Oleh Kelompok 4:
1. Nilla Tresnowati
2. Miranti Dewi Styorini
B. PENGERTIAN CVA
Cerebrovascular Accident (CVA) atau biasa dikenal dengan nama stroke
merupakan gangguan fungsional yang terjadi di otak secara mendadak. CVA sering
disebabkan akibat adanya gangguan pada peredaran darah sehingga berakibat pada
sumbatan hingga pecah pembuluh darah. Pecahnya pembuluh darah akan
menghambat aliran darah dan oksigen ke otak (Wulandari, 2022)
Cerebro Vascular Accident (CVA) adalah sebuah kondisi adanya gangguan
syaraf yang ditandai dengan adanya sumbatan pada pembuluh darah, sumbatan
tersebut terbentuk di otak sehingga menyebabkan gangguan alirah darah ke otak,
menyumbat arteri dan dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah sehingga
terjadi perdarahan (Kuriakose, 2020)
Sedangkan menurut (Cui, 2019), CVA merupakan penyakit yang dapat
dimodifikasi dan tidak dapat dimodifikasi, misal jumlah kolesterol total,
trigliserida, kolesterol lipid densitas tinggi (HDL-C), kolesterol lipid densitas
rendah (LDL-C) dan kadar glukosa darah, sedangkan faktor yang tidak dapat di
modifikasi salah satunya adalah usia.
1.2 Klasifikasi
Besarnya CVA (CerebroVaskuler Accident) ada 2 tipe menurut gejala
kliniknya, yaitu:
1. Stroke Hemoregik
CVA hemoragik atau disebut juga dengan (Intracerebral Hemorrhage)
merupakan salah satu jenis CVA yang terjadi akibat pecahnya pembuluh darah
intraserebral sehingga menyebabkan timbulnya beberapa gejala neurologis
secara mendadak seperti nyeri kepala yang berat akibat dari adanya peningkatan
TIK (Yolanda, 2022). Sedangkan menurut (Wahab, 2021), CVA hemoragik
merupakan kondisi yang terjadi karena adanya perdarahan atau kerusakan
pembuluh darah di otak, hal tersebut terjadi ketika pembuluh arteri di otak
pecah yang biasanya di picu oleh adanya aneurisma atau tekanan darah tinggi
secara terus menerus.
Menurut (Wijaya, 2013), Perdarahan otak dibagi menjadi dua yaitu:
a. Perdarahan Intraserebral
Pecahnya pembuluh darah terutama karena hipertensi mengakibatkan darah
masuk ke dalam jaringan otak, kemudian membentuk massa yang menekan
jaringan otak dan menimbulkan edema pada otak. Peningkatan TIK
(Tekanan Intra Kranial) yang terjadi sangat cepat dapat mengakibatkan
kematian mendadak karena herniasi otak. Perdarahan intraserebral yang
disebabkan oleh hipertensi yang sering dijumpai didaerah putamen, dan
serebelum.
b. Perdarahan Subarachnoid
Perdarahan ini disebabkan oleh pecahnya aneurisma berry atau AVM.
Aneurisma yang pecah ini berasal dari pembuluh darah sirkulasi willisi
dan cabang-cabangnya yang terdapat di luar parenkim otak. Pecahnya
arteri dan keluarmya ke dalam ruang subarachnoid menyebabkan TIK
(Tekanan Intra Kranial) meningkat secara mendadak meregangnyastruktur
peka nyeri dan vasospasme pembuluh darah serebral yang berakibat pada
disfungsi otak secara global yang mengakibatkan terjadinya nyeri kepala,
penurunan
kesadaran. Pada disfungsi otak secara fokal hal ini dapat mengakibatkan
hemiparese, gangguan hemi sensorik, dan afasia.
2. Stroke non hemoregik (Stroke iskemik)
Menurut (Wahab, 2021) CVA iskemik merupakan suatu kondisi yang
terjadi akibat suplai darah ke otak terhambat atau terhenti, hal tersebut
disebabkan oleh adanya penyempitan pembuluh darah yang di sebabkan
hiperlipidemia yang berlangsung lama. Menurut perjalanan penyakit atau
stadium pada stroke iskemik:
a. TIA (Trans iskemik Attack)
Gangguan neurologis yang terjadi selama beberapa menit sampai beberapa
jam dengan gejala yang timbul akan hilang dengan spontan dalam waktu
kurang dari 24 jam.
b. Stroke Involusi
Stroke yang dapat terus berkembang dimana gangguan neurologis terlihat
semakin berat dan bertambah buruk. Proses involusi ini dapat berjalan
selama 24 jam atau beberapa hari.
c. Stroke Komplit
Gangguan neurologi yang dapat timbul dan sudah menetap atau permanen,
karena serangan TIA (Trans iskemik attack) yang berulang-ulang (Wijaya,
2013).
1.3 Etiologi
Penyebab stroke menurut (Kuriakose, 2020):
1. Thrombosis Cerebral
Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi
sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan oedema
dan kongesti di sekitarnya. Thrombosis biasanya terjadi pada orang tua yang
sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena penurunan
aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah yang dapat menyebabkan
iskemi serebral. Tanda dan gejala neurologis memburuk pada 48 jam setelah
trombosis. Beberapa keadaan di bawah ini dapat menyebabkan thrombosis
otak:
a. Aterosklerosis
Aterosklerosis merupakan suatu proses dimana terdapat suatu penebalan
dan pengerasan arteri besar dan menengah seperti koronaria, basilar, aorta
dan arteri iliaka. Aterosklerosis adalah mengerasnya pembuluh darah serta
berkurangnya kelenturan atau elastisitas dinding pembuluh darah.
Manifestasi klinis atherosklerosis bermacam-macam. Kerusakan dapat
terjadi melalui mekanisme berikut: Lumen arteri menyempit dan
mengakibatkan berkurangnya aliran darah. Oklusi mendadak pembuluh
darah karena terjadi trombosis. Merupakan tempat terbentuknya thrombus,
kemudian melepaskan kepingan thrombus (embolus). Dinding arteri
menjadi lemah dan terjadi aneurisma kemudian robek dan terjadi
perdarahan.
b. Hyperkoagulasi pada polysitemia
Darah bertambah kental, peningkatan viskositas/ hematokrit meningkat
dapat melambatkan aliran darah serebral.
c. Emboli
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh
bekuan darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari
thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral.
Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30
detik. Beberapa keadaan dibawah ini dapat menimbulkan emboli:
1. Katup-katup jantung yang rusak akibat Rheumatik Heart Desease
(RHD).
2. Myokard infark
3. Fibrilasi. Keadaan aritmia menyebabkan berbagai bentuk pengosongan
ventrikel sehingga darah terbentuk gumpalan kecil dan sewaktu-waktu
kosong sama sekali dengan mengeluarkan embolus-embolus kecil. d.
Endokarditis oleh bakteri dan non bakteri, menyebabkan terbentuknya
gumpalan-gumpalan pada endocardium.
2. Haemorhagi
Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan dalam ruang
subarachnoid atau kedalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi
karena atherosklerosis dan hypertensi. Akibat pecahnya pembuluh darah otak
menyebabkan perembesan darah kedalam parenkim otak yang dapat
mengakibatkan penekanan, pergeseran dan pemisahan jaringan otak yang
berdekatan, sehingga otak akan membengkak, jaringan otak tertekan, sehingga
terjadi infark otak, oedema, dan mungkin herniasi otak.
3. Hipoksia
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia adalah:
a. Hipertensi yang parah
b. Cardiac Pulmonary Arrest
c. Cardiac output turun akibat aritmia
d. Spasme arteri serebral, yang disertai perdarahan subarachnoid
e. Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migrain
Resiko
CVA
Release mediator nyeri, (serotonin,
Nyeri
Stroke Hemoragic
Stroke Non Hemoragic
infeksi
bradykinin, protaglandin
Peningkatan Tek.Sistemik
Trombus emboli di cerebral
Iskemik
Hipo/Hiperventilasi
Pola nafas
tdk efektif
Bed rest lama
Penurunan
Kemampuan batuk
Penumpukan
Mukus
Batuk tdk
efektif, Ronchi
Bersihan
jalan nafas
Perubahan
sirkulasi CSS
Peningkatan
TIK
Penurunan
Kesadaran
Resiko
Aspirasi
(SpO2↓,
PaCO2 ↑, PaO2 ↓)
Resiko
cedera
Gangguan koordinasi gerak ekstremitas
Gangguan
mobilitas
fisik
Resiko Gangguan
tdk efektif
Resiko penurunan perfusi jaringan serebral tidak efektif
Integritas Kulit
1.5 Manifestasi klinis
Menurut (Wahyu, 2021), manifestasi klinis pada pasien CVA :
1. Kelumpuhan anggota badan dan wajah yang timbul mendadak
2. Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan
3. Perubahan status mental yang mendadak
4. Afasia (bicara tidak lancar, kesulitan memahami ucapan)
5. Ataksia (menurunnya koordinasi atas gerakan otot) anggota badan
6. Vertigo, mual, muntah, atau nyeri kepala
7. Hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi tubuh)
8. Hemiparesis (kelemahan pada salah satu sisi tubuh)
(Aroor, 2021) merekomendasikan metode FAST untuk membantu
mengindentifikasi tanda dan gejala stroke:
1. F (face/wajah) saat tersenyum, apakah satu sisi wajah turun kebawah (senyum
mencong) / ada rasa baal disekitar mulut?
2. A (Arms/lengan) bila mengakat kedua lengan, apakah satu lengan terkulai
lemas jatuh kebawah?
3. S (speech/bicara) apakah ucapan tidak jelas, suara pelo/parau/cadel/sengau,
apakah ada perubahan dari volume suara, apakah sulit untuk bicara. 4. T
(Time/waktu) jika mengalami gejala ini segera pergi kerumah sakit terdekat, hal
ini diperlukan agar dapat menerima perawatan diunit stroke rumah sakit dalam
waktu 3 jam sejak kedatangan.
1.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dalam proses penyembuhan CVA dibedakan menjadi 3
bagian yaitu :
1. Penatalaksanaan Umum
a. Posisi kepala dan berat badan atas 20-30 derajat, posisi lateral dekubitus bila
disertai muntah. Boleh dimulai mobilisasi bertahap bila hemodinamik stabil. b.
Bebaskan jalan nafas dan usahakan ventilasin adekuat bila perlu berikan
oksigen 1-2 liter/menit bila ada hasil gas darah.
c. Kandung kemih yang penuh dikosongkan dengan kateter.
d. Kontrol tekanan darah, usahakan tekanan darah normal.
e. Suhu tubuh harus dipertahankan.
f. Nutrisi per oral hanya boleh diberikan setelah tes menelan baik, namun bila
terdapat gangguan menelan atau pasien dengan kesadaran menurun, harus
dianjurkan menggunakan selang NGT
2. Penatalaksanaan Medis
a. Trombolik (streptokinase)
b. Anti platelet atau anti trombolitik (asetol, ticlopidin, cilistazol, dipiridamol)
c. Antikoagulan (heparin)
d. Hemorrhagea (pentoxyfilin)
e. Antagonis serotonim (noftidrofuryl)
3. Penatalaksanaan Khusus
a. Atasi kejang (antikonvulsan)
b. Atasi tekanan intracranial yang meninggi dengan manitol, gliserol,
furosemide, intubasi steroid)
c. Atasi dekompresi (kraniotomi) (Wahyu, 2021).
1.8 Komplikasi
Komplikasi stroke meliputi hipoksia serebral, penurunan aliran darah serebral,
dan luasnya area cedera.
a. Hipoksia serebral diminimalkan dengan memberi oksigenasi darah adekuat ke
otak. Fungsi otak bergantung pada ketersediaan oksigen yang dikirimkan ke
jaringan. Pemberian oksigen suplemen dan mempertahankan hemoglobin serta
hematrokrit pada tingkat dapat diterima akan membantu dalam
mempertahankan oksigenisasi jaringan.
b. Aliran darah serebral bergantung pada tekanan darah. Curah jantung, dan
integritas pembuluh darah serebral. Hidrasi adekuat (cairan intravena) harus
menjamin penurunan viskositas darah dan memperbaiki aliran darah serebral.
Hiprtensi atau hipotensi eksterm perlu dihindari dari untuk mencegah
perubahan pada aliran darah serebral dan potensi meluasnya area cedera.
c. Embolisme serebral dapat terjadi setelah infark miokard atau fibrilasi atrium
atau dapat berasal dari katup jantung prostetik. Embolisme akan menurunkan
aliran darah ke otak dan selanjutnya menurunkan aliran darah serebral.
Disritmia dapat mengakibatkan curah jantung tidak konsisten dan
pengehentika trombus lokal. Selain itu, disritmia dapat menyebebkan embolus
serebral dan harus diperbaiki (Wasena, 2019).
- Dispnea (1 – 2 – 3 – 4 Terapeutik:
1. Kurangi tekanan balon secara peri
-5) - Sulit bicara (1 – 2 – 3
shift 2. Cegah ETT terlipat (kingking
– 4 -5 - Gelisah (1 – 2 – 3 3. Berikan pre-oksigenasi 100% sela
– 4 -5) sesudah penghisapan
Keterangan: 4. Lakukan penghisapan lendir kuran
1: Meningkat diperluka (bukan secara berkala/
2: Cukup meningkat 5. Ganti fiksasi ETT setiap 24 jam
3: Sedang 6. Ubah posisi ETT secara bergantian
24jam
4: Cukup menurun
7. Lakukan perawatan mulut (misal d
5: Menurun bibir)
- Frekuensi nafas (1 – 2 – 3 – 8. Melakukan perawatan stoma trake
4 - 5) Kolaborasi:
- Pola nafas (1 – 2 – 3 – 4 1. pemberian bronkodilator, ekspekto
-5) Keterangan:
2. Penghisapan jalan nafas
1: Memburuk (SIKI. I. 01021 hal 299)
2: Cukup memburuk
3: Sedang Obervasi :
4: Cukup membaik 1. Identifikasi kebutuhan dilakukan p
5: Membaik 2. Monitor dan catat warna, jumlah da
Terapeutik :
1. Gunakan Teknik aseptik ( gunakan
kacamata jika perlu)
2. Gunakan Prosedural steril dan disp
3. Berikan oksigen dengan konsentras
sedikit 30etik sebelum dan sesuda
4. Lakukan penghisapan kurang dari 1
5. Lakukan penghisapan ETT dengan
120mmHg)
6. Hentikan penghisapan dan berikan
mengalami kondisi bradikardi dan pen
Perawatan trakheostomi (I.01023)
Observasi
1. Monitor adanya sekresi, balutan
tanda dan gejalan sumbatan jalan
penghisapan
2. Monitor tanda-tanda peradangan, e
berubah warna pada stoma
Terapeutik
1. Posisikan semi fowler
2. Pasang sarung tangan steril
3. Lakukan penghisapan trakheostomi
balutan kotor, lepaskan sarung tangan
Siapkan set ganti balutan steril
6. Pasang sarung tangan steril
7. Lepaskan selang oksigen, jka terpak
8. Lepaskan kanul bagian dalam deng
dominan 9. Bersihkan stoma dan kulit
kain kasa 10. Keringkan kulit sekitar
kasa steril
11. Lepaskan ikatan trakheostomi yan
12. Pasang balutan steril dan ikatkan p
trakheostomi Edukasi
3: Sedang
4: Cukup menurun
5: Menurun
- Tekanan darah (1 – 2 – 3 – 4
– 5)
- Tekanan nadi (1 – 2 – 3 – 4
– 5)
- Pola nafas (1 – 2 – 3 – 4 –
5) - Respon pupil (1 – 2 – 3 –
4 – 5)
- Reflek neurologi (1 – 2 – 3
– 4 – 5)
- Tekanan intrakranial (1 – 2
– 3 – 4 – 5)
Keterangan:
1: Memburuk
2: Cukup memburuk
3: Sedang
4: Cukup membaik
5: Membaik
3. SDKI: SLKI: SIKI:
Mobilisasi fisik (L.05042) Perawatan Tirah Baring (I.14572)
Keterangan:
1: Meningkat
2: Cukup meningkat
3: Sedang
4: Cukup menurun
5: Menurun
4. SDKI: SLKI: SIKI:
Resiko perfusi Perfusi serebral ekspetasi Managemen peningkatan tekanan i
serebral tidak efektif meningkat (L.02014) (I.09325) Observasi
Setelah dilakukan tindakan 1. Mengidentifikasi penyebab peningk
b.d Hipertensi
keperawatan selama 1x10jam serebral)
(D.0017) diharapkan Ekspetsi meningkat 2. Memonitor tanda atau gejala pening
dengan Kriteria Hasil: darah meningkat, pola nafas irreguler
- Tingkat kesadaran (1 – 2 – 3 Memonitoring MAP (Mean Artetial P
– 4 – 5) 4. Memonitoring CVP Central Veriou
- Kognitif (1 – 2 – 3 – 4 – Memonitoring ICP (Intra Cranial Prea
5) Keterangan: Memonitor CPP ( Cerebral Perfusion
1: Menurun 7. Memonitoring status pernafasan
2: Cukup menurun 8. Memonitoring intake dan output ca
3: Sedang 9. Memonitoring cairan Serebro-spina
4: Cukup meningkat konsistensi) Terapeutik
5: meningkat 1. Meminimalkan stimulus dengan m
yang tenang
- Tekanan Intrakranial (1 – 2 – 2. Berikan posisi semi fowler
3 – 4 – 5)
Daftar Pustaka
Abiodun, A., 2018. Stroke (Cerebrovascular Accident (CVA) or Brain Attack).
International Journal of Innovative Healthcare Research
https://seahipaj.org/journals-ci/dec-2018/IJIHCR/full/IJIHCR-D-1-2018.pdf,
Volume 6(4), pp. 1-9.
Applegate, E., 2010. the sectional anatomy learning system. 3 ed. st. louis
missouri: jeane olson.
Arif, M., 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem.
Jakarta: Salemba Medika.
Cui, Q., 2019. Modifiable and non-modifiable risk factors in ischemic stroke: a
meta-analysis. 10.4314/ahs.v19i2.36 , African Health Sciences, Volume 19, p. 2.
Rod R. Seeley, T. D. S. P. T., 2017. Anatomy and physiology. 12 ed. New York:
McGraw-Hill.
TIM POKJA SDKI DPP PPNI, 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Iddonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
TIM POKJA SIKI DPP PPNI, 2019. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
1 ed. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Nasional Indonesia.
TIM POKJA SLKI DPP PPNI, 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. 1
ed. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Wahab, A. R. B. Z., 2021. Perawatan stroke saat di rumah. Perawatan stroke saat
di rumah , Volume 7, p. 1.
Wahyu, D., 2021. Asuhan Keperawatan pada Tn. T CVA ICH (Post Op
Trepanasi) dengan Penurunan Kesadaran Di Ruang ICU.
https://eprints.umm.ac.id/86513/.
Wasena, K., 2019. Asuhan Keperawatan Pada Tn. M Dengan Stroke Iskemik Di.
<http://repo.stikesperintis.ac.id>.
Wijaya, A. S., 2013. KMB keperawatan medikal bedah (keperawatan dewasa).
KOTA MAKASSAR: Nuha Medika.
1. PENGKAJIAN
A. Identitas klien
Nama : Tn “I”
Usia : 57 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Status pernikahan : Menikah
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : Sarjana (S1 Seni rupa)
Pekerjaan : Pendekorasi Event pernikahan dan Acara
Alamat : Jl. Ikan Belida 1/14 RT 4/5 Purwodadi Blimbing Tanggal MRS
: 27-08-2023 jam 11.35
Tanggal pengkajian : 05-09-2023 jam 14.00 (Perawatan ICU hari ke-9 )
= Laki-laki
= Riwayat hipertensi
= Meninggal
= Pasien
= Tinggal dalam satu rumah
= Menikah
= Riwayat Strok
= Riwayat jantung
F. Riwayat lingkungan
• Riwayat Lingkungan kerja
Istri pasien mengatakan tempat kerja pasien indoor dan outdoor, kebanyakan dari
rekan kerja pasien perokok, ventilasi tempat kerja bagus, tidak terdapat radiasi,
ditempat kerja beresiko terjadi kecelakaan kerja seperti jatuh dari ketinggian dan
tertimpa alat berat, kebersihan tergantung dimana lokasi kerja pasien karena pasien
bekerja berpindah-pindah.
• Riwayat Lingkungan rumah
Tempat tinggal pasien lingkungan perumahan sederhana dengan jumlah kamar 3
dan dihuni 4 orang kondisi ventilasi dan pencahayaan kurang pada kamar pasien,
untuk ventilasi dan pencahayaan ruang lainnya cukup, kebersihan tempat tinggal
bersih, terdapat tempat sampah yang setiap hari dingkut oleh petugas kebersihan
perumahan, selokan didepan rumah tertutup dan bersih, mempunyai halaman
cukup luas dan rumah antar tetangga tidak begitu berdempetan, tidak ada radiasi
disekitar lingkungan perumahan.
Total: 20 0
Keterangan:
20 : Mandiri
12-19 : Ketergantungan Ringan
9-11 : Ketergantungan Sedang
0-8 : Ketergantungan Berat
H. Pola nutrisi metabolic
Pola Nutrisi Metabolik Sebelum MRS Saat MRS
N. Pola komunikasi
Pola komunikasi Sebelum MRS Saat MRS
O. Pola seksualitas
Pola seksual Sebelum MRS Saat MRS
Q. Pemeriksaan fisik
- Head to toe:
• Kepala
Bentuk : Simetris
Massa : Tidak ada
Distribusi rambut : Merata
Warna kulit : Normal
Lesi : Terdapat luka dikepala bekas operasi tertutup kassa dengan
ukuran ± 7cm.
• Wajah
Bentuk : Simetris
Lesi : Tidak ada
Edema : Tidak ada
• Mata
Bentuk : Simetris
Konjungtiva : Tidak anemis
Pupil : Respon pupil melambat (+), isokor diameter 2mm/2mm, reflek
cahaya +/+
Tanda radang : Tidak ada
Fungsi pengelihatan: Terganggu pada jarak pandang jauh
Penggunaan alat bantu: Tidak ada alat bantu
• Telinga
Bentuk : Simetris
Warna : Normal
Lesi : Tidak ada
Massa : Tidak ada
Nyeri : Tidak ada
Nyeri tekan : Tidak ada
• Hidung
Bentuk : Simetris
Warna : Normal
Pembengkakan : Tidak ada
Nyeri tekan : Tidak ada
Perdarahan : Tidak ada
Sinus : Tidak ada radang
• Mulut
Warna bibir : Normal
Mukosa : Mudah kering
Ulkus : Tidak ada
Lesi : Tidak ada
Massa : Tidak ada
Warna lidah : Normal
Perdaraha gusi : Tidak ada
Warna lidah : Normal
Perdarahan gusi : Tidak ada
Karies : Beberapa gigi
Gangguan bicara : Tidak terkaji karena terpasang ETT
• Jantung
Inspeksi : Tidak ada lesi, massa, dan tidak terlihat denyut ictus cordis
Palpasi : Iktus cordis teraba pada ICS 5 Midclavikula sinistra Perkusi :
Terdengar dullnes pada batas jantung sebelah kanan (ICS 2,3,4
Parasternalis dextra) dan kiri (ICS
2 Parasternalis Sinistra dan ICS 5 Midclavicula
sinistra)
Auskultasi : Suara S1 S2 tunggal Reguler
• Paru-paru
Inspeksi : Tidak ada lesi, massa, dan ada penggunaan otot bantu nafas
Palpasi : Taktil vremikus tidak terkaji
Perkusi : Sonor, dullnes saat dijantung
Auskultasi : Tidak ada wheezing, namun terdapat ronchi
- +
- -
-
• Abdomen
Inspeksi : Bentuk datar
Palpasi : Teraba lebut, tidak ada massa
Perkusi : Tympani pada gaster dan usus, dullnes pada organ lain
Auskultasi : Bising usus 8-12x/ menit
• Genetalia
Inspeksi : Tidak ada kelainan pada genetalia pasien, genetalia tampak
bersih, terpasang folley cateter tanggal 27-08-2023 ukuran
16, pengunci 16cc, produksi urin keluar warna kuning prod
urin ± 960cc/10 jam
• Anus
Inspeksi : Tidak tampak hemoroid pada pasien, BAB bisa keluar
konsistensinya sama sekali tidak berbentuk 100% cair (skala
tinja bristol:7) ± 500 cc
• Ekstermitas
Motorik nilai 3 terdapat kelemahan pada kedua ekstrimitas kanan dan
kiri, kekuatan otot ekstrimitas tangan kanan/kiri 0/2, kekuatan otot
ekstrimitas kaki kanan/kiri 0/2 reflek babinskin lemah (+), Hemiplegi
Dekstra, Hemiparase Sinistra.
• Kulit
Warna kulit sawo matang, kondisi kulit kering, Turgor kulit cukup,
kelembapan kurang, terdapat pitting oedema derajat 1 pada tangan kanan •
Persyarafan (syaraf kranial)
- Syaraf I
Fungsi syaraf sensorik, untuk penciuman tidak ada masalah.
- Syaraf I
Fungsi syaraf sensorik untuk pengelihatan sedikit lemah pada jarak
panjang agak jauh
- Syaraf III, IV, dan VI
Kelemahan membuka dan menutup kelopak mata, pasien dapat
melakukan perputaran bola mata dengan lemah, reflek pupil melambat -
Syaraf VII
Tidak terkaji terpasang ETT pada mulut, wajah simetris
- Syaraf XII
Lidah simetris tidak ada deviasi pada satu sisi
• Sistem cairan dan elektrolit
Pasien terpasang CVC tgl 27-08-2023, dengan cairan D5 ½ NS
300cc/10jam dengan kandungan sodium clorid Na: 77mEq/L, Cl:
77mEq/L. Mendapatkan cairan diet oral 1200cc/hari dan lain-lain • Imunitas
Tidak ada gangguan imunitas
Breathing
Pergerakan dada simetris, Pola pernapasan eupne irama reguller, otot
bantu napas (-), bunyi nafas vesikuler, Terdapat bunyi nafas tambahan
Ronki -/+, Whizing -/-, cyanosis (-)
BB aktual : 80kg
TB : 180cm
IBW : 75kg
Mode Ventilator : Spontan-PS
Settingan ventilator Respon Pasien Nilai normal
• B4 ( Bleder)
Tanggal 27-08-2023 terpasang kateter urin No 16 ,pengunci 16 cc, fiksasi
kuat, tampak bersih
Produksi urin 950 cc / 10 jam
Produksi urine: 1.1 cc/kgbb/jam (normal 0,5- 1cc/kgbb/jam)
Warna urin kuning jernih
Tidak ada distensi kandung kemih, tidak ada tanda-tanda infeksi di ujung
kateter.
Balance cairan per 10 jam
Input Output
• B5 (Bowel)
Tanggal 27-08-2023 pasien terpasang NGT No.16, kedalaman 55 cm,
fiksasi kuat, residu (-), distended (-), BAB (+) warna cokelat ± 100cc, BU
(+)
Diit enteral NPC 6x200 cc
Diit parenteral inf. D51/2 Ns 30 cc/jam
- Kebutuhan cairan
Kebutuhan cairan: 30-40cc/KgBB/hari = 2.250 - 3.000 cc/
hari - Kebutuhan Nutrisi normal:
Target 25-30 Kkal/ kgBB/ hari = 1.875 – 2.250 Kkal/ hari.
- Kebutuhan makro:
Karbohidrat (KH): 60% Kkal/ kgBB/ hari = 1.125 – 1.350 Kkal/
hari Lemak (L): 40% Kkal/ kgBB/ hari = 750 – 900 Kkal/ hari
Protein (P): 1,2 – 2 gram/ kgBB/hari = 90 – 150 gram/ hari
Formula Volu KH Lem Prote Osmolarit
me (Kkal) ak in as
(ml) (Kka (gra (mOsm/L
l) m) )
720cc:500x25gr = 36gr
• B6 (Bone)
Head Up 30o
Oedema ekstrimitas - / -
Rentang gerak terbatas
Kulit kering
Elastisitas kulit menurun
Bed Rest (+)
Decubitus (-)
Hemiplegi Dekstra
Hemiparase Sinistra
Kekuaatan otot
0 2
0 2
Skala norton:
Item Hasil skor
- Baik: 4
- Lumayan: 3
- Buruk: 2
- Sangat Buruk: 1
Kesadaran 2
- Kompos mentis: 4
- Apatis: 3
- Konfus/ Soporis: 2
- Stupor/ koma: 1
Aktifitas 1
- Ambulan: 4
- Ambulan dengan
bantuan: 3 - Hanya bisa
duduk: 2
- Tiduran: 1
Mobilitas 2
- Bergerak bebas: 4
- Sedikit terbatas: 3
- Sangat terbatas: 2
- Tidak bisa bergerak: 1
Inkontinensia 1
- Tidak: 4
- Kadang – kadang: 3
- Sering inkontinensia
urin:2 - Inkontinensia alvi
dan urin: 1
Total Skor 9
Keterangan:
Skor total:15 - 20 = Kecil sekali / tidak terjadi
12 – 15 = Kemungkinan kecil terjadi
< 12 = Kemungkinan besar terjadi
S. Hasil pemeriksaan penunjang saat pengkajian awal (Tanggal 05-09-2023)
Lab Elektrolit
Lab DL
No. Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Lab albumin
No. Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Lab URCR
No. Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
1. Ureum 87,9 mg/dL 16,6-46,5
BGA
No. Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
1. PH 7.48 7.35-7.45
Pemeriksaan Radiologi
No. Jenis Awal Evaluasi
Pemeriksaan
1. CT-Scan Tanggal 27-8-2023: Tanggal 4-9-2023
Hasil : Hasil :
• ICH multiple pada cortex • ICH multiple pada cortex
sub cortex lobus subcortex lobus frontal kiri
frontotemporal (estimasi
volume ± 94,7 cc) yang (etimasi volume ±1.1 cc)
menyebabkan : edema volume dan densitas berkurang
cerebri, herniasi subfalcine yang menyebabkan : edema
ke kanan sejauh ± 1,1 cm
cerebri berkurang, herniasi
• SAH pada regio
frontotemporal kiri subfalcine ke kanan sejauh ±
• IVH pada ventrikel lateral 2mm herniasi berkurang
bilateral dan ventrikel III •
• SAH mengisi sulci regio
Infark kronis pada pons dan
mensencephalon sisi parietal bilateral berkurang •
midline IVH mengisi system ventrikel
• Kista retensi sinus maxilaris berkurang
kiri
• Subgaleal hematoma regio
occipitalis kanan,
frontoparietemporooccipital
is kiri dan hematoma regio
facialis proses bertambah
• Infark kronis tetap
Hasil : Hasil :
1. Gejala dan tanda mayor CVA Hemoragic Bersihan Jalan Nafas Tid
DS:
Pasien terpasang ventilator
Hematoma Cerebral
DO:
- Batuk tidak efektif
Penurunan
- Kemampuan batuk lemah
- Produksi sputum banyak kuning kesadaran Bed rest
kental - Terdapat Ronchi
lama
Penurunan
Kemampuan batuk
Gejala dan tanda minor
DS:-
Penumpukan
DO: Mukus
- Terpasang ETT sejak tgl 27-8-2023
Batuk tdk
efektif, Ronchi
- GCS 3X3 Bersihan
jalan nafas
- Sianosis (-) tdk efektif
- RR: 21-28x/ menit
- Spo2: 99-100%
- Terpasang ventilator mode Spontan
PS, Setting:
Gangguan
mobilitas
fisik
- Rentang gerak terbatas
Gejala dan tanda minor
- Fisik tampak lemah
- Gerakan extremitas terbatas
- Bed rest
- Semua aktivitas dibantu
- Terpasang kasur dekubitus
- GCS 3 X 3
2: Cukup meningkat
3: Sedang
4: Cukup menurun
5: Menurun
4. SDKI: SLKI: SIKI:
Resiko kerusakan Integritas kulit (L. 14125) Perawatan Pencegahan Luka Teka
integritas kulit b.d Setelah dilakukan tindakan (I.11353) Observai:
penurunan mobilitas keperawatan selama 3x24jam 1. Kaji luka dekubitus (skala norton)
(D.0129) diharapkan Ekspetsi meningkat 2. Monitor suhu kuli dibagian yang te
dengan Kriteria Hasil: 3. Monitor status kulit harian
- Elastisitas meningkat 4. Monitor mobilitas
- Hidrasi meningkat Terapeutik
1. Gunakan barier seperti lotion
- Perfusi jaringan
2. Ubah posisi setiap shift
meningkat Keterangan:
1: Menurun
2: Cukup menurun
3: Sedang
4: Cukup meningkat
5: meningkat
- Kerusakan jaringan menurun
- Kerusakan lapisan kulit
menurun
- Nyeri menurun
- Kemerahan menurun
Keterangan:
1: Meningkat
2: Cukup meningkat
3: Sedang
4: Cukup menurun
5: Menurun
- Suhu kulit membaik
Keterangan:
1: Memburuk
2: Cukup memburuk
3: Sedang
4: Cukup membaik
5: Membaik
Evaluasi Keperawatan
S: -
O:
Evaluasi Keperawatan
S: -
O:
- Tingkat kesadaran Sopor cukup menurun (2)
- GCS 3X3
- Head up 300
- BP: 146/68 – 155/75 mmHg cukup memburuk (4)
- HR: 75-100x/ menit sedang (3)
- Suhu: 36,5-36,80C cukup menurun (4)
- Pola nafas irreguler sedang (3)
- Reflek pupil melambat sedang (3)
- Ukuran pupil isokor
- Diameter 2mm/2mm
P : Lanjutkan intervensi
Poin 1 – 8
3. Gangguan 05-09-2023 Implementasi Keperawatan
Mobilitas Fisik 21.30– 06.00WIB
1. Monitoring kondisi kulit
2. Monitoring komplikasi tirah baring
3. Menempatkan pada kasur terapeutik
4. Memposisikan senyaman mungkin
5. Mempertahankan seprai agar tetap kering, bersih, dan tida
kusut 6. Memasang siderails bed
7. Memberikan latihan gerak pasif
8. Mempertahankan kebersihan pasien
9. Merubah posisi setiap shift
Evaluasi Keperawatan
S: -
O:
P : Lanjutkan Intervensi
Poin 1 - 9
P : Lanjutkan Intervensi
Poin 1 – 6
Evaluasi Keperawatan
S: -
O:
- Terpasang Trakheostom no. 7, cuff 25mmHg, Tali kotor
darah kering
- Kemampuan batuk sedang (3)
- Produksi Sputum cukup menurun warna kuning sedikit
(4) - Terdapat Ronchi cukup menurun (4)
- Diameter 2mm/2mm
- Reflek cahaya +/+ sedang (3)
- Reflek neurologi cukup membaik (4)
A: Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi
Poin 1 – 5
Evaluasi Keperawatan
S: -
O:
- Kondisi kulit elastisitas cukup membaik