Pada akhir Desember tepatnya di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China ditemukan
infeksi berat berupa pneumonia berat sebanyak 44 pasien yang belum diketahui penyebabnya
yang kemudian China melaporkn kejadian tersebut kepada World Helth Organization
(WHO). Diduga hal ini terkait dengan adanya pasar hewan yang ada di Kota Wuhan tersebut.
Penelitian selanjutnya menunjukkan bahwa infeksi berat yang baru ditemukan ini mempunya
beberapa kesamaan dan hubungan dengan virus corona penyebab dari Severe Acute
Respitatory Syndrome (SARS) yang pertamakali mewabah di Hongkong pada tahun 2003,
hingga WHO menamaknnya sebagai novel corona virus (nCoV-19). Tidak lama kemudian
dikabarkan orng yang telah melakukan perjalanan dari Kota Wuhan mendapat gejala yang
sama dan menunjukkan penularan yang sama antar manusia (human to human transmission)
pada orang lain, dokter, perawat, dan tenaga medis lain yang tidak memiliki riwayat
bepergian ke Kota Wuhan tersebut. Penularan antar manusia ini menimbulkan peningkatan
jumlah kasus pada tahun 2020 hingga sekarang.
Pada awalnya diketahui virus ini memiliki kesamaan dengan SARS dan MERS CoV,
dari hasil penelitian didapatkan kesamaan mencapai 99% yang menunjukkan suatu virus
baru, dan menunjukkan kesamaan (identik 88%) dengan bat-devireded severe acute
respiratory syndrome (SARS) like coronaviruses, bat-SL-CoVZC45 dan bat-SL-CoVZXC21,
yang diambil pada tahun 2018 di Zhousan, China bagian Timur, kedekatan dengan SARS-
CoV adalah 79% dan lebih jauh lagi dengan MERS-CoV (50%).
Penularan antar manusia (human to human) diprediksi melalui droplet dan kontak
dengan virus yang dikeluarkan dalam droplet kemudian masuk kedalam mukosa yang
terbuka. Bahkan dikatakan penularan terjadi pada saat kasus indeks belum mengalami gejala
(asinmtomatik) atau masih dalam masa inkubasi.