1. Definisi Penyakit
Fistula Enterokutaneus atau Enterocutaneus fistula ( ECF ) adalah adanya hubungan
abnormal yang terjadi antara dua permukaan berepitel yaitu anatara saluran cerna dengan kulit,
baik antara usus halus dengan kulit maupun usus besar dengan kulit. Hubungan antara kedua
permukaan tersebut sebagian besar berupa jaringan granulasi. Fistula enterokutaneus
merupakan komplikasi yang biasanya terlihat setelah operasi diusus kecil atau besar.
a. Fistula adalah suatu ostium abnormal, berliku-liku antara dua organ berongga internal
atau antara organ internal dengan tubuh bagian luar. (Smeltzer dan Bare, 2016)
b. Entero-enteral atau enterocutaneous adalah petikan yang abnormal kebocoran isi perut atau
usus (usus besar atau kecil) ke organ lain, biasanya bagian dari usus (entero-enteral) atau kulit
(enterocutaneous). (Lee, 2016).
c. Umbilikalis fistel atau fistel umbilikalis atau fistula vitellina adalah suatu keadaan kongenital
dimana duktus vitellinus tetap dipertahankan seluruhnya sehingga membentuk hubungan
langsung antara pusat dengan seluruh pencernaan. Dalam hal ini dapat dikeluarkan tinja melalui
pusat. (Watson, dkk, 2016)
2. Etiologi
Kebanyakan fistula berawal dari kelenjar dalam di dinding anus atau rektum.
Kadang-kadang fistula merupakan akibat dari pengeluaran nanah pada abses anorektal.
Fistula secara umum sering ditemukan pada penderita :
a. Penyakit Crohn
b. Tuberkulosisc. Divertikulitis
c. Kanker
d. Cedera anus maupun rektum.
Fistula enterokutaneus biasanya diakibatkan :
a. Spontaneous (15% sampai 25%)
- Radang usus buntu
- Lubang duodenal ulcers
- Radiasi
- Penyakit diverticular
- Ischemic usus
- Malignancies.
b. Postoperative (75% hingga 85%)
- Kegagalan anastomotic
- Penutupan abdominal Lysis yang adhesions
Pohon masalah
4. Manifestasi klinis
Gejala tergantung pada kekhususan defek. Pus atau feses dapat bocor secara konstan dari lubang
kutaneus. Gejala ini mungkin pasase flatus atau feses dari vagina atau kandung kemih,
tergantung pada saluran fistula. Fistula yang tidak teratasi dapat menyebabkan infeksi sistemik
disertai gejala yang berhubungan.
5. Klasifikasi
Penyebab dari terbentuknya fistula pasca pembedahan sangat bervariasi tergantung
pada lokasi organ, faktor predisposisi, faktor resiko pasien dan tehnik atau prosedur
pembedahan. Kompleksitas dari fistula enterokutaneus tergantung dari jumlah pengeluaran.
a. Rendah: 200 ml/24 jam
b. Moderat: 200-500 ml/24 jam
c. Tinggi: 500 ml/24 jam
Jumlah output juga dapat digunakan untuk memprediksi kematian seperti tercantum
dalam seri klasik oleh Edmunds dkk. pasien yang tinggi dengan output fistulas memiliki
mortality 54%, pasien dengan moderat output meninggal dalam 30% kasus sedanglan rendah
output fistulas meninggal dalam 16% kasus. Dalam seri yang lebih baru, Levy dkk. melaporkan
kematian dari 50%, 24% dan 26% di tinggi, moderat dan rendah output fistulas, masingmasing.
Kira-kira 30% semua tipe fistula akan menutup secara spontan dalam waktu 6-7 mingg
6. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan di daerah anus, dimana ditemukan satu
atau lebih pembukaan fistula atau teraba adanya fistula di bawah permukaan. Sebuah alat
penguji bisa dimasukan untuk menentukan kedalaman dan arahnya. Ujung dalamnya bisa
ditentukan lokasinya dengan melihat melalui anoskop yang dimasukkan ke dalam rektum.
7. Penatalaksanaan
Pembedahan selalu dianjurkan karena beberapa fistula sembuh secara spontan. Fistulektomi
(eksisi saluran fistula) adalah prosedur yang dianjurkan. Usus bawah dievakuasi secara seksama
dengan enema yang diprogramkan.
Selama pembedahan, saluran sinus diidentifikasi dengan memasang alat ke dalamnya atau
dengan menginjeksi saluran dengan larutan biru metilen. Fistula didiseksi ke luar atau dibiarkan
terbuka, dan insisi lubang rektalnya mengarah keluar. Luka diberi tampon dengan kasa.
Sebuah studi menelan kontras, di mana radio-kekusaman dye adalah ditelan oleh pasien dan
diambil foto sinar-x dan CT scan, sering menunjukkan anatomi dari hiliran. Jika hiliran
melibatkan titik dua, yang kontras enema (kontras dye diberikan melalui dubur) dapat
bermanfaat. Parcel merupakan sistem kantong yang digunakan pada bentuk dan ukuran luka
lebih luas dengan menggabungkan hidrokoloid sheet dan double tape. Wound drain merupakan
tindakan yang dilakukan bertujuan untuk mengalirkan cairan yang cenderung terakumulasi pada
lokasi yang dilakukan pembedahan. Penggunaan wound drain dapat menggunakan kantong
ostomi.
Parcel dressing dipakai pada luka bertujuan untuk menampung eksudat, melindungi jaringan,
mencegah infeksi silang, memonitor volume pengeluaran, meningkatkan rasa nyaman dan
mengurangi kecemasan pasien, meningkatkan mobilitas pasien. Sedangkan penggunaan wound
drain untuk mempertahankan keamanan drain, menampung pengeluaran, mencegah infeksi
silang, memonitor keefektifitasan drain dan volume pengeluaran, melindungi sekitar jaringan,
meningkatkan kenyamanan pasien dan mengontrol bau, meningkatkan mobilitas pasien dan
biaya lebih efektif. Kedua tehnik ini digunakan jika cairan yang keluar melalui luka dan fistula
terlalu banyak biasanya lebih dari 500 ml/24 jam. (Haryanto, 2019)
Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Indetitas klien
Biasanya indetitas klien terdiri Nama, umur, jenis kelamin, status, agama, perkerjaan,
b. Alasan masuk
Biasanya klien waktu mau dirawat kerumah sakit denga keluhan sakit perut di kuadran
kanan bawah, biasanya disertai muntah dan BAB yang sedikit atau tidak sama sekali,
2. Riwayat kesehatan
Biasanya keluhan yang terasa pada klien yaitu pada saat post op operasi, merasakan
nyeri pada insisi pembedahan, juga bisanya tersa letih dan tidak bisa beraktivitas atau
imobilisasisendiri.
Biasanya klien memiliki kebiasaan memakan makanan rendah serat, juga bisa memakan
yang pedas-pedas.
c. Pemeriksaan Fisik
Biasanya kesadaran klien normal yaitu composmetis, E :4 V:5 M:6. Tanda-tanda vital
klien biasanya tidak normal karena tubuh klien merasakan nyeri dimulai dari tekanan
darah biasanya tinggi, nadi takikardi dan pernafasan biasanya sesak ketika klien
merasakan nyeri.
a. Kepala
Pada bagian kepala klien bisanya tidak ada masalah kalau penyakitnya ini mungkin pada
bagian mata ada yang mendapatkan mata klien seperti mata panda karena klien tidak
b. Leher
Pada bagian leher biasanya juga tidak ada terdapat masalah pada klien yang menderita
penyakit ini
a. Thorak
Pada bagian paru-paru biasanya klien tidak ada masalah atau gangguan bunyi normal
paru ketika di perkusi bunyinya biasanya sonor kedua lapang paru dan apabila di
auskultrasi bunyinya vesikuler. Pada bagian jantung klien juga tidak ada masalah bunyi
jantung klien regular ketika di auskultrasi, Bunyi jantung klien regular (lup dup), suara
jantung ketiga dan ke empat disebab kan oleh pengisian vestrikuler, setelah fase
isovolumetrik dan kontraksi atrial tidak ada kalau ada suara tambahan seperti murmur
b. Abdomen
Pada bagian abdomen biasanya nyeri dibagian region kanan bawah atau pada titik Mc
Bruney. Saat di lakukan inspeksi. Biasanya perut tidak ditemui gambaran spesifik.
Kembung sering terlihat pada klien dengan komlikasi perforasi. Benjolan perut kanan
Pada saat di palpasi biasnya abdomen kanan bawah akan didapatkan peninggkatan
respons nyeri. Nyeri pada palpasi terbatas pada region iliaka kanan, dapat disertai nyeri
penekanan perut kiri bawah akan dirasaka nyeri diperut kanan bawah yang disebut tanda
rofsing. Pada apendisitis restroksekal atau retroileal diperlukan palpasi dalam untuk
MAKANAN
Biasanya klien suka makana yang Biasanya klien diberikan diet
• Menu
pedas dan kurang serat. nasi lunak atau bubur
Sumsum.
MINUMAN
Kecoklatan Kuning
• Warna
konstipasi
BAK
5-6 x/hari
• Frekuensi
4-5 x/hari
kuning
• Warna Bening
• Bau
Pesing
Pesing
• Konsistensi Cair
Cair
Tidak ada kesulitan
• Kesulitan Tidak ada kesulitan
Pada tahap ini perawat menggunakan semua kemampuan yang dimiliki dalam
melaksanakan tindakan keperawatan terhadap klien baik secara umum maupun secara
khusus pada klien post appendictomy pada pelaksanaan ini perawat melakukan fungsinya
7. Evaluasi
Tujuan dari evaluasi adalah untuk mengetahui sejauh mana perawatan dapat dicapai
dan memberikan umpan balik terhadap asuhan keperawatan yang diberikan. (Tarwoto &
Wartonah, 2011).
Untuk menentukan masalah teratasi, teratasi sebagian, tidak teratasi atau muncul masalah
baru adalah dengan cara membandingkan antara SOAP dengan tujuan, kriteria hasil yang
S : subjective adalah informasi yang berupa ungkapan yang didapat dari klien setelah
tindakan diperbaiki
dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan bahwa masalah teratasi, masalah belum
P : planning adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan berdasarkan hasil
analisa, baik itu rencana diteruskan, dimodifikasi, dibatalkan ada masalah baru, selesai
(tujuan tercapai).
DAFTAR PUSTAKA
Chang, Peter, DMD, dkk..2013. Kompleks Enterocutaneus Hiliran: Penutupan dengan Rectus
Chang, Petrus. 2000. Kompleks Enterocutaneous hiliran.
Evenson, Amy, R., MD., Josef E. Fischer, MD, Facs. 20016. Peristiwa Pengelolaan
Haryanto. 20017. Penggunaan Parcel Dressing dan Wound Drain dengan Kantong Ostomi pada
Pasien Fistel Enterocutaneus.
Mansjoer, Arif, et al. 2016. Kapita Selekta Kedokteran jilid 2, Medika Aesculapius FKUI :
Jakarta
Medeiros, Aldo Cunha.,dkk. 20014. Perawatan Postoperative Enterocutaneous Fistulas oleh High-
Pressure Vacuum dengan lisan Diet Normal.
Price A, Sylvia., Loraiine M. Wilson. 20016. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit
edisi 6 EGC : Jakarta