Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

KEPERAWATAN ANAK
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK
HYDROCEPHALUS

Disusun Oleh :
KELOMPOK 6

Nama Anggota :
Anes Tasya Fortuna Dewi (211447206)
Muhammad Afandi (211447214)
Shela Anugrah Pratiwi (211447225)
Tessa Melynda (211447234)

PRODI DIII KEPERAWATAN BELITUNG


POLTEKKES KEMENKKES PANGKALPINANG
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyusun makalah yang berjudul “ Asuhan
Keperawatan Pada Anak hydrochpalus “ dengan baik.
Makalah ini kami susun dengan semaksimal mungkin dan mendapat bantuan dari
berbagai pihak, sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah yang kami buat. Untuk itu
kami mengucapkan terima kasih atas bimbingan dari semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi kalimat,
maupun dalam segi penyusunan.Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari dosen
mata kuliah yang bersangkutan dan rekan-rekan semuanya, sangat kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini dan makalah selanjutnya.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini memberikan manfaat maupun inspirasi
untuk kita semua.

Tanjungpandan, Januari 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................................1
KATA PENGANTAR...........................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................4
1.1 Latar Belakang......................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................................4
1.3 Tujuan...................................................................................................................................4
1.4 Manfaat.................................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................../...........5
2.1 Definisi Hidrosefalus............................................................................................................5
2.2 Anatomi Fisiologi System.....................................................................................................6
2.3 Etiologi..................................................................................................................................7
2.4 Manifestasi Klinis.................................................................................................................8
2.5 Klasifikasi..............................................................................................................................9
2.6 Patofisiologi.........................................................................................................................10
2.7 Pathway................................................................................................................................11
2.8 Penatalaksaan.......................................................................................................................12.
BAB III KONSEP DASAR KEPERAWATAN...................................................................13
3.1 Kasus........................................................................................................................,............14
3.2 Pengkajian........................................................................................................................14-20
3.3 Diagnosa Keperawatan..........................................................................................................21
3.4 Perencanaan.....................................................................................................................22-29
3.5 Evaluasi............................................................................................................................30-32
BAB IV PENUTUP..............................................................................................................33
4.1 Kesimpulan...........................................................................................................................33
4.2 Saran.....................................................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................34
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hidrosefalus merupakan masalah kesehatan yang berpengaruh terhadap sistem pernafasan
(neurobehaviour). Penanganan hidrosefalus masuk pada kategori “live saving and live
sustaining” yang berarti penyakit ini memerlukan diagnosis dini yang dilanjutkan dengan
tindakan bedah secepatnya. Keterlambatan akan menyebabkan kecacatan dan kematian
sehingga prinsip pengobatan hidrosefalus harus terpenuhi. Hodrosefalus adalah keadaan
patologik otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinal (CSS) dan adanya
tekanan intrakranial (TIK) yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat
mengeluarkan likuor.

1.2 Rumusan Masalah


1) Apa definisi penyakit hydrocephalus?
2) Apa anatomi fisiologis sistem dari penyakit hydrocephalus?
3) Apa saja etiologic penyakit hydrocephalus?
4) Apa saja klasifikasi penyakit hydrocephalus?
5) Apa saja patofisiologi penyakit hydrocephalus?
6) Apa saja pathway penyakit hydrocephalus?
7) Apa saja penatalaksanaan medis penyakit hydrocephalus?

1.3 Tujuan
Penulis mampu memperoleh pelayanan nyata dalam melakukan proses keperawatan dan
mampu memberikan asuhan keperawatan secara langsung kepada anak yang terkena
hidrosefalus.

1.4 Manfaat
1) Dapat mengetahui definisi penyakit hydrocephalus
2) Dapat mengetahui anatomi fisiologis sistem dari
Penyakit hydrocephalus
3) Dapat mengetahui etiologic penyakit hydrocephalus
4) Dapat mengetahui klasifikasi penyakit hydrocephalus
5) Dapat mengetahui patofisiologi penyakit hydrocephalus
6) Dapat mengetahui pathway penyakit hydrocephalus
7) Dapat mengetahui penatalaksanaan medis penyakit
hydrocephalus
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hidrosefalus


Hidrosefalus (kepala-air, istilah yang berasal dari bahasa Yunani: "hydro" yang berarti air dan
"cephalus" yang berarti kepala; sehingga kondisi ini sering dikenal dengan "kepala air")
adalah penyakit yang terjadi akibat gangguan aliran cairan di dalam otak (cairan serebro
spinal atau CSS)2,3. Gangguan itu menyebabkan cairan tersebut bertambah banyak yang
selanjutnya akan menekan jaringan otak di sekitarnya, khususnya pusat-pusat saraf yang viral.
Kelainan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya. Cairan serebrospinal dengan atau
pernah dengan tekanan iyang meninggi, Sehingga terdapat pelebaran ventrikel. Pelebaran
ventrikuler ini akibat ketidakseimbangan Antara produksi dan absorbsi cairan serebrospinal.
Hidrosefalus selalu bersifat sekunder, Sebagai akibat penyakit atau kerusakan otak. Adanya
kelainan-kelainan tersebut Menyebabkan kepala menjadi besar serta terjadi pelebaran sutura-
sutura dan ubun-ubun.

2.2 Anatomi Fisiologi System


TINJAUAN TEORITIS HIDROSEFALUS
2.1.1 Anatomi Dan Fisiologi Otak
Anatomi otak menurut Muttaqin (2008: 11) . “Otak merupakan organ paling mengagumkan
dari seluruh organ, otak terdiri dari jaringan otak dan medulla spinalis dilindungi oleh tulang
tengkorak dan tulang belakang, serta tiga lapisan jaringan penyambung atau meningen yaitu
piameter, araknoid dan piameter. Masing-masing merupakan suatu lapisan terpisah dan
kontinu, antara pia meter dan araknoid terdapat penghubung yang disebut trebekula”.
Otak terletak dalam cavum crani dan bersambung dengan medulla spinalis melalui foramen
magnum. Secara konvensional otak dibagi menjadi tiga bagian utama.Bagian-bagian tersebut
antara lain prosencephalon, mesencephalon, dan rhmbencephalon. Pembagian encephalon
adalah sebagai berikut:
2.1.1.1 Prosencephalon:otak depan
2.1.1.2 Telencephalon (cerebrum): otak kecil
2.1.1.3 Diencephalon:interbrain
2.1.1.4 Mesencephalo: otak tengah
2.1.1.5 Rhombencephalon:otak belakang
2.1.1.6 Metencephalon(otak belakang)
a. Pons
b. Cerebellum
2.1.1.7 Myelencephalon disebut Medulla Oblongata

Gambar 2.1 Anatomi Fisiologi Bagian Otak Manusia

Menurut Wahyu W (2008: 6) anatomi dan fisiologi otak terdiri dari :


1. Lapisan Otak(Meninges)
Otak dilindungi oleh tulang tengkorak serta dibungkus membran jaringan ikat yang disebut
meninges.Dimulai dari lapisan paling luar,berturut-turut terdapat dura mater, araknoid, dan
pia mater.
Dura mater adalah lapisan paling luar meningen. Merupakan lapisan ikat, kasar, membran
yang dua lapis, memisahkan serebellum dan batang otak dati hemisfere sereberal.
Arachnoid bentuknya seperti jaring laba-laba. Dan merupakan membran tengah yang tipis.
Pia mater merupakan lapisan meningeal paling dalam. Lapisan tipis dan merupakan
membrane vascular yang membungkus seluruh permukaan otak dan medulla spinalis.
2.Sereberum
Korteks sereberal terdiri dair sepasang lobus. Fissure longitudinal besar membagi menjadi
hemifare sereberal kanan dan kiri.
Lobus frontal merupakan daerah motorik utama.Lobus parietal sebagai kortek sensorik. Lobus
temporal sebagai integrasi somatic, auditorik dan daerah asosiasi visual. Lobus oksipitalis
merupakan daerah reseptif visual utama,yang memungkinkan untuk melihat
a. Diecepalon
Terdiri dari talamus yang berguna sebagai penerima dan meneruskan rangsang menuju
korteks sereberal. Epitalamus berhubungan dengan dan perkembangan.Hipotalamus berfungsi
sebagai regulasi fungsi homeostatic
b. Ganglia Basal
Berfungsi sebagai pengontrol motorik dari pergerakan tubuh yang halus
c. Kelenjar Pituitary
Pada dasar otak, didalam ruang tulang yang disebut dengan sella tursiak terdapat kelenjar
pituitary yang mensekresi 6 hormon
d. Serebellum
Terletak di fosterior yang berfungsi mengkoordinasikan keseimbangan pergerakan aktivitas
kelompok otot, juga mengontrol pergerakan halus.
e. Batang Otak
Batang otak terdiri dari: otak tengah, pons dan medulla oblonganta, berfungsi sebagai sebagai
tempat keluar nervus craniali, Pusat pernapasan, kardiovaskular、dan pencernaan, Pengaturan
reflaks otot yang berhubungan dengan kesembangan dan posnur. Penerima dan pengintregasi
input sinaptik dari medulla spinalis, aktivasi korteks cerebrum.

Gambar 2.2 Anatomi CSF

3.Pembentukan CSF
Normal CSF diproduksi +0,35 ml/menit atau 500 ml/hari dengan demikian CSF di perbaharui
setiap 8 jam. Pada anak dengan hidrosefalus, produksi CSF ternyata berkurang + 0, 30/ menit.
CSF di bentuk oleh PPA;
a. Plexus choroideus (yang merupakan bagian terbesar
b. Parenchym otak
c. Arachnoid
4.Sirkulasi CSF
Melalui pemeriksaan radio isotop, ternyata CSF mengalir dari tempat pembentuknya ke
tempat ke tempat absorpsinya. CSF mengalir dari II ventrikel lateralis melalui sepasang
foramen Monro ke dalam ventrikel III, dari sini melalui aquaductus Sylvius menuju ventrikel
IV. Melalui satu pasang foramen Lusckha CSF mengalir cerebello
10
Pontine dan cisterna prepontis. Cairan yang keluar dari foramen Magindie menuju cisterna
magna. Dari sini mengalir kesuperior dalam rongga subarachnoid spinalis dan ke cranial
menuju cisterna infra tentorial.Melalui cisterna di supratentorial dan kedua hemisfere cortex
cerebri. Sirkulasi berakhir di sinus Doramatis di mana terjadi absorbsi melalui villi arachnoid

2.3 Etiologi
Penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat pada bayi dan anak ialah :
1. Kelainan Bawaan (Kongenital)
kongenital lebih sering tidak diketahui penyebabnya. Hidrosefalus congenital ada yang
bersifat terkait kromosom X (X-linked hydrocephalus) sehingga hanya terjadi pada bayi laki-
laki, dengan kelainan anatomi yaitu stenosis aquaduktus. Ini adalah kelainan yang sangat
jarang terjadi, kurang dari 2% dari semua kasus hidrosefalus congenital. Kelainan kromoson
lain yang salah satu manifestasi klinisnya hidrosefalus adalah trisomi 21 dengan insidens
sekitar 4%.
a) akua duktus Sylvii
Stenosis akuaduktus Sylvii merupakan penyebab terbanyak pada hidrosefalus bayi dan anak
(60-90%). Aqueduktus dapat merupakan saluran yang buntu sama sekali ataua yaitu lebih
sempit dari biasa. Umumnya gejala hidrosefalus terlihat sejak lahit atau progresif dengan
cepat pada bulan-bulan pertama setelah kelahiran.

b) Spina bifida dan kranium bifida


Hidrosefalus padaelainan ini biasanya yang berhubungan dengan sindrom ArnouldJhiari
akibat tertariknya medulla spinalis dengan medulla oblongata dan cerebellum Letaknya lebih
rendah dan menutupi foramen magnum sehingga terjadi penyumbatan Sebagian atau total.
c) Sindrom Dandy-Walker
Merupakan atresia congenital Luscha dan Magendie yang menyebabkan hidrosefalus
Obtruktif dengan pelebaran system ventrikel terutama ventrikel IV, yang dapat sedemikian
Besarnya sehingga merupakan suatu kista yang besar di daerah fosa posterior
d) Kista araknoid dan anomali pembuluh darah
Dapat terjadi congenital tapi dapat juga timbul akibat trauma sekunder suatu hematoma.
2. Infeksi
Akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen sehingga dapat terjadi obliterasi ruangan
Subarahnoid. Pelebaran ventrikel pada fase akut meningitis purulenta terjadi bila aliran CSS
terganggu oleh obstruksi mekanik eksudat pirulen di aqueduktus sylviin atau system Basalis.
Hidrosefalus banyak terjadi pada klien pasca meningitis. Pembesaran kepala Dapat terjadi
beberapa minggu sampai beberapa bulan sesudah sembuh dari meningitis. Secara patologis
terlihat pelebaran jaringan piamater dan arahnoid sekitar sistem basalis Dan daerah lain. Pada
meningitis serosa tuberkulosa, perlekatan meningen terutama Terdapat di daerah basal sekitar
sistem kiasmatika dan interpendunkularis, sedangkan pada Meningitis purunlenta
lokasisasinya lebih tersebar. Penyebab lain infeksi adala Toxoplasmosis.
3. Neoplasma
Hidrosefalus oleh obstruksi mekanik yang dapat terjadi di setiap tempat aliran CSS.
Pengobatannya dalam hal ini di tujukan kepada penyebabnya dan apabila tumor tidak diAn
maka dapat di lakukan tindakan paliatif dengan mengalihkan CSS melalui saluran Buatan atau
pirau. Pada anak, penyumbatan ventrikel IV atau akuaduktus Sylvii biasanya Suatu glioma
yang berasal dari serebelum, penyumbatan bagian depan ventrikel III Disebabkan
kraniofaringioma.
4. Perdarahan
Perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak, dapat menyebabkan fibrosis
leptomeningen terutama pada daerah basal otak, selain penyumbatan yang terjadi akibat
organisasi dari darah itu sendiri.

2.4 Manifestasi Klinis


Tanda awal dan gejala hidrosefalus tergantung pada awitan dan derajat ketidak seimbangan
kapasitas produksi dan resorbsi CSS. Gejala-gejala yang menonjol merupakan refleksi adanya
hipertensi intrakranial. Manifestasi klinis ini dikelompokkan menjadi 2 golongan, yaitu :
1.Awitan hidrosefalus terjadi pada masa neonatus
Meliputi pembesaran kepala abnormal, gambaran tetap hidrosefalus kongnital dan pada
Masa bayi. Lingkaran kepala neonatus biasanya 35-40cm, dan pertumbuhan ukuran lin
Gkaran kepala terbesar adalah selama tahun pertama kehidupan.
2.Awitan hidrosefalus terjadi pada akhir masa kanak-kanak
Pembesaran kepala tidak bermakna, tetapi nyeri kepala sebagai manifestasi hipertensi
Ntrakarnial. Lokasi nyeri kepala tidak khas. Dapat disertai keluhan penglihatan ganda
(diplopia) dan jarang diikuti penurunan visus.
Adapun makrokrania biasanya disertai empat gejala hipertensi intrakranial lainnya yaitu :
-Fontanel anterior yang sangat tegang
-Sutura kranium tampak atau teraba melebar Kulit kepala licin mengkilap dan tampak vena-
vena superfsial menonjol
-Fenomena‘mataharitenggelam
Gejala hipertensi intrakranial lebih menonjol pada anak yang lebih besar dibandingkan
Dengan bayi. Proses ini pada tipe communicating dapat tertahan secara spontan atau dapat
Terus dengan menyebabkan atrofi optik, spasme ekstermitas, konvulsi, malnutrisi dan
Kematian, jika anak hidup maka akan terjadi retardasi mental dan fisik.
Adapun tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial yakni :
-Nyeri kepala
-Muntah
-Lethargi, lelah, apatis, perubahan personalitas
-Ketegangan dari satura cranial dapat terlihat pada Anak
-Penglihatan ganda
-Strabismus
-Perubahan pupil

2.5 Klasifikasi
Komplikasi sering terjadi karena pemasangan VP shunt adalah infeksi dan malfungsi yang
disebabkan oleh obstruksi mekanik atau perpindahan didalam ventrikel dari bahan-bahan
khusus (jaringan/eksudut) atau ujung distal dari thrombosis sebagai akibat dari pertumbuhan.
Obstruksi VP sering menunjjukan kegawatan dengan manifestasi klinis peningkatan TIK
yang lebih sering diikuti dengan status neurologis buruk.
Komplikasi yang sering terjadi adalah infeksi VP shunt. Infekai itu sering meliputi septik,
Endokarditis bacterial,infeksi luka, nefritis shunt, meningitis, dan ventrikulitis. Komplikasi
VP shunt yang serius lainnya adalah subdural hematoma yang disebabkan oleh reduksi yang
cepat pada tekanan trakranial dan ukurannya.

2.6 Patofisiologi
CSS yang dibentuk dalam sistem ventrikel oleh pleksus khoroidalis kembali ke dalam
Peredaran darah melalui kapiler dalam piamater dan arakhnoid yang meliputi seluruh susunan
Saraf pusat (SSP). Cairan likuor serebrospinalis terdapat dalam suatu sistem, yakni sistem
Internal dan sistem eksternal. Pada orang dewasa normal jumlah CSS 90-150 ml, anak umur
8-10 tahun 100-140 ml, bayi 40-60 ml, neonatus 20-30 ml dan prematur kecil 10-20 ml.
Cairan yang tertimbun dalam ventrikel 500-1500 ml. Aliran CSS normal ialah dari ventrikel
Lateralis melalui foramen monroe ke ventrikel III, dari tempat ini melalui saluran yang sempit
akuaduktus Sylvii ke ventrikel IV dan melalui foramen Luschka dan Magendie ke dalam
ruang subarakhnoid melalui sisterna magna. Penutupan sisterna basalis menyebabkan
gangguan kecepatan resorbsi CSS oleh sistem kapile.
Hidrosefalus secara teoritis terjadi sebagai akibat dari tiga mekanisme yaitu:
1. Produksi likuor yang berlebihan
2.Peningkatan resistensi aliran likuor
3.Peningkatan tekanan sinus venosa
4.Konsekuensi tiga mekanisme di atas adalah peningkatan tekanan intrakranial sebagai Upaya
mempertahankan keseimbangan sekresi dan absorbsi. Mekanisme terjadinya dilatasi Ventrikel
cukup rumit dan berlangsung berbeda-beda tiap saat selama perkembangan Hidrosefalus.
Dilatasi ini terjadi sebagai akibat dari:
5.Kompresi sistem serebrovaskuler.
6.Redistribusi dari likuor serebrospinalis atau cairan ekstraseluler. Perubahan mekanis dari
otak. Efek tekanan denyut likuor serebrospinalis Hilangnya jaringan otak. Pembesaran
volume tengkorak karena regangan abnormal sutura kranial Produksi likuor yang berlebihan
disebabkan tumor pleksus khoroid. Gangguan aliran Likuor merupakan awal dari kebanyakan
kasus hidrosefalus. Peningkatan resistensi yang Disebabkan gangguan aliran akan
meningkatkan tekanan likuor secara proporsional dalam Upaya mempertahankan resorbsi
yang seimbang.Peningkatan tekanan sinus vena mempunyai dua konsekuensi, yaitu
peningkatan Tekanan vena kortikal sehingga menyebabkan volume vaskuler intrakranial
bertambah dan Peningkatan tekanan intrakranial sampai batas yang dibutuhkan untuk
mempertahankan Aliran likuor terhadap tekanan sinus vena yang relatif tinggi. Konsekuensi
klinis dari Hipertensi vena ini tergantung dari komplians tengkorak.

2.7 Pathway
2.8 Penatalaksanaan
Terapi sementara
Terapi konservatif medikamentosa berguna untuk mengurangi cairan dari pleksus khoroid
(asetazolamid 100mg/kg BB/hari; furosemid 0,1 mg/kg BB/hari) dan hanya bisa diberikan
sementara saja atau tidak dalam jangka waktu yang lama karena berisiko menyebabkan
gangguan metabolik. Terapi ini direkomendasikan bagi pasien hidrosefalus ringan bayi dan
anak dan tidak di anjurkan untuk dilatasi ventrikular posthemarogik pada anak.
Operasi shunting
Sebagian besar pasien perlu memerlukan tindakan ini untuk membuat saluran baru anatara
aliran likuor (ventrikel atau
lumbar) dengan kavitas drainase (seperti peritoneum, atrium kanan, dan pleura).
BAB III
KONSEP DASAR KEPERAWATAN

Pengkajian dilakukan pada hari ......... tanggal 25/10/2018 jam 16.00 di ruang IRNA teratai
307

3.1 IDENTITAS DATA (KASUS)


Nama (inisial) : An. H
TTL : Jakarta 31 Mei 2015
Usia : 11 tahun
Pendidikan : Belum bersekolah
Alamat (asal kota) : Jl. Raya Jombang Bintaro
Agama : Islam
Nama Ayah (inisial): Tn. M
Nama Ibu (inisial) : Ny. E
Pekerjaan Ayah :Buruh harian
Pekerjaan Ibu : IRT
Pendidikan Ayah : SMA
Pendidikan Ibu : SMA
Alamat (asal kota) : Jl. Raya Jombang Bintaro
Agama : Islam
Suku / Bangsa :Melayu

KELUHAN UTAMA
Pasien muntah-muntah sejak 2 minggu SMRS

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


pasien datang dengan rujukan dari RS Sari Asih dengan muntah-muntah sejak 2
minggu SMRS. Keluhan didahului dengan adanya keluhan batuk pilek 2 minggu
sebelumnya. Keluhan batuk pilek juga disertai demam tidak tinggi. Keluhan membaik
setelah pasien dibawa berobat ke klinik dokter umum namun keluhan muntah tetap ada.
Menurut ibu pasien muntah seperti menyemprot setiap kali pasien coba diberi makan
atau minum. Pasien kemudian dirawat di RS Sari Asih. Saat dirawat ukuran kepala
pasien semakin membesar dan dilakukan CT Scan, didapatkan adanya peningkatan
cairan otak. Selain itu mata pasien juga menjadi juling. Pasien kemudian dirujuk ke
dokter spesialis anak di RS Fatmawati.. Pasien juga sempat mengalami kejang 2 kali
dengan bentuk kejang kelonjotan setelah mendengar suara bising. Pasien kejang selama
kurang lebih 5 menit dan tidak sadar. Pasien kemudian dilakukan tindakan pemasangan
VP-Shunt pada tanggal 23 Oktober 2018. Pasien sempat dirawat di PICU post operasi.
Saat berada di PICU pasien juga sempat 1 kali kejang dengan bentuk yang sama seperti
sebelumnya. Pemicu kejang juga suara bising.

RIWAYAT MASA LAMPAU


1. Prenatal ( keluhan sat hamil, ANC dmn, nutrisi, fultrm/pre/postmatur, kesehatan saat
hamil, Obat yang di minum )
-

2. Natal (tindakan persalinan, obat-obatan, tempat persalinan)


-

3. Postnatal ( kondisi kesehatan, APSGAR Scor, BBL, PBL )


Riwayat kelahiran pasien lahir dengan SC di Rumah Sakit karena Ketuban Pecah
Dini pada minggu 32. Pasien lahir dengan BB 2,4 Kg dan lahir kembar. Kuning,
kebiruan saat lahir disangkal. Gangguan kongenital saat lahir disangkal

No. 1, 2, 3 di tanyakan pada pasien yang masihkecil !


4. Penyakit waktu kecil ( diagnosa, Gejala, penanganan )
Pasien belum pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya. Riwayat alergi
disangkal. Riwayat kejang sebelumnya disangkal
5. Pernah dirawat dirumah sakit ( penyakit yang diderita, lama perawatan )
Tidak pernah
6. Obat-obatan yang digunakan (pernah/sedang digunakan, Jenis, dosis, alasan
pemakaian)
Tidak ada
7. Alergi ( pernah mengalami alergi makanan, sejak kapan, debu, dll )
Tidak ada
8. Kecelakaan ( jenis kecelakan, akibat, tindakan )
Tidak pernah
RIWAYAT KELUARGA
Dikeluarga tidak ada yang pernah mengalami keluhan serupa. Tidak ada juga anggota
keluarga yang menderita penyakit paru atau sedang dalam pengobatan paru.
RIWAYAT SOSIAL
1) Yang mengasuh dan alasannya
Yang mengasuh pasien adalah orang tua nya, karena pasien adalah anak nya
2) Pembawaan secara umum (periang pemalu, pendiam, kebiasaan lain : menghisap
jari)
Menurut ibu pasien pasien adalah anak yang aktif dan senang bermain dilingkungan
sekitar rumah
3) Lingkungan rumah ( berhubungan dengan kebersihan rumah, ventilasi )
Tetangga pasien ada yang sedang dalam pengobatan TB namun baru saja meninggal.
Di rumah pasien tidak ada yang merokok

KEADAAN KESEHATAN SAAT INI


Diagnosa Medis : Hidrosefalus ec Meningoensefalitis TB
Tindakan Operasi : Pemasangan PV Shunt
Obat – obatan :
Cara Indikasi & Dx.
No Tanggal Jenis Obat/ IV Fluid Dosis
Pemberian Medis
1. O2 nasal canul 4 ltr/mnt Dipasang
Mengurangi rasa
ke hidung
sesak
pasien
2. Kaen 1B 1400cc/24jam intravena Untuk mengganti
cairan dan elektrolit
3. 1x4 Tab Kombinasi Oral Mencegah perasaan
Dosis Tetap po mual muntah
4. Ondansentron 3x1,5 mg iv Intravena Untuk mengatasi
infeksi
5. Cefotaxim 2x550 mg iv Intarvena Untuk meredakan
nyeri, demam
6. Paracetamol drip 270 Intravena Untuk
mg/8jam iv mengendalikan
kejang
7. Fenitoin 3x30 mg iv Intravena
Obat antibiotik

8. Gentamicin 3x200 mg iv Intravena Untuk mengalami


penumpukan cairan
9. Asetazolamid 2x180 mg po Oral Mengurangi rasa
sesak

Tindakan Keperawatan :
Hasil Lab. :
PEMERIKSAAN LABORATORIUM :
TANGGAL 4/10/2018
PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN
HEMATOLOGI
Hemoglobin 12,7 g/dl 10,8 – 15,6
Hematokrit 38 % 35 – 43
Leukosit 15.500 /ul 6 6.000 – 17.000
Trombosit 324.000 /ul 217.000 – 497.000
Eritrosit 5,05 juta/ul 3,60 – 5,20
LED 31,0 0,0 – 10,0
HITUNG JENIS
Basofil Basofil 0 % 0 -1
Eosinofil 1% 1–5
Netrofil 70 % 25 – 60
Limfosit 20 % 25 – 50
Monosit 8% 1–6
Luc 1% <5
GDS 81 60-100
SERO IMUNOLOGI
CRP KUANTITATIF 1,0 <1,0
PCT KUANTITATIF <0,07 <0,05

TANGGAL 6/10/2018

PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN


ELEKTROLIT DARAH
NATRIUM 134 mmol/l 135-147
Kalium 3.70 mmol/ 3.10-5.10
Klorida 103 mmol/l 95-108
ANALISA GAS DARAH
pH 7,443 7.370-7.440
PCO2 27,6 mmHg 35.0-45.0
PO2 113,0 mmHg 83.0-108.0
BP 762,0
HCO3 18,5 mmol/L 21.0-28.0
O2 Saturasi 98,3 % 95.0-99.0
BE (Base Excess) -4,0 mmol/L 2.5-2.5
Total CO2 19,3 mmol/L 19.0-24.0

PEMERIKSAAN CT SCAN Tanggal 14 Oktober 2018

CT scan kepala tanpa dan dengan memakai kontras dengan hasil sebagai berikut : Jaringan
lunak ekstracalvaria dan calvaria masih memberikan bentuk dan densitas yang normal. Sulci
menyempit dan girus mendatar. Ventrikel lateralis kanan-kiri, 3, dan 4 melebar. Sisterna
ambiens dan basalis normal. Tampak lesi hiperdens, irregular di girus kedua hemisfer pasca
pemberian kontras. Tidak tampak lesi hipo/hiperdens di serebellum dan batang otak dengan
kontras tidak tampak penyangatan patologis. Tidak tampak pergeseran struktur garis tengah.
Kesimpulan :  Meningoensefalitis  Hidrosefalus  Udema serebri

PEMERIKSAAN RONTGEN THORAX

18 OKTOBER 2018
HASIL PEMERIKSAAN
- Cor : ukuran tidak membesar.
- Paru : tidak tampak infiltrat di kedua paru

3.2 PENGKAJIAN
1. Persepsi kesehatan dan pola management kesehatan
Status kesehatan anak sejak lahir, pemeriksaan kesehatan secara rutin, imunisasi,
apakah orang tua merokok, keluarga punya simpanan obat ?

2. Nutrisi – Pola metabolisme


Diberi ASI / PASI, jumlah, kekuatan menghisap, selera makan, makanan yang
disukai / tidak disukai, makanan tambahan, vit, kebiasaan makan. Alat, BBL, BB
saat ini.
Menurut ibu pasien saat sakit ini pasien muntah seperti menyemprot setiap kali
pasien dicoba diberi makan atau minum.

3. Pola Eliminasi
Pola defekasi dan eliminasi ( frekuensi, kebiasaan ), mengganti pakaian / popok
Tidak dikaji

4. Aktifitas – Pola latihan


Mandi ( kapan, bagaimana, menggunakan sabun / tidak ), kebersihan pakaian,
aktivitas sehari-hari, kemampuan mandiri ( mandi, makan, toilet, berpakaian ).
Tidak dikaji

5. Pola Istirahat – Tidur


Perkiraan jam, posisi tidur anak, gerakan tubuh, mampu bk, nocturia.
Tidak dikaji

6. Pola Kognitif – Persepsi


Respon bersuara, sentuhan, kemampuan anak untuk ungkapkan lapar, haus, dll.

7. Persepsi Diri – Pola Konsep Diri


Status mood ( irritable ), banyak teman / tidak.
Pasien senang bemain di lingkunganya

8. Pola Peran – Hubungan


Struktur keluarga, masalah dalam keluarga, intksi dengan keluarga, respon anak
dengan perpisahan.

9. Seksualitas
Perasaan sebagai laki-laki / perempuan ?
Pasien anak laki-laki yang aktif dan senang bermain

10. Koping – Pola Toleransi Stress


Penyebab stress anak, penanganannya ?
Tidak dikaji

11. Nilai – Pola Keyakinan


Perkembangan moral anak, keyakinan agama
Keluarga pasien memiliki keyakinan agama islam

PEMERIKSAAN FISIK
KU : sakit sedang
TTV :
S : 360C
N : 110x/ menit, regular, kuat angkat
RR :23x/menit, regular
TD :-
TB/BB :100 cm/ 18 kg
Lingkar kepala : Lingkar kepala : 57 cm (Z-Skor diatas 3)
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, ptosis -/-, raccoon eyes -/-,
posisi : eksotrofia, pergerakan baik ke semua arah, Bulat, isokor diameter 3 mm, RCL
+/+, RCTL +/+

Hidung : Kavum nasi lapang, deformitas (-)

Mulut : Tidak pucat, tidak sianosis


Telinga : Normotia, battle sign -/-

Leher : Trakea di tengah, KGB tidak teraba membesar

Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak

Palpasi : Ictus cordis tidak teraba,

Perkusi :-

Auskultasi : BJ I-II reguler, gallop (-), murmur (-)

Paru-paru:

Inspeksi : Pernapasan thorakoabdominal

Palpasi : pernapasan simetris dalam keadaan statis dan dinamis

Perkusi : sonor dikedua lapang paru

Auskultasi : Vesikuler (+/+), Ronki (-/-), wheezing (-/-)

Perut :

Inspeksi : tampak datar


Palpasi : Supel, datar , turgor baik

Perkusi : Timpani, di seluruh lapang abdomen

Auskultasi : Bising usus (+) normal

Punggung :

Genetalia : Dalam batas normal

Ekstremitas : Akral hangat, sianosis -, CRT <2detik, edema -

DATA FOKUS
Tanggal Pengkajian : 25/10/2018
Jam : 16.00
Nama Pasien : An. H
Diagnosa Medis : Hidrosefalus ec Meningoensefalitis TB

Data Subjektif :
- Pasien anak laki-laki berusia 3 tahun datang muntah-muntah sejak 2 minggu
SMRS.
- Keluhan didahului dengan adanya keluhan batuk pilek yang disertai demam
tidak tinggi 2 minggu sebelumnya.
- Keluhan batuk pilek membaik setelah pasien berobat ke klinik namun keluhan
muntah tetap ada.
- Menurut ibu pasien muntah seperti menyemprot setiap kali pasien dicoba diberi
makan atau minum.
- Pasien sebelumnya dirawat di RS Sari Asih. Saat dirawat ukuran kepala pasien
semakin membesar
Data Objektif
- Pasien dilakukan CT Scan, didapatkan adanya peningkatan cairan otak
- Pasien direncanakan dilakukan tindakan pemasangan PV Shunt. Pasien sempat
mengalami kejang 2 kali sebelum operasi berbentuk kejang kelonjotan, tidak
sadar, durasi +5 menit yang dipicu oleh suara bising.
- Setelah operasi pasien juga sempat kejang kembali dengan bentuk yang sama
yang juga dipicu suara bising.
- Keluhan serupa sebelumnya, riwayat penyakit lain, penyakit kongenital,
penyakit pada keluarga disangkal. Tetangga rumah pasien ada yang sedang
menjalani pengobatan untuk TB namun baru saja meninggal. Hasil pemeriksaan
fisik ditemukan adanya peningkatan ukuran lingkar kepala dengan ZSkor
berdasarkan kurva WHO diatas 3.
- Pada pemeriksaan laboratorium tanggal 4 Oktober 2018 didapatkan adanya
peningkatan LED dan CRP kuantitatif. Hasil laboratorium pada 6 oktober
didapatkan adanya hiponatremi.
- Pada pemeriksaan Rontgen Thoraks tanggal 2 Oktober 2018 didapatkan hasil
normal untuk jantung dan paru. Sedangkan pada CT Scan tanpa dan dengan
kontras yang dilakukan tanggal 1 Oktober 2018 didapatkan kesan
meningoensefalitis, hidrosefalus dan udema serebri.

Data Penunjang

Lain-
Tanggal Diit Laboratorium Foto
lain
Pemeriksaan darah Hemoglobin: 12,7
Hematokrit: 38%
Leukosit 15.500/ul
Trombosit 324.000/ul
Eritrosit 5,05 juta /ul
LED 31,0
Basofil 0%
Eosinofil 1%
Netrofil 70%
Limfosit 8%
Luc1%
GDS 81
Natrium 134 mmol/l
pH 3.70 mmol/l
PCO2 103 mmol/l
PO2113,0 mmHg
BP 762,0 mmHg
HCO3 18,5 mmol/L
02 Saturasi 98,3 %
BE (Base Excess) -4,0
mmol/L
Total CO2 19,3 mmol/L
Pemeriksaan CT
SCAN

14
Oktober
2018

18 pemeriksaan
Oktober RONTGEN
2018 THORAKS

Terapi Obat & IV fluid

Cara
No Tanggal Jenis Obat/ IV Fluid Dosis Indikasi & Dx. Medis
Pemberian
Dipasang
Mengurangi rasa
1. O2 nasal canul 4 ltr/mnt ke hidung
sesak
pasien
Untuk mengganti
2. Kaen 1B 1400cc/24jam intravena
cairan dan elektrolit
3. Ondansentron 3x1,5 mg iv Intravena Mencegah perasaan
mual muntah
Untuk mengatasi
4. Cefotaxim 2x550 mg iv Intravena
infeksi
Paracetamol drip 270 Untuk meredakan
5. intravena
mg/8jam iv nyeri, demam
Untuk
Fenitoin
6. 3x30 mg iv intravena mengendalikan
kejang
Gentamicin
7. 3x200 mg iv intravena Obat antibiotik

Untuk mengalami
8. Asetazolamid 2x180 mg po oral
penumpukan cairan

ANALISA DATA

Hari, Data pendukung Etiologi Masalah (Problem)


Tanggal (Data Subjektif & Objektif)
Data subjektif: Kehilangan cairan hipovolemia
Ibu pasien mengatakan pasien aktif
muntah sejak 2 minggu SMRS
Data objektif:
KU : sakit sedang
TTV :
S : 360C
N : 110x/ menit, regular, kuat
angkat
RR :23x/menit, regular
TD : -
TB/BB :100 cm/ 18 kg
Pasien datang dengan keluhan
muntah seperti menyemprot
setiap kali pasien dicoba diberi
makan atau minum.

Data subjektif: Kurang terpapar Defisit pengetahuan


- informasi
Data objektif:
Ibu pasien membiarkan anaknya
muntah selama 2 minggu SMRS
Data subejektif: hidrosefalus Risiko perfusi serebral tidak
- efektif
Data objektif:
- didapatkan hasil CT SCAN
pasien terkesan edema serebri
- pasien kejang 2 kali sebelum
operasi berbentuk kelonjotan,
tidak sadar, durasi +5 menit
yang dipicu oleh suara bising.
- Setelah operasi pasien juga
sempat kejang kembali dengan
bentuk yang sama yang juga
dipicu suara bising.

3.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN (sesuai prioritas)

No. Diagnosa Keperawatan Tanggal Tanggal Tanda tangan


DX Ditemukan Teratasi Nama
1. Hipovolemia b.d kehilangan 25/10/2025
cairan aktif
2. Defisit pengetahuan b.d kurang 25/10/2025
terpapar informasi
3. Risiko perfusi serebral tidak 25/10/2025
efektif d.d hidrosefalus
3.4 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Tanggal Perencanaan
No No DX
Jam Tujuan & KH Intervensi Rasional
D.0019 Setelah dilakukan Manajemen Hipovolemia
intervensi Tindakan
keperawatan Observasi
selama 3x24 jam -Periksa tanda dan gejala
diharapkan: hipovolemia (mual-
- asupan makanan muntah)
meningkat -Monitor intake dan output
- edema menurun cairan
- dehidrasi Terapeutik
menurun -Berikan asupan cairan oral
Edukasi
-Anjurkan menghindari
perubahan posisi mendadak
Kolaborasi
-Kolaborasi pemberian
cairan IV
D.0111 Setelah dilakukan Edukasi kesehatan
intervensi Tindakan
keperawatan Observasi
selama 3x24 jam -Identifikasi kesiapan dan
diharapkan tingkat kemampuan menerima
pengetahuan informasi
meningkat dengan Terapeutik
kriteria hasil: -Sediakan materi dan
-Kemampuan media pendidikan
menjelaskan kesehatan
tentang -Jadwalkan pendidikan
hidrosefalus kesehatan sesuai
meningkat kesepaktan
Kemampuan -Berikan kesempatan untuk
menggambarkan bertanya
pengalaman Edukasi
sebelumnya yang -Jelaskan faktor resiko
sesuai dengan yang dapat mempengaruhi
topik meningkat kesehatan
-Persepsi yang
keliru terhadap
masalah menurun
D.0017 Setelah dilakukan Manajemen peningkatan
intervensi TIK
keperawatan Tindakan
selama 3x24 jam Observasi
diharapkan perfusi -Identirfikasi penyebab
serebral meningkat peningkatan TIK
dengan kriteria -Monitor MAP
hasil: Terapeutik
-Tekanan -Berikan posisi semi fowler
intrakranial -Hindari pemberian cairan
menurun IV hipotonik
-Cegah terjadinya kejang
Kolaborasi
-Kolaborasi dalam
pemberian deuretik
osmosis

Manajemen Kejang
Tindakan
Observasi
-Monitor terjadinya kejang
berulang
-Monitor karakteristik
kejang
-Monitor tanda-tanda vital
Terapeutik
-Baringkan pasien agar
tidak terjatuh
-Berikan alas empuk di
bawah kepala
-Berikan oksigen nasal
kanul 02
Edukasi
-Anjurkan keluarga
menghindari memasukan
apapun kedalam mulut
pasien saat periode kejang

3.5 EVALUASI KEPERAWATAN


N Hari/ Diagnosa keperawatan Evaluasi TTD
O Tanggal/Jam
1. 28/10/2018 1. Hipovolemia S:
Ibu pasien mengatakan pasien
muntah sejak 2 minggu SMRS
O:
-Muntah pada pasien
berkurang
- Lemas pada pasien
berkurang
A:
Masalah belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan:
-Monitor intake dan output
cairan
-Berikan cairan oral
2. 28/10/2018 Defisit pengetahuan S:
-
O:
-Ibu pasien mengerti setelah
dijelaskan
A:
Masalah teratasi
P:
Libatkan keluarga lain untuk
diberikan edukasi kesehatan
3. 28/10/2018 Risiko perfusi serebral tidak S:
efektif -
O:
-Tekanan intrakranial pada
pasien menurun
A:
-masalah belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan
- Identirfikasi penyebab
peningkatan TIK
-Monitor MAP
Terapeutik
-Berikan posisi semi fowler
-Hindari pemberian cairan IV
hipotonik
-Cegah terjadinya kejang
Kolaborasi
-Kolaborasi dalam pemberian
deuretik osmosis
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Hidrosefalus merupakan masalah kesehatan yang berpengaruh terhadap sistem persarafan
(neurobehavior). Penanganan hidrosefalus masuk pada kategori “live saving and live
sustaining” yang berarti penyakit ini memerlukan diagnosis dini yang dilanjutkan dengan
tindakan bedah secepatnya. Keterlambatan akan menyebabkan kecacatan dan kematian
sehingga prinsip pengobatan hidrosefalus terpenuhi. Hidrosefalus adalah keadaan patologik
otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan cerebrospinal dan adanya tekanan intrakranial
(TIK) yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengeluarkan likuor.

4.2 Saran
Dari pembahasan makalah diatas salah satu penyebab hidrosefalus yang ada kelainan
patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinal dengan atau pernah
dengan tekanan iyang meninggi, Sehingga terdapat pelebaran ventrikel. Pelebaran ventrikuler
ini akibat ketidakseimbangan Antara produksi dan absorbsi cairan serebrospinal. Hidrosefalus
selalu bersifat sekunder, Sebagai akibat penyakit atau kerusakan otak.
DAFTAR PUSTAKA

Apriyanto, dkk,. (2013). Hydroseaflus Pada anak. Sumatera Selatan: Apriyanto

Suarniti.N.Y, dan Rahyani.N.K.Y. (2020). Hidrosefalus Dalam Biologi Molekuler. Denpasar :


Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Denpasar

Trilestari. (2018). Asuhan Keperawatan Pada An. M Dengan Hidrosefalus Post Pasang
Shunting di Ruang Rawat Inap Anak RSUD DR. ACHMAD MOCHTAR Bukittinggi. Karya
Tulis Ilmiah.Padang: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis Padang Program Studi DIII
Keperawatan Padang

Anda mungkin juga menyukai