Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat
menyelesaikan laporan pendahuluan tentang Ensefalopati. Kami berterima
kasih kepada Ibu Ns. Mona Megasari, M.Kep selaku pembimbing akademik
mata kuliah Kebutuhan Dasar Profesi dan Ibu Efi Afrianti,
S.Kep.,Ners sebagai pembimbing lapangan di ruang Anak RSUD Cibabat.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan.Kami juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan
makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi
kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon
maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami
memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

 
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ................................................................................i 
DAFTAR ISI ................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
 A. Latar Belakang .....................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Ensefalofati .........................................................................3
B. Klasifikasi .............................................................................................4
C. Anatomi Fisiologi ...................................................................................5
D. Etiologi ..................................................................................................6
E. Manifestasi Klinis ...................................................................................7
F. Pathway ..................................................................................................8
G. Komplikasi .............................................................................................9
H. Penatalaksanaan ......................................................................................9
I. Pemeriksaan Penunjang. ........................................................................10
J. Konsep Asuhan Keperawatan ................................................................11
1. Pegkajian.........................................................................................11
2. Riwayat Kesehatan .........................................................................11
3. Pemeriksaan Fisik ...........................................................................12
4. Pola Fungsional ..............................................................................12
5. Diagnosa Keperawatan ...................................................................14
6. Intervensi Keperawatan ..................................................................14
BAB III PENUTUP
 A. Kesimpulan ..........................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 19
BAB I
PENDAHULUAN

Ensefalofati adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan kelainan


fungsi otak menyeluruh yang dapat akut atau kronik, progresif atau statis.
Ensefalopati yang terjadi sejak dini dapat menyebabkan gangguan
perkembangan neurologis. Pasien dengan ensefalopati dapat mengalami
kemunduran dalam fungsi kognitif umum, prestasi akademis, fungsi
neuropsikologik dan kebiasaan. Skor intelegasi pasien yang mengalami
ensefalopati juga rendah jika dibandingkan anak seusianya dari segi prestasi
akademis, pasien akan mengalami kesulitan untuk membaca, mengeja dan
arimatik. Sedangkan fungsi neuropsikologikal dapat menjadi hiperaktif
maupun autis.
 Angka kejadian ensefalopati secara umum belum banyak diteliti.
Penelitian dilakukan pada masing-masing jenis ensefalopati. Penelitian yang
dilakukan di london, menunjukkan bahwa angka kejadian ensefalopati
hipoksik iskemik mencapai 150 per 57 ribu kelahiran hidup atau berkisar
2,64%. Sedangkan penelitian yang dilakukan di australia timur
menunjukkkan angka yang lebih tinggi 164 per 43 ribu kelahiran hidup atau
berkisar 3,8%. Diperkirakan berkisar 30% kasus ensefalopati hipoksis
pada negara maju dan naik menjadi 60% pada negara berkembang berkaitan
dengan kejadian hipoksik iskemik intrapartum.
Tidak ada data akurat terkai dengan angka kejadian ensefalopati hepatik.
Hepatik ensefalopati yang dapat diklasifikasikan menjadi ensefalopati hepatik
murni dan ensefalopati hepatik minimal. Ensefalopati hepatik murni terjadi
pada 30-45% pasien dengan sirosis hepatis dan 10-50% pada pasien
shunting transjugular intrahepatik portosystemic. Ensefalopati hepatik
minimal biasanya terdiagnosis pada pasien sirosis hepatis dan pada pasien
hipertensi portal nonsirosis. Kejadian ensefalopati hepatik minimal dilaporkan
berkisar 20-84% pada pasien sirosis.
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi 
Ensefalopati adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan
kelainan fungsi otak menyeluruh yang dapat akut atau kronik,
progesif/statis. Ensefalopati yang terjadi sejak dini dapat menyebabkan
gangguan perkembangan neurologis (WHO, 2006). Pasien dengan
ensefalopati dapat mengalami kemunduran dalam fungsi kognitif umum,
prestasi akademis, fungsi neuropsikologik. Skor intelegensi pasien yang
mengalami ensefalopati  juga rendah di bandingkan anak seusianya. Dari
segi prestasi akademis pasien akan mengalami kesulitan untuk membaca,
mengeja, dan aritmatik. Sedangkan fungsi neuropsikologikal dapat
menjadi hiperaktif maupun autis.
Ensefalopati berasal dari kata : enchepalo (otak), pathy (gangguan).
Yang menggambarkan fungsi dan struktur otak yang abnormal
(Departemen Kesehatan RI, 2007 ).
Ensefalopati adalah istilah yang di gunakan untuk menjelaskan
kelainan fungsi otak menyeluruh yang dapat akut/kronik, progesif/statis.
Ensefalopati tidak mengacu pada penyakit tunggal, melainkan untuk
sindrom disfungsi otak global.
Ensefalopati adalah disfungsi kortikal yang memiliki karakteristik
perjalanan akut hingga sub akut (jam hingga bebrapa hari), secara nyata
terdapat fluktuasi dari tingkat kesadaran, atensi minimal, halusinasi dan
delusi yang sering dan perubahan tingkat aktivitas psikomotor (secara
umum meningkat, akan tetapi dapat munurun)
B. Klasifikasi 
Beberapa contoh jenis ensefalopati :
1. Ensefalopati mitokondria
Gangguan metabolic yang di sebabkan oleh disfungsi dari DNA
mitokondria. Dapat mempengaruhi banyak system tubuh, terutama otak
dan system saraf.
2. Glycine ensefalopati : sebuah gangguan metabolism genetic yang
melibatkan kelebihan produksi glisin
3. Hipoksia iskemik ensefalopati : ensefalopati permanen atau sementara
yang timbul dari pengiriman oksigen yang sangat berkurang ke otak
4. Uremik ensefalopati : gagal ginjal akut/kronis dapat menyebabkan
ensefalopati uremik. Ketika ginjal gagal untuk secara memadai
membersihkan aliran darah, berbagai racun secara bertahap dapat
membangun dan menyebabkan fungsi otak menurun.
5. Hipertensi ensefalopati: timbul dari peningkatan tekanan darah
meningkat darah di intrakarnial
6. Neonatal ensefalopati : sering terjadi karena kurangnya oksigen dalam
aliran darah ke otak-jaringan janin selama persalinan.
7. Salmonella ensefalopati : suatu bentuk ensefalopati yang di
sebabkan oleh keracunan makanan (terutama dari kacang dan daging
busuk) sering mengakibatkan kerusakan otak permanen dan gangguan
system saraf.
C. Anatomi fisiologi
Susunan saraf pusat (SPP/CNS) : 
1. Otak
Terletak dalam rongga kranium (tengkorak). Pelindung Otak :
a. Kulit kepala dan rambut
b. Tulang tengkorak dan columna vetebral
c. Meningen ( selaput otak )
2. Hemifer cerebral ( otak besar ) di bagi menjadi 4 lobus, yaitu :
a. Lobus frontalis, menstimuli pergerakan otot, yang bertanggung
jawab untuk proses berfikir
b. Lobus parietalis, merupakan area sensoris dari otak yang merupakan
sensasi perabaan, tekanan, dan sedkit menerima perubahan
temperatur.
c. Lobus occipitallis, mengandung area visual yang menerima
sensasi dari mata.
d. Lobus temporalis, mengandung area auditory yang menerima
sensasi dari telinga.
3. Cerebelum ( otak kecil )
Fungsi cerebelum mengembalikan tonus otot di luar kesadaran yang
merupakan suatu mekanisme syaraf yang berpengaruh dalam
pengaturan dan pengendalian.
4. Medulla Spinallis/sumsum tulang belakang.
Berfungsi untuk mengadakan komunikasi antara otak dan semua
bagian tubuh serta berperan dalam : gerak reflek, berisi pusat
pengontrolan yang penting, heart rate contol atau denyut jantung,
pengaturan tekanan darah, pernafasan, menelan, muntah.
Susunan Syaraf Perifer :
Menyampaikan informasi antara jaringan dan saraf pusat ( CNS )
dengan cara membawa signals dari syaraf pusat ke CNS.
Susunan syaraf terbagi menjadi 2, yaitu :
1. Susunan syaraf somatic
Susunan syaraf yang memiliki peranan yang spesifik untuk mengatur
aktivitas otot sadar atau serat lintang, jadi syraf ini melakuakan sistem
pergerakan otot yang di sengaja atau tanpa sengaja
2. Susunan syaraf otonom
Susunan syaraf yang mempunyai peranan penting mempengaruhi
pekerjaan otot sadar a t a u serat lntang, dengan membawa informasi ke
otot halus atau otot jantung yang dilakuakan otomatis.
D. Etiologi
1. Kelainan dalam struktur anatomi listrik dan fungsi kimia dapat
menyebabkan fungsi mental berubah dan ensefalopati
2. Keracunan jaringan otak dan sel-sel juga dapat mempengaruhi
fungsi. Racun ini dapat di produksi dalam tubuh, misalnya dari
hati/gagal ginjal, atau mungkin sengaja (keracunan
alcohol/penyalahgunaan narkoba) atau tidak sengaja tertelan
(keracunan karbon monoksida, obat-obatan, zat beracun)
3. Ensefalopati mungkin karena cacat lahir (kelainan genetic yang
meyebabkan struktur otak yang abnormal/aktivitas kimia dengan gejala
yang di temukan pada saat lahir)
Beberapa contoh penyebab lain ensefalopati :
1. Menular (bakteri, virus, parasit)
2.  Anoxic (kekurangan oksigen ke otak, termasuk penyebab trauma)
3.  Alcohol (toksisitas alcohol)
4. Hepatik (missal : kanker hati)
5. Uremik (ginjal/gagal ginjal)
6. Perubahan dalam tekanan otak (perdarahan kepala, tumor, abses)
7. Bahan kimia beracun (timbale, merkuri)
8. Penyakit metabolic
E. Manifestasi klinis
Ciri ensefalopati adanya gangguan mental. Tergantung pada jenis dan
tingkat keparahan ensefalopati. 
Gejala neurologis umum :
1. Hilangnya fungsi kognitif,
2. Perubahan kepribadian ringan,
3. Ketidakmampuan untuk berkosentrasi,
4. Lesu, kesadaran menurun
5. Demensia
6. Kejang, otot berkedut, Mialgia
7. Respirasi cheynes-stokes (pola pernapasan di ubah dilihat dengan
kerusakan otak dan koma
F. PATHWAY
G. Komplikasi
Komplikasi encephalopathy bervariasi dari tidak ada menjadi
gangguan mental yang mendalam yang menyebabkan kematian.
Komplikasi dapat mirip dalam beberapa kasus. Selain itu, banyak peneliti
menganggap ensefalopati sendiri menjadi komplikasi yang timbul dari
masalah kesehatan utama atau diagnosis utama.
Komplikasi tergantung pada penyebab utama dari ensefalopati dan
dapat diilustrasikan dengan mengutip beberapa contoh dari berbagai
penyebab : 
1 Hepatik (hati) encephalopathy (pembengkakan otak dengan herniasi,
koma, kematian)
2 Ensefalopati metabolik (lekas marah, lesu, depresi, tremor,
kadang-kadang, koma, kematian)
3 Ensefalopati uremik (lesu, halusinasi, pingsan, otot berkedut, kejang,
kematian)
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan/pengobatan ensefalopati bervariasi dengan penyebab
utama dari gejala, akibatnya, tidak semua kasus ensefalopati diperlakukan
sama. Perlakuan terbaik yang dirancang oleh dokter yang merawat setelah
diagnosis utama pasien dibuat. Perawatan yang sangat bervariasi karena
penyebab yang sangat berbeda.
Contoh dapat menunjukkan betapa berbedanya “pengobatan
ensefalopati” dapat berubah sesuai dengan penyebabnya: 
1. Anoksia jangka pendek (biasanya kurang dari dua menit): terapi
oksigen
2. Anoksia jangka panjang: rehabilitasi
3. Toksisitas alkohol jangka pendek: cairan IV atau ada terapi
4. Penyalahgunaan alkohol jangka panjang (sirosis atau gagal hati kronis):
laktulosa oral, diet rendah protein, antibiotic
5. Ensefalopati uremik (karena gagal ginjal): memperbaiki penyebab
fisiologis yang mendasari, dialisis, transplantasi ginjal
6. Diabetic encephalopathy: mengelola glukosa untuk mengobati
hipoglikemia, penghapusan glukosa darah untuk mengobati
hiperglikemia
7. Hipo-atau hipertensi ensefalopati: obat untuk meningkatkan (untuk
hipotensi) atau mengurangi (untuk hipertensi) tekanan darah
I. Pemeriksaan penunjang
1 Lumbal pungsi (pemeriksaan CSS) a. Cairan warna jernih
2 Glukosa normal
3 Leukosit meningkat
4 Tekanan Intra Kranial meningkat 2. CT Scan/ MRI
5 Membantu melokalisasi lesi, melihat ukuran/ letak ventrikel, hematom,
daerah cerebral, hemoragic, atau tumor.
6 EEG (Electro Encephalo Graphy)
7 Terlihat aktivitas fisik (gelombang) yang menurun, dengan tingkat
kesadaran yang menurun
8 Gambaran EEG memperlihatkan proses inflamasi difu (aktivitas
lambat bilateral)
J. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian 
a. Identitas Klien
Identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama,
pekerjaan, suku bangsa,alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor
register, tanggal pengkajian dan diagnosa medis.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Biasanya klien datang dengan keluhan kejang-kejang dapat
disertai dengan penurunan kesadaran,
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien dengan ensefalopati terjadi kelemahan/lesu,
gangguan mental, ketidakmampuan untuk berkosentrasi, respirasi
cheynes-stokes
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Biasanya klien pernah menderita penyakit yang disebabkan oleh
virus, infeksi bakteri kelainan dalam struktur anatomi listrik dan
fungsi kimia, keracunan jaringan otak dan sel-sel (ex : keracunan
alcohol/penyalahgunaan narkoba, keracunan karbon monoksida,
obat-obatan, zat beracun)
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Biasanya klien ada kemungkinan cacat lahir (kelainan genetic yang
meyebabkan struktur otak yang abnormal/aktivitas kimia dengan
gejala yang di temukan pada saat lahir)
3. Pemeriksaan Fisik 
a. Tingkat kesadaran : Adanya penurunan tingkat kesadaran.
b. GCS : Eye respon: … Motorik respon: … Verbal respon: … 
c. Kulit : saat diraba kulit terasa agak panas
d. Kepala : terasa kaku pada semua persyarafan yang terkena,
kehilangan sensasi (kerusakan pada saraf kranial).
e. Mata : gangguan pada penglihatan,
f. Telinga : Ketulian atau mungkin hipersensitif terhadap kebisingan.
g. Hidung : adanya gangguan penciuman
h. Mulut dan gigi : membran mukosa kering, lidah terlihat bintik
putih dan kotor.
i. Leher: terjadi kaku kuduk dan terasa lemas.
j. Eksremitas atas dan bawah : Tidak ada kekuatan otot dan teraba
dingin.
4. Pola Fungsional Gordon
a. Persepsi Kesehatan – Pola Manajemen Kesehatan
Mengkaji kemampuan pasien dan keluarga melanjutkan
perawatan di rumah.
b. Pola nutrisi – Metabolik
Penurunan BB dan malnutrisi umum. Keinginan pasien untuk
makan terganggu oleh ketidak sadaran pasien.
c. Pola Eliminasi
Dengan pengeluaran melalui saluran kencing, usus, kulit dan paru
maka tubuh dibersihkan dari bahan  –  bahan yang melebihi
kebutuhan dan dari produk buangan.
d. Pola Aktivitas dan Latihan
Pasien tidak dapat melakukan aktivitas dan latihan karena
mengalami penurunan kesadaran.
e. Pola Persepsi Kognitif
Menjelaskan tentang fungsi penglihatan, pendengaran, penciuman,
daya ingatan masa lalu dan ketanggapan dalam menjawab
pertanyaan.
f. Pola Tidur dan Istirahat
Pada pasien pola istirahat dan tidur tidak dapat dikaji karena
mengalami penurunan kesadaran.
g. Konsep Diri dan Persepsi Diri
Menjelaskan konsep diri dan persepsi diri misalnya body image,
body comfort.
h. Peran dan Pola Hubungan
Bertujuan untuk mengetahui peran dan hubungan sebelum dan
sesudah sakit. Perubahan pola biasa dalam tanggungjawab atau
perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran
(Doenges,1993).
i. Pola Reproduktif dan Sexual
Pola ini bertujuan menjelaskan fungsi sosial dan alat reproduksi
(Doenges,1993).
j. Pola Pertahanan Diri, Stress dan Toleransi
Adanya faktor stress lama, efek hospitalisasi, masalah keuangan,
rumah (Doenges,1993).
k. Pola Keyakinan dan Nilai
Untuk menerangkan sikap, keyakinan klien dalam melaksanakan
agama yang dipeluk dan konsekuensinya dalam keseharian.
Dengan ini diharapkan perawat dalam memberikan motivasi dan
pendekatan terhadap klien dalam upaya pelaksanaan ibadah
(Mediana,1998).
5. Diagnosa Keperawatan
a. Risiko perfusi serebral tidak efektif b.d proses peradangan 

b. Resiko Jatuh b.d aktivitas kejang, penurunan kesadaran dan status


mental 
c. Hambatan mobilitas fisik b.d kelemahan umum, defisit neurologic 

6. Intervensi Keperawatan
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ensefalopati adalah istilah yang di gunakan untuk menjelaskan
kelainan fungsi otak menyeluruh yang dapat akut/kronik,
progesif/statis. Ensefalopati tidak mengacu pada penyakit tunggal, melainkan
untuk sindrom disfungsi otak global. Klasifikasi ensefalopati sendiri
dibagi menjadi beberapa yaitu : Ensefalopati mitokondria, Glycine
ensefalopati, Hipoksia
iskemik ensefalopati, Uremik ensefalopati, Hipertensi ensefalopati, Neonatal
ensefalopati dan Salmonella ensefalopati. 
DAFTAR PUSTAKA
Nelson, Ilmu Kesehatan Anak. Philadelphia, Pennsylvania; 1996.
www.pediatrik.com
Brunner / Suddarth., (2006). Medical Surgical Nursing, JB Lippincot
Company, Philadelphia.

Carpenito, Lynda Juall. (2008). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi


8, EGC, Jakarta.

Depkes RI. (2007). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan


Sistem Persarafan. Diknakes, Jakarta.

Donnad. (2011). Medical Surgical Nursing. WB Saunders.

Doenges, M.E.,Moorhouse M.F.,Geissler A.C. (2009). Rencana Asuhan


Keperawatan, Edisi 3, EGC, Jakarta.
Guyton A.C., Hall J.E. 2005. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai