Di Susun Oleh:
Nama : Fara Shellomita A
NIM : A02019027
A. Definisi
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari
2500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi (Wong, 2009). BBLR adalah bayi baru lahir
dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram (Arief dan Weni, 2016)
Bayi berat lahir rendah (BBLR) Acuan lain dalam pengukuran BBLR juga terdapat pada
PedomanPemantauan Wilayah Setempat (PWS) gizi.Dalam pedoman tersebut bayi berat lahir
rendah (BBLR) bayi yang lahir dengan beratkurang dari 2500 gram diukur pada saat lahir
atau sampai hari ke tujuh setelah lahir (Putra,2012).
B. Klasifikasi
Menurut Proverawati dan Sulistyorini (2010), harapan hidupnya:
1. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), yaitu bayi yang lahir dengan berat lahir 1.500-2.500
gram
2. Berat Badan Lahir Sangat Rendah (BBLSR), yaitu bayi yang lahir dengan berat lahir
<1.500 gram.
3. Berat Badan Lahir Ekstrem Rendah (BBLER), yaitu bayi yang lahir dengan berat lahir
<1.000 gram
C. Manifestasi klinis
Menurut Proverawati dan Sulistyorini (2010), bayi yang lahir dengan berat badan rendah
mempunyai ciri-ciri:
a. Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu
b. Berat badan sama dengan atau kurang dari 2.500 gram
c. Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm, lingkar kepalasama dengan atau
kurang dari 33 cm, lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm. Rambut lanugo
masih banyak
d. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang
e. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya
f. Tumit mengkilap, telapak kaki halus
g. Genitalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia mayora, klitoris
menonjol (pada bayi perempuan). Testis belum turun ke dalam skrotum, pigmentasi dan
rugue pada skrotum kurang (pada bayi laki-laki)
h. Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya lemah
i. Fungsi syaraf yang belum atau tidak efektif dan tangisannya lemah
j. Jaringan kelenjar mammae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan jaringan lemak
masih kurang
k. Verniks kaseosa tidak ada atau sedikit bila ada.
D. Patofisologi
Tingkat kematangan fungsi sistem organ neonatus merupakan syarat untuk dapat
beradaptasi dengan kehidupan diluar rahim. Secara umum bayi berat badan lahir rendah ini
berhubungan dengan usia kehamilan yang belum cukup bulan atau prematur dan disebabkan
karena dismaturitas. Biasanya hal ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi
sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh faktor ibu, komplikasi hamil, komplikasi
janin, plasenta yang menyebabkan suplai makanan ibu ke bayi berkurang. Faktor lainnya yang
menyebabkan bayi berat badan lahir rendah yaitu faktor genetik atau kromosom, infeksi,
kehamilan ganda, perokok, peminum alkohol,dan sebagainya (Mochtar, 2012).
Konsekuensi dari anatomi dan fisiologi yang belum matang,bayi prematur cenderung
mengalami masalah yang bervariasi. Hal ini harus diantisipasi dan dikelola pada masa
neonatal. Berkaitan denganhal itu, maka menghadapi bayi premature harus memperhatikan
masalah masalah sebagai berikut :
a. Sistem pengaturan suhu tubuh (Hipotermia)
Dalam kandungan, bayi berada dalam suhu lingkungan yang normal dan stabil
yaitu 36° sampai dengan 37° C. Segera setelah lahir bayi dihadapkan pada suhu
lingkungan yangumumnya lebih rendah. Perbedaan suhu ini memberi pengaruh
pada kehilangan panas tubuh bayi. Hipotermia terjadi apabila suhu tubuh turun
dibawah 36,5° C. Apabila seluruh tubuh bayi teraba dingin maka bayi sudah
mengalami hipotermia sedang (suhu 32° sampai dengan 36° C). Disebut
hipotermia berat apabila suhu tubuh kurang dari 32° C (Pantiawati, 2010).
Hipotermia dapat terjadi karena kemampuan untuk mempertahankan panas dan
kesanggupan menambah produksi panas sangat terbatas karena pertumbuhan otot-
otot yang belum cukup memadai, lemak subkutan yang sedikit, belum matangnya
sistem saraf pengatur suhu tubuh, luas permukaan tubuh relatif lebih besar
dibandingkan dengan berat badan sehingga mudah kehilangan panas (Maryunani,
Puspita 2013).
b. Gangguan pernafasan
Asfiksia adalah suatu keadaan kegagalan bernafas secara spontan dan teratur
beberapa saat setelah lahir. Kegagalan ini menyebabkan terjadinya hipoksia yang
diikuti dengan asidosis respiratorik. Apabila proses berlanjut maka metabolisme
sel dalam suasana anaerob akan menyebabkan asidosis metabolik yang
selanjutnya terjadi perubahan kardiovaskuler. Menurunnya atau terhentinyadenyut
jantung menyebabkan iskemia. Iskemia setelah mengalami asfiksia selama 5
menit menyebabkan penyumbatan pembuluh darah kecil dimana
akanmengakibatkan kerusakan-kerusakan menetap (Maryunani, Puspita 2014).
c. Hipoglikemia
Glukosa merupakan sumber utama energi selama masa janin.Kecepatan glukosa
yang diambil janin tergantung dari kadar gula darah ibu karena terputusnya
hubungan plasenta dan janin menyebabkan terhentinya pemberian glukosa. Bayi
aterm dapat mempertahankan kadar gula darah 50-60 mg/dL selama 72 jam
pertama, sedangkan bayi berat badan lahir rendah dalam kadar 40 mg/dL. Hal ini
disebabkan cadangan glikogen yang belum mencukupi. Hipoglikemia bila kadar
gula darah sama dengan atau kurang dari 20 mg/dL (Pantiawati, 2010).
d. Sistem imunologi
Kemungkinan terjadi kerentanan pada bayi dengan berat lahirrendah terhadap
infeksi mengalami peningkatan. Konsentrasi Ig G serum pada bayi sama dengan
bayi matur. Imunoglobulin G ibuditransfer secara aktif melalui plasenta ke janin
pada trimester terakhir. Konsentrasi Ig G yang rendah mencerminkan fungsi
plasenta yang buruk berakibat pertumbuhan janin intra uterin yang buruk dan
meningkatkan risiko infeksi post natal. Oleh karena itu bayi dengan berat lahir
rendah berpotensi mengalami infeksi lebih banyak dibandingkan bayi matur
(Maryunani, Puspita 2014).
e. Perdarahan intracranial
Pada bayi dengan berat badan lahir rendah pembuluh darah masih sangat rapuh
hingga mudah pecah. Perdarahan intracranial dapat terjadi karena trauma lahir,
disseminated intravascularcoagulopathy atau trombositopenia idiopatik. Matriks
germinal epidimal yang kaya pembuluh darah merupakan wilayah yang sangat
rentan terhadap perdarahan selama minggu pertama kehidupan (Pantiawati, 2010).
g. Hiperbilirubinemia
Pada bayi dengan berat badan lahir rendah lebih sering mengalami
hiperbilirubinemia dibandingkan dengan bayi cukup bulan. Hiperbilirubinemia
merujuk pada tingginya kadar bilirubin terakumulasi dalam darah ditandai dengan
jaundis dan ikterus. Hiperbilirubinemia dapat terjadi akibat peningkatan bilirubin
tidak terkonjugasi dan terkonjugasi (Wong, 2011).
Phatway BBLR
Etiologi
BBLR/BLSR
F. Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif b.d imatur paru
2. Hipotermi b.d berat badan lahir rendah
3. Defisit nutrisi b.d Ketidakmampuan menelan makanan
G. Intervensi Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif b.d imatur paru
a. Monitor TTV
b. Monitor pola napas ( frekuensi, kedalaman, usaha napas)
c. Monitor bunyi napas tambahan
d. Berikan terapi oksigen
e. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
2. Hipotermi b.d berat badan lahir rendah
a. Monitor TTV
b. Monitor suhu bayi stabil (36,5oC-37,5o)
c. Monitor suhu tubuh bayi setiap 1 jam sekali
d. Monitor kualitas nadi dan respirasi
e. Monitor sianosis
f. Ganti pakaian dan/atau linen yang basah
g. Atur suhu inkubtor sesuai kebutuhan
h. Ajarkan kepada ibu teknik perawatan metode kangguru untuk bayi BBLR
i. Kolaborasi pemberian obat dengan dokter
3. Defisit nutrisi b.d Ketidakmampuan menelan makanan
a. Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik (NGT)
b. Monitor asupan makanan
c. Monitor berat badan
d. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient yang
dibutuhkan
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN NEONATUS
A. Data Bayi
Nama bayi : By.Ny.A Tanggal pengkajian : 28 Juni 2021
Jenis kelamin : Perempuan Tanggal dirawat : 20 Juni 2021
Tanggal lahir/usia : 20 Jui 2021/9 hari Alamat : Kalibeji RT 02/04 Sempor
Nama orang tua : Ny.A
Pendidikan : SMK
Usia : 26 tahun
Diagnosa medis : Asfiksia berat
Riwayat Bayi
Apgar score : 8/9
Usia gestasi : 32 minggu
Berat badan : 1700 gram panjang badan : 41 cm
Komplikasi persalinan: Tidak ada
Aspirasi mekonium : Tidak
Denyut jantung janin abnormal : Tidak
Prolaps tali pusat/lilitan tali pusat : Tidak
Ketuban pecah dini : Tidak
Riwayat Ibu
Usia Gravida Partus Abortus
26 tahun 1 1 0
Jenis pesalinan : pervaginum
Komplikasi kehamilan: Tidak
Perawatan antenatal : Ya
Ruptur plasenta/plasenta previa: Tidak
Pre eklamsia/toxcemia : Tidak
Suspect sepsis : Tidak
Persalinan premature/post matur :
Prematur
B. Pengkajian Fisik Neonatus
1. Reflek
Moro : Tidak
Menggenggam : lemah
Menghisap : lemah
2. Tonus/aktivitas
a. Tenang
b. Menangis : lemah
3. Kepala/leher
a. Fontanel anterior : Lunak
b. Sutura sagitalis : Tepat
c. Gambaran wajah : Simetris
d. Molding : Tidak Caput succedaneum :
Tidak Cephalhematoma : Tidak
4. Mata : Bersih
5. THT
a. Telinga : Normal
b. Hidung : Simetris, terpasang oksigen 5 lpm
c. Mulut : Terpasang OGT
6. Wajah
a. Bibir sumbing : Tidak
b. Simbing langit-langit/palatum: Tidak
7. Abdomen
a. Lunak : Datar
b. Lingkar perut : 25 cm
c. Liver : Tidak teraba
8. Toraks
a. Simetris
b. Retraksi derajat : Derajat 1
c. Klavikula normal
9. Paru-paru
a. Suara nafas kanan kiri sama
b. Suara nafas bersih (vesikuler)
c. Respirasi spontan
10. Jantung
a. Bunyi Normal Sinus Rhytm (NSR)
Frekuensi : 135 kali permenit
b. Murmur : Tidak
c. Denyut nadi : 135 kali permenit
Nadi Perifer Keras Lemah Tidak ada
Brakial kanan 🗸
Brakial kiri 🗸
Femoral kanan 🗸
Femoral kiri 🗸
11. Ekstermitas
a. Gerakan bebas
b. Ekstermitas atas normal
c. Ekstermitas bawah normal
d. Panggul normal
12. Umbilikus : Normal
13. Genital
Laki laki normal
14. Anus
Paten
15. Spina
Normal
16. Kulit
a. Warna : Pucat
b. Sianosis : Pada bibir
c. Kemerahan (rash) : Tidak
d. Tanda lahir : Tidak
e. Turgor kulit : Elastis, teraba dingin
f. Lanugo : Ya
17. Suhu
a. Lingkungan : Inkubator
b. Suhu kulit : 36,5 °C
C. Riwayat sosial
-
Jenis kelamin anak Riwayat persalinan Riwayat imunisasi
Perempuan Spontan -
- Data tambahan (pemeriksaan diagnostik)
HASIL PEMERIKSAAN
LABORATORIUM
PEMERIKSAAN HASIL NILAI SATUAN METODA
RUJUKAN
HEMATOLOGI
DARAH
LENGKAP
Lekosit 10.08 9.4-34 rb/ul Flowcytometri
Eritrosit 4.61 4.3-6.3 Juta/L Flowcytometri
Hemoglobin 16.7 15.2-23.6 gr/dl flowcytometri
Hematokrit 53.8 44-72 % Flowcytometri
MCV 116.7 98-122 fL Flowcytometri
MCHC 31.0 31-35 g/dl Flowcytometri
Trombosit H
35.1 26-34 pg Flowcytometri
H
32.5 32-36 rb/ul Flowcytometri
HITUNG JENIS
Basofil % 0.6 0.0-1.0 % Flowcytometri
Eosinofil% 0.5 2.0-4.0 % Flowcytometri
Neutrofil% H
Limfosit% 39.8 50.00-70.0 % Flowcytometri
Monosit% L
L 25.0-40.0 % Flowcytometri
15.5 2.0-8.0 % Flowcytometri
H
KIMIA FAAL
HATI
Bilirubin Total 11.9 4.0-8.0 mg/dL Doazotized
Bilirubin Direk H Sulfanilic
0.95 0-0.2 mg/dL Doazotized
H Sulfanilic
PENGKAJIAN FISIK
PemeriksaanUmum
1. Keadaan umum kesadaran :
composmentis 2.Suhu : 36,5°C
3. Nadi : 130 x/menit
4. RR : 32x/menit
5. BB : 2140 gram
6. TB : 41 cm
7. Lingkar Kepala : 29 cm
8. Lingkar Dada : 27 cm
9. Lingkar Lengan: 7 cm
10. Lingkar perut : 24 cm
ANALISA DATA
Nama Klien : By.Ny.W
Ruang : Amanah
TGL/JAM DATA PROBLEM ETIOLOGI
16-07-2021 DS : - Pola nafaf tidak Imatur paru
pukul 09.00 DO : efektif
WIB - RR 32 x/menit
- Terdapat tarikan
dinding dada kedalam
16-07-2021 DS : - Defisit nutrisi Ketidakmampuan
pukul 09.00 DO : menelan
WIB - Reflek menghisap lemah makanan
- BB 2140 gram
- Tampak terpasang NGT
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola nafas tidak efektif b.d imatur paru
2. Defisit nutrisi b.d Ketidakmampuan menelan makanan
INTERVENSI
Nama Klien : By.NyW
Ruang : Amanah
Hari/Tgl/ No. Tujuan dan Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi ( SIKI ) TTD
Jam DP
Senin, 1 Setelah dilakukan tindakan selama # Manajemen Pola Napas
19 juli 2x24jam diharapkn masalah 1. Monitor TTV
2021 keperawatan pola napas tidak efektif 2. Monitor pola
Jam dapat teratasi dengan kriteria hasil : nafas(frekuensi,
08.00 # Pola Napas kedalaman)
Indikator A T 3. Berikan terapi
Respirasi 3 5 oksigen
dalam rentang 4. Kolaborasi dengan
normal dokter dalam
Pola Nafas 2 5 pemberian obat
Tarikan 4 5
dinding dada
Senin, 2 Setelah dilakukan tindakan selama # Manajemen Nutrisi
19 juli 2x24jam diharapkn masalah 1. Identifikasi
2021 keperawatan Defisit nutrisi dapat perlunya
Jam teratasi dengan kriteria hasil : penggunaan selang
10.00 # Manajemen nutrisi nasogastrik (NGT)
Indikator A T 2. Monitor asupan
Berat Badan 2 4 makanan
Status 2 5 3. Monitor berat
menelan/menghisap badan
4. Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan
jumlah kalori dan
jenis nutrient yang
dibutuhkan
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama Klien :By.Ny.W
Ruang : Amanah
2 S: -
O:
- Minum sonde 20 cc
- Reflek menghisap lemah
- BB 1700 gram
- Tampak terpasang NGT
- Kriteria Hasil
Indikator A T H
Berat Badan 2 4 2
Status 2 5 3
menelan/menghisap
A: Masalah keperawatan Defisit Nutrisi b.d Ketidakmampuan
menelan makanan belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
1. Monitor asupan makanan
2. Monitor berat badan
Selasa, 20 Juli 1 S: -
2021 pukul O:
14.00 WIB - Terdapat tarikan dinding dada ke dalam
- RR: 42x/menit
- Spo2: 96%
- Kriteria Hasil
Indicator A T H
Respirasi dalam rentang 2 5 4
normal
Tarikan dinding dada 3 5 4
A : Masalah keperawatan Pola napas tidak efektif b.d
Imatur paru belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
1. Monitor TTV
2. Monitor pola nafas(frekuensi, kedalaman)
2 S: -
O:
- Minum sonde 20 cc
- Reflek menghisap lemah
- BB 1750 gram
- Tampak terpasang NGT
- Kriteria Hasil
Indikator A T H
Berat Badan 2 4 3
Status 2 5 3
menelan/menghisap
A: Masalah keperawatan Defisit Nutrisi b.d Ketidakmampuan
menelan makanan belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
1. Monitor asupan makanan
2. Monitor berat badan