Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK HIDROSEFALUS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Paliatif Klinik Anak

Dosen Pengampu : Sri Hartini, S.Kep., Ns., M.Kes

Disusun Oleh : Kelompok 2

1. Aolgya Meisin Rahma S. (2019012164)


2. Dwi Anggreani Putri (2019012170)
3. Fuadatul Maghfiroh (2019012174)
4. Jumita Sari (2019012174)
5. Linda Nur Maulinda A. (2019012184)

PSIK 3A

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN CENDEKIA UTAMA

KUDUS

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Asuhan
Keperawatan Anak Hidrosefalus” secara tepat waktu.

Makalah ini disusun sebagai salah satu persyaratan tugas mata kuliah
Paliatif Klinik Anak oleh dosen Pengampu Sri Hartini, S.Kep., Ns., M.Kes. Kami
menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak sekali hambatan yang
disebabkan oleh kurangnya sarana dan prasarana, serta keterbatasan kami sendiri.
Makalah ini dapat terselesaikan karena beberapa pihak yang telah membantu
dalam penulisan ini. Oleh karena itu, penulis menyampaikan banyak terimakasih
kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, terutama kepada:

1. Ilham Setyo Budi, S.Kp., M.Kes. selaku kepala STIKES Cendekia Utama
Kudus.
2. Heriyanti Widyaningsih, S.Kep.,Ns., M.Kep selaku ketua prodi S1 Ilmu
Keperawatan dan Ners STIKES Cendekia Utama Kudus.
3. Sri Hartini, S.Kep., Ns., M.Kes. selaku dosen pengampu mata kuliah Paliatif
Klinik Anak.
4. Orang tua dan seluruh keluarga yang selalu memberikan semangat,
dukungan, dan doa.
5. Teman-teman seperjuangan, atas perhatiannya semoga kita tetap menjalin
serta menjaga silaturrokhim diantara kita semua, amin.
Kami menyadari bahwasannya banyak sekali kekurangan dan kelemahan
dalam pembuatan makalah ini, oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran agar karya tulis ini dapat memberikan pengetahuan dan manfaat bagi
pembaca secara sempurna.

Kudus, Desember 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................... ii

DAFTAR ISI........................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................................... 1
C. Tujuan Penelitian....................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Hydrocephalus............................................................................. 3
B. Etiologi Hydrocephalus............................................................................. 4
C. Patofiologi Hydrocephalus........................................................................ 6
D. Tanda dan gejala pada Hydrocephalus...................................................... 7
E. Komplikasi yang ditimbulkan oleh Hydrocephalus.................................. 8
F. Pemeriksaan Diagnostik pada Hydrocephalus.......................................... 8
G. Penatalaksanaan pada Hydrocephalus………………………………....... 10
H. Asuhan Keperawatan Anak pada Hydrocephalus……............................. 11

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan…………………………………………………………… 18
B. Saran………………………………………………………………….. 18

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hydrocephalus telah dikenal sejak zaman hipocrates, saat itu hydrocephalus
dikenal sebagai penyebab penyakit ayan. Disaat ini dengan teknologi yang semakin
berkembang maka mengakibatkan polusi didunia semakin meningkat pula yang pada
akhirnya menjadi faktor penyebab penyakit yang dapat mempengaruhi janinnya, salah
satunya adalah Hydrocephalus. Saat ini secara umum insidennya dapat dilaporkan
sebesar tiga kasus per seribu kehamilan hidup menderita hydrocephalus. Dan
hydrocephalus merupakan penyakit yang sangat memerlukan pelayanan keperawatan
yang khusus.
Hydrocephalus dapat terjadi pada semua umur tetapi paling banyak pada bayi
yang ditandai dengan membesarnya kepala melebihi ukuran ukuran normal. Meskipun
banyak ditemukan pada bayi dan anak, sebenarnya hydrocephalus juga biasa terjadi
pada orang dewasa, hanya saja pada bayi gejala klinisnya tampak lebih jelas sehingga
lebih mudah dideteksi dan diagnosis. Hal ini dikarenakan pada bayi ubun-ubunnya
masih terbuka, sehingga adanya penumpukan cairan otak dapat dikompensasi dengan
melebarnya tulung-tulung tengkorak. Sedang pada orang dewasa tulang tengkorak
tidak mampu lagi melebar.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang terdapat dalam makalah ini, diantaranya :
1. Apa definisi Hydrocephalus ?
2. Bagaimana etiologi Hydrocephalus ?
3. Bagaimana Patofiologi Hydrocephalus ?
4. Apa saja tanda dan gejala pada Hydrocephalus ?
5. Apa saja komplikasi yang ditimbulkan dari Hydrocephalus?
6. Bagaimana pemeriksaan Diagnostik pada Hydrocephalus ?
7. Bagaimana penatalaksanaan pada Hydrocephalus ?
8. Bagaimana asuhan keperawatan anak pada Hydrocephalus ?

1
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum yang ingin dicapai yaitu untuk menyelesaikan tugas mata
kuliah Paliatif Klinik Anak oleh dosen pengampu Sri Hartini, S.Kep.Nes,M.Kes.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus yang ingin dicapai dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk dapat mengetahui definisi dari Hydrocephalus.
b. Untuk dapat mengetahui etiologi dari Hydrocephalus.
c. Untuk dapat mengetahui patofiologi dari Hydrocephalus.
d. Untuk dapat mengetahui tanda dan gejala pada Hydrocephalus
e. Untuk sapat mengetahui komplikasi yang ditimbulkan oleh
Hydrocephalus.
f. Untuk mengetahui pemeriksaan Diagnostik pada Hydrocephalus.
g. Untuk mengetahui penatalaksanaan pada Hydrocephalus.
h. Untuk dapat mengetahui asuhan keperawatan anak pada Hydrocephalus.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Hydrocephalus merupakan keadaan patologis otak yang mengakibatkan
bertambahnya cairan cerebro spinalis tanpa atau pernah dengan tekanan intrakranial
yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya cairan
serebro spinal (Ngatisyah, 1997).
Hydrocephalus adalah akumulasi cairan serebro spinal dalam ventrikel
serebral, ruang subarachnoid atau ruang subdural (Suriadi daan Yuliani, 2001).
Hydrochepalus yaitu timbul bila ruang cairan serebro spinalis interna atau eksternal
melebar (Mumenthaler, 1995).
Hydrocephalus berkembang jika aliran serebro spinal terhambat pada tempat
sepanjang perjalanannya, timbulnya hydrocephalus akibat produksi berlebihan cairan
serebrospinal dianggap sebagai proses yang intermitten setelah suatu infeksi atau
trauma. Ini dapat terjadi kelainan yang progresif pada anak-anak yang disebabkan
oleh papyloma pleksus dapat diatasi dengan operasi (Mumenthaler, 1995).
Pembagiaan hydrocephalus pada anak dan bayi.
Berdasarkan definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa hydrocephalus
adalah penumpukan cairan di rongga otak, sehingga meningkatkan tekanan pada otak. Pada
bayi dan anak-anak, hidrosefalus membuat ukuran kepala membesar. Sedangkan pada orang
dewasa, kondisi ini bisa menimbulkan sakit kepala hebat. Cairan otak diproduksi oleh otak
secara terus menerus, dan diserap oleh pembuluh darah. Fungsinya sangat penting,
antara lain melindungi otak dari cedera, menjaga tekanan pada otak, dan membuang
limbah sisa metabolisme dari otak. Hidrosefalus terjadi ketika produksi dan
penyerapan cairan otak tidak seimbang. Hidrosefalus dapat dialami oleh siapa saja,
tetapi lebih sering dialami oleh bayi dan orang-orang yang berusia 60 tahun ke atas.
Hydrocephalus pada anak atau bayi pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Kongenital
Merupakan hydrocphalus yang sudah diderita sejak bayi dilahirkan sehingga
pada saat lahir keadaan otak bayi terbentuk kecil, terdesak oleh banyaknya cairan

3
dalam kepala dan tingginya tekanan intrakranial sehingga pertumbuhan sel otak
terganggu
2. Non Kongenital
Bayi atau anak mengalaminya pada saat sudah besar dengan penyebabnya
yaitu penyakit-penyakit tertentu misalnya trauma, TBC yang menyerang otak
dimana pengobatannya tidak tuntas. Pada hydrocephalus didapat pertumbuhan
otak sudah sempurna, tetapi kemudian teganggu oleh sebab adanya peninggian
tekanan intrakranial sehingga perbedaan antara hydrocephalus kongenital dan
hydrocephalus non kongenital terletak pada pembentukan otak dan kemungkinan
prognosanya.
Berdasarkan letak obstruksi Cairan Cerebrospinal Fluid (CSF) hydrocephalus
pada bayi dan anak ini juga dalam 2 bagian, yaitu :
1. Hydrocephalus Komunikan (kommunucating hydrocephalus)
Pada hydrocephalus Komunikan obstruksinya terdapat pada rongga
subarachnoid, sehingga terdapat aliran bebas CSF dalam sistem ventrikel
sampai ke tempat sumbatan.
2. Hydricephalus Non komunukan (nonkommunican hydrocephalus)
Pada hydrocephalus nonkomunikan obstruksinya terdapat dalam
system ventrikel sehingga menghambat aliran bebas dari CSF. Biasanya
gangguan yang terjadi pada hydrocephalus kongenital adalah pada sistem
ventikel sehingga terjadi bentuk hydrocephalus nonkomunikan.

B. Etiologi
Pembentukan Cairan Serebrospinal (CSS) yang terlalu banyak dengan
kecepatan absorpsi yang normal akan menyebabkan terjadinya hidrosefalus, namun
dalam klinik sangat jarang terjadi, misalnya terlihat pelebaran ventrikel tanpa
penyumbatan pada adenomata pleksus koroidalis. Penyebab penyumbatan aliran CSS
yang sering terdapat pada bayi dan anak yaitu kelainan bawaan, infeksi, neoplasma
dan perdarahan.
1. Kelainan bawaan
a. Stenosis Akuaduktus Sylvius
Merupakan penyebab terbanyak. 60%-90% kasus hidrosefalus
terjadi pada bayi dan anak-anak. Umumnya terlihat sejak lahir atau
progresif dengan cepat pada bulan-bulan pertama setelah lahir.
4
b. Spina bifida dan cranium bifida
Berhubungan dengan sindroma Arnord-Chiari akibat
tertariknya medulla spinalis, dengan medulla oblongata dan serebelum
letaknya lebih rendah dan menutupi foramen magnum sehingga terjadi
penyumbatan sebagian atau total.
c. Sindrom Dandy-Walker
Atresiakongenital foramen Luschka dan Magendi dengan
akibat hidrosefalus obstruktif dengan pelebaran system ventrikel,
terutama ventrikel IV yang dapat sedemikian besarnya hingga
merupakan suatu kista yang besar di daerah fossa posterior.
d. Kista arachnoid
Dapat terjadi congenital maupun didapat akibat trauma
sekunder suatu hematoma.
e. Anomali pembuluh darah
Akibat aneurisma arterio-vena yang mengenai arteria serebralis
posterior dengan vena Galeni atau sinus tranversus dengan akibat
obstruksi akuaduktus.
2. Infeksi
Infeksi mengakibatkan timbulnya perlekatan meningen(selaput obat)
sehingga terjadi obliterasi ruang subarachnoid. Pelebaran ventrikel pada fase
akut meningitis purulenta terjadi bila aliran CSS terganggu oleh obstruksi
mekanik eksudat purulen di akuaduktus Sylvius atau sisterna basalis.
Pembesaran kepala dapat terjadi beberapa minggu sampai beberapa bulan
sesudah sembuh dari meningitisnya. Secara patologis terlihat penebalan
jaringan piamater dan arakhnoid sekitar sisterna basalis dan daerah lain. Pada
meningitis serosa tuberkulosa, perlekatan meningen terutama terdapat di
daerah basal sekitar sisterna kiasmatika dan interpendunkularis, sedangkan
pada meningitis purulenta lokasinya lebih tersebar.
3. Neoplasma
Terjadinya hidrosefalus oleh obstruksi mekanis yang dapat terjadi di
setiap tempat aliran CSS. Pada anak, kasus terbanyak yang menyebabkan
penyumbatan ventrikel IV dan akuaduktus Sylvius bagian terakhir biasanya
suatu glioma yang berasal dari serebelum, sedangkan penyumbatan bagian
depan ventrikel III biasanya disebabkan suatu kraniofaringioma.
5
4. Perdarahan-perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak dapat
menyebabkan fibrosis leptomeningen pada daerah basal otak, selain
penyumbatan yang terjadi akibat organisasi dari darah itu sendiri.

C. Patofisiologi
Hidrocephalus ini bisa terjadi karena konginetal (sejak lahir), infeksi
(meningitis, pneumonia, TBC), pendarahan di kepala dan faktor bawaan (stenosis
aquaductus sylvii) sehingga menyebabkan adanya obstruksi pada system ventrikuler
atau pada ruangan subarachnoid, ventrikel serebral melebar, menyebabkan permukaan
ventrikuler mengkerut dan merobek garis ependymal. White mater dibawahnya akan
mengalami atrofi dan tereduksi menjadi pita yang tipis. Pada gray matter terdapat
pemeliharaan yang bersifat selektif, sehingga walaupun ventrikel telah mengalami
pembesaran gray matter tidak mengalami gangguan. Proses dilatasi itu dapat
merupakan proses yang tiba – tiba / akut dan dapat juga selektif tergantung pada
kedudukan penyumbatan. Proses akut itu merupakan kasus emergency.
Pada bayi dan anak kecil sutura kranialnya melipat dan melebar untuk
mengakomodasi peningkatan massa cranial. Jika fontanela anterior tidak tertutup dia
tidak akan mengembang dan terasa tegang pada perabaan. Stenosis aquaductal
(Penyakit keluarga / keturunan yang terpaut seks) menyebabkan titik pelebaran pada
ventrikel lateral dan tengah, pelebaran ini menyebabkan kepala berbentuk khas yaitu
penampakan dahi yang menonjol secara dominan (dominan Frontal blow). Syndroma
dandy walkker akan terjadi jika terjadi obstruksi pada foramina di luar pada ventrikel
IV. Ventrikel ke IV melebar dan fossae posterior menonjol memenuhi sebagian besar
ruang dibawah tentorium. Klien dengan tipe hidrosephalus diatas akan mengalami
pembesaran cerebrum yang secara simetris dan wajahnya tampak kecil secara
disproporsional.
Pada orang yang lebih tua, sutura cranial telah menutup sehingga membatasi
ekspansi masa otak, sebagai akibatnya menujukkan gejala : Kenailkan ICP sebelum
ventrikjel cerebral menjadi sangat membesar. Kerusakan dalam absorbsi dan sirkulasi
CSF pada hidrosephalus tidak komplit. CSF melebihi kapasitas normal sistim
ventrikel tiap 6 – 8 jam dan ketiadaan absorbsi total akan menyebabkan kematian.
Pada pelebaran ventrikular menyebabkan robeknya garis ependyma normal yang pada
didning rongga memungkinkan kenaikan absorpsi. Jika route kolateral cukup untuk
mencegah dilatasi ventrikular lebih lanjut maka akan terjadi keadaan kompensasi.
6
D. Tanda dan Gejala
Hidrosefalus pada bayi ditandai dengan lingkar kepala yang cepat membesar.
Selain itu, akan muncul benjolan yang terasa lunak di ubun-ubun kepala. Selain
perubahan ukuran kepala, gejala hidrosefalus yang dapat dialami bayi dengan
hidrosefalus adalah:
1. Kepala menjadi makin besar dan akan terlihat pada umur 3 tahun.
2. Keterlambatan penutupan fontanela anterior, sehingga fontanela menjadi
tegang, keras, sedikit tinggi dari permukaan tengkorak.
3. Peningkatan tekanan intracranial, antara lain :
a. Muntah
b. Gelisah
c. Menangis dengan suara ringgi
d. Peningkatan sistole pada tekanan darah, penurunan nadi, peningkatan
pernafasan dan tidak teratur, perubahan pupil, lethargi-stupor.
4. Peningkatan tonus otot ekstrimitas
5. Dahi menonjol atau mengkilat dan pembuluh – pembuluh darah terlihat
jelas
6. Alis mata dan bulu mata ke atas, sehingga sclera terlihat seolah – olah
diatas iris
7. Bayi tidak dapat melihat ke atas, ‘‘Sunset Eyes”
8. Strabismus, nystagmus, atropi optic
9. Bayi sulit mengangkat dan menahan kepalanya ke atas
Pada anak-anak, dewasa, dan lansia, gejala hidrosefalus yang muncul
tergantung pada usia penderita. Gejala-gejala tersebut antara lain:
1. Sakit kepala
2. Penurunan daya ingat dan konsentrasi
3. Mual dan muntah
4. Gangguan penglihatan
5. Gangguan koordinasi tubuh
6. Gangguan keseimbangan
7. Kesulitan menahan buang air kecil
8. Pembesaran kepala

7
Hidrosefalus yang tidak segera ditangani dapat menyebabkan gangguan dalam
perkembangan fisik dan intelektual anak. Pada orang dewasa, hidrosefalus yang
terlambat ditangani dapat menyebabkan gejala menjadi permanen.

E. Komplikasi
Komplikasi Hidrocefalus menurut Prasetio (2004), yaitu :
1. Peningkatan TIK
2. Pembesaran Kepala
3. Kerusakan Otak
4. Meningitis, Ventrikularis, abses abdomen
5. Ekstremitas mengalami kelemahan, inkoordinasi, sensibilitas kulit menurun
6. Kerusakan jaringan saraf
7. Proses aliran darah terganggu
8. Shunt tidak berfungsi dengan baik akibat obstruksi mekanik
9. Infeksi; septicemia, endokarditi, infeksi luka, nefritis, meningitis, ventrikulitis,
abses otak

F. Pemeriksaan Diagnostik
Selain dari gejala-gejala klinik, keluhan pasien maupun dari hasil pemeriksaan
fisik dan psikis, untuk keperluan diagnostik hidrosefalus dilakukan pemeriksaan-
pemeriksaan penunjang yaitu :
1. Rontgen foto kepala
Dengan prosedur ini dapat diketahui :
a. Hidrosefalus tipe kongenital/infantile, yaitu: ukuran kepala, adanya
pelebaran sutura, tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial
kronik berupa imopressio digitate dan erosi prosessus klionidalis
posterior.
b. Hidrosefalus tipe juvenile/adult oleh karena sutura telah menutup
maka dari foto rontgen kepala diharapkan adanya gambaran kenaikan
tekanan intrakranial.
2. Transimulasi
Syarat untuk transimulasi adalah fontanela masih terbuka, pemeriksaan
ini dilakukan dalam ruangan yang gelap setelah pemeriksa beradaptasi selama
3 menit. Alat yang dipakai lampu senter yang dilengkapi dengan rubber
8
adaptor. Pada hidrosefalus, lebar halo dari tepi sinar akan terlihat lebih lebar 1-
2 cm.
3. Lingkaran kepala
Diagnosis hidrosefalus pada bayi dapat dicurigai, jika penambahan
lingkar kepala melampaui satu atau lebih garis-garis kisi pada chart (jarak
antara dua garis kisi 1 cm) dalam kurun waktu 2-4 minggu. Pada anak yang
besar lingkaran kepala dapat normal hal ini disebabkan oleh karena
hidrosefalus terjadi setelah penutupan suturan secara fungsional. Tetapi jika
hidrosefalus telah ada sebelum penutupan suturan kranialis maka penutupan
sutura tidak akan terjadi secara menyeluruh.
4. Ventrikulografi
Setelah kontras masuk langsung difoto, maka akan terlihat kontras
mengisi ruang ventrikel yang melebar. Pada anak yang besar karena fontanela
telah menutup untuk memasukkan kontras dibuatkan lubang dengan bor pada
kranium bagian frontal atau oksipitalis. Ventrikulografi ini sangat sulit, dan
mempunyai risiko yang tinggi. Di rumah sakit yang telah memiliki fasilitas CT
Scan, prosedur ini telah ditinggalkan.
5. Ultrasanografi
Dilakukan melalui fontanela anterior yang masih terbuka. Dengan
USG diharapkan dapat menunjukkan system ventrikel yang melebar. Pendapat
lain mengatakan pemeriksaan USG pada penderita hidrosefalus ternyata tidak
mempunyai nilai di dalam menentukan keadaan sistem ventrikel hal ini
disebabkan oleh karena USG tidak dapat menggambarkan anatomi sistem
ventrikel secara jelas, seperti halnya pada pemeriksaan CT Scan.
6. CT Scan Kepala
Pada hidrosefalus obstruktif CT Scan sering menunjukkan adanya
pelebaran dari ventrikel lateralis dan ventrikel III. Dapat terjadi di atas
ventrikel lebih besar dari occipital horns pada anak yang besar. Ventrikel IV
sering ukurannya normal dan adanya penurunan densitas oleh karena terjadi
reabsorpsi transependimal dari CSS. Pada hidrosefalus komunikans gambaran
CT Scan menunjukkan dilatasi ringan dari semua sistem ventrikel termasuk
ruang subarakhnoid di proksimal dari daerah sumbatan.
7. MRI ( Magnetic Resonance Image )

9
Untuk mengetahui kondisi patologis otak dan medula spinalis dengan
menggunakan teknik scaning dengan kekuatan magnet untuk membuat
bayangan struktur tubuh.

G. Penatalaksanaan
Penanganan hidrocefalus masuk pada katagori ”live saving and live
sustaining” yang berarti penyakit ini memerlukan diagnosis dini yang dilanjutkan
dengan tindakan bedah secepatnya. Keterlambatan akan menyebabkan kecacatan dan
kematian sehingga prinsip pengobatan hidrocefalus harus dipenuhi yakni:
1. Mengurangi produksi cairan serebrospinal dengan merusak pleksus koroidalis
dengan tindakan reseksi atau pembedahan, atau dengan obat azetasolamid
(diamox) yang menghambat pembentukan cairan serebrospinal.
2. Memperbaiki hubungan antara tempat produksi caira serebrospinal dengan
tempat absorbsi yaitu menghubungkan ventrikel dengan subarachnoid.
3. Pengeluaran cairan serebrospinal ke dalam organ ekstrakranial, yakni :
a. Drainase ventrikule-peritoneal
b. Drainase Lombo-Peritoneal
c. Drainase ventrikulo-Pleural
d. Drainase ventrikule-Uretrostomi
e. Drainase ke dalam anterium mastoid
f. Mengalirkan cairan serebrospinal ke dalam vena jugularis dan
jantung melalui kateter yang berventil (Holter Valve/katup Holter)
yang memungkinkan pengaliran cairan serebrospinal ke satu arah.
Cara ini merupakan cara yang dianggap terbaik namun, kateter harus
diganti sesuai dengan pertumbuhan anak dan harus diwaspadai
terjadinya infeksi sekunder dan sepsis.
4. Tindakan bedah pemasangan selang pintasan atau drainase dilakukan setelah
diagnosis lengkap dan pasien telah di bius total. Dibuat sayatan kecil di daerah
kepala dan dilakukan pembukaan tulang tengkorak dan selaput otak, lalu
selang pintasan dipasang. Disusul kemudian dibuat sayatan kecil di daerah
perut, dibuka rongga perut lalu ditanam selang pintasan, antara ujung selang di
kepala dan perut dihubiungakan dengan selang yang ditanam di bawah kulit
hingga tidak terlihat dari luar.

10
5. Pengobatan modern atau canggih dilakukan dengan bahan shunt atau pintasan
jenis silicon yang awet, lentur, tidak mudah putus.

H. Asuhan Keperawatan Hidrosefalus pada Anak

Asuhan Keperawatan Anak dengan Hidrosefalus

I. Pengkajian
1. Anamnesa
a. Pengumpulan data : nama, usia, jenis kelamin, suku/bangsa, agama,
pendidikan, pekerjaan, alamat.
b. Riwayat Penyakit / keluhan utama : Muntah, gelisah, nyeri kepala, lelah
apatis, penglihatan ganda, perubahan pupil, kontriksi penglihatan perifer.
c. Riwayat Penyakit dahulu :
a) Antrenatal : Perdarahan ketika hamil
b) Natal : Perdarahan pada saat melahirkan, trauma sewaktu lahir
c) Postnatal : Infeksi, meningitis, TBC, neoplasma
d. Riwayat penyakit keluarga
e. Pengkajian persiste
a) B1 ( Breath ) : Dispnea, ronchi, peningkatan frekuensi napas
b) B2 ( Blood ) : Pucat, peningkatan systole tekanan darah, penurunan nadi
c) B3 ( Brain ) : Sakit kepala, gangguan kesadaran, dahi menonjol dan
mengkilat, pembesaran kepala, perubahan pupil, penglihatan ganda,
kontruksi penglihatan perifer, strabismus ( juling ), tidak dapat melihat
keatas “ sunset eyes ”, kejang
d) B4 ( Bladder ) : Oliguria
e) B5 ( Bowel ) : Mual, muntah, malas makan
f) B6 ( Bone ) : Kelemahan, lelah, peningkatan tonus otot ekstrimitas
2. Observasi Tanda-Tanda Vital
1) Peningkatan systole tekanan darah
2) Penurunan nadi / bradikardia
3) Peningkatan frekuensi pernapasan

3. Pemeriksaan Fisik
a. Masa bayi :

11
Kepala membesar , Fontanel Anterior menonjol, Vena pada kulit
kepala dilatasi dan terlihat jelas pada saat bayi menangis, terdapat bunyi
Cracked- Pot (tanda macewe),Mata melihat kebawah (tanda setting – sun ) ,
mudah terstimulasi, lemah, kemampuan makan kurang, perubahan kesadaran,
opistotonus dan spatik pada ekstremitas bawah.pada bayi dengan malformasi
Arnold- Chiari, bayi mengalami kesulitan menelan, bunyi nafas stridor,
kesulitan bernafas, Apnea, Aspirasi dan tidak reflek muntah.
b. Masa Kanak-Kanak :
Sakit kepala, muntah, papil edema, strabismus, ataxsia mudah
terstimulasi , Letargy Apatis, Bingung, Bicara inkoheren.
4. Pemeriksaan Diagnostik
a. Lingkar Kepala pada masa bayi
b. Translumiasi kepala bayi, tampak pengumpulan cairan serebrospinalis yang
abnormal
c. Perkusi pada tengkorak bayi menghasilkan "suara khas"
d. Opthalmoscopi menunjukan papil edema
e. CT Scan
f. Foto Kepala menunjukan pelebaran pada fontanel dan sutura serta erosi tulang
intra cranial
g. Ventriculografi ( jarang dipakai ) : Hal- hal yang Abnormal dapat terlihat di
dalam system ventrikular atau sub – arakhnoid.
5. Perkembangan Mental/Psikososial
a. Tingkat perkembangan
b. Mekanisme koping
c. Pengalaman di rawat di Rumah Sakit
6. Pengetahuan Klien dan Keluarga
a. Hidrosephalus dan rencana pengobatan
b. Tingkat pengetahuan

II. Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri yang berhubungan dengan peningkatan tekanan intracranial.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan perubahan mencerna makanan, peningkatan kebutuhan metabolisme.

12
3. Resiko tinggi terjadinya kerusakan intregasi kulit sehubungan dengan penekanan
dan ketidakmampuan untuk menggerakan kepala.

III. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa NOC Intervensi Tujuan


1 Nyeri Setelah dilakukan tindakan  Kaji Nyeri
berhubungan keperawatan selama 2x24 pengalaman kepal
dengan jam diharapkan masalah nyeri pada anak, a
peningkatan nyeri berhubungan dengan minta anak klien
tekanan peningkatan tekanan menunjukkan hilang
intracranial intracranial dapat teratasi area yang sakit
dengan kriteria hasil : dan menentukan
- nyeri kepala peringkat nyeri
berkurang atau dengan skala
hilang (skala nyeri nyeri 0-5 (0 =
0) tidak nyeri, 5 =
- tampak rileks nyeri sekali)
- tidak meringis  Bantu anak
kesakitan mengatasi nyeri
- nadi normal seperti dengan
- RR normal memberikan
pujian kepada
anak untuk
ketahanan dan
memperlihatkan
bahwa nyeri
telah ditangani
dengan baik.
 Pantau dan catat
TTV.
2 Ketidakseimba Setelah dilakukan tindakan  Pertahankan ketidakseimbang
ngan nutrisi keperawatan selama 2x24 kebersihan an nutrisi kurang
kurang dari jam diharapkan masalah mulut dengan dari kebutuhan
kebutuhan Ketidakseimbangan nutrisi tubuh teratasi.
13
tubuh yang kurang dari kebutuhan baik sebelum
berhubungan tubuh yang berhubungan dan sesudah
dengan dengan perubahan mengunyah
perubahan mencerna makanan, makanan.
mencerna peningkatan kebutuhan  Tawarkan
makanan, metabolisme makanan porsi
peningkatan dapat teratasi dengan kecil tetapi
kebutuhan kriteria hasil : sering untuk
metabolisme - tidak terjadi mengurangi
penurunan berat perasaan tegang
badan sebesar 10% pada lambung.
dari berat awal  Atur agar
- tidak adanya mual- mendapatkan
muntah. nutrien yang
berprotein/
kalori yang
disajikan pada
saat individu
ingin makan.
3 Resiko tinggi Setelah dilakukan tindakan  Berikan Klien akan
terjadinya keperawatan selama 2x24 perawatan kulit menunjukan
kerusakn jam diharapkan masalah  Laporkan segera intregasi kulit
intregasi kulit Resiko tinggi terjadinya bila terjadi yang baik.
sehubungan kerusakan intregasi kulit perubahan TTV
dengan sehubungan dengan ( tingkah laku )
penekanan dan penekanan dan  Monitor daerah
ketidakmampu ketidakmampuan untuk sekitar operasi
an untuk menggerakan kepala dapat terhadap adanya
menggerakan teratasi dengan kriteria tanda – tanda
kepala hasil : kemerahan atau
- Integrasi kulit pembengkakan.
membaik

14
IV. Implementasi

No Diagnosa Implementasi Respon Formatif TTD


1 Nyeri  Mengkaji pengalaman Subjektif :
berhubungan nyeri pada anak, Klien mengatakan
dengan minta anak sudah tidak nyeri
peningkatan menunjukkan area Objektif :
tekanan yang sakit dan Nyeri klien berkurang
intracranial menentukan peringkat
nyeri dengan skala
nyeri 0-5 (0 = tidak
nyeri, 5 = nyeri
sekali)
 membantu anak
mengatasi nyeri
seperti dengan
memberikan pujian
kepada anak untuk
ketahanan dan
memperlihatkan
bahwa nyeri telah
ditangani dengan
baik.
 memantau dan
mencatat TTV
2 Ketidakseimba  Mempertahankan Subjektif :
ngan nutrisi kebersihan mulut Klien mengatakan
kurang dari dengan baik sebelum sudah tidak mual-
kebutuhan dan sesudah muntah.
tubuh yang mengunyah makanan. Objektif :
berhubungan  menawarkan makanan Klien sudah tidak
dengan porsi kecil tetapi mual-muntah
perubahan sering untuk
mencerna mengurangi perasaan
makanan,
15
peningkatan tegang pada lambung.
kebutuhan  Mengatur agar
metabolisme. mendapatkan nutrien
yang berprotein/
kalori yang disajikan
pada saat individu
ingin makan
3 Resiko tinggi  Memberikan Subjektif :
terjadinya perawatan kulit Klien mengatakan
kerusakn  Melaporkan segera bahwa intgrasi
intregasi kulit bila terjadi perubahan kulitnya membaik.
sehubungan TTV ( tingkah laku ) Objektif :
dengan  Memonitor daerah Integrasi kulit
penekanan dan sekitar operasi membaik
ketidakmampu terhadap adanya
an untuk tanda-tanda
menggerakan kemerahan atau
kepala. pembengkakan.

V. Evaluasi

No Diagnosa Evaluasi TTD


Nyeri berhubungan dengan S : keluarga klien mengatakan bahwa
peningkatan tekanan intracranial nyeri sudah berkurang
1 O : nyeri sudah hilang
A : masalah sudah teratasi
P : intervensi dihentikan
Ketidakseimbangan nutrisi S : keluarga klien mengatakan sudah
kurang dari kebutuhan tubuh tidak mual-muntah
yang berhubungan dengan O : klien tampak membaik, tidak ada
2
perubahan mencerna makanan, mual-muntah
peningkatan kebutuhan A : masalah sudah teratasi
metabolisme P : intervensi dihentikan
3 Resiko tinggi terjadinya S : keluarga klien mengatakan bahwa
kerusakn intregasi kulit integritas kulit sudah membaik

16
sehubungan dengan penekanan O : intgritas kuliat pasien membaik
dan ketidakmampuan untuk A : masalah sudah teratasi
menggerakan kepala P : Intervensi dihentikan

17
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Hydrocephalus adalah penumpukan cairan di rongga otak, sehingga
meningkatkan tekanan pada otak. Hidrosefalus dapat dialami oleh bayi dan orang-
orang yang berusia 60 tahun ke atas. Hydrocephalus pada anak atau bayi ada dua,
yakni Kongenital dan Non Kongenital. Berdasarkan letak obstruksi Cairan
Cerebrospinal Fluid (CSF) hydrocephalus pada bayi dan anak ini juga dalam 2 bagian,
yaitu Hydrocephalus Komunikan dan Hydricephalus Non komunukan.
Penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat pada bayi dan anak
yaitu kelainan bawaan, infeksi, neoplasma dan perdarahan. Hidrosefalus pada bayi
ditandai dengan lingkar kepala yang cepat membesar. Selain itu, akan muncul
benjolan yang terasa lunak di ubun-ubun kepala. Hidrosefalus yang tidak segera
ditangani dapat menyebabkan gangguan dalam perkembangan fisik dan intelektual
anak. Pada orang dewasa, hidrosefalus yang terlambat ditangani dapat menyebabkan
gejala menjadi permanen.

B. Saran
Balita adalah generasi hidup, apalagi angka kematian balita lumayan tinggi di
indonesia. Untuk itu para orang tua harus lebih dominan berupaya menjaga dan
merawat kesehatan balita, orangtua lebih berpengaruh dari keadaan balitanya terlebih
ibu yang setiap saat memberi ASI .

18
DAFTAR PUSTAKA

Said Alfin Khalilullah. (2011). Review Article Hidrosefalus. Artikel RSUD dr.Zainoel Abidin
Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.

Willy, Tjin. (2019). “Hidrosefalus”. (https://www.alodokter.com/hidrosefalus ). Diakses pada


Minggu, 6 Desember 2020, Pukul 15.53 WIB

19

Anda mungkin juga menyukai