Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


GANGGUAN HYDROCEPHALUS

‘’Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah II’’
Dosen pengajar : Arif Susila S.Kep, M.Kep

Disusun oleh:
Kelompok 5

1. SITI JUHARIYAH (3018041133)


2. SITI RUSTINI (3018041136)
3. SUCI RINDAYATI (3018041139)
4. TEGAR FATHUROHMAN (3018041142)
5. VITA DEWI (3018041148)
6. WIDI PRATIWI (3018041151)
7. WIWIN AFIANTI (3018041154)
8. YEYEN INDRIYANI (3018041157)
9. ZAHROTUL JANNAH (3018041160)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS FALETEHAN
SERANG BANTEN
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya. Salawat dan salam kita sanjungkan kepangkuan Nabi
besar Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam kebodohan ke alam
yang penuh dengan ilmu pengetahuan. Ucapan terima kasih kepada dosen
pembimbing yang telah memberi bimbingan dan masukan sehingga makalah yang
berjudul ”Askep Anak Dengan Hydrocephlus” dapat penulis selesaikan.
Pembuatan makalah ini adalah sebagai salah satu tugas kami dalam
menempuh pembelajaran di semester ini, kami mengucapkan terimah kasih
kepada Dosen .
Kiranya makalah ini bisa bermanfa’at bagi pihak yang membaca. Meski
begitu, kami sadar bahwa makalah ini perlu perbaikan dan penyempurnaan. Untuk
itu, saran dan kritik yang membangun dari pembaca akan diterima dengan senang
hati. Akhirnya, kami ucapkan terima kasih, semoga makalah ini bermanfaat bagi
semua pihak.
Serang,November 2020

penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG............................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH.......................................................................................1
1.3 TUJUAN PENULISAN..........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................3
2.1 DEFINISI..........................................................................................................3
2.2 ETIOLOGI.......................................................................................................4
2.3 PATOFISIOLOGI............................................................................................6
2.4. TANDA DAN GEJALA...................................................................................7
2.5 MANIFESTASI KLINIK................................................................................8
2.6 KLASIFIKASI..................................................................................................9
2.7 KOMPLIKASI.................................................................................................9
2.8 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK.................................................................10
2.9 PENATALAKSANAAN................................................................................10
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN HIDROCHEFALUS......................................13
3.1 KASUS.................................................................................................................13
BAB IV PENUTUP........................................................................................................23
4.1 KESIMPULAN...............................................................................................23
4.2 SARAN............................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................24

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Hydrocephalus telah dikenal sejak zaman hopocrates. hydrocephalus dikenal
sebagai penyebab penyakit ayan. Di saat ini dengan teknologi yang semakin
berkembang maka mengakibatkan polusi didunia semakin meningkat pula yang
pada akhirnya menjadi factor penyebab suatu penyakit, yang mana kehamilan
merupakan keadaan yang sangat rentan terhadap penyakit yang dapat
mempengaruhi janinnya, salah satunya adalah Hydrocephalus. Saat ini secara
umum insidennya dapat dilaporkan sebesar tiga kasus per seribu kehamilan hidup
menderita hydrocephalus. Dan hydrocephalus merupakan penyakit yang sangat
memerlukan pelayanan keperawatan yang khusus.
Hydrocephalus dapat terjadi pada semua umur tetapi paling banyak pada bayi
yang ditandai dengan membesarnya kepala melebihi ukuran normal. Meskipun
banyak ditemukan pada bayi dan anak, sebenarnya hydrosephalus juga biasa
terjadi pada oaran dewasa, hanya saja pada bayi gejala klinisnya tampak lebih
jelas sehingga lebih mudah dideteksi dan diagnosis. Hal ini dikarenakan pada bayi
ubun2nya masih terbuka, sehingga adanya penumpukan cairan otak dapat
dikompensasi dengan melebarnya tulang2 tengkorak. Sedang pada orang dewasa
tulang tengkorak tidak mampu lagi melebar.

1.2 RUMUSAN MASALAH


a. Apa pengrtian dari Hidrosefalus?
b. Apa etiologi dan Patofisiologi dari Hidrosefalus?
c. Apa saja tanda dan Gejala Hidrosefalus?
d. Apa saja pemeriksaan Diagnostik dan Komplikasi pada Hidrosefalus?
e. Bagaimana penatalaksanaan dari Hidrosefalus?
f. Bagaimana asuhan Keperawatan pada pasien Hidrosefalus?

1
1.3 TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan umum dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui
berbagai hal yang berhubungan dengan hidrosefalus dan dapat merancang
berbagai cara untuk mengantisipasi masalah serta dapat melakukan asuhan pada
kasus hidrosefalus.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI
Hydrocephalus merupakan keadaan patologis otak yang mengakibatkan
bertambahnya cairan cerebro spinalis tanpa atau pernah dengan tekanan
intrakranial yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat
mengalirnya cairan serebro spinal (Ngatisyah, 1997).
Hydrocephalus adalah akumulasi cairan serebro spinal dalam ventrikel serebral,
ruang subarachnoid atau ruang subdural (Suriadi daan Yuliani, 2001).
Hydrochepalus yaitu timbul bila ruang cairan serebro spinalis interna atau
eksternal melebar ( Mumenthaler, 1995).
Hydrocephalus berkembang jika aliran serebro spinal terhambat pada tempa
sepanjang perjalanannya, timbulnya hydrocephalus akibat produksi berlebihan
cairan serebrospinal dianggap sebagai proses yang intermitten setelah suatu
infeksi atau trauma. Ini dapat terjadi kelainan yang progresif pada anak – anak
yang disebabkan oleh papyloma pleksus dapat diatasi dengan operasi
(Mumenthaler, 1995). Pembagiaan hydrocephalus pada anak dan bayi.
Hydrocephalus pada anak atau bayi pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Kongenital
Merupakan hydrocphalus yang sudah diderita sejak bayi dilahirkan sehingga
pada saat lahir keadaan otak bayi terbentuk kecil, terdesak oleh banyaknya
cairan dalam kepala dan tingginya tekanan intrakranial sehingga pertumbuhan
sel otak terganggu
2. Non Kongenital
Bayi atau anak mengalaminya pada saat sudah besar dengan penyebabnya yaitu
penyakit – penyakit tertentu misalnya trauma, TBC yang menyerang otak
dimana pengobatannya tidak tuntas.Pada hydrocephalus didapat pertumbuhan

3
otak sudah sempurna, tetapi kemudian teganggu oleh sebab adanya peninggian
tekanan intrakranial sehingga perbedaan antara hydrocephalus kongenital dan
hydrocephalus non kongenital terletak pad pembentukan otak dan
kemungkinan prognosanya.

Berdasarkan letak obstruksi CSF hydrocephalus pada bayi dan anak ini juga
dalam 2 bagian, terbagi yaitu;
1. Hydrocephalus Komunikan (kommunucating hydrocephalus)
Pada hydrocephalus Komunikan obstruksinya terdapat pada rongga
subarachnoid, sehingga terdapat aliran bebas CSF dalam sistem ventrikel
sampai ke tempat sumbatan
2. Hydricephalus Non komunukan (nonkommunican hydrocephalus)
Pada hydrocephalus nonkomunikan obstruksinya terdapat dalam system
ventrikel sehingga menghambat aliran bebas dari CSF. Biasanya gangguan
yang terjadi pada hydrocephalus kongenital adalah pada sistem ventikel
sehingga terjadi bentuk hydrocephalus nonkomunikan.

2.2 ETIOLOGI
Etiologi Hidrosefalus menurut L.Djoko Listiono (1998 );
1. Sebab-sebab Prenatal
Sebab prenatal merupakan faktor yang bertanggung jawab atas terjadinya
hidrosefalus kongenital yang timbul in- utero ataupun setelah lahir. Seabb-
sebab ini mencakup malformasi ( anomali perkembangan sporadis ), infeksi
atau kelainan vaskuler. Pada sebagian besar pasien banyak yang etiologi tidak
dapat diketahui dan untuk ini diistilahkan sebagai hidrosefalus idiopatik
2. Sebab-sebab Postnatal

a. Lesi masa menyebabkan peningkatan resistensi aliran liquor serebrospinal


dan kebanyakan tumor berlokasi di fosa posterior.

4
b. Perdarahan yang disebabkan oleh berbagai kejadian seperti prematur, cedera
kepala, ruptura malformasi vaskuler.
c. Semua meningitis bakterialis dapat menyebabkan hidrosefalus akibat dari
fibrosis leptomeningeal. Hidrosefalus yang terjadi biasanya multi okulasi,
hal ini disebabkan karena keikutsertaan adanya kerusakan jaringan otak
d. Gangguan aliran vena. Biasanya terjadi akibat sumbatan antomis dan
fungsional seperti akhondroplasia dimana terjadi gangguan drainase vena
pada basis krani, trombosis jugularis
Penyebab sumbatan aliran CSF, Penyebab sumbatan aliran CSF yang sering
terdapat pada bayi dan anak – anak. Penyebab penyumbatan aliran CSS yang
sering terdapat pada bayi adalah.

1. Kelainan bawaan
a) Stenosis Aquaductus sylv
Merupakan penyebab yang paling sering pada bayi/anak (60-90%)
Aquaductus dapat berubah saluran yang buntu sama sekali atau abnormal
ialah lebih sempit dari biasanya. Umumnya gejala Hidrocefalus terlihat sejak
lahir/progresif dengan cepat pada bulan-bulan pertama setelah lahir.
b) Spina bifida dan cranium bifida
Biasanya berhubungan dengan sindrom Arnold-Chiari akibat tertariknya
medula spinalis dengan medula oblongata dan cerebelum, letaknya lebih
rendah dan menutupi foramen magnum sehingga terjadi penyumbatan
sebagian/total.
c) Sindrom Dandy-Walker
Merupakan atresia congenital foramen luscha dan mengendie dengan akibat
Hidrocefalus obstruktif dengan pelebran sistem ventrikel terutama ventrikel
IV sehingga merupakan krista yang besar di daerah losa posterior.
d) Kista Arachnoid
Dapat terjadi conginetal membai etiologi menurut usi
e) Anomali Pembuluh Darah

5
2. Infeksi
Infeksi mengakibatkan perlekatan meningen (selaput otak) sehingga terjadi
obliterasi ruang subarakhnoid,misalnya meningitis.
3. Perdarahan

4. Neoplasma
Terjadinya hidrosefalus disini oleh karena obstruksi mekanis yang dapat terjadi
di setiap aliran CSS. Neoplasma tersebut antara lain:
 Tumor Ventrikel kiri
 Tumorfosa posterior
 Pailoma pleksus khoroideus
 Leukemia, limfoma

5. Degeneratif.
Histositosis incontentia pigmenti dan penyakit krabbe.

6. Gangguan Vaskuler
 Dilatasi sinus dural
 Thrombosis sinus venosus
 Malformasi V. Galeni
 Ekstaksi A. Basilaris

2.3 PATOFISIOLOGI
Hidrocephalus ini bisa terjadi karena konginetal (sejak lahir), infeksi (meningitis,
pneumonia, TBC), pendarahan di kepala dan faktor bawaan (stenosis aquaductus
sylvii) sehingga menyebabkan adanya obstruksi pada system ventrikuler atau pada
ruangan subarachnoid, ventrikel serebral melebar, menyebabkan permukaan
ventrikuler mengkerut dan merobek garis ependymal. White mater dibawahnya
akan mengalami atrofi dan tereduksi menjadi pita yang tipis. Pada gray matter
terdapat pemeliharaan yang bersifat selektif, sehingga walaupun ventrikel telah
mengalami pembesaran gray matter tidak mengalami gangguan. Proses dilatasi itu

6
dapat merupakan proses yang tiba – tiba / akut dan dapat juga selektif tergantung
pada kedudukan penyumbatan. Proses akut itu merupakan kasus emergency.
Pada bayi dan anak kecil sutura kranialnya melipat dan melebar untuk
mengakomodasi peningkatan massa cranial. Jika fontanela anterior tidak tertutup
dia tidak akan mengembang dan terasa tegang pada perabaan.Stenosis aquaductal
(Penyakit keluarga / keturunan yang terpaut seks) menyebabkan titik pelebaran
pada ventrikel laterasl dan tengah, pelebaran ini menyebabkan kepala berbentuk
khas yaitu penampakan dahi yang menonjol secara dominan (dominan Frontal
blow). Syndroma dandy walkker akan terjadi jika terjadi obstruksi pada foramina
di luar pada ventrikel IV. Ventrikel ke IV melebar dan fossae posterior menonjol
memenuhi sebagian besar ruang dibawah tentorium. Klien dengan tipe
hidrosephalus diatas akan mengalami pembesaran cerebrum yang secara simetris
dan wajahnya tampak kecil secara disproporsional.
Pada orang yang lebih tua, sutura cranial telah menutup sehingga membatasi
ekspansi masa otak, sebagai akibatnya menujukkan gejala : Kenailkan ICP
sebelum ventrikjel cerebral menjadi sangat membesar. Kerusakan dalam absorbsi
dan sirkulasi CSF pada hidrosephalus tidak komplit. CSF melebihi kapasitas
normal sistim ventrikel tiap 6 – 8 jam dan ketiadaan absorbsi total akan
menyebabkan kematian.

2.4. TANDA DAN GEJALA


Kepala bisa berukuran normal dengan fontanela anterior menonjol, lama
kelamaan menjadi besar dan mengeras menjadi bentuk yang karakteristik oleh
peningkatan dimensi ventrikel lateral dan anterior – posterior diatas proporsi
ukuran wajah dan bandan bayi. Puncak orbital tertekan kebawah dan mata terletak
agak kebawah dan keluar dengan penonjolan putih mata yang tidak biasanya.
Tampak adanya dsitensi vena superfisialis dan kulit kepala menjadi tipis serta
rapuh.
Uji radiologis terlihat tengkorak mengalami penipisan dengan sutura yang
terpisah pisah dan pelebaranvontanela. Ventirkulogram menunjukkan pembesaran
pada sistim ventrikel . CT scan dapat menggambarkan sistim ventrikuler dengan
penebalan jaringan dan adnya massa pada ruangan Occuptional.

7
Pada bayi terlihat lemah dan diam tanpa aktivitas normal. Proses ini pada tipe
communicating dapat tertahan secara spontan atau dapat terus dengan
menyebabkan atrofi optik, spasme ekstremitas, konvulsi, malnutrisi dan kematian,
jika anak hidup maka akan terjadi retardasi mental dan fisik.

2.5 MANIFESTASI KLINIK


Kepala bisa berukuran normal dengan fontanela anterior menonjol, lama
kelamaan menjadi besar dan mengeras menjadi bentuk yang karakteristik oleh
peningkatan dimensi ventrikel lateral dan anterior – posterior diatas proporsi
ukuran wajah dan bandan bayi. Puncak orbital tertekan ke bawah dan mata
terletak agak kebawah dan keluar dengan penonjolan putih mata yang tidak
biasanya. Tampak adanya dsitensi vena superfisialis dan kulit kepala menjadi tipis
serta rapuh.
Uji radiologis : terlihat tengkorak mengalami penipisan dengan sutura yang
terpisah – pisah dan pelebaran vontanela. Ventirkulogram menunjukkan
pembesaran pada sistim ventrikel . CT scan dapat menggambarkan sistim
ventrikuler dengan penebalan jaringan dan adnya massa pada ruangan
Occuptional. Pada bayi terlihat lemah dan diam tanpa aktivitas normal. P
roses ini pada tipe communicating dapat tertahan secara spontan atau dapat terus
dengan menyebabkan atrofi optik, spasme ekstremitas, konvulsi, malnutrisi dan
kematian, jika anak hidup maka akan terjadi retardasi mental dan fisik.
a) Bayi
 Kepala menjadi makin besar dan akan terlihat pada umur 3 tahun.
 Keterlambatan penutupan fontanela anterior, sehingga fontanela menjadi
tegang, keras, sedikit tinggi dari permukaan tengkorak.
 Tanda – tanda peningkatan tekanan intracranial antara lain :
 Muntah
 Gelisah
 Menangis dengan suara ringgi
 Peningkatan sistole pada tekanan darah, penurunan nadi, peningkatan
pernafasan dan tidak teratur, perubahan pupil, lethargi – stupor.
 peningkatan tonus otot ekstrimitas

8
 Dahi menonjol atau mengkilat dan pembuluh – pembuluh darah terlihat jelas
 Alis mata dan bulu mata ke atas, sehingga sclera terlihat seolah – olah diatas
iris
 Bayi tidak dapat melihat ke atas, ‘‘Sunset Eyes”
 Strabismus, nystagmus, atropi optic
 Bayi sulit mengangkat dan menahan kepalanya ke atas

b) Anak yang telah menutup suturanya;


Tanda – tanda peningkatan intarakranial
 Nyeri kepala
 Muntah
 Lethargi, lelah, apatis, perubahan personalitas
 Ketegangan dari sutura cranial dapat terlihat pada anak berumur 10 tahun
 Penglihatan ganda, kontruksi penglihatan perifer
 Strabismus
 Perubahan pupil

2.6 KLASIFIKASI
Klasifikasi hidrosefalus bergantung pada faktor yang berkaitan dengannya,
berdasarkan;
1. Gambaran klinis, dikenal hidrosefalus manifest ( overt hydrocephalus ) dan
hidrsefalus tersembunyi ( occult hydrocephalus )
2. Waktu pembentukan, dikenal hidrosefalus kongenital dan hidrosefalus
akuisita.
3. Proses terbentuknya, dikenal hidrosefalus akut dan hidrosefalus kronik.
4. Sirkulasi CSS, dikenal hidrosefalus komunikans dan hidrosefalus non
komunikansi.

2.7 KOMPLIKASI
Komplikasi Hidrocefalus menurut Prasetio (2004)
1. Peningkatan TIK
2. Pembesaran Kepala

9
3. Kerusakan Ota
4. Meningitis, Ventrikularis, abses abdomen
5. Ekstremitas mengalami kelemahan, inkoordinasi, sensibilitas kulit menurun
6. Kerusakan jaringan saraf
7. Proses aliran darah terganggu
8. Shunt tidak berfungsi dengan baik akibat obstruksi mekanik
9. Infeksi; septicemia, endokarditi, infeksi luka, nefritis, meningitis,
ventrikulitis, abses otak

2.8 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK


Selain dari gejala-gejala klinik, keluhan pasien maupun dari hasil pemeriksaan
fisik dan psikis, untuk keperluan diagnostik hidrosefalus dilakukan pemeriksaan-
pemeriksaan penunjang yaitu;
1. Rontgen foto kepala
Dengan prosedur ini dapat diketahui:
a. Hidrosefalus tipe kongenital/infantile
b. Hidrosefalus tipe juvenile/adult
2. Transimulasi
3. Lingkaran kepala
4. Ventrikulografi
5. Ultrasanografi
6. CT Scan Kepala
7. MRI ( Magnetic Resonance Image )
2.9 PENATALAKSANAAN
Penanganan hidrocefalus masuk pada katagori ”live saving and live sustaining”
yang berarti penyakit ini memerlukan diagnosis dini yang dilanjutkan dengan
tindakan bedah secepatnya. Keterlambatan akan menyebabkan kecacatan dan
kematian sehingga prinsip pengobatan hidrocefalus harus dipenuhi yakni:
1. Mengurangi produksi cairan serebrospinal dengan merusak pleksus koroidalis
dengan tindakan reseksi atau pembedahan, atau dengan obat azetasolamid
(diamox) yang menghambat pembentukan cairan serebrospinal.

10
2. Memperbaiki hubungan antara tempat produksi caira serebrospinal dengan
tempat absorbsi yaitu menghubungkan ventrikel dengan subarachnoid
3. Pengeluaran cairan serebrospinal ke dalam organ ekstrakranial, yakni:
a. Drainase ventrikule-peritoneal
b. Drainase Lombo-Peritoneal
c. Drainase ventrikulo-Pleural
d. Drainase ventrikule-Uretrostomi
e. Drainase ke dalam anterium mastoid
f. Mengalirkan cairan serebrospinal ke dalam vena jugularis dan jantung
melalui kateter yang berventil (Holter Valve/katup Holter) yang
memungkinkan pengaliran cairan serebrospinal ke satu arah. Cara ini
merupakan cara yang dianggap terbaik namun, kateter harus diganti sesuai
dengan pertumbuhan anak dan harus diwaspadai terjadinya infeksi sekunder
dan sepsis.

4. Tindakan bedah pemasangan selang pintasan atau drainase dilakukan setelah


diagnosis lengkap dan pasien telah di bius total. Dibuat sayatan kecil di daerah
kepala dan dilakukan pembukaan tulang tengkorak dan selaput otak, lalu
selang pintasan dipasang. Disusul kemudian dibuat sayatan kecil di daerah
perut, dibuka rongga perut lalu ditanam selang pintasan, antara ujung selang di
kepala dan perut dihubiungakan dengan selang yang ditanam di bawah kulit
hingga tidak terlihat dari luar.

5. Pengobatan modern atau canggih dilakukan dengan bahan shunt atau pintasan
jenis silicon yang awet, lentur, tidak mudah putus.
Ada 2 macam terapi pintas/ “ shunting “:
a. Eksternal
CSS dialirkan dari ventrikel ke dunia luar, dan bersifat hanya sementara.
Misalnya: pungsi lumbal yang berulang-ulang untuk terapi hidrosefalus
tekanan normal
b. Internal
1. CSS dialirkan dari ventrikel ke dalam anggota tubuh lain :

11
 Ventrikulo-Sisternal, CSS dialirkan ke sisterna magna (Thor-Kjeldsen)
 Ventrikulo-Atrial, CSS dialirkan ke sinus sagitalis superior
 Ventrikulo-Bronkhial, CSS dialirkan ke Bronhus.
 Ventrikulo-Mediastinal, CSS dialirkan ke mediastinum
 Ventrikulo-Peritoneal, CSS dialirkan ke rongga peritoneum.

2. Lumbo Peritoneal Shunt”


CSS dialirkan dari Resessus Spinalis Lumbalis ke rongga peritoneum
dengan operasi terbuka atau dengan jarum Touhy secara perkutan.

12
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN HIDROCHEFALUS

3.1 KASUS
A. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Nama Pasien : An. T
Usia : 8 bulan
Jenis kelamin : laki-laki
Agama : islam
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Alamat : Serang, Banten
No rm : 33215
Tanggal masuk Rs : 26 november 2020
Diagnosa medis : Hidrochefalus

b. Identitas penanggung jawab


Nama : Ny. R
Umur : 25 tahun
Hubungan dengan pasien : Ibu
Pekerjaan : IRT
Alamat : Serang, Banten
c. Riwayat Penyakit
1) Keluhan Utama
Muntah, gelisah, nyeri kepala, lelah apatis, penglihatan ganda,
perubahan pupil, kontriksi penglihatan perifer.

13
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu pasien mengatakan anaknya sering menangis sambil
memegangi kepala, gelisah dan muntah-muntah sejak 2 bulan yang
lalu, nafsu makan menurun serta anaknya terlihat lelah.

3) Riwayat Penyakit Dahulu

a) Antrenatal : perdarahan ketika hamil


b) Natal : perdarahan pada saat melahirkan
c) Postnatal : infeksi, meningitis, TBC, neoplasma

4) Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada

d. Pemeriksaan Fisik
1) B1 (Breathing)
a. Dispnea
b. Ronchi
c. Peningkatan frekuensi nafas
2) B2 (Blood)
a. Pucat
b. Peningkatan systole
3) Penurunan nadi
4) B3 (Brain)
a. Sakit kepala
b. Gangguan kesadaran
c. Dahi menonjol dan meningkat
d. Pembesaran kepala
e. Perubahan pupil
f. Penglihatan ganda
g. Penglihatan perifer

14
5) B4 (Bladder)
a. Urine : oliguria
6) B5 (Bowel)
a. Mual
b. Muntah
c. Nafsu makan menurun
7) B6 (Bone)
a. Kelemahan
b. Lelah
c. Peningkatan tonus otot ekstermitas

e. Pemeriksaan Psikososial
Terjadi perubahan mental keluarga pada saat awal klien didiagnosa
menderita penyakit hidrochefalus pada anak nya, berbagai pengobatan
telah dilakukan sesuai dengan anjuran pada medis hingga akhirnya
keluarga pasrah melihat perkembangan klien yang kurang baik.

f. Aktifitas sehari-hari

Pola kesehatan Klien An. T

 Pola makan dan minum


Sebelum sakit - Makan
3x sehari, nafsu makan
baik, jenis makanan yang
dimakan bubur bayi
(Promina), dan biscuit
bayi.
- Minum
Susu formula : 6 botol
Saat sakit ukuran 50ml = 300ml
- Makan

15
3x sehari dengan porsi
yang disediakan RS
( khusus bayi ) terdapat
sisa makanan

- Minum
2 botol ukuran 50ml =
100ml
 Pola istirahat dan tidur
Sebelum sakit - Pasien tidur 6-8 jam/hari

Saat sakit - Pasien tidur 5-6 jam/hari


 Personal hygine
Sebelum sakit - Mandi
2x sehari

Saat sakit - Mandi


2x sehari dengan washlap

 Eliminasi BAK dan BAB


Sebelum sakit - BAK
4-5x sehari
- BAB
1-2x sehari

Saat sakit - BAK


2-3x sehari
- BAB
1x sehari
 Pola aktifitas
Sebelum sakit klien mengoceh dan menggerakan
tangan serta kaki

16
Saat sakit klien menangis terus

g. Data penunjang

1. Lingkar kepala pada masa bayi


Translumiasi kepala bayi, tampak penggumpalan cairan
serebrospinalis yang abnormal
2. Perkusi pada tengkorak bayi menghasilkan “ suara khas “
3. Opthalmoscopi menunjukan papil edema
4. CT Scan
5. Foto kepala menujukan pelebaran pada fontanel dan sutura
serta erosi tulang intra cranial

b. Analisa data

NO Data Senjang Etiologi Masalah


1 DS : ibu klien Hydrocephalus Defisit nutrisi
mengatakan bahwa
anaknya sering mual Mual muntah
muntah dan nafsu
makan berkurang. Penurunan BB

DO : Defisit nutrisi
- Klien terus
muntah
- Klien tidak
mau makan
- Klien nampak
lemah
- TD :90/60
mmhg
- RR :60x/menit
- S : 36,5
- N : 90x/menit

17
2 DS : ibu klien Hydrocephalus Nyeri
mengatakan anaknya
meringis kesakitan Ccs berlebih
dibagian kepala
Penekanan saraf local
DO :
- Klien Nampak Sekresi prostaglandin
rewel
- Klien Nyeri
menangis
terus
- Skala nyeri 5
- N :90x/menit
- RR: 60x/menit

i. Diagnosa keperawatan
1. Defisit nutrisi b.d mual muntah
2. Nyeri b.d peningkatan tekanan intracranial
c. Intervensi keperawatan

DIAGNOSA TUJUAN &


NO INTERVENSI
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
1 Defisit nutrisi Setelah dilakukan asuhan Observasi
keperawatan 2x24 jam - Identifikasi

DS : ibu klien defisit nutrisi menjadi makanan yang


nutrisi klien terpenuhi disukai
mengatakan bahwa
kriteria hasil : - Monitor
anaknya sering mual
- Nafsu makan asupan
muntah dan nafsu makan
meningkat makanan
berkurang.
- Mual dan - Monitor berat
muntah badan
DO :
berkurang Terapeutik
- Klien terus

18
muntah - TTV dalam - Lakukan oral
- Klien tidak mau batas normal hygiene

makan sebelum

- Klien nampak makan, jika


perlu
lemah
- Sajikan
- TD : 90/60
makanan yang
mmHg
menarik dan
- RR : 60x/menit
suhu yang
- S : 36,5 ˚c sesuai
- N : 90x/menit - Berikan
- BB sebelum makanan tinggi
sakit: 8 kg kalori dan
- BB setelah sakit : tinggi protein
6 kg - Berikan
suplemen
makanan, jika
perlu
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian
medikasi
sebelum
makan , jika
perlu
- Kolaborasi
dengan ahli
gizi untuk
menentukan
jumlah kalori
dan jenis
nutrient yang
dibutuhkan,
jika perlu

19
Nyeri b.d meningkatnya Setelah dilakukan Observasi :
tekanan intracranial tindakan keperawatan - Kaji pengalaman
2x24 jam diharapkan nyeri pada anak
DS : ibu klien nyeri kepala klien - Minta anak
mengatakan anaknya hilang dengan menunjukan area
meringis kesakitan 20riteria hasil : yang sakit dan
dibagian kepala - Nyeri kepala menentukan
hilang peringkat nyeri
2
DO : - Skala nyeri 0 dengan skala
- Klien Nampak - Nadi dan RR nyeri 0-5 ( 0 =
rewel normal tidak nyeri, 5 =
- Klien menangis - Tidak meringis nyeri sekali )
terus kesakitan - Pantau dan catat
- Skala nyeri 5 TTV
- N : 90x/menit
- RR : 60x/menit

d. Implementasi

Hari /
NO Diagnosa Implementasi Paraf
Tanggal
1 27 Defisit nutrisi 1. mengidentifikasi status
november nutrisi
r/s = ibu klien mengatakan
2020
tidak nafsu makan
r/o = porsi makan berkurang
2.memonitor asupan
makanan
r/s = ibu klien mengatakan
sakit jika menelan
r/o = klien mengatakan
tidak mual lagi
3.memonitor berat badan
r/s =-
r/o = bb = 8 kg
2 27 Nyeri - Kaji pengalaman nyeri pada
november anak

20
2020 r/s : ibu klien mengatakan
anaknya meringis kesakitan
dibagian kepala
r/o : Klien menangis terus

- Minta anak menunjukan


area yang sakit dan
menentukan peringkat nyeri
dengan skala nyeri 0-5 ( 0 =
tidak nyeri, 5 = nyeri
sekali )
r/s : -
r/o : Skala nyeri 5

e. Evaluasi Keperawatan

NO Hari / Tanggal Diagnose Evaluasi Paraf


1 27 november Defisit nutrisi S = ibu klien mengatakan
2020 anaknya sudah nafsu
makan

O = 1. Tidak tampak sisa


makanan di piring klien,
klien menghabiskan
makanannya

2.klien mengtakan
tidak mual lagi

3. BB = 8 kg

A = masalah teratasi

P = intervensi dihentikan

21
2 27 november Nyeri S : ibu klien mengatakan
2020 anaknya meringis
kesakitan dibagian
kepala

O:
- Klien Nampak
rewel
- Klien menangis
terus
- Skala nyeri 5
- TD :90/60 mmHg
- RR:60x/menit
- S : 36,5
- N :90x/menit

A : Masalah teratasi
sebagian
P : intervensi dilanjutkan

22
BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Hidrocephalus adalah: suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan
bertambahnya cairan cerebrospinal (CSS) dengan atau pernah dengan tekanan
intra kranial yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat
mengalirnya CSS.
Merupakan sindroma klinis yang dicirikan dengan dilatasi yang progresif pada
sistem ventrikuler cerebral dan kompresi gabungan dari jaringan – jaringan
serebral selama produksi CSF berlangsung yang meningkatkan kecepatan absorbsi
oleh vili arachnoid. Akibat berlebihannya cairan serebrospinalis dan
meningkatnya tekanan intrakranial menyebabkan terjadinya peleburan ruang –
ruang tempat mengalirnya liquor. Berdasarkan letak obstruksi CSF hidrosefalus
pada bayi dan anak ini juga terbagi dalam dua bagian yaitu :
1. Hidrochepalus komunikan
2. Hidrochepalus non-komunikan
3. Hidrochepalus bertekanan normal

23
Insidens hidrosefalus pada anak-anak belum dapat ditentukan secara pasti dan
kemungkinan hai ini terpengaruh situasi penanganan kesehatan pada masing-
masing rumah sakit.

4.2 SARAN
Tindakan alternatif selain operasi diterapkan khususnya bagi kasus-kasus yang
yang mengalami sumbatan didalam sistem ventrikel. Dalam hal ini maka tindakan
terapeutik semacan ini perlu.
Semoga makalah dan askep yang kami susun dapat dimanfaatkan secara
maksimal, sehingga dapat membantu proses pembelajaran, dan dapat
mengefektifkan kemandirian dan kreatifitas mahasiswa. Selain itu, diperlukan
lebih banyak referensi untuk menunjang proses pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA
http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35563-Kep
%20Neurobehaviour-Askep%20Hidrosefalus.html
http://asuhankeperawatanakpergatsoe.blogspot.com/2010/08/asuhan-keperawatan-
pada-anak-d-dengan.html
Sandar Diagnosis keperawatan Indonesia, edisi 1: desember 2016
SIKI, edisi 1 cetakan 2 : September 2018

24

Anda mungkin juga menyukai