1. 2. Rahmadhoni
3. Pamella Yulandari
4. 5. Sella Febrianti
6. 7. Vinna Wahyu Marsilina
8. 9. Rahmadhoni
10. Widiati Mawaddah
( ) ( )
Disusun oleh
Kelompok IV
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hydrocephalus telah dikenal sajak zaman Hipocrates, saat itu
secara umum insidennya dapat dilaporkan sebesar tiga kasus per seribu
saja pada bayi gejala klinisnya tampak lebih jelas sehingga lebih mudah
dideteksi dan diagnosis. Hal ini dikarenakan pada bayi ubun- ubunnya
2
Hidrosefalus adalah suatu penyakit dengan ciri-ciri pembesaran pada sefal
atau karena tekanan intrakranial yang meningkat sehingga terjadi pelebaran ruang
tempat mengalirnya cairan serebrospinal (CSS) (Ngastiah). Bila masalah ini tidak
suatu daerah menjadi kecil. Menurut penelitian WHO untuk wilayah ASEAN
Singapura pada anak 0-9 th : 0,5%, Malaysia: anak 5-12 th 15%, India: anak 2-4 th
Indonesia terdapat 3%. Berdasarkan pencatatan dan pelaporan yang diperoleh dari
catatan register dari ruangan perawatan IKA 1 RSPAD Gatot Soebroto dari bulan
serebral berjumlah 159 anak dan yang mengalami Hidrosefalus berjumlah 69 anak
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan penulisan ini adalah untuk mendapatkan gambaran, pengalaman dan
menganalisa secara langsung tentang bagaimana menerapkan Asuhan Keperawatan
pada An. R dengan Hidrocefalus di Ruang Kronik IRNA Kebidanan dan Anak RSUP
Dr. M. Djamil Padang Tahun 2022.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian secara komprehensif pada klien dengan
Hidrocefalus
b. Mampu merumuskan masalah dan diagnosa keperawatan berdasarkan data yang
diperoleh pada klien dengan Hidrocefalus.
3
c. Mampu membuat intervensi sesuai dengan diagnosa pada klien dengan
Hidrocefalus
d. Mampu melaksanakan implementasi pada klien dengan Hidrocefalus
e. Mampu mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan pada klien Hidrocefalus
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sedangkan menurut.
Menurut Dwita( 2017) Hidrosefalus berasal dari kata hidro yang berarti air
dan chepalon yang berarti kepala. Hidrosefalus merupakan penumpukan CSS yang
secara aktif dan berlebihan pada satu atau lebih ventrikel otak atau ruang
menurut.
produksi yang berlebihan maupun gangguan absorpsi, dengan atau pernah disertai
ventrikel.Menurut pendapat.
5
Dari beberapa pendapat di atas, Jadi dapat disimpulkan Hidrosefalus
merupakan penumpukan CSS yang secara aktif dan berlebihan pada satu atau lebih
ventrikel otak atau ruang subrachnoid yang dapat menyebakan dilatasi sistem
gangguan absorpsi, dengan atau pernah disertai tekanan intracranial yang meninggi
2. Klasifikasi
3. Etiologi
yang diproduksi dalam ventrikulus otak oleh pleksus koroideus, Cairan ini
mengalir dalam ruang subaraknoid yang membungkus otak dan medula spinalis
Dictionary). CSS yang dibentuk dalam sistem ventrikel oleh pleksus khoroidalis
kembali ke dalam peredaran darah melalui kapiler dalam piamater dan arakhnoid
yang meliputi seluruh susunan saraf pusat (SSP). Cairan likuor serebrospinalis
terdapat dalam suatu sistem, yakni sistem internal dan sistem eksternal. Pada orang
dewasa normal jumlah CSS 90-150 ml, anak umur 8-10 tahun 100-140 ml, bayi
40-60 ml, neonatus 20-30 ml dan prematur kecil 10-20 ml. Cairan yang tertimbun
DeVito EE et al, (2007:32) Aliran CSS normal ialah dari ventrikel lateralis
melalui foramen monroe ke ventrikel III, dari tempat ini melalui saluran yang
aliran cairan serebrospinal (CSS) pada salah satu tempat antara tempat
pembentukan CSS dalam sistem ventrikel dan tempat absorbsi dalam ruang
aliran CSS yang sering terdapat pada bayi dan anak ialah :
atau abnormal, yaitu lebih sempit dari biasa. Umumnya gejala hidrosefalus
terlihat sejak lahit atau progresif dengan cepat pada bulan-bulan pertama
setelah kelahiran.
c. Sindrom Dandy-Walker
7
suatu kista yang besar di daerah fosa pascaerior.
Dapat terjadi congenital tapi dapat juga timbul akibat trauma sekunder
suatu hematoma.
2) Infeksi
meningitis purulenta terjadi bila aliran CSS terganggu oleh obstruksi mekanik
banyak terjadi pada klien pasca meningitis. Pembesaran kepala dapat terjadi
system basalis dan daerah lain. Pada meningitis serosa tuberkulosa, perlekatan
tersebar.
3) Neoplasma
tempat aliran CSS. Pengobatannya dalam hal ini di tujukan kepada penyebabnya
dan apabila tumor tidak di angkat, maka dapat di lakukan tindakan paliatif
ventrikel IV atau akuaduktus Sylvii biasanya suatu glioma yang berasal dari
kraniofaringioma.
8
4) Perdarahan
Menurut Allan H. Ropper, 2011:360 Perdarahan sebelum dan
pada daerah basal otak, selain penyumbatan yang terjadi akibat organisasi dari
4. Patofisiologi
Menurut pendapat Harsono (2015). Pembentukan cairan serebrospinal terutama
pleksus koroidalis di ventrikel lateral, yaitu kurang lebih sebanyak 80% dari total
0,35- 0,40 ml/menit atau 500 ml/hari, kecepatan pembentukan cairan tersebut sama
pada orang dewasa maupun anak-anak. Dengan jalur aliran yang dimulai dari
mengalir ke akuaduktus sylvii, lalu ke ventrikel 4 dan menuju ke foramen luska dan
magendi, hingga akhirnya ke ruang subarakhnoid dan kanalis spinalis. Secara teoritis,
jarang dari kasus hidrosefalus, hampir semua keadaan ini disebabkan oleh
adanya tumor pleksus koroid (papiloma atau karsinoma), namun ada pula yang
Kondisi ini merupakan akibat dari obstruksi atau tersumbatnya sirkulasi cairan
serebrospinalis yang dapat terjadi di ventrikel maupun vili arakhnoid. Secara umum
9
b. Lesi massa yang menyebabkan kompresi intrnsik maupun ekstrinsik
vili arakhnoid.
di mana ada hubungan antara sistem ventrikel dengan rongga subarakhnoid otak
dan spinal, sedangkan hidrosefalus non- komunikans yaitu suatu keadaan dimana
Hidrosefalus obstruktif adalah jenis yang paling banyak ditemui dimana aliran
likuor mengalami obstruksi. Terdapat pula beberapa klasifikasi lain yang dilihat
berdasarkan waktu onsetnya, yaitu akut (beberapa hari), subakut (meninggi), dan
10
5. Manifestasi Klinis
Darsono, (2019) mengatakan bahawa Tanda awal dan gejala hidrosefalus
Manifestasi klinis dari hidrosefalus pada anak dikelompokkan menjadi dua golongan,
yaitu :
pada masa bayi. Lingkaran kepala neonatus biasanya adalah 35-40 cm, dan pertumbuhan
ukuran lingkar kepala terbesar adalah selama tahun pertama kehidupan. Kranium terdistensi
dalam semua arah, tetapi terutama pada daerah frontal. Tampak dorsumnasi lebih besar dari
biasa. Fontanella terbuka dan tegang, sutura masih terbuka bebas. Tulang-tulang kepala
menjadi sangat tipis. Vena- vena di sisi samping kepala tampak melebar dan berkelok.
hipertensi intrakranial. Lokasi nyeri kepala tidak khas. Dapat disertai keluhan
penglihatan ganda (diplopia) dan jarang diikuti penurunan visus. Secara umum
gejala yang paling umum terjadi pada pasien-pasien hidrosefalus di bawah usia
dua tahun adalah pembesaran abnormal yang progresif dari ukuran kepala.
Makrokrania mengesankan sebagai salah satu tanda bila ukuran lingkar kepala
11
6. Web Of Caution
WOC Hidrosefalus (Harsono 2019)
12
7. Komplikasi
1. Infeksi
2. Perdarahan subdural
subdural terjadi karena robekan pada pembuluh darah balik (vena). Risiko
Yang terjadi pada selang shunt mengakibatkan gejala yang terus menerus ada
atau timbulnya kembali gejala yang sudah mereda. Sekitar sepertiga kasus
(low pressure) Bila cairan yang dialirkan terlalu berlebihan, maka dapat
menjadi keadaan dengan tekanan rendah. Gejaala yang timbul berupa sakit
kepala dan muntah saat duduk atau berdiri. Gejala ini dapat membaik dengan
asupan cairan yang tinggi dan perubahan posisi tubuh secara perlahan.
13
lebih sering diikuti dengan status neurologis buruk. Komplikasi yang sering
terjadi adalah infeksi VP shunt. Infeksi umumnya akibat dari infeksi pada saat
yang serius lainnya adalah subdural hematoma yang di sebabkan oleh reduksi
yang cepat pada tekanan intrakranial dan ukurannya. Komplikasi yang dapat
kateter atau trokar (pada saat pemasangan), fistula hernia, dan ilius.
8. Pemeriksaan Penunjang
2. Hidrosefalus tipe juvenile/adult oleh karena sutura telah menutup maka dari
intrakranial.
b. Transimulasi
ini dilakukan dalam ruangan yang gelap setelah pemeriksa beradaptasi selama
3 menit. Alat yang dipakai lampu senter yang dilengkapi dengan rubber
adaptor. Pada hidrosefalus, lebar halo dari tepi sinar akan terlihat lebih lebar 1-
2 cm.
c. Lingkaran kepala
lingkar kepala melampaui satu atau lebih garis- garis kisi pada chart (jarak
14
antara dua garis kisi 1 cm) dalam kurun waktu 2-4 minggu. Pada anak yang
besar lingkaran kepala dapat normal hal ini disebabkan oleh karena
e. Ventrikulografi
dalam ventrikel. Setelah kontras masuk langsung difoto, maka akan terlihat
kontras mengisi ruang ventrikel yang melebar. Pada anak yang besar karena
bor pada kranium bagian frontal atau oksipitalis. Ventrikulografi ini sangat
sulit, dan mempunyai risiko yang tinggi. Di rumah sakit yang telah memiliki
f. Ultrasonografi
g. CT Scan kepala
pelebaran dari ventrikel lateralis dan ventrikel III. Dapat terjadi di atas
ventrikel lebih besar dari occipital horns pada anak yang besar. Ventrikel IV
15
sering ukurannya normal dan adanya penurunan densitas oleh karena terjadi
9. Penatalaksanaan
a. Keperawatan
serebrospinal.
subarachnoid.
yakni:
a) Drainase ventrikule-peritoneal.
b) Drainase Lombo-Peritoneal.
16
c) Drainase ventrikulo-Pleural.
d) Drainase ventrikule-Uretrostomi.
merupakan cara yang dianggap terbaik namun, kateter harus diganti sesuai
dan sepsis.
setelah diagnosis lengkap dan pasien telah di bius total. Dibuat sayatan kecil
otak, lalu selang pintasan dipasang. Disusul kemudian dibuat sayatan kecil
di daerah perut, dibuka rongga perut lalu ditanam selang pintasan, antara
ujung selang di kepala dan perut dihubiungakan dengan selang yang ditanam
pintasan jenis silicon yang awet, lentur, tidak mudah putus. Ada 2 macam
1. Eksternal
17
2. Internal
Teknik Shunting:
analisis.
c) Sebuah katup yang terdapat dalam sistem Shunting ini, baik yang
18
ditempatkan dalam ruang peritoneum. Pada anak-anak dengan kumparan
19
20
21
22
23
B. Asuhan Keperawatan Teoritis pada Hidrocefalus
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas pasien: meliputi nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, alamat,
pekerjaan, agama, suku bangsa, diagnosa medis (apabila mengetahui) dan
identitas orang tua/ penanggung jawab yang bertujuan untuk mempermudah
komunikasi serta menyesuaikan diri terhadap kebiasaan (keyakinan dan adat
istiadat) pasien.
b. Riwayat kesehatan
Keluhan utama: Hal yang sering menjadi alasan klien untuk meminta
penglihatan perifer.
1) Riwayat penyakit saat ini: kaji mengenai kondisi anak saat ini, apakah anak
mengalami infeksi, adakah tanda-tanda infeksi, demam, apakah anak
mengalami pendarahan, apakah anak mengalami penurunan nafsu makan,
apakah anak mengalami kesulitan menelan, apakah ada sariawan (stomatitis),
apakah anak merasakan mual, kapan anak merasakan mual, apakah anak
muntah saat atau setelah makan, apakah anak demam, apakah ada bagian tubuh
yang bengkak dan nyeri.
2) Riwayat kesehatan dahulu: kaji apakah klien perah dirawat sebelumnya,
kapan dan dimana dirawat, obat apa yang pernah digunakan, dan kaji
apakah klien ada alergi terhadap obat ataupun makanan.
3) Riwayat penyakit keluarga: Kaji apakah anggota keluarga lain ada yang
menderita penyakit kanker khususnya kanker darah atau leukemia seperti
yang di derita klien saat ini.
4) Riwayat tumbuh kembang: kaji riwayat prenatal, intranatal dan riwayat
tumbuh kembang klien sesuai usianya.
c. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum klien.
24
2) Tingkat kesadaran: klien biasanya sadar (composmentis).
3) Tanda-tanda vital: meliputi suhu, pernapasan, nadi, dan skrinning nyeri.
4) Kepala:m e n g a l a m i p e m b e s a r a n p a d a b a g i a m k e p a l a
5) Mata: biasanya konjungtiva pasien anemis karena anemia, adanya
perdarahan retina.
6) Hidung: biasanya terjadi epistaksis.
7) Mulut: biasanya terjadi perdarahan pada gusi.
8) Telinga: biasanya tidak ditemukan masalah pada telinga, telinga simetris
kiri dan kanan, tidak ada lesi/ luka, tidak ada sekret, membran timpani
tidak ada masalah.
9) Leher: biasanya ditemukan pembesaran kelenjer getah bening.
10) Thoraks: biasanya tidak ada nyeri tekan pada dada.
11) Abdomen: biasanya hepatomegali, splenomegali, limfadenopati, nyeri
abdomen.
12) Kulit: biasanya kulit tampak pucat, terdapat ptekie pada tubuh akibat
perdarahan.
13) Ekstremitas: biasanya teraa nyeri sendi terutama pada persendian apabila
digerakkan.
d. Hasil pemeriksaan penunjang: meliputi hasil pada pemeriksaan yang
dilakukan.
e. Terapi yang diberikan
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan HIDROCEFALUS berdasarkan Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia (SDKI), 2018 yaitu:
1. Resiko ketidakefektifan perfusi serebral
2. Defisit nutrisi ditandai dengan ketidakmampuan mencerna makanan.
3. Keletihan berhubungan dengan program perawatan.
25
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Standar Luaran Standar Intervensi
No.
Keperawatan Keperawatan Indonesia (SLKI) Keperawatan Indonesia (SIKI)
1 resiko Setelah dilakukan intervensi selama Manajemen penigkatan intrakranial
ketidakefektifan 3x24 jam, maka tingkat resiko b. Observasi:
perfusi serebral ketidakefektifan perfusi serebral 1. Identifikasi penyebab peningkatan TIK
dengan kriteria hasil: 2. Monitor tanda dan gejala peningkatan TIK
1. Tingkat kesadaran kognitif
meningkat c. Terapeutik:
2. Gelisah menurun 1. Minimalkan stimulus dengan menyediakan
3. Tekanan intrakranial membaik lingkungan yang tenang
2. Berikan posisi semi fowler
3. Cegah terjadinya kejang
4. Pertahankan suhu tubuh normal
d. Edukasi:
Kolaborasi pemberian pelunak tinja, jika perlu
2 Risiko defisit Setelah dilakukan intervensi selama Manajemen Nutrisi
nutrisi ditandai 3x24 jam, maka status nutrisi a. Observasi:
dengan membaik dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi status nutrisi.
26
ketidakmampua 1. Porsi makanan yang dihabiskan 2. Identifikasi alergi dan intoleransi terhadap
n mencerna dipertahankan pada cukup makanan.
makanan menurun (2) ditingkatkan ke 3. Monitor asupan makanan.
cukup meningkat (4). b. Terapeutik:
2. Frekuensi makan dipertahankan 1. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu.
pada sedang (3) ditingkatkan ke 2. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein.
membaik (5). c. Edukasi:
Nafsu makan dipertahankan pada Anjurkan posisi duduk, jika mampu.
cukup memburuk (2) ditingkatkan
ke cukup membaik (4).
3 Keletihan Setelah dilakukan intervensi selama Edukasi Aktivitas Dan Istirahat
berhubungan 3x24 jam, maka tingkat keletihan a. Observasi:
dengan program membaik dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
perawatan 1. Verbalisasi kepulihan energi informasi.
dipertahankan pada cukup
menurun (2) ditingkatkan ke cukup
meningkat (4). b. Terapeutik:
27
menurun (2) ditingkatkan ke cukup 6. Jadwalkan pemberian pendidikan kesehatan sesuai
meningkat (4). kesepakatan.
3. Verbalisasi lelah dipertahankan 7. Berikan kesempatan kepada pasien dan keluarga
pada cukup meningkat (2) untuk bertanya.
ditingkatkan ke cukup menurun c. Edukasi:
(4). 1. Jelaskan pentingnya melakukan aktivitas fisik atau
4. Lesu dipertahankan pada cukup olahraga secara rutin.
meningkat (2) ditingkatkan ke 2. Anjurkan menyusun jadwal aktivitas dan istirahat.
cukup menurun (4). 3. Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok,
Gelisah dipertahankan pada cukup aktivitas bermain, dan aktivitas lainnya.
meningkat (2) ditingkatkan ke Ajarkan cara mengidentifikasi kebutuhan istirahat.
cukup menurun (4).
28
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan insiatif dari rencana tindakan
untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah
rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk
membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu
rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-
faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah penilaian terakhir didasarkan pada
tujuan keperawatan yang ditetapkan. Penetapan keberhasilan suatu asuhan
keperawatan didasarkan pada kriteria hasil yang telah ditetapkan, yaitu
terjadinya adaptasi pada individu.
29
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian Keperawatan
2. Identitas Pasien
Nama : An. R
Tanggal Lahir/ : 13 Agustus 2022 / 5 bulan
Umur
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan Belum Sekolah
Tanggal Masuk : 08 Desember 2022
Tanggal Pengkajian : 16 Januari 2023
Diagnosa Medis : Hidrosepalus
4. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama Masuk Rumah Sakit
Ibu klien Masuk dengan keluhan demam sejak 1 minggu yang
lalu, batuk sejak 1 minggu yang lalu, berdahak, batuk semakin
bertambah sejak 2 hari yang lalu, dahak suid di keluarkan disertai batuk
pilek.
b. Riwayat Penyakit Saat Ini
30
Keluarga mengatakan anak sudah tidak ada lagi demam, batuk masih
ada sesekali, sesak nafas tidak ada.
31
bulan, 4 bulan,
dan 6 bulan
5 Campak Usia 9 bulan 1 Tidak ada
5. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum : Sedang
2) Tanda-tanda vital : Suhu: 36,6o C
Pernapasan: 30x/ menit
Nadi:92x/ menit
TB: 50 cm, BB: 3,3 Kg
3) Pernapasan : Irama: regular
Retraksi dinding dada: tidak ada
Alat bantu napas: spontan
4) Mata : Simetris kiri kanan, tidak ada sekresi,
tidak ada purulen, tidak ada edema,
konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik.
5) Hidung : Bersih, tidak ada secret, tidak ada polip.
6) Mulut dan : Mulut bersih, tidak ada edema, tidak ada
tenggorokan peradangan, tidak ada kesulitan menelan,
gigi belum tumbuh.
7) Telinga : Bentuk normal, bersih, pendengaran baik,
tidak ada edema, tidak ada sekresi.
8) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar getah
bening, tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid, tidak ada pembesaran JVP.
9) Thorak : Inspeksi: bentuk dada simetris, tidak ada
pembengkakan.
Palpasi: tidak ada nyeri tekan.
Perkusi: sonor.
32
Auskultasi: vesikuler, tidak ada bunyi
napas tambahan. BJ I dan BJ II normal,
irama jantung teratur.
10) Abdomen : Inspeksi: normal, tidak ada asites, tidak
ada lesi.
Palpasi: tidak ada nyeri tekan.
Perkusi: timpani.
Auskultasi: bising usus terdengar 22x/
menit.
11) Sirkulasi : Tidak ada sianosis, pucat, CRT < 3 detik,
akral teraba hangat. Turgor kulit buruk
12) Neurologi : Kesadaran komposmentis, GCS 15
(E4V5M6).
13) Gastrointestinal : Mulut: mukosa lembab, tidak ada
stomatitis, tidak ada perdarahan gusi.
Mual: tidak Muntah: tidak.
14) Eliminasi : Ibu mengatakan anak BAB 1 kali sehari.
BAK spontan dengan konsistensi warna
kekuningan dan berbau khas.
15) Integumen : Warna kulit normal, tidak ada luka.
16) Muskuloskletal : Tidak ada kelainan tulang.
17) Genitalia : Labia mayora dan minora tampak normal,
tidak ada edema, tidak ada kemerahan.
18) Ektremitas : Klien tidak ada masalah pada ekstremitas.
Klien mampu menggenggam.
19) Skrining nyeri : Tidak ada nyeri.
33
2) Tidur : Pola tidur: siang 8 jam/ hari, malam 9
jam/ hari
7. Pemeriksaan penunjang
8. Terapi
1) Diet mc peptijunior 50cc /3 jam
2) Vancomisin 4x 50mg
3) Ceftazidim 3x 220 mg
4) Paracetamol 3x 40 mg
5) Diamox 3x 25 mg
6) Bicnat 3x1/3 tab
7) Euthirax 1x 25 mg
34
B. Analisa Data
No. Data Fokus Etiologi Problem
1 Data Subjektif: Gangguan aliran darah ke Risiko Ketidakefektifan
Ibu klien mengatakan klien tidak demam tetapi gelisah. otak akibat peningkatan TIK Perfusi Serebral
Ibu mengatakan kepala anaknya semakin membesar
Data Objektif:
Adanya tanda tanda peningkatan tekanan Intrakranial
Lingkar Kepala 47,5 Cm
Keadaan umum klien sedang
Suhu: 36,3 C
Pernapasan: 20x/ menit
Nadi: 92x/ menit
Akral teraba hangat
2 Data Subjektif: Ketidakmampuan mencerna Defisit nutrisi
Ibu klien mengatakan anak hanya mengkonsumsi diit Mc makanan
peptijunior dari RS
Ibu klien mengatakan anak sering rewel
35
Data Objektif:
Klien tampak lemah
Badan anak tampak kecil
Elstisitas kulit anak buruk
Konjungtiva anemis
HB 8,3 Mg/dl
Crt >3 detik
3 Data Subjektif: Program perawatan Keletihan
Ibu klien mengatakan klien lemah, gelisah dan rewel.
Ibu klien mengatakan klien banyak tidur tetapi masih
tampak lemah
Data Objektif:
Keadaan umum klien sedang
Klien tampak lemah
Klien tampak sering tidur
36
C. Diagnosa Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan
.
1 Resiko ketidakefektifan perfusi serebral
2 Defisit nutrisi ditandai dengan ketidakmampuan mencerna makanan.
3 Keletihan berhubungan dengan program perawatan.
D. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Standar Luaran Standar Intervensi
. Keperawatan Keperawatan Indonesia (SLKI) Keperawatan Indonesia (SIKI)
1 resiko ketidakefektifan Setelah dilakukan intervensi selama 3x24 jam, Manajemen penigkatan intrakranial
perfusi serebral maka tingkat resiko ketidakefektifan perfusi b. Observasi:
serebral dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi penyebab peningkatan
1. Tingkat kesadaran kognitif meningkat TIK
2. Gelisah menurun 2. Monitor tanda dan gejala peningkatan
3. Tekanan intrakranial membaik TIK
37
c. Terapeutik:
1. Minimalkan stimulus dengan
menyediakan lingkungan yang tenang
2. Berikan posisi semi fowler
3. Cegah terjadinya kejang
4. Pertahankan suhu tubuh normal
d. Edukasi:
1. Kolaborasi pemberian pelunak tinja,
jika perlu
2 Risiko defisit nutrisi Setelah dilakukan intervensi selama 3x24 jam, Manajemen Nutrisi
ditandai dengan maka status nutrisi membaik dengan kriteria a. Observasi:
ketidakmampuan hasil: 1. Identifikasi status nutrisi.
mencerna makanan 1. Frekuensi makan dipertahankan pada 2. Identifikasi alergi dan intoleransi
sedang (3) ditingkatkan ke membaik (5). terhadap makanan.
2. Nafsu makan dipertahankan pada cukup 3. Monitor asupan makanan.
memburuk (2) ditingkatkan ke cukup b. Terapeutik:
membaik (4). 1. Lakukan oral hygiene sebelum
makan, jika perlu.
2. Dukung keluarga dalam pemberian
38
diit secara teratur
3. Sajikan diit di konsumsi dalam
keadaan hangat.
4.
c. Edukasi:
1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu.
3 Keletihan Setelah dilakukan intervensi selama 3x24 jam, Edukasi Aktivitas Dan Istirahat
berhubungan dengan maka tingkat keletihan membaik dengan a. Observasi:
program perawatan kriteria hasil: 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
1. Verbalisasi kepulihan energi dipertahankan menerima informasi.
pada cukup menurun (2) ditingkatkan ke b. Terapeutik:
cukup meningkat (4). 1. Sediakan materi dan media
2. Kemampuan melakukan aktivitas rutin pengaturan aktivitas dan istirahat.
dipertahankan pada cukup menurun (2) 2. Jadwalkan pemberian pendidikan
ditingkatkan ke cukup meningkat (4). kesehatan sesuai kesepakatan.
3. Verbalisasi lelah dipertahankan pada cukup 3. Berikan kesempatan kepada pasien
meningkat (2) ditingkatkan ke cukup dan keluarga untuk bertanya.
menurun (4). c. Edukasi:
4. Lesu dipertahankan pada cukup meningkat 1. Jelaskan pentingnya melakukan
39
(2) ditingkatkan ke cukup menurun (4). aktivitas fisik atau olahraga secara
5. Gelisah dipertahankan pada cukup rutin.
meningkat (2) ditingkatkan ke cukup 2. Anjurkan menyusun jadwal aktivitas
menurun (4). dan istirahat.
3. Anjurkan terlibat dalam aktivitas
kelompok, aktivitas bermain, dan
aktivitas lainnya.
4. Ajarkan cara mengidentifikasi
kebutuhan istirahat.
E. Implementasi
No Hari/ Paraf
. Tanggal/ Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan Perawat
DX Jam
1 Senin 1. mengidentifikasi penyebab peningkatan Data Subjektif: Kel.4
15/01/2023 TIK Keluarga klien mengatakan klien tidak
Jam 09.00 2. Memonitor tanda dan gejala peningkatan demam
TIK Keluarga klien mengatakan klien gelisah
Data Objektif:
40
3. Meminimalkan stimulus dengan Keadaan umum klien sedang
menyediakan lingkungan yang tenang Suhu: 36, 6o C
4. memberikan posisi semi fowler Pernapasan: 32x/ menit
5. mencegah terjadinya kejang Nadi: 120x/ menit
6. mempertahankan suhu tubuh normal Analisa: masalah belum teratasi
7. berkolaborasi pemberian pelunak tinja, Planning: pertahankan intervensi
jika perlu (monitor peningkatan TIK)
2 Jam 12.00 1) Mengidentifikasi status nutrisi. Subjektif: Kel.4
2) Mengidentifikasi alergi dan intoleransi Keluarga klien mengatakan nafsu makan
terhadap makanan. klien masih kurang
3) Melakukan oral hygiene sebelum makan. Objektif:
4) Memberikan makanan. Keadaaan umum klien sedang
5) Menganjurkan posisi duduk. Klien tampak lemah
6) Memonitor asupan makanan. Turgor kulit klien masih buruk
Analisa: masalah belum teratasi
Planning: pertahankan intervensi
(monitor asupan makanan)
3 Jam 14.00 1) Mengidentifikasi kesiapan dan Subjektif: Kel.4
kemampuan menerima informasi. Keluarga klien mengatakan klien lemah
41
2) Menjadwalkan pemberian pendidikan dan gelisah
kesehatan sesuai kesepakatan. Keluarga klien mengatakan klien banyak
3) Menyediakan materi dan media tidur
pengaturan aktivitas dan istirahat. Objektif:
4) Memberikan kesempatan kepada pasien Keadaan umum klien sedang
dan keluarga untuk bertanya. Klien tampak lemah dan lesu
5) Menganjurkan menyusun jadwal aktivitas Analisa: masalah belum teratasi
dan istirahat. Planning: pertahankan intervensi
(anjurkan menyusun jadwal aktivitas dan
istirahat)
1 Selasa 1. mengidentifikasi penyebab Data Subjektif: Kel.4
16/01/2023 peningkatan TIK Keluarga klien mengatakan klien tidak
Jam 08.00 2. Memonitor tanda dan gejala demam
peningkatan TIK Keluarga klien mengatakan klien sudah
tidak gelisah
3. Meminimalkan stimulus dengan Data Objektif:
menyediakan lingkungan yang Keadaan umum klien sedang
tenang Suhu: 36, 7o C,
4. memberikan posisi semi fowler Pernapasan: 32x/ menit
42
5. mencegah terjadinya kejang Nadi: 97x/ menit
6. mempertahankan suhu tubuh normal Analisa: masalah teratasi sebagian
7. berkolaborasi pemberian pelunak Planning: pertahankan intervensi
tinja (monitor peningkatan TIK)
2 Jam 12.00 1) Mengidentifikasi status nutrisi. Subjektif: Kel.4
2) Melakukan oral hygiene sebelum makan. Keluarga klien mengatakan
3) Memberikan makanan. Keluarga klien mengatakan klien
4) Menganjurkan posisi duduk. menghabiskan diit dari Rumah Sakit
5) Memonitor asupan makanan. Objektif:
Keadaaan umum klien sedang
Turgor kulit masih buruk
Analisa: masalah teratasi sebagian
Planning: pertahankan intervensi
(monitor asupan makanan)
43
kebutuhan istirahat. Keadaan umum klien sedang
Klien tampak di ajarkan untuk
menggerakan tangan dan kakinya oleh
ibunya
Analisa: masalah teratasi sebagian
Planning: pertahankan intervensi
(ajarkan cara mengidentifikasi kebutuhan
istirahat)
1 Rabu, 1. mengidentifikasi penyebab peningkatan Data Subjektif: Kel.4
17/01/2023 TIK Keluarga klien mengatakan klien tidak
Jam 08.00 2. Memonitor tanda dan gejala peningkatan demam
TIK Keluarga klien mengatakan klien tidak
3. Meminimalkan stimulus dengan gelisah
menyediakan lingkungan yang tenang Data Objektif:
4. memberikan posisi semi fowler Keadaan umum klien sedang
5. mencegah terjadinya kejang Suhu: 36, 7o C
6. mempertahankan suhu tubuh normal Pernapasan: 30x/ menit
7. berkolaborasi pemberian pelunak tinja Nadi: 102x/ menit
Analisa: masalah teratasi
44
Planning: hentikan intervensi
2 Jam 12.00 1) Mengidentifikasi status nutrisi. Subjektif: Kel.4
2) Melakukan oral hygiene sebelum makan. Keluarga klien mengatakan nafsu makan
3) Memberikan makanan. klien membaik
4) Menganjurkan posisi duduk. Keluarga klien mengatakan mual dan
5) Memonitor asupan makanan. muntah tidak ada
Keluarga klien mengatakan klien
menghabiskan 1porsi makanannya
Objektif:
Keadaaan umum klien sedang
Klien tampak menghabiskan 1 porsi
makanannya
Klien tampak tidak ada mual muntah
Analisa: masalah teratasi sebagian
Planning: pertahankan intervensi
(monitor asupan makanan)
3 Jam 14.00 1) Menganjurkan terlibat dalam aktivitas Subjektif: Kel.3
terapi bermain. Keluarga klien mengatakan klien rutin di
2) Menganjurkan terlibat dalam aktivitas ajak aktifitas sesuai umur
45
lainnya. Keluarga klien mengatakan klien tidak
3) Mengajarkan cara mengidentifikasi lemas da tidak gelisah
kebutuhan istirahat. Keluarga klien mengatakan klien
beristirahat ketika merasa lelah
Objektif:
Keadaan umum klien baik
Klien tampak di ajarkan ibu untuk
menggerakan annggota tubuhnya.
Klien lebih tenang
Analisa: masalah teratasi
Planning: hentikan intervensi
46
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian Keperawatan
Pada saat pengkajian tanggal 15 januari 2023, klien dengan hidrosefalus
hari pertama. Ibu mengatakan klien tidak deman tetapi klien gelisah dan ibu
juga mengatakan kepala anaknya yang semakin membesar.Ibu klien
mengatakan anaknya sering rewel dan ibu klien mengatakan klien kurang aktif
dan sering menangis bahkan kurang tidur .Ibu klien juga mengatakan anaknya
mengkonsumsi makanan cair peptijunior dari RS melalui NGT.
Pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum klien sedang, kesadaran
komposmentis dengan GCS 15 (E4V5M6) , nadi: 97x/ menit, suhu: 36,7 °C,
RR: 32x/ menit. leukosit: 3,84 10^3/mm^3, BB: 3,3 kg, TB: 50 cm, IMT: 14,7,
Akral teraba hangat, klien tampak lemah, gelisah, rewel dan turgor kulit buruk.
Penatalaksanaan yang dilakukan pada klien adalah kemoterapi dimana
kemoterapi merupakan perawatan dengan menggunakan obat-obat untuk
membunuh sel-sel kanker yang ada pada penderita. Menurut Nelson (2014)
dalam Ayu (2019), terdapat 3 fase kemoterapi yaitu fase induksi, fase
profilaksis, fase konsolidasi.
Menurut Sudoyo, dkk. (2010) dalam Ayu (2019), ada efek samping dari
beberapa jenis obat kemoterapi yang bisa terjadi pada anak diantaranya adalah
mukositis yaitu suatu peradangan pada mukosa bisa pada rongga mulut
(stomatitis), lidah (glossitis), tenggorokan (esofagitis) dan usus (enteritis),
alopesia (rambut rontok), mual dan muntah yang dapat mengakibatkan
penurunan nafsu makan pada anak.
Asumsi kelompok pada kasus An. U ditemukan klien tampak lemah,
nafsu makan klien menurun, klien juga mengalami mual dan muntah setelah
dilakukan kemoterapi. Efek samping kemoterapi disebabkan dari efek non-
spesifik dari obat-obat sitotoksik sehingga menghambat proliferasi tidak hanya
sel-sel kanker melainkan sel normal.
39
B. Diagnosa Keperawatan
Menurut Ayu (2019) diagnosa yang mungkin muncul pada penyakit
Acute Lymphoblastic Leukemia yaitu risiko infeksi, risiko defisit nutrisi, nyeri
kronis, keletihan, intoleransi aktivitas, dan kecemasan.
Berdasarkan hasil pengkajian, kelompok menemukan tiga masalah
keperawatan pada An. U yaitu:
1. Risiko infeksi ditandai dengan leukopenia
Menurut SDKI (2018), batasan karakteristik untuk menegakkan
diagnosa risiko infeksi yaitu penyakit kronis (mis. diabetes melitus), efek
prosedur invasif, malnutrisi, peningkatan paparan organisme patogen
lingkungan, ketidakadekutan pertahanan tubuh primer (seperti; gangguan
peristaltik, kerusakan integritas kulit, perubahan sekresi PH, penurunan
kerja siliaris, ketuban pecah lama, ketuban pecah sebelum waktunya,
merokok, statis cairan tubuh), ketidakadekuatan pertahanan tubuh
sekunder (seperti; penurunan hemoglobin, imunosupresi, leukopenia,
supresi respon inflamasi, vaksinasi tidak adekuat.
Menurut analisa kelompok pada kasus An. U ditemukan beberapa
batasan karakteristik tersebut yaitu: ibu klien mengatakan klien tidak
demam tetapi gelisah, ibu klien mengatakan klien sudah menjalani
kemoterapi, keadaan umum klien sedang, suhu: 36,6o C, pernapasan: 20x/
menit, nadi: 92x/ menit, leukosit: 3,84 10^3/mm^3, akral teraba hangat.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ningsih
(2017), dimana dalam penelitian tersebut peneliti mengangkat diagnosa
risiko infeksi ditandai dengan rendahnya nilai leukosit karena efek dari
kemoterapi dimana terjadi supresi pada sumsum tulang sehingga produksi
sel darah putih menurun.
40
Menurut SDKI (2018), batasan karakteristik untuk menegakkan
diagnosa risiko defisit nutrisi yaitu ketidakmampuan menelan makanan,
ketidakmampuan mencerna makanan, ketidakmampuan mengabsorpsi
nutrien, peningkatan kebutuhan metabolisme, faktor ekonomi (mis.
finansial tidak mencukupi), faktor psikologis (mis. stres, keengganan
untuk makan).
Menurut analisa kelompok pada kasus An. U ditemukan beberapa
batasan karakteristik tersebut yaitu: ibu klien mengatakan setelah
kemoterapi nafsu makan klien menurun, ibu klien mengatakan klien hanya
menghabiskan 2-3 sendok makan dari porsi makanannya, ibu klien
mengatakan klien mual dan muntah, klien tampak lemah, klien tampak
tidak menghabiskan makanannya, BB: 13 kg, TB: 94 cm, IMT: 14,7.
Wong (2009) dalam Ningsih (2017) menyebutkan selain perdarahan,
komplikasi lain yang timbul akibat kemoterapi adalah mual, muntah,
anoreksia, atau penurunan nafsu makan. Hal ini terjadi dikarenakan efek
samping dari kemoterapi dimana obat kemoterapi bekerja tidak hanya
membunuh sel-sel kanker yang sedang membelah diri, tetapi semua sel
yang membelah diri termasuk sel-sel sehat. Obat-obatan yang tadinya
bertujuan untuk meracuni sel-sel kanker menyebabkan rasa sakit pada
anak. Racun dari obat-obatan kemoterapi menyerang sel darah dan
menyebabkan keracunan darah. Sistem pencernaan menjadi syok tidak
terkontrol dan menyebabkan anak mual, muntah, tidak nafsu makan dan
berat badan berangsur menurun.
3. Keletihan berhubungan dengan program perawatan
Menurut SDKI (2018), batasan karakteristik untuk menegakkan
diagnosa keletihan yaitu merasa energi tidak pulih walaupun telah tidur,
merasa kurang tenaga, mengeluh lelah, tidak mampu mempertahankan
aktivitas rutin, tampak lesu, merasa bersalah akibat tidak mampu
menjalankan tanggung jawab, libido menurun, kebutuhan istirahat
meningkat.
41
Menurut Rahma (2021) salah satu penyebab keletihan adalah dari
kanker itu sendiri dimana sistem imun akan mencoba memerangi sel
kanker. Sistem imun akan bekerja menggunakan energi yang ada di dalam
tubuh. Jika sel kanker cukup kecil maka sistem imun dapat memerangi sel
kanker. Tubuh akan terus berusaha untuk mempertahankan imun secara
terus menerus hingga akhirnya tubuh akan kehabisan energi dan
mengalami keletihan. Pasien kanker bisa saja mengalami keletihan akibat
dari penyakitnya, namun pada umumnya keletihan pada pasien kanker
akan mengalami peningkatan karena menjalani terapi pengobatan seperti
kemoterapi. Keletihan adalah keluhan yang paling sering diungkapkan
pada pasien yang menjalani kemoterapi.
Menurut SDKI (2018) batasan karakteristik untuk menegakkan
diagnosa keletihan yaitu merasa energi tidak pulih walaupun telah tidur,
merasa kurang tenaga, mengeluh lelah, tidak mampu mempertahankan
aktivitas rutin, tampak lesu, dan kebutuhan istirahat meningkat.
C. Intervensi Keperawatan
Intervensi merupakan suatu strategi untuk mengatasi masalah klien
yang perlu ditegakkan diagnosa dengan tujuan yang akan dicapai serta
kriteria hasil. Umumnya perencanaan yang ada pada tinjauan teoritis dapat
diaplikasikan dan diterapkan dalam tindakan keperawatan sesuai dengan
masalah yang ada atau sesuai dengan prioritas masalah. (Ayu, 2019)
Intervensi yang dilakukan pada diagnosa pertama yaitu monitor tanda
dan gejala infeksi lokal dan sistemik, batasi jumlah pengunjung, cuci tangan
sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien, jelaskan
tanda dan gejala infeksi, jelaskan cara cuci tangan dengan benar, anjurkan
meningkatkan asupan nutrisi, anjurkan meningkatkan asupan cairan.
Intervensi yang dilakukan pada diagnosa kedua yaitu identifikasi status
nutrisi, identifikasi alergi dan intoleransi terhadap makanan, monitor asupan
makanan, lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu, berikan makanan
tinggi kalori dan tinggi protein, anjurkan posisi duduk, jika mampu.
42
Intervensi yang dilakukan pada diagnosa ketiga yaitu identifikasi
kesiapan dan kemampuan menerima informasi, sediakan materi dan media
pengaturan aktivitas dan istirahat, jadwalkan pemberian pendidikan kesehatan
sesuai kesepakatan, berikan kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk
bertanya, jelaskan pentingnya melakukan aktivitas fisik atau olahraga secara
rutin, anjurkan menyusun jadwal aktivitas dan istirahat, anjurkan terlibat
dalam aktivitas kelompok, aktivitas bermain, dan aktivitas lainnya, ajarkan
cara mengidentifikasi kebutuhan istirahat.
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan harus sesuai dengan perencanaan
keperawatan yang telah ditetapkan pada teori SDKI, SLKI, dan SIKI.
Implmentasi pada masalah keperawatan risiko infeksi yang dilakukan perawat
pada An. U sudah sesuai dengan perencanaan yang telah disusun. Menurut
kelompok implementasi sudah sesuai dengan teori ulang yang ada pada SLKI
SIKI (2018)
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah penilaian terakhir didasarkan pada tujuan
keperawatan yang ditetapkan. Penetapan keberhasilan suatu asuhan
keperawatan didasarkan pada kriteria hasil yang telah ditetapkan, yaitu
terjadinya adaptasi pada individu. Evaluasi keperawatan mengukur
keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan keperawatan yang
dilakukan dalam memenuhi kebutuhan klien. Hal ini bisa dilaksanakan
dengan mengadakan hubungan dengan klien berdasarkan respon klien
terhadap tindakan keperawatan yang diberikan sehingga perawat dapat
mengambil keputusan.
43
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada An. U dengan ALL
didapatkan kesimpulan:
1. Hasil pengkajian tanggal 09 April 2022 , klien post kemoterapi hari
pertama. Ibu mengatakan setelah kemoterapi klien tampak lemah, gelisah,
dan rewel. Ibu klien mengatakan klien banyak tidur tetapi tetap nampak
lemas. Ibu klien juga mengatakan setelah kemoterapi nafsu makan klien
menurun, klien hanya menghabiskan 2-3 sendok makan dari porsi
makanannya. Ibu klien mengatakan klien juga mengalami mual dan
muntah.
2. Diagnosa keperawatan yang muncul pada An. U yaitu risiko infeksi, risiko
defisit nutrisi, dan keletihan.
3. Rencana keperawatan yang disusun berdasarkan pada masalah
keperawatan yang ditemukan yang sesuai dengan teori yang ada
berdasarkan buku SDKI, SLKI, dan SIKI.
4. Implementasi keperawatan mengacu pada rencana keperawatan yang telah
disusun. Implementasi dilakukan selama 3 hari pada tanggal 10-12 April
2022. Sebagian rencana keperawatan dapat kelompok laksanakan pada
implementasi keperawatan.
5. Evaluasi yang dilakukan pada masalah keperawatan yang muncul pada An.
U diperoleh hasil evaluasi yang menunjukan masalah keperawatan teratasi
pada hari ke-3 yaitu risiko infeksi dan keletihan.
B. Saran
Diharapkan dengan adanya laporan seminar kasus ini pembaca
khususnya mahasiswa keperawatan dapat memperoleh ilmu yang lebih
tentang Asuhan Keperawatan dengan Acute Lymphoblastic Leukemia (ALL) .
44
Semoga makalah ini dapat dijadikan sumber literatur yang layak digunakan
untuk mahasiswa.
DAFTAR PUSTAKA
45