai dengan rencana yang
telah ditetapkan sebelumnya dan pelaksanaan ini disesuaikan dengan masalah
yang terjadi. Dalam pelaksanaan keperawatan ada 4 tindakan yang dilakukan yaitu
:
a. Tindakan mandiri
b. Tindakan observasi
c. Tindakan health education
d. Tindakan kolaborasi
D. Evaluasi
Pre operasi Hirschsprung
1. Pola eliminasi berfungsi normal
2. Kebutuhan nutrisi terpenuhi
28
A. Kesimpulan
Penyakit hisprung merupakan penyakit yang sering menimbulkan
masalah. Baik masalah fisik, psikologis maupun psikososial. Masalah
pertumbuhan dan perkembangan anak dengan penyakit hisprung yaitu terletak
pada kebiasaan buang air besar. Orang tua yang mengusahakan agar anaknya
bisa buang air besar dengan cara yang awam akan menimbulkan masalah baru
bagi bayi/anak. Penatalaksanaan yang benar mengenai penyakit hisprung
harus difahami dengan benar oleh seluruh pihak. Baik tenaga medis maupun
keluarga. Untuk tecapainya tujuan yang diharapkan perlu terjalin hubungan
kerja sama yang baik antara pasien, keluarga, dokter, perawat maupun tenaga
medis lainnya dalam mengantisipasi kemungkinan yang terjadi.
B. Saran
Kami berharap setiap mahasiswa mampu memahami dan mengetahui
tentang penyakit hsaprung. Walaupun dalam makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan.
DAFTAR PUSTAKA
Betz, Cecily, L. Dan Linda A. Sowden 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik.
Edisi ke-3. Jakarta : EGC.
Staf Pengajar Ilmu kesehatan Anak . 1991. Ilmu Kesehatan Anak . Edisi Ke-2 .
Jakarta : FKUI .
Mansjoer , Arif . 2000 . Kapita Selekta Kedokteran .Edisi Ke-3 . Jakarta : Media
Aesulapius FKUI