Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

HIDROSEFALUS

DOSEN PEMBIMBING :

Ns. Erna Sulistyawati, M.Kep.Sp.Kep.An

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 2 KELAS 3B (ABSEN 12-22)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2022/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat
dan karunia-Nya, kelompok 2 kelas 3B diberikan kemudahan sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini. Meskipun dalam pembuatannya banyak hambatan yang kami alami , akhirnya
makalah ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu.

Tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing, Ns. Erna
Sulistyawati, M.Kep.Sp.Kep.An selaku dosen mata kuliah Keperawatan Anak 1 kelas 3B
yang telah memberikan arahan serta motivasi dalam proses pembuatan makalah ini. Penulis
juga mengucapkan kepada teman-teman yang telah memberikan dukungan kepada penulis
dalam menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini.

Tentunya ada hal-hal yang menunjang penulis untuk membuat makalah ini dengan
tujuan untuk memenuhi tugas penilaian mata kuliah Keperawatan Anak 1. Penulis mohon
maaf apabila makalah ini memiliki kekurangan dan penulis menyadari masih perlu
ditingkatkan lagi mutunya. Karena itu, penulis sangat mengharapkan akan pemberian saran
dan kritik yang membangun.

Semarang, 10 Oktober 2022

Penyusun,

(Kelompok 2 kelas 3B)

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG...............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................................3
A. PENGERTIAN..........................................................................................................................3
B. ETIOLOGI................................................................................................................................3
C. PATOFISIOLOGI.....................................................................................................................3
D. MANIFESTASI KLINIK..........................................................................................................4
E. PENATALAKSANAAN...........................................................................................................4
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG...............................................................................................5
G. KOMPLIKASI..........................................................................................................................5
H. PATHWAYS KEPERAWATAN..............................................................................................6
I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN...........................................................................................7
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN.............................................................................................12
K. INTERVENSI..........................................................................................................................12
BAB III PENUTUP.............................................................................................................................14
A. Kesimpulan..............................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Hidrosefalus berasal dari kata “hidro” yang berarti air dan “chepalus” yang
berarti kepala. Meskipun hidrosefalus diekanl sebagai “air di otak”, “air” ini
sebenarnya cairan serebrospinal (CSS) yaitu cairan bening yang mengililingi otak dan
sumsum tulang belakang. Dari istilah medis, hidrosefalus dapat diartikan sebagai
penumpukan cairan serebrospinal (CSS) secara aktif yang menyebabkan dilatasi
sistem ventrikel otak dimana terjadi akumulasi CSS yang berlebihan pada satu
ataunlebih ventrikel atau ruang subarachnoid. Keadaan ini disebabkan oleh karena
terdapat ketidakseimbangan antara produksi dan absorbsi dari CSS. Bila akumulasi
CSS yang berlebihan terjadi di atas hemisfer selebral, keadaan ini disebut
higromasubdural atau koleksi cairan subdural. Hidrosefalus juga bisa disebut sebagai
gangguan hidrondinamik CSS. Kondisi seperti cerebral atrofi juga mengakibatkan
penignkatan abnormal CSS dalam susunan saraf pusat (SSP)
Fungsi utama dari CSS adalah untuk menyediakan keseimbangan dalam
sistem saraf. CSS merupakan cairan yang mengelilingi otak. Berfungsi untuk
mengurangi berat otak dalam tengkorak dan menyediakan bantalan mekanik dan
melindungi otak dari trauma yang mengenai tulang tengkorak. CSS juga bertindak
sebagai saluran unntuk transport intraselebral. CSS juga mempertahankan tekanan
intracranial dengan cara pengurangan CSS dengan mengalirkannya keluar rongga
tengkorak, baik dengan mempercepat pengalirannya melalui berbagai foramina,
hingga mencapai sinus venosus, atau masuk ke dalam rongga subarachnoid lumbal
yang mempunyai kemampuan mengembang sekitar 30%. (Priadi, 2018)

B. RUMUSAN MASALAH

1. Pengertian
2. Etiologi
3. Patofisiologi
4. Manifestasi klinik
5. Penatalaksanaan

1
6. Pemeriksaan penunjang
7. Komplikasi
8. Patways keperawatan
9. Pengkajian focus
10. Diagnosa keperawatan
11. Fokus intervensi dan rasional

C. TUJUAN PENULISAN

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
keperawatan anak 1 dan diharapkan mahasiswa/i dapat mengetahui, memahami, dan
menjelaskan mengenai :
1. Pengertian
2. Etiologi
3. Patofisiologi
4. Manifestasi klinik
5. Penatalaksanaan
6. Pemeriksaan penunjang
7. Komplikasi
8. Patways keperawatan
9. Pengkajian focus
10. Diagnosa keperawatan
11. Fokus intervensi dan rasional

D. MANFAAT PENULISAN

Manfaat dari penulisan makalah ini adalah mahasiswa/i mampu menguasai materi
mengenai: pengertian, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, penatalaksanaan,
pemeriksaan penunjang, komplikasi, patways keperawatan, pengkajian fokus, diagnose
keperawatan, fokus intervensi, dan rasional hidrosefalus.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
Kata Hidrosefalus diambil dari bahasa Yunani yaitu Hydro yang berrati air
dan cephalus yang berarti kepala. Secara umum hidrosefalus dapat didefinisikan
sebgaai suatu gangguan pembentukan, aliran, maupun penyerapan dari cairan
serebrospinal sehingga terjadi kelebihan cairan serebrospinal pada susunan saraf
pusat, kondisi ini juga dapat diartikan sebagai gangguan hidrodinamik cairan
serebrospinal. Hidrosefalus merupakan gangguan sistem saraf yang sering ditemukan,
terjadi pada 0,5 hingga 4/1000 kelahiran hidup (Zak & Chan, 2010).
B. ETIOLOGI
Menurut Darsono,(2012) cairan serebrospinal merupakan cairan jernih yang
diproduksi dalam ventrikulus otak oleh pleksus koroideus, cairan ini mengalir dalam
ruang subaraknoid yang membungkus otak dan medulla spinalis. Penyebab
hidrosefalus pada anak secara garis besar dapat dibagi menjadi dua, yaitu penyebab
prenatal dan postnatal.
a) Penyebab prenatal
Sebagian besar anak dengan hidrosefalus telah mengalami hal ini sejak lahir atau
segera setelah lahir. Beberapa penyebabnya terutama adalah stenosis akuaduktus
sylvii, malformasi dandy walker, holopresencephaly, myelomeningokel, dan
malformasi arnold chiari. Selain itu, terdapat juga jenis malformasi lain yang
jarang terjadi. Penyebab lain dapat berupa infeksi in-utero, lesi destruktif, dan
factor genetic.
b) Penyebab postnatal
Lesi massa menyebabkan sekitar 20% kasus hidrosefalus, kista, arachnoid, dan
kista neuroepitelial. Perdarahan, meningitis, dan gangguan aliran vena juga
merupakan penyebab yang cukup sering terjadi.
C. PATOFISIOLOGI
Menurut pendapat Harsono (2015), pembentukan cairan serebrospinal
terutama dibentuk didalam sistem ventrikel. Kebanyakan cairan tersebut dibentuk
oleh leksus koroidalis di ventrikel lateral, yaitu kurang lebih sebanyak 80% dari total
cairan serebrospinalis. Kecepatan pembentukan cairan serebrospinalis lebih kurang
0,35 - 0,40 ml/mnt atau 500ml/hari, kecepatan pembentukan cairan tersebut sama

3
pada orang dewasa maupun anak-anak. Dengan jalur aliran yang dimulai dari
ventrikel lateral menuju ke foramen monro kemudian ke ventrikel 3, selanjutnya
mengalir ke akuaduktus sylvii, lalu ke ventrikel 4 dan menuju ke foramen luska dan
magendi, hingga akhirnya ke ruang subarachnoid dan kanalis spinalis. (Faristanty,
2019)

D. MANIFESTASI KLINIK
Darsono (2005) mengatakan bahwa tanda awal dan gejala hidrosefalus terganytung
pada derajat ketidakseimbangan kapasitas produksi dan reabsorbsi CSS. Manifestasi
klinis dari hidrosefalus pada anak dikelompokan menjadi dua golongan, yaitu:

Hidrosefalus terjadi pada masa Hidrosefalus terjadi pada akhir masa


neonates kanak-kanak
1. Pembesaran kepala abnormal yang 1. Pembesaran kepala abnormal yang
progresif progresif
2. Nyeri kepala dengan lokasi nyeri 2. Keluhan pengelihatan ganda (diplopia)
tidak khas 3. Sutura cranium tampak atau teraba
3. Vena-vena di sisi samping kepala melebar
melebar dan berkelok 4. Fontanel anterior yang sangat tegang
4. Tamoak dorsum nasi (batang 5. Kulit kepala licin mengkilap dan
hidung) lebih besar dari biasanya tampak vena-vena superfisial
5. Tulang-tulang kepala menjadi menonjol
sangat tipis

E. PENATALAKSANAAN
Terapi khusus bergantung pada etiologi. Tujuan terapi meliputi meredakan
hidrosefalus dan menata laksana komplikasi yang berkaitan dengan gangguan
tersebut, seperti keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan. Sebagian besar kasus
hidrosefalus ditangani dengan pemasangan pirauekstrakranial melalui pembedahan.
Pirau tersebut harus diganti saat anak tumbuh besar. Oleh sebab itu, anak akan
menjalankan pembedahan revisi pirau pada berbagai massa selama kehidupan mereka.
Tenaga kesehatan dan orang tua harus mampu mengidentifikasi jika pirau perlu
diganti atau apabila terjadi komplikasi, untuk mengurangi kemungkinan kematian
atau disabilitas yang dapat terjadi akibat peningkatan TIK.

4
Pirau merupakan terapi utama untuk hidrosefalus, tetapi tetap menimbulkan
komplikasi, seperti infeksi, opstruksi, dan perlu diganti seiring pertumbuhan anak.
Ventrikulostomi pada ventrikel ke 3 via endoskopi merupakan alternatif pemasangan
pirau untuk menanganu hidrosefalus obstruksi pada anak tertentu. Performasi kecil
dibuat didasar ventrikel ketiga yang menipis, yang memungkinkan aliran keluar CSS
dari ventrikel tersebut ke ruang subarak noid. Prosedur tersebut tidak melibatkan
pemasangan perangkat keras secara permanen. Uji klinis sedang dilakukan terhadap
efektifitas penggunaan ventrikulostomi terhadap ventrikel ke tiga via endoskopi
versus pemasangan pirau ventrikuloperitoneal. (ClinicalTrials.gov, 2009)
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. USG kehamilan dapat mendeteksi pembesaran dari kepala dan penumpukan
cairan di otak pada janin saat kehamilan
2. CT Scan Kepala
3. MRI Kepala
G. KOMPLIKASI
a. Infeksi
Infeksi dapat menyebabkan meningitis (peradangan pada selaput otak), peritonitis
(peradangan pada selaput rongga perut), dan peradangan sepanjang selang.
Penggunaan antibiotic dapat meminimalkan risiko terjadinya infeksi dan
terkadang diperlukan tindakan pencabutan selang shunt.
b. Perdarahan subdural
Perdarahan subdural terjadi karena robekan pada pembuluh darah balik (lokasi
yang berada dibawah lapisan pelindung otak durameter). Risiko komplikasi ini
dapat diturunkan dengan penggunaan shunt yang baik.
c. Obstruksi atau penyumbatan selang VP shunt
Yang terjadi pada selang shunt mengakibatkan gejala yang terus menerus ada atau
timbulnya kembali gejala yang sudah mereda. Sekitar sepertiga kasus hidrosefalus
dengan pemasangan shunt memerlukan penggantian waktu dalam waktu 1 tahun.
Sebagian besar kasus (80%) memerlukan revisi dalam 10 tahun.
d. Keadaan tekanan darah
(Low pressure) bila cairan yang dialirkan terlalu berlebihan, maka dapat menjadi
keadaan dengan tekanan darah rendah. Gejala yang timbul berupa sakit kepala dan
muntah saat duduk atau berdiri. Gejala ini dapat membaik dengan asupan cairan
yang tinggi dan perubahan posisi secara perlahan.

5
H. PATHWAYS KEPERAWATAN

Kongenital Infeksi Trauma Neoplas Hepatitis Degeneratif GG Vaskuler

Hidrosefalus

Pembesaran kepala, TIK Ganguan kesadaran, kejang, Mual muntah, kurang nafsu
meningkat, perubahan tanda” ganguan sensorik, penurunan makan nafsu makan tidak
vital (nafas dalam, nadi lambat, dan hilangnya kemampuan ada. Berat badan menurun
hiperterimi) muntah, nyeri aktifitas, perubahan pupil
kepala, oedema pupil. dilatasi. Ganguan
pengllihatan( Duplobia kabur)
Defisit Nutrisi

Penurunan kapasitas
adaptif intrakranial Gangguan Mobilitas Fisik

6
I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Data subyektif
1) Biodata/ Identitas
Biodata anak mencakup nama, umur, jenis kelamin. Biodata orang tua perlu
dipertanyakan untuk mengetahui status sosial anak meliputi nama, umur,
agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, alamat.
2) Riwayat Penyakit
1) Pada anak kejang demam riwayat yang menonjol adalah adanya demam
yang di alami oleh anak (suhu rektal di atas 38ºC). Demam ini
dilatarbelakangi adanya penyakit lain yang terdapat pada luar kranial
seperti tonsilitis, faringitis. Sebelum serangan kejang pada pengkajian
status kesehatan biasanya anak tidak mengalami kelainan apa-apa. Anak
masih menjalani aktivitas sehari-hari seperti biasanya.
2) Riwayat penyakit yang diderita sekarang tanpa kejang seperti:
 Gerakan kejang anak
 Terdapat demam sebelum kejang
 Lama bangkitan kejang
 Pola serangan
 Frekuensi serangan
 Keadaan sebelum, selama dan sesudah serangan
 Riwayat penyakit sekaranG
Berdasarkan PQRST :
a. Provokatif dan paliatif : apa penyebabnya apa yang memperberat dan
yang mengurangi , biasanya pada anak kejang demam terjadi demam
dengan suhu rektal di atas 38oC
b. Quality/kuantitas : dirasakan seperti apa, tampilannya, suaranya,berapa
banyak. Biasanya yang terjadi panas dan kemerahan.
c. Region/radiasi : lokasinya dimana, penyebarannya. Biasanya panasnya
terasa diseluruh tubuh.
d. Saverity/scale : intensitasnya (skala) pengaruh terhadap aktifitas .
biasanya suhu rektal diatas 38oC.

7
e. Timing : kapan muncul keluhan,berapa lama,bersifat (tiba-tiba, sering,
bertahap) biasanya ada yang demam pada malam hari, pagi hari atau
siang hari, dan ada yang demam sepanjang hari.
3) Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Kedaan ibu sewaktu hamil per trimester, apakah ibu pernah mengalami
infeksi atau sakit panas sewaktu hamil. Riwayat trauma, perdarahan per
vaginam sewaktu hamil, penggunaan obat-obatan maupun jamu selama
hamil. Riwayat persalinan ditanyakan apakah sukar, spontan atau dengan
tindakan (forcep atau vakum), perdarahan ante partum, asfiksi dan lain-
lain. Keadaan selama neonatal apakah bayi panas, diare, muntah, tidak
mau menetek, dan kejang-kejang.
4) Riwayat kesehatan keluarga.
a. Anggota keluarga menderita kejang
b. Anggota keluarga yang menderita penyakit syaraf
c. Anggota keluarga yang menderita penyakit seperti ISPA, diare atau
penyakit infeksi menular yang dapat mencetuskan terjadinya kejang
demam.
5) Riwayat Imunisasi
Jenis imunisasi yang sudah didapatkan dan yang belum ditanyakan serta
umur mendapatkan imunisasi dan reaksi dari imunisasi. Pada umumnya
setelah mendapat imunisasi DPT efek sampingnya adalah panas yang
dapat menimbulkan kejang.
a. Imunisasi BCG
Memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit tuberculosis
b. (TBC)Imunisasi DPT
Melindungi tubuh terhadap difteri, pertusis dan tetanus. Difteri adalah
suatu infeksi bakteri yang menyerang tenggorokan dan dapat
menyebabkan komplikasi yang serius.
c. Imunisasi Polio
Memberikan kekebalan tubuh terhadap penyakit poliomielitis, dapat
menyebabkan nyeri otot dan kelumpuhan pada salah satu maupun
kedua lengan/tungkai.
d. Imunisasi Campak

8
Memberikan kekebalan tubuh terhadap penyakit campak, imunisasi
campak diberikan sebanyak 1 dosis pada anak saat berumur 9 bulan
atau lebih.
e. Imunisasi HBV
Memberikan kekebalan terhadap hepatitis B.
6) Riwayat Perkembangan
a. Personal sosial (kepribadian atau tingkah laku sosial), kemampuan
mandiri, bersosialisasi, dan berinteraksi dengan lingkungannya.
b. Gerakan motorik halus : berhubungan dengan kemampuan anak untuk
mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-
bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil dan
memerlukan koordinasi yang cermat, misalnya menggambar,
memegang suatu benda, dan lain-lain.
c. Gerakan motorik kasar : berhubungan dengan pergerakan dan sikap
tubuh.
d. Bahasa : kemampuan memberikan respon terhadap suara, mengikuti
perintah dan berbicara spontan.
7) Pola Aktivitas Sehari-hari
a. Pola nutrisi
Asupan kebutuhan gizi anak, kualitas dan kuantitas makanan, makanan
yang disukai, selera makan, dan pemasukan cairan. Biasanya pada
klien kejang demam mengalami kurang nafsu makan paska terjadinya
kejang
b. Pola Eliminasi
BAK : frekuensi, jumlah, warna, bau
BAB : frekuensi, konsistensi, dan keteraturan
c. Pola tidur atau istirahat
Lama jam tidur, kebiasaan tidur, dan kebiasaan tidur siang.
d. Personal Hygiene
e. Aktivitas
f. Kesenangan anak dalam bermain, aktivitas yang disukai, dan lama
berkumpul dengan keluarga.
2. Data Obyektif
a. Pemeriksaan tanda-tanda vital.

9
1) Suhu Tubuh.
Pemeriksaan ini dapat dilakukan melalui rektal, axila, dan oral yang
digunakan untuk menilai keseimbangan suhu tubuh yang dapat digunakan
untuk membantu menentukan diagnosis dini suatu penyakit, suhu pada
klien kejang demam >38oC.
2) Denyut Nadi
Dalam melakukan pemeriksaan nadi sebaiknya dilakukan dalam posisi
tidur atau istirahat, pemeriksaan nadi dapat disertai dengan pemeriksaan
denyut jantung, biasanya terjadi kecepatan denyut jantung (takikardi).
3) Tekanan Darah
Dalam melakukan pengukuran tekanan darah, hasilnya sebaiknya
dicantumkan dalam posisi atau keadaan seperti tidur, duduk, dan
berbaring. Sebab posisi akan mempengaruhi hasil penilaian tekanan darah
dan tekanan darah pada penderita kejang demam cendrung hipertensi
b. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan atau Penampilan
Mengkaji keadaan atu penampilan klien lemah, gelisah,rewel. Biasanya
pada klien kejang demam mengalami kelemahan dan rewel.
2) Tingkat Kesadaran

3) Pemeriksaan kepala
Keadaan fontanel, dan tanda kenaikan intrakranial.

10
4) Pemeriksaan rambut
Dimulai warna, kelebatan, distribusi serta katakteristik lain rambut. Pasien
dengan malnutrisi energi protein mempunyai rambut yang jarang,
kemerahan seperti rambut jagung dan mudah dicabut tanpa menyebabkan
rasa sakit pada pasien.
5) Pemeriksaan wajah
Paralisis fasialis menyebabkan asimetris wajah, sisi yang paresis tertinggal
bila anak menangis atau tertawa sehingga wajah tertarik ke sisi sehat,
tanda rhesus sardonicus, opistotonus, dan trimus, serta gangguan nervus
cranial.
6) Pemeriksaan mata
Saat serangan kejang terjadi dilatasi pupil, untuk itu periksa pupil dan
ketajaman penglihatan.
7) Pemeriksaan telinga
Periksa fungsi telinga, kebersihan telinga serta tanda-tanda adanya infeksi
seperti pembengkakan dan nyeri di daerah belakang telinga, keluar cairan
dari telinga, berkurangnya pendengaran.
8) Pemeriksaan hidung
Pernapasan cuping hidung, polip yang menyumbat jalan nafas, serta secret
yang keluar dan konsistensinya.
9) Pemeriksaan mulut
Tanda-tanda cyanosis, keadaan lidah, stomatitis, gigi yang tumbuh, dan
karies gigi.
10) Pemeriksaan tenggorokan
Tanda peradangan tonsil, tanda infeksi faring, cairan eksudat.
11) Pemeriksaan leher
Tanda kaku kuduk, pembesaran kelenjar tiroid, pembesaran vena jugularis.
12) Pemeriksaan Thorax
Amati bentuk dada klien, bagaimana gerak pernapasan, frekuensinya,
irama, kedalaman, adakah retraksi, adakah intercostale pada auskultasi,
adakah suara tambahan.
13) Pemeriksaan Jantung
Bagaimana keadaan dan frekuensi jantung, serta irama jantung, adakah
bunyi tambahan, biasanya adalah tachycardia.

11
14) Pemeriksaan Abdomen
Adakah distensia abdomen serta kekakuan otot pada abdomen, bagaimana
turgor kulit, peristaltik usus, adakah tanda meteorismus, adakah
pembesaran lien dan hepar
15) Pemeriksaan Kulit
Bagaimana keadaan kulit baik kebersihan maupun warnanya, apakah
terdapat oedema, hemangioma, bagaimana keadaan turgor kulit.
16) Pemeriksaan Ekstremitas
Apakah terdapat oedema, atau paralise, terutama setelah terjadi kejang.
Bagaimana suhu pada daerah akral.
17) Pemeriksaan Genetalia
Adakah kelainan bentuk oedema, sekret yang keluar dari vagina, adakah
tanda-tanda infeksi pada daerah genetalia. (Apriyanto et al., 2013)

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Penurunan kapasitas adaptif intracranial b.d obstruksi aliran cairan serebrospinalis
(hidrosefalus) (D.0066)
2. Gangguan mobilitas fisik b.d kontraktur (D.0054)
3. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna makanan (D. 0019)

K. INTERVENSI
Observasi
- Identifikasi penyebab peningkatan TIK (mis. Gangguan metabolisme, edema
serebral)
- Monitor tanda /gejala peningkatan TIK (mis. Tekanan darah meningkat, tekanan
nadi melebar, bradikardia, pola napas ireguler, kesadaran menurun)
- Monitor MAP (mean arterial pressure)
- Monitor CFP (central venous pressure), jika perlu
- Monitor PAWP, jika perlu
- Monitor PAP, jika perlu
- Monitor ICP (intra cranial pressure), jika tersedia
- Monitor CCP (cerebral perfusion pressure)
- Monitor gelombang ICP
- Monitor status pernapasan

12
- Monitor intake dan output cairan
- Monitor cairan serebro-spinalis (mis. Warna, konsistensi)

Terapeutik

- Minimalkan stimulus dengan menyediakan lingkungan yang tenang


- Berikan posisi semi fowler
- Hindari manofer falsafah
- Cegah terjadinya kejang
- Hindari penggunaan PEEP
- Hindari pemberian cairan IV Hipotonik
- Atur ventilator agar PaCO2 optimal
- Pertahankan suhu tubuh normal

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian sedasi dan antikonvlusan, jika perlu


- Kolaborasi pemberian diuretic osmosis, jika perlu
- Kolaborasi pemberian pelunak tinja, jika perlu

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hidrosefalus dapat diartikan sebagai penumpukan cairan serebrospinal (CSS)
secara aktif yang menyebabkan dilatasi sistem ventrikel otak dimana terjadi
akumulasi CSS yang berlebihan pada satu ataunlebih ventrikel atau ruang
subarachnoid. Penyebab hidrosefalus pada anak secara garis besar dapat dibagi
menjadi dua, yaitu penyebab prenatal dan postnatal. Manifestasi klinis dari
hidrosefalus pada anak dikelompokan menjadi dua golongan, yaitu: Hidrosefalus
terjadi pada masa neonates dan Hidrosefalus terjadi pada akhir masa kanak-kanak.
Terapi khusus bergantung pada etiologi. Tujuan terapi meliputi meredakan
hidrosefalus dan menata laksana komplikasi yang berkaitan dengan gangguan
tersebut, seperti keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan. Sebagian besar kasus
hidrosefalus ditangani dengan pemasangan pirauekstrakranial melalui pembedahan.

14
DAFTAR PUSTAKA
Apriyanto, Agung, R. P., & Sari, F. (2013). Hidrosefalus pada anak. Jmj, 1(1), 61–67.

Faristanty, A. N. (2019). ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK KEJANG DEMAM


SIMPLEKS DENGAN MASALAH KEPERAWATAN HIPERTERMI DI RUANGAN
MELATI V RSUD dr. SOEKARDJO TASIKMALAYA. Stikes Bhakti Kencana
Bandung.

Priadi, S. (2018). Program studi d iii keperawatan sekolah tinggi ilmu kesehatan perintis
padang tahun 2018. 1–104.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnosis. (Edisi 1) Persatuan Perawat Nasional Indonesia: Jakarta
Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Defisit dan
Tindakan Keperawatan. (Edisi 1), Jakarta: DPP PPNI.

15

Anda mungkin juga menyukai