Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH LAPORAN PENDAHULUAN HIDROSEFALUS

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak

Disusun Oleh :

Kelompok 3

1. Nadia Fadlilaturrohmah (A02019050 )


2. Rosinta Permadani ( A02019060 )
3. Selvi Anggela ( A02019063 )
4. Wahyu Indah Pramesti ( A02019075 )
5. Yoga Pamungkas ( A02019078 )

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN 2B


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan  Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan limpahan rahmat-Nya lah maka saya bisa menyelesaikan tugas keperawatan maternitas
dengan judul Laporan Pendahuluan Hidrosefalus dengan tepat waktu.

Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon
permakluman bilamana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang kami buat
kurang tepat atau menyinggung perasaan pembaca. Dengan ini kami mempersembahkan
makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan semoga Allah SWT memberkahi makalah ini
sehingga dapat memberikan manfaat kepada kita semua.
Semoga makalah ini bermanfaat, Amin

Kebumen,5 April 2021

Penulis kel.3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………….
A. Latar Belakang………………………………………………………………………….
B. Kata Pengantar…………………………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………..
1. Definisi hidrosefalus
2. Etiologi hidrosefalus
3. Manisfestasi klinis hidrosefalus
4. Patofisiologi hidrosefalus
5. Pemeriksaan penunjang hidrosefalus
6. Pengkajian focus pada anak dengan hidrosefalus
7. Diagnosa keperawatan pada anak dengan hidrosefalus
8. Intervensi keperawatan hidrosefalus

BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………..


DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………...
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hidrosefalus sendiri merupakan kerusakan jaringan saraf otak karena

adanya peningkatan tekanan yang disebabkan kelebihan jumlah cairan

serebrospinal (CSS) dalam rongga serebrospinalis (Muttaqin, 2008:238).

Hydrocephalus Association (2017) menyatakan bahwa untuk setiap 1.000

kelahiran di Amerika Serikat, 1 hingga 2 bayi menderita hidrosefalus.

Selain itu, Hydrocephalus Association (2017) juga menyatakan bahwa

hidrosefalus adalah alasan paling umum untuk operasi pada anak-anak.

Sementara itu, Hani Yahya Assegaf sebagai penggagas Azizah Foundation

yang merupakan lembaga informal yang secara khusus memberi perhatian

kepada penderita hidrosefalus, menyatakan bahwa di Indonesia hidrosefalus

memiliki potensi ratio 1 dari 1.500 kelahiran bayi (Kompas.com, 2011).

Penyakit hidrosefalus yang diderita oleh anak dapat menimbulkan

dampak pada keluarga, di mana dapat mempengaruhi keberfungsian sistem

dalam keluarga, mempengaruhi finansial keluarga, mempengaruhi relasi

antarkeluarga (antara ayah dengan ibu, maupun orangtua dengan anak atau

saudara lainnya), mengacaukan relasi antara keluarga dengan lingkungan

sosial karena tidak dapat diterimanya kondisi fisik anak karena berbeda

dengan kondisi fisik pada anak normal lainnya, menimbulkan kekhawatiran


orangtua terhadap perkembangan dan masa depan anak, dan kemungkinan

adanya dampak yang ditimbulkan dari penanganan yang telah dilakukan,

membuat keluarga mengalami stres. Hal-hal inilah yang dapat menjadi

pemicu munculnya stres yang dialami oleh keluarga.

Penderita hidrosefalus harus mendapatkan penanganan secara cepat

dan tepat. Apabila tidak mendapatkan penanganan, maka ukuran kepala

penderita semakin bertambah besar sehingga dapat menyebabkan kecacatan

bahkan kematian. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Hani Yahya

Assegaf bahwa penyakit hidrosefalus di Indonesia belum mendapatkan

perhatian yang serius.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi hidrosefalus ?
2. Apa etiologi hidrosefalus ?
3. Apa manisfestasi klinis hidrosefalus ?
4. Bagaimana patofisiologi hidrosefalus ?
5. Bagaimana pemeriksaan penunjang hidrosefalus ?
6. Bagaimana pengkajian focus pada anak dengan hidrosefalus ?
7. Apa diagnosa keperawatan pada anak dengan hidrosefalus ?
8. Apa saja intervensi keperawatan hidrosefalus ?

C. Tujuan Penulisan
9. Menjelaskan definisi hidrosefalus
10. Menjelaskan etiologi hidrosefalus
11. Menjelaskan manisfestasi klinis hidrosefalus
12. Menjelaskan patofisiologi hidrosefalus
13. Menjelaskan pemeriksaan penunjang hidrosefalus
14. Menjelaskan pengkajian focus pada anak dengan hidrosefalus
15. Menjelaskan diagnosa keperawatan pada anak dengan hidrosefalus
16. Menjelaskan intervensi keperawatan hidrosefalus
BAB II
PEMBAHASAN

A.   DEFINISI HIDROSEFALUS
Hidrosefalus adalah akumulasi cairan serebro spinal dalam ventrikelserebral, ruang
subarachnoid atau ruang subdural (Suriadi dan Yuliani, 2001).
Hidrosefalus merupakan keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertmbahnya
cairan serebro spinalis tanpa atau pernah dengan tekanan intracranial yang meninggi sehingga
terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya cairan serebro spinal (Ngastiyah,2007).
Hidrosefalus merupakan sindroma klinis yang dicirikan dengan dilatasi yang progresif
pada system ventrikuler cerebral dan kompresi gabungan dari jaringan – jaringan serebral
selama produksi CSF berlangsung yang meningkatkan kecepatan absorbsi oleh vili
arachnoid. Akibat berlebihannya cairan serebrospinalis dan meningkatnya tekanan
intrakranial menyebabkan terjadinya peleburan ruang – ruang tempat mengalirnya liquor
(Mualim, 2010)

Jenis Hidrosefalus dapat diklasifikasikan menurut:


1.  Waktu Pembentukan
a.  Hidrosefalus Congenital, yaitu Hidrosefalus yang dialami sejak dalamkandungan dan
berlanjut setelah dilahirkan
b.  Hidrosefalus Akuisita, yaitu Hidrosefalus yang terjadi setelah bayidilahirkan atau terjadi
karena faktor lain setelah bayi dilahirkan (Harsono,2006).
2.  Proses Terbentuknya Hidrosefalus
a.  Hidrosefalus Akut, yaitu Hidrosefalus yang tejadi secara mendadak yang diakibatkan oleh
gangguan absorbsi CSS (Cairan Serebrospinal)
b.  Hidrosefalus Kronik, yaitu Hidrosefalus yang terjadi setelah cairanCSS mengalami obstruksi
beberapa minggu (Anonim,2007)
3.  Sirkulasi Cairan Serebrospinal
a.  Communicating, yaitu kondisi Hidrosefalus dimana CSS masih biaskeluar dari ventrikel
namun alirannya tersumbat setelah itu.
b.  Non Communicating, yaitu kondis Hidrosefalus dimana sumbatanaliran CSS yang terjadi
disalah satu atau lebih jalur sempit yangmenghubungkan ventrikel-ventrikel otak (Anonim,
2003).
4.  Proses Penyakit
a.  Acquired, yaitu Hidrosefalus yang disebabkan oleh infeksi yangmengenai otak dan jaringan
sekitarnya termasuk selaput pembungkusotak (meninges).
b.  Ex-Vacuo, yaitu kerusakan otak yang disebabkan oleh stroke atau cederatraumatis yang
mungkin menyebabkan penyempitan jaringan otak atauathrophy (Anonim, 2003).

B.   ETIOLOGI HIDROSEFALUS
Hidrosefalus terjadi bila terdapat penyumbatan aliran CSS pada salah satu tempat antara
tempat pembentukan CSS dalam sistem ventrikel dan tempat absorbsi dalam ruang
subarackhnoid. akibat penyumbatan, terjadi dilatasi ruangan CSS diatasnya. Penyumbatan
aliran CSS sering terdapat pada bayi dan anak ialah:
1.      Kongenital : disebabkan gangguan perkembangan janin dalam rahim,atau infeksi
intrauterine meliputi :
·           Stenosis aquaductus sylvi
·           Spina bifida dan kranium bifida
·           Syndrom Dandy-Walker
·           Kista arakhnoid dan anomali pembuluh darah
2.      Didapat : disebabkan oleh infeksi, neoplasma, atau perdarahan
·           Infeksi
Akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen. secara patologis terlihat penebalan jaringan
piameter dan arakhnoid sekitar sisterna basalis dan daerah lain. penyebab lain infeksi adalah
toksoplasmosis.
·           Neoplasma
Hidrosefalus oleh obstruksi mekanik yang dapat terjadi di setiap tempat aliran CSS. pada
anak yang terbanyak menyebabkan penyumbatan ventrikel IV / akuaduktus sylvii bagian
terakhir biasanya suatu glioma yang berasal dari cerebelum, penyumbatan bagian depan
ventrikel III disebabkan kraniofaringioma.
·           Perdarahan
Perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak, dapat menyebabkan fibrosis
leptomeningfen terutama pada daerah basal otak, selain penyumbatan yang terjakdi akibat
organisasi dari darah itu sendiri.

C.   FISIOLOGI CAIRAN CEREBRO SPINALIS


a.      Pembentukan CSF
Normal CSF diproduksi + 0,35 ml / menit atau 500 ml / hari dengan demikian CSF di
perbaharui setiap 8 jam. Pada anak dengan hidrosefalus, produksi CSF ternyata berkurang +
0, 30 / menit. CSF di bentuk oleh PPA;
1.     Plexus choroideus (yang merupakan bagian terbesar
2.     Parenchym otak
3.     Arachnoid
b.     Sirkulasi CSF
Melalui pemeriksaan radio isotop, ternyata CSF mengalir dari tempat pembentuknya ke
tempat ke tempat absorpsinya. CSF mengalir dari II ventrikel lateralis melalui sepasang
foramen Monro ke dalam ventrikel III, dari sini melalui aquaductus Sylvius menuju ventrikel
IV. Melalui satu pasang foramen Lusckha CSF mengalir cerebello pontine dan cisterna
prepontis. Cairan yang keluar dari foramen Magindie menuju cisterna magna. Dari sini
mengalir kesuperior dalam rongga subarachnoid spinalis dan ke cranial menuju cisterna infra
tentorial.Melalui cisterna di supratentorial dan kedua hemisfere cortex cerebri. Sirkulasi
berakhir di sinus Doramatis di mana terjadi absorbsi melalui villi arachnoid.
LAPORAN PENDAHULUAN HIDROSEFALUS

D.   PATOFISIOLOGI HIDROSEFALUS
Jika terdapat obstruksi pada system ventrikuler atau pada ruangan subarachnoid,
ventrikel serebral melebar, menyebabkan permukaan ventrikuler mengkerut dan merobek
garis ependymal. White mater dibawahnya akan mengalami atrofi dan tereduksi menjadi pita
yang tipis. Pada gray matter terdapat pemeliharaan yang bersifat selektif, sehingga walaupun
ventrikel telah mengalami pembesaran gray matter tidak mengalami gangguan. Proses
dilatasi itu dapat merupakan proses yang tiba – tiba / akut dan dapat juga selektif tergantung
pada kedudukan penyumbatan. Proses akut itu merupakan kasus emergency. Pada bayi dan
anak kecil sutura kranialnya melipat dan melebar untuk mengakomodasi peningkatan massa
cranial. Jika fontanela anterior tidak tertutup dia tidak akan mengembang dan terasa tegang
pada perabaan.Stenosis aquaductal (Penyakit keluarga / keturunan yang terpaut seks)
menyebabkan titik pelebaran pada ventrikel lateral dan tengah, pelebaran ini menyebabkan
kepala berbentuk khas yaitu penampakan dahi yang menonjol secara dominan (dominan
Frontal blow). Syndroma dandy walkker akan terjadi jika terjadi obstruksi pada foramina di
luar pada ventrikel IV. Ventrikel ke IV melebar dan fossae posterior menonjol memenuhi
sebagian besar ruang dibawah tentorium. Klein dengan type hidrosephalus diatas akan
mengalami pembesaran cerebrum yang secara simetris dan wajahnya tampak kecil secara
disproporsional.
Pada orang yang lebih tua, sutura cranial telah menutup sehingga membatasi
ekspansi masa otak, sebagai akibatnya menujukkan gejala : Kenailkan ICP sebelum ventrikjel
cerebral menjadi sangat membesar. Kerusakan dalam absorbsi dan sirkulasi CSF pada
hidrosephalus tidak komplit. CSF melebihi kapasitas normal sistim ventrikel tiap 6 – 8 jam
dan ketiadaan absorbsi total akan menyebabkankematian.
Pada pelebaran ventrikular menyebabkan robeknya garis ependyma normal yang
pada didning rongga memungkinkan kenaikan absorpsi. Jika route kolateral cukup untuk
mencegah dilatasi ventrikular lebih lanjut maka akan terjadi keadaan kompensasi.

 Pathway HIDROSEFALUS
LAPORAN PENDAHULUAN HIDROSEFALUS
          

E.   MANIFESTASI KLINIS HIDROSEFALUS


Manifestasi klinis Hidrosefalus dibagi menjadi 2 yaitu : anak dibawah usia 2 tahun, dan anak
diatas usia 2 tahun.
1.  Hidrosefalus dibawah usia 2 tahun
 Sebelum usia 2 tahun yang lebih menonjol adalah pembesaran kepala.
 Ubun-ubun besar melebar, terba tegang/menonjol dan tidak berdenyut.
 Dahi nampak melebar dan kulit kepala tipis, tegap mengkilap dengan pelebaran vena-
vena kulit kepala.
 Tulang tengkorak tipis dengan sutura masih terbuka lebar cracked pot sign yakni bunyi
seperti pot kembang yang retak pada perkusi.
 Perubahan pada mata.
 bola mata berotasi kebawah olek karena ada tekanan dan penipisan tulang supra orbita.
Sclera nampak diatas iris, sehingga iris seakan-akan seperti matahari yang akan
terbenam
 strabismus divergens
 nystagmus
 refleks pupil lambat
 atropi N II oleh karena kompensi ventrikel pada chiasma optikum
 papil edema jarang, mungkin oleh sutura yang masih terbuka.
2.  Hydrochepalus pada anak diatas usia 2 tahun.
·      Yang lebih menonjol disini ialah gejala-gejala peninggian tekanan intra kranial oleh karena
pada usia ini ubun-ubun sudah tertutup

F.    KOMPLIKASI HIDROSEFALUS
·           Peningkatan tekanan intrakranial
·           Kerusakan otak
·           Infeksi:septikemia,endokarditis,infeksiluka,nefritis,meningitis,ventrikulitis,abses otak.
·           Shunt tidak berfungsi dengan baik akibat obstruksi mekanik.
·           Hematomi subdural, peritonitis,adses abdomen, perporasi organ dalam rongga
abdomen,fistula,hernia, dan ileus.
·           Kematian

G.   PEMERIKSAAN PENUNJANG HIDROSEFALUS


·      Pemeriksaan fisik:
o   Pengukuran lingkaran kepala secara berkala. Pengukuran ini penting untuk melihat
pembesaran kepala yang progresif atau lebih dari normal
o   Transiluminasi
·      Pemeriksaan darah:
o   Tidak ada pemeriksaan darah khusus untuk hidrosefalus
·      Pemeriksaan cairan serebrospinal:
o   Analisa cairan serebrospinal pada hidrosefalus akibat perdarahan atau meningitis untuk
mengetahui kadar protein dan menyingkirkan kemungkinan ada infeksi sisa
·      Pemeriksaan radiologi:
o   X-foto kepala: tampak kranium yang membesar atau sutura yang melebar.
o   USG kepala: dilakukan bila ubun-ubun besar belum menutup.
o   CT Scan kepala: untuk mengetahui adanya pelebaran ventrikel dan sekaligus mengevaluasi
struktur-struktur intraserebral lainnya

H.   PENTALAKSANAAN MEDIS HIDROSEFALUS


1.  Pencegahan
Untuk mencegah timbulnya kelainan genetic perlu dilakukan penyuluhan genetic, penerangan
keluarga berencana serta menghindari perkawinan antar keluarga dekat. Proses
persalinan/kelahirandiusahakan dalam batas-batas fisiologik untuk menghindari trauma
kepala bayi. Tindakan pembedahan Caesar suatu saat lebih dipilih dari pada menanggung
resiko cedera kepala bayi sewaktu lahir.
2.  Terapi Medikamentosa
Hidrosefalus dewngan progresivitas rendah dan tanpa obstruksi pada umumnya tidak
memerlukan tindakan operasi. Dapat diberi asetazolamid dengan dosis 25 – 50 mg/kg BB.
Pada keadaan akut dapat diberikan menitol. Diuretika dan kortikosteroid dapat diberikan
meskipun hasilnya kurang memuaskan. Pembarian diamox atau furocemide juga dapat
diberikan. Tanpa pengobatan “pada kasus didapat” dapat sembuh spontan ± 40 – 50 % kasus.
3.  Pembedahan :
Tujuannya untuk memperbaiki tempat produksi LCS dengan tempat absorbsi. Misalnya
Cysternostomy pada stenosis aquadustus. Dengan pembedahan juga dapat mengeluarkan LCS
kedalam rongga cranial yang disebut :
a.  Ventrikulo Peritorial Shunt
b.  Ventrikulo Adrial Shunt
Untuk pemasangan shunt yang penting adalajh memberikan pengertian pada keluarga
mengenai penyakit dan alat-alat yang harus disiapkan (misalnya : kateter “shunt” obat-obatan
darah) yang biasanya membutuhkan biaya besar.
Pemasangan pintasan dilakukan untuk mengalirkan cairan serebrospinal dari ventrikel otak ke
atrium kanan atau ke rongga peritoneum yaitu pi8ntasan ventrikuloatrial atau
ventrikuloperitonial.
Pintasan terbuat dari bahan bahansilikon khusus, yang tidak menimbulkan raksi radang atau
penolakan, sehingga dapat ditinggalkan di dalam yubuh untuk selamanya. Penyulit terjadi
pada 40-50%, terutama berupa infeksi, obstruksi, atau dislokasi.
4.  Terapi
Pada dasarnya ada 3 prinsip dalam pengobatan hidrosefalus, yaitu :
a) mengurangi produksi CSS
b) Mempengaruhi hubungan antara tempat produksi CSS dengan tempat absorbsi
c) Pengeluaran likuor ( CSS ) kedalam organ ekstrakranial.

Penanganan hidrosefalus juga dapat dibagi menjadi :


1.      Penanganan sementara
Terapi konservatif medikamentosa ditujukan untuk membatasi evolusi hidrosefalus melalui
upaya mengurangi sekresi cairan dari pleksus khoroid atau upaya meningkatkan resorbsinya.
2.      Penanganan alternatif ( selain shunting )
Misalnya : pengontrolan kasus yang mengalami intoksikasi vitamin A, reseksi radikal lesi
massa yang mengganggu aliran likuor atau perbaikan suatu malformasi. saat ini cara terbaik
untuk malakukan perforasi dasar ventrikel dasar ventrikel III adalah dengan teknik bedah
endoskopik.
3.      Operasi pemasangan “ pintas “ ( shunting )
Operasi pintas bertujuan mambuat saluran baru antara aliran likuor dengan kavitas drainase.
pada anak-anak lokasi drainase yang terpilih adalah rongga peritoneum. baisanya cairan
ceebrospinalis didrainase dari ventrikel, namun kadang ada hidrosefalus komunikans ada
yang didrain rongga subarakhnoid lumbar. Ada 2 hal yang perlu diperhatikan pada periode
pasca operasi, yaitu pemeliharaan luka kulit terhadap kontaminasi infeksi dan pemantauan.
kelancaran dan fungsi alat shunt yang dipasang. infeksi pada shunt meningkatkan resiko akan
kerusakan intelektual, lokulasi ventrikel dan bahkan kematian.

LAPORAN PENDAHULUAN HIDROSEFALUS


ASUHAN KEPERAWATAN  HIDROSEFALUS

A.     PENGKAJIAN KEPERAWATAN HIDROSEFALUS


1.    Anamnesa
a.  Riwayat penyakit / keluhan utama
Muntah, gelisah nyeri kepala, lethargi, lelah apatis, penglihatan ganda, perubahan pupil,
kontriksi penglihatan perifer.
b.  Riwayat Perkembangan
Kelahiran : prematur. Lahir dengan pertolongan, pada waktu lahir menangis keras atau tidak.
Kekejangan : Mulut dan perubahan tingkah laku.
Apakah pernah terjatuh dengan kepala terbentur.
Keluhan sakit perut.
2.    Pemeriksaan Fisik
a.  Inspeksi :
 -Anak dapat melihat keatas atau tidak.
 -Pembesaran kepala.
 -Dahi menonjol dan mengkilat. Sertas pembuluh dara terlihat jelas.
b.   Palpasi
 -Ukur lingkar kepala : Kepala semakin membesar.
 - Fontanela : Keterlamabatan penutupan fontanela anterior sehingga fontanela tegang, keras
dan sedikit tinggi dari permukaan tengkorak.
c.   Pemeriksaan Mata
- Akomodasi.
- Gerakan bola mata.
-Luas lapang pandang
 -Konvergensi.
 -Didapatkan hasil : alis mata dan bulu mata keatas, tidak bisa melihat keatas.
 -Stabismus, nystaqmus, atropi optic.

3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dengan menggunakan USG dapat mendeteksi
hidrosefalus pada periode prenatal, dapat pula digunakan untuk mengukur dan memonitor
ukuran ventrikel, terutama digunakan pada anak prematur. CT Scan dapat digunakan untuk
mengukur dilatasi ventrikel secara kasar dan menentukan sumber obstruksi. CT Scan dapat
menilai baik secara fungsional maupun anatomikal namun tidak lebih baik daripada MRI,
namun karena pemeriksaannya cukup lama maka pada bayi perlu dilakukan pembiusan.

4.    Observasi Tanda-Tanda Vital


Didapatkan data – data sebagai berikut :
·         Peningkatan sistole tekanan darah.
·         Penurunan nadi / Bradicardia.
·          Peningkatan frekwensi pernapasan.
5.    Diagnosa Klinis
Transimulasi kepala bayi yang akan menunjukkan tahap dan lokalisasi dari pengumpulan
cairan banormal. ( Transsimulasi terang )
·         Perkusi tengkorak kepala bayi akan menghasilkan bunyi “ Crakedpot “ (Mercewen’s Sign
·         Opthalmoscopy : Edema Pupil.
·          CT Scan Memperlihatkan (non – invasive) type hidrocephalus dengan nalisisi komputer.-
·         Radiologi : Ditemukan Pelebaran sutura, erosi tulang intra cranial.

B.    DIAGNOSA KEPERAWATAN HIDROSEFALUS


1.  Resiko cidera b.d ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, ketidakmampuan
mengambil keputusan, ketidakmampuan melakukan perawatan sederhana, ketidak mampuan
menciptakan lingkungan kondusif, ketidakmampuan memanfaatkan fasilitas kesehatan.
2.  Resiko gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan b.d ketidakmampuan
keluarga mengenal masalah kesehatan, ketidakmampuan mengambil keputusan,
ketidakmampuan melakukan perawatan sederhana, ketidak mampuan menciptakan
lingkungan kondusif, ketidakmampuan memanfaatkan fasilitas kesehatan.
3.  Deficit self care b.d ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan,
ketidakmampuan mengambil keputusan, ketidakmampuan melakukan perawatan sederhana,
ketidak mampuan menciptakan lingkungan kondusif, ketidakmampuan memanfaatkan
fasilitas kesehatan.
4.  Perubahan fungsi keluarga mengalami situasi krisis ( anak dalam catat fisik ) b.d
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, ketidakmampuan mengambil
keputusan, ketidakmampuan melakukan perawatan sederhana, ketidakmampuan menciptakan
lingkungan kondusif, ketidakmampuan memanfaatkan fasilitas kesehatan.

Asuhan Keperawatan
NO DIAGNOSA NOC NIC
KEPERAWATAN
1. Resiko cidera Setelah dilakukan kunjungan1.  Kendalikan
selama 3x diharapkan keluarga lingkungan dengan :
mampu menciptakan lingkungan Menyingkirkan bahaya
kondusif dengan kriteria hasil: yang tampak jelas,
mengurangi potensial
 Keselamatan fisik dapat cedera akibat jatuh
dipertahankan ketika tidur misalnya
 Adanya pelindung dan alat menggunakan
bantu untuk klien
penyanggah tempat
tidur, usahakan posisi
tempat tidur rendah,
gunakan pencahayaan
malam hari siapkan
lampu panggil
2.  Jelaskan pada keluarga
pentingnya
keselamatan pada anak
dan cara pencegahan
untuk cidera.
3.  Anjurkan pada
keluarga untuk
mengawasi segala
aktifitas klien yang
membahayakan
keselamatan.
4.  Beri alat bantu
misal:tongkat
2. Resiko gangguan nutrisi : Setelah dilakukan kunjungan
1.    Berikan makanan
kurang dari kebutuhan tubuh selama 3x diharapkan keluarga lunak tinggi kalori
mampu melakukan perawatan tinggi protein.
sederhana dirumah  dengan kriteria
2.    Berikan klien makan
hasil: dengan posisi semi
         Berat badan ideal fowler dan berikan
         Tidak muntah waktu yang cukup
         Tidak terjadi malnutrisi untuk menelan.
3.    Ciptakan suasana
lingkungan yang
nyaman dan terhindar
dari bau – bauan yang
tidak enak..
4.    Timbang berat badan
bila mungkin.
5.    Jagalah kebersihan
mulut ( Oral hygiene)
6.    Berikan makanan
ringan diantara waktu
makan
7.    Beri penjelasan pada
keluarga tentang
makanan yang baik
dikonsumsi anak
3. Deficit self care Setelah dilakukan kunjungan1.   Kaji ketidakmampuan
selama 3x diharapkan keluarga klien dalam perawatan
dapat menciptakan lingkungan  diri
kondusif dengan kriteria hasil: 2.   Kaji tingkat fungsi
fisik
 Klien dapat melakukan3.   Kaji hambatan dalam
perawatan diri dengan berpartisipasi dalam
mandiri atau dibantu perawatan diri,
 Klien bersih dan tidak bau identifikasi untuk
modifikasi lingkungan
4.   Jelaskan pada keluarga
pentingnya kebersihan
diri
5.   Jelaskan dan ajarkan
cara perawatan diri
meliputi:mandi,
toileting , berpakaian.
4. Perubahan fungsi keluarga b.d Setelah dilakukan kunjungan 1.    Jelaskan secara rinci
situasi krisis ( anak dalam catat selama 3x diharapkan Keluarga tentang kondisi
fisik ) menerima keadaan anaknya, penderita, prosedur,
mampu menjelaskan keadaan terapi dan
penderita dengan kriteria hasil: prognosanya.
         Keluarga berpartisipasi dalam 2.    Ulangi penjelasan
merawat anaknya dan secra verbal tersebut bila perlu
         keluarga dapat mengerti tentang dengan contoh bila
penyakit anaknya. keluarga belum
mengerti
3.    Klarifikasi kesalahan
asumsi dan
misskonsepsi
4.     Berikan kesempatan
keluarga untuk
bertanya.

BAB III
PENUTUPAN
1. Kesimpulan
Hidrosevalus adalah suatu keadaan patofisiologis otak yang mengakibatkan
bertambahnya cairan cerebrospinal dengan atau pernah dengan tekanan intra kranial
yang meninggi sehingga terdapat pelebaran dengan tempat mengalirnya CCS
Merupakan sindrom klinis yang dicirikan dengan dilatasi yang progresif pada sistem
ventrikuler cerebral dan kompresi gabungan dari jaringan jaringan serebral selama
produksi CSF berlangsung yang meningkatkan kecepatan absprbsi oleh vili
arachnoid.
2. Saran
Tindakan alternaif selain operasi diterapkan khusus bagi kasus kasus yang mengalami
sumbatan didalam sistem ventrikel. Dalam hal ini tindakan terapetik semacam ini
perlu.

DAFTAR PUSTAKA
Berikut link dari beberapa jurnal online :
https://scholar.google.co.id/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=hidrosefalus+pada+bayi&oq=hidrose#d=gs_qabs&u=%23p
%3DaYBZOhA3gqgJ

https://ejournal.poltekkes-denpasar.ac.id/index.php/JIK/article/download/1343/512

http://www.jurnal-ppni.org/ojs/index.php/jppni/article/view/22

https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/medula/article/view/741

https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=intervensi+hidrosefalus+pada+anak&oq=intervensi+hidrose#d=gs_qabs&u
=%23p%3DyW67XtIbPeoJ

Anda mungkin juga menyukai