Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN DIAGNOSA MEDIS BBLR DI


RUANG NICU RSUD PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

NAMA : ONA NIRWANA PUTRI

NIM : 022SYE20

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN JENGJANG D3

TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN DIAGNOSA MEDIS BBLR DI


RUANG NICU RSUD PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Nama : Ona Nirwana Putri


Nim : 022SYE20

Laporan pendahuluan telah dikonsulkan dan di ACC

Pembimbing pendidikan Pembimbing Klinik

( Haryani, SST., M.Kes ) ( Musliyati, SST.)


A. KONSEP MEDIS
1. Definisi Penyakit
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bila berat badannya kurang dari 2500 gram
(sampai dengan 2499 gram). Bayi yang dilahirkan dengan BBLR umumnya kurang mampu
meredam tekanan lingkungan yang baru sehingga dapat mengakibatkan pada terhambatnya
pertumbuhan dan perkembangan, bahkan dapat menggangu kelangsungan hidupnya
(Prawirohardjo, 2006).
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram
tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan (< 37 minggu)
atau pada bayi cukup bulan (intrauterine growth restriction) (Pudjiadi, dkk., 2010).

2. ETIOLOGI
Beberapa penyebab dari bayi dengan berat badan lahir rendah (Proverawati dan Ismawati,
2010), yaitu:
a. Faktor ibu
b. Penyakit
c. Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan antepartum, preekelamsi
berat, eklamsia, infeksi kandung kemih.
d. Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual, hipertensi, HIV/AIDS,
TORCH(Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus (CMV) dan Herpes simplex virus), dan penyakit
jantung.
e. Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.
f. Ibu
g. Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan pada usia < 20 tahun atau lebih
dari 35 tahun.
h. Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun).
i. Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
j. Keadaan sosial ekonomi
k. Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini dikarenakan keadaan gizi
dan pengawasan antenatal yang kurang.
l. Aktivitas fisik yang berlebihan
m. Faktor janin Faktor janin meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin kronik (inklusi
sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan kembar.
n. Faktor plasenta Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion, plasenta previa, solutio
plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban pecah dini.
o. Faktor lingkungan Lingkungan yang berpengaruh antara lain : tempat tinggal di dataran
tinggi, terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.

3. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Jumiarni (2006), manifestasi klinis BBLR adalah sebagai berikut:
a. Preterm: sama dengan bayi prematuritas murni
b. Term dan posterm:
1) Kulit berselubung verniks kaseosa tipis atau tidak ada
2) Kulit pucat atau bernoda mekonium, kering keriput tipis
3) Jaringan lemak dibawah kulit tipis
4) Bayi tampak gesiy, kuat, dan aktif
5) Tali pusat berwarna kuning kehijauan
Tanda dan gejala bayi prematur menurut Surasmi ( 2010) adalah :
a. Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu
b. Berat badan sama dengan atau kerang dari 2500 gr
c. Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm
d. Kuku panjangnya belum melewati ujung jarinya
e. Batas dahi dan ujung rambut kepala tidak jelas
f. Lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm
g. Lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm
h. Rambut lanugo masih banyak
i. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang
j. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhanya, sehingga seolah-olah tidak
teraba tulang rawan daun telinga
k. Tumit mengkilap, telapak kaki halus
l. Alat kelamin : pada bayi laki – laki pigmentasi dan rugae pada skrotum kurang, testis
belum turun ke dalam skrotum, untuk bayi perempuan klitoris menonjol, labia minora
tertutup oleh labia mayora.
m. Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakanya lemah
n. Fungsi syaraf yang belum atau kurang matang, mengakibatkan refleks hisap, menelan dan
batuk masih lemah atau tidak efektif dan tangisanya lemah.
o. Jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat pertumbuhan jaringan lemak masih kurang
p. Verniks tidak ada atau kurang
Menurut Proverawati (2017), Gambaran Klinis atau ciri- ciri Bayi BBLR :
a. Berat kurang dari 2500 gram
b. Panjang kurang dari 45 cm
c. Lingkar dada kurang dari 30 cm
d. Lingkar kepala kurang dari 33 cm
e. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang
f. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
g. Kepala lebih besar
h. Kulit tipis transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang
i. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya
j. Otot hipotonik lemah merupakan otot yang tidak ada gerakan aktif pada lengan dan
sikunya
k. Pernapasan tidak teratur dapat terjadi apnea
l. Ekstermitas : paha abduksi, sendi lutut/ kaki fleksi-lurus, tumit mengkilap, telapak kaki
halus.
m. Kepala tidak mampu tegak, fungsi syaraf yang belum atau tidak efektif dan tangisnya
lemah.
n. Pernapasan 40 – 50 kali/ menit dan nadi 100-140 kali/ menit

4. PATOFISIOLOGI

Semakin kecil dan semakin premature bayi itu maka akan semakin tinggi resiko
gizinya. Beberapa faktor yang memberikan efek pada masalah gizi.
a. Menurunnya simpanan zat gizi padahal cadangan makanan di dalam tubuh sedikit, hamper
semua lemak, glikogen dan mineral seperti zat besi, kalsium, fosfor dan seng di deposit
selama 8 minggu terakhir kehamilan. Dengan demikian bayi preterm mempunyai potensi
terhadap peningkatan hipoglikemia, anemia dan lain-lain. Hipoglikemia menyebabkan
bayi kejang terutama pada bayi BBLR Prematur.
b. Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan. Bayi preterm mempunyai lebih sedikit
simpanan garam empedu, yang diperlukan untuk mencerna dan mengabsorpsi lemak
dibandingkan dengan bayi aterm.
c. Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan, koordinasi antara refleks hisap
dan menelan belum berkembang dengan baik sampai kehamilan 32-34 minggu, padahal
bayi BBLR kebutuhan nutrisinya lebih tinggi karena target pencapaian BB nya lebih besar.
Penundaan pengosongan lambung dan buruknya motilitas usus terjadi pada bayi preterm.
d. Paru yang belum matang dengan peningkatan kerja napas dan kebutuhan kalori yang
meningkat.
e. Potensial untuk kehilangan panas akibat luas permukaan tubuh tidak sebanding dengan BB
dan sedikitnya lemak pada jaringan di bawah kulit. Kehilangan panas ini akan
meningkatkan kebutuhan kalori.
5. PATHWAY Etiologi

Faktor Ibu F.plasenta Faktorjanin

BBLR / BLSR

Permukaan tubuh
Jaringan Lemak Prematuritas
relatif lebih luas
Sub.kutan lebih tipis

Fungsi organ
Penguapan Pemaparan Penurunan
Kehilangan Kekurangan belum baik
berlebihan dg suhu daya tahan
panas melalui cadangan
luar
kulit energi
Kehilangan Resiko infeksi
Kehilangan
cairan Malnutrisi
panas

Dehidrasi Hipotermia Hipoglikemia


ia

Hati Paru Usus Ginjal Otak Mata Kulit

Konjugasi -Pertumbuhn Imaturitas Imaturitas Halus


-imaturitas
bilirubin belum dinding dada ginjal sentrum2 mudah
Dinding lensa mata
baik belum vital lecet
sempurna lambung Peristiltaltik -sekunder efek
-vaskuler lunak belum Sekunde o2
Hiperilirubin paru imatur sempurna r terapi Resiko
Mudah Retrolentral infeksi
Ikterus kembung fibroplasia pioderma
Infus pernafasan Pengosonga
n lambung
kurang baik Retinopaty
Penyakit Regulasi sepsis
membrane Efek menelan pernafasan
hialin blm smprna
Pernafasan
Resti pemenhan nutrisi periode pernafasan
kurang dari kebutuhan biot
Pola nafas
tubuh
tidak efektif
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Pantiawati (2018) Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain :
a. Pemeriksaan skor ballard merupakan penilaian yang menggambarkan reflek dan maturitas
fisik untuk menilai reflek pada bayi tersebut untuk mengetahui apakah bayi itu
prematuritas atau maturitas
b. Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan merupakan tes pada ibu yang
melahirkan bayi dengan berat kurang yang lupa mens terakhirnya.
c. Darah rutin, glokoa darah, kalau perlu dan tersedia faslitas diperiksa kadar elektrolit dan
analisa gas darah.
d. Foto dada ataupun babygram merupakan foto rontgen untuk melihat bayi lahir tersebut
diperlukan pada bayi lahir dengan umur kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam
atau dapat atau diperkirakan akan terjadi sindrom gawat nafas.

7. PENATALAKSANAAN
Penanganan dan perawatan pada bayi dengan berat badan lahir rendah menurut
Proverawati (2017), dapat dilakukan tindakan sebagai berikut:
a. Mempertahankan suhu tubuh bayi
Bayi prematur akan cepat kehilangan panas badan dan menjadi hipotermia, karena
pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik, metabolismenya rendah, dan
permukaan badan relatif luas. Oleh karena itu, bayi prematuritas harus dirawat di dalam
inkubator sehingga panas badannya mendekati dalam rahim. Bila belum memiliki
inkubator, bayi prematuritas dapat dibungkus dengan kain dan disampingnya ditaruh botol
yang berisi air panas atau menggunakan metode kangguru yaitu perawatan bayi baru lahir
seperti bayi kanguru dalam kantung ibunya.
b. Pengawasan Nutrisi atau ASI
Alat pencernaan bayi premature masih belum sempurna, lambung kecil, enzim
pecernaan belum matang. Sedangkan kebutuhan protein 3 sampai 5 gr/ kg BB (Berat
Badan) dan kalori 110 gr/ kg BB, sehingga pertumbuhannya dapat meningkat. Pemberian
minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului dengan menghisap cairan lambung.
Reflek menghisap masih lemah, sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit demi
sedikit, tetapi dengan frekuensi yang lebih sering.  ASI merupakan makanan yang paling
utama, sehingga ASI-lah yang paling dahulu diberikan. Bila faktor menghisapnya kurang
maka ASI dapat diperas dan diminumkan dengan sendok perlahan-lahan atau dengan
memasang sonde menuju lambung. Permulaan cairan yang diberikan sekitar 200 cc/ kg/
BB/ hari.
c. Pencegahan Infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh yang masih
lemah, kemampuan leukosit masih kurang, dan pembentukan antibodi belum sempurna.
Oleh karena itu, upaya preventif dapat dilakukan sejak pengawasan antenatal sehingga
tidak terjadi persalinan prematuritas atau BBLR. Dengan demikian perawatan dan
pengawasan bayi prematuritas secara khusus dan terisolasi dengan baik.
d. Penimbangan Ketat
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi bayi dan erat kaitannya
dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan harus dilakukan dengan
ketat.
e. Ikterus
Semua bayi prematur menjadi ikterus karena sistem enzim hatinya belum matur dan
bilirubin tak berkonjugasi tidak dikonjugasikan secara efisien sampai 4-5 hari berlalu .
Ikterus dapat diperberat oleh polisetemia, memar hemolisias dan infeksi karena
hperbiliirubinemia dapat menyebabkan kernikterus maka warna bayi harus sering dicatat
dan bilirubin diperiksa bila ikterus muncul dini atau lebih cepat bertambah coklat.
f. Pernapasan
Bayi prematur mungkin menderita penyakit membran hialin. Pada penyakit ini tanda-
tanda gawat pernaasan sealu ada dalam 4 jam bayi harus dirawat terlentang atau tengkurap
dalam inkubator dada abdomen harus dipaparkan untuk mengobserfasi usaha pernapasan.
g. Hipoglikemi
Mungkin paling timbul pada bayi prematur yang sakit bayi berberat badan lahir
rendah, harus diantisipasi sebelum gejala timbul dengan pemeriksaan gula darah secara
teratur.

B. KONSEP KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Biodata
Terjadi pada bayi prematur yang dalam pertumbuhan di dalam kandungan terganggu
b. Keluhan utama
Menangis lemah, reflek menghisap lemah, bayi kedinginan atau suhu tubuh rendah
c. Riwayat penyakit sekarang
d. Lahir spontan, SC umur kehamilan antara 24 sampai 37 minnggu ,berat badan kurang atau
sama dengan 2.500 gram, apgar pada 1 sampai 5 menit, 0 sampai 3 menunjukkan kegawatan yang
parah, 4 sampai 6 kegawatan sedang, dan 7-10 normal
e. Riwayat penyakit dahulu
Ibu memliki riwayat kelahiran prematur,kehamilan ganda,hidramnion
f. Riwayat penyakit keluarga
Adanya penyakit tertentu yang menyertai kehamilan seperti DM,TB Paru, tumor
kandungan, kista, hipertensi
g. ADL
1) Pola Nutrisi : reflek sucking lemah, volume lambung kurang, daya absorbsi kurang
atau lemah sehingga kebutuhan nutrisi terganggu
2) Pola Istirahat tidur: terganggu oleh karena hipotermia
3) Pola Personal hygiene: tahap awal tidak dimandikan
4) Pola Aktivitas : gerakan kaki dan tangan lemas
5) Pola Eliminasi: BAB yang pertama kali keluar adalah mekonium, produksi urin
rendah
h. Pemeriksaan
1) Pemeriksaan Umum
a) Kesadaran compos mentis
b) Nadi : 180X/menit pada menit, kemudian menurun sampai 120-140X/menit
c) RR : 80X/menit pada menit, kemudian menurun sampai 40X/menit
d) Suhu : kurang dari 36,5 C
e) Pemeriksaan Fisik
f) Sistem sirkulasi/kardiovaskular : Frekuensi dan irama jantung rata-rata 120 sampai
160x/menit, bunyi jantung (murmur/gallop), warna kulit bayi sianosis atau pucat,
pengisisan capilary refill  (kurang dari 2-3 detik).
g) Sistem pernapasan : Bentuk dada barel atau cembung, penggunaan otot aksesoris,
cuping hidung, interkostal; frekuensi dan keteraturan pernapasan rata-rata antara 40-
60x/menit, bunyi pernapasan adalah stridor, wheezing atau ronkhi.
h) Sistem gastrointestinal : Distensi abdomen (lingkar perut bertambah, kulit mengkilat),
peristaltik usus, muntah (jumlah, warna, konsistensi dan bau), BAB (jumlah, warna,
karakteristik, konsistensi dan bau), refleks menelan dan mengisap yang lemah.
i) Sistem genitourinaria : Abnormalitas genitalia, hipospadia, urin (jumlah, warna, berat
jenis, dan PH).
j) Sistem neurologis dan musculoskeletal : Gerakan bayi, refleks moro, menghisap,
mengenggam, plantar, posisi atau sikap bayi fleksi, ekstensi, ukuran lingkar kepala
kurang dari 33 cm, respon pupil, tulang kartilago telinga belum tumbuh dengan
sempurna, lembut dan lunak.
k) Sistem thermogulasi (suhu) : Suhu kulit dan aksila, suhu lingkungan.
l) Sistem kulit : Keadaan kulit (warna, tanda iritasi, tanda lahir, lesi, pemasangan infus),
tekstur dan turgor kulit kering, halus, terkelupas.
m) Pemeriksaan fisik : Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram, panjang
badan sama dengan atau kurang dari 46 cm, lingkar kepala sama dengan atau kurang
dari 33 cm, lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30cm, lingkar lengan atas,
lingkar perut, keadaan rambut tipis, halus, lanugo pada punggung dan wajah, pada
wanita klitoris menonjol, sedangkan pada laki-laki skrotum belum berkembang, tidak
menggantung dan testis belum turun., nilai APGAR pada menit 1 dan ke 5,
kulitkeriput.
n) (Pantiawati, 2018)

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut Proverawati (2017), diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada BBLR
adalah:
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan maturitas pusat pernafasan, keterbatasan
perkembangan otot, penurunan energi/kelelahan, ketidakseimbangan metabolik.
b. Hipotermi berhubungan dengan kontrol suhu yang imatur dan penurunan lemak tubuh
subkutan.
c. Defisit nutrisi bd kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak mampuan
mencerna nutrisi karena imaturitas.
d. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis yang kurang.
3. INTERVENSI

NO Diagnosa Luaran dan Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan (SDKI) (SLKI) (SIKI)

1. Pola nafas tidak Setelah dilakukan intervensi Pemantauan Respirasi


efektif berhubungan keperawatan selama 3x24 1. Observasi
dengan imaturitas jam diharapkan pola nafas - Monitor frekuensi, irama,
neurologis membaik dengan kriteria kedalaman dan upaya napas.
hasil : - Monitor pola napas (seperti
1. Dispneu menurun bradipnea, hiperventilasi, kussmau,
2. Penggunaan otot cheyne-stokes, Biot, ataksik)
bantu nafas - Moniitor kemampun batuk efektif
menurun. - Monitor adanya produksi sputum
3. frekuensi nafas - Monitor adanya sumbatan jalan
membaik napas
4. kedalaman nafas - Monitor saturasi oksigen
membaik - Monitor hasil x-ray torax
5. pernafasan cuping 2. Terapeutik.
hidung menurun - Dokumentasikan hasil pemantauan
3. Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur
pemntauan.

2. Hipotermia Setelah dilakukan intervensi Manajemen hipotermia


berhubungan selama 3x24 jam diharapkan
dengan kekurangan termogulasi neonatus 1. Observasi
lemak subkutan membaik dengan kriteria - Memonitor suhu tubuh
hasil: - Identifikasi penyebab
1. menggigil meninkat hipotermia(mis, terpapar
2. kulit merah menigkat suhu lingkungan rendah,
3. bradikardi meningkat pakaian tipis, kerusakan
4. suhu tubuh membaik hipotalamus, penurunan
5. Suhu kulit membaik laju metabolisme,
6. ventilasi memaik. kekurangan lemak
subkutan.)
- Memonitor tanda dan
gejala akibat hipotermia
2. terapeutik
- Sediakan lingkungan
yang hangat
- Ganti pakaian atau linen
yang basah
- Lakukan pengahangatan
pasif (mis, selimut
menutp kepala, pakaian
tebal)
- Lakukan penghangatan
aktif ekternal ( mis,
kompres hangat, botol
hangat, selimut hangat,
perawatan metode
kangguru)
- Lakukan pengahangatan
aktif internal (mis, infus
cairan hangat, oksigen
hangat, atau cairan
hangat.)
3. Edukasi
Anjurkan makan/minum angat
3. Defisit nutrisi Setelah dilakukan intervensi Manajemen nutrisi
berhubungan selama 3x24 jam diharapkan 1. Observasi
dengan ketidak status nutrisi menurun - Identifikasi status nutrisi
mampuan menelan dengan kriteria hasil: - Identifikasi alergi dan
makanan 1. Porsi makan yang intoleransi makanan
dihabiskan - Identifikasi perlunya
meningkat penggunaan selang
2. Kekuatan otot nasogastrik.
menelan meningkat - Monitor asupan makanan
3. Berat badan 2. Terapeutik.
membaik - Berikan makanan tinggi
4. Frekuensi makan kalori dan protein
membaik - Berikan makanan tinggi
5. Nafsu makan serat untuk mencegah
membaik. konstipasi
3. Edukasi
- Anjurkan posisi duduk, jika
perlu
- Ajarkan diet yang
programkan
4. Kolaborasi
- Kolaborasi
dengan ahli gizi
untuk
menentukan jenis
nutrisi yang
dibutuhkan.

4. Resiko infeksi Setelah dilakukan intervensi Pencegahan Infeksi


berhubungan dengan selama 3x24 jam diharapkan 1. Observasi
malnutrisi tingkat infeksi menurun - Monitor tanda dan gejala infeksi
dengan kriteria hasil: lokal dan sistemik.
1. Demam menurun 1. Terapeutik
2. Kemerahan diarea resiko - Batasi jumlah pengunjung
infeksi menurun - Berikan perawatan kulit pada area
3. Nyeri menurun edema.
4. Bengkak menurun - Cuci tangan sebelumdan sesudah
5. Letargi menurun kontak dengan pasien serta
6. Area luka membaik lingkungan pasien.
7. Kadar sel dalam darah - Pertahankan tehnik aseptik pada
putih membaik pasien.
2. Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cara mencuci tangan yang
benar
- Ajarkan cara batuk agar tidak
menular.
- Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi.
4 Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian imunisasi,
jika perlu

4. Implementasi
Implementasi keperwatan adalah suatu tindakan keperawata yang sebelumnya telah di
rencanakan pada intervensi keperawatan. Setelah melakukan implementasi hendaklah
perawat melihat respon subjektif maupun objektif pasien.

5. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir proses keperawatan yang meliputi evaluasi proses
(formatif) dan evaluasi hasil (sumatif) dan mencakup penilaian hasil tindakan asuhan
keperawatan yang telah dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA

Jumiarni.2006. Asuhan Keperawatan Perinatal.Jakarta: EGC

Pantiawati, I. 2010. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta: Nuha Medika

Prawirohardjo, Sarwono.2006.Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.Jakarta : YBP –SP

Proverawati, A., Ismawati, C. 2010. Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta: Nuha Medika

Pudjiadi Antonius, H., Hegar Badriul, dkk. (2010). Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak

Indonesia.Jakarta: IDAI

Surasmi A., Handayani S., Kusuma H.2005. Perawatan Bayi Resiko Tinggi. Jakarta: EGC

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia :Definisi Dan

Indikator Diagnostik. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional

Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018 . Standar Intervensi Keperawatan Indonesia :Definisi Dan

Tindakan Keperawatan. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional

Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019 . Standar Luaran Keperawatan Indonesia :Definisi Dan

Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional

Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai