Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PASIEN ANAK DENGAN BRONKOPNEUMONIA DI Ruang Aster


RSD dr. SOEBANDI JEMBER

Disusun Oleh :

AFRILIATUS SHOLEHA (14.401.19.0001)

STIKES RUSTIDA

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

KRIKILAN-GLENMORE-BANYUWANGI

2022
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat
dan karunianya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN ANAK DENGAN BRONKOPNEUMONIA ”.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penulis telah
berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai
dengan baik dan oleh karenanya, penulis dengan rendah hati dengan tangan terbuka
menerima masukan, saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini.

Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca
dan teman-teman. Aamiin Ya Robbalaamin..

Jember, 06 Desember 2022


A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Bronchopneumoni merupakan salah satu jenis pneumonia yang memiliki pola
penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam
bronchi & meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya (Smeltzer &
Suzanne C, 2011 ).
Bronkopneumonia adalah peradangan paru yang disebabkan oleh bermacam-
macam etiologi jamur dan seperti bakteri, virus, dan benda asing
( Ngastiyah,2011).
Bronkopneumonia suatu cadangan pada parenkim paru yang meluas sampai
bronkioli atau dengan kata lain peradangan yang terjadi pada jaringan paru
melalui cara penyebaran langsung melalui saluran pernafasan atau melalui
hematogen sampai ke bronkus.(Riyadi sujono&Sukarmin,2012).
2. Etiologi
Umumnya individu yg terserang bronchopneumonia diakibatkan karena
adanya penurunan mekanisme pertahanan daya tahan tubuh terhadap virulensi
organisme patogen. Orang yg normal dan sehat mempunyai mekanisme
pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yg terdiri atas : reflek glotis & batuk,
adanya lapisan mukus, gerakan silia yg menggerakkan kuman ke arah keluar dari
organ, & sekresi humoral setempat.
Timbulnya bronchopneumonia biasanya disebabkan oleh virus,  jamur, protozoa,
bakteri, mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia. antara lain:
a) Virus : Legionella pneumoniae

b) Jamur : Aspergillus spesies, Candida albicans

c) Bakteri : Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella.

d) Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam paru-paru

e) Terjadi karena kongesti paru yang lama.


3. Tanda dan Gejala
Manifestasi klinis Bronchopneumonia

Menurut Rusdianti, (2019) manifestasi klinis bronchopneumonia yaitu :

1) Suhu tubuh dapat naik sangat mendadak sampai 39-40ᵒC dan kadang
disertai kejang karena demam yang sangat tinggi.

2) Gelisah, dispnea, pernapasan cepat dan dangkal, pernapasan cuping hidung


serta sianosis sekitar hidung dan mulut

3) Batuk tidak ditemukan pada permulaan penyakit, tetapi akan timbul setelah
beberapa hari.

4) Malaise, penurunan nafsu makan, kadang disertai muntah dan diare

5) Suara napas tambahan berupa ronchi basah yang nyaring halus atau sedang

6) Retraksi (penarikan dinding dada bagian bawah ke dalam saat bernafas


bersama dengan peningkatan frekuensi nafas) perkusi pekak, fremitus
melemah, suara nafas melemah dan ronchi.

4. Patofisiologi
Sebagian besar penyebab dari bronkopneumonia ialah mikroorganisme
(bakteri, jamur, virus) awalnya , mikroorganisme masuk melalui percikan dorplet
invasi ini masuk melalui saluran pernapasan atas dan menimbulkan reaksi
imunologis dari tubuh. Reaksi ini menyebabkan peradangan lalu tubuh
menyesuaikan diri sehingga timbullah gejala demam pada penderita. Peradangan
ini dapat menimbulkan secret, semakin lama secret menumpuk didalam bronkus
dan mengakibatkan bronkus semakin menjadi sempit dan pasien dapat merasa
sesak. Tidak hanya terkumpul dalam bronkus lama kelamaan secret dapat sampai
ke alveolus paru dan mengganggu system pertukaran gas di paru. Tidak hanya
menginfeksi saluran pernapasan bakteri ini juga dapat menginfeksi saluran cerna
Ketika ia terbawa aliran darah. Bakteri ini dapat membuat flora darah normal
dalam usus menjadi patogen sehingga menyebabkan GI.
Dalam keadaan sehat, pada paru tidak terjadi pertumbuhan mikroorganisme.
Keadaan ini disebabkan adanya mekanisme pertahanan paru, terdapatnya bakteri
didalam paru menunjukkan adanya gangguan daya tahan tubuh, sehingga
mikroorganisme berkembang biak dan dapat menimbulkan infeksi penyakit.
Masuknya mikroorganisme kedalam paru dapat melalui berbagai cara antara lain
inhalasi langsung melalui udara, aspirasi dari bahan-bahan yang ada dinasofaring
dan orofaring serta penyebaran secara hematogen (Nurarif dan Kusuma, 2013).
PATHWAY

Invasi saluran nafas atas

Kuman terbawa ke
Kuman berlebih di saluran cerna Infeksi pada saluran
bronkus nafas atas

Infesi saluran cerna


Akumulasi sekret di Terjadinya peradangan
bronkus
Adanya peningkatan
flora
Suhu tubuh meningkat
Bersihan jalan nafas
tidak efektif
Peristaltik usus
meningkat Hipertermia

Malabsorbsi Dilatasi pembuluh darah

Frekuensi BAB > 3X


sehari Eksudet masuk ke dalam
alveoli

Defisit nutrisi
Gangguan defusi

Suplai O2 dalam darah


menurun

fatigue
Terjadi hipoksia
(kelelahan)

Intoleransi Gangguan pertukaran


aktivitas gas
5. Klasifikasi
Berikut merupakan klasifikasi pneumonia :
a) Community Acquired Pneunomia dimulai juga sebagai penyakit pernafasan
umum & dapat berkembang menjadi sebuah pneumonia. Pneumonia
Streptococal ialah suatu  organisme penyebab umum. Tipe pneumonia ini
umumnya menimpa kalangan anak-anak atau kalangan orang lanjut usia.
b) Hospital Acquired Pneumonia dikenal juga sebagai pneumonia nosokomial.
Organisme seperti ini ialah suatu  aeruginisa pseudomonas. Klibseilla /
aureus stapilococcus, ialah bakteri umum penyebab hospital acquired
pneumonia.
c) Lobar & Bronkopneumonia dikategorikan berdasarkan lokasi anatomi
infeksi. Saat Ini ini pneumonia diklasifikasikan berdasarkan organisme,
bukan cuma menurut lokasi anatominya.
d) Pneumonia viral, bakterial & fungi dikategorikan berdasarkan dari agen
penyebabnya, kultur sensifitas dilakukan untuk dapat mengidentifikasikan
organisme perusak.( Reeves, 2011).

Bronchopneumonia terdapat empat stadium yaitu :


a) Stadium I (4-12 jam pertama atau muncul kongestif)
Yaitu hyperemia yang mengacu pada respon peradangan permulaan
berlangsung pada daerah baru yang sudah terinfeksi. Hal ini ditandai dengan
peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi.
b) Stadium II (48 jam berikutnya)
Disebut hipetisasi merah, hal ini terjadi sewaktu alveolus yang terisi oleh sel
darah merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu sebagai bagian
dari reaksi peradangan. Lobus yang terkena akan menjadi padat oleh karena
adanya penumpukan leukosit, eritrosit, dan cairan. Sehingga warna paru akan
menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar, pada stadium ini udara yang
berada di alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak-anak akan
bertambah sesak, stadium ini akan berlangsung sangat singkat, yaitu selama
48 jam.
c) Stadium III ( 3-8 hari berikutnya)
Pada stadium ini disebut hepatisasi kelabu, yang terjadi sewaktu sel-sel darah
putih mengkolonisasi darah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin
terakumulasi diseluruh daerah yang mengalami cidera dan terjadi fagositosis
sisa-sisa sel. Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai direabsorbsi, lobus
masih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi
pucat kelabu dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti.
d) Stadium IV ( 7-11 hari berikutnya)
Pada stadium ini disebut juga dengan stadium resolusi, yang terjadi sewaktu
respon imun dan peradangan sudah mulai mereda, sisa-sisa sel fibrin dan
eksudat lisis dan diabsorbsi oleh mikrofag sehingga jaringan akan kembali ke
struktur semula (Ainina, 2020).

6. Komplikasi
Komplikasi dari bronchopneumonia adalah :
a) Atelektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna atau kolaps paru
yang merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau reflek batuk hilang.
b) Empyema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalm rongga
pleura yang terdapat disatu tempat atau seluruh rongga pleura.
c) Abses paru adalah pengumpulan pus dala jaringan paru yang meradang.
d) Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
e) Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.

7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan keperawatan pada pasien bronchopneumonia pada anak terdiri dari 2
macam, yaitu penatalaksanaan umum dan penatalaksanaan khusus
1) Penatalaksanaan umum

1) Pemberian oksigen lembab 2-4 L/menit sampai sesak nafas hilang


atau berkurang.
2) Pemasangan infuse untuk dehidrasi dan koreksi elektrolit.

3) Asidosis diatasi dengan pemberian birkarbonat intravena.

4) Latihan batuk efektif dan fisioterapi paru.


5) Pertahankan kebutuhan cairan.

6) Pemberian nutrisi yang adekuat.

2) Penatalaksanaan khusus

1) Mukolitik, eksepektoran dan obat penurun panas sebaiknya tidak


diberikan 72 jam pertama karena akan mengaburkan interpretasi reaksi
antibiotik awal.

2) Obat penurun panas diberikan hanya pada penderita dengan suhu


tinggi, takikardi, atau penderita dengan kelainan jantung.
3) Pemberian antibiotika berdasarkan mikroorganisme penyebab dan
manifestasi klinis. Pneumonia ringan diberikan amoksilin 10-
25mg/kgBB/dosis (diwilayah dengan angka resistensi penisilin tinggi
dosis dapat dinaikan menjadi 80- 90mg/kgBB/hari).

8. Pemeriksaan Penunjang
Untuk dapat menegakkan diagnose keperawatan dapat digunakan cara:
a) Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan darah
Pada kasus bronkopneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis
( meningkatnya jumlah neutrofil) ( Sandra M,Nettina 2011: 684).
2) Pemeriksaan sputum
Bahan pemeriksaan diperoleh dari batuk yang spontan dan dalam.
Digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis dan untuk kultur serta tes
sensifitas untuk mendeteksi agen infeksius
3) Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status asam
basa (Sandra M, Nettina, 2011 : 684).
4) Kultur darah untuk mendeteksi bakterimia.
5) Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk mendeteksi
antigen mikroba.
b) Pemeriksaan Radiologi
a. Rontgenogram thoraks
Menunujukan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada infeksi
pneumokokal atau klebsiella. Infilrate multiple seringkali dijumpai pada
infeksi stafilokokus dan haemofilus
b. Laringoskopi / bronkoskopi untuk menentukan apakah jalan nafas
tersumbat oleh benda padat (Sandra M, Nettina, 2011).
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas

Identitas klien meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia muda).
Jenis klamin (banyak laki-laki karena sering ngebut-ngebutan dengan motor
tanpa memakai pengaman helm, Pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku
bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomor registrasi, diagnosis medis.

b. Status Kesehatan Saat Ini


1) Keluhan utama
Saat dikaji biasanya penderita bronchopneumonia akan mengeluh sesak
nafas, disertai batuk ada secret tidak bisa keluar.
2) Riwayat penyakit sekarang
Penyakit bronchitis mulai dirasakan saat penderita mengalami batuk
menetap dengan produksi sputum setiap hari terutama pada saat bangun
pagi selama minimum 3 bulan berturut-turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun
produksi sputum (hijau, putih/ kuning) dan banyak sekali. Penderita
biasanya menggunakan otot bantu pernfasan, dada terlihat hiperinflasi
dengan peninggian diameter AP, bunyi nnafas krekels, warna kulit pucat
dengan sianosis bibir, dasar kuku.

c. Riwayat Kesehatan terdahulu


1) Riwayat penyakit dahulu
Biasanya penderita bronchopneumonia sebelumnya belum pernah
menderita kasus yang sama tetapi mereka mempunyai riwayat penyakit
yang dapat memicu terjadinya bronchopneumonia yaitu riwayat merokok,
terpaan polusi kima dalam jangka panjang misalnya debu/ asap.
2) Riwayat penyakit keluarga
Biasanya penyakit bronchopneumonia dalam keluarga bukan merupakan
faktor keturunan tetapi kebiasaan atau pola hidup yang tidak sehat seperti
merokok.
d. Riwayat Imunisasi
Jadwal pemberian imunisasi dasar (Arfiana & Lusiana, 2016)

Tabel 2.2 Riwayat Imunisasi

Umur bayi Jenis imunisasi

0 bulan Hepatitis B (Hb) 0

1 bulan BCG,Polio 1

2 bulan DPT-HB-HiB 1, polio 2

3 bulan DPT-HB-HiB 2,polio 3

4 bulan DPT-HB-HiB 3,POLIO 4

9 bulan Campak

e. Riwayat perkembangan dan pertumbuhan


Pada tingkat perkembangan toleransi atau kemampuan memahami tindakan
mekanisme koping, pengalaman berpisah dari keluarga atau orangtua bisa
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak secara psikogolis.
1) Perkembangan
a) Anak akan merasa lemas dan tidak dapat beraktivitas seperti biasanya.
b) Anak akan merasa mudah bosan karena tidak dapat beraktivitas.
c) Anak pasti akan memiliki keinginan untuk sembuh biasanya.
2) Pertumbuhan untuk nutrisi

a) A (Antropometri) meliputi BB,TB,LILA, LD, IMT). Kecenderungan


berat badan anak akan mengalami penurunan karena anak akan
mengalami anorexia,mual,muntah.
b) B (Biochemical) meliputi data laboratorium yang abnormal menurut
(Behrman, Kliegman, & Arvin, 2012) angka sel darah putih (leukosit)
biasanya naik 15.000-40.000 sel/mm. Kadar Hb biasanya normal atau
hanya sedikit mengalami penurunan, sampel darah arteri biasanya
menunjukan hipoksia atau hiperkapnia.
c) C (Clinical) meliputi tanda-tanda klinis rambut, turgor kulit, mukosa
bibir, conjungtiva anemis atau tidak.

1) Warna kulit tampak pucat


2) Terjadi sianosis
3) Suhu anak biasanya mencapai 38-40° celcius
4) Turgor kulit menurun karena dehidrasi.
d) D (Diet) meliputi nafsu makan, jenis, frekuensi makanan yang diberikan
selama sakit. Anak bronchopneumonia biasanya mengalami anorexia
(akibat respon sistemik melalui control saraf pusat) mual, muntah karena
adanya peningkatan rangsangan gester sebagai dampak peningkatan toksik
metabolism.

f. Riwayat Psikososial

1) Persepsi dan harapan klien terhadap masalahnya


Sesuai dengan tahap perkembanganya anak akan merasa takut dan
menangis.
2) Persepsi dan harapan keluarga terhadap masalah klien
Keluarga klien untuk kesehatan dan kesembuhan pada klien.
3) Pola interasksi dan komunikasi
Klien tidak dapat berinteraksi dan berkomunikasi seperti biasanya, klien
akan merasa lemas.
4) Pola nilai dan kepercayaan klien anak biasanya akan lebih sering
menangis dan merasa lemas
5) Pengkajian konsep diri
1) Harga diri : anak biasanya akan selalu mendapat perhatian penuh dari
orangtua atau keluarga.
2) Ideal diri : anak yang mempunyai penyakit seperti akan merasa ingin
cepat sembuh dan beraktivitas kembali,
3) Identitas diri : anak adalah seorang anak yang masih dalam
perlindungan dan pengawasan orangtua maupun keluarga.
4) Gambaran diri : seorang anak akan merasa bosan saat tidak bisa
bermain dan beraktivitas seperti biasanya.
5) Peran diri : klien adalah seorang anak yang masih dalam perlindungan
orangtua atau keluarga
g. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Keadaan umum klien adalah keadaan yang paling umum terjadi pada klien
yang meliputi keadaan klien baik,lemah,atau sedang.

2) Tanda –tanda vital ( TTV) yang meliputi : tekanan darah, nadi, dengan suhu
39-40 derajat celcius, respirasi.

3) Pemeriksaan Fisik
a) Pemeriksaan mata
Inspeksi : pada anak mata anak terlihat lebih cowong karena adanya
penurunan berat badan.
Palpasi : palpasi pada daerah mata untuk meraba apakah ada
benjolan atau nyeri tekan pada anak.

b) Pemeriksaan Hidung
Inspeksi : pada anak bronchopneumonia akan terlihat ada sianosis
pada area hidung, dan adanya pernafasan cuping hidung.
Palpasi : palpasi dilakukan untuk memastikan ada tidaknya oedema
dan nyeri tekan pada daerah hidung.

c) Pemeriksaan Mulut
Inspeksi : pada daerah mulut akan terlihat adanya sianosis, terlihat
lebih pucat,mukosa bibir yang tampak kering.
Palpasi : ada tidaknya oedema atau nyeri teka pada area mulut.

d) Pemeriksaan thorak
Inspeksi : melihat bentuk thorak normal atau tidak.
Palpasi : memastikan tidak ada nyeri tekan pada thorak.

e) Pemeriksaan paru
Inspeksi : retraksi dada, anak akan terlihat sulit bernafas.
Palpasi : ada atau tidaknya nyeri tekan
Perkusi : redup pada daerah yang terjadi konsolidasi, adanya
sputum.
Auskultasi : terdengar wheezing atau ronchi, takipnea,batuk
produktif
f) Pemeriksaan jantung
Pada pemeriksaan jantung klien bronchopneumonia akan terjadi
takikardi, irritability.

g) Pemeriksaan abdomen
inspeksi : bentuk abdomen simetris atau tidak, ada lesi atau tidak
pada area abdomen.
Auskultasi : auskultasi dilakukan untuk mengetahui bising usus.
Palpasi : ada atau tidaknya nyeri tekan pada abdomen.
Perkusi : suara normal timpani

h) Pemeriksaan integumen
Inspeksi : untuk mengetahui warna kulit, membrane mukosa kering,
adanya sianosis, tampak pucat.
Palpasi : akral hangat, ada atau tidaknya nyeri tekan.

i) Pemeriksaan ekstermitas
Pada klien bronchopneumonia terjadi penurunan tonus otot, merasa
lemah.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif
Definisi : ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan napas
untuk mempertahankan jalan napas tetap paten.

Penyebab :
Fisiologis

1) Spasme jalan napas


2) Hipersekresi jalan napas
3) Disfungsi neuromuskuler
4) Benda asing dalam jalan napas
5) Adanya jalan napas buatan
6) Sekresi yang tertahan
7) Hiperplasia dinding jalan napas
8) Proses infeksi
9) Respon alergi
10) Efek agen farmakologis

Situasional

1) Merokok aktif
2) Merokok Pasif
3) Terpajan polutan

Gejala dan tanda mayor

Subjektif
(Tidak tersedia)
Objektif
1) Batuk tidk efektif
2) Tidak mampu batuk
3) Sputum berlebih
4) Mengi, wheezing dan ronkhi kering
5) Mekonium dan jalan napas

17
Gejala dan tanda minor
Subjektif
1) Dispnea
2) Sulit bicara
3) Ortopena
Objektif
1) Gelisah
2) Sianosis
3) Bunyi napas menurun
4) Frekuensi napas berubah
5) Pola napas berubah
(SDKI, DPP PPNI, 2016, hal. 18)

b. Gangguan Pertukaran Gas


Definisi : Kelebihan atau kekurangan oksigenasi dan/atau eleminasi
karbondioksida pada membran alveolar – kapiler.

Penyebab :

1) Ketidak seimbangan ventilasi – perfusi


2) Perubahan membran alveolus – kapiler

Gejala dan tanda mayor :

Subyektif

1) Dispnea

Objektif

1) PCO2 meningkat/menurun
2) PO2 menurun
3) Takikardia
4) pH arteri meningkat/menurun
5) Bunyi napas tambahan

Gejala dan Tanda Mayor

Subyektif

1) Pusing
2) Penglihatan Kabur

Objektif

1) Sianosis
2) Diaforesis
3) Gelisah
4) Napas cuping hidung
5) Pola napas abnormal (cepat/lambat, regular/ireguler, dalam/dangkal)
6) Warna kulit abnormal (mis. Pucat, kebiruan)
7) Kesadaran menurun

Kondisi Klinis Terkait

1) Penyakit paru obstruksi kronis (PPOK)


2) Gagal jantung kongestif
3) Asma
4) Pneumonia
5) Tuberculosis paru
6) Penyakit membran hialin
7) Asfiksia
8) Persistent pulmonary hypertension of newborn (PPHN)
9) Prematuritas
10) Infeksi saluran nafas. (PPNI, 2016, hal. 22).
c. Hipertermi

Definisi
Suhu tubuh meningkat di atas rentang normal tubuh

Penyebab
1) Dehidrasi
2) Terpapar lingkungan panas
3) Proses penyakit (mis. infeksi, kanker)
4) Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan
5) Peningkatan laju metabolisme
6) Respon trauma
7) Aktivitas berlebihan
8) Penggunaan inkubator

Gejala dan Tanda Mayor


Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
1) Suhu tubuh diatas nilai normal

Gejala dan Tanda Minor

Subjektif

(tidak tersedia)

Objektif

1) Kulit merah
2) Kejang
3) Takikardi
4) Takipnea
5) Kulit terasa hangat
Kondisi Klinis Terkait

1) Proses infeksi
2) Hipertiroid
3) Stroke
4) Dehidrasi
5) Trauma
6) Prematuritas (PPNI, 2017, hal. 284)

d. Defisit Nutrisi

Definisi
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme

Penyebab
1) Ketidakmampuan menelan makanan
2) Ketidakmampuan mencerna makanan
3) Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
4) Peningkatan kebutuhan metabolisme
5) Faktor ekonomi (misalnya finansialtidak mencukupi)
6) Faktor psikologis (misalnya stress, keengganan untuk makan)

Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif
(tidak tersedia)

Objektif

1) Berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal


Gejala dan Tanda Minor

Subjektif

1) Cepat kenyang setelah makan


2) Kram/nyeri abdomen
3) Nafsu makan menurun

Objektif

1) Bising usus hiperaktif


2) Otot pengunyah lemah
3) Otot menelan lemah
4) Membran mukosa pucat
5) Sariawan
6) Serum albumin turun
7) Rambut rontok berlebihan
8) Diare

Kondisi Klinis Terkait

1) Stroke
2) Cerebral palsy
3) Cleft lip
4) Cleft palate
5) Amytropic lateral sclerosis
6) Kerusakan neuomuskular
7) Luka bakar
8) Kanker
9) Infeksi
10) AIDS
11) Enterokolitis
12) Fibrous kistik. (PPNI, 2016, hal. 56)
e. Intoleran Aktivitas (PPNI T. P., 2016, p. 128)
Definisi : ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari.

Penyebab : Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, Tirah


baring, Klemahan, Imobilitas, Gay hidup monoton

Gejala dan Tanda Mayor


Subjektif
1) Mengeluh lelah
Objektif
1) Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat

Gejala dan Tanda Minor


Subjektif
1) Dispnea saat/setelah aktivitas, Merasa lemah
Objektif
1) Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat, Gambaran EKG
menunjukkan aritmia saat/setelah aktivitas, Gambaran EKG menunjukkan
iskemia, Sianosis

Kondisi Klinis Terkait


1) Anemia
2) Gagal jantung kongestif
3) Penyakit jantung coroner
4) Penyakit katup jantung.
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi (SIKI)
(SDKI) Hasil (SLKI)
Bersihan jalan napas tidak Setelah dilakukan Manajemen jalan napas
efektif tindakan keperawatan Observasi :
diharapkan bersihan  Monitor bunyi napas
jalan napas meningkat tambahan (gurgling,
kriteria hasil : wheezing, ronchi)
1. produsksi sputum  Monitor sputum (jumlah,
menurun warna, aroma)
2. mengi menurun Teraupetik
3. wheezing menurun  Posisikan semi fowler atau
4. dispnea menurun fowler
5. gelisah menurun  Berikan minum hangat
6. frekuensi napas  Lakukan fisioterapi dada,
membaik jika perlu
 Lakukan penghispaan lendir
kurang dari 15 detik
 Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
 Anjurkan asupan airan 2000
ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
 Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik jika perlu
Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan Pemantauan respirasi
tindakan keperawatan, Observasi :
diharapkan pertukaran  Monitor frekuensi, irama,
gas membaik kedalaman dan upaya napas
Kriteria hasil :  Monitor pola napas
1. Dispnea menurun (bradipnea, takipnea, dll)
2. Bunyi napas  Monitor adanya produksi
tambahan menurun sputum
3. PCO2 membaik  Monitor adanya sumbatan
4. PO2 membaik jalan napas
5. Takikardi  Monitor kesimetrisan
membaik ekspensi paru
6. Ph Arteri membaik  Auskultasi bunyi napas
 Monitor saturasi oksigen
Teraupetik
 Atur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi
pasien
 Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
 Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
 Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
Defisit nutrisi Tujuan : Manajemen nutrisi
Setelah dilakukan Observasi :
tindakan keperawatan  Identifikasi status nutrisi
diharapkan status  Identifikasi alergi dan
nutrisi membaik intoleransi makanan
Kriteria Hasil :  Identifikasi perlunya
1. Porsi makan yang penggunaan selang
dihabiskan nasogastrik
meningkat  Monitor asupan makanan
2. Berat badan atau  Monitor berat badan
IMT membaik
Teraupetik
3. Frekuensi makan
 Lakukan oral hygiene
membaik
4. Nafsu makan sebelum makan, jika perlu
membaik  Sajian makanan secara
5. Perasaan cepat menarik dan suhu yang
kenyang menurun sesuai
 Hentikan pemberian
makanan melalui selang
nasogastrik jika asupan oral
dapat ditoleransi
Edukasi
 Anjuran posisi duduk jika
mampu
Hipertemia Setelah dilakukan Manajemen Hipertermia
tindakan keperawatan, Observasi
diharapkan  Identifikasi penyebab
termoregulasi pasien hipertermia
membaik  Monitor suhu tubuh
Kriteria hasil :  Monitor kadar elektrolit
1. Menggigil menurun  Monitor keluaran urine
2. Suhu tubuh  Monitor komplikasi akibat
membaik hipertermia
3. Suhu kulit
Terapautik
membaik
 Sediakan lingkungan yang
dingin
 Longgarkan atau lepaskan
pakaian
 Basahi dan kipasi permukaan
tubuh
 Berikan cairan oral
 Ganti linen setiap hari atau
lebih sering jika mengalami
hiperhidrosis (keringat
berlebih)
 Hindari pembrian antipiretik
atau aspirin
 Berikan oksigen, bila perlu
Edukasi
 Anjurkan klien untuk tirah
baring
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian cairan
dan elektrolit intravena
Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan Pemantauan elektrolit
tindakan keperawatan, Observasi
diharapkan aktivitas  Identifikasi gangguan fungsi
sehari-hari pasien tubuh yang mengakibatkan
membaik kelelahan
Kriteria hasil :  Monitor kelelahan fisik dan
1. Frekuensi nadi emosional
meningkat Teraupetik
2. Tidak mengeluh  Sediakan lingkungan rendah
lelah stimulus
3. Tidak merasa  Berikan aktivitas distraksi
lemah yang menenangkan
4. Tidak terjadi Edukasi
dispnea saat  Anjurkan tirah baring
aktivitas maupun  Anjurkan menghubungi
setelah beraktivitas perawat jika tanda dan gejala
kelelahan tidak berkurang
Kolaborasi
 Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan
4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah melaksanakan tindakan keperawatan
berdasarkan asuhan keperawatan yang telah disusun. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam melaksanakan tindakan keperawatan yaitu mengamati keadaan
bio-psiko-sosio-spiritual pasien, sesuai dengan waktu yang telah ditentukan,
mencuci tangan sebelum dan sesudah melaksanakan kegiatan atau tindakan,
menerapkan etika keperawatan serta mengutamakan kenyamanan dan keselamatan
pasien. Kegiatan yang dilakukan meliputi, melihat data dasar, mempelajari
rencana, menyesuaikan rencana, menentukan kebutuhan bantuan, melaksanakan
tindakan keperawatan sesuai rencana yang telah disusun, analisa umpan balik,
mengkomunikasikan hasil asuhan keperawatan.

5. Evaluasi
Evaluasi adalah mengkaji respon pasien terhadap standart atau kriteria yang
ditentukan oleh tujuan yang ingin dicapai. Penulisan pada tahap evaluasi proses
keperawatan yaitu terdapat jam melakukan tindakan, data perkembangan pasien
yang mengacu pada tujuan, keputusan apakah tujuan tercapai atau tidak, serta ada
tanda atau paraf. Kegiatan yang dilakukan meliputi menggunakan standart
keperawatan yang tepat, mengumpulkan dan mengorganisasi data,
membandingkan dengan kriteria dan menyimpulkan hasil yang kemudian ditulis
dalam daftar masalah.
DAFTAR PUSTAKA
Ainina, O. husna nur. (2020). Asuhan keperawatan anak bronchopneumonia dengan masalah
keperawatan hipertermia. Universitas Muhammadiyah Ponorogo.

Rusdianti, H. (2019). Asuhan Keperawatan Bronkopneumonia pada An.At dan An. Ab di


Ruang Bougenville RSUD dr. Haryoto Kabupaten Lumajang Tahun 2019. 1–101.

Suriadi, Yuliani. 2011. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: CV Sagung Seto
Smeltzer, Suzanne. 2011. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Vol 1. Jakarta: EGC
PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan indikator diagnostik,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan tindakan


keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan kriteria hasil, Edisi 1.
Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai