OLEH :
2. Meningen
Merupakan sebuah selaput atau membrane yang terdiri dari connective tissue yang
berfungsi dalam melapisi dan melindungi otak (Lumongga, 2007). Meningen terdiri
dari 3 bagian yaitu :
Gambar 5. Meningen
a. Durameter (lapisan luar)
Durameter dibentuk dari jaringan ikat fibrous. Secara konvesional durameter ini
terdiri dari dua lapis yaitu lapisan endosteal dan lapisan meningeal (Lumongga,
2007). Durameter merupakan selaput keras pembungkus otak yang berasal dari
jaringan ikat tebal dan kuat, pada bagian tengkorak terdiri atas selaput tulang
tengkorak (perios) dan durameter tropia bagian dalam yang berfungsi dalam
mengalirkan darah dari vena pada otak (sinus vena) dan meningen ke vena jugularis
interna di bagian leher Pemisah durameter yang berbentuk sabit (falx serebri) terletak
di vertical antara hemishperium serebri dan lembarang horizontal yaitu tentorium
serebelli yang memiliki fungsi dalam membatasi ppergerakan otak secara berlebih
didalam cranium (Rios, 2015). Pada durameter terdapat banyak ujung-ujung saraf
sensorik yang pela terhadap regangan ketika terjadi stimulasi sehingga hal ini dapat
menyebabkan sakit kepala yang hebat (Lumongga, 2007)
b. Arachnoid (lapisan tengah)
Lapisan ini adalah membrane yang impermeable halus dimana menutupi otak dan
terletak antara piameter dan durameter (Lumongga, 2007). Selaput ini memiliki
bentuk seperti balon dan memiliki ruang sub arachnoid di bagian serebelum bagian
bawah dan berukuran agak besar yang disebut sistermagma (Rios, 2015).
c. Piameter (lapisan dalam)
Selaput tipis yang terdapat di ppermukaan jaringan otak dan berhubungan dengan
arachnoid melalui struktur jaringan ikat (Rios, 2015). Lapisan ini merupakan lapisan
dengan banyak pembuluh darah dan terdiri dari jaringan penyambung halus serta
dilalui pembuluh darah yang memberikan nutrisi pada jaringan saraf (Lumongga,
2007).
3. Otak
Otak bertanggung jawab terhadap pengalaman-pengalaman berbagai macam sensasi
atau rangsnagan terhadap kemampuan manusia dalam melakukan gerakan-gerakan
(Untari, 2012). Otak terdiri dari 4 bagian utama yaitu : otak besar (serebrum), otak
kecil (serebelum (cerebellum)), diensefalon, dan batang otak (brainstem) (Chaik,
2017).
a) Cerebrum (otak besar)
Berfungsi dalam kemampuan berpikir, analisa, logika, bahasa, kesadaran,
perencanaan, memori dan kemampuan visual (Chaik, 2017). Terbagi menjadi 4 lobus
yaitu (Piete dan Nair, 2017) :
- Lobus oksipitalis yang berfungsi sebagai pusat penglihatan
- Lobus temporalis berfungsi sebagai pusat pendengaran
- Lobus parietalis berfungsi dalam menggabungkan kesan dari bentuk, tekstur
dan berat badan kedalam sebuah presepsi
- Lobus frontalis berfungsi dalam mengendalikan keahlian motoric misalnya
menulis, selain itu juga pengatur ekspresi wajah dan isyarat tangan (Peate dan
Nair, 2017)
b) Cerebellum
Terletak di bagian belakang kepala, dekat dengan ujung leher bagian atas (Peate dan
Nair, 2017). Otak kecil berfungsi dalam mengontrol gerakan otut dan tonus,
mengatur keseimbangan dan postur yang tepat, mengatur tingkat gerakan yang
disengaja, berfungsi dalam keterampilan pembelajaran motorik (Chaik, 2017).
c) Brainstem (batang otak)
Berada di dalam tulang tengkorak bagian dasar memanjang sampai ke tulang
punggung atau sumsum tulang belakang (Peate dan Nair, 2017). Menghubungkan
antara sumsum tulang belakang ke otak besar, terdiri dari medulla oblongata, pons,
dan otak tengah, dengan posisi reticular tersebar di ketiga daerah tersebut. Berfungsi
dalam mengatur fungsi dasar manusia termasuk denyut jantung, pernafasan, shu
tubuh, mengatur proses pencernaan dan merupakan sumber insting dasar manusia
ketika adanya bahaya (Chaik, 2017).
d) Sistem limbik
Sistem ini terdiri dari hipotalamus, thalamus, amigdala, hippocampus dan korteks
limbik. Sistem ini berfungsi dalam menimbulkan perasaan, mentarur produksi
hormone, menjaga homeostatis, rasa haus, rasa lapar, dorongan seks, pusat rasa
senang, metabolisme dan juga memori jangka panjang (Peate dan Nair, 2017).
e) Sistem syaraf tepi
Terdiri dari 12 saraf kranial dan 31 saraf spinal. Saraf kranial merupakan saraf yang
langsung berasal dari otak dan keluar meninggalkan tengkorak melalui lubang-
lubang pada tulang yang disebut foramina. Ada 12 pasang saraf kranial dengan nama
atau angka romawi (Peate dan Nair, 2017).
4. Syaraf otak
Terdapat 12 syaraf kranialis yaitu (Peate dan Nair, 2017) :
a) Nervus olfaktorius (nervus kranilais I) : syaraf pembau
b) Nervus optikus (nervus kranialis II) : syaraf bola mata, penglihatan ke otak.
c) Nervus okulomotorius (nervus kranialis III) : mmensarafi otot-otot orbital speerti
otor penggerak bola mata
d) Nervus trokhlearis (nervus kranialis IV) : syaraf pemutar mata yang pusatnya
terletak dibelaang pusat penggerak mata
e) Nervus trigeminus (nervus kranialis V) fungsinya sebagai saraf otak besar yaitu
- Nervus oftalmikus : mensarafi kulit kepala bagian depan kelopak mata aras
- Nervus maksilaris : mensarafi gigi atas, bibir atas, palatum, batang hidung,
rongga hidung dan sinus maksilaris
- Nervus mandibula : mensarafi otot-otot pengunyah, gigi bawah, kulit daerah
temporal dan dagu.
f) Nervus abducens (nervus kranialis VI) : mensarafi otot-otot orbital, penggoyang
sisi mata
g) Nervus fasialis (nervus kranialis VII) : mensarafi otot-otot lidah dan selaput
lender rongga mulut, berfungsi dalam mengatur ekspresi wajah
h) Nervus akustikus (nervus kranialis VIII) : mensarafi alat pendengar, emmbawa
rangsangan dari pendengaran
i) Nervus glosofaringeus (nervus kranialis IX) : mensarafi faring, tonsil dan lidah
j) Nervus vagus (nervus kranialis X) : mensarafi faring, laring, paru-paru,
esofadus, gaster intestinum minor, kelenjar-kelenjar pencernaan dalam abdomen.
k) Nervus aksesorius (nervus kranialis XI : mensarafi muskulus
sternokleidomastodi dan pada muskulus trapezium, yang berfungsi dalam saraf
tambahan
l) Nervus hipoglosus (Nervus kranialis XII) : mensarafi otot-otot lidah
1.2 Definisi
Infeksi, penyakit peradangan, penyakit vaskuler hipertensi, Faktor predisposisi : usia >60 tahun, jenis kelamin laki-
DM, gangguan herediter dan kongenital, gangguan laki, gaya hidup tidak sehat (merokok, konsumsi
metabolic, nefropati toksik dan nefropati obstruksi minuman berenergi)
2.1 Pengkajian
e. Identitas Klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan, suku bangsa,
alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor registrasi, tanggal
pengkajian dan diagnosa medis.
f. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
Biasanya klien datang dengan keluhan kejang-kejang dan dapat
disertai penurunan kesadaran
2. Riwayat penyakit sekarang
Biasanya klien dengan ensefalopati terjadi kelemahan/gangguan
mental, ketidakmampuan berkonsentrasi, dan adanya respon
cheynes-stokes.
3. Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya klien pernah menderita penyakit yang
disebabkan virus, infeksi bakteri kelainan dalam
struktur anatomi listrik fungsi kimia, keracunan
jaringan otak dan sel-sel (ex : keracunan
alcohol/penyalahgunaan narkoba, keracunan karbon
monok obat-obatan, zat beracun), adanya riwayat
penyakit gagal ginjal kronik.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya klien adanya kemungkinan cacat lahir
(kelainan genetic meyebabkan struktur otak yang
abnormal/aktivitas kimia den gejala yang di temukan
pada saat lahir).
g. Pengkajian Keperawatan
1) Presepsi kesehatan dan pemeliharan kesehatan
Mengkaji kemampuan pasien dan keluarga dalam melanjutkan
perawatan di rumah
2) Pola nutrisi
Adanya penurunan BB dan malnutrisi umum. Keinginan makan
pasien terganggu oleh ketidaksadaran klien.
3) Pola eliminasi
Adanya retensi urin maupun inkontensia urin karena klien
mengalami gagal ginjal kronis.
4) Pola aktivitas dan latihan
Terdapat gangguan dalam melakukan aktivitas dan latihan akibat
penurunan kesadaran.
5) Pola tidur dan istirahat
Terdapat gangguan dan tidak dapat dikaji karena mengalami
penurunan kesadaran
6) Pola kognitif dan presepsi
Menjelaskan terkait fungsi penglihatan, pendengatan, penciuman,
ingatan masa lalu dan kognitif dalam menjawab pertanyaan. Pada
pola ini mengalami penurunan kognitif karena adanya ensefalopati
atau keracunan pada otak klien.
7) Pola persepsi diri
Menjelaskan konsep diri dan presepsi diri misalnya body image.
Adanya gangguan pada peran diri akibat penyakit yang diderita dan
penurunan kesadaran yang dialami
8) Pola peran dan hubungan
Ada gangguan karena adanya penurunan kesadaran, dan gangguan
kognitif
9) Pola manajemen koping dan stress
Adanya faktor stress lama, efek hospitalisasi, masalah keuangan.
10) Sistem nilai dan keyakinan
Ada gangguan pada cara beribadah klien dikarenakan
ketidakmampuan dalam melaksanakan ibadah akibat penurunan
kesdaran.
h. Pengkajian fisik
1. Keadan umum (TTV)
Mengalami penurunan kesadaran, GCS menurun, tekanan darah
cenderung rendah atau tinggi, adanya peningkatan RR karena
sesak, adanya peningkatan suhu. Stupor dapat terjadi pada pasien
dengan Enchelopaty uremicum.
2. Kepala
I : bentuk kepala simetris, persebaran rambut merata, warna
rambut hitam, tidak berbau, tidak ada ketombe atau kutu.
P : tidak ada penonjolan tulang kepala, tidak ada nyeri tekan
3. Mata
I : terdaoat gangguan seperti kedutan, sklera putih, konjungtiva
anemis
P : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
4. Telinga
I : telinga simetris kanan dan kiri, tidak ada lesi, tidak ada cairan
keluar seperti nanah
P : tidak ada nyeri tekan pada area telinga
5. Hidung
I : hidung kanan dan kiri simetris, tidak ada lesi, menggunakan
pernafasan cuping hidung, terdapat mucus, memakai bantuan
terapi O2, terdapat gangguan pada indra penciuman
6. Mulut
I: mukosa bibir kering, warna bibir pucat, lidah terlihat kotor
P: tidak ada nyeri tekan pada area mulut
7. Dada
I : bentuk simetris, tidak ada lesi, ada otot bantu pernafasan
P:tidak ada nyeri tekan, traktil fremitus seimbang.
P : sonor dari ICS 1-6 dekstra, suara sonor dari ICS 1-4 sinistra
A : ada suara nafas tambahan , ronki, wheezing Jantung
I: ictus cordis tidak terlihat, tidak ada jejas, warna kulit sama
dengan kulit sekitarnya
P: ictus cordis teraba di ICS 5
P: pekak
A : terdengar bunyi S1 dan S2 tungga
8. Ekstremitas
Kekuatan otot menurun, akral teraba dingin, crt>3 detik.
2.2 Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul dalam kasus Ensefalopati
uremicum adalah sebagai berikut :
1. Risiko perfusi serebral tidak efektif (D.0017) b.d gangguan
metabolisme
2. Hipervolemia (D.0022) b.d gangguan mekanisme regulasi d.d edema
anasarka dan/ atau edema perifer, berat badan meningkat dalam
waktu singkat, oliguria, intake lebih banyak dari output, dipsnea,
kadar Hb/ Ht turun
3. Pola nafas tidak efektif (D.0005) b.d gangguan neurologis d.d klien
mengeluh dispnea, penggunaan otot bantu pernafasan, pola nafas
abnormal
4. Konfusi akut (D.0064) b.d delirium d.d gelisah, fluktasi kognitif,
fluktasi tingkat kesadaran, fluktasi psikomotorik
5. Nyeri kronis (D.0078) b.d gangguan fungsi metabolik d.d mengeluh
nyeri, merasa depresi, tampak meringis, gelisah
6. Nausea (D.0076) b.d gangguan biokomiawi (uremia) d.d mengeluh
mual, merasa ingin muntah, tidak berminat makan, pucat
7. Keletihan (D.0057) b.d kondisi fisiologis d.d merasa kurang tenaga,
mengeluh lelah, tampak lesu
Edukasi
1. Informasikan saat dilakukan perubahan posisi
2. Ajarkan cara menggunakan postur yang baik dan
mekanika tubuh yang baik selama melakukan
perubahan posisi
Kolaborasi