Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

KEPERAWATAN ANAK I
HIDROCEPHALUS

Disusun Oleh:
Asyrofi Mudtaqin 1130018112

Dosen Pembimbing:
Siti Nurjanah, S.Kep., Ns., M.Kep.

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2020
MAKALAH
KEPERAWATAN ANAK I
HIDROCEPHALUS

Disusun Oleh:
Asyrofi Mudtaqin 1130018112

Dosen Pembimbing:
Siti Nurjanah, S.Kep., Ns., M.Kep.

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis berhasil
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini berisikan tentang
“Hidrocephalus”. Penulis menyadari bahwa makalah ini  masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir
kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan ini dari awal sampai akhir.

Surabaya, 3 Maret 2020

P
enulis

ii
DAFTAR ISI

COVER.............................................................................................................i
KATA PENGANTAR.....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang....................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah..............................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................2

BAB 2 TINJAUAN TEORI


2.1 Pengertian Hidrocephalus........................................................3

2.2 Anatomi Hidrocephalus...........................................................4

2.3 Fisiologi Hidrocephalus...........................................................4

2.4 Patofisiologi Hidrocephalus......................................................5

2.5 Klasifikasi Hidrocephalus........................................................6

2.6 Etiologi Hidrocephalus...........................................................10

2.7 Tanda dan Gejala Hidrocephalus............................................11

2.8 Pemeriksaan Laboratorium Hidrocephalus.............................12

2.9 Penatalaksanaan Hidrocephalus..............................................14

2.10 Asuhan Keperawatan Hidrocephalus pada anak..................17


BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan............................................................................. 22

3.2 Saran........................................................................................ 22
BAB 4 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 23

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Hidrosefalus adalah penumpukan CSS sehingga menekan


jaringan otak. Jumlah cairan bisa mencapai 1,5 liter bahkan ada sampai 5
liter, sehingga tekanan intrakranial sangat tinggi. Hidrosefalus sering di
jumpai sebagai kelainan konginetal namun bisa pula oleh sebab postnatal.
Angka kejadian hidrosefalus kira-kira 30 % yang di temui sejak lahir, dan
50% pada 3 bulan pertama. Frekuensi hidrosefalus ini utero 2:2000 bayi,
dan kira-kira 12% dari semua kelainan konginetal. Hidrosefalus sering
menyebabkan distosia persalinan.

Secara keseluruhan, insiden dari hidrosefalus diperkirakan mendekati


1:1000. Sedangkan insiden hidrosefalus kongenital bervariasi untuk tiap-
tiap populasi yang berbeda. Heershy BL mengatakan kebanyakan
hidrosefalus pada anak-anak adalah kongenital yang biasanya sudah tampak
pada masa bayi. Jika hidrosefalus tampak setelah umur 6 bulan biasanya
bukan oleh karena kongenital. Mujahid Anwar dkk mendapatkan 40-50%
bayi dengan perdarahan intraventikular derajat 3 dan 4 mengalami
hidrosefalus. (Ayu, 2016)

Pongsakdi Visudiphan dkk pada penelitiannya mendapatkan 36 dari 49


anak-anak dengan meningitis TB mengalami hidrosefalus, dengan catatan 8
anak dengan hidrosefalus obstruktif dan 26 anak dengan hidrosefalus
komunikans. Hidrosefalus yang terjadi sebagai komplikasi meningitis
bakteri dapat dijumpai pada semua usia, tetapi lebih sering pada bayi dari
pada anak-anak. Berdasarkan catatan medic di bagian Ilmu Kesehatan Anak
FK UNUD/RSUP Denpasar dari tahun 1991 s/d Desember 1993 telah
dirawat 21 penderita hidrosefalus dimana 4 diantaranya adalah hidrosefalus
kongenital. (Ayu, 2016).

Apabila hidrosefalus berlanjut setelah lahir dan tetap hidup akan


menjadi masalah pediatri sosial. Pasien hidrosefalus memerlukan
perawatan khusus dan benar karena pada anak yang mengalami
hidrosefalus ada kerusakan saraf yang menimbulkan kelainan neurologis
berupa gangguan kesadaran sampai pada gangguan pusat vital dan resiko
terjadi decubitus.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini sebagai berikut :


1. Bagaimana Pengertian Hidrocephalus ?
2. Bagaimana Anatomi Hidrocephalus ?
3. Bagaimana Fisiologi Hidrocephalus ?
4. Bagaimana Patofisiologi Hidrocephalus ?
5. Bagaimana Klasifikasi Hidrocephalus ?
6. Bagaimana Etiologi Hidrocephalus ?
7. Bagaimana Tanda dan Gejala Hidrocephalus ?
8. Bagaimana Pemeriksaan Laboratorium Hidrocephalus ?
9. Bagaimana Penatalaksanaan Hidrocephalus ?
10. Bagaimana Asuhan Keperawatan Hidrocephalus pada anak ?

1.3 TUJUAN

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :


1. Mengetahui Pengertian Hidrocephalus
2. Mengetahui Anatomi Hidrocephalus
3. Mengetahui Fisiologi Hidrocephalus
4. Mengetahui Patofisiologi Hidrocephalus
5. Mengetahui Klasifikasi Hidrosefalus
6. Mengetahui Etiologi Hidrocephalus
7. Mengetahui Tanda dan Gejala Hidrocephalus
8. Mengetahui Pemeriksaan Laboratorium Hidrocephalus
9. Mengetahui Penatalaksanaan Hidrocephalus
10. Mengetahui Asuhan Keperawatan Hidrocephalus pada anak

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Hidrocephalus

Hidrocefalus berasal dari kata hidro yang berarti air dan chepalon yang
berasal berarti kepala. Hidrocefalus merupakan penumpukan cairan
cerebrospinal (CSS) secara aktif yang menyebabkan dilatasi sistem ventrikel
otak dimana terjadi akumulasi CSS yang berlebihan pada satu atau lebih
ventrikel atau ruang subarachnoid. (Ayu, 2016)

Hidrocefalus adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan


intrkranial yang disebabkan karena adanya penumpukan cerebrospinal fluid
didalam ventrikel otak. Keadaan ini disebabkan oleh karena terdapat ketidak
seimbangan antara produksi dan absorpsi dari CSS. (Ayu, 2016)

Bila akumulasi CSS yang berlebihan terjadi diatas hemisfer serebral,


keadaan ini disebut higroma subdural atau koleksi cairan subdural. Pada
kasus akumulasi cairan yang berlebihan terjadi sistem ventrikuler, keadaan ini
disebut sebagai hidrosefalus internal.

Hidrosefalus adalah suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan


bertambahnya cairan serebrospinalis, disebabkan baik oleh produksi yang
berlebihan maupun gangguan absorpsi, dengan atau pernah disertai tekanan
intrakanial yang meninggi sehingga terjadi pelebaran ruangan-ruangan tempat
aliran cairan serebrospinalis (Darto Suharso, 2009)

Hidrocephalus adalah sebuah kondisi yang disebabkan oleh produksi


yang tidak seimbang dan penyerapan dari cairan cerebrospinal (CSF) di
dalam sistem Ventricular. Ketika produksi CSF lebih besar dari penyerapan,

3
cairan cerebrospinal mengakumulasi di dalam sistem Ventricular.

2.2 Anatomi Hidrocephalus

Struktur anatomi yang berkaitan dengan hidrosefalus, yaitu bangunan-


bangunan dimana CSS berada. Sistem ventrikel otak dan kanalis sentralis
1. Ventrikel lateralis

Ada dua, terletak didalam hemispherii telencephalon. Kedua ventrikel


lateralis berhubungan dengan ventrikel III (ventrikel tertius) melalui
foramen interventrikularis (Monro).
2. Ventrikel III (Ventrikel Tertius)

Terletak pada diencephalon. Dinding lateralnya dibentuk oleh thalamus


dengan adhesion interthalamica dan hypothalamus. Recessus opticus dan
infundibularis menonjol ke anterio, dan recessus suprapinealis dan
recessus pinealis kearah kaudal. Ventrikel III berhubungan dengan
ventrikel IV melalui suatu lubang kecil, yaitu aquaductus Sylvii
(aquaductus cerebri).
3. Ventrikel IV (Ventrikel Quartus)

Membentuk ruang berbentuk kubah diatas fossa rhomboidea antara


cerebellum dan medulla serta membentang sepanjang recessus lateralis
pada kedua sisi. Masing-masing recessus berakhir pada foramen Luschka,
muara lateral ventrikel IV. Pada perlekatan vellum medullare anterior
terdapat apertura mediana Magendie.
4. Kanalis sentralis medula ablongata dan medulla spinalis

Saluran sentral korda spinalis: saluran kecil yang memanjang sepanjang


korda spinalis, dilapisi sel-sel ependimal. Diatas, melanjut kedalam
medulla oblongata, dimana ia membuka ke dalam ventrikel IV.
(Ayu,2016)

2.3 Fisiologi Hidrocephalus

4
a. Pembentukan CSF

Normal CSF diproduksi +  0,35 ml / menit  atau 500 ml / hari dengan


demikian  CSF di perbaharui  setiap  8 jam. Pada anak dengan
hidrosefalus, produksi CSF ternyata berkurang + 0, 30 / menit. CSF di
bentuk oleh PPA:
1) Plexus choroideus (yang merupakan bagian terbesar)
2) Parenchym otak
3) Arachnoid 

b. Sirkulasi CSF

Melalui pemeriksaan radio isotop, ternyata CSF mengalir dari tempat


pembentuknya ke tempat ke tempat absorpsinya. CSF mengalir dari II
ventrikel lateralis melalui sepasang foramen Monro ke dalam ventrikel III,
dari sini melalui aquaductus Sylvius menuju ventrikel IV. Melalui satu
pasang foramen Lusckha CSF mengalir cerebello pontine  dan cisterna
prepontis. Cairan yang keluar dari foramen  Magindie menuju cisterna
magna. Dari sini mengalir kesuperior dalam rongga subarachnoid spinalis
dan ke cranial menuju cisterna infra tentorial.Melalui cisterna  di
supratentorial dan kedua hemisfere  cortex cerebri. Sirkulasi berakhir di
sinus Doramatis dimana terjadi absorbs melalui villi arachnoid

2.4 Patofisiologi Hidrocephalus

Hidrocephalus ini bisa terjadi karena konginetal (sejak lahir),


infeksi (meningitis,pneumonia, TBC), pendarahan di kepala dan faktor
bawaan (stenosis aquaductus sylvii) sehingga menyebabkan adanya
obstruksi pada system ventrikuler atau pada ruangan subarachnoid,
ventrikel serebral melebar, menyebabkan permukaan ventrikuler mengkerut
dan merobek garis ependymal. White mater dibawahnya akan mengalami
atrofi dan tereduksi menjadi pita yang tipis. Pada gray matter terdapat
pemeliharaan yang bersifat selektif, sehingga walaupun ventrikel telah
mengalami pembesaran gray matter tidak mengalami gangguan. Proses

5
dilatasi itu dapat merupakan proses yang tiba – tiba / akut dan dapat juga
selektif tergantung pada kedudukan penyumbatan. Proses akut itu
merupakan kasus emergency.

Pada bayi dan anak kecil sutura kranialnya melipat dan melebar
untuk mengakomodasi peningkatan massa cranial. Jika fontanela anterior
tidak tertutup dia tidak akan mengembang dan terasa tegang pada perabaan.
Stenosis aquaductal (Penyakit keluarga / keturunan yang terpaut seks)
menyebabkan titik pelebaran pada ventrikel laterasl dan tengah pelebaran ini
menyebabkan kepala berbentuk khas yaitu penampakan dahi yang menonjol
secara dominan (dominan Frontal blow). Syndroma dandy walkker akan
terjadi jika terjadi obstruksi pada foramina di luar pada ventrikel IV.
Ventrikel ke IV melebar dan fossae posterior menonjol memenuhi sebagian
besar ruang dibawah tentorium. Klien dengan tipe hidrosephalus diatas
akan mengalami pembesaran cerebrum yang secara simetris dan
wajahnya tampak kecil secara disproporsional. Dikarenakan kondisi CSS
yang tidak normal hidrosefalus secara teoritis terjadi sebagai akibat dari tiga
mekanisme yaitu:
1. Produksi likuor yang berlebihan
2. Peningkatan resistensi aliran likuor
3. Peningkatan tekanan sinus venosa

Konsekuensi tiga mekanisme di atas adalah peningkatan tekanan intracranial


(TIK) sebagai upaya mempertahankan keseimbangan sekresi dan absorbsi.
(Ayu, 2016)

2.5 Klasifikasi Hidrocephalus

Hidrosefalus dapat diklasifikasikan atas beberapa hal, antara lain:


1. Berdasarkan Anatomi / tempat obstruksi CSS
a. Hidrosefalus tipe obstruksi / non komunikans

Terjadi bila CSS otak terganggu (gangguan di dalam atau pada sistem
ventrikel yang mengakibatkan penyumbatan aliran CSS dalam sistem

6
ventrikel otak), yang kebanyakan disebabkan oleh kongenital: stenosis
akuaduktus Sylivius (menyebabkan dilatasi ventrikel lateralis dan ventrikel
III. Ventrikel IV biasanya normal dalam ukuran lokasinya). Yang agak
jarang ditemukan sebagai penyebab hidrosefalus adalah sindrom Dandy-
Walker, Atresua Foramen Monro, malformasi vaskuler atau tumor bawaan.
Radang (eksudat, infeksi meningeal). Perdarahan/trauma (hematoma
subdural). Tumor dalam sistem ventrikel (tumor intraventrikel, tumor
parasellar, tumor fossa posterior).

b. Hidrosefalus tipe komunikans

Jarang ditemukan. Terjadi karena proses berlebihan atau gangguan


penyerapan (gangguan diluar sistem ventrikel).
c. Perdarahan akibat trauma kelahiran menyebabkan perlekatan lalu
menimbulkan blockade villi arachnoid.
d. Radang meningeal
e. Kongenital :
a) Perlekatan arachnoid/sisterna karena gangguan pembentukan
b) Gangguan pembentukan villi arachnoid
c) Papilloma plexus choroideus
2. Berdasarkan Etiologi

Tipe obstruksi
A. Kongenial
a) Stenosis akuaduktus serebri

Mempunyai berbagai penyebab. Kebanyakan disebabkan oleh


infeksi atau perdarahan selama kehidupan fetal; stenosis kongenital
sejati adalah sangat jarang. (Toxoplasma/T.gondii,
Rubella/German measles, X-linked hidrosefalus).
b) Sindrom Dandy-Walker

Malformasi ini melibatkan 2-4% bayi baru lahir dengan


hidrosefalus. Etiologinya tidak diketahui. Malformasi ini berupa

7
ekspansi kistik ventrikel IV dan hypoplasia vermis sereblum.
Hidrosefalus yang terjadi diakibatkan oleh hubungan antara dilatasi
ventrikel IV dan rongga subarachnoid yang tidak adekuat; dan hal
ini dapat tampil pada saat lahir, namun 80% kasusnya biasanya
Nampak dalam 3 bulan pertama. Kasus semacam ini sering terjadi
bersamaan dengan anomali lainnya seperti agenesis korpus
kalosum, labiopalatoskhisis, anomaly okuler, anomaly jantung, dan
sebagainya.
c) Malformasi Arnold-Chiari

Anomaly kongenital yang jarang dimana 2 bagian otak yaitu


batang otak dan cereblum mengalami perpanjangan dari ukuran
normal dan menonol keluar menuju canalis spinalis.
d) Aneurisma vena Galeni

Kerusakan vaskuler yang terjadi pada saat kehamilan, tetapi


secara normal tidak dapat dideteksi sampai anak berusia beberapa
bulan. Hal ini terjadi karena vena Galen mengalir di atas
akuaduktus Sylvii, menggembung dan membentuk kantong
aneurisma. Sering kali menyebabkan hidrosefalus.
e) Hidrancephaly

Suatu kondisi dimana hemisfer otak tidak ada dan diganti


dengan kantong CSS.
B. Didapat (Acquired)
a) Stenosis akuaduktus serebri (setelah infeksi atau perdarahan)
infeksi oleh bakteri Meningitis, menyebabkan radang pada selaput
(meningen) di sekitar otak dan spinal cord. Hidrosefalus
berkembang ketika jaringan parut dari infeksi meningen
menghambat aliran CSS dalam ruang subarachnoid, yang melalui
akuaduktus pada sistem ventrikel atau mempengaruhi penyerapan
CSS dalam villi arachnoid. Jika saat itu tidak terdapat pengobatan,
bakteri meningitis dapat menyebabkan kematian beberapa hari.
Tanda dan gejala meningitis meliputi demam, sakit kepala, panas

8
tinggi, kehilangan nafsu makan, kaku kuduk. Pada kasus yang
ekstrim, gejala meningitis ditunjukkan dengan muntah dan kejang.
Dapat diobati dengan antibiotic dosis tinggi.
b) Herniasi tentorial akibat tumor supratentorial
c) Hematoma intraventrikuler

Jika cukup berat dapat mempengaruhi ventrikel,


mengakibatkan darah mengalir dalam jaringan otak sekitar dan
mengakibatkan perubahan neurologis. Kemungkinan hidrosefalus
berkembang disebabkan oleh penyumbatan atau penurunan
kemampuan otak untuk menyerap CSS.

d) Tumor (ventrikel, regio vinialis, fosa posterior)

Sebagian besar tumor otak dialami oleh anak-anak pada


usia 5-10 tahun. 70% tumor ini terjadi dibagian belakang otak yang
disebut fosa posterior. Jenis lain dari tumor otak yang dapat
menyebabkan hidrosefalus adalah tumor intraventikular dan kasus
yang sering terjadi adalah tumor plexus choroideus (termasuk
papilloma dan carcinoma). Tumor yang berada di bagian belakang
otak sebagian besar akan menyumbat aliran CSS yang keluar dari
ventrikel IV. Pada banyak kasus, cara terbaik untuk mengobati
hidrosefalus yang berhubungan dengan tumor adalah
menghilangkan tumor penyebab sumbatan.
e) Abses/granuloma
f) Neoplasma
g) Kista arachnoid

Kista adalah kantung lunak atau lubang tertutup yang berisi


cairan. Jika terdapat kista arachnoid maka kantung berisi CSS dan
dilapisi dengan jaringan pada membrane arachnoid. Kista biasanya
ditemukan pada anak-anak dan berada pada ventrikel otak atau
pada ruang subarachnoid. Kista subarachnoid dapat menyebabkan
hidrosefalus non komunikans dengan cara menyumbat aliran CSS

9
dalam ventrikel khususnya ventrikel III. Berdasarkan lokasi kista,
dokter bedah saraf dapat menghilangkan dinding kista dan
mengeringkan cairan kista. Jika kista terdapat pada tempat yang
tidak dapat dioperasi (dekat batang otak), dokter dapat memasang
shunt untuk mengalirkan cairan agar bisa diserap. Hal ini akan
menghentikan pertumbuhan kista dan melindungi batang otak.
3. Berdasarkan usia
a. Hidrosefalus tipe kongenital / infantile (bayi)
b. Hidrisefalus tipe juvenile/ adult (anak-anak/dewasa)

Selain pembagian berdasarkan anatomi, etiologi, dan usia, terdapat


juga jenis Hidrosefalus Tekanan Normal; sesuai konvensi,
sindroma hidrosefalik termasuk tanda dan gejala peninggian
TIK, seperti kepala yang besar dengan penonjolan fontanel.
Akhir-akhir ini, dilaporkan temuan klinis hidrosefalus yang
tidak bersamaan dengan peninggian TIK. Seseorang bisa
didiagnosa mengalami hidrosefalus tekanan normal jika
ventrikel otaknya mengalami pembesaran, tetapi hanya sedikit
atau tidak ada peningkatan tekanan dalam ventrikel. Biasanya
dialami oleh pasien usia lanjut, dan sebagian besar disebabkan
aliran CSS yang terganggu dan compliance otak yang tidak
normal. (Ayu, 2016)

2.6 Etiologi Hidrocephalus

Penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat pada bayi


(SDKI,SLKI,SIKI 2018) adalah:
1. Kelainan bawaan
a. Stenosis Aquaductus sylvii

merupakan penyebab yang paling sering pada bayi/anak (60-


90%) Aquaductus dapat berubah saluran yang buntu sama sekali atau
abnormal ialah lebih sempit dari biasanya. Umumnya gejala
Hidrocefalus terlihat sejak lahir/progresif dengan cepat pada bulan-

10
bulan pertama setelah lahir
b. Spina bifida dan cranium bifida

Biasanya berhubungan dengan sindrom Arnold-Chiari akibat


tertariknya medula spinalis dengan medula oblongata dan cerebelum,
letaknya lebih rendah dan menutupi foramen magnum sehingga terjadi
penyumbatan sebagian/total.
c. Sindrom Dandy-Walker

Merupakan atresia congenital foramen luscha dan mengendie dengan


akibat Hidrocefalus obstruktif dengan pelebran sistem ventrikel
terutama ventrikel IV sehingga merupakan krista yang besar di daerah
losa posterior.
d. Kista Arachnoid

Dapat terjadi conginetal membagi etiologi menurut usia


2. Infeksi

Akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen sehingga dapat


terjadi obliterasi ruangan subaraknoid. Pelebaran ventrikel pada fase akut
meningitis purulenta terjadi bila aliran CSS terganggu oleh obstruksi
mekanik eksudat purulen di akuaduktus Sylvii atau sisterna basalis. Lebih
banyak hidrosefalus terdapat pasca meningitis. Pembesaran kepala dapat
terjadi beberapa minggu sampai beberapa bulan sesudah sembuh dari
meningitisnya. Secara patologis terlihat penebalan jaringan piamater dan
araknoid sekitar sisterna basalis dan daerah lain. Pada meningitis serosa
tuberkulosa, perlekatan meningen terutama terdapat di daerah basal sekitar
sisterna kiasmatika dan interpendunkularis, sedangkan pada meningitis
purulenta lokasinya lebih besar.
3. Perdarahan

Telah banyak dibuktikan bahwa perdarahan sebelum dan sesudah


lahir dalam otak, dapat menyebabkan fibrosis leptomeningen terutama
pada daerah basal otak, selain penyumbatan yang terjadi akibat orgisasi
dari darah itu sendiri.

11
4. Neoplasma

Hidrosefalus oleh obstruksi mekanis yang dapat terjadi disetiap


tempat aliran CSS. Pengobatan dalam hal ini ditujukan kepada
penyebabnya dan apabila tumor tidak mungkin dioperasi, maka dapat
dilakukan tindakan paliatif dengan mengalirkan CSS melalui saluran
buatan atau pirau. Pada anak yang terbanyak menyebabkan penyumbatan
ventrikel IV atau akuaduktus Sylvii bagian terakhir biasanya suatu glioma
yang berasal dari sereblum, sedangkan penyumbatan bagian depan
ventrikel III biasanya disebabkan suatu kraniofaringioma.

2.7 Tanda dan Gejala Hidrocephalus

Manifestasi klinis Hidrosefalus dibagi menjadi 2 yaitu :


1. Hidrosefalus dibawah usia 2 tahun
a. Sebelum usia 2 tahun yang lebih menonjol adalah pembesaran kepala.
b. Ubun-ubun besar melebar, terba tegang/menonjol dan tidak berdenyut.
c. Dahi nampak melebar dan kulit kepala tipis, tegap mengkilap dengan
pelebaran vena-vena kulit kepala.
d. Tulang tengkorak tipis dengan sutura masih terbuka lebar cracked pot
sign yakni bunyi seperti pot kembang yang retak pada perkusi.
e. Perubahan pada mata.
1) Bola mata berotasi kebawah olek karena ada tekanan dan
penipisan tulang supra orbita. Sclera nampak diatas iris,
sehingga iris seakan-akan seperti matahari yang akan
terbenam
2) Strabismus divergens
3) Nystagmus
4) Refleks pupil lambat
5) Atropi N II oleh karena kompensi ventrikel pada
chiasma optikum
6) Papil edema jarang, mungkin oleh sutura yang masih
terbuka.

12
2. Hydrochepalus pada anak diatas usia 2 tahun.

Yang lebih menonjol disini ialah gejala-gejala peninggian tekanan


intra kranial oleh karena pada usia ini ubun-ubun sudah tertutup. (Ayu,
2016).

2.8 Pemeriksaan Laboratorium Hidrocephalus


1. Gejala klinis
2. X foto kepala, didapatkan
3. Tulang tipis
4. Disproporsi kraniofasial
5. Sutura melebar

Dengan prosedur ini dapat diketahui :


1. Hidrosefalus tipe kongenital/infantile
2. Hidrosefalus tipe juvenile/adult: oleh karena sutura telah menutup maka
dari foto rontgen kepala diharapkan adanya gambaran kenaikan tekanan
intracranial.

6. Transilumanasi : penyebaran cahaya diluar sumber sinar lebih dari batas,


frontal 2,5 cm, oksipital 1 cm

7. Pemeriksaan CSS. Dengan cara aseptik melalui punksi ventrikel /


punksi fontanela mayor. Menentukan :
1) Tekanan
2) Jumlah sel meningkat, menunjukkan adanya keradangan / infeksi
3) Adanya eritrosit menunjukkan perdarahan
4) Bila terdapat infeksi, diperiksa dengan pembiakan kuman dan
kepekaan antibiotic.
8. Ventrikulografi : yaitu dengan cara memasukkan kontras berupa O2
murni atau kontras lainnya dengan alat tertentu menembus melalui
fontanella anterior langsung masuk ke dalam ventrikel

Setelah kontras masuk langsung difoto, maka akan terlihat kontras


mengisi ruang ventrikel yang melebar. Pada anak yang besar karena

13
fontanela telah menutup untuk memaukkan kontras dibuatkan lubang
dengan bor pada cranium bagian frontal atau oksipitalis.
Ventrikulografi ini sangat sulit dan mempunyai resiko yang tinggi.
Dirumah sakit yang telah memiliki fasilitas CT Scan, prosedur ini telah
ditinggalkan.
9. CT Scan kepala
Pada hidrosefalus obstruktif CT Scan sering menunjukkan adanya
pelebaran dari ventrikel lateralis dan ventrikel III. Dapat terjadi di atas
ventrikel lebih besar dari occipital horns pada anak yang besar.
Ventrikel IV sering ukurannya normal dan adanya penurunan densitas
oleh karena terjadi reabsorpsi transependimal dari CSS.
Pada hidrosefalus komunikan gambaran CT Scan menunjukkan dilatasi
ringan dari semua sistem ventrikel termasuk ruang subarachnoid di
proksimal dari daerah sumbatan

Keuntungan CT Scan :
a) Gambaran lebih jelas
b) Non traumatic
c) Meramal prognose
d) Penyebab hidrosefalus dapat diduga
10. USG

Dilakukan melalui fontanela anterior yang masih terbuka. Dengan USG


diharapkan dapat menunjukkan sistem ventrikel yang melebar.
Pendapat lain mengatakan pemeriksaan USG pada penderita
hidrosefalus ternyata tidak mempunyai nilai didalam menentukan
keadaan sistem ventrikel hal ini disebabkan oleh oleh karena USG tidak
dapat menggambarkan anatomi sistem ventrikel secara jelas, seperti
halnya pada pemeriksaan CT Scan. (Ayu, 2016)

2.9 Penatalaksanaan Hidrocephalus

A. Terapi

Terapi medikamentosa

14
Ditujukan untuk membatasi evolusi hidrosefalus melalui upaya
mengurangi sekresi cairan dari pleksus khoroid atau upaya meningkatkan
resorpsinya. Dapat dicoba pada pasien yang tidak gawat, terutama pada
pusat-pusat kesehatan dimana sarana bedah saraf tidak ada.

Obat yang sering digunakan :


a. Asetasolamid

Cara pemberian dan dosis; per oral 2-3 x 125mg/hari, dosis ini dapat
ditingkatkan sampai maksimal 1.200 mg/hari
b. Furosemide

Cara pemberian dan dosis; per oral 1,2 mg/kgBB 1x/hari atau injeksi iv
0,6 mg/kgBB/hari. Bila tidak ada perubahan setelah satu minggu pasien
diprogramkan untuk operasi.

B. Lumbal pungsi berulang (serial lumbar puncture)

Mekanisme pungsi lumbal berulang dalam hal menghentikan


progresivitas hidrosefalus belum diketahui secara pasti. Pada pungsi
lumbal berulang akan terjadi penurunan tekanan CSS secara intermiten
yang memungkinkan absorpsi CSS oleh vili arakhnoidalis akan lebih
mudah.

Indikasi : umumnya dikerjakan pada hidrosefalus komunikan terutama


pada hidrosefalus yang terjadi setelah perdarahan subarakhnoid,
periventrikular-intraventrikular dan meningitis TBC. Diindikasikan juga
pada hidrosefalus komunikan dimana shunt tidak bisa dikerjakan atau
kemungkinan akan terjadi herniasi (impending herniation).

Cara:
a) LP dikerjakan dengan memakai jarum ukuran 22, pada
interspace L2-3 atau L3-4 dan CSS dibiarkan mengalir di
bawah pengaruh gaya gravitasi.
b) LP dihentikan jika aliran CSS terhenti. Tetapi ada juga yang
memakai cara setiap LP CSS dikeluarkan 3-5 ml.

15
c) Mula-mula LP dilakukan setiap hari, jika CSS yang keluar
kurang dari 5 ml, LP diperjarang (2-3 hari).
d) Dilakukan evaluasi dengan pemeriksaan CT scan kepala setiap
minggu.
e) LP dihentikan jika ukuran ventrikel menetap pada pemeriksaan
CT scan 3 minggu berturut-turut.
f) Tindakan ini dianggap gagal jika :
1. Dilatasi ventrikel menetap
2. Cortical mantel makin tipis
3. Pada lokasi lumbal punksi terjadi sikatriks
4. Dilatasi ventrikel yang progresif

Komplikasi : herniasi transtentorial atau tonsiler, infeksi, hipoproteinemia


dan gangguan elektrolit.

C. Terapi Operasi
Operasi biasanya langsung dikerjakan pada penderita hidrosefalus.
Pada penderita gawat yang menunggu operasi biasanya diberikan :
Mannitol per infus 0,5-2 g/kgBB/hari yang diberikan dalam jangka waktu
10-30 menit.
1. “Third Ventrikulostomi”/Ventrikel III

Level kraniotom, ventrikel III dibuka melalui daerah khiasma


optikum, dengan bantuan endoskopi. Selanjutnya dibuat lubang
sehingga CSS dari ventrikel III dapat mengalir keluar.
2. Operasi pintas/”Shunting”

Ada 2 macam :
a. Eksternal

CSS dialirkan dari ventrikel ke luar tubuh, dan


bersifat hanya sementara. Misalnya: pungsi lumbal
yang berulang-ulang untuk terapi hidrosefalus
tekanan normal.
b. Internal

16
CSS dialirkan dari ventrikel ke dalam anggota tubuh
lain.
a) Ventrikulo-sisternal CSS dialirkan ke sisterna
magna (Thor-kjeldnes)
b) Ventrikulo-Atrial, CSS dialirkan ke atrium kanan
c) Ventrikulo-sinus, CSS dialirkan ke sinus sagitalis
superior
d) Ventrikulo-Bronkhial, CSS dialirkan ke
Bronkhus
e) Ventrikulo-Mediastinal, CSS dialirkan ke
mediastinum
f) Ventrikulo-Peritoneal, CSS dialirkan ke rongga
peritoneum
3. “Lumbo Peritoneal Shunt”

CSS dialirkan dari Resessus Spinalis Lumbalis ke rongga peritoneum


dengan operasi terbuka atau dengan jarum Touhy secara perkutan.
(Ayu, 2016)

2.10 Asuhan Keperawatan Hidrocephalus pada anak


A. Pengkajian
1. Identitas diri
a. Identitas klien

Nama, usia, jenis kelamin, agama, pendidikan, alamat, tanggal


masuk RS, tanggal pengkajian, diagnosa medik,rencana terapi.
b. Identitas penanggung jawab

Nama, usia, pendidikan, pekerjaan, agama, alamat, hubungan dengan


pasien
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama

17
Pada umumnya orang tua pasien mengeluh kepala anaknya semakin
membesar, mata membesar dan mata selalu melihat kebawah.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan orang tua mengeluh kepala anaknya semakin
membesar.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Hidrosefalus merupakan penyakit kelainan bawaan.
d. Riwayat penyakit keluarga
Hidrosefalus merupakan penyakit kelainan bawaan atau adakah
keluarga pasien untuk ibu pasien sewaktu hamil yang menderita
demam tifoid dan menularkan kepada janin melalui darah
e. Pemeriksaan fisik
TTV : TD : peningkatan sistol tekanan darah
N : penurunan nadi
RR : peningkatan frekuensi pernafasan

f. B1 ( Breath )   : Dispnea, ronchi, peningkatan frekuensi napas

g. B2 ( Blood )    : Pucat, peningkatan systole tekanan darah, penurunan


nadi

h. B3 ( Brain )     : Sakit kepala, gangguan kesadaran, dahi menonjol


dan  mengkilat, pembesaran kepala, perubahan pupil, penglihatan
ganda, kontruksi penglihatan perifer, strabismus ( juling ), tidak
dapat melihat keatas “ sunset eyes ”, kejang

i. B4 ( Bladder ) : Oliguria

j. B5 ( Bowel )   : Mual, muntah, malas makan

k. B6 ( Bone )     : Kelemahan, lelah, peningkatan tonus otot ekstrimitas


l. Pemeriksaan nervus
Pada pemeriksaan nervus didaptkan kelainan pada nervus III, IV dan
VI (menggerakkan bola mata) mata seperti tanda matahari terbit,

18
nervus VII wajah pasien tampak kaku karena terdapat tekanan, pada
nervus XI pasien susah menggerakkan leher dan pundak, pada
nervus XII pasien tidak dapat menggerakkan lidah.
m.Pemeriksaan rangsangan meningeal
Pada pemeriksaan rangsangan meningeal biasanya pada psien
dengan hidrosefalus didaptkan kaku kuduk positif, kernik negatif.

B. Diagnosa
N Diagnosa
o
.
D
x
Pola napas tidak efektif b.d gangguan neorologis d.d
1 dipsnea, pola napas abnormal, tekanan inspirasi
. menurun
Defisit nutrisi b.d factor psikologis (keengganan untuk
2 makan) d.d berat badan menurun, nafsu makan menuun,
. membrane mukosa pucat.

1. Pola Napas Tidak Efektif


Definisi : Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan
ventilasi adekuat
Gejala dan Tanda Mayor:
a. Dipsnea
b. Penggunaan otot bantu pernapasan
c. Fase ekspirasi memanjang
d. Pola napas abnormal (mis. Takipnea,
bradipnea,hiperventilasi, kussmaul, Cheyne-stoke)
Gejala dan Tanda Minor
e. Ortopnea
f. Pernapasan pursed-lip
g. Pernapasan cuping hidung

19
h. Diameter thoraks anterior-posterior meingkat
i. Ventilasi semenit menurun
j. Kapasitas vital menurun
k. Tekanan inspirasi menurun
l. Ekskursi dada berubah
Penyebab:
a. Depresi pusat pernapasan
b. Hambatan upaya napas (mis. Nyeri saat bernapas,
kelemahan otot pernapasan)
c. Deformitas dinding dada
d. Deformitas tulang dada
e. Gangguan neuromuskular
f. Gangguan neurologis (mis. Elektroensefalogram [EEG]
positif, cedera kepala, ganguan kejang)
g. Imaturitas neurologis
h. Penurunan enegi
i. Obesitas
j. Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru
k. Sindrom hipoventilasi
l. Kerusakan inervasi diafragma (kerusakan saraf C5 ke atas)
m. Cedera pada medulla spinalis
n. Efek agen farmakologis
o. Kecemasan
2. Defisit Nutrisi
Definisi: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme
Gejala dan Tanda Mayor :
a. Berat badan menurun minimal 10% di bawah rentan ideal
Gejala dan Tanda Minor:
a. Cepat kenyang setelah makana
b. Kram/nyeri abdomen
c. Nafsu makan menurun

20
d. Bising usus hiperaktif
e. Otot pengunyah lemah
f. Otot menelan lemah
g. Membrane mukosa pucat
h. Sariawan
i. Serum albumin turun
j. Rambut rontok berlebihan
k. Diare
Penyebab:
a. Ketidakmampuan menelan makanan
b. Ketidakmampuan mencerna makanan
c. Ketidak mampuan mengabsorbsi nutrient
d. Peningkatan kebutuhan metabolism
e. Faktor ekonomi (mis. Finansial tidak mencukupi)
f. Faktor psikologis (mis. Stress, keengganan untuk makan)

C. Intervensi

N0 Diagnosa Tujuan Intervensi


Kriteriaa Hasil
Pola napas tidak Setelah di Observasi
efektif lakukan 1. Monitor pola napas
intervensi (frekuensi, kedalaman,
keperawatan dan usaha napas)
selama 2x24 jam Terapeutik
maka di 2. Berikan oksigen
harapkan pola Edukasi
napas pasien 3. Anjurkan asupan cairan
dapat teratasi 2000 ml/hari
dengan kriteria Kolaborasi
hasil: 4. kolaborasi pemberian
- Tekanan inspirasi bronkodilator,
dari skala 2 (cukup ekspektoran, dan
menurun) menjadi mukolitik
skala 4 (cukup
meningkat)
- Dipsnea dari skala
2 (cukup menurun)
menjadi skala 4
(cukup meningkat)

21
Defisit nutrisi Setelah di Observasi
lakukan 1. Identifikasi status nutrisi
intervensi 2. Monitor berat badan
keperawatan Terapeutik
selama 2x24 jam 3. Berikan makanan tinggi
maka di kalori dan tinggi protein
harapkan status Edukasi
nutrisi pasien 4. Anjurkan posisi duduk
dapat teratasi Kolaborasi
dengan kriteria 5. Kolaborasi dengan ahli
hasil: gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
- Porsi makan yang nutrient yang di
di habis kan dari butuhkan.
skala 2 (cukup
menurun) menjadi
skala 4 (cukup
meningkat)
- Berat badan dari
skala 2 (cukup
memburuk)
menjadi skala 4
(cukup membaik)

22
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Hidrocephalus adalah: suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan


bertambahnya cairan cerebrospinal (CSS) dengan atau pernah dengan tekanan
intra kranial yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat
mengalirnya CSS.

Merupakan sindroma klinis yang dicirikan dengan dilatasi yang progresif


pada sistem ventrikuler cerebral dan kompresi gabungan dari jaringan –
jaringan serebral selama produksi CSF berlangsung yang meningkatkan
kecepatan absorbsi oleh vili arachnoid. Akibat berlebihannya cairan
serebrospinalis dan meningkatnya tekanan intrakranial menyebabkan
terjadinya peleburan ruang – ruang tempat mengalirnya liquor. Berdasarkan
letak obstruksi CSF hidrosefalus pada bayi dan anak ini juga terbagi dalam
dua bagian yaitu : Hidrochepalus komunikan, Hidrochepalus non-komunikan,
Hidrochepalus bertekanan normal.

Insidens hidrosefalus pada anak-anak belum dapat ditentukan secara pasti


dan kemungkinan hai ini terpengaruh situasi penanganan kesehatan pada
masing-masing rumah sakit.

3.2 Saran

Penulis menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam penulisan


makalah ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik maupun saran dari
pembaca. Demi kesempurnaan pembuatan makalah selanjutnya.

23
DAFTAR PUSTAKA

Ayu, Niwang. 2016. Patologi dan Patofisiologi Kebidanan. Yogyakarta: Nuha


Medika.
Heather, T. Herdman dan Shigemi Kamitsuru. 2015. Nanda Internasional
Diagnosis Keperawatan : Definisi & Klasifikasi 2015-2017 edisi 10.
Jakarta:Buku Kedokteran EGC.
Moorhead, Sue.Marion,Johnson.Meridean L. Maas. Elizabeth, Swanson. 2013.
Nursing Outcomes Classification (NOC). Jakarta: Mocomedia.
Nurjannah, Intansari dan Roxsana Devi T. 2016. Nursing Interventions
Cassification (NIC). Jakarta:mocomedia.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.

24

Anda mungkin juga menyukai