KEPERAWATAN ANAK
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK
HYDROCEPHALUS
Disusun Oleh :
KELOMPOK 6
Nama Anggota :
Anes Tasya Fortuna Dewi (211447206)
Muhammad Afandi (211447214)
Shela Anugrah Pratiwi (211447225)
Tessa Melynda (211447234)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyusun makalah yang berjudul “ Asuhan
Keperawatan Pada Anak hydrochpalus “ dengan baik.
Makalah ini kami susun dengan semaksimal mungkin dan mendapat bantuan dari
berbagai pihak, sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah yang kami buat. Untuk itu
kami mengucapkan terima kasih atas bimbingan dari semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi kalimat,
maupun dalam segi penyusunan.Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari dosen
mata kuliah yang bersangkutan dan rekan-rekan semuanya, sangat kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini dan makalah selanjutnya.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini memberikan manfaat maupun inspirasi
untuk kita semua.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................................1
KATA PENGANTAR...........................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................4
1.1 Latar Belakang......................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................................4
1.3 Tujuan...................................................................................................................................4
1.4 Manfaat.................................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................../...........5
2.1 Definisi Hidrosefalus............................................................................................................5
2.2 Anatomi Fisiologi System.....................................................................................................6
2.3 Etiologi..................................................................................................................................7
2.4 Manifestasi Klinis.................................................................................................................8
2.5 Klasifikasi..............................................................................................................................9
2.6 Patofisiologi.........................................................................................................................10
2.7 Pathway................................................................................................................................11
2.8 Penatalaksaan.......................................................................................................................12.
BAB III KONSEP DASAR KEPERAWATAN...................................................................13
3.1 Kasus........................................................................................................................,............14
3.2 Pengkajian........................................................................................................................14-20
3.3 Diagnosa Keperawatan..........................................................................................................21
3.4 Perencanaan.....................................................................................................................22-29
3.5 Evaluasi............................................................................................................................30-32
BAB IV PENUTUP..............................................................................................................33
4.1 Kesimpulan...........................................................................................................................33
4.2 Saran.....................................................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................34
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Penulis mampu memperoleh pelayanan nyata dalam melakukan proses keperawatan dan
mampu memberikan asuhan keperawatan secara langsung kepada anak yang terkena
hidrosefalus.
1.4 Manfaat
1) Dapat mengetahui definisi penyakit hydrocephalus
2) Dapat mengetahui anatomi fisiologis sistem dari
Penyakit hydrocephalus
3) Dapat mengetahui etiologic penyakit hydrocephalus
4) Dapat mengetahui klasifikasi penyakit hydrocephalus
5) Dapat mengetahui patofisiologi penyakit hydrocephalus
6) Dapat mengetahui pathway penyakit hydrocephalus
7) Dapat mengetahui penatalaksanaan medis penyakit
hydrocephalus
BAB II
PEMBAHASAN
3.Pembentukan CSF
Normal CSF diproduksi +0,35 ml/menit atau 500 ml/hari dengan demikian CSF di perbaharui
setiap 8 jam. Pada anak dengan hidrosefalus, produksi CSF ternyata berkurang + 0, 30/ menit.
CSF di bentuk oleh PPA;
a. Plexus choroideus (yang merupakan bagian terbesar
b. Parenchym otak
c. Arachnoid
4.Sirkulasi CSF
Melalui pemeriksaan radio isotop, ternyata CSF mengalir dari tempat pembentuknya ke
tempat ke tempat absorpsinya. CSF mengalir dari II ventrikel lateralis melalui sepasang
foramen Monro ke dalam ventrikel III, dari sini melalui aquaductus Sylvius menuju ventrikel
IV. Melalui satu pasang foramen Lusckha CSF mengalir cerebello
10
Pontine dan cisterna prepontis. Cairan yang keluar dari foramen Magindie menuju cisterna
magna. Dari sini mengalir kesuperior dalam rongga subarachnoid spinalis dan ke cranial
menuju cisterna infra tentorial.Melalui cisterna di supratentorial dan kedua hemisfere cortex
cerebri. Sirkulasi berakhir di sinus Doramatis di mana terjadi absorbsi melalui villi arachnoid
2.3 Etiologi
Penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat pada bayi dan anak ialah :
1. Kelainan Bawaan (Kongenital)
kongenital lebih sering tidak diketahui penyebabnya. Hidrosefalus congenital ada yang
bersifat terkait kromosom X (X-linked hydrocephalus) sehingga hanya terjadi pada bayi laki-
laki, dengan kelainan anatomi yaitu stenosis aquaduktus. Ini adalah kelainan yang sangat
jarang terjadi, kurang dari 2% dari semua kasus hidrosefalus congenital. Kelainan kromoson
lain yang salah satu manifestasi klinisnya hidrosefalus adalah trisomi 21 dengan insidens
sekitar 4%.
a) akua duktus Sylvii
Stenosis akuaduktus Sylvii merupakan penyebab terbanyak pada hidrosefalus bayi dan anak
(60-90%). Aqueduktus dapat merupakan saluran yang buntu sama sekali ataua yaitu lebih
sempit dari biasa. Umumnya gejala hidrosefalus terlihat sejak lahit atau progresif dengan
cepat pada bulan-bulan pertama setelah kelahiran.
2.5 Klasifikasi
Komplikasi sering terjadi karena pemasangan VP shunt adalah infeksi dan malfungsi yang
disebabkan oleh obstruksi mekanik atau perpindahan didalam ventrikel dari bahan-bahan
khusus (jaringan/eksudut) atau ujung distal dari thrombosis sebagai akibat dari pertumbuhan.
Obstruksi VP sering menunjjukan kegawatan dengan manifestasi klinis peningkatan TIK
yang lebih sering diikuti dengan status neurologis buruk.
Komplikasi yang sering terjadi adalah infeksi VP shunt. Infekai itu sering meliputi septik,
Endokarditis bacterial,infeksi luka, nefritis shunt, meningitis, dan ventrikulitis. Komplikasi
VP shunt yang serius lainnya adalah subdural hematoma yang disebabkan oleh reduksi yang
cepat pada tekanan trakranial dan ukurannya.
2.6 Patofisiologi
CSS yang dibentuk dalam sistem ventrikel oleh pleksus khoroidalis kembali ke dalam
Peredaran darah melalui kapiler dalam piamater dan arakhnoid yang meliputi seluruh susunan
Saraf pusat (SSP). Cairan likuor serebrospinalis terdapat dalam suatu sistem, yakni sistem
Internal dan sistem eksternal. Pada orang dewasa normal jumlah CSS 90-150 ml, anak umur
8-10 tahun 100-140 ml, bayi 40-60 ml, neonatus 20-30 ml dan prematur kecil 10-20 ml.
Cairan yang tertimbun dalam ventrikel 500-1500 ml. Aliran CSS normal ialah dari ventrikel
Lateralis melalui foramen monroe ke ventrikel III, dari tempat ini melalui saluran yang sempit
akuaduktus Sylvii ke ventrikel IV dan melalui foramen Luschka dan Magendie ke dalam
ruang subarakhnoid melalui sisterna magna. Penutupan sisterna basalis menyebabkan
gangguan kecepatan resorbsi CSS oleh sistem kapile.
Hidrosefalus secara teoritis terjadi sebagai akibat dari tiga mekanisme yaitu:
1. Produksi likuor yang berlebihan
2.Peningkatan resistensi aliran likuor
3.Peningkatan tekanan sinus venosa
4.Konsekuensi tiga mekanisme di atas adalah peningkatan tekanan intrakranial sebagai Upaya
mempertahankan keseimbangan sekresi dan absorbsi. Mekanisme terjadinya dilatasi Ventrikel
cukup rumit dan berlangsung berbeda-beda tiap saat selama perkembangan Hidrosefalus.
Dilatasi ini terjadi sebagai akibat dari:
5.Kompresi sistem serebrovaskuler.
6.Redistribusi dari likuor serebrospinalis atau cairan ekstraseluler. Perubahan mekanis dari
otak. Efek tekanan denyut likuor serebrospinalis Hilangnya jaringan otak. Pembesaran
volume tengkorak karena regangan abnormal sutura kranial Produksi likuor yang berlebihan
disebabkan tumor pleksus khoroid. Gangguan aliran Likuor merupakan awal dari kebanyakan
kasus hidrosefalus. Peningkatan resistensi yang Disebabkan gangguan aliran akan
meningkatkan tekanan likuor secara proporsional dalam Upaya mempertahankan resorbsi
yang seimbang.Peningkatan tekanan sinus vena mempunyai dua konsekuensi, yaitu
peningkatan Tekanan vena kortikal sehingga menyebabkan volume vaskuler intrakranial
bertambah dan Peningkatan tekanan intrakranial sampai batas yang dibutuhkan untuk
mempertahankan Aliran likuor terhadap tekanan sinus vena yang relatif tinggi. Konsekuensi
klinis dari Hipertensi vena ini tergantung dari komplians tengkorak.
2.7 Pathway
2.8 Penatalaksanaan
Terapi sementara
Terapi konservatif medikamentosa berguna untuk mengurangi cairan dari pleksus khoroid
(asetazolamid 100mg/kg BB/hari; furosemid 0,1 mg/kg BB/hari) dan hanya bisa diberikan
sementara saja atau tidak dalam jangka waktu yang lama karena berisiko menyebabkan
gangguan metabolik. Terapi ini direkomendasikan bagi pasien hidrosefalus ringan bayi dan
anak dan tidak di anjurkan untuk dilatasi ventrikular posthemarogik pada anak.
Operasi shunting
Sebagian besar pasien perlu memerlukan tindakan ini untuk membuat saluran baru anatara
aliran likuor (ventrikel atau
lumbar) dengan kavitas drainase (seperti peritoneum, atrium kanan, dan pleura).
BAB III
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
Pengkajian dilakukan pada hari ......... tanggal 25/10/2018 jam 16.00 di ruang IRNA teratai
307
KELUHAN UTAMA
Pasien muntah-muntah sejak 2 minggu SMRS
Tindakan Keperawatan :
Hasil Lab. :
PEMERIKSAAN LABORATORIUM :
TANGGAL 4/10/2018
PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN
HEMATOLOGI
Hemoglobin 12,7 g/dl 10,8 – 15,6
Hematokrit 38 % 35 – 43
Leukosit 15.500 /ul 6 6.000 – 17.000
Trombosit 324.000 /ul 217.000 – 497.000
Eritrosit 5,05 juta/ul 3,60 – 5,20
LED 31,0 0,0 – 10,0
HITUNG JENIS
Basofil Basofil 0 % 0 -1
Eosinofil 1% 1–5
Netrofil 70 % 25 – 60
Limfosit 20 % 25 – 50
Monosit 8% 1–6
Luc 1% <5
GDS 81 60-100
SERO IMUNOLOGI
CRP KUANTITATIF 1,0 <1,0
PCT KUANTITATIF <0,07 <0,05
TANGGAL 6/10/2018
CT scan kepala tanpa dan dengan memakai kontras dengan hasil sebagai berikut : Jaringan
lunak ekstracalvaria dan calvaria masih memberikan bentuk dan densitas yang normal. Sulci
menyempit dan girus mendatar. Ventrikel lateralis kanan-kiri, 3, dan 4 melebar. Sisterna
ambiens dan basalis normal. Tampak lesi hiperdens, irregular di girus kedua hemisfer pasca
pemberian kontras. Tidak tampak lesi hipo/hiperdens di serebellum dan batang otak dengan
kontras tidak tampak penyangatan patologis. Tidak tampak pergeseran struktur garis tengah.
Kesimpulan : Meningoensefalitis Hidrosefalus Udema serebri
18 OKTOBER 2018
HASIL PEMERIKSAAN
- Cor : ukuran tidak membesar.
- Paru : tidak tampak infiltrat di kedua paru
3.2 PENGKAJIAN
1. Persepsi kesehatan dan pola management kesehatan
Status kesehatan anak sejak lahir, pemeriksaan kesehatan secara rutin, imunisasi,
apakah orang tua merokok, keluarga punya simpanan obat ?
3. Pola Eliminasi
Pola defekasi dan eliminasi ( frekuensi, kebiasaan ), mengganti pakaian / popok
Tidak dikaji
9. Seksualitas
Perasaan sebagai laki-laki / perempuan ?
Pasien anak laki-laki yang aktif dan senang bermain
PEMERIKSAAN FISIK
KU : sakit sedang
TTV :
S : 360C
N : 110x/ menit, regular, kuat angkat
RR :23x/menit, regular
TD :-
TB/BB :100 cm/ 18 kg
Lingkar kepala : Lingkar kepala : 57 cm (Z-Skor diatas 3)
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, ptosis -/-, raccoon eyes -/-,
posisi : eksotrofia, pergerakan baik ke semua arah, Bulat, isokor diameter 3 mm, RCL
+/+, RCTL +/+
Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Perkusi :-
Paru-paru:
Perut :
Punggung :
DATA FOKUS
Tanggal Pengkajian : 25/10/2018
Jam : 16.00
Nama Pasien : An. H
Diagnosa Medis : Hidrosefalus ec Meningoensefalitis TB
Data Subjektif :
- Pasien anak laki-laki berusia 3 tahun datang muntah-muntah sejak 2 minggu
SMRS.
- Keluhan didahului dengan adanya keluhan batuk pilek yang disertai demam
tidak tinggi 2 minggu sebelumnya.
- Keluhan batuk pilek membaik setelah pasien berobat ke klinik namun keluhan
muntah tetap ada.
- Menurut ibu pasien muntah seperti menyemprot setiap kali pasien dicoba diberi
makan atau minum.
- Pasien sebelumnya dirawat di RS Sari Asih. Saat dirawat ukuran kepala pasien
semakin membesar
Data Objektif
- Pasien dilakukan CT Scan, didapatkan adanya peningkatan cairan otak
- Pasien direncanakan dilakukan tindakan pemasangan PV Shunt. Pasien sempat
mengalami kejang 2 kali sebelum operasi berbentuk kejang kelonjotan, tidak
sadar, durasi +5 menit yang dipicu oleh suara bising.
- Setelah operasi pasien juga sempat kejang kembali dengan bentuk yang sama
yang juga dipicu suara bising.
- Keluhan serupa sebelumnya, riwayat penyakit lain, penyakit kongenital,
penyakit pada keluarga disangkal. Tetangga rumah pasien ada yang sedang
menjalani pengobatan untuk TB namun baru saja meninggal. Hasil pemeriksaan
fisik ditemukan adanya peningkatan ukuran lingkar kepala dengan ZSkor
berdasarkan kurva WHO diatas 3.
- Pada pemeriksaan laboratorium tanggal 4 Oktober 2018 didapatkan adanya
peningkatan LED dan CRP kuantitatif. Hasil laboratorium pada 6 oktober
didapatkan adanya hiponatremi.
- Pada pemeriksaan Rontgen Thoraks tanggal 2 Oktober 2018 didapatkan hasil
normal untuk jantung dan paru. Sedangkan pada CT Scan tanpa dan dengan
kontras yang dilakukan tanggal 1 Oktober 2018 didapatkan kesan
meningoensefalitis, hidrosefalus dan udema serebri.
Data Penunjang
Lain-
Tanggal Diit Laboratorium Foto
lain
Pemeriksaan darah Hemoglobin: 12,7
Hematokrit: 38%
Leukosit 15.500/ul
Trombosit 324.000/ul
Eritrosit 5,05 juta /ul
LED 31,0
Basofil 0%
Eosinofil 1%
Netrofil 70%
Limfosit 8%
Luc1%
GDS 81
Natrium 134 mmol/l
pH 3.70 mmol/l
PCO2 103 mmol/l
PO2113,0 mmHg
BP 762,0 mmHg
HCO3 18,5 mmol/L
02 Saturasi 98,3 %
BE (Base Excess) -4,0
mmol/L
Total CO2 19,3 mmol/L
Pemeriksaan CT
SCAN
14
Oktober
2018
18 pemeriksaan
Oktober RONTGEN
2018 THORAKS
Cara
No Tanggal Jenis Obat/ IV Fluid Dosis Indikasi & Dx. Medis
Pemberian
Dipasang
Mengurangi rasa
1. O2 nasal canul 4 ltr/mnt ke hidung
sesak
pasien
Untuk mengganti
2. Kaen 1B 1400cc/24jam intravena
cairan dan elektrolit
3. Ondansentron 3x1,5 mg iv Intravena Mencegah perasaan
mual muntah
Untuk mengatasi
4. Cefotaxim 2x550 mg iv Intravena
infeksi
Paracetamol drip 270 Untuk meredakan
5. intravena
mg/8jam iv nyeri, demam
Untuk
Fenitoin
6. 3x30 mg iv intravena mengendalikan
kejang
Gentamicin
7. 3x200 mg iv intravena Obat antibiotik
Untuk mengalami
8. Asetazolamid 2x180 mg po oral
penumpukan cairan
ANALISA DATA
Tanggal Perencanaan
No No DX
Jam Tujuan & KH Intervensi Rasional
D.0019 Setelah dilakukan Manajemen Hipovolemia
intervensi Tindakan
keperawatan Observasi
selama 3x24 jam -Periksa tanda dan gejala
diharapkan: hipovolemia (mual-
- asupan makanan muntah)
meningkat -Monitor intake dan output
- edema menurun cairan
- dehidrasi Terapeutik
menurun -Berikan asupan cairan oral
Edukasi
-Anjurkan menghindari
perubahan posisi mendadak
Kolaborasi
-Kolaborasi pemberian
cairan IV
D.0111 Setelah dilakukan Edukasi kesehatan
intervensi Tindakan
keperawatan Observasi
selama 3x24 jam -Identifikasi kesiapan dan
diharapkan tingkat kemampuan menerima
pengetahuan informasi
meningkat dengan Terapeutik
kriteria hasil: -Sediakan materi dan
-Kemampuan media pendidikan
menjelaskan kesehatan
tentang -Jadwalkan pendidikan
hidrosefalus kesehatan sesuai
meningkat kesepaktan
Kemampuan -Berikan kesempatan untuk
menggambarkan bertanya
pengalaman Edukasi
sebelumnya yang -Jelaskan faktor resiko
sesuai dengan yang dapat mempengaruhi
topik meningkat kesehatan
-Persepsi yang
keliru terhadap
masalah menurun
D.0017 Setelah dilakukan Manajemen peningkatan
intervensi TIK
keperawatan Tindakan
selama 3x24 jam Observasi
diharapkan perfusi -Identirfikasi penyebab
serebral meningkat peningkatan TIK
dengan kriteria -Monitor MAP
hasil: Terapeutik
-Tekanan -Berikan posisi semi fowler
intrakranial -Hindari pemberian cairan
menurun IV hipotonik
-Cegah terjadinya kejang
Kolaborasi
-Kolaborasi dalam
pemberian deuretik
osmosis
Manajemen Kejang
Tindakan
Observasi
-Monitor terjadinya kejang
berulang
-Monitor karakteristik
kejang
-Monitor tanda-tanda vital
Terapeutik
-Baringkan pasien agar
tidak terjatuh
-Berikan alas empuk di
bawah kepala
-Berikan oksigen nasal
kanul 02
Edukasi
-Anjurkan keluarga
menghindari memasukan
apapun kedalam mulut
pasien saat periode kejang
4.1 Kesimpulan
Hidrosefalus merupakan masalah kesehatan yang berpengaruh terhadap sistem persarafan
(neurobehavior). Penanganan hidrosefalus masuk pada kategori “live saving and live
sustaining” yang berarti penyakit ini memerlukan diagnosis dini yang dilanjutkan dengan
tindakan bedah secepatnya. Keterlambatan akan menyebabkan kecacatan dan kematian
sehingga prinsip pengobatan hidrosefalus terpenuhi. Hidrosefalus adalah keadaan patologik
otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan cerebrospinal dan adanya tekanan intrakranial
(TIK) yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengeluarkan likuor.
4.2 Saran
Dari pembahasan makalah diatas salah satu penyebab hidrosefalus yang ada kelainan
patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinal dengan atau pernah
dengan tekanan iyang meninggi, Sehingga terdapat pelebaran ventrikel. Pelebaran ventrikuler
ini akibat ketidakseimbangan Antara produksi dan absorbsi cairan serebrospinal. Hidrosefalus
selalu bersifat sekunder, Sebagai akibat penyakit atau kerusakan otak.
DAFTAR PUSTAKA
Trilestari. (2018). Asuhan Keperawatan Pada An. M Dengan Hidrosefalus Post Pasang
Shunting di Ruang Rawat Inap Anak RSUD DR. ACHMAD MOCHTAR Bukittinggi. Karya
Tulis Ilmiah.Padang: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis Padang Program Studi DIII
Keperawatan Padang