Anda di halaman 1dari 30

LA POR A N PEN DA HU LU AN D AN A S U HAN KEPER A WA TAN PASIEN

DENGAN BAYI BERAT LAHIR SANGAT RENDAH


Dibuat untuk memenuhi tugas Profesi Ners Departemen Keperawatan Anak yang
dibimbing oleh:
Reny Tri Febriani, S.ST., M.Kes

Disusun Oleh :
Iis Putri Rambu Padu Leba
Nim : 2114314901053

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAHARANI MALANG


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2022
LEMBAR PERSETUJUAN

PROFESI NERS
DEPARTEMEN KEPERAWATAN ANAK

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

“PASIEN DENGAN BAYI BERAT LAHIR SANGAT RENDAH”

Laporan ini telah disetujui


oleh Pembimbing Institusi

Hari/Tanggal: Kamis, 29 September 2022

Pembimbing Institusi Pembimbing CI

(Reny Tri Febriani, S.ST, M.Kes) ( )


NIDN. 07314318104 NIP.
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas
“Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pasien dengan Bayi Berat
Lahir Sangat Rendah” tanpa halangan apapun. Adapun tugas ini dibuat untuk
memenuhi tugas Profesi Ners Departemen Keperawatan Anak.

Dalam penyusunan tugas ini tentunya tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak,
sehingga saya mengucapkan terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan. Tidak
lupa saya mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ns. Andi Surya Kurniawan, S.Kep., M.Kep. selaku Kaprodi Profesi


Ners
2. Ns. Lilla Maria, S.Kep., M.Kep. selaku dosen penanggung jawab
Profesi Ners Departemen Keperawatan Anak
3. Reny Tri Febriani S.ST., M.Kes. selaku dosen pembimbing kelompok 2
Profesi Ners Departemen Keperawatan Anak yang telah berkenan
meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan dalam
menyusun makalah.
4. Pembimbing lahan (CI) di RSUD Karsa Husada Batu yang memberikan
banyak arahan dan bimbingan selama praktik di lahan.
5. Orang tua saya yang selalu mendoakan dan mendukung.
6. Dan teman-teman di STIKes Maharani Malang yang telah senantiasa
mendukung dalam penyusunan makalah.
Dalam penyusunan tugas ini saya menyadari sepenuhnya bahwa tugas ini
sangat jauh dari sempurna, untuk itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun guna kesempurnaan laporan ini, dan dalam pembuatan
laporan selanjutnya.

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan adalah kenikmatan yang diharapkan oleh setiap manusia dalam
kehidupan sehingga manusia diharapkan untuk mampu selalu menjaga kesehatannya.
Dalam kehidupan sekarang telah banyak ilmu–ilmu yang mempelajari tentang
kesehatan, baik ilmu tentang kesehatan dan ilmu tentang penyakit. Segala hal yang
dilakukan seperti pola dan gaya hidup sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan
tubuh dan penyakit yang kemungkinan dapat diderita. (Notoatmodjo,2007).
Bayi dengan berat lahir rendah akan meningkatkan angka kesakitan dan angka
kematian bayi. Berat badan lahir sangat menentukan prognosa dan komplikasi yang
terjadi. Masalah yang mengancam pada BBLR dan BBLSR adalah resiko kehilangan
panas dan ir yang relative lebih besar karena permukaan tubuh reltif luas, jaringan
lemak subkutan lebih tipis, sehingga resiko kehilangan panas melalui kulit dan
kekurangan cadangan energi lebih besar. Daya tahan tubuh relative rendah karena
prematuritas dan malnutisinya, juga fungsi organ belum baik (terutama UK < 34
minggu), misalnya : system pernafasan, saluran cerna, hati , ginjal, metabolisme dan
system kekebalan.
Masalah anak di Negara berkembang yang saat ini terjadi adalah penyakit infeksi,
infeksi parasit dan penyakit kurang gizi. Dimana pola penyakit di Negara berkembang
juga pernah dialami oleh kelompok Negara maju 50-100 tahun yang lalu. Indonesia
dikategorikan dalam Negara berkembang, apalagi dengan adannya krisis ekonomi
yang berdampak pada aspek kesehatan. Tingkat social ekonomi yang rendah sering
dihubungkan dengan kelahiran bayi berat lahir rendah. Jadi baik tidaknya keadaan
sosial ekonomi suatu tempat dapat dilihat dari tinggi rendahnya angka kematian bayi
(AKB). Di Indonesia pada tahun 1980 AKB mencapai 46,0 % sedangkan di Singapura
pada tahun yang sama AKB 13,5 %.Frekuensi kejadian bayi lahir kurang dari masa
gestasi 37 minggu (menurut U.S. Collaborative Perinatal Study) adalah 7,1 % untuk
kulit putih dan 17,9 % untuk kulit berwarna. Kira-kira 1/3 – ½ bayi berat lahir rendah
mempunyai masa gestasi 37 minggu atau lebih. Kejadian bayi dengan berat lahir
kurang dari 2500 gram bervariasi antara 6 – 16 %.Di bangsal Neonatus RSCM (1986)
penyebab kematian neonatus adalah : cacat bawaan, sindrom gawat nafas, infeksi,
asfiksia, imaturitas (Saifudin, Abdul Bari dkk ,2007)

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang didapatkan antara lain:


1. Apa definisi dari bayi berat lahir rendah?
2. Apa saja etiologi dari bayi berat lahir rendah?
3. Bagaimana patofisiologi bayi berat lahir rendah?
4. Apa gejala dan tanda bayi berat lahir rendah?
5. Apa saja komplikasi dari bayi berat lahir rendah?
6. Bagaimana penatalaksanaan bayi berat lahir rendah?
7. Bagaimana penerapan asuhan keperawatan bayi berat lahir rendah?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan yang didapatkan antara lain:


1. Agar dapat menjelaskan definisi dari bayi berat lahir rendah
2. Agar dapat menjelaskan etiologi dari bayi berat lahir rendah
3. Agar dapat menjelaskan patofisiologi bayi berat lahir rendah
4. Agar dapat menjelaskan gejala dan tanda bayi berat lahir rendah
5. Agar dapat menjelaskan komplikasi dari bayi berat lahir rendah
6. Agar dapat menjelaskan penatalaksanaan bayi berat lahir rendah
7. Agar dapat mengetahui penerapan asuhan keperawatan bayi berat lahir
rendah
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN

2.1 Definisi

Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) adalah bayi dengan berat lahir
kurang dari 1500 gram tanpa memandang usia gestasi. Berat lahir adalah berat
bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir. BBLSR dapat terjadi pada bayi
kurang bulan (<37 minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrauterine growth
restriction/IUGR) (IDAI, 2014)
Bayi berat lahir sangat rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari
1500 gram pada waktu lahir. (Amru Sofian, 2012).
BBLSR (Bayi Berat Lahir Sangat Rendah ) merupakan bayi (neonates) yang
lahir dengan memiliki berat badan kurang dari 1500 gram atau sampai dengan 1499
gram.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa bayi berat lahir rendah (BBLSR) adalah
bayi baru lahir yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir memiliki berat badan
< 1500 gram tanpa memandang usia gestasi.

2.2 Etiologi
Pada umumnya BBLSR disebabkan persalinan kurang bulan (umur
kehamilan antara kurang dari 37 minggu) atau bayi yang beratnya kurang dari
berat semestinya menurut masa kehamilan (KMK) karena adanya hambatan
pertumbuhan saat dalam kandungan (janin tumbuh lambat/intra uterine growth
retardation) atau kombinasi keduanya. Kematangan fungsi organ tergantung pada
usia kehamilan walaupun berat lahirnya kecil. Semakin muda umur kehamilan,
fungsi organ tubuh semakin kurang sempurna dan prognosisnya semakin kurang
baik.
Penyebab lahirnya bayi kurang bulan antara lain berat ibu yang rendah,
usia ibu remaja, kehamilan ganda, riwayat kelahiran prematur, perdarahan
antepartum, penyakit sistemik akut. Penyebab kelahiran bayi kecil masa
kehamilan antara lain ibu kurang gizi, hipertensi, toksemia, anemia, kehamilan
ganda, penyakit kronik, dan merokok. Retardasi pertumbuhan intrauterin dan
efek mereka terhadap janin bervariasi tergantung dari cara dan lama terpapar
serta tahap pertumbuhan janin saat gangguan tersebut terjadi (Kiess N, 2013).

2.3 Klasifikasi
Menurut masa gestasinya:
1. Prematuritas Murni
Prematuritas Murni adalah bayi yang lahir dengan kehamilan kurang
dari 37 minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan masa kehamilan
atau biasa disebut Neonatus Kurang Bulan Sesuai Masa Kehamilannya (NKB-
SMK) dengan gambaran klinis (karakteristik) yang dijumpai :
 Berat lahir ≤ 2.500 gram, panjang badan ≤ 45cm, lingkaran
dada < 30 cm, lingkaran kepala < 33 cm
 Kulit tipis, transparan, tampak mengkilat dan licin
 Lanugonya banyak terutama pada dahi, pelipis telinga dan lengan
 Lemak subkutan kurang sehingga suhu tubuh mudah menjadi hipotermi
 Ubun-ubun dan sutura lebar
 Genitalia belum sempurna, labio mayora belum menutupi labio minora
(pada perempuan), dan pada laki-laki testis belum turun
 Pembuluh darah kulit banyak terlihat sehingga peristaltic usus dapat terlihat
 Rambut tipis, halus dan teranyam
 Tulang rawan dan daun telinga immature (elastisitas daun telinga masih
kurang sempurna)
 Puting susu belum terbentuk dengan baik
 Pergerakan kurang dan lemah
 Banyak tidur, tangis lemah dan jarang, pernapasan tidak teratur dan sering
timbul apneu
 Otot-otot masih hipotonik, sehingga sikap selalu dalam keadaan kedua paha
abduksi, sendi lutut dan pergelangan kaki dalam keadaan fleksi atau lurus dan
kepala mengarah ke satu sisi
 Refleks tonick neck lemah
 Refleks menghisap dan menelan serta refleks batuk belum sempurna
2. Dismaturitas
Dismaturitas adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari berat
badan seharusnya untuk masa kehamilan. Hal ini karena mengalami gangguan
pertumbuhan dalam kandungan dan merupakan bayi yang kecil untuk masa
kehamilannya (KMK). Dismaturitas dapat terjadi dalam preterm, aterm, dan
posterm dengan gambaran klinik/ karakteristik yang dijumpai :
 Pre-aterm sama dengan bayi prematuritas murni
 Aterm dan Post aterm
 Kulit berselubung verniks caeseosa tipis/tidak ada
 Kulit pucat/bernodamekonium, kering, keriput, tipis
 Jaringan lemak di bawah kulit tipis
 Bayi tampak gesit, aktif dan kuat
 Tali pusat berwarna kuning kehijauan
Menurut penanganan dan harapan hidupnya, bayi berat lahir rendah
dibedakan dalam:
1. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), berat lahir 1500-2499 gram.
2. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR), berat lahir < 1500 gram.
3. Bayi Berat Lahir Ekstrim Rendah (BBLER), berat lahir < 1000 gram.
Berdasarkan berat badan menurut usia kehamilan dapat digolongkan:
1. Kecil Masa Kehamilan (KMK) yaitu jika bayi lahir dengan BB dibawah
persentil ke-10 kurva pertumbuhan janin.
2. Sesuai Masa Kehamilan (SMK) yaitu jika bayi lahir dengan BB diantara
persentil ke-10 dan ke-90 kurva pertumbuhan janin.
3. Besar Masa Kehamilan (BMK) yaitu jika bayi lahir dengan BB diatas
persentil ke-90 pada kurvapertumbuhan janin. (Varney Hellen, 2002)

2.4 Patofisiologi

Terjadinya BBLR/ BBLSR dapat di pengaruhi faktor ibu, faktor  janin, faktor
plasenta, dan faktor lingkungan. Sehingga dapat menyebabkan sindrom aspirasi
mekonium yaitu bayi bisa mengalami asfiksi intra uterin, janin gasping dalam
uterus, cairan amnion bercampur dengan mekonium masuk dan lengket di paru
janin. Maka janin dapat beresiko gangguan pertukaran gas dan resiko tidak
efektifnya jalan nafas. Dapat terjadi juga imaturitas hepar gangguan transportasi
albumin dan defesiensi albumin gangguan pengambilan bilirubin.
Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi  janin pada
masa kehamilan dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu
menimbulkankan asfiksia ringan yang bersifat sementara pada bayi (asfiksia
transien), proses ini dianggap sangat perlu untuk merangsang kemoreseptor
pusat pernafasan agar lerjadi “Primary gasping” yang kemudian akan berlanjut
dengan pernafasan. Bila terdapat gangguan pertukaran gas/pengangkutan O2
selama kehamilan persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini
akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan
kematian. Kerusakan dan gangguan fungsi ini dapat reversibel/tidak tergantung
kepada berat dan lamanya asfiksia.
 Asfiksia yang terjadi dimulai dengan suatu periode apnu (Primary
apnea) disertai dengan penurunan frekuensi jantung selanjutnya bayi akan
memperlihatkan usaha bernafas (gasping) yang kemudian diikuti oleh pernafasan
teratur. Pada penderita asfiksia berat, usaha bernafas ini tidak tampak dan bayi
selanjutnya berada dalam periode apnu kedua (Secondary apnea). Pada tingkat ini
ditemukan bradikardi dan penurunan tekanan darah. Disamping adanya perubahan
klinis, akan terjadi pula gangguan metabolisme dan pemeriksaan keseimbangan
asam basa pada tubuh bayi.
Pada tingkat pertama dan pertukaran gas mungkin hanya menimbulkan
asidosis respiratorik, bila gangguan berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi
metabolisme anaerobik yang berupa glikolisis glikogen tubuh, sehingga glikogen
tubuh terutama pada jantung dan hati akan berkurang. Asam organik terjadi akibat
metabolisme ini akan menyebabkan tumbuhnya asidosis metabolik. Pada tingkat
selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskuler yang disebabkan oleh
beberapa keadaan diantaranya hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan
mempengaruhi fungsi jantung terjadinya asidosis metabolik akan mengakibatkan
menurunnya sel jaringan termasuk otot jantung sehinga menimbulkan kelemahan
jantung dan pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan menyebabkan
akan tingginya resistensinya pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah ke paru
dan kesistem tubuh lain akan mengalami gangguan.
 Asidosis dan gangguan kardiovaskuler yang terjadi dalam tubuh
berakibat buruk terhadap sel otak. Kerusakan sel otak yang terjadi menimbulkan
kematian atau gejala sisa pada kehidupan bayi selanjutnya (Medicine and
linux.com).

2.5 Tanda dan Gejala

1. Sebelum bayi baru lahir


 Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus
prematurus, dan lahir mati.
 Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan
 Pergerakan janin yang pertama terjadi lebih lambat dan tidak sesuai
menurut yang seharusnya.
 Sering dijumpai kehamilan dengan olgradramnion gravidarum atau
pendarahan anterpartum.
2. Setelah bayi lahir
 Bayi dengan retardasi pertumbuhan intra uterin
 Bayi prematur yang lahir sebelum kehamilan 37 minggu
 Bayi small for date sama dengan bayi dengan retardasi pertumbuhan
intrauterine
 Bayi prematur kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam
tubuhnya (Nanda, 2013)

2.6 Komplikasi

1. Hipotermi
Tanda terjadinya hipotermi pada BBLR adalah suhu tubuh bayi kurang dari
36,50C, Kurang aktif dan tangis lemah, malas minum, bayi teraba dingin,
frekuensi jantung < 100 x/menit, nafas pelan dan dalam
2. Hipoglikemia
Hipoglikemia ditandai dengan :
1. Kadar glukosa darah < 45 mg/dl
2. Kejang, tremor, letargi/kurang aktif
3. Timbul saat lahir sampai dengan hari ke 3
4. Riwayat ibu dengan diabetes
5. Keringat dingin
6. Hipotermia, sianosis, apneu intermitten
3. Ikterus/hiperbilirubin
Hiperbilirubin pada BBLSR terjadi karena belum maturnya fungsi hepar pada
bayi prematur,bila tidak segera diatasi dapat menyebabkan kern ikterus yang akan
menimbulkan gejala sisa yang permanen. Hiperbilirubin di tandai dengan :
 Sclera, puncak hidung, sekitar mulut, dada, perut dan ekstermitas berwama
kuning
 Konjungtiva berwama kuning pucat
 Kejang
 Kemampuan menghisap menurun
 Letargi
 Kadar bilirubin pada bayi premature lebih dari l0 mg/dl
4. Masalah pemberian minum.
Hal ini ditandai dengan :
 Kenaikan berat badan bayi < 20 g/hr selama 3 hari
 Ibu tidak dapat/tidak berhasil menyusui

5. Infeksi/sepsis
Infeksi pada BBLR dapat terjadi bila ada riwayat ibu demam sebelum dan
selama persalinan, ketuban pecah dini, persalinan dengan tindakan, terjadinya
asfiksia saat lahir, dll. Tanda terjadinya infeksi pada BBLR antara lain :
 Pada pemeriksaan laboratorium terdapat lekositosis atau lekositopenia dan
trombositopenia
 Bayi malas minum
 Suhu tubuh bayi hipertermi ataupun hipotermi
 Terdapat gangguan nafas
 Letargi
 Kulit ikterus, sklerema
 Kejang
6. Gangguan permafasan :
 Defisiensi surfaktan paru yang mengarah ke sindrom gawat nafas/RDS
 Resiko aspirasi akibat belum terkoordinasinya reflek batuk, reflek menghisap
dan reflek menelan
 Thoraks yang lunak dan otot respirasi yang lemah
 Pernafasan tidak teratur

2.7 Pemeriksaan Penunjang


1) Pemeriksaan darah lengkap dan hitung jenis
2) Urinalisis
3) Ultrasonografi untuk melihat taksiran berat janin dan letak plasenta
4) Amniosentesis untuk melihat kematangan beberapa organ janin, seperti
rasio lesitin sfingomielin, surfaktan
5) Pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan janin intyrauterin serta
menemukan gangguan perttumbuhan, misalnya pemeriksaan USG.
6) Memeriksa kadar gula darah dengan destrostix atau di laboratorium.
7) Pemeriksaan hematokrit.

2.8 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Penimbangan ketat
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi/nutrisi bayi dan
erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan
berat badan harus dilakukan dengan ketat.
b. Makanan bayi prematur/BBLR
Alat pencernaan bayi prematur masih belum sempurna, lambung
kecil, enzim pencernaan belum matang, sedangkan kebutuhan protein 3
sampai 5gr/kgBB dan kalori 110 kal/kgBB badan, sehingga
pertumbuhannya dapat meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam
setelah lahir dan didahului dengan mengisap cairan lambung. Reflek
mengisap masih lemah, sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit
demi sedikit, tetapi dengan frekuensi yang lebih sering.
ASI merupakan makanan yang paling utama, sehingga ASI-lah
yang paling dahulu diberikan. Bila faktor mengisapnya kurang maka
ASI dapat diperas dan diminumkan dengan sendok perlahan-lahan
atau dengan memasang sonde menuju lambung. Permulaan cairan yang
diberikan sekitar 50 sampai 60 cc/kgBB/hari dan terus dinaikkan sampai
mencapai sekitar 200 cc/kgBB/hari.

2. Penatalaksanaan Medis
1) Pengaturan suhu badan bayi prematuritas/BBLR
Bayi prematuritas dengan cepat akan kehilangan panas badan dan
menjadi hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi
dengan baik, metabolismenya rendah, dan permukaan badan relatif luas.
Oleh karena itu, bayi prematuritas harus dirawat di dalam inkubator sehingga
panas badannya mendekati dalam rahim. Bila belum memiliki inkubator, bayi
prematuritas dapat dilakukan Kangaroo Mother Care (KMC) dengan ibunya.
2) Menghindari infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan
tubuh yang masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang, dan
pembentukan antibodi belum sempurna. Oleh karena itu, upaya preventif
sudah dilakukan sejak pengawasan antenatal sehingga tidak terjadi persalinan
prematuritas (BBLR). Dengan demikian perawatan dan pengawasan bayi
prematuritas secara khusus dan terisolasi dengan baik.
3) Ikterus
Semua bayi prematur menjadi ikterus karena sistem enzim hatinya belum
matur dan bilirubin tak berkonjugasi tidak dikonjugasikan secara efisien
sampai 4-5 hari berlalu . Ikterus dapat diperberat oleh polisetemia, memar
hemolisias dan infeksi karena hperbiliirubinemia dapat menyebabkan
kernikterus maka warna bayi harus sering dicatat dan bilirubin diperiksa bila
ikterus muncul dini atau lebih cepat bertambah coklat
4) Pernapasan
Bayi prematur mungkin menderita penyakit membran hialin. Pada
penyakit ini tanda- tanda gawat pernapasan selalu ada, dalam 4 jam bayi harus
dirawat terlentang atau tengkurap dalam inkubator, dada abdomen harus
dipaparkan untuk mengobservasi usaha pernapasan
5) Hipoglikemi
Mungkin paling timbul pada bayi prematur yang sakit bayi berberat
badan lahir rendah, harus diantisipasi sebelum gejala timbul dengan
pemeriksaan gula darah secara teratur

2.9 Pathway
Terlampir

2.10 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian
 Keadaan umum
Pada neonatus dengan BBLR, keadaannya lemah dan hanya merintih.
Keadaan akan membaik bila menunjukkan gerakan yang aktif dan menangis keras.
Kesadaran neonatus dapat dilihat dari responnya terhadap rangsangan. Adanya BB
yang stabil, panjang badan sesuai dengan usianya tidak ada pembesaran lingkar
kepala dapat menunjukkan kondisi neonatus yang baik.
 Tanda-tanda Vital
Neonatus post asfiksia berat kondisi akan baik apabila penanganan asfiksia
benar, tepat dan cepat. Untuk bayi preterm beresiko terjadinya hipothermi bila
suhu tubuh < 36 oC dan beresiko terjadi hipertermi bila suhu tubuh > 37 oC.
Sedangkan suhu normal tubuh antara 36,5 oC – 37,5 oC, nadi normal antara 120-
140 kali per menit respirasi normal antara 40-60 kali permenit, sering pada bayi
post asfiksia berat pernafasan belum teratur (Potter Patricia A, 1996 : 87).
 Kulit
Warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstrimitas berwarna biru, pada bayi
preterm terdapat lanugo dan verniks.
 Kepala
Kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal haematom, ubun-
ubun besar cekung atau cembung kemungkinan adanya peningkatan tekanan
intrakranial.
 Mata
Warna conjunctiva anemis atau tidak anemis, tidak ada bleeding
conjunctiva, warna sklera tidak kuning, pupil menunjukkan refleks terhadap
cahaya.
 Hidung
Terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan lendir.
 Mulut
Bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau tidak.
 Telinga
Perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan
 Leher
Perhatikan kebersihannya karena leher nenoatus pendek
 Thorax
Bentuk simetris, terdapat tarikan intercostal, perhatikan suara wheezing dan
ronchi, frekwensi bunyi jantung lebih dari 100 kali per menit.
 Abdomen
Bentuk silindris, hepar bayi terletak 1 – 2 cm dibawah arcus costaae pada
garis papila mamae, lien tidak teraba, perut buncit berarti adanya asites atau tumor,
perut cekung adanya hernia diafragma, bising usus timbul 1 sampai 2 jam setelah
masa kelahiran bayi, sering terdapat retensi karena GI Tract belum sempurna.
 Umbilikus
Tali pusat layu, perhatikan ada pendarahan atau tidak, adanya tanda - tanda
infeksi pada tali pusat.
 Genitalia
Pada neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan letak muara
uretra pada neonatus laki – laki, neonatus perempuan lihat labia mayor dan labia
minor, adanya sekresi mucus keputihan, kadang perdarahan.
 Anus
Perhatiakan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air besar serta warna
dari faeses.
 Ekstremitas
Warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya patah tulang
atau adanya kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-jari tangan serta jumlahnya.
 Refleks
Pada neonatus preterm post asfiksia berat reflek moro dan sucking lemah.
Reflek moro dapat memberi keterangan mengenai keadaan susunan syaraf pusat
atau adanya patah tulang (Iskandar Wahidiyat, 1991 : 155 dan Potter Patricia A,
1996 : 109-356).

Tanda Fisiologis
 Gerakan bayi pasif dan tangis hanya merintih, walaupun lapar bayi tidak
menangis bayi lebih banyak tidur dan lebih malas.
 Suhu tubuh mudah untuk menjadi hipotermi penyebabnya adalah: pusat
pengatur panas belum berfungsi dengan sempurna, kurangnya lemak pada
jaringan subcutan akibatnya mempercepat terjadinya perubahan suhu dan
kurangnya mobilisasi sehingga produksi panas berkurang.

B. Diagnosa Keperawatan

Adapun diagnosa menurut NANDA 2015 adalah :

a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan tidak adekuatnya ekspansi


paru
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kurangnya ventilasi alveolar
sekunder terhadap defisiensi surfaktan
c. Ketidakefektifan pola menyusui b.d. ketidakadekuatan reflek menghisap
d. Hipotermi berhubungan dengan imaturitas control dan pengatur suhu tubuh
dan berkurangnya lemak sub cutan di dalam tubuh

C. Rencana Asuhan Keperawatan

No Diagnosa Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC)


1 Pola nafas tidak efektif Tujuan : 1. Kaji frekuensi dan
berhubungan dengan Pola nafas yang pola pernapasan,
tidak adekuatnya efektif perhatikan adanya
ekspansi paru Kriteria Hasil : apnea dan perubahan
a. Kebutuhan oksigen frekwensi jantung
meningkat 2. Isap jalan napas
b. Nafas spontan, sesuai
adekuat kebutuhanPosisikan
c. Tidak sesak bayi pada abdomen
d. Tidak ada retraksi atau posisi telentang
dindiang dada dengan gulungan
popok dibawah bahu
untuk menghasilkan
sedikit ekstensi
3. Tinjau ulang riwayat
ibu terhadap obat-
obatan yang akan
memperberat depresi
pernapasan pada
bayi
4. Pantau pemeriksaan
laboratorium sesuai
indikasi
2 Gangguan pertukaran Tujuan 1. Letakkan bayi
gas berhubungan terlentang
dengan kurangnya Pertukaran gas dengan alas
ventilasi alveolar adekuat. yang data,
sekunder terhadap kepala lurus, dan
defisiensi surfaktan Kriteria : leher
tengadah/ekstensi
a. Tidak sianosis
dengan
b. Analisa gas
meletakkan
darah normal
bantal atau
c. Saturasi
selimut diatas
oksigen normal.
bahu bayi
sehingga bahu
terangkat 2-3 cm
2. Bersihkan jalan
nafas, mulut,
hidung bila perlu
3. Observasi gejala
kardinal dan
tanda- tanda
cyanosis tiap 4
 jam
4. Kolaborasi dengan
team medis dalam
pemberian O2 dan
pemeriksaan kadar
gas darah arteri
3 Ketidakefektifan pola Tujuan : 1. Kaji kemampuan
menyusui b.d. bayi untuk
Bayi menunjukkan
ketidakadekuatan menempel dan
kemantapan
reflek menghisap menghisap secara
menyusu
efektif.
Kriteria :
1. Sikap dan 2. Instruksikan ibu
dalam teknik
menyusui yang
penempelan meningkatkan
yang sesuai. keterampilan
2. Mencekram dalam
dan menyusui bayinya.
mengompresi 3. Pertimbangkan
aerola dengan teknik relaksasi,
tepat. posisi yang
3. Menghisap nyaman,
dan perangsangan
menempatka reflex rooting,
n lidah bayi penentapan
dengan keadaan sadar bayi
benar. sebelum berusaha
4. Menelan untuk disusui,
yang dapat stimulasi pada bayi
didengar. untuk meneruskan
5. Minimal menyusui, dan
Menyusu 8x perubahan
sehari ( sesuai payudara.
dengan 4. Anjurkan pada ibu
kebutuhan). untuk
mengeluarkan ASI
secukupnya untuk
mengurangi
pembengkakan
payudara,
memungkinkan
putting menonjol.
4. Hipotermi Tujuan : Klien 1. Tempatkan bayi
berhubungan dengan mempertahankan pada inkubator,
imaturitas control dan suhu tubuh stabil penghangat rsian,
pengatur suhu tubuh
dan berkurangnya atau pakaian
lemak sub cutan di Kriteria hasil: hangat dalam
dalam tubuh Suhu aksila bayi keranjang terbuka
tetap dalam
rentang 2. Atur unit
servokontrol atau
kontrol suhu udara
sesuai dengan
kebutuhan
3. Gunakan pelindung
plastic bila tepat
4. Periksa suhu bayi
dalam
hubungannya
dengan suhu
ambien dan suhu
unit pemanas
5. Monitor suhu
minimal tiap 2 jam

D. Implementasi

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan


oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang
dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil
yang diharapkan. Ukuran implementiasi keperawatan yang diberikan kepada
klien terkait dengan dukungan, pengobatan, tindakan untuk memperbaiki
kondisi, pendidikan untuk klienkeluarga, atau tindakan untuk mencegah
masalah kesehatan yang muncul dikemudian hari. Proses pelaksanaan
implementasi harus berpusat kepada kebutuhan klien, faktor-faktor lain yang
mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi keperawatan
dan kegiatan komunikasi (Ghofur, 2016).

E. Evaluasi

Menurut Achjar,(2012) evaluasi merupakan sekumpulan informasi yang


sistemik berkenaan dengan program kerja dan efektifitas dari serangkaian
program yang digunakan terkait program kegiatan, karakteristik dan hasil yang
telah dicapai. Evaluasi terdiri dari evaluasi formatif, menghasilkan informasi
utuk umpan balik selama program berlangsung. Sedangkan evaluasi sumatif
dilakukan setelah program selesai dan mendapatkan informasi tentang efektifitas
pengambilan keputusan. Pengukuran efektifitas program dapat dilakukan dengan
cara mengevaluasi kesuksesan dalam pelaksanaan program. Untuk
mempermudah mengevaluasi perkembangan pasien digunakan komponen SOAP
adalah sebagai berikut :

a. S : data sujektif

Perawat menuliskan keluhan pasien yang masih dirasakan setelah dilakukan


tindakan keperawatan.
b. O : data objektif

Data berdasarkan hasil pengkajian atau observasi perawat secara langsung


kepada pasien dan yang dirasakan pasien setelah dilakukan tindakan
keperawatan.

c. A : analisa

Merupakan suatu masalah atau diagnosis keperawatan yang masih terjadi,


atau juga dapat dilakukan suatu masalah / diagnosis baru yang terjadi akibat
perubahan status kesehatan pasien yang telah teridentifikasi dalam data
subjektif dan objektif
d. P : Planning
Perencanaan keperawatan yang dilanjutkan dihentikan, dimodifikasi atau
ditambahkan dari rencana tindakan keperawatan yang telah ditentukan
sebelumnya, tindakan yang telah menunjukkan hasil yang memuaskan data
tidak memerlukan tindakan ulang pada umumnya dihentikan
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
Terlampir

3.2 Analisa Data


Tanggal pengkajian : 27 September 2022 (10.00 WIB)
No. Data Masalah Etiologi
1 DS= - Ketidakseimbangan Kelahiran prematuritas
DO= nutrisi : kurang dari ↓
 Reflek hisap kuat, kebutuhan tubuh b/d BBLR
 Reflek telan baik namun reflek menelan belum ↓
sempurna Prematuritas
lemah/lama

 BB Lahir 1400 gr
fungsi organ belum
 PB Lahir 46 cm baik (otak)
 BB Sekarang 1210 gr ↓
 Usia : 12 hari imaturitas sentrum
 Minum ASI 10-20 cc/3 jam sentrum vital
 Terpasang IVFD Dextrose ↓
12,5% 100 cc/24 jam di reflek
kaki kiri menelan
belum
sempurna

Vaskuler paru
imatur

Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
2. DS= - Ketidakefektifan Kelahiran prematuritas
DO= Termoregulasi ↓
 KU Lemah BBLR
 Suhu = 36,60C ↓
 Lemak subkutan tampak Prematuritas
tipis ↓
 Akral teraba hangat Jaringan lemak
 Dirawat dalam inkubator subkutan tipis

 Warna kulit tampak
Kehilangan panas
kemerahan
melalui kulit

Ketidakefektifan
termoregulasi
3 DS= - Resiko infeksi Kelahiran
DO= prematuritas
 KU lemah ↓
 Suhu = 36,60C BBLR
 Akral hangat, kulit ↓
imaturitas sistem
kemerahan
imun
 Hasil Lab (23/09/22)

 RBC = 3,95 10 ^6/uL Penurunan imunitas
 HCT = 39,3 % ↓
 WBC = 10.47 10 ^3/uL Resiko Infeksi
 PLT = 254 10 ^3/uL

4 Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa yang muncul pada pasien dengan bayi berat lahir rendah
adalah sebagai berikut:

1. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b/d


reflek menelan belum sempurna

2. Ketidakefektifan termoregulasi b/d usia yang ekstrem


3. Resiko Infeksi
4. Rencana Asuhan Keperawatan

No Diagnosis NOC NIC


1 Ketidakseimbangan Status Nutrisi Bayi (1004) Bantuan Peningkatan Berat Badan (1160)
nutrisi : kurang dari
kebutuhan tubuh b/d Skala Target Outcome: Aktivitas-aktivitas:
reflek menelan belum Dipertahankan pada 3,
Ditingkatkan ke 5 1. Timbang berat badan pasien pada jam yang
sempurna
1 = tidak adekuat sama setiap hari
5 = sepenuhnya adekuat
2. Monitor asupan ASI yang diberikan
102001 Intake nutrisi 1 2 3 4 5 setiap hari
102002 Intake makanan 1 2 3 4 5
lewat mulut 3. Monitor nilai albumin,lomosit dan nilai
102003 Intake cairan 1 2 3 4 5 elektrolit
lewat mulut
102005 Perbandingan 1 2 3 4 5 4. Dukung peningkatan asupan sufor yang
berat/tinggi diberikan
102009 Hemoglobin 1 2 3 4 5

2 Ketidakefektifan Termoregulasi : Baru Lahir (0801) Pengaturan suhu (3900)


termoregulasi b/d usia
yang ekstrem Skala Target Outcome: Aktivitas-aktivitas:
Dipertahankan pada 3,
Ditingkatkan ke 5 1. Monitor suhu bayi baru lahir paling
1 = sangat terganggu tidak setiap 2 jam sesuai kebutuhan
5 = tidak terganggu
2. Monitor suhu dan warna kulit bayi
O8010 Berat badan 1 2 3 4 5 3. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
6
080116 Suhu tidak 1 2 3 4 5 yang adekuat
stabil 4. Tempatkan bayi baru lahir dibawah
080118 Hipotermia 1 2 3 4 5
080119 Nafas tidak 1 2 3 4 5 penghangat, jika diperlukan
teratur 5. Pertahankan kelembaban pada 50% atau
080105 Perubahan 1 2 3 4 5 lebih besar dalam inkubator untuk
warna kulit
mencegah hilangnya panas
6. Sesuaikan suhu lingkungan dengan
kebutuhan bayi
3 Resiko infeksi b/d Kontrol Risiko (1902) Perlindungan Infeksi (8880)
imaturitas sistem imun
Skala Target Outcome: Aktivitas – aktivitas :
Dipertahankan pada 2,
1. Monitor kerentanan terhadap infeksi
Ditingkatkan ke 5
1= Tidak pernah menunjukkan 2. Monitor adanya tanda dan gejala infeksi
5= Secara konsisten menunjukkan
3. Pertahankan asepsis pada pasien beresiko
190220 Mengidentifikasi 1 2 3 4 5 4. Bersihkan lingkungan dengan baik setelah
faktor risiko
digunakan
190201 Memonitor 1 2 3 4 5
faktor resiko 5. Cuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan
individu perawatan
190204 Mengembangkan 1 2 3 4 5
strategi yang 6. Batasi jumlah pengunjung
baik dalam 7. Tingkatkan asupan nutrisi yang cukup
mengontrol
resiko 8. Jaga penggunaan antibiotik degan tepat
190211 Berpartisipasi 1 2 3 4 5
dalam skrining
risiko
190217 Memonitor 1 2 3 4 5
perubahan status
kesehatan
5. Implementasi dan Evaluasi
No Tanggal Jam Dx Keperawatan Implementasi Evaluasi Paraf
1 27/09/22 15.00 Ketidakseimbangan nutrisi  Menimbang berat badan pasien Setelah dilakukan asuhan
: kurang dari kebutuhan pada jam yang sama setiap hari keperawatan selama 1x24 jam :
tubuh b/d reflek menelan (28 September 2022)
belum sempurna  Memonitor asupan ASI yang
S=-
diberikan setiap hari O=
 Memonitor nilai  Klien tampak bergerak aktif
albumin,lomosit dan nilai  Reflek hisap mulai kuat
elektrolit  Ada reflek menelan tapi lemah (lama)
 Mendukung peningkatan  BB saat ini = 1150 gram
asupan ASI yang diberikan A = Masalah belum teratasi
 Menciptakan lingkungan yang P = Lanjutkan intervensi
 Memberikan asupan makanan (ASI)
menenangkan untuk
diselingi Sufor 10 – 20 cc / 3 jam
mendukung kenyamanan
pasien saat menyusu  Terpasang infus D12,5 % 100 cc/24
jam
 Memberikan asupan makanan
(ASI) 10 – 20 cc / 3 jam  Pemberian obat PO San B plex
1x0,2 cc dan UDCA 2x15 mg
 Terpasang infus D12,5 % 100
cc/24 jam + asam amino 6% 60
cc/24 jam
 Pemberian obat PO San B plex
1x0,2 cc dan UDCA 2x15 mg

2 27/09/22 15.00 Ketidakefektifan  Memonitor suhu bayi baru lahir Setelah dilakukan asuhan
termoregulasi b/d usia paling tidak setiap 2 jam sesuai keperawatan selama 1x24 jam :
yang ekstrem kebutuhan (28 September 2022)
 Memonitor suhu dan warna S=-
O=
kulit bayi
 KU Lemah
 Meningkatkan intake cairan  Suhu = 36,60C
dan nutrisi yang adekuat  Lemak subkutan tampak tipis
 Menempatkan bayi baru lahir  Akral teraba hangat
dibawah penghangat, jika A = Masalah teratasi sebagian
diperlukan P = Lanjutkan intervensi
 Mempertahankan kelembaban
pada 50% atau lebih besar
dalam inkubator untuk
mencegah hilangnya panas
 Menyesuaikan suhu lingkungan
dengan kebutuhan bayi

3 27/09/22 15.00 Resiko infeksi  Memonitor kerentanan Setelah dilakukan asuhan


terhadap infeksi keperawatan selama 1x24 jam :
 Memonitor adanya tanda dan S=-
O=
gejala infeksi
 Suhu = 36,60C
 Mempertahankan asepsis pada  KU: compos mentis
pasien beresiko  Bayi menangis dengan suara lemah
 Membersihkan lingkungan  Gerak aktif
dengan baik setelah digunakan  Akral hangat
 Mencuci tangan sebelum dan  Tidak terlihat tanda infeksi
sesudah kegiatan perawatan A = Masalah teratasi sebagian
P = Lanjutkan intervensi
 Membatasi jumlah pengunjung
 Meningkatkan asupan nutrisi
yang cukup
BAB 1V
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Masa neonatus dan beberapa minggu sesudahnya masih merupakan


masa yang rawan karena disamping kekebalan yang masih kurang juga
gejala penyakit spesifik. Pada periode-periode tersebut tidak dapat
dibedakan/sulit dibedakan dengan penyakit lain sehingga sulit dideteksi
pada usia minggu-minggu pertama kelainanyang timbul banyak yang
berkaitan dengan masa kehamilan/proses persalinan sehingga perlu
penanganan segera dan khusus.
Bayi lahir dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah
satu factor resiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi
khususnya pada masa perinatal. Selain itu bayi berat lahir rendah dapat
mengalami gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh kembang
selanjutnya, sehingga membutahkan biaya perawatan yang tinggi.

4.2 Saran

Adapun saran-saran untuk kemajuan makalah yang telah dibuat


oleh penulis adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan pengawasan pada bayi baru lahir dengan BBLR.
2. Menambah informasi dan pengetahuan tentang asuhan keperawatan
pada bayi baru lahir dengan BBLR.
3. Meningkatkan pelayanan pada bayi baru lahir dengan BBLR.
DAFTAR PUSTAKA

Latief, Abdul. Dkk, 1991, Kuliah Ilmu Kesehatan Anak FKUI, Bagian
Ilmu Kesehatan Anak: Jakarta

Bobak, Irene M, dkk. 2005. Keperawatan Maternitas. Edisi Keempat.


Jakarta. EGC

Ilyas, Jumarni, dkk. 1994. Asuhan Keperawatan Perinatal. Jakarta. EGC

Nurarif dan Kusuma. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan


Penerapan Diagnosa Nanda Nic Noc Dalam Berbagai Kasus Ed. Revisi Jilid
1. Yogjakarta: Mediaction.

Kallo, dkk. (2015). Hubungan Personal Hygiene Dengan Kejadian Demam Typoid
Di Wilayah Kerja Puskesmas Tumaratas ejournal Keperawatan (e- Kp) Volume 3.
Nomor 2.

Lestari Titik. (2016). Asuhan Keperawatan Anak. Yogjakarta: Nuha


Medika.

Hidayat, Alimul Aziz A. (2009). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak.


Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai