Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. ‘’N’’ DENGAN GANGGUAN SISTEM


PENCERNAAN DIAGNOSA MEDIS FISTULA ENTEROCUTAN

NAMA : LIA AGUSTINA


NIM : 013SYE20

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN JENJANG D.3
TAHUN 2022
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM
PENCERNAAN PADA KASUS FISTULA ENTEROCUTAN

1. Definisi Penyakit
Fistula Enterokutaneus atau Enterocutaneus fistula ( ECF ) adalah adanya hubungan
abnormal yang terjadi antara dua permukaan berepitel yaitu anatara saluran cerna dengan kulit,
baik antara usus halus dengan kulit maupun usus besar dengan kulit. Hubungan antara kedua
permukaan tersebut sebagian besar berupa jaringan granulasi. Fistula enterokutaneus
merupakan komplikasi yang biasanya terlihat setelah operasi diusus kecil atau besar.
a. Fistula adalah suatu ostium abnormal, berliku-liku antara dua organ berongga internal
atau antara organ internal dengan tubuh bagian luar. (Smeltzer dan Bare, 2016)
b. Entero-enteral atau enterocutaneous adalah petikan yang abnormal kebocoran isi perut atau
usus (usus besar atau kecil) ke organ lain, biasanya bagian dari usus (entero-enteral) atau kulit
(enterocutaneous). (Lee, 2016).
c. Umbilikalis fistel atau fistel umbilikalis atau fistula vitellina adalah suatu keadaan kongenital
dimana duktus vitellinus tetap dipertahankan seluruhnya sehingga membentuk hubungan
langsung antara pusat dengan seluruh pencernaan. Dalam hal ini dapat dikeluarkan tinja melalui
pusat. (Watson, dkk, 2016)
2. Etiologi
Kebanyakan fistula berawal dari kelenjar dalam di dinding anus atau rektum.
Kadang-kadang fistula merupakan akibat dari pengeluaran nanah pada abses anorektal.
Fistula secara umum sering ditemukan pada penderita :
a. Penyakit Crohn
b. Tuberkulosisc. Divertikulitis
c. Kanker
d. Cedera anus maupun rektum.
Fistula enterokutaneus biasanya diakibatkan :
a. Spontaneous (15% sampai 25%)
- Radang usus buntu
- Lubang duodenal ulcers
- Radiasi
- Penyakit diverticular
- Ischemic usus
- Malignancies.
b. Postoperative (75% hingga 85%)
- Kegagalan anastomotic
- Penutupan abdominal Lysis yang adhesions
Pohon masalah
4. Manifestasi klinis
Gejala tergantung pada kekhususan defek. Pus atau feses dapat bocor secara konstan dari lubang
kutaneus. Gejala ini mungkin pasase flatus atau feses dari vagina atau kandung kemih,
tergantung pada saluran fistula. Fistula yang tidak teratasi dapat menyebabkan infeksi sistemik
disertai gejala yang berhubungan.
5. Klasifikasi
Penyebab dari terbentuknya fistula pasca pembedahan sangat bervariasi tergantung
pada lokasi organ, faktor predisposisi, faktor resiko pasien dan tehnik atau prosedur
pembedahan. Kompleksitas dari fistula enterokutaneus tergantung dari jumlah pengeluaran.
a. Rendah: 200 ml/24 jam
b. Moderat: 200-500 ml/24 jam
c. Tinggi: 500 ml/24 jam
Jumlah output juga dapat digunakan untuk memprediksi kematian seperti tercantum
dalam seri klasik oleh Edmunds dkk. pasien yang tinggi dengan output fistulas memiliki
mortality 54%, pasien dengan moderat output meninggal dalam 30% kasus sedanglan rendah
output fistulas meninggal dalam 16% kasus. Dalam seri yang lebih baru, Levy dkk. melaporkan
kematian dari 50%, 24% dan 26% di tinggi, moderat dan rendah output fistulas, masingmasing.
Kira-kira 30% semua tipe fistula akan menutup secara spontan dalam waktu 6-7 mingg
6. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan di daerah anus, dimana ditemukan satu
atau lebih pembukaan fistula atau teraba adanya fistula di bawah permukaan. Sebuah alat
penguji bisa dimasukan untuk menentukan kedalaman dan arahnya. Ujung dalamnya bisa
ditentukan lokasinya dengan melihat melalui anoskop yang dimasukkan ke dalam rektum.
7. Penatalaksanaan
Pembedahan selalu dianjurkan karena beberapa fistula sembuh secara spontan. Fistulektomi
(eksisi saluran fistula) adalah prosedur yang dianjurkan. Usus bawah dievakuasi secara seksama
dengan enema yang diprogramkan.
Selama pembedahan, saluran sinus diidentifikasi dengan memasang alat ke dalamnya atau
dengan menginjeksi saluran dengan larutan biru metilen. Fistula didiseksi ke luar atau dibiarkan
terbuka, dan insisi lubang rektalnya mengarah keluar. Luka diberi tampon dengan kasa.
Sebuah studi menelan kontras, di mana radio-kekusaman dye adalah ditelan oleh pasien dan
diambil foto sinar-x dan CT scan, sering menunjukkan anatomi dari hiliran. Jika hiliran
melibatkan titik dua, yang kontras enema (kontras dye diberikan melalui dubur) dapat
bermanfaat. Parcel merupakan sistem kantong yang digunakan pada bentuk dan ukuran luka
lebih luas dengan menggabungkan hidrokoloid sheet dan double tape. Wound drain merupakan
tindakan yang dilakukan bertujuan untuk mengalirkan cairan yang cenderung terakumulasi pada
lokasi yang dilakukan pembedahan. Penggunaan wound drain dapat menggunakan kantong
ostomi.
Parcel dressing dipakai pada luka bertujuan untuk menampung eksudat, melindungi jaringan,
mencegah infeksi silang, memonitor volume pengeluaran, meningkatkan rasa nyaman dan
mengurangi kecemasan pasien, meningkatkan mobilitas pasien. Sedangkan penggunaan wound
drain untuk mempertahankan keamanan drain, menampung pengeluaran, mencegah infeksi
silang, memonitor keefektifitasan drain dan volume pengeluaran, melindungi sekitar jaringan,
meningkatkan kenyamanan pasien dan mengontrol bau, meningkatkan mobilitas pasien dan
biaya lebih efektif. Kedua tehnik ini digunakan jika cairan yang keluar melalui luka dan fistula
terlalu banyak biasanya lebih dari 500 ml/24 jam. (Haryanto, 2019)
Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Indetitas klien

Biasanya indetitas klien terdiri Nama, umur, jenis kelamin, status, agama, perkerjaan,

pendidikan, alamat ,penanggung jawaban juga terdiri dari nama,umur penanggung

jawab ,hub.keluarga, dan perkerjaan.

b. Alasan masuk

Biasanya klien waktu mau dirawat kerumah sakit denga keluhan sakit perut di kuadran

kanan bawah, biasanya disertai muntah dan BAB yang sedikit atau tidak sama sekali,

kadang –kadang mengalami diare dan juga konstipasi.

2. Riwayat kesehatan

a. Riwayat kesehatan sekarang

Biasanya keluhan yang terasa pada klien yaitu pada saat post op operasi, merasakan

nyeri pada insisi pembedahan, juga bisanya tersa letih dan tidak bisa beraktivitas atau

imobilisasisendiri.

b. Riwayat kesehatan dahulu

Biasanya klien memiliki kebiasaan memakan makanan rendah serat, juga bisa memakan

yang pedas-pedas.

c. Riwayat kesehatan keluarga


Biasanya tidak ada pengaruh ke penyakit keturunan seperti hipertensi, hepatitis , DM,

TBC, dan asma.

c. Pemeriksaan Fisik

Biasanya kesadaran klien normal yaitu composmetis, E :4 V:5 M:6. Tanda-tanda vital

klien biasanya tidak normal karena tubuh klien merasakan nyeri dimulai dari tekanan

darah biasanya tinggi, nadi takikardi dan pernafasan biasanya sesak ketika klien

merasakan nyeri.

a. Kepala

Pada bagian kepala klien bisanya tidak ada masalah kalau penyakitnya ini mungkin pada

bagian mata ada yang mendapatkan mata klien seperti mata panda karena klien tidak

bisa tidur menahan sakit.

b. Leher

Pada bagian leher biasanya juga tidak ada terdapat masalah pada klien yang menderita

penyakit ini

a. Thorak

Pada bagian paru-paru biasanya klien tidak ada masalah atau gangguan bunyi normal

paru ketika di perkusi bunyinya biasanya sonor kedua lapang paru dan apabila di

auskultrasi bunyinya vesikuler. Pada bagian jantung klien juga tidak ada masalah bunyi

jantung klien regular ketika di auskultrasi, Bunyi jantung klien regular (lup dup), suara

jantung ketiga disebabkan osilasi


darah antara orta dan vestikular. Suara jantung terakir (S4) tubelensi injeksi darah. Suara

jantung ketiga dan ke empat disebab kan oleh pengisian vestrikuler, setelah fase

isovolumetrik dan kontraksi atrial tidak ada kalau ada suara tambahan seperti murmur

(suara gemuruh, berdesir) (Lehrel 2017).

b. Abdomen

Pada bagian abdomen biasanya nyeri dibagian region kanan bawah atau pada titik Mc

Bruney. Saat di lakukan inspeksi. Biasanya perut tidak ditemui gambaran spesifik.

Kembung sering terlihat pada klien dengan komlikasi perforasi. Benjolan perut kanan

bawah dapat dilihat pada massa atau abses periapedikular.

Pada saat di palpasi biasnya abdomen kanan bawah akan didapatkan peninggkatan

respons nyeri. Nyeri pada palpasi terbatas pada region iliaka kanan, dapat disertai nyeri

lepas. Kontraksi otot menunjukan adanya rangsangan periotenium parietale. Pada

penekanan perut kiri bawah akan dirasaka nyeri diperut kanan bawah yang disebut tanda

rofsing. Pada apendisitis restroksekal atau retroileal diperlukan palpasi dalam untuk

menemukan adanya rasa nyeri. (Sjamsuhidayat 2016).


3. Riwayat Pemenuhan Kebutuhan

AKTIVITAS SEHAT SAKIT


NO

MAKANAN
Biasanya klien suka makana yang Biasanya klien diberikan diet
• Menu
pedas dan kurang serat. nasi lunak atau bubur

Sumsum.

Biasanya porsi makan klien tidak porsi 3x sehari


• Porsi
teratur
• Makanan kesukaan Biasanya klien suka makanan pedas Tidak ada

seperti bakso,mie ayam

• Pantangan Tidak ada pantangan Tidak ada pantangan

MINUMAN

• Jumlah Biasanya klien sedikit minum air Biasanya klien diharuskan

putih banya minum air putih

Tidak ada Tidak ada


• Minuman kesukaan

• Pantangan Tidak ada pantangan Tidak ada


ELIMINASI
BAB

• Frekuensi Biasanya klien tidak pernah Bab 1x/hari

dalam seminggu atau sering diare

Kecoklatan Kuning
• Warna

• Bau Khas Khas

• Kesulitan Bianya klien mengalamai konstipasi


biasanya tidak mengalami

konstipasi
BAK
5-6 x/hari
• Frekuensi
4-5 x/hari

kuning
• Warna Bening

• Bau
Pesing
Pesing
• Konsistensi Cair
Cair
Tidak ada kesulitan
• Kesulitan Tidak ada kesulitan

ISTIRAHAT DAN TIDUR

1 Lama tidur 8 jam / hari 2-3 jam /hari


2 Waktu tidur Pagi dan malam
malam
4. Diagnosa keperawatan yang muncul :
a. Pre operasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisiologis
2. Cemas berhubungan akan dilaksanakn operasi
b. Post operasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
2. Resiko infeksi berhubungan dengan faktor resiko tindakan invasif
3. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan faktor mekanis operasi
4. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan
5. Rencana Keperawatan
No SDKI SLKI SIKI
1. Nyeri Akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
dengan agen cedera keperawatan selama 3x24 Obsrvasi
fisiologis jam diharapkan ; - Identifikasi skala nyeri
- Keluhan nyeri - -identifikasi factor yamg
menurun memperberat dan
- Gelisah menurun memperingan rasa nyeri
- Pola tidur - Monitor efek samping
membaik penggunaan analgetic
- Meringus menurun Terapeutik
- Berikan Teknik non
farmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat dan
tidur
- Konytol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
Edukasi
- jelaskan,penyebab,periode
pemicu nyeri
- jelaskan starategi
meedekan nyeri
- anurkan memonitor nyeri
secara mandiri
kolaborasi
- kolaborasi pemberian
analgetic
2. Defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakn Observasi
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 - identifikasi status nutrsi
ketidakmampuan jam diharapkan status - identifikasi alergi dan
mencerna makanan njtrisi membaik dengan intoleransi
kriteria hasil - identifikasi makanan yang
- nyeri abdomen disukai
menurun - identifikasi kalori dan
- membrane mukosa jenis makanan
tubuh membaik - monitir asupan makanan
- bising usus terapeutik
membaik - fasiltasi menentukan
pedoman diet
- sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang
sesuai
- berikan makanan tinggu
kalori dan tinggi protein
edukasi
- anjurkan posisi duduk jika
mampu
- anjurkan diet yang
diprogramkan
kolaborasi
- kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
6. Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana

keperawatan. Tindakan mencakup tindakan mandiri dan tindakan kolaborasi. (Tarwoto

& Wartonah, 2011).

Pada tahap ini perawat menggunakan semua kemampuan yang dimiliki dalam

melaksanakan tindakan keperawatan terhadap klien baik secara umum maupun secara

khusus pada klien post appendictomy pada pelaksanaan ini perawat melakukan fungsinya

secara independen. Interdependen dan dependen.

7. Evaluasi
Tujuan dari evaluasi adalah untuk mengetahui sejauh mana perawatan dapat dicapai

dan memberikan umpan balik terhadap asuhan keperawatan yang diberikan. (Tarwoto &

Wartonah, 2011).

Untuk menentukan masalah teratasi, teratasi sebagian, tidak teratasi atau muncul masalah

baru adalah dengan cara membandingkan antara SOAP dengan tujuan, kriteria hasil yang

telah di tetapkan. Format evaluasi mengguanakan :

S : subjective adalah informasi yang berupa ungkapan yang didapat dari klien setelah

tindakan diperbaiki

O : objective adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan, penilaian,

pengukuran, yang dilakukan oleh perawat setelah dilakukan tindakan


A : analisa adalah membandingkan antara inormasi subjektif dan objektif dengan tujuan

dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan bahwa masalah teratasi, masalah belum

teratasi, masalah teratasi sebagian, atau muncul masalah baru.

P : planning adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan berdasarkan hasil

analisa, baik itu rencana diteruskan, dimodifikasi, dibatalkan ada masalah baru, selesai

(tujuan tercapai).
DAFTAR PUSTAKA

Chang, Peter, DMD, dkk..2013. Kompleks Enterocutaneus Hiliran: Penutupan dengan Rectus
Chang, Petrus. 2000. Kompleks Enterocutaneous hiliran.
Evenson, Amy, R., MD., Josef E. Fischer, MD, Facs. 20016. Peristiwa Pengelolaan
Haryanto. 20017. Penggunaan Parcel Dressing dan Wound Drain dengan Kantong Ostomi pada
Pasien Fistel Enterocutaneus.
Mansjoer, Arif, et al. 2016. Kapita Selekta Kedokteran jilid 2, Medika Aesculapius FKUI :
Jakarta
Medeiros, Aldo Cunha.,dkk. 20014. Perawatan Postoperative Enterocutaneous Fistulas oleh High-
Pressure Vacuum dengan lisan Diet Normal.
Price A, Sylvia., Loraiine M. Wilson. 20016. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit
edisi 6 EGC : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai