Anda di halaman 1dari 35

MENEJEMEN ASUHAN KEPERAWATANPADA ANAK

DENGAN KASUS HYDROCEPHALUS TERHADAP


ANAK DARI NY”S” DI RUANG PICU
RSUD PIRNGADI KOTA MEDAN
TAHUN 2014

D
I
S
U
S
U
N

OLEH:

Nama : Fitri Aulia

Nim : 1206016

DOSEN PEMBINGBING :Jerri Marcelina Dongoran S,ST

AKADEMI KEBIDANAN ARMINA CENTRE PANYABUNGAN


T.A 2013/2014
KATA PENGANTAR

Segala puji terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan

rahmad dan hidayah Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan makalah

ini yang berjudul “Manajemen Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan

Kasus Hydrocephalus Terhadap Anak Dari Ny”S” Di Ruang PICU RSUD

Pirngadi Kota Medan”

Penulis berharap makalah ini dapat dimengerti dan dipahami oleh

sipembaca dan sebangai motivasi buat penulis, kemudian penulis paham dengan

pola pikir dan logika penulis secara mandiri, untuk menjadikan sebagai bahan

pengetahuan dan sebagai dorongan semangat.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan dalam

bentuk dan serta isinya, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik para

pembaca untuk menunjang kesempurnaan makalah ini, Semoga makalah ini

bermanfaat bagi segenap pembaca.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada pembimbing yaitu: Jerri

Marcelina Dongoran, S,STyang telah memberikan masukan-masukan positif dan

dukungan kepada penulis sehingga terselesaikan makalah ini.

Medan, Mei 2014

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................

1.1  Latar Belakang..................................................................................................

1.2Tujuan...............................................................................................................

1.3Mamfaat.............................................................................................................

BAB II TINJAUAN TEORI.................................................................................

2.1 Pengertian...........................................................................................................

2.2 Tipe Hidrocefalus...............................................................................................

2.3 Etiologi ..............................................................................................................

2.4 Patofisiologi ......................................................................................................

2.5 Tanda Dan Gejala.............................................................................................

2.6 Komplikasi........................................................................................................

2.7 Penatalaksanaan.................................................................................................

BAB III TINJAUANKASUS…………………………………….....................

BAB IV PEMBAHASAN……………………………………………................

BAB V PENUTUP...............................................................................................
5.1Kesimpulan......................................................................................................
5.2 Saran.................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hidrosefalus merupakan penimbunan cairan serebrospinalis dalam


ventrikel otak, sehingga kepala menjadi besar. Jumlah cairan bisa mencapai 1,5
liter bahkan ada sampai 5 liter, sehingga tekanan intrakranial sangat tinggi.
Hidrosefalus adalah salah satu dari kelainan tersering yang menimpa lebih dari
10.000 bayi setiap tahun, dan lebih dari 50% kasus hidrosefalus adalah
hidrosefalus congenital. Angka kejadian hidrosefalus di dunia cukup tinggi, di
Netherland 650 kasus pertahun, di Amerika  dilaporkan kasus hidrosefalus sekitar
2 permil. Sedangkan di  Indonesia belum ada laporan keseluruhan hanya ada
laporan dari Bali yaitu dari tahun 1992-2005 dilaporkan sekitar  812 kasus selama
14 tahun, kira-kira 10 permil (Maliawan., 2005).
Menurut penelitian WHO untuk wilayah ASEAN jumlah penderita
Hidrosefalus di beberapa negara adalah sebagai berikut, di Singapura pada anak 0-
9 th : 0,5%, Malaysia : anak 5-12 th 15%, India anak 2-4 th 4%, di Indonesia
berdasarkan penelitian dari Fakultas Ilmu Kedokteran Universitas Indonesia
terdapat 3%.
Berdasarkan Medical Record RSUD Pirngadi Medan, pada tahun 2010
jumlah pasien penderita hidrosefalus berjumlah 15 orang. Lalu pada tahun 2011
dari bulan januari sampai bulan mei jumlah pasien penderita hidrosefalus adalah
10 orang.
Berdasrkan survey yang di lakukan di RSUD PIRNGADI MEDAN
penulis tertarik untuk mengangkat judul ”Manajemen Asuhan Keperawatan Pada
Anak Dengan Kasus Hydrocefalus Terhadap Anak Dari Ny.”S” Di Ruang PICU
RSUD Pirngadi Kota Medan T.A 2013/2014.
1.2Tujuan

A .Tujuan umum:

Untuk mengetahui tentang asuhan keperawatan pada anak dengan

hydrocefalus

B .Tujuan khusus:

a. Memperoleh gambaran mengenai penyakit hydrocephalus

b. Untuk mengetahui tipe-tipe hydrocephalus

c. untuk mengetahui apa penyebab hydrocephalus

d. Untuk mengetahui terjadinya hydrocephalus pada bayi maupun anak

e. Untuk mengetahui tanda – tanda dan gejala hydrocephalus, pembagian serta

bagaimanamemberikan penanganan yang tepat

1.3 Manfaat
a. Bagi Mahasiswa

Menambah pengetahuan tentang gangguan dengan hydrocefalus.

b. Bagi Pendidikan

Menambah referensi atau sebagai bahan kepustakaan.

c. Rumah Sakit

Sebagai bahan masukan dan menjaga program jaminan mutu pelayanan.

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 PENGERTIAN

1. Hidrocefalus adalah keadaan patologik otak yang mengakibatkan

bertambahnya cairan cerebrospinal dengan adanya tekanan intrakranial

(TIK) yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat

mengeluarkan liguor (Depkes RI, 1989)

2. Hidrocefalus adalah kelebihan cairan cerebrospinalis di dalam kepala.

Biasanya di dalam sistem ventrikel atau gangguan hidrodinamik cairan

liguor sehingga menimbulkan peningkatan volume intravertikel

(Setyanegara, 1998)

3. Hidrocefalus adalah keadaan patologik otak yang mengakibatkan

bertambahnya cairan cerebrospinalis di dalam kepala (CSS) dengan atau

pernah dengan tekanan intrakranial yang meninggi sehingga terdapat

ruangan tempat mengalirnya CSS (Ngastiyah, 1997)

4. Hidrocefalus adalah suatu kondisi dimana terjadi pembesaran sistem

ventrikular akibat ketidakseimbangan antara produksi dan absorbsi cairan

cerebrospinal (CSF: Cerebrospinal Fluid).(Ricard & Victor, 1992)

5. Jadi Hidrocefalus merupakan suatu keadaan patologik otak yang

mengakibatkan bertambahnya cairan cerebrospinalis sehingga terdapat

pelebaran ruangan tempat mengalirnya cairan cerebrospinal.

2.2 TIPE HIDROCEFALUS


Menurut Ngatiyah (1997) Hidrocefalus pada bayi dapat dibagi

menjadi dua yaitu:

1. Konginetal : Hidrocefalus sudah diderita sejak bayi dilahirkan

2. Di dapat : Bayi/anak mengalaminya pada saat sudah besar dengan

penyebabnya adalah penyakit-penyakit tertentu misalnya trauma kepala

yang menyerang otak dan pengobatannya tidak tuntas.

Menurut Ngastiyah (1997) Hidrocefalus dapat dibagi dua yaitu:

1. Hidrocefalus obstruksi ---> Tekanan CSS yang tinggi disebabkan oleh

obstruksi pada salah satu tempat antara pembentukan oleh plexus

koroidalis dan keluranya dari ventrikel IV melalui foramen lusckha dan

magendie.

2. Hidrocefalus komunikans ---> Bila tekanan CSS yang meninggi tanpa

penyumbatan sistem ventrikel.

2.3 ETIOLOGI

Penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat pada bayi adalah:

 Kelainan bawaan:

1. Stenosis Aquaductus sylvii --> merupakan penyebab yang paling sering

pada bayi/anak (60-90%) Aquaductus dapat berubah saluran yang buntu

sama sekali atau abnormal ialah lebih sempit dari biasanya. Umumnya

gejala Hidrocefalus terlihat sejak lahir/progresif dengan cepat pada bulan-

bulan pertama setelah lahir.


2. Spina bifida dan cranium bifida --> Biasanya berhubungan dengan

sindrom Arnold-Chiari akibat tertariknya medula spinalis dengan medula

oblongata dan cerebelum, letaknya lebih rendah dan menutupi foramen

magnum sehingga terjadi penyumbatan sebagian/total.

3. Sindrom Dandy-Walker ---> Merupakan atresia congenital foramen luscha

dan mengendie dengan akibat Hidrocefalus obstruktif dengan pelebran

sistem ventrikel terutama ventrikel IV sehingga merupakan krista yang

besar di daerah losa posterior.

4. Kista Arachnoid ---> Dapat terjadi conginetal membagi etiologi menurut

usia.

5. Anomali pembuluh darah

 Infeksi

 Perdarahan

 Neoplasma

2.4 PATOFISIOLOGI

Hidrocefalus menurut Avril B. Kligmen (1999) terjadi sebagi akibat dari 3

mekanisme yaitu: produksi liguor yang berlebihan, peningkatan resistensi

aliran liguor dan peningkatan tekanan sinus venosa sebagai, konskwensi dari

tiga mekanisme ini adalah peningkatan TIK sebagai upayamempertahankan

keseimbangan sekresi dan observasi berbeda-beda setiap saat selama

perkembangan Hidrocefalus. Dialatasi ini terjadi sebagai akibat dari:

1. Kompresi sistem serebrovaskular


2. Redistribusi dari liquor serebrospinalis atau cairan ekstra selular atau

keduanya di dalam sistem susunan saraf pusat.

3. Perubahan mekanis dari otak

4. Efek tekanan denyut liquor cerebrospinalis

5. Hilangnya jaringan otak

6. Pembesaran volume tengkorak akibat adanya regangan abnormal pada

sutura kranial.

2.5 TANDA DAN GEJALA

Gejala yang nampak dapat berupa (Ngastiyah, 1997; Depkes;1998)

1. TIK yang meninggi: muntah, nyeri kepala, edema pupil saraf otak II

2. Pada bayi biasanya disertai pembesaran tengkorak

3. Kepala bayi terlihat lebih besar bila dibandingkan dengan tubuh

4. Ubun-ubun besar melebar atau tidak menutup pada waktunya teraba

tegang dan mengkilat dengan perebaran vena di kulit kepala

5. Sutura tengkorak belum menutup dan teraba melebar

6. Terdapat sunset sign pada bayi (pada mata yang kelihatan hitam-hitamnya,

kelopak mata tertarik ke atas)

7. Bola mata terdorong ke bawah oleh tekanan dan penipisan tulang

suborbital

8. Sklera mata tampak di atas iris

9. Pergerakan mata yang tidak teratur dan nistagmus tak jarang terdapat
10. Kerusakan saraf yang memberi gejala kelainan neurologis berupa

gangguan kesadaran motorik atau kejang-kejang, kadang-kadang

gangguan pusat vital

2.6 KOMPLIKASI

1. Peningkatan TIK

2. Kerusakan otak

3. Infeksi: septisemia, infeksi luka nefritis, meningitis, ventrikulitis, abses

otak

4. Emboli otak

5. Obstruksi vena kava superior

6. Shunt tidak berfungsi dengan baik akibat obstruksi mekanik

7. Fisik dan intelegent kurang dari normal, gangguan penglihatan

8. Kematian

Komplikasi Hidrocefalus menurut Prasetio (2004)

1. Peningkatan TIK

2. Pembesaran kepala

3. kerusakan otak

4. Meningitis, ventrikularis, abses abdomen

5. Ekstremitas mengalami kelemahan, inkoordinasi, sensibilitas kulit

menurun

6. Kerusakan jaringan saraf


7. Proses aliran darah terganggu

2.7 PENATALAKSANAAN

Penanganan hidrocefalus masuk pada katagori ”live saving and live

sustaining” yang berarti penyakit ini memerlukan diagnosis dini yang

dilanjutkan dengan tindakan bedah secepatnya. Keterlambatan akan

menyebabkan kecacatan dan kematian sehingga prinsip pengobatan

hidrocefalus harus dipenuhi yakni:

1. Mengurangi produksi cairan serebrospinal dengan merusak pleksus

koroidalis dengan tindakan reseksi atau pembedahan, atau dengan obat

azetasolamid (diamox) yang menghambat pembentukan cairan

serebrospinal.

2. Memperbaiki hubungan antara tempat produksi caira serebrospinal dengan

tempat absorbsi, yaitu menghubungkan ventrikel dengan subarachnoid

3. Pengeluaran cairan serebrospinal ke dalam organ ekstrakranial, yakni:

a) Drainase ventrikule-peritoneal (Holter, 1992; Scott, 1995;Anthony JR,

1972)

b) Drainase Lombo-Peritoneal

c) Drainase ventrikulo-Pleural (Rasohoff, 1954)

d) Drainase ventrikule-Uretrostomi (Maston, 1951)

e) Drainase ke dalam anterium mastoid

f) Mengalirkan cairan serebrospinal ke dalam vena jugularis dan jantung

melalui kateter yang berventil (Holter Valve/katup Holter) yang


memungkinkan pengaliran cairan serebrospinal ke satu arah. Cara ini

merupakan cara yang dianggap terbaik namun, kateter harus diganti sesuai

dengan pertumbuhan anak dan harus diwaspadai terjadinya infeksi

sekunder dan sepsis.

4. Tindakan bedah pemasangan selang pintasan atau drainase dilakukan

setelah diagnosis lengkap dan pasien telah di bius total. Dibuat sayatan

kecil di daerah kepala dan dilakukan pembukaan tulang tengkorak dan

selaput otak, lalu selang pintasan dipasang. Disusul kemudian dibuat

sayatan kecil di daerah perut, dibuka rongga perut lalu ditanam selang

pintasan, antara ujung selang di kepala dan perut dihubiungakan dengan

selang yang ditanam di bawah kulit hingga tidak terlihat dari luar.

5. Pengobatan modern atau canggih dilakukan dengan bahan shunt atau

pintasan jenis silicon yang awet, lentur, tidak mudah putus. VRIES (1978)

mengembangkan fiberoptik yang dilengkapi perawatan bedah mikro

dengan sinar laser sehingga pembedahan dapat dipantau melalui televisi.

2. Tinjauan Teori Asuhan Keperawatan

 Pengkajian

Pengkajian pada Hydrocephalus menurut Suradi dan Yuliani (2001), yaitu

pembesaran kepala pada bayi atau lingkar kepala, ukuran ubun-ubun

menonjol bila menangis, vena terlihat jelas pada kulit kepala, binyi

cracked pot pada perkusi, tanda setting sun, penurunan kesedaran,

oposthotonus, spesifik pada ekstrimitas bawah, tanda peningkatan tekanan


intracranial (muntah proyektil, pusing, papil edema), perubahan tanda vital

khususnya pernafasan, pola tidur, prilaku dan interaksi

 Diagnosa Keperawatan

Pasien Hydrocephalus adalah pasien yang sangat menderita dan

memerlukan perawatan khusus karena adanya kerusakan saraf yang

menimbulkan kelainan neurologist berupa gangguan kesedaran

sampai pada gangguan pusat vital. Masalah yang perlu diperhatikan

adalah gangguan neurologist, resiko terjadinya decubitus, kurangnya

pengetahuan orang tua mengenai penyakit (Nyastiyah,1997).

Masalah keperawatan menurut Suradi dan Yuliani (2001), ada enam

yaitu :

1. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan meningkatnya

volume cairanserebro spinal, meningkatnya tekanan intracranial.

2. Resiko injury berhubungan dengan pemasangan shunt.

3. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan adanya tindakan untuk

mengurangi tekanan intracranial, meningkatnya tekanan intracranial.

4. Resiko infeksi berhubungan dengan efek pemasangan shunt.

5. Perubahan peruses keluarga berhubungan dengan kondisi yang

mengancam kehidupan anak.

6. Antisipasi berduka berhubungan dengan kemungkinan kehilangan anak.


3. Perencanaan

Rencana tindakan sesuai teoti yang dirtetapkan olah Suriadi dan Yuliani

tahun 2001, pada Hydrocephalus adalah :

o Cegah komplikasi dengan :

1. Ukur lingkar kepala setiap 8 jam.

2. Monitor kondisi frontanel

3. Atur posisi anak miring kearah yang tidak dilaksanakan tindakan operasi.

4. Jaga posisi kepala tetap sejajar dengan tempat tidur untuk menghindari

pengurangan tekanan intracranial yang tiba-tiba.

5. Observasi dan nilai fungsi neurologis tiap 15 menit hingga tanda-tanda

vital stabil.

6. Laporkan segera tiap perubahan tingkah laku atau perubahan tanda-tanda

vital.

7. Nilai kesadaran balutan terhadap adanya perdarahan dan daerah sekitar

operasi terhadap tanda-tanda kemerahan dan pembengkakan setiap dua

jam.

8. Ganti posisi setiap dua jam dan jika perlu gunakan matras yang berisi

udara untuk mencegah penekanan yang terlalu lama pada daerah tertentu

o Cegah terjadinya infeksi dan injury :

1. Laporkan segera jika terjadi perubahan tanda vital atau tingkah laku.
2. Monitor daerah sekitar operasi terhadap adanya tanda-tanda kemerahan

atau pembengkakan.

3. Pertahankan kondisi terpasangnya shunt yang tidak baik maka segera

untuk kolaborasi untuk pengangkatan atau penggantian shunt.

4. Lakukan pemijatan pada selang shunt untuk menghindari sumbatan pada

awalnya.

o Bantu penerimaan orang tua tentang keadaan anak dan dapat berpartisipasi

1. Berikan kesempatan pada orang tua atau anggota keluarga untuk

mengekspresikan perasaan.

2. Hidari dalam pemberian pernyataan yang negative.

3. Tunjukkan tingkah laku yang menerima keadaan anak.

4. Berikan dorongan pada orang tua untuk membantu perawatan anak,

ijinkan orang tua melakukan perawatan pada anak dengan optimal.

5. Jelaskan seluruh tindakan dan pengobatan yang dilakukan.

6. Berikan dukungan pada tingkah laku orang tua yang positif.

7. Diskusikan tingkah laku orang tuayang menunjukkan adanya frustasi.

o Pelaksanaan

Pelaksanaan yang akan dilakukan sesuai dengan perencanaan diatas yaitu :

a. Mencegah komplikasi.

1. Mengukur lingkar kepala setiap 8 jam.


2. Memonitor kondisi fontanel.

3. Mengatur posisi anak miring kearah yang tidak dilakukan tindakan

operasi.

4. Menjaga posisi kepala tetap sejajar dengan tempat tidur untuk

,menghindari tekanan intracranial yang tiba-tiba.

5. Observasi dan nilai fungsi neurologist tiap 15 menit hingga tanda-tanda

vital stabil.

6. Melaporkan segera setiap perubahan tingkah laku misalnya : mudah

terstimulasi, menurunnya tingkat kesadaran, atau perubahan tanda-tanda

vital.

7. Menilai keadaan balutan terhadap adanya perdarahan dan daerah sekitar

operasi terhadap tanda-tanda kemerahan dan pembengkakan setiap 15

menit hingga tanda vital stabil, selanjutnya setiap 2 jam.

8. Mengganti posisi setiap 2 jam dan jika perlu gunakan matras yang berisi

udara untuk mencegah penekanan yang terlalu lama pada daerah tertentu.

b. Mencegah terjadinya infeksi dan injury :

1. Melaporkan segera jika terjadi perubahan tanda vital (meningkatnya

temperature tubuh) atau tingkah laku.

2. Memonitor daerah sekitar operasi terhadap adanya tanda-tanda kemerahan

atau pembengakakan.
3. Mempertahankan kondisi terpasangnya shunt tetap baik, jika kondisi shunt

yang tidak baik maka segera berkolaborasi untuk pengangkatan atau

penggantian shunt.

4. Melakukan pemijitan pada selang shunt untuk menghindari sumbatan pada

awalnya.

c. Membantu penerimaan orang tua tentang keadaan anak dan dapat

beradaptasi :

1. Memberikan kesempatan pada orang tua atau anggota keluarga untuk

mengekspresikan perasaan.

2. Menghindari dalam memberikan pernyataan yang negative.

3. Menunjukan tingkah laku yang memerima keadaan anak (menggendong,

berbicara dan memberikan kenyamanan pada anak).

4. Memberikan dorongan pada orang tua untuk membentu perawatan anak,

ijinkan orang tua melakukan perawatan pada anak dengan optimal.

5. Menjelaskan seluruh tindakan dan pengobatan yang dilakukan.

6. Memberikan dukungan pada tingkah laki orang tua yang positif.

7. Mendiskusikan tingkah laku orang tua yang menunjukkan adanya frustasi.

d. Evaluasi

Menurut Suradi dan Yuliani (2001), hasil yang akan dicapai :

1. Anak akan menunjukan tidak adanya tanda-tanda komplikasi perfusi

jaringan serebral adekuat.


2. Anak akan menunjukan tanda-tanda terpasangnya shunt dengan tepat.

3. Anak tidak akan menunjukan tanda-tanda injury.

4. Anak tidak akan menunjukan tanda-tanda infeksi (tumor, rugor, dolor,

kalor, fungsi laesa).

5. Orang tua akan menerima anak dan akan mencari bantuan untuk mengatasi

rasa berduka.
BAB III

TINJAUAN KASUS

Ruang : PICU

Tanggal pengkajian : 30 Mei 2014

Metode : Wawancara, Observasi,

Sumber data : Orang tua, status pasien

I. IDENTITAS

No RM : 91-11-59

Tgl masuk RS : 29 Januari 2014

Nama Klien : An “MI”

Panggilan : “I”

Tempat tgl lahir : Deli serdang, 05 Juli 2013

Umur : 10 bulan

Jenis kelamin : Laki-laki

Suku : Jawa, Indonesia

Nama Ayah / Ibu : Tn “B” / Ny “S”

Pekerjaan : Wiraswasta / IRT


Pendidikan : SMA / SMA

Alamat : Jl. Kapuk , Deli Serdang

II. KELUHAN UTAMA


o Kepala membesar
o Ibu mengatakan “saya khawatir dengan keadaan anak saya ”

III. RIWAYAT KELUHAN SAAT INI

Satu minggu sebelum masuk RS ibu mengeluh mulai melihat kepala


anaknya membesar kemudian di periksakan keRSUD Pirngadi

 Planing IRD in ≠ RL
 Cel lab alb glob, Na, KCL
 Homeostasis
 Baby gram
 Masuk ke PICU tanggal 29 Januari 2014 jam 13:01

IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU


1. Prenatal

Ibu mengatakan selama hamil tidak ada keluhan, saat hamil periksa rutin di bidan.

2. Peri natal

Ibu mengatakan saat melahirkan ditolong bidan dan normal

3. Post natal

Ibu mengatakan anaknya lahir 1engkap,tidak ada kelainan selama nifas juga tidak
ada keluhan
4. Riwayat penyakit yang pernah diderita

Ibu mengatakan anaknya belum pernah menderita penyakit berat sebelum ini.

5. Riwayat injuri

Ibu mengatakan anaknya belum pernah mengalami kecelakaan

6. Riwayat Alergi

Ibu mengatakan keluarga tidak ada yang mempunyai riwayat alergi obat atapun
makanan.

1. Riwayat imunisasi
o BCG : 1 x(1 hari setelah lahir di bidan)
o Hepatitis : 1 x (bersama dengan Bcg)
o Dpt, polio, campak, gelum

V. RIWAYAT SOSIAL
1. Yang mengasuh : Kedua orang tuanya
2. Hubungan dengan anggota keluarga : baik

VI. RIWAYAT KELUARGA


1. Sosial ekonomi

Sedang orang tua (ayah) bekerja sebagai wiraswasta.

2. Lingkungan rumah

Rumah berada di pedesaan

3. Riwayat kesehatan keluarga

Keluarga tidak ada yang menderita penyakit asma, TBC, Hipertensi


VII. PENGKAJIAN TINGKAT PEKEMBANGAN SAAT INI
1. Personal social

Anak tidak bisa tersenyum spontan, saat diajak bercanda

2. Adaptif motorik halus


3. Bahasa

Pasien bisa dipanggil tidak menatap orang yang mengajak bicara

4. Motorik kasar

Anak tidak bisa menggerakan kepala kekanan dan kekiri

VIII. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN KLIEN SAAT


INI
1. Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan

Ibu pasien tahu kalau anaknya membutuhkan perawatan yang lebih memadai dan
ibu selalu berharap dan minta do’anya anaknya cepat sembuh.

2. Nutrisi

Dari sejak lahir pasien minum ASI

1. Cairan
o PASI semuanya
o Mendapat infus RL 20 Hs/menitmikro
o Injeksi meropenem 160 mg/ 8 jam dlm Nacl 0,9% 30cc
o Transamin 50 mg/ 8 jam
o Ranitidine 5 mg/12 jam
o Obat oral
o Cefixime 30 mg 2x1
o Prednisone 3 mg 3x1
o Piracetam 75 mg 3x1
o Paracetamol 60 mg 3x1
o Diamox 100mg 3x1
o Rifanpicin 75 mg 1x1
o As. Folat 1x1
o Phenobarbital 10 mg 2x1
o Vit B6 1x1

3. Aktivitas

Anak tidak sadarkan diri

4. Tidur dan istirahat

Anak tidak sadarkan diri

5. Eliminasi

BAK ngompol 1 5x /hari

BAB 3x /hari lembek

6. Pola hubungan

Hubungan dengan orang tua tidak baik, ditandai dengan anak tidak
sadarkan diri

7. Keping atau temperamen dan disiplin yang diterapkan.

Anak tidak sadarkan diri

8. Kognitif dan perepsi

Ibu mengatakan bingung dengan keadaan anaknya Ibu sering bertanya-


tanya tentang kaadaan anaknya.
IX. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umurn
o Tingkat kesadaran : Coma
o Nadi : 127 x/menit Suhu : 36,5°C RR: 32x/hari LK: 39
an

2. Kulit

kering, turgor kulit jelek, tidak ada luka, perabaan hangat

3. Kepala

Kepala tampak membesar LK 39 cm ubun-ubun datar, sunset phenomen


(+)

4. Mata

Simetris, bersih tidak ada skret, conjung tiva tidak dinamis, sklera tidak
icterik, pupil isokor, kulit penglihatan tidak baik.

5. Telinga

Bersih, simetris, tidak ada cairan yang keluar, tidak ada ganggungan
pendengaran

6. Hidung

Bersih, simetris tidak ada skret yang keluar

7. Mulut

Berish, tidak stomatitis

8. Leher
Simetris tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan uera jugularis

9. Dada

Inpeksi : dada simetris, tidak ada ketinggalan gerak tidak ada luka

Perkusi : suara sohor

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

Auskultasi : vesikuler paru-paru bersih tidak ada wizing.

10. Abdomen

Inspeksi : simetris tidak ada luka bekas operasi

Auskultasi : peristaitik (+) 13 x/menit Perkusi .

Palpasi : tidak ada nyei tekan

11. Genetalia

Laki-laki, alat kelamin bersih, tidak ada kelainan

12. Anus dan rectum

Bersih, tidak ada kelainan, tidak ada atesria ari

13. Moskuloskutal

Ekstermitas atas : gerakan tidak aktif, tidak ada kelainan


X. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK PENUNJANGAN

CT. Scan kepala tanggal 30 Januari 2014

Kesan : - Hidrosecefalus obstruksi

 intraventrikel lateralis, hematom intraventikel III dan IV hematom, tak


tampak SOP/INFORK

09 februari 2014

Baby gram

Kesan pulmo : tak tampak adanya kelainan, tonfigurasi cor normal

Abdomen : gambar distrik sistem usus

Laborat tanggal 09 februari 2014


Hasil Reference Remaks

TP : 4, 72 g/dl 6,40-30 Low


ALB : 2,83 g/dl -
Bun : 4,8 mg.dI 7,0-8,0 Low
Cre : 0,39 mg/dl 0,60-1,30 Low
Uric : 3,7 mg/dl 3,6-72
Glu : 91 mg/dl -

Na : 140,1 mmol/1 136,0-145


K : 4,63 mmol/l 3,10-5,00
Cl : 110,2 mmol/1 98,0-107,0 High
Glob : 1,59 g/dl -

09 februari 2014
Homeostasis
PPT :34,1 Det 13,3-16
INR : 3,59
Kontrol :13,7 Det
APTT : 94,9 Det 28-35
Kontrol :31,1
BT :2

Informasi lain

 diet/asi
 Terpasang infus RL 20 Hs/menit mikro
o Injeksi meropenem 160 mg/ 8 jam dlm Nacl 0,9% 30cc
o Transamin 50 mg/ 8 jam
o Ranitidine 5 mg/12 jam
o Obat oral
o Cefixime 30 mg 2x1
o Prednisone 3 mg 3x1
o Piracetam 75 mg 3x1
o Paracetamol 60 mg 3x1
o Diamox 100mg 3x1
o Rifanpicin 75 mg 1x1
o As. Folat 1x1
o Phenobarbital 10 mg 2x1
o Vit B6 1x1

XI. ANALISA DATA


DATA PENYEBAB MASALAH

Ds: Keterbatasan Kurang

paparan pengetahuan orang


 Ibu pasien mengatakan “saya
tua tentang
khawatir dengan keadaan
penyakit
anak saya mbak”
hidrosefalus
 Ibu pasien mengatakan

bingung dengan keadaan

anaknya

Do:

 Ibu pasien sering bertanya-

tanya tentang keadaan

anaknya
XII. DIAGNOSA KEPERAWATAN (PRIORITAS)

1. Cemas b/d krisis situasional

Ds:

 Ibu pasien mengatakan “saya khawatir dengan keadaan anak saya”


 Ibu pasien mengatakan bingung dengan keadaan anaknya

Do:

 Ibu pasien sering bertanya-tanya tentang keadaan anaknya

BAB IV
PEMBAHASAN

Hidrocefalusmerupakan suatu keadaan patologik otak yang mengakibatkan

bertambahnya cairan cerebrospinalis sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat

mengalirnya cairan cerebrospinal.Tanda dan gejala hidrocefalus yaitu : TIK yang

meninggi, muntah, nyeri kepala, edema pupil saraf otak II, pada bayi biasanya

disertai pembesaran tengkorak, kepala bayi terlihat lebih besar bila dibandingkan

dengan tubuh, ubun-ubun besar melebar atau tidak menutup pada waktunya teraba

tegang dan mengkilat dengan perebaran vena di kulit kepala, sutura tengkorak

belum menutup dan teraba melebar, terdapat sunset sign pada bayi (pada mata

yang kelihatan hitam-hitamnya, kelopak mata tertarik ke atas), bola mata

terdorong ke bawah oleh tekanan dan penipisan tulang suborbital, sklera mata

tampak di atas iris, pergerakan mata yang tidak teratur dan nistagmus tak jarang

terdapat, kerusakan saraf yang memberi gejala kelainan neurologis berupa

gangguan kesadaran motorik atau kejang-kejang, kadang-kadang gangguan pusat

vital.

Kemudian menurut kasus yang penulis dapatkan di RSUD Dr. Pirngadi

Kota Medan yaitu hydrocephalus,lalu tanda – tanda yang terjadi sama dengan apa

yang penulis bahas dimana kliendisertai pembesaran tengkorak, kepala bayi

terlihat lebih besar bila dibandingkan dengan tubuh, ubun-ubun besar melebar

atau tidak menutup pada waktunya teraba tegang dan mengkilat dengan perebaran

vena di kulit kepala, sutura tengkorak belum menutup dan teraba melebar.
Dari kasus di atas penulis dapat memberikan pembahasan adanya

kesesuaian terhadap teori dengan kasus yang ada di RSUD Dr. Pirngadi Kota

Medan baik dari tanda – tanda dalam kasus, lalu penanganan dan tindakan dalam

melakukan kasus tersebut telah sesuai.


BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Jumlah cairan serebrospinal (CSF) dalam rongga serebrospinal yang

berlebihan dapat meningkatkan tekanan sehingga dapat merusak jaringan

saraf.Keadaan ini disebut hydrocephalus yang berarti “kelebihan air dalam kubah

tengkorak”. Jadi, hydrocephalus dapat diakibatkan oleh pembentukan cairan

berlebihan oleh pleksus koroideus, absorpsi yang inadekuat,

Ada dua jenis hydrocephalus : nonkomunikans, yaitu aliran cairan dari sistem

ventrikel ke ruang subarachnoid mengalami sumbatan dan komunikans yaitu tidak

ada sumbatan. Sindroma klinis yang berhhubungan dengan dilatasi yang progresif

pada sistem ventrikuler serebral dan kompresi gabungan dari jaringan – jaringan

serebral selama produksi.CSF yang ada menigkatkan kecepatan absorpsi oleh vilii

arachnoid.Akibat berkelebihannya cairan serebrospinal dan meningkatnya tekanan

intrakranial menyebabkan terjadinya peleburan ruang – ruang tempat mengalirnya

cairan. Penyebab penyumbatan aliran CSF yang sering terjadi pada bayi dan anak

adalah kelainan bawaan(kongenital), infeksi, neoplasma, dan perdarahan

5.2. Saran
A. Bagi Mahasiswa

Sebagai calon tenaga kesehatan mahasiswa harus mampu dan lebih paham

mengetahui dan menguasai tentang hydrocefalus yang akan bermanfaat bagi

peningkatan pengetahuan tentang hydrocefalus.

b. Bagi Pendidikan

Sebagai tenaga pendidik harus betul-betul menguasai tentang hydrocefalus

karena sangat mempengaruhi cara bagaimana memberikan pendidikan yang lebih

baik dan tepat tentang hydrocefalus agar mahasiswa lebih memahami tentang apa

itu hydrocefalus.

c. Rumah Sakit

Sebagai sarana kesehatan masyarakat yang sangat berperan aktif dalam

peningkatan kesehatan terutama di bidang pengobata, harus betul-betul

mendalami dan mengetahui tentang hydrocefalus agar dapat memberikan

pelayanan yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan pasien yang menderita

hydrocefalus.
DAFTAR PUSTAKA

http://medlinux.blogspot.com/2007/09/hidrocephalus.html

http://www.ninds.nih.gov/disorders/hydrocephalus/hydrocephalus.htm

Peter Paul R. (2003). Obituaries. BMJ(2003): 327: 1408-doi:

10.1136/bmj.327.7428.1408.

Ropper, Allan H. And Robert H. B.(2005). Adams And Victor’s Principles Of

Neurology. USA: Eight Edition.

Darsono dan Himpunan dokter spesialis saraf indonesia dengan UGM. (2005).

BukuAjarNeurologi Klinis. Yogyakarta: UGM Press.

Anda mungkin juga menyukai