Anda di halaman 1dari 23

TUGAS KELOMPOK KEPERAWATAN ANAK I

“KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN


HIDROCEPHALUS “

OLEH :

KELOMPOK 3

NAMA ANGGOTA KELOMPOK :

1. PUTU YUDIARTA (C1118070)


2. SAMALINA ELIZABETH MANETDE (C1118072)
3. NI KOMANG SRI MELIYANI (C1118082)
4. NI WAYAN RIKA SUKMA DEWI (C1118083)
5. NI KETUT DWI LAKSMIANI (C1118090)
6. AYU RIA WIDIADNYANI (C1118091)
7. NI LUH PUTU RUSTININGSIH (C1118094)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA USADA BALI

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
hidayah-Nya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Makalah Tentang Konsep
Dasar Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Hidrocephalus“dengan sebaik-baiknya.
Dalam penyusunan makalah ini, kami telah mengalami berbagai hal baik suka maupun
duka. Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak akan selesai dengan lancar
dan tepat waktu tanpa adanya bantuan, dorongan, serta bimbingan dari berbagai pihak.
Sebagai rasa syukur atas terselesainya makalah ini, maka dengan tulus kami sampaikan
terimakasi kepada pihak-pihak yang turut membantu.
Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari masih banyak kekurangan baik pada
teknik penulisan penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
dapat diterapkan dalam, menyelesaikan suatu permasalahan yang berhubungan dengan
judul makalah ini.

Mangupura, 06 April 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................... ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1

1.1 Latar Belakang...............................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................1
1.3 Tujuan Masalah..............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................3

2.1 Konsep Dasar Penyakit....................................................................................3


a. Pengertian Penyakit ..................................................................................3
b. Etiologi & Faktor Resiko...........................................................................4
c. Epidemiologi ............................................................................................5
d. Patofisiologi ..............................................................................................5
e. Tanda dan gejala/Manifestasi klinis .........................................................7
f. Klasifikasi..................................................................................................8
g. Komplikasi ...............................................................................................8
h. Pemeriksaan penunjang/ Diagnostik ........................................................9
i. Penatalaksanaan ........................................................................................10
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan .........................................................................12
a. Pengkajian.................................................................................................12
b. Diagnosa ...................................................................................................13
c. Intervensi ..................................................................................................15
d. Implementasi ............................................................................................18
e. Evaluasi ....................................................................................................18

BAB III PENUTUP...............................................................................................19

3.1 Kesimpulan....................................................................................................19
3.2 Saran ..............................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hydrocephalus telah dikenal sejak zaman hipocrates, saat itu hydrocephalus dikenal
sebagai penyebab penyakit ayan. Dan saat ini dengan teknologi yang semakin
berkembang maka mengakibatkan polusi didunia semakin meningkat pula yang pada
akhirnya menjadi faktor penyebab suatu penyakit, yang mana kehamilan merupakan
keadaan yang sangat rentan terhadap penyakit yang dapat mempengaruhi janinnya,
salah satunya adalah Hydrocephalus. Saat ini secara umum insidennya dapat
dilaporkan sebesar tiga kasus perseribu kehamilan hidup menderita hydrocephalus.
Dan hydrocephalus merupakan penyakit yang sangat memerlukan pelayanan
keperawatan yang khusus.
Hydrocephalus dapat terjadi pada semua umur tetapi paling banyak pada bayi yang
ditandai dengan membesarnya kepala melebihi ukuran normal. Meskipun banyak
ditemukan pada bayi dan anak, sebenarnya hydrocephalus juga biasa terjadi pada
orang dewasa, hanya saja pada bayi gejala klinisnya tampak lebih jelas sehingga lebih
mudah dideteksi dan didiagnosis. Hal ini dikarenakan pada bayi ubun – ubunnya
masih terbuka, sehingga adanya penumpukan cairan otak dapat dikompensasi dengan
melebarnya tulang – tulang tengkorak. Sedang pada orang dewasa tulang tengkorak
tidak lagi mampu melebar.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa pengertian hidrosefalus.
2. Bagaimana etiologi hidrosefalus.
3. Bagaimana epidemiologi hidrosefalus.
4. Bagaimana patofisiologi dan pathway hidrosefalus.
5. Apa tanda gejala/ manifestasi klinis hidrosefalus.
6. Bagaimana klasifikasi hidrosefalus.
7. Mengetahui pemeriksaan penunjang/ diagnostik hidrosefalus.
8. Bagaimana penatalaksanaan hidrosefalus.
9. Bagaimana asuhan keperawatan hidrosefalus pada anak.

1
1.3. Tujuan
a) Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui berbagai
hal yang berhubungan dengan hidrosefalus dan dapat merancang berbagai cara untuk
mengantisipasi masalah hidrosefalus.
b) Tujuan Khusus
1. Mengetahui pengertian hidrosefalus.
2. Mengetahui etiologi hidrosefalus.
3. Mengetahui epidemiologi hidrosefalus.
4. Mengetahui patofisiologi dan pathway hidrosefalus.
5. Mengetahui tanda gejala/ manifestasi klinis hidrosefalus.
6. Mengetahui klasifikasi hidrosefalus.
7. Mengetahui pemeriksaan penunjang/ diagnostik hidrosefalus.
8. Mengetahui penatalaksanaan hidrosefalus.
9. Mengetahui asuhan keperawatan hidrosefalus pada anak.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 KONSEP DASAR PENYAKIT


A. Pengertian Penyakit

Hidrosefalus adalah akumulasi cairan serebro spinal dalam ventrikel serebral,


ruang subarachnoid atau ruang subdural (Suriadi dan Yuliani, 2001).
Hidrosefalus merupakan keadaan patologis otak yang mengakibatkan
bertambahnya cairan serebro spinalis tanpa atau pernah dengan tekanan intracranial
yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya cairan
serebro spinal (Ngastiyah,2007).
Hidrosefalus merupakan sindroma klinis yang dicirikan dengan dilatasi yang
progresif pada system ventrikuler cerebral dan kompresi gabungan dari jaringan –
jaringan serebral selama produksi CSF berlangsung yang meningkatkan kecepatan
absorbsi oleh vili arachnoid. Akibat berlebihannya cairan serebrospinalis dan
meningkatnya tekanan intrakranial menyebabkan terjadinya peleburan ruang – ruang
tempat mengalirnya liquor (Mualim, 2010)
Hydrocephalus berkembang jika aliran serebro spinal terhambat pada tempa
sepanjang perjalanannya, timbulnya hydrocephalus akibat produksi berlebihan cairan
serebrospinal dianggap sebagai proses yang intermitten setelah suatu infeksi atau
trauma. Ini dapat terjadi kelainan yang progresif pada anak – anak yang disebabkan
oleh papyloma pleksus dapat diatasi dengan operasi (Mumenthaler, 1995). Pembagiaan
hydrocephalus pada anak dan bayi.

Hydrocephalus pada anak atau bayi pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Kongenital

Merupakan hydrocphalus yang sudah diderita sejak bayi dilahirkan sehingga pada
saat lahir keadaan otak bayi terbentuk kecil, terdesak oleh banyaknya cairan dalam
kepala dan tingginya tekanan intrakranial sehingga pertumbuhan sel otak
terganggu

2. Non Kongenital

Bayi atau anak mengalaminya pada saat sudah besar dengan penyebabnya yaitu
penyakit – penyakit tertentu misalnya trauma, TBC yang menyerang otak dimana
pengobatannya tidak tuntas.Pada hydrocephalus didapat pertumbuhan otak sudah
sempurna, tetapi kemudian teganggu oleh sebab adanya peninggian tekanan
intrakranial sehingga perbedaan antara hydrocephalus kongenital dan

3
hydrocephalus non kongenital terletak pad pembentukan otak dan kemungkinan
prognosanya.

Berdasarkan letak obstruksi CSF hydrocephalus pada bayi dan anak ini juga dalam 2

bagian, terbagi yaitu;

1. Hydrocephalus Komunikan (kommunucating hydrocephalus)

Pada hydrocephalus Komunikan obstruksinya terdapat pada rongga subarachnoid,


sehingga terdapat aliran bebas CSF dalam sistem ventrikel sampai ke tempat sumbatan

2. Hydricephalus Non komunukan (nonkommunican hydrocephalus)

Pada hydrocephalus nonkomunikan obstruksinya terdapat dalam system ventrikel


sehingga menghambat aliran bebas dari CSF. Biasanya gangguan yang terjadi pada
hydrocephalus kongenital adalah pada sistem ventikel sehingga terjadi bentuk
hydrocephalus nonkomunikan.

B. Etiologi
Hidrosefalus terjadi bila terdapat penyumbatan aliran CSS pada salah satu
tempat antara tempat pembentukan CSS dalam sistem ventrikel dan tempat absorbsi
dalam ruang subarackhnoid. akibat penyumbatan, terjadi dilatasi ruangan CSS
diatasnya. Penyumbatan aliran CSS sering terdapat pada bayi dan anak ialah:
1. Kongenital : disebabkan gangguan perkembangan janin dalam rahim,atau infeksi
intrauterine meliputi :
a) Stenosis aquaductus sylvi
b) Spina bifida dan kranium bifida
c) Syndrom Dandy-Walker
d) Kista arakhnoid dan anomali pembuluh darah
2. Didapat : disebabkan oleh infeksi, neoplasma, atau perdarahan
a) Infeksi
Akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen. secara patologis terlihat
penebalan jaringan piameter dan arakhnoid sekitar sisterna basalis dan
daerah lain. Penyebab lain infeksi adalah toksoplasmosis.

4
b) Neoplasma
Hidrosefalus oleh obstruksi mekanik yang dapat terjadi di setiap tempat
aliran CSS. pada anak yang terbanyak menyebabkan penyumbatan ventrikel
dari cerebelum, penyumbatan bagian depan ventrikel III disebabkan
kraniofaringioma.
c) Perdarahan
Perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak, dapat menyebabkan
fibrosis leptomeningfen terutama pada daerah basal otak, selain
penyumbatan yang terjakdi akibat organisasi dari darah itu sendiri.
C. Epidemiologi
Thanman (1984) melaporkan insiden si hidrosefalus antara 0,2 – 4 setiap 1000
kelahiran. Raveley (1973) cit Yasa (1983) di Inggris melaporkan bahwa insiden si
hidrosefalus kongenital adalah 0,5 – 1,8 pada setiap 1000 kelahiran dan 11 % - 43 %
disebabkan oleh stenosis aqueductus serebri. Hidrosefalus dengan meningomielokel,
yaitu antara 4 per 1000 kelahiran di beberapa negara bagian wales dan irlandia utara
damai sekitar 0,2 per 1000 kelahiran di jepang. Sedangkan insidensi hidrosefalus
bentuk lainnya sekitar 1 per 1000 kelahiran. Stenosis akuaduktus ditemukan pada
sekitar sepertiga anak dengan hidrosefalus (Huttenlocher,1983). Tidak ada perbedaan
bermakna insidensi untuk kedua jenis kelamin, juga dalam ras. Hidrosefalus dapat
terjadi pada semua umur. Pada remaja dan dewasa lebih sering disebabkan oleh
toksoplasmosis. Hidrosefalus infantil ; 46% diantaranya adalah akibat abnormalitas
perkembangan otak, 50% karena perdarahan subaraknoid dan meningitis, dan kurang
dari 4% akibat tumor fossa posterior (Harsono,1996).

D. Patofisiologi

Hidrocephalus ini bisa terjadi karena konginetal (sejak lahir), infeksi


(meningitis, pneumonia, TBC), pendarahan di kepala dan faktor bawaan (stenosis
aquaductus sylvii) sehingga menyebabkan adanya obstruksi pada system ventrikuler
atau pada ruangan subarachnoid, ventrikel serebral melebar, menyebabkan permukaan
ventrikuler mengkerut dan merobek garis ependymal. White mater dibawahnya akan
mengalami atrofi dan tereduksi menjadi pita yang tipis. Pada gray matter terdapat
pemeliharaan yang bersifat selektif, sehingga walaupun ventrikel telah mengalami
pembesaran gray matter tidak mengalami gangguan. Proses dilatasi itu dapat

5
merupakan proses yang tiba – tiba / akut dan dapat juga selektif tergantung pada
kedudukan penyumbatan. Proses akut itu merupakan kasus emergency. Pada bayi dan
anak kecil sutura kranialnya melipat dan melebar untuk mengakomodasi peningkatan
massa cranial. Jika fontanela anterior tidak tertutup dia tidak akan mengembang dan
terasa tegang pada perabaan.Stenosis aquaductal (Penyakit keluarga / keturunan yang
terpaut seks) menyebabkan titik pelebaran pada ventrikel lateral dan tengah, pelebaran
ini menyebabkan kepala berbentuk khas yaitu penampakan dahi yang menonjol secara
dominan (dominan Frontal blow). Syndroma dandy walkker akan terjadi jika terjadi
obstruksi pada foramina di luar pada ventrikel IV. Ventrikel ke IV melebar dan fossae
posterior menonjol memenuhi sebagian besar ruang dibawah tentorium. Klein dengan
type hidrosephalus diatas akan mengalami pembesaran cerebrum yang secara simetris
dan wajahnya tampak kecil secara disproporsional.
Pada orang yang lebih tua, sutura cranial telah menutup sehingga membatasi
ekspansi masa otak, sebagai akibatnya menujukkan gejala : Kenailkan ICP sebelum
ventrikjel cerebral menjadi sangat membesar. Kerusakan dalam absorbsi dan sirkulasi
CSF pada hidrosephalus tidak komplit. CSF melebihi kapasitas normal sistim
ventrikel tiap 6 – 8 jam dan ketiadaan absorbsi total akan menyebabkan kematian.
Pada pelebaran ventrikular menyebabkan robeknya garis ependyma normal
yang pada dinding rongga memungkinkan kenaikan absorpsi. Jika route kolateral
cukup untuk mencegah dilatasi ventrikular lebih lanjut maka akan terjadi keadaan
kompensasi.

6
Pathway HIDROSEFALUS

Produksi CSS Absrobsi

- Post infeksi : Meningitis

- Tumor space occupying

Penumpukan cairan (CSS) dalam ventrikel otak secara aktif (hidrosefalus)

Penatalaksanaan Obstruksi aliran pada shunt diventrikel otak

Pemasangan VP Shunt Peningkatan Volume CSS

Immobilisasi Resiko Infeksi TIK

Gangguan Integritas Kulit

E. Tanda & Gejala / Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis Hidrosefalus dibagi menjadi 2 yaitu : anak dibawah usia 2


tahun, dan anak diatas usia 2 tahun.
1. Hidrosefalus dibawah usia 2 tahun
a) Sebelum usia 2 tahun yang lebih menonjol adalah pembesaran kepala.
b) Ubun-ubun besar melebar, terba tegang/menonjol dan tidak berdenyut.
c) Dahi nampak melebar dan kulit kepala tipis, tegap mengkilap dengan
pelebaran vena-vena kulit kepala.
d) Tulang tengkorak tipis dengan sutura masih terbuka lebar cracked pot sign
yakni bunyi seperti pot kembang yang retak pada perkusi.
e) Perubahan pada mata.
1) bola mata berotasi kebawah olek karena ada tekanan dan penipisan tulang
supra orbita. Sclera nampak diatas iris, sehingga iris seakan-akan seperti
matahari yang akan terbenam

7
2) strabismus divergens
3) nystagmus
4) refleks pupil lambat
5) atropi N II oleh karena kompensi ventrikel pada chiasma optikum
6) papil edema jarang, mungkin oleh sutura yang masih terbuka.
2. Hydrochepalus pada anak diatas usia 2 tahun.
a) Yang lebih menonjol disini ialah gejala-gejala peninggian tekanan intra
kranial oleh karena pada usia ini ubun-ubun sudah tertutup
F. Klasifikasi
Jenis Hidrosefalus dapat diklasifikasikan menurut:
1. Waktu Pembentukan
a) Hidrosefalus Congenital, yaitu Hidrosefalus yang dialami sejak dalam
kandungan dan berlanjut setelah dilahirkan
b) Hidrosefalus Akuisita, yaitu Hidrosefalus yang terjadi setelah bayi dilahirkan
atau terjadi karena faktor lain setelah bayi dilahirkan (Harsono,2006).
2. Proses Terbentuknya Hidrosefalus
a) Hidrosefalus Akut, yaitu Hidrosefalus yang tejadi secara mendadak yang
diakibatkan oleh gangguan absorbsi CSS (Cairan Serebrospinal)
b) Hidrosefalus Kronik, yaitu Hidrosefalus yang terjadi setelah cairan CSS
mengalami obstruksi beberapa minggu (Anonim,2007)
3. Sirkulasi Cairan Serebrospinal
a) Communicating, yaitu kondisi Hidrosefalus dimana CSS masih bisa keluar
dari ventrikel namun alirannya tersumbat setelah itu.
b) Non Communicating, yaitu kondisi Hidrosefalus dimana sumbatan aliran
CSS yang terjadi disalah satu atau lebih jalur sempit yang menghubungkan
ventrikel-ventrikel otak (Anonim, 2003).
4. Proses Penyakit
a) Acquired, yaitu Hidrosefalus yang disebabkan oleh infeksi yang mengenai
otak dan jaringan sekitarnya termasuk selaput pembungkus otak (meninges).
b) Ex-Vacuo, yaitu kerusakan otak yang disebabkan oleh stroke atau cedera
traumatis yang mungkin menyebabkan penyempitan jaringan otak atau
athrophy (Anonim, 2003).
G. Komplikasi
1) Peningkatan tekanan intrakranial
8
2) Kerusakan otak
3) Infeksi: septikemia, endokarditis, infeksiluka, nefritis, meningitis, ventrikulitis,
abses otak.
4) Shunt tidak berfungsi dengan baik akibat obstruksi mekanik.
5) Hematomi subdural, peritonitis,adses abdomen, perporasi organ dalam rongga
abdomen,fistula,hernia, dan ileus.
6) Kematian
H. Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik

Selain dari gejala-gejala klinik, keluhan pasien maupun dari hasil pemeriksaan
fisik dan psikis, untuk keperluan diagnostik hidrosefalus dilakukan pemeriksaan-
pemeriksaan penunjang yaitu;

1. Rontgen foto kepala

Dengan prosedur ini dapat diketahui:

a. Hidrosefalus tipe kongenital/infantile, yaitu: ukuran kepala, adanya pelebaran


sutura, tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial kronik berupa imopressio
digitate dan erosi prosessus klionidalis posterior.
b. Hidrosefalus tipe juvenile/adult oleh karena sutura telah menutup maka dari
foto rontgen kepala diharapkan adanya gambaran kenaikan tekanan intrakranial.

2. Transimulasi

Syarat untuk transimulasi adalah fontanela masih terbuka, pemeriksaan ini


dilakukan dalam ruangan yang gelap setelah pemeriksa beradaptasi selama 3
menit. Alat yang dipakai lampu senter yang dilengkapi dengan rubber adaptor.
Pada hidrosefalus, lebar halo dari tepi sinar akan terlihat lebih lebar 1-2 cm.

3. Lingkaran kepala

Diagnosis hidrosefalus pada bayi dapat dicurigai, jika penambahan lingkar kepala
melampaui satu atau lebih garis-garis kisi pada chart (jarak antara dua garis kisi 1
cm) dalam kurun waktu 2-4 minggu. Pada anak yang besar lingkaran kepala dapat
normal hal ini disebabkan oleh karena hidrosefalus terjadi setelah penutupan
suturan secara fungsional.

Tetapi jika hidrosefalus telah ada sebelum penutupan suturan kranialis maka
penutupan sutura tidak akan terjadi secara menyeluruh.

4. Ventrikulografi

Setelah kontras masuk langsung difoto, maka akan terlihat kontras mengisi ruang
ventrikel yang melebar. Pada anak yang besar karena fontanela telah menutup
9
untuk memasukkan kontras dibuatkan lubang dengan bor pada kranium bagian
frontal atau oksipitalis. Ventrikulografi ini sangat sulit, dan mempunyai risiko
yang tinggi. Di rumah sakit yang telah memiliki fasilitas CT Scan, prosedur ini
telah ditinggalkan.

5. Ultrasanografi

Dilakukan melalui fontanela anterior yang masih terbuka. Dengan USG


diharapkan dapat menunjukkan system ventrikel yang melebar. Pendapat lain
mengatakan pemeriksaan USG pada penderita hidrosefalus ternyata tidak
mempunyai nilai di dalam menentukan keadaan sistem ventrikel hal ini disebabkan
oleh karena USG tidak dapat menggambarkan anatomi sistem ventrikel secara
jelas, seperti halnya pada pemeriksaan CT Scan.

6. CT Scan Kepala

Pada hidrosefalus obstruktif CT Scan sering menunjukkan adanya pelebaran dari


ventrikel lateralis dan ventrikel III. Dapat terjadi di atas ventrikel lebih besar dari
occipital horns pada anak yang besar. Ventrikel IV sering ukurannya normal dan
adanya penurunan densitas oleh karena terjadi reabsorpsi transependimal dari CSS.

Pada hidrosefalus komunikans gambaran CT Scan menunjukkan dilatasi ringan


dari semua sistem ventrikel termasuk ruang subarakhnoid di proksimal dari daerah
sumbatan

7. MRI ( Magnetic Resonance Image )

Untuk mengetahui kondisi patologis otak dan medula spinalis dengan


menggunakan teknik scaning dengan kekuatan magnet untuk membuat bayangan
struktur tubuh.

I. Penatalaksanaan
1. Pencegahan
Untuk mencegah timbulnya kelainan genetic perlu dilakukan penyuluhan genetic,
penerangan keluarga berencana serta menghindari perkawinan antar keluarga
dekat. Proses persalinan/kelahiran diusahakan dalam batas-batas fisiologik untuk
menghindari trauma kepala bayi. Tindakan pembedahan Caesar suatu saat lebih
dipilih dari pada menanggung resiko cedera kepala bayi sewaktu lahir.
2. Terapi Medikamentosa
Hidrosefalus dengan progresivitas rendah dan tanpa obstruksi pada umumnya
tidak memerlukan tindakan operasi. Dapat diberi asetazolamid dengan dosis 25 –
50 mg/kg BB. Pada keadaan akut dapat diberikan menitol. Diuretika dan
10
kortikosteroid dapat diberikan meskipun hasilnya kurang memuaskan. Pembarian
diamox atau furocemide juga dapat diberikan. Tanpa pengobatan “pada kasus
didapat” dapat sembuh spontan ± 40 – 50 % kasus.
3. Pembedahan :
Tujuannya untuk memperbaiki tempat produksi LCS dengan tempat absorbsi.
Misalnya Cysternostomy pada stenosis aquadustus. Dengan pembedahan juga
dapat mengeluarkan LCS kedalam rongga cranial yang disebut :
a) Ventrikulo Peritorial Shunt
b) Ventrikulo Adrial Shunt
Untuk pemasangan shunt yang penting adalah memberikan pengertian pada
keluarga mengenai penyakit dan alat-alat yang harus disiapkan (misalnya :
kateter “shunt” obat-obatan darah) yang biasanya membutuhkan biaya besar.
Pemasangan pintasan dilakukan untuk mengalirkan cairan serebrospinal dari
ventrikel otak ke atrium kanan atau ke rongga peritoneum yaitu pi8ntasan
ventrikuloatrial atau ventrikuloperitonial.
Pintasan terbuat dari bahan bahansilikon khusus, yang tidak menimbulkan raksi
radang atau penolakan, sehingga dapat ditinggalkan di dalam yubuh untuk
selamanya. Penyulit terjadi pada 40-50%, terutama berupa infeksi, obstruksi,
atau dislokasi.
4. Terapi
Pada dasarnya ada 3 prinsip dalam pengobatan hidrosefalus, yaitu :
a) Mengurangi produksi CSS
b) Mempengaruhi hubungan antara tempat produksi CSS dengan tempat
absorbsi
c) Pengeluaran likuor ( CSS ) kedalam organ ekstrakranial.

Penanganan hidrosefalus juga dapat dibagi menjadi :


1. Penanganan sementara
Terapi konservatif medikamentosa ditujukan untuk membatasi evolusi hidrosefalus
melalui upaya mengurangi sekresi cairan dari pleksus khoroid atau upaya
meningkatkan resorbsinya.
2. Penanganan alternatif ( selain shunting )

11
Misalnya : pengontrolan kasus yang mengalami intoksikasi vitamin A, reseksi
radikal lesi massa yang mengganggu aliran likuor atau perbaikan suatu
malformasi. saat ini cara terbaik untuk malakukan perforasi dasar ventrikel dasar
ventrikel III adalah dengan teknik bedah endoskopik.
3. Operasi pemasangan “ pintas “ ( shunting )
Operasi pintas bertujuan mambuat saluran baru antara aliran likuor dengan kavitas
drainase. pada anak-anak lokasi drainase yang terpilih adalah rongga peritoneum.
baisanya cairan ceebrospinalis didrainase dari ventrikel, namun kadang ada
hidrosefalus komunikans ada yang didrain rongga subarakhnoid lumbar. Ada 2 hal
yang perlu diperhatikan pada periode pasca operasi, yaitu pemeliharaan luka kulit
terhadap kontaminasi infeksi dan pemantauan. kelancaran dan fungsi alat shunt
yang dipasang. infeksi pada shunt meningkatkan resiko akan kerusakan intelektual,
lokulasi ventrikel dan bahkan kematian.

2.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian
1. Anamnesa
a) Riwayat penyakit / keluhan utama
Muntah, gelisah nyeri kepala, lethargi, lelah apatis, penglihatan ganda,
perubahan pupil, kontriksi penglihatan perifer.
b) Riwayat Perkembangan
Kelahiran : prematur. Lahir dengan pertolongan, pada waktu lahir menangis
keras atau tidak.
Kekejangan : Mulut dan perubahan tingkah laku.
Apakah pernah terjatuh dengan kepala terbentur.
Keluhan sakit perut.
2. Pemeriksaan Fisik
a) Inspeksi :
1) Anak dapat melihat keatas atau tidak.
2) Pembesaran kepala
3) Dahi menonjol dan mengkilat. Sertas pembuluh dara terlihat jelas.
b) Palpasi
1) Ukur lingkar kepala : Kepala semakin membesar.

12
2) Fontanela : Keterlamabatan penutupan fontanela anterior sehingga
fontanela tegang, keras dan sedikit tinggi dari permukaan tengkorak.
c) Pemeriksaan Mata
1) Akomodasi.
2) Gerakan bola mata.
3) Luas lapang pandang
4) Konvergensi.
5) Didapatkan hasil : alis mata dan bulu mata keatas, tidak bisa melihat
keatas.
6) Stabismus, nystaqmus, atropi optic.
3. Observasi Tanda-Tanda Vital
Didapatkan data – data sebagai berikut :
a) Peningkatan sistole tekanan darah.
b) Penurunan nadi / Bradicardia.
c) Peningkatan frekwensi pernapasan.
4. Diagnosa Klinis
Transimulasi kepala bayi yang akan menunjukkan tahap dan lokalisasi dari
pengumpulan cairan banormal. ( Transsimulasi terang )
a) Perkusi tengkorak kepala bayi akan menghasilkan bunyi “ Crakedpot “
(Mercewen’s Sign
b) Opthalmoscopy : Edema Pupil.
c) CT Scan Memperlihatkan (non – invasive) type hidrocephalus dengan nalisisi
komputer.
d) Radiologi : Ditemukan Pelebaran sutura, erosi tulang intra cranial.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko cidera b.d ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan,
ketidakmampuan mengambil keputusan, ketidakmampuan melakukan perawatan
sederhana, ketidak mampuan menciptakan lingkungan kondusif,
ketidakmampuan memanfaatkan fasilitas kesehatan.
2. Resiko gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan b.d
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, ketidakmampuan
mengambil keputusan, ketidakmampuan melakukan perawatan sederhana,

13
ketidak mampuan menciptakan lingkungan kondusif, ketidakmampuan
memanfaatkan fasilitas kesehatan.
3. Deficit self care b.d ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan,
ketidakmampuan mengambil keputusan, ketidakmampuan melakukan perawatan
sederhana, ketidak mampuan menciptakan lingkungan kondusif,
ketidakmampuan memanfaatkan fasilitas kesehatan.
4. Perubahan fungsi keluarga mengalami situasi krisis ( anak dalam catat fisik ) b.d
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, ketidakmampuan
mengambil keputusan, ketidakmampuan melakukan perawatan sederhana,
ketidakmampuan menciptakan lingkungan kondusif, ketidakmampuan
memanfaatkan fasilitas kesehatan.

14
C. Intervensi

NO DIAGNOSA NOC NIC


KEPERAWATAN
1. Resiko cidera Setelah dilakukan kunjungan 1.  Kendalikan lingkungan dengan :
selama 3x diharapkan Menyingkirkan bahaya yang tampak jelas,
keluarga mampu mengurangi potensial cedera akibat jatuh
menciptakan lingkungan ketika tidur misalnya menggunakan
kondusif dengan kriteria penyanggah tempat tidur, usahakan posisi
hasil: tempat tidur rendah, gunakan pencahayaan
 Keselamatan fisik dapat malam hari siapkan lampu panggil
dipertahankan 2.  Jelaskan pada keluarga pentingnya
 Adanya pelindung dan alat keselamatan pada anak dan cara pencegahan
bantu untuk klien untuk cidera.
3.  Anjurkan pada keluarga untuk mengawasi
segala aktifitas klien yang membahayakan
keselamatan.
4.  Beri alat bantu misal:tongkat
2. Resiko gangguan nutrisi : Setelah dilakukan kunjungan 1.    Berikan makanan lunak tinggi kalori tinggi
kurang dari kebutuhan selama 3x diharapkan protein.
tubuh keluarga mampu melakukan 2.    Berikan klien makan dengan posisi semi
perawatan sederhana fowler dan berikan waktu yang cukup untuk

15
dirumah  dengan kriteria menelan.
hasil: 3.    Ciptakan suasana lingkungan yang nyaman
·         Berat badan ideal dan terhindar dari bau – bauan yang tidak
·         Tidak muntah enak..
·         Tidak terjadi malnutrisi 4.    Timbang berat badan bila mungkin.
5.    Jagalah kebersihan mulut ( Oral hygiene)
6.    Berikan makanan ringan diantara waktu
makan
7.    Beri penjelasan pada keluarga tentang
makanan yang baik dikonsumsi anak
3. Deficit self care Setelah dilakukan kunjungan 1.   Kaji ketidakmampuan klien dalam perawatan
selama 3x diharapkan diri
keluarga dapat menciptakan 2.   Kaji tingkat fungsi fisik
lingkungan  kondusif 3.   Kaji hambatan dalam berpartisipasi dalam
dengan kriteria hasil: perawatan diri, identifikasi untuk modifikasi
 Klien dapat melakukan lingkungan
perawatan diri dengan 4.   Jelaskan pada keluarga pentingnya kebersihan
mandiri atau dibantu diri
 Klien bersih dan tidak bau 5.   Jelaskan dan ajarkan cara perawatan diri
meliputi:mandi, toileting , berpakaian.

4. Perubahan fungsi keluarga Setelah dilakukan kunjungan 1.    Jelaskan secara rinci tentang kondisi penderita,

16
b.d situasi krisis ( anak selama 3x diharapkan prosedur, terapi dan prognosanya.
dalam catat fisik ) Keluarga menerima keadaan 2.    Ulangi penjelasan tersebut bila perlu dengan
anaknya, mampu contoh bila keluarga belum mengerti
menjelaskan keadaan 3.    Klarifikasi kesalahan asumsi dan misskonsepsi
penderita dengan kriteria 4.     Berikan kesempatan keluarga untuk bertanya.
hasil:
·         Keluarga berpartisipasi
dalam merawat anaknya dan
secra verbal
·         keluarga dapat mengerti
tentang penyakit anaknya.

17
D. Implementasi
Implementasi merupakan langkah keempat dalam tahap proses keperawatan dengan
melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah
direncanakan dalam rencanan tindakan keperawatan. (Aziz Alimul, 2009)
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan tugas akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan
tujuan atau criteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan evaluasi dibagi menjadi
dua jenis yaitu evaluasi format dan somatif , evaluasi formatif meliputi SOAP yakni
subyek , obyek , analisa data , planning sedangkan evaluasi somatif adalah evaluasi
yang dilakukan pada setiap akhir suatu waktu yang didalamnya terdapat lebih dari 1
pokok bahasan (Asmadi,2009)

18
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Hidrocephalus adalah suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan


bertambahnya cairan cerebrospinal (CSS) dengan atau pernah dengan tekanan intra
kranial yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya CSS.

Merupakan sindroma klinis yang dicirikan dengan dilatasi yang progresif pada
sistem ventrikuler cerebral dan kompresi gabungan dari jaringan – jaringan serebral
selama produksi CSF berlangsung yang meningkatkan kecepatan absorbsi oleh vili
arachnoid. Akibat berlebihannya cairan serebrospinalis dan meningkatnya tekanan
intrakranial menyebabkan terjadinya peleburan ruang – ruang tempat mengalirnya
liquor. Berdasarkan letak obstruksi CSF hidrosefalus pada bayi dan anak ini juga
terbagi dalam tiga bagian yaitu : 1. Hidrochepalus komunikan; 2. Hidrochepalus non-
komunikan; 3. Hidrochepalus bertekanan normal

Insidens hidrosefalus pada anak-anak belum dapat ditentukan secara pasti dan
kemungkinan hai ini terpengaruh situasi penanganan kesehatan pada masing-masing
rumah sakit.

3.2 Saran

Semoga makalah yang kami susun dapat dimanfaatkan secara maksimal,


sehingga dapat membantu proses pembelajaran, dan dapat mengefektifkan
kemandirian dan kreatifitas mahasiswa. Selain itu, diperlukan lebih banyak referensi
untuk menunjang proses pembelajaran.

19
DAFTAR PUSTAKA

http://haris715.blogspot.com/2012/11/askep-hidrosefalus-pada-anak.html

http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35563-Kep%20Neurobehaviour-Askep
%20Hidrosefalus.html

http://asuhankeperawatanakpergatsoe.blogspot.com/2010/08/asuhan-keperawatan-pada-
anak-d-dengan.html

http://nerskece.blogspot.com/2013/06/askep-hidrosefalus-pada-anak.html

20

Anda mungkin juga menyukai