Anda di halaman 1dari 39

GAMBARAN HASIL PEMERIKSAAN ANTIGEN NON

STRUKTURAL 1 (NS1) PADA PASIEN SUSPEK

INFEKSI DENGUE

PROPOSAL

(STUDI LITERATUR)

Oleh:

Nur Azly Metarani

NIM. 1814313453022

PROGRAM STUDI D3 TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAHARANI

MALANG

2021
GAMBARAN HASIL PEMERIKSAAN ANTIGEN NON

STRUKTURAL 1 (NS1) PADA PASIEN SUSPEK INFEKSI

DENGUE

PROPOSAL

(STUDI LITERATUR)

Oleh:

Nur Azly Metarani

NIM. 1814313453022

PROGRAM STUDI D3 TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAHARANI

MALANG

2021
HALAMAN PERSETUJUAN

PROPOSAL

STUDY LITERATUR: GAMBARAN HASIL PEMERIKSAAN ANTIGEN

NON STRUKTURAL 1 (NS1) PADA PASIEN SUSPEK INFEKSI DENGUE

Untuk memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Ahli Madya Teknologi Labotarium Medis

Oleh

Nur Azly Metarani

1814313453022

Menyetujui untuk di uji :

Penguji Anggota I Penguji Anggota II

Ns.Feriana Ira Handian.M.Kep


Ns.Wiwik Agustina,S.Kep.,M.Biomed
NIDN. 07200228301
NIIDN. 0709028102
HALAMAN PENGESAHAN
PROPOSAL
STUDY LITERATUR:GAMBARAN HASIL PEMERIKSAAN ANTIGEN
NON STRUKTURAL 1 (NS1) PADA PASIEN SUSPEK INFEKSI DENGUE

Oleh
Nur Azly Metarani
NIM. 1814313453022
Telah di uji pada
Hari :
Tanggal :
Dan dinyatakan lulus oleh :
Penguji Ketua

………………………………
NIDN.

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Wiwik Agustina. S.Kep.,M.Biomed Ns.Feriana Ira Handian.M.Kep


NIDN. 0709028102 NIDN. 07200228301

Ketua STIKes Maharani Malang

Reny Tri Febriani, SST., M.Kes


NIK. 07314318104
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, Karna atas limpahan Rahmat

dan Hidayah-Nya Penulis dapat menyelesaikan penulisan Proposal Karya Tulis

Ilmiah dengan judul “Gambaran hasil pemeriksaan antigen non struktural 1

(NS1) pada pasien suspek infeksi dengue”, dengan baik dan lancar. Proposal Karya

tulis ini disusun dalam rangkah memenuhi tugas akhir untuk menyusun Karya Tulis

Ilmiah Program D3 Teknologi Laboratorium Medis Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Maharani Malang.

Pada penyusunan Proposal ini, peneliti sadar bahwa banyak hambatan,

dikarenakan keterbatasan penulis. Pada akhirnya penyusunan Proposal ini dapat

diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Atas terselesaikannya Proposal, penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Reny Tri Febriani, SST., M.Kes selaku Ketua STIKes Maharani Malang yang

telah menyediakan waktu, pikiran dan untuk mengarahkan dan memberikan

bimbingan penulis dalam menyusun proposal ini.

2. Erni Yohani Mahtuti, S.Pd., M.Kes selaku Ketua Prodi D3 Teknologi

Laboratorium Medis STIKes Maharani Malang

3. ………………….selaku Ketua Penguji yang telah meluangkan waktu untuk

memberikan bimbingan, kesabaran, dan arahan sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.


4. Ns. Wiwik Agustina,, S.Kep., M.Biomed selaku Pembimbing I Proposal

Karya Tulis Ilmiah yang telah meluangkan waktu untuk memberikan

bimbingan,kesabaran,dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini

5. Ns.Feriana Ira Handian.M.Kep selaku pembimbing II yang telah meluangkan

waktu untuk membimbing dan memberikan masukan,saran,serta ilmu

sehingga Proposal Karya Tulis Ilmiah dapat terselesaikan.

6. Kedua Orang tua,kakak dan adik,yang telah memberikan dukungan moral

maupun material,serta doa yang membuat saya semangat dalam penulisan

Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.

7. Terima kasih untuk pacar saya Andri Saputra yang selalu Support dan

mendoakan saya dalam peulisan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.

8. Teman-temanku tercinta Aziva,Ningsih,Fitri,Sherly dan teman-temanku yang

tidak bisa aku sebutkan Satu-persatu,yang senantiasa memberikan

dukungan,motivasi dan lingkaran energi yang positif.

Selanjutnya penulis menyadari bahwa penulisan karya tulis ilmiah ini

mungkin masih jauh dari apa dikatakan sempurna karena keterbatasan ilmu

yang penulis miliki.Untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangun

untuk kesempurnaan proposal ini sangat penulis harapkan.


Dengan demikian, karya tulis ilmiah ini penulis sajikan dengan harapan

dapat bermanfaat bagi semua pihak,terutama bagi yang akan mengadakan

penelitian lanjutan.Semoga dengan adanya karya tulis ilmiah ini dapat

bermanfaat bagi kita semua,Amin

Malang, 2021

Peneliti
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Infeksi dengue masih merupakan salah satu masalah kesehatan utama

di dunia. Diperkirakan 50 juta infeksi dengue terjadi di seluruh dunia setiap

tahunnya dan 500.000 diantaranya merupakan pasien demam berdarah dengue

(DBD) yang memerlukan perawatan di rumah sakit; 2,5%h dari jumlah

tersebut meninggal dunia. Demam dengue (DD) dan DBD telah merupakan

penyakit endemik di lebih dari 100 negara wilayah World Health

Organization (WHO) (Mariko et al., 2016)

Demam Dengue (DD) dan Demam Berdarah Dengue (DBD) ini

merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue. Virus ini

menginfeksi manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti yang

mentransmisikan virus dengue bersama air liurnya. Infeksi dengue dapat

memberikan gejala klinis dari ringan sampai berat bahkan dapat menimbulkan

kematian. Gejala klinis demam dengue yaitu demam akut, sakit kepala,

myalgia, atralgia, leukopenia, trombositopenia tanpa manifestasi perdarahan

yang membedakan demam dengue dan demam berdarah dengue (Khairinisa &

Permatasari, 2018)
Dari data yang masuk hingga tanggal 29 Januari 2019 tercatat jumlah

penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) sebesar 13.683 penderita, dan

dilaporkan dari 34 Provinsi dengan 132 kasus diantaranya meninggal dunia.

Angka tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan bulan Januari tahun

sebelumnya (2018) dengan jumlah penderita sebanyak 6.167 penderita dan

jumlah kasus meninggal sebanyak 43 kasus.  Pada awal tahun 2019 tercatat

beberapa daerah melaporkan Kejadian Luar Biasa (KLB) DBD diantaranya

Kota Manado (Sulawesi Utara) dan 7 kabupaten/kota di Nusa Tenggara Timur

(NTT) yaitu Sumba Timur, Sumba Barat, Manggarai Barat, Ngada, Timor

Tengah Selatan, Ende dan Manggarai Timur. Sedangkan beberapa wilayah

lain mengalami peningkatan kasus namun belum melaporkan status kejadian

luar biasa (Sari et al., 2020)

Perjalanan penyakit dengue sendiri berkembang sangat cepat dalam

beberapa hari, bahkan dalam hitungan jam penderita dapat masuk dalam

keadaan kritis. Untuk menghindari keterlambatan diagnosis, perlu diketahui

deteksi dini terhadap infeksi virus ini. Saat ini, telah dikembangkan suatu

pemeriksaan baru terhadap antigen nonstruktural 1 (NS1) yang dapat

mendeteksi atau mendiagnosis infeksi virus dengue lebih awal, bahkan pada

hari pertama onset demam karena protein NS1 bersirkulasi dalam konsentrasi

tinggi dalam darah pasien selama awal fase akut. Adanya pemeriksaan NS1

ini sangat penting karena dapat dilakukan terapi suportif dan pemantauan

pasien segera dan dapat mengurangi risiko komplikasi maupun kematian

(Mariko et al., 2016)


Pemeriksaan antigen non struktural 1 (NS1) dengue merupakan

pemeriksaan serologik yang bertujuan untuk mendeteksi antigen nonstruktural

1 dengue dalam serum pasien. Pemeriksaan Ag NS 1 dapat mendeteksi atau

mendiagnosis infeksi virus dengue lebih awal karena protein NS1 bersirkulasi

dengan konsentrasi tinggi dalam darah pasien selama awal fase akut.9

Nonstruk-tural 1 dengue merupakan glikoprotein yang dihasilkan oleh semua

Flavivirus dan pen-ting untuk replikasi dan viabilitas virus. Dengan adanya

pemeriksaan antigen nonstruktural 1 (NS1) pada pasien dengue maka peneliti

ingin melihat Gambaran Hasil Pemeriksaan Antigen Non Struktural 1 (Ns1)

Pada Pasien Suspek Infeksi Dengue melalui metode studi Literatur (Ety 2019)

Studi literatur ini di lakukan untuk menggambarkan Hasil Pemeriksaan

Antigen Non Struktural 1 (Ns1) Pada Pasien Suspek Infeksi Dengue yang di

temukan pada jurnal-jurnal penelitian sebelumnya.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah gambaran hasil pemeriksaan antigen non structural 1 (NS1)

pada pasien suspek infeksi dengue melalui studi literatur?

1.3 Tujuan

Mengetahui gambaran hasil pemeriksaan antigen non structural 1 (NS1) pada

pasien suspek infeksi dengue menggunakan studi literatur.

1.4 Manfaat Penelitian :

1.4.1 Manfaat Teoritis


Memberikan wawasan, pengetahuan, dan juga gambaran terkait hasil

pemeriksaan antigen non structural 1 (NS1) pada pasien suspek infeksi

dengue.

1.4.2 Manfaat Praktis

Dengam diketahui hasil pemeriksaan antigen non structural 1 (NS1) akan

mempemudah mendeteksi jenis infeksi pada pasien suspek dengue lebih awal dan

dapat mengurangi resiko komplikasi maupun kematian


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Konsep Demam Berdarah Dengue (DBD)

2.1.1 Pengertian Demam Berdarah Dengue ( DBD )

Penyakit Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh

virus Dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes

Aegypti dan Aedes Albocpictus. Di Indonesia merupakan wilayah endemis

dengan sebaran di seluruh wilayah tanah air. Gejala yang akan muncul seperti

ditandai dengan demam mendadak, sakir kepala, nyeri belakang bola mata, mual

dan menifestasi perdarahan seperti mimisan atau gusi berdarah serta adanya

kemerahan di bagian permukaan tubuh pada penderita (Mariko et al., 2016)

Pada umumnya penderita DBD (Demam Berdarah Dengue) akan

mengalami fase demam selama 2-7 hari, fase pertama: 1-3 hari ini penderita akan

merasakan demam yang cukup tinggi 400C, kemudian pada fase ke-dua penderita

mengalami fase kritis pada hari ke 4-5, pada fase ini penderita akan mengalami

turunnya demam hingga 370C dan penderita akan merasa dapat melakukan

aktivitas kembali (merasa sembuh kembali) pada fase ini jika tidak mendapatkan

pengobatan yang adekuat dapat terjadi keadaan fatal, akan terjadi penurunan

trombosit secara drastis akibat pemecahan pembuluh darah (pendarahan). Di fase

yang ketiga ini akan terjadi pada hari ke 6-7 ini, penderita akan merasakan

demam kembali, fase ini dinamakan fase pemulihan, di fase inilah trombosit akan

perlahan naik kembali normal kembali. (Sari et al., 2020)


2.1.2Epidemologi DBDh

Wabah pertama terjadi pada tahun 1780-an secara bersamaan di Asia,

Afrika, dan Amerika Utara. Penyakit ihni kemudian dikenali dan dinamai pada

1779. Wabah besar global dimulai dih Asia Tenggara pada 1950-an dan hingga

1975 demam berdarah ini telah menhjadi penyebab kematian utama di antaranya

yang terjadi pada anak-anak di daerhah tersebut.(Mariko et al., 2016)

Infheksi dengue tersebahr luas di wilayah tropis dan sub tropis dan lebih

dari 100 negara anggota WHOh termasuk dalam wilayah endemis infeksi

dengue. Diperkirakan 50 juta-100 juta terinfeksi dengue setiap tahun dan 500.000

penderita diantaranya merupakan penderita demam berdarah dengue (DBD) yang

memerlukan perawatan dirumah sakit. Sebanyak kurang lebih 2,5% penderita

DBD diantaranya mengalami kematian, terutama pada anak-anak. Negara

wilayah regional Asia Tenggara, dari 11 negara anggota WHO, sebanyak 10

negara merupahkan wilayah endemis DBD kecuali Republik Rakyat Korea. Pada

tahun 2012 laporan WHO menyebutkan bahwa 0,29 juta kasus terlaporkan dari

negara-negara Asia Tenggara danh Indonesia menyokong 29%. (Mega, 2020)

Incidence rate (IR) di Indonesia cenderung mengalami peningkatan dalam

lima tahun terakhir (2011 – 2015) dari 27,67/100.000 penduduk menjadi

49,5/100.000 penduduk, meskipun demikian angka kematian cenderung menurun

dan pada tahun 2015 case fatality rate (CFR) sebesar 0,97%.(Khairinisa &

Permatasari, 2018)
Epidemiologi DBD merupakan fenomena hubungan yang kompleks antara

host, agent dan lingkungan. Manusia merupakan amplifying host dari virus

termashuk di dalamnya virus dengue. Agent DBD adalah virus dengue dan

dilaporkan ada 4 serotipe yaitu: DENV 1-4. Serotipe DENV dapat bersirkulasi

secara tunggal, maupun lebih dari satu dalam area yang sama. Infeksi dari salah

satu serotipe memberikanh kekebalan dalam jangka panjang pada serotipe yang

sama, namun tidak memberi kekebalan pada serotipe yang berbeda. Infeksi

dengue sekunder berhubungan dengan peningkatan dampak derajat keparahan

pada penderita (Mariko et al., 2016)

Faktor lingkungan merupakan faktor yang kompleks meliputi lingkungan

biotik, abiotik dan sosial. Perubahan iklim (climhate change) banyak

mempengaruhi faktor lingkungan yang lain, diantaranya curah hujan dan suhu.

Curah hujan akan mempengaruhi bertambahnya habitat nyamuk vektor DBD

terutama di luar rumah. Suhu yang hangat akan mempengaruhi kecepatan

replikasi virus dan perkembangan larva vektor. Faktor lingkungan sosial yang

meliputi perubahan demogrhafi dhan sosial mengarah pada urbanisasi dan

pertumbuhan penduduk yang tidak htherkontrol, berdamphak pada ketersediaan

air serta pengelolaan limbah padat yangh berpengaruh terhadap keberadaan

tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes sp (Maimunah, 2020)

Keberadaan tempat perkembangbiakan nyamuk khususnya buatan manusia

merupakan tempat yang disukai untuk meletakkan telur Aedes sp Indikator

keberadaan vektor di suatu wilayah dapat diukur dengan melakukan survei

vektor, meliputi jentik, pupa, nyamuk dewasa maupun telur. Survei jentik
merupakan metode yang praktis dan umum digunakan. Output survei jentik dapat

mengukur house index (HI), container index (CI), breteau index (BI), serta angka

bebas jentik (ABJ) yang dikembangkan di Indonesia (Putra, 2016).

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa indikator entomologi meliputi HI,

CI, BI serta ABJ terkait dengan transmisi dengue di suatu wilayah. Jenis dan

letak kontainer sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes sp,

berpengaruh pada keberadaan jentik nyamuk (Ikawati et al., Paul et al., 2018).

Keberadaan larva nyamuk dengan kasus DBD memiliki Odd Ratio (OR) sebesar

14,94. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan situasi DBD serta indikator

entomologi untuk mengetahui faktor risiko penularan DBD di beberapa Provinsi

di Pulau Jawa.(Maimunah, 2020)

2.1.3Penularan

Ditularkan melalui gigitan nyamuk yang infektif, terutama Aedes

aegypti. Ini adalah spesies nyamuk yang menggigit pada siang hari, dengan

peningkatan aktivitas menggigit sekitar 2 jam sesudah matahari terbit dan

beberapa jam sebelum matahari tenggelam. Aedes aegypti maupun Aedes

albopictus ditemukan di daerah perkotaan; kedua species nyamuk ini

ditemukan juga di AS. Aedes Albopictus, sangat banyak ditemukan di

Asia, tidak begitu antropofilik dibandingkan dengan Aedes Aegypti

sehingga merupakan vector yang kurang efisien. Di Polinesia, salah satu

jenis dari Aedes Aegypti Scutellaris spp, bertindak sebagai vector. Di

Malaysia, vectornya adalah kompleks Aedes Aegypti Niveus dan di Afrika


Barat adalah kompleks nyamuk Aedes Aegypti furcifer-taylori berperan

sebagai vector penularan nyamuk-monyet.(Mariko et al., 2016)

Virus dengue biasanya menginfeksi nyamuk Aedes betina saat dia

menghisap darah dari seseorang yang sedang dalam fase demam akut

(viraemia), yaitu 2 hari sebelum panas sampai 5 hari setelah demam timbul.

Nyamuk menjadi infektif 8-12 hari (periode inkubasi ekstrinsik) sesudah

mengisap darah penderita yang sedang viremia dan tetap infektif selama

hidupnya. Setelah melalui periode inkubasi ekstrinsik tersebut, kelenjar

ludah nyamuk bersangkutan akan terinfeksi dan virusnya akan ditularkan

ketika nyamuk tersebut menggigit dan mengeluarkan cairan ludahnya ke

dalam luka gigitan ke tubuh orang lain. Setelah masa inkubasi di tubuh

manusia selama 34 hari (rata-rata selama 4-6 hari) timbul gejala awal

penyakit.(Ety,2019)

Gejala awal DBD antara lain demam tinggi mendadak berlangsung

sepanjang hari, nyeri kepala, nyeri saat menggerakan bola mata dan nyeri

punggung, kadang disertai adanya tanda-tanda perdarahan, pada kasus yang

lebih berat dapat menimbulkan nyeri ulu hati, perdarahan saluran cerna,

syok, hingga kematian. Masa inkubasi penyakit ini 3-14 hari, tetapi pada

umumnya 4-7 hari.(Mega, 2020)

2.1.4Patogenesis dan patofisiologi terjadinya demam berdarah dengue

Patogenesis dan patofisiologi terjadinya demam berdarah dengue

hingga saat ini masih diperdebatkan. Dikatakan bahwa mekanisme

imunopatologis berperan dalam terjadinya demam berdarah dengue dan


sindrom renjatan dengue. Respon imun yang diketahui berperan dalam

pathogenesis DBD antara lain:

a. respon humoral berupa pembentukan antibodi yang berparan dalam

proses netralisasi virus, sitolisis yang dimediasi komplemen dan

sitotoksisitas yang dimediasi antibodi. Antibodi terhadap virus

dengue berperan dalam mempercepat replikasi virus pad monosit

atau makrofag. Hipotesis ini disebut antibodi dependent enhancement

(ADE) (Prayoga, 2017)

b. Limfosit T baik T-helper (CD4) dan T sitotoksik (CD8) berepran

dalam respon imun seluler terhadap virus dengue. Diferensiasi T

helper yaitu TH1 akan memproduksi interferon gamma, IL-2 dan

limfokin, sedangkan TH2 memproduksi IL-4, IL5, IL-6 dan IL-10.

(Prayoga, 2017)

c. monosit dan makrofag berperan dalam fagositosis virus dengan

opsonisasi antibodi. Namun proses fagositosis ini menyebabkan

peningkatan replikasi virus dan sekresi sitokin oleh makrofag.

(Prayoga, 2017)

d. Selain itu aktivitasi komplemen oleh kompleks imun menyebabkan

terbentuknya C3a dan C5a. Terdapat dua perubahan patofisiologis

utama pada DBD. Pertama adalah peningkatan permeabilitas

vaskular yang meningkatkan kehilangan plasma dari kompartemen

vaskular. Keadaan ini mengakibatkan hemokonsentrasi, tekanan nadi

rendah, dan tanda syok lain, bila kehilangan plasma sangat


membahayakan. Perubahan kedua adalah gangguan pada hemostasis

yang mencakup perubahan vaskular, trombositopenia, dan

koagulopat . (Prayoga, 2017)

2.1.5Manifestasi Klinis

Demam berdarah menurut (WHO, 2015) adalah, penyakit seperti flu berat

yang mempengaruhi bayi, anak-anak dan orang dewasa, tapi jarang

menyebabkan kematian. Dengue harus dicurigai bila demam tinggi (40 ° C / 104

° F) disertai dengan 2 d ari gejala berikut: sakit kepala parah, nyeri di belakang

mata, nyeri otot dan sendi, mual, muntah, pembengkakan kelenjar atau ruam.

Gejala biasanya berlangsung selama 2-7 hari, setelah masa inkubasi 4-10 hari

setelah gigitan dari nyamuk yang terinfeksi. Dengue yang parah adalah

komplikasi yang berpotensi mematikan karena plasma bocor, akumulasi cairan,

gangguan pernapasan, pendarahan parah, atau gangguan organ. Tanda-tanda

peringatan terjadi 3-7 hari setelah gejala pertama dalam hubungannya dengan

penurunan suhu (di bawah 38 ° C / 100 ° F) dan meliputi: sakit parah perut,

muntah terus menerus, napas cepat, gusi berdarah, kelelahan, kegelisahan dan

darah di muntah. 24-48 jam berikutnya dari tahap kritis dapat mematikan;

perawatan medis yang tepat diperlukan untuk menghindari komplikasi dan risiko

kematian Menurut WHO DHF dibagi dalam 4 derajat yaitu:

a. Derajat I : Demam disertai gejala klinik khas dan satu-satunya

manifestasi perdarahan dalam uji tourniquet positif, trombositopenia,

himokonsentrasi.
b. Derajat II : Derajat I disertai dengan perdarahan spontan pada kulit

atau tempat lain.

c. Derajat III : Ditemukannya kegagalan sirkulasi, ditandai oleh nadi

cepat dan lemah, tekanan darah turun (20 mm Hg) atau hipotensi

disertai dengan kulit dingin dan gelisah.

d. Derajat IV : Kegagalan sirkulasi, nadi tidak teraba dan tekanan darah

tidak Terukur.

Menurut (Setiawan, 2017) gejala awal demam berdarah dengue yang

mirip dengan demam berdarah. Tapi setelah beberapa hari orang yang

terinfeksi menjadi mudah marah, gelisah, dan berkeringat. Terjadi perdarahan:

muncul bintik-bintik kecil seperti darah pada kulit dan patch lebih besar dari

darah di bawah kulit. Luka ringan dapat menyebabkan perdarahan.

Syok dapat menyebabkan kematian. Jika orang tersebut bertahan, pemulihan

dimulai setelah masa krisis 1-hari.

1. Gejala awal termasuk:

a. Nafsu makan menurun

b. Demam

c. Sakit kepala

d. Nyeri sendi atau otot

e. Perasaan sakit umum

f. Muntah

2. Gejala fase akut termasuk kegelisahan diikuti oleh:

a. Bercak darah di bawah kulit


b. Bintik-bintik kecil darah di kulit

c. Ruam Generalized

d. Memburuknya gejala awal

3. Fase akut termasuk seperti shock ditandai dengan:

a. Dingin, lengan dan kaki berkeringat

b. Berkeringat.

c. demam akut

d. sakit kepala

e. myalgia

f. atralgia

g. leukopenia

h. trombositopenia

2.1.6Diagnosa Demam Berdarah Dengue

Fitur klinis DD yang sulit dibedakan pada fase awal sakit (≤ 3 hari) dan

perjalanan infeksi yang pendek akan membuat identifikasi terhadap

perburukan/severe dengue sering kali sulit dilakukan.20 Untuk itu kriteria

diagnosis dengue yang dipakai saat ini di Indonesia adalah kriteria WHO 2009,

yang menyatakan bahwa diagnosis infeksi virus dengue (probable dengue) adalah

adanya (1) dua kriteria klinis (sakit kepala, mual/muntah/nyeriperut, nyeri retro-

orbita, mialgia, atralgia, ruam kulit, uji tourniquet (+), dan manifestasi

perdarahan spontan); (2) disertai hasil uji laboratorium konfirmasi seperti RT-

PCR, isolasi virus, deteksi antigen NS-1, deteksi antibodi. Terdapat dua tipe uji

cepat dengue yang saat ini digunakan, yaitu deteksi antigen NS-1 dan/atau
antibodi (IgG/IgM) dengue dengan metode immunochromatography. Deteksi

antigen NS-1 akan digunakan pada fase awal sakit, yaitu ≤ 5 hari pertama gejala

klinis timbul,24 sebaliknya deteksi antibodi akan dipakai setelah lima sakit.

Beberapa penelitian menunjukkan pentingnya deteksi antigen NS-1 pada fase

awal sakit, karena uji ini mempunyai nilai sensitifitas yang tertinggi pada 1-3 hari

sakit, yaitu 88,7% - 93,9%12,23,24 Nilai diagnosis definitive terhadap infeksi

virus dengue akan meningkat bilamana dilakukan bersama-sama dengan deteksi

antibody terutama IgM serta menurun pada infeksi sekunder.25 Meskipun mudah

dan memberikan kesempatan bagi klinisi untuk memberikan perawatan yang

lebih dini kepada pasien, uji ini masih mempunyai kekurangan karena kurang

sensitive bilamana dibandingkan dengan isolasi virus/deteksi RNA. (Wiradewi

Lestari, 2016)

2.2. Pemeriksaan Antigen NS1

2.2.1 Definisi NS1

NS1 merupakan glikoprotein non struktural yang dihasilkan oleh

semua jenis  flavivirus, glikoprotein ini berperan dalam replikasi dan

viabilitas virus. Penelitian terbaru menyebutkan bahwa titer Ag NS1

terdeteksi tinggi serum pasien selama pada fase akut infeksi. Antigen

ini dapat dideteksi baik pada infeksi primer maupun infeksi sekunder,

titer antigen pada infeksi primer lebih tinggi dibanding infeksi

sekunder. Ag NS1 dapat dideteksi dalam darah mulai dari hari pertama

hingga 9 setelah onset demam. Pada fase tersebut sensitivitas


pemeriksaan Ag NS1 lebih baik dibandingkan pemeriksaan antibodi

IgM (Maimunah, 2020)

2.2.2 Prosedur Pemeriksaan Antigen NS1

1. Prinsip Kerja Pemeriksaan Antigen Ns1 (Metode Rapid Test)

Prinship pemeriksaan Dengue NS1 Antigen adalah pemeriksaan

terhadap ahntigen non struktural-1 dengue (NS1) dapat mendeteksi

infeksi virus denhgue dengan lebih awal dari pemeriksaan antibodi

dengue, dan bahkan hdapat terdeteksi pada hari pertama mulai demam.

(Putra, 2016)

2. Prosedur

2.1. Langkah I Pembuatan Serum meneurut Khairinisa dan Permatasari,

(2018) sebagai berikut:

a. Sampel darah vena diambil dari vena mediana cubiti sebanyak 2 cc.

Selanjutnya sampel dimasukkan ke dalam tabung dengan antikoagulan

(EDTA).

b. Secepat mungkin darah yang telah tercampur antikoagulan

dihomogenkan dengan cara dikocok selama kurang lebih 1

menitDarah dalam tabung yang tidak mengandung antikoagulan hanya

terdapat clot aktifator pada tabung tersebut (tabung bertutup merah),

dibiarkan membeku selama 30 menit

c. Setelah darah didiamkan selama 30 menit, darah tersebut diputar pada

sentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 menit.


d. Sel darah merah dengan serum dipisahkan pada microtube yang akan

digunakan.

2.2. Langkah II Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium metode imunokromatografi antigen Non-

Struktural 1 (NS1) dengue. Berikut tahapan pemeriksaan yanhg akan

dilakukan berdasarkan kit insert dalam meneurut Khairinisa dan

Permatasari, (2018) sebagai berikut:

a. Rapid test dikeluarkan dari kantung alumunium,

b. dibiarkan mencapai suhu kamar dan ditempatkan pada permukaan

yang bersih dan kering.

c. Spesimen diteteskan sebanyak 3 tetes (sekitar 100 μl) kedalam sumur

sampehl menggunakan dropper sekali pakai.

d. Dibiarkan selama 15-20 menit untuk interphretasi hasil.

e. Dilihat garis warna yang terbentuk (Khairinisa & Permatasari, 2018)

3. Interpretasi Hasil

3.1. Positive (+) : Terbentuk dua garis berwarna, pada

area garis Test (T) dan area Control (C)

3.2. Negative (-) : Terbentuk satu garis warna pada area

garis Control (C) saja.

3.3. Invalid : Tidak muncul garis warna pada area garis

Control (C).
2.2.3 Kelebihan dan Kekurangan

a. Kelebihan

Tes demam berdarah NS1 dapat mengetahui keberadaan protein NS1 yang

sudah mulai terdeteksi sejak Anda demam di hari kedua.Pemeriksaan ini

dapat membantu dokter dalam mendiagnosis infeksi dengue lebih awal

(Prayoga, 2017)

b. Kekurangan

Resiko tes demam berdarah NS1 sangat kecil. Pasien mungkin akan merasa

nyeri atau mengalami memar pada lokasi penyuntikan. Namun gejala ini

akan menghilang dengan cepat (Prayoga, 2017)


BAB III

KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konseptual Penelitian

Studi Literatur

Gigitan Nyamuk betina


Orang Sehat
(aedes aegpty)

Menginfestasikan dan beraplikasi pada sel fagosit


mononuclear (monosit,makrofag,histosit,dan sel
kuper)

Gejala : demam,ruam,nyeri
otot dan sendi

Peeriksaan Demam
Dengue

Non Struktual-1

Positive (+) : Terbentuk dua Negative (-) : Terbentuk satu


garis berwarna, pada area garis garis warna pada area
Test (T) dan area Control (C) garis Control (C) saja
Gambar 3.1 Kerangka Konsep

Virus dengue masuk ke dalam tubuh setelah digigit nyamuk betina aedes

aegpty. Kemudian virus dengue masuk ke dalam darah dan menginfeksi sel serta

bereplikasi pada sel-sel fagosit mononuclear (monosit,makrofag,histosit,dan sel

kuper). Akibat infeksi virus dengue pada sel-sel fagosit ,maka akan terjadi

demam,ruam,nyeri otot dan sendi. Pada saat itulah akan di lakukan pemeriksaan

antigen Non Struktural 1 (Maimunah, 2020).


BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Diagram Alir

Adapun tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat dalam

diagram alir sebagai berikut :

Studi Literatur

Pengumpulan Data

Data yang digunakan data sekunder berasal dari Jurnal

Konsep yang diteliti

Pemeriksaan Antigen Non Struktual 1 (Ns1), Pasien


Suspek ,Infeksi Dengue

Konseptualisasi

Gambaran Hasil Pemeriksaan Antigen Non Struktual


1 (Ns1) Pada Pasien Suspek Infeksi Dengue

Analisa

Deskriptif

Kesimpulan dan Saran

Gambar 4.1 Diagram Alir Konsep yang Diteliti


4.2 Rancangan Penelitian

Adapun rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif

dengan tujuan untuk memberikan gambaran detail mengenai suatu gejala atau

fenomena yang akhan ditelti. Pada metode penelitian deskriptif, pemecahan

masalah dilakukan dengan menggambarkan objek penelitian berdasarkan fakta

sebagaimana adanya, yang selanjutnya dilakukan analisis dan interpretasi

(Siregar, 2016). Desain penelitian yang dipilih adalah kuantitatif yaitu Gambaran

hasil pemeriksaan Antigen Non Struktual 1 (NS1) pada pasien suspek infeksi

dengue.

4.2.1 Studi Literatur

Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah studi literatur. Studi

literatur adalah penelitian yang tidak lepas dari literatur-literatur ilmiah dimana

data diperoleh dari sumber yang relevan terhadap permasalahan yang akan

diteliti dengan melakukan studi pustaka menggunakan buku, jurnal, artikel, atau

dokumen penelitian terdahulu. Penelitian ini dimulai dengan pengumpulan data

menggunakan beragam informasi dari data-data kepustakaan dan dilanjutkan

dengan menganalisis hingga menginterpretasikan hasil yang telah didapatkan

4.2.2 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh artikel/jurnal

nasional maupun internasional yang berkaitan dengan permasalahan

penelitian yakni Gambaran hasil pemeriksaan Antigen Non Struktual 1


(NS1) pada pasien suspek infeksi dengue. Adapun jumlah populasi

yang didapatkan adalah sebesar 2.928 artikel.

4.2.3 Sampel

Dalam penelitian ini, sampel yang digunakan adalah seluruh

artikel/jurnal penelitian yang dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan

eksklusi dengan jumlah sebanyak 8 artikel.

4.2.4 Teknik Samplig

Adapun teknik sampling yang digunakan adalah quota sampling

dimana sampel dipilih dari populasi berdasarkan kriteria inklusi dan

eksklusi dengan jumlah yang telah ditentukan sebelumnya. Jumlah sampel

yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah 8 artikel.

Kritera inklusi dan eksklusi penelitian dapat dilihat pada tabel berikut :

Kriteria Eksklusi
Inklusi

Jangka waktu Rentang waktu penerbitan jurnal Rentang waktu penerbitan


maksimal 5 tahun (2016-2021) jurnal sebelum tahun 2016

Bahasa Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris Menggunakan Bahasa lain


(Internasional dan nasional) selain Bahasa Indonesia dan
inggris
Subyek bukan manusia
Manusia

Jenis jurnal Original artikel penelitian (bukan Studi literature


review penelitian)

Gambaran Hasil Pemeriksaan Antigen Non tema yang tidak berhubungan


Tema is
Struktual 1 (Ns1) Pada Pasien Suspek Infeksi dengan penelitian
Dengue
Tabel 4.2 tabel Kriteria inklusi
4.3 Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu:

Gambaran Hasil Pemeriksaan Antigen Non Struktual 1 (Ns1) Pada Pasien

Suspek Infeksi Dengue

4.4 Defenisi Operasional

Gambaran Hasil Pemeriksaan Antigen Non Struktual 1 (Ns1) Pada Pasien

Suspek Infeksi Dengue merupakan analisis hasil deteksi antigen non struktural

1 (NS1) dengue pada pasien yang diduga terinfeksi virus dengue sebanyak 3

orang (10%) menunjukkan hasil positif antigen NS1 pada hari ke 3 dan 4

demam. Lalu, sebanyak 27 orang (90%) menunjukkan hasil negatif antigen

NS1 pada hari ke 2 dan 5 demam. Pada penelitian yang di lakukan oleh

(Khairinisa & Permatasari, 2018)

4.4 Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data

sekunder merupakan data yang diperoleh bukan dari pengamatan langsung. Akan

tetapi data tersebut diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti-

peneliti terdahulu seperti: buku dan laporan ilmiah primer atau asli yang terdapat di

dalam artikel atau jurnal (tercetak dan/atau non-cetak) berkenaan dengan Gambaran

Hasil Pemeriksaan Antigen Non Struktual 1 (Ns1) Pada Pasien Suspek Infeksi

Dengue
4.5. Starategi pencarian literatur

Strategi pencarian literatur ini menggunakan kata kunci: Pemeriksaan Antigen

Non Struktual 1 (Ns1), Pasien Suspek Infeksi Dengue Dan menggunakan database

Google Scolar, Directory of open Access Journals (DOAJ), Bielefeld Academic

Search Engine (BASE), Pubmed. Kemudian hasilnya dilakukan skrining dan

assesment kelayakan sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi, sehingga didapatkan

jurnal yang sesuai kriteria dan diambil untuk shelanjutnya dianalisis

Studi literatur ini menggunakan literatur terbitan tahun 2016-2021 yang dapat

diakses fulltext dalam format pdf dan scholarly (peer reviewed journals). Kriteria

jurnal yang sesuai dengan kriteria inklusi direview adalah artikel jurnal penelitian

berbahasa Indonesia dan Inggris (Internasional dan nasional) dengan subyek manusia,

Kriteria jurnal yang terpilih untuk review adalah jurnal yang didalamnya terdapat

tema Gambaran Hasil Pemeriksaan Antigen Non Struktual 1 (Ns1) Pada Pasien

Suspek Infeksi Dengue

4.6 Analisa data

Studi Literature ini di Analisis menggunakan metode naratif dengan

mengelompokkan data-data Jurnal penelitian yang sesuai dengan kriteria inklusi

kemudian dikumpulkan dan dibuat ringkasan jurnal meliputi nama peneliti, tahun

terbit jurnal, negara penelitian,judul penelitian,metode dan ringkasan hasil atau

temuan dan yang terakhir kelebihan dan kekurangan. Ringkasan jurnal penelitian

tersebut dimasukan ke dalam tabel diurutkan sesuai alphabet dan tahun terbit setelah

itu data yang sudah terkumpul kemudian dicari persamaan dan perbedaannya lalu

dibahas untuk menarik kesimpulan.


4.7 Kerangka Operasional

PENGUMPULAN DATA
Jurnal ditemukan lewat internet sesuai kata kunci

PENGOLAHAN DATA
Jurnal dilakukan skrining ( di eksklusi)

Jurnal full text dilakukan asasement kelayakan


(jurnal full text dieksklusi karena duplikasi dan tidak sesuai kriteria inklusi)

ANALISA DATA
Metode naratif

HASIL
Literatur

Gambar 4.2 Bagan Kerangka Operasional


Daftar Pustaka

Ety Apriliana, Agustyas Tjiptanigrum, M. J. P. (2019). hubungan hasil pemeriksaan


Antigen Non Strukural 1 (NS1) terhadap Gejala, Tanda Klinis Dan Jumlah
Trombosit pada pasien Suspek Infeksi Dengue di RS Urip Sumoharjo. Artikel,
volume 6.
Khairinisa, G., & Permatasari, P. (2018). DETEKSI ANTIGEN NON STRUKTURAL 1
( NS1 ) PADA. 1(1), 572–578.
Maimunah, S. (2020). Pemeriksaan Antigen Non Struktural 1 Sebagai Deteksi Dini
Infeksi Akut Virus Dengue. Essence of Scientific Medical Journal, 17(2), 40–43.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/essential/article/view/54146/33847
Mariko, R., Alkamar, A., & Putra, A. E. (2016). Uji Diagnostik Pemeriksaan Antigen
Nonstruktural 1 untuk Deteksi Dini Infeksi Virus Dengue pada Anak. 16(2),
121–127.
Mega, A. (2020). Relationship of Non Structural Antigen 1 (NS1) to Clinical Signs,
Symptoms and Routine Blood Examination Dengue Suspected. Indonesian
Journal of Tropical and Infectious Disease, 8(1), 67–75.
http://dx.doi.org/10.20474/ijtid.v8i1.10382
Ni Putu Eka Rosiana Dewi , A.A. Wiradewi Lestari, W. S. tayasa. (2016).
KARAKTERISTIK HASIL UJ I ANTIGENNON-STRUKTURAL 1 (NS1)PADA
PASIENYANG DIDUGA DEMAM BERDARAH DENGUE DI
LABORATORIUM RSU SURYAHUSADA PERIODE MEI SAMPAI OKTOBER
TAHUN 2013. 1(2), 99–117.
http://www.eldis.org/vfile/upload/1/document/0708/DOC23587.pdf%0Ahttp://
socserv2.socsci.mcmaster.ca/~econ/ugcm/3ll3/michels/polipart.pdf%0Ahttps://
www.theatlantic.com/magazine/archive/1994/02/the-coming-anarchy/
304670/%0Ahttps://scholar.google.it/scholar?
Prayoga, M. J. (2017). HUBUNGAN HASIL PEMERIKSAAN ANTIGEN NON
STRUKTURAL 1 ( NS1 ) TERHADAP GEJALA , TANDA KLINIS DAN
JUMLAH TROMBOSIT PADA PASIEN SUSPEK INFEKSI DENGUE DI RS
URIP SUMOHARJO Oleh Muhamad Jyuldi Prayoga ABSTRACT THE
RELATIONSHIP BETWEEN NON STRUCTURAL 1 ( NS1 ) A. 1.
Putra, I. A. (2016). Korelasi Pemeriksaan NS 1 Ag Dan Pemeriksaan Darah Tepi
Pada Anak Dengan Demam 1. Jmj, 4(2), 106–118.
Sari, R. N., Natalia, D., & Parinding, J. T. (2020). Hubungan Lama Demam dengan
Hasil Pemeriksaan Antigen Nonstruktural 1 Dengue pada Pasien Demam
Berdarah Dengue di RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie Tahun 2018.
12(28), 153–160.
Setiawan, M. (2017). Demam Berdarah Dengue (DBD) dan NS1 Antigen untuk
mendeteksi dini infeksi akut virus dengue.
LEMBAR KONSULTASI

NAMA : Nur Azly Metarani

NIM : 1814313453022

Judul Proposal : GAMBARAN HASIL PEMERIKSAAN ANTIGEN NON

STRUKTUAL 1 (NS1) PADA PASIEN SUSPEK INFEKSI

DENGUE

Pembimbing 1 : Wiwik Agustina,S.Kep., Ns, M.Biomed

No Tanggal BAB Hasil Tanda Tangan

Dosen Mahasiswa

1. 22/12/2020 I - Cukup tujuan umum

saja, Lanjutkan manfaat

sd bab 2, Lanjut konsul

pembb 2

2. 04/16/2021 I - Kalimat ini masukan di

Gejala

- Sitasi pebilisan juga

diperbaiki, cek semua

penulisan sitasi ya

- Baca pedoman penulisan

sitasi

Bukan untuk awal


kalimat

3. 04/20/2021 I dan II - Belum tepat, tahun di

sitasi blm dutiskan

- Penulisan di lengkapi

Gambaran Hasil

Pemeriksaan Antigen

Non Struktual 1 (NS1)

pada Pasien Susek

Infeksi Dengue

- Baca pedoman susunan

BAB 1

- Baca pedoman penulisa,

Sapi salah, Sitasi tidak

ada, Margin juga salah,

Cek semua sebelum

konsul.

- Lembar konsul di isi

yaa

4. 05/11/2021 I-IV - Acc

LEMBAR KONSULTASI

NAMA : Nur Azly Metarani


NIM : 1814313453022

Judul Proposal : GAMBARAN HASIL PEMERIKSAAN ANTIGEN NON

STRUKTUAL 1 (NS1) PADA PASIEN SUSPEK INFEKSI

DENGUE

Pembimbing 2 : Feriana Ira Handian,Ns.,M.Kep

No Tanggal BAB Hasil Tanda Tangan

Dosen Mahasiswa

1. 21/7/2021 Cover - Ditulis Proposal Kti.

dan 1
- Ditambahkan Program

studi.

- Keseluruhan naskah

sampai belakang perbaiki

dulu sesuai saran

pembimbing 1. Ini masih

mentah belum diperbaiki

jadi blm saya koreksi.

2. 3/8/2021 III dan - Baca panduan dan

IV pelajari cara penyusunan

hipotesis.

- Sesuaikan panduan studi

literatur
3. 5/09/2021 IV - Baca panduan penulisan

kti,sitasi di perbaiki

4. 09/11/2021 I-IV - Kata Pengantar di

lengkapi

- Paragraf terlalu panjang.

Dari 1 sumber? Hati2

plagiasi

- Apakah sudah ada hasil?

- Daftar pustaka

dikonsistensikan,missal

huruf,judul,titik,koma,dll

Anda mungkin juga menyukai