Disusun Oleh :
STIKES RUSTIDA
KRIKILAN-GLENMORE-BANYUWANGI
2022
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat
dan karunianya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN ANAK DENGAN BRONKOPNEUMONIA ”.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penulis telah
berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai
dengan baik dan oleh karenanya, penulis dengan rendah hati dengan tangan terbuka
menerima masukan, saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini.
Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca
dan teman-teman. Aamiin Ya Robbalaamin..
1) Suhu tubuh dapat naik sangat mendadak sampai 39-40ᵒC dan kadang
disertai kejang karena demam yang sangat tinggi.
3) Batuk tidak ditemukan pada permulaan penyakit, tetapi akan timbul setelah
beberapa hari.
5) Suara napas tambahan berupa ronchi basah yang nyaring halus atau sedang
4. Patofisiologi
Sebagian besar penyebab dari bronkopneumonia ialah mikroorganisme
(bakteri, jamur, virus) awalnya , mikroorganisme masuk melalui percikan dorplet
invasi ini masuk melalui saluran pernapasan atas dan menimbulkan reaksi
imunologis dari tubuh. Reaksi ini menyebabkan peradangan lalu tubuh
menyesuaikan diri sehingga timbullah gejala demam pada penderita. Peradangan
ini dapat menimbulkan secret, semakin lama secret menumpuk didalam bronkus
dan mengakibatkan bronkus semakin menjadi sempit dan pasien dapat merasa
sesak. Tidak hanya terkumpul dalam bronkus lama kelamaan secret dapat sampai
ke alveolus paru dan mengganggu system pertukaran gas di paru. Tidak hanya
menginfeksi saluran pernapasan bakteri ini juga dapat menginfeksi saluran cerna
Ketika ia terbawa aliran darah. Bakteri ini dapat membuat flora darah normal
dalam usus menjadi patogen sehingga menyebabkan GI.
Dalam keadaan sehat, pada paru tidak terjadi pertumbuhan mikroorganisme.
Keadaan ini disebabkan adanya mekanisme pertahanan paru, terdapatnya bakteri
didalam paru menunjukkan adanya gangguan daya tahan tubuh, sehingga
mikroorganisme berkembang biak dan dapat menimbulkan infeksi penyakit.
Masuknya mikroorganisme kedalam paru dapat melalui berbagai cara antara lain
inhalasi langsung melalui udara, aspirasi dari bahan-bahan yang ada dinasofaring
dan orofaring serta penyebaran secara hematogen (Nurarif dan Kusuma, 2013).
PATHWAY
Kuman terbawa ke
Kuman berlebih di saluran cerna Infeksi pada saluran
bronkus nafas atas
Defisit nutrisi
Gangguan defusi
fatigue
Terjadi hipoksia
(kelelahan)
6. Komplikasi
Komplikasi dari bronchopneumonia adalah :
a) Atelektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna atau kolaps paru
yang merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau reflek batuk hilang.
b) Empyema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalm rongga
pleura yang terdapat disatu tempat atau seluruh rongga pleura.
c) Abses paru adalah pengumpulan pus dala jaringan paru yang meradang.
d) Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
e) Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan keperawatan pada pasien bronchopneumonia pada anak terdiri dari 2
macam, yaitu penatalaksanaan umum dan penatalaksanaan khusus
1) Penatalaksanaan umum
2) Penatalaksanaan khusus
8. Pemeriksaan Penunjang
Untuk dapat menegakkan diagnose keperawatan dapat digunakan cara:
a) Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan darah
Pada kasus bronkopneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis
( meningkatnya jumlah neutrofil) ( Sandra M,Nettina 2011: 684).
2) Pemeriksaan sputum
Bahan pemeriksaan diperoleh dari batuk yang spontan dan dalam.
Digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis dan untuk kultur serta tes
sensifitas untuk mendeteksi agen infeksius
3) Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status asam
basa (Sandra M, Nettina, 2011 : 684).
4) Kultur darah untuk mendeteksi bakterimia.
5) Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk mendeteksi
antigen mikroba.
b) Pemeriksaan Radiologi
a. Rontgenogram thoraks
Menunujukan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada infeksi
pneumokokal atau klebsiella. Infilrate multiple seringkali dijumpai pada
infeksi stafilokokus dan haemofilus
b. Laringoskopi / bronkoskopi untuk menentukan apakah jalan nafas
tersumbat oleh benda padat (Sandra M, Nettina, 2011).
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
Identitas klien meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia muda).
Jenis klamin (banyak laki-laki karena sering ngebut-ngebutan dengan motor
tanpa memakai pengaman helm, Pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku
bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomor registrasi, diagnosis medis.
1 bulan BCG,Polio 1
9 bulan Campak
f. Riwayat Psikososial
2) Tanda –tanda vital ( TTV) yang meliputi : tekanan darah, nadi, dengan suhu
39-40 derajat celcius, respirasi.
3) Pemeriksaan Fisik
a) Pemeriksaan mata
Inspeksi : pada anak mata anak terlihat lebih cowong karena adanya
penurunan berat badan.
Palpasi : palpasi pada daerah mata untuk meraba apakah ada
benjolan atau nyeri tekan pada anak.
b) Pemeriksaan Hidung
Inspeksi : pada anak bronchopneumonia akan terlihat ada sianosis
pada area hidung, dan adanya pernafasan cuping hidung.
Palpasi : palpasi dilakukan untuk memastikan ada tidaknya oedema
dan nyeri tekan pada daerah hidung.
c) Pemeriksaan Mulut
Inspeksi : pada daerah mulut akan terlihat adanya sianosis, terlihat
lebih pucat,mukosa bibir yang tampak kering.
Palpasi : ada tidaknya oedema atau nyeri teka pada area mulut.
d) Pemeriksaan thorak
Inspeksi : melihat bentuk thorak normal atau tidak.
Palpasi : memastikan tidak ada nyeri tekan pada thorak.
e) Pemeriksaan paru
Inspeksi : retraksi dada, anak akan terlihat sulit bernafas.
Palpasi : ada atau tidaknya nyeri tekan
Perkusi : redup pada daerah yang terjadi konsolidasi, adanya
sputum.
Auskultasi : terdengar wheezing atau ronchi, takipnea,batuk
produktif
f) Pemeriksaan jantung
Pada pemeriksaan jantung klien bronchopneumonia akan terjadi
takikardi, irritability.
g) Pemeriksaan abdomen
inspeksi : bentuk abdomen simetris atau tidak, ada lesi atau tidak
pada area abdomen.
Auskultasi : auskultasi dilakukan untuk mengetahui bising usus.
Palpasi : ada atau tidaknya nyeri tekan pada abdomen.
Perkusi : suara normal timpani
h) Pemeriksaan integumen
Inspeksi : untuk mengetahui warna kulit, membrane mukosa kering,
adanya sianosis, tampak pucat.
Palpasi : akral hangat, ada atau tidaknya nyeri tekan.
i) Pemeriksaan ekstermitas
Pada klien bronchopneumonia terjadi penurunan tonus otot, merasa
lemah.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif
Definisi : ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan napas
untuk mempertahankan jalan napas tetap paten.
Penyebab :
Fisiologis
Situasional
1) Merokok aktif
2) Merokok Pasif
3) Terpajan polutan
Subjektif
(Tidak tersedia)
Objektif
1) Batuk tidk efektif
2) Tidak mampu batuk
3) Sputum berlebih
4) Mengi, wheezing dan ronkhi kering
5) Mekonium dan jalan napas
17
Gejala dan tanda minor
Subjektif
1) Dispnea
2) Sulit bicara
3) Ortopena
Objektif
1) Gelisah
2) Sianosis
3) Bunyi napas menurun
4) Frekuensi napas berubah
5) Pola napas berubah
(SDKI, DPP PPNI, 2016, hal. 18)
Penyebab :
Subyektif
1) Dispnea
Objektif
1) PCO2 meningkat/menurun
2) PO2 menurun
3) Takikardia
4) pH arteri meningkat/menurun
5) Bunyi napas tambahan
Subyektif
1) Pusing
2) Penglihatan Kabur
Objektif
1) Sianosis
2) Diaforesis
3) Gelisah
4) Napas cuping hidung
5) Pola napas abnormal (cepat/lambat, regular/ireguler, dalam/dangkal)
6) Warna kulit abnormal (mis. Pucat, kebiruan)
7) Kesadaran menurun
Definisi
Suhu tubuh meningkat di atas rentang normal tubuh
Penyebab
1) Dehidrasi
2) Terpapar lingkungan panas
3) Proses penyakit (mis. infeksi, kanker)
4) Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan
5) Peningkatan laju metabolisme
6) Respon trauma
7) Aktivitas berlebihan
8) Penggunaan inkubator
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
1) Kulit merah
2) Kejang
3) Takikardi
4) Takipnea
5) Kulit terasa hangat
Kondisi Klinis Terkait
1) Proses infeksi
2) Hipertiroid
3) Stroke
4) Dehidrasi
5) Trauma
6) Prematuritas (PPNI, 2017, hal. 284)
d. Defisit Nutrisi
Definisi
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
Penyebab
1) Ketidakmampuan menelan makanan
2) Ketidakmampuan mencerna makanan
3) Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
4) Peningkatan kebutuhan metabolisme
5) Faktor ekonomi (misalnya finansialtidak mencukupi)
6) Faktor psikologis (misalnya stress, keengganan untuk makan)
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
Subjektif
Objektif
1) Stroke
2) Cerebral palsy
3) Cleft lip
4) Cleft palate
5) Amytropic lateral sclerosis
6) Kerusakan neuomuskular
7) Luka bakar
8) Kanker
9) Infeksi
10) AIDS
11) Enterokolitis
12) Fibrous kistik. (PPNI, 2016, hal. 56)
e. Intoleran Aktivitas (PPNI T. P., 2016, p. 128)
Definisi : ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah mengkaji respon pasien terhadap standart atau kriteria yang
ditentukan oleh tujuan yang ingin dicapai. Penulisan pada tahap evaluasi proses
keperawatan yaitu terdapat jam melakukan tindakan, data perkembangan pasien
yang mengacu pada tujuan, keputusan apakah tujuan tercapai atau tidak, serta ada
tanda atau paraf. Kegiatan yang dilakukan meliputi menggunakan standart
keperawatan yang tepat, mengumpulkan dan mengorganisasi data,
membandingkan dengan kriteria dan menyimpulkan hasil yang kemudian ditulis
dalam daftar masalah.
DAFTAR PUSTAKA
Ainina, O. husna nur. (2020). Asuhan keperawatan anak bronchopneumonia dengan masalah
keperawatan hipertermia. Universitas Muhammadiyah Ponorogo.
Suriadi, Yuliani. 2011. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: CV Sagung Seto
Smeltzer, Suzanne. 2011. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Vol 1. Jakarta: EGC
PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan indikator diagnostik,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan kriteria hasil, Edisi 1.
Jakarta: DPP PPNI.