Oleh:
AMINAH MAULANA
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas Rahmat-Nya
maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Pada Anak Dengan Hidrosefalus”
Sigli, 2020
penulis
2
DAFTAR ISI
A.Pengertian ............................................................................................................ 7
B.Etiologi ................................................................................................................ 8
C.Patofisiologi ....................................................................................................... 10
D.Tanda dan gejala ................................................................................................ 10
E.Manifestasi ......................................................................................................... 11
F.Klasifikasi .......................................................................................................... 12
G.Komplikasi ........................................................................................................ 12
H.Pemeriksaan penunjang ..................................................................................... 13
I.Penatalaksanaan............................................................................................. ..... 14
J.Prognosis............................................................................................................ . 15
A.Kesimpulan ..................................................................................................... 23
B.Saran ................................................................................................................ 23
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
4
melebarnya tulang-tulang tengkorak. Sedang pada orang dewasa tulang
tengkorak tidak mampu lagi melebar (Apriyanto, 2013).
B. Tujuan Pembelajaran
1. Tujuan umum
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengrtian dari Hidrosefalus
b. Mengetahui Etiologi dan Patofisiologi dari Hhidrosefalu
c. Mengetahui Tanda dan Gejala Hidrosefalus
d. Mengetahui Pemeriksaan Diagnostik dan Komplikasi pada
Hidrosefalus
e. Mengetahui Penatalaksanaan dari Hidrosefalus
5
f. Mengetahui Asuhan Keperawatan pada pasien Hidrosefalus
6
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Hidrosefalus berasal dari bahasa latin “ hydro” berarti air dan
“cepalus” berarti kepala, secara singkat artinya “ air didalam kepala”.
Hidrosefalus pertama kali dijelaskan oleh ilmuan dari yunani bernama
hippocrates. Penderita hidrosefalus memiliki kelainan cairan serebrospinal
(CSS) didalam ventrikel atau selaput otak. Hal ini menyebabkan
meningkatnya tekanan pada intrakranial dalam tengkorak serta menyebabkan
kepala menjadi membesar dan cacat mental, dalam kasus yang berat dapat
menyebabkan kematian (Marmi, 2015).
Hidrosefalus adalah penambahan volume cairan serebrospinalis (CSS)
di ruang ventrikel dan ruang subarakhnoid. Keadaan ini disebabkan karena
tidak seimbangnya produksi dan absorpsi cairan serebrospinalis
(Afdhalurrahman, 2013).
Hidrosefalus adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan
tekanan intrakranial yang disebakan karena adanya penumpukan
cerebrospinal fluid didalam ventrikel otak (Ayu, 2016).
Hidrosefalus menyumbat aliran cairan serebrospinal didalam ventrikel
atau di subarachnoid. Secara normal cairan tersebut seharusnya mengalir
melalui ventrikel dan keluar dari sisterna (penampungan kecil) yang terletak
di dasar otak. Cairan tersebut berfungsi mengeluarkan makanan dan
membuang sisa hasil metabolisme dari otak melalui pembuluh darah. selain
hidrosefalus disebabkan oleh masalah tersebut, penyakit ini juga di sebabkan
oleh adanya produksi berlebihan CSS (cairan otak) karena kelainan sejak
lahir atau juga karena adanya benturan dan infeksi pada kepala (Marmi,
2015).
Hidrosefalus pada anak atau bayi pada dasarnya dibagi menjadi 2
yaitu :
1. Kongenital
7
Merupakan hidrosefalus yang sudah diderita sejak bayi dilahirkan
sehingga pada saat lahir keadaan otak bayi terbentuk kecil, terdesak oleh
banyaknya cairan dalam kepala dan tingginya tekanan intrakranial
sehingga pertumbuhan sel otak terganggu
2. Non Kongenital
B. ETIOLOGI
8
1. Sebab-sebab Prenatal
2. Sebab-sebab Postnatal
1. Kelainan bawaan
2. Infeksi
9
Infeksi mengakibatkan perlekatan meningen (selaput otak)
sehingga terjadi obliterasi ruang subarakhnoid,misalnya meningitis.
3. Perdarahan
4. Neoplasma
6. Gangguan Vaskuler
• Dilatasi sinus dural
• Thrombosis sinus venosus
• Malformasi V. Galeni
• Ekstaksi A. Basilaris
C. PATOFISIOLOGI
10
tiba / akut dan dapat juga selektif tergantung pada kedudukan penyumbatan.
Proses akut itu merupakan kasus emergency.
Pada bayi dan anak kecil sutura kranialnya melipat dan melebar
untuk mengakomodasi peningkatan massa cranial. Jika fontanela anterior
tidak tertutup dia tidak akan mengembang dan terasa tegang pada
perabaan.Stenosis aquaductal (Penyakit keluarga / keturunan yang terpaut
seks) menyebabkan titik pelebaran pada ventrikel laterasl dan tengah,
pelebaran ini menyebabkan kepala berbentuk khas yaitu penampakan dahi
yang menonjol secara dominan (dominan Frontal blow). Syndroma dandy
walkker akan terjadi jika terjadi obstruksi pada foramina di luar pada
ventrikel IV. Ventrikel ke IV melebar dan fossae posterior menonjol
memenuhi sebagian besar ruang dibawah tentorium. Klien dengan tipe
hidrosephalus diatas akan mengalami pembesaran cerebrum yang secara
simetris dan wajahnya tampak kecil secara disproporsional.
Pada orang yang lebih tua, sutura cranial telah menutup sehingga
membatasi ekspansi masa otak, sebagai akibatnya menujukkan gejala :
Kenailkan ICP sebelum ventrikjel cerebral menjadi sangat membesar.
Kerusakan dalam absorbsi dan sirkulasi CSF pada hidrosephalus tidak
komplit. CSF melebihi kapasitas normal sistim ventrikel tiap 6 – 8 jam dan
ketiadaan absorbsi total akan menyebabkan kematian.
11
penonjolan putih mata yang tidak biasanya. Tampak adanya dsitensi vena
superfisialis dan kulit kepala menjadi tipis serta rapuh.
Pada bayi terlihat lemah dan diam tanpa aktivitas normal. Proses ini
pada tipe communicating dapat tertahan secara spontan atau dapat terus
dengan menyebabkan atrofi optik, spasme ekstremitas, konvulsi, malnutrisi
dan kematian, jika anak hidup maka akan terjadi retardasi mental dan fisik.
E. MANIFESTASI KLINIK
1. Bayi
a. Kepala menjadi makin besar dan akan terlihat pada umur 3 tahun.
b. Keterlambatan penutupan fontanela anterior, sehingga fontanela
menjadi tegang, keras, sedikit tinggi dari permukaan tengkorak
c. Tanda – tanda peningkatan tekanan intracranial antara lain :
• Muntah
• Gelisah
• Menangis dengan suara ringgi
• Peningkatan sistole pada tekanan darah, penurunan nadi,
peningkatan pernafasan dan tidak teratur, perubahan pupil,
lethargi – stupor.
• peningkatan tonus otot ekstrimitas
• Dahi menonjol atau mengkilat dan pembuluh – pembuluh darah
terlihat jelas
• Alis mata dan bulu mata ke atas, sehingga sclera terlihat seolah –
olah diatas iris
• Bayi tidak dapat melihat ke atas, ‘‘Sunset Eyes”
• Strabismus, nystagmus, atropi optic
12
• Bayi sulit mengangkat dan menahan kepalanya ke atas
2. Anak yang telah menutup suturanya;
• Nyeri kepala
• Muntah
• Lethargi, lelah, apatis, perubahan personalitas
• Ketegangan dari sutura cranial dapat terlihat pada anak berumur 10
tahun
• Penglihatan ganda, kontruksi penglihatan perifer
• Strabismus
• Perubahan pupil
F. KLASIFIKASI
13
ventrikulomegali yang diakibatkan atrofi otak primer, yang biasanya
terdapat pada orang tua. (Darsono, 2005)
G. KOMPLIKASI
1. Peningkatan TIK
2. Pembesaran Kepala
3. Kerusakan Ota
4. Meningitis, Ventrikularis, abses abdomen
5. Ekstremitas mengalami kelemahan, inkoordinasi, sensibilitas kulit
menurun
6. Kerusakan jaringan saraf
7. Proses aliran darah terganggu
8. Shunt tidak berfungsi dengan baik akibat obstruksi mekanik
9. Infeksi; septicemia, endokarditi, infeksi luka, nefritis, meningitis,
ventrikulitis, abses otak
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
14
2. Transimulasi
3. Lingkaran kepala
4. Ventrikulografi
5. Ultrasanografi
15
dapat menggambarkan anatomi sistem ventrikel secara jelas, seperti
halnya pada pemeriksaan CT Scan.
6. CT Scan Kepala
I. PENATALAKSANAAN
16
3. Pengeluaran cairan serebrospinal ke dalam organ ekstrakranial, yakni:
a. Drainase ventrikule-peritoneal
b. Drainase Lombo-Peritoneal
c. Drainase ventrikulo-Pleural
d. Drainase ventrikule-Uretrostomi
e. Drainase ke dalam anterium mastoid
f. Mengalirkan cairan serebrospinal ke dalam vena jugularis dan
jantung melalui kateter yang berventil (Holter Valve/katup Holter)
yang memungkinkan pengaliran cairan serebrospinal ke satu arah.
Cara ini merupakan cara yang dianggap terbaik namun, kateter
harus diganti sesuai dengan pertumbuhan anak dan harus
diwaspadai terjadinya infeksi sekunder dan sepsis.
4. Tindakan bedah pemasangan selang pintasan atau drainase dilakukan
setelah diagnosis lengkap dan pasien telah di bius total. Dibuat
sayatan kecil di daerah kepala dan dilakukan pembukaan tulang
tengkorak dan selaput otak, lalu selang pintasan dipasang. Disusul
kemudian dibuat sayatan kecil di daerah perut, dibuka rongga perut
lalu ditanam selang pintasan, antara ujung selang di kepala dan perut
dihubiungakan dengan selang yang ditanam di bawah kulit hingga
tidak terlihat dari luar.
5. Pengobatan modern atau canggih dilakukan dengan bahan shunt atau
pintasan jenis silicon yang awet, lentur, tidak mudah putus.
J. PROGNOSIS
17
diharap dapat melampaui masa bayi, sekitar 40% dengan intelek normal, dan
sektar 60% dengan cacat intelek dan motorik bermakna. Prognosis bayi
hidrosefalus dengan meningomilokel lebih buruk.
18
BAB III
A. Pengkajian
1. Anamnesa
a. Pengumpulan data : nama, usia, jenis kelamin, suku/bangsa, agama,
pendidikan, pekerjaan, alamat
b. Riwayat Penyakit / keluhan utama : Muntah, gelisah, nyeri kepala,
lelah apatis, penglihatan ganda, perubahan pupil, kontriksi
penglihatan perifer.
c. Riwayat Penyakit dahulu
• Antrenatal : Perdarahan ketika hamil
• Natal : Perdarahan pada saat melahirkan, trauma sewaktu lahir
• Postnatal : Infeksi, meningitis, TBC, neoplasma
d. Riwayat penyakit keluarga
e. Pengkajian persiste
a) B1 ( Breath ) : Dispnea, ronchi, peningkatan frekuensi
napas
b) B2 ( Blood ) : Pucat, peningkatan systole tekanan darah,
penurunan nadi
c) B3 ( Brain ) : Sakit kepala, gangguan kesadaran, dahi menonjol
dan mengkilat, pembesaran kepala, perubahan pupil,
penglihatan ganda, kontruksi penglihatan perifer, strabismus (
juling ), tidak dapat melihat keatas “ sunset eyes ”, kejang
d) B4 ( Bladder ) : Oliguria
e) B5 ( Bowel ) : Mual, muntah, malas makan
f) B6 ( Bone ) : Kelemahan, lelah, peningkatan tonus otot
ekstrimitas
19
2. Penurunan nadi / bradikardia
3. Peningkatan frekuensi pernapasan
3. Pemeriksaan Fisik
a) Masa bayi :
b) Masa Kanak-Kanak
4. Pemeriksaan Diagnostik
a. Lingkar Kepala pada masa bayi
b. Translumiasi kepala bayi, tampak pengumpulan cairan serebrospinalis
yang abnormal
c. Perkusi pada tengkorak bayi menghasilkan "suara khas"
d. Opthalmoscopi menunjukan papil edema
e. CT Scan
f. Foto Kepala menunjukan pelebaran pada fontanel dan sutura serta
erosi tulang intra cranial
g. Ventriculografi ( jarang dipakai ) : Hal- hal yang Abnormal dapat
terlihat di dalam system ventrikular atau sub – arakhnoid.
20
5. Perkembangan Mental/ Psikososial
a. Tingkat perkembangan
b. Mekanisme koping
c. Pengalaman di rawat di Rumah Sakit
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi peningktan tekana intracranial b.d peningkatan jumlah
cairan serebrospinal
2. Nyeri yang berhubunngan dengan peningkatan tekanan intracranial
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan perubahan mencerna makanan, peningkatan
kebutuhan metabolisme.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Dx 1. Resiko tinggi peningktan tekana intracranial b.d
peningkatan jumlah cairan serebrospinal.
Intervensi
21
R : deteksi dini untuk memperioritaskan intervensi , mengkaji
status neurologi/tanda-tanda kegagalan untuk menentukan
perawatan kegawatan atau tindakan pembedahan.
c. Evaluasi pupil
22
R : tindakan yang terus menerus dapat meningkatkan TIK oleh efek
rangsangan komulatif.
Intervensi :
a. Kaji pengalaman nyeri pada anak, minta anak menunjukkan area
yang sakit dan menentukan peringkat nyeri dengan skala nyeri 0-5
(0 = tidak nyeri, 5 = nyeri sekali)
23
R : Pujian yang diberikan akan meningkatkan kepercayaan diri
anak untuk mengatasi nyeri dan kontinuitas anak untuk terus
berusaha menangani nyerinya dengan baik.
d. Jelaskan kepada orang tua bahwa anak dapat menangis lebih keras
bila mereka ada, tetapi kehadiran mereka itu penting untuk
meningkatkan kepercayaan.
Kriteria hasil: tidak terjadi penurunan berat badan sebesar 10% dari
berat awal, tidak adanya mual-muntah.
Intervensi :
a. Pertahankan kebersihan mulut dengan baik sebelum dan sesudah
mengunyah makanan.
24
R : Mulut yang tidak bersih dapat mempengaruhi rasa makanan dan
meninbulkan mual.
d. Timbang berat badan pasien saat ia bangun dari tidur dan setelah
berkemih pertama.
D. PELAKSANAAN /IMPLEMENTASI
E. EVALUASI
25
• Masalah teratasi atau tujuan tercapai (intervensi di hentikan)
• Masalah teratasi atau tercapai sebagian (intervensi dilanjutkan)
• Masalah tidak teratasi / tujuan tidak tercapai (perlu dilakukan
pengkajian ulang & intervensi dirubah).
26
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
27
DAFTAR PUSTAKA
Darsono dan Himpunan dokter spesialis saraf indonesia dengan UGM. 2005
BukuAjar Neurologi Klinis. Yogyakarta: UGM Press.
28