Anda di halaman 1dari 81

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

UA DENGAN REUMATOID
ARTRITIS DI RUANG RAWAT INAP PENYAKIT SARAF RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN PIDIE

LAPORAN STUDI KASUS

Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan Diploma III

Keperawatan

OLEH :

HILDA

NIM : 092001S08095

YAYASAN PEMBANGUNAN KAMPUS JABAL GHAFUR SIGLI

AKADEDI KEPERAWATAN JABAL GHAFUR SIGLI

TAHUN 2011
Diterima dan Disetujui untuk dipertahankan Dalam ujian Sidang Laporan

Studi Kasus Pada Akademi Keperawatan Jabal Ghafur Sigli

Pembimbing

SAIFUL BAHRI, AMK


MOTTO

Dan kami perintahkan kepada manusia berbuat baik kepada dua ibu
bapanya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun.
Bersyukurlah kepada-ku dan kepada dua ibu bapamu, hanya kepada-
ku lah kembalimu. (QS. Luqman : 14).

Ibu kalau aku merantau lalu datang musim kemarau sumur-sumur


kering, dedaunan pun gugur bersama reranting hanya mata air, air
matamu ibu, yang tetap lancar mengalir …

Ibu, hanya dihatiku selalu memutikkan sari-sari kerinduan, lantaran


hutangku padamu tak kuasa kubayar …

Bila kasihmu ibarat samudra, sempit lautan teduh tempatku mandi,


mencuci lumut pada diri, tempatku berlayar, menebar pukat dan
melempar sauh …
Lokan-lokan mutiara, dan kembang laut semua bagiku …

Kalau ikut ujian ...


Lalu ditanya tentang pahlawan, namamu ibu yang kan kusebut
paling dahulu,
karna engkaulah pahlawan bagiku ...

Dengan setulus hati dan segenap kasih sayang kupersembahkan


karya tulis ini
kepangkuan yang mulia Ayahanda M. Amin dan Ibunda Wardiah.
Tak ada
pengorbanan yang setara dengan pengorbananmu, tak ada yang
dapat kulakukan
untuk membalas jasamu.

Kepada sahabat-sahabatku seluruh Mahasiswa Akper Jabal Ghafur


Angkatan XV 2008 mari kita mengamalkan amanah ilmu yang
dibebankan kepada kita demi kemaslahatan ummat, karena sebaik-
baik manusia adalah yang paling bermanfaat untuk selamanya.
Akademi Keperawatan
Jabal Ghafur Sigli

Laporan Studi Kasus


Vii + 25 Halaman + 3 Bab + 3 lampiran
HILDA
092001S08095

ABSTRAK
Asuhan Keperawatan Pada Tn.UA Dengan REUMATOID ARTRITIS di Ruang
Rawat Inap Penyakit Saraf Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Pidie.

Penyakit reumatik adalah penyakit inflamsi non-bakterial yang bersifat sistematik,


progresif, cendrung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi secara
simetris. Berdasarkan data sattistik di Ruang Rawat Inap Penyakit Saraf Rumah Sakit
Umum Daerah Kabupaten Pidie periode yang lalu atau pada tanggal 1 oktober 2009
sampai tanggal 01 September 2010 dan sebanyak 732 pasien yang dirawat di ruang
rawat inap saraf dan yang menderita penyakit artritis reumatoid sebanyak 28 pasien,
jadi persentasenya adalah 3,82 %. Berdasarkan hasil pengkajian penulis lakukan pada
tanggal 29 November 2010 di dapat data dan identitas pasien sebagai berikut :
Tn.UA, umur 63 tahun, jenis kelamin laki-laki, pekerjaan pensiunan PNS, pendidikan
PGA, alamat Jurong Pande, nomor CM 093740, dirawat di Ruang Rawat Inap
Penyakit saraf Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Pidie dengan diagnosa medis
rheumatoid arthritis. Dari keluhan utama pasien mengeluh tangan kiri dan kaki kanan
terasa nyeri, selain itu juga nyeri kepala dan ekstrimitas bawah bagian kanan sulit
untuk digerakkan, pasien juga mengeluh jari-jari tangan dan kaki terasa kaku.
Diagnosa keperawatan yang muncul pada Tn. UA adalah nyeri berhubungan dengan
proses inflamsi pada sendi, hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan ujung
tulang dan sendi, perubahan pola istirahat berhubungan dengan nyeri, intoleransi
aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik. Perencanaan atau rencana tindakan
yang meliputi kaji tingkat nyeri dengan menggunakan skala nyeri 1-10. dan
memonitor dan catat tanda-tanda vital setiap 2 jam sekali, membantu pasien dalam
melakukan latihan gerak sehari-hari, mengkoordinasi upaya rehabilitasi fisioterapi,
menciptakan suasana yang tenang dan nyaman serta memberikan bantuan pada
aktivitas kehidupan sehari-hari. Adapun hasil evaluasi asuhan keperawatan yang
dilakukan sesuai dengan masalah yang timbul pada Tn.UA dengan Arthritis
Reumatoid, semua masalah yang timbul dapat teratasi. Pada diagnosa pertama, nyeri
berhubungan dengan proses inflamasi pada sendi, dan diagnosa ketiga, perubahan
pola istirahat berhubungan dengan nyeri, masalah dapat teratasi pada hari ketiga
perawatan. Diagnosa kedua, hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan
ujung tulang dan sendi, masalah dapat teratasi pada hari terakhir perawatan. Diagnosa
keempat, intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik, masalah dapat
teratasi pada hari terakhir perawatan.

Bacaan 10 buah ( 2000 – 2011 )


KATA PENGANTAR

Dengan ini kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan

kesehatan dan kesempatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Laporan

Studi Kasus ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Tn.UA Dengan Reumatoid

Artritis di Ruang Rawat Inap Penyakit Saraf Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten

Pidie. Tidak lupa pula shalawat dan salam kita kirimkan kepada Nabi Besar

Muhammad SAW dan para sahabat-sahabat beliau juga kepada para u’lama dan

cendikiawan.

Laporan studi kasus ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat dalam

menyelesaikan Pendidikan Diploma III Akademi Keperawatan Jabal Ghafur Sigli.

Dalam menyelesaikan laporan ini, penulis banyak menemukan hambatan dan

kesulitan, tetapi berkat adanya pengarahan dari pembimbing dan bantuan dari semua

pihak, akhirnya laporan studi kasus ini dapat diselesaikan.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak

terhingga kepada :

1. H. Antasari Idris, SKM, MNSc, Sebagai Direktur Akademi Keperawatan

Jabal Ghafur Sigli.

2. Bapak Saiful Bahri, AMK, Sebagai pembimbing laporan studi kasus yang

meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan petunjuk serta

saran-saran dalam penyusunan laporan studi kasus ini.

3. Kepala Ruangan beserta staf Ruangan Rawat Inap Penyakit Saraf Rumah

Sakit Umum Daerah Kabupaten Pidie.


4. Kepada Ibu dan Bapak serta seluruh staf Akademi Keperawatan Jabal

Ghafur Sigli yang sudah banyak memberikan ilmu dan motivasi serta

bimbingan kepada penulis selama menempuh pendidikan di Akademi

Keperawatan Jabal Ghafur Sigli.

5. Khususnya kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta serta saudara-saudaraku

yang telah banyak memberikan dorongan baik spiritual dan material serta

do’a restu sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini.

6. Teman-teman mahasiswa (i) Akademi Keperawatan Jabal Ghafur Sigli

yang telah memberikan masukan, dukungan, serta bantuan selama

pendidikan.

Selanjutnya penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam karya tulis ini masih

jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritikan-

kritikan dan saran-saran yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan karya tulis

ini. Harapan penulis, mudah-mudahan karya tulis ini dapat berguna bagi tenaga

kesehatan umumnya dan tenaga keperawatan khusunya.

Akhir kata penulis memanjatkan do’a semoga Allah SWT selalu melimpahkan

rahmat-Nya.

Amin ya rabbal ‘alamin.

Sigli, 10 Maret 2011

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i


LEMBARAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii
LEMBARAN MOTTO..................................................................................... iii
ABSTRAK ....................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ..................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
A. Latar Belakang........................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan....................................................................... 5
1. Tujuan Umum..................................................................... 5
2. Tujuan Khusus.................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................. 6
A. Pengkajian................................................................................. 6
B. Diagnosa Keperawatan.............................................................. 15
C. Perencanaan............................................................................... 17
D. Implementasi............................................................................. 20
E. Evaluasi..................................................................................... 22
BAB III PENUTUP....................................................................................... 24
A. Kesimpulan................................................................................ 24
B. Saran.......................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA
Lampiran I : Proses Keperawatan
Lampiran II : Surat Dinas Kasus
Lampiran III : Biodata Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit reumatik adalah penyakit inflamsi non-bakterial yang bersifat

sistematik, progresif, cendrung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat

sendi secara simetris. (Rasyad Chairuddin, 2007).

Artritis reumatoid yang disingkat AR atau RA (Reumatoid Artritis)

merupakan penyakit reumatik automun dengan proses peradangan menahun yang

tersebar diseluruh tubuh, mencakup keterlibatan sendi dan berbagai organ diluar

persendian. Peradangan kronis di persendian menyebabkan kerusakan struktur

sendi yang terkena. Peradangan sendi biasanya mengenai beberapa persendian

(poliartritis) sekaligus. Peradangan terjadi akibat proses sinovitis (radang selaput

sendi) serta pembentukan panus yang menyebabkan kerusakan pada rawan sendi

dan tulang disekitarnya, terutama dipersendian tangan dan dan kata yang sifatnya

simetris (terjadi pada kedua sisi). (Dalimartha, 2008).

Artritis Reumatoid (AR) merupakan suatu penyakit autoimun yang belum

diketahui penyebabnya. Gejala utamanya adalah sinovitis erosif yang bersifat

sistematik dan melibatkan organ tubuh lainnya. Beberapa faktor dibawah ini

diduga berperan dalam timbulnya penyakit artritis reumatoid, faktor genetik dan

lingkungan, hormon seks, infeksi, head shock protein (HSP), radikal bebas dan

umur (Dalimartha, 2008).


Pada artritis reumatoid, reaksi autoimun (yang sudah dijelaskan

sebelumnya) terutama terjadi dalam jaringan sinovial proses fagositosis enzim-

enzim dalam sendi. Enzim-enzim tersebut akan memecah kologen sehingga

terjadi edema. Profilerasi membran sinovial dan akhirnya pembentukan pannus.

Pannus akan menghancurkan tulang rawan dan menibulkan erosi tulang.

Akibatnya adalah menghilangnya permukaan sendi yang mulai menganggu gerak

sendi. Otot akan turut terkena karena serabut otot akan mengalami perubahan

degeneratif dengan menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot.

(Smeltzer,2001).

Beberapa teori berpendapat bahwa mekanisme pemicu dalam tubuh

(mungkin dikarenakan virus) akan menyebabkan overaktivitas dalam sistem

kekebalan sehingga berakibat pada sekresi cairan synovial yang berlebihan,

pembengkakan dalam sendi dan inflamasi/peradangan pada lapisan synovial. Saat

terjadi pertumbuhan yang berlebih pada lapisan synovial mengakibatkan kapsul

sendi akan kemasukan cairan tersebut, sehingga tulang dan tulang rawan akan

mengalami erosi. Persendian akan terasa sakit saat tulang saling bergesekan

dengan tulang yang lain (crepitus). Akhirnya, jaringan ikat fibrosa akan

mengantikan tulang rawan dan kapsul sendi, sehingga menyebabkan subluksasi

(dislokasi sendi persial, ankylosis (sendi yang menyatu) dan pengerasan sendi

yang sakit. (Reeves, 2001).

Manifestasi klinis artritis reumatoid sangat bervariasi dan biasanya

mencerminkan stadium serta beratnya penyakit. Rasa nyeri, pembengkakan,

panas, eritema dan gangguan fungsi pada sendi merupakan gambaran klinis yang
klasik untuk artritis reumatoid. Palpasi sendi akan mengungkapkan jaringan yang

lunak seperti spon atau busa. Cairan dapat di aspirasi dari sendi yang mengalami

inflamasi. Pola yang khas pada kelainan sendi ini di mulai dengan sendi-sendi

kecil pada tangan, pergelangan tangan dan kaki. Disamping nyeri dan

pembengkakan pada sendi, tanda klasik artritis reumatoid yang lain adalah

kekakuan sendi, khususnya pada pagi hari yang berlangsung lebih dari 30 menit.

Deformitas tangan dan kaki sering dijumpai pada artritis reumatoid. Artritis

reumatoid merupakan penyakit sistematik dengan gejala ekstra artikuler yang

multipel. Gejala yang paling sering ditemukan adalah demam, penurunan berat

badan, keadaan mudah lelah, anemia, pembesaran kelenjar limfe dan fenomena

Raynavd (vasospasme yang ditimbulkan oleh cuaca dingin dan stres, sehingga

jari-jari menjadi pusat atau sianosis). (Smeltzer, 2001).

Tujuan penatalaksanaan reumatoid artritis adalah mengurangi nyeri,

mengurangi inflamasi, menghentikan kerusakan sendi dan meningkatkan fungsi

dan kemampuan mobilisasi penderita. (Lemone & Burke, 2001).

Adapun penatalaksanaan pada reumatoid artritis antara lain : pendidikan

pada pasien mengenai penyakitnya dan penatalaksanaan yang akan dilakukan,

sehingga terjalin hubungan baik dan terjamin ketaatan pasien untuk tetap berobat

dalam jangka waktu yang lama, OAINS diberikan sejak dini untuk mengatasi

nyeri sendi akibat inflamasi yang sering dijumpai, DMARD digunakan untuk

melindungi rawan sendi dan tulang dari proses destruksi akibat artritis reumatoid,

rehabilitasi bertujuan meningkatkan kualitas hidup pasien. Caranya antara lain

dengan mengistirahatkan sendi yang terlihat, latihan, pemanasan dan sebagainya

dan pembedahan jika berbagai cara pengobatan telah dilakukan tidak berhasil
serta terdapat alasan yang cukup kuat dapat dilakukan pengobatan pembedahan.

(Mansjoer, Arif.et.al, 2001).

Serangan reumatoid artritis sering terjadi pada orang diantara umur sampai

25 sampai 55 tahun dan tiga lebih banyak terjadi pada wanita. Penyakit ini

memungkinkan paling melemahkan dan sangat menyakitkan diantara bentuk

penyakit artritis. Penyakit ini mempunyai efek merugikan gaya hidup yang

signifikan pada wanita yang mengendong anaknya bertahun-tahun atau individu

yang dengan kerja produktif bertahun-tahun dan bagi orang setengah baya.

(Reeves, 2001).

Secara statistik tercatat lebih dari 10% dari populasi penduduk dunia

terkena reumatoid. Di Indonesia kasus rheumatoid artritis pada usia diatas 18

tahun diperkirakan 0,1 sampai 0,3 persen dari jumlah penduduk , sedangkan pada

anak dan remaja dibawah 18 tahun sekitar 1 banding 100.000 orang, ungkap

presiden Rheumatologi Association Of ASEAN di Jakarta. (Isbagyo, 2009).

Berdasarkan data yang penulis dapatkan di ruang rawat inap saraf Rumah

Sakit Umum Daerah Kabupaten Pidie periode yang lalu atau pada tanggal 1

oktober 2009 sampai tanggal 01 September 2010 dan sebanyak 732 pasien yang

dirawat di ruang rawat inap saraf dan yang menderita penyakit artritis reumatoid

sebanyak 28 pasien, jadi persentasenya adalah 3,09 %. (Rumah Sakit Umum

Daerah Kabupaten Pidie).

Berdasarkan uraian dan penjelasan tersebut diatas, maka penulis tertarik

untuk memberikan pelayanan Asuhan Keperawatan melalui pendekatan proses

keperawatan dalam bentuk laporan studi kasus yang berjudul “Asuhan


Keperawatan Pada Pasien Tn.Ma dengan reumatoid artritis di ruang rawat

Inap Saraf Rumah Sakit Daerah Kabupaten Pidie”.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Untuk mendapatkan gambaran dan pengalaman secara nyata tentang

pelaksanaan asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien artritis

reumatoid melalui pendekatan proses keperawatan yang komprehensif.

2. Tujuan Khusus

a. Dapat melakukan pengkajian keperawatan pada Tn.UA dengan artritis

reumatoid di ruang rawat inap saraf Rumah Sakit Umum Daerah

Kabupaten Pidie.

b. Dapat mengindentifikasi masalah keperawatan pada Tn.UA dengan artritis

reumatoid di ruang rawat inap saraf Rumah Sakit Umum Daerah

Kabupaten Pidie.

c. Dapat merencanakan tindakan keperawatan pada Tn.UA dengan artritis

reumatoid di ruang rawat inap saraf Rumah Sakit Umum Daerah

Kabupaten Pidie.

d. Dapat mengevaluasi proses keperawatan pada Tn.UA dengan artritis

reumatoid di ruang rawat inap saraf Rumah Sakit Umum Daerah

Kabupaten Pidie.

e. Dapat mendokumentasikan dalam bentuk laporan studi kasus.


BAB II

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas tentang asuhan keperawatan pada Tn.

UA dengan Arthritis Rheumatoid yang penulis rawat di ruang rawat inap penyakit

saraf Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Pidie, yang sejak tanggal 29 Oktober

sampai dengan 01 November 2010, yang dihubungkan dengan teori-teori terkait. Data

penulis diperoleh dari sumber primer (pasien) maupun sumber sekunder seperti

keluarga dan perawat, disamping catatan medis lainnya. Agar lebih terarah

pembahasan ini, penulis lakukan secara sistematis sesuai dengan tahap-tahap proses

keperawatan.

A. Pengkajian

Berdasarkan hasil pengkajian penulis lakukan pada tanggal 29 November

2010 di dapat data dan identitas pasien sebagai berikut : Tn.UA, umur 63 tahun,

jenis kelamin laki-laki, pekerjaan pensiunan PNS, pendidikan PGA, alamat

Jurong Pande/Glp III, nomor CM 093740, dirawat di ruang inap penyakit saraf

Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Pidie dengan diagnosa medis rheumatoid

arthritis.

Secara teoritis serangan rheumatoid arthritis sering terjadi pada orang

diantara umur 25 sampai 55 tahun dan tiga kali lebih banyak terjadi pada wanita.

(Reeves, 2001).
Dari keluhan utama pasien mengeluh tangan kiri dan kaki kanan terasa

nyeri, selain itu juga nyeri kepala dan ekstrimitas bawah bagian kanan sulit untuk

digerakkan, pasien juga mengeluh jari-jari tangan dan kaki terasa kaku.

Secara teoritis pasien dengan arthritis rheumatoid akan mengeluh rasa nyeri,

pembengkakan, panas, etitema dan gangguan fungsi pada sendi. (Smeltzer, 2002).

Riwayat penyakit sekarang pasien dirawat diruang saraf dengan keluhan

tangan kiri dan kaki kanan terasa nyeri, nyeri kepala dan ekstrimitas bawah

bagian kanan sulit untuk digerakkan dan pasien juga mengeluh jari-jari tangan

dan kaki terasa kaku.

Secara teoritis pada klien arthritis rheumatoid, stadium awal biasanya

ditandai dengan gangguan keadaan umum biasanya malaise, penurunan berat

badan, rasa capek, sedikit panas dan anemia. Gejala lokal yang terjadi berupa

pembengkakan, nyeri dan gangguan gerak pada sendi metakarpofalangeal. Perlu

dikaji kapan gangguan sensorik muncul. Gejala awal terjadi pada sendi.

Persendian yang paling sering terkena adalah sendi tangan, pergelangan tangan,

sendi lutut, sendi siku, pergelangan kaki, sendi bahu serta sendi panggul dan

biasanya bersifat bilateral/simetris, akan tetapi kadang artrhritis rheumatoid dapat

terjadi hanya pada satu sendi. (Muttaqin, A, 2008).

Riwayat penyakit dahulu menurut keterangan pasien, pasien pernah

mengalami penyakit yang sekarang dideritanya sekarang 2 tahun yang lalu dan

pernah dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Pidie.

Secara teoritis disebutkan perjalanan penyakit arthritis rheumatoid sangat

bervariasi bergantung pada ketaatan pasien untuk berobat dalam jangka yang
lama, sekitar 50-75% pasien dengan arthritis rheumatoid akan mengalami remisi

dalam 2 tahun selebihnya akan mengalami prognosis yang lebih buruk.

(Mansjoer A, 2001).

Riwayat penyakit keluarga, menurut keterangan pasien dan keluarganya

bahwa didalam keluarganya tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit

arthritis rheumatoid. Namun dalam keluarga pasien tidak ada anggota

keluarganya yang menderita penyakit keturunan maupun penyakit menular seperti

penyakit diabetes mellitus, stroke, hipertensi.

Secara teoritis predisposisi genetik diduga dengan meningkatnya insidensi

dalam keluarnya, angka berurutan 30% pada lembar identik dibandingkan dengan

5 % lembar internal dan berkaitan dengan HLA-DRA pada pasien untuk kulit

putih. (Parakrama, 2005).

Pola nutrisi pasien, sebelum sakit pasien makan 3 kali sehari dengan nasi,

lauk pauk dan pasien suka makan makanan yang berminyak, daging, telur,

kacang-kacangan dan pasien juga suka mengkonsumsi sayur-sayuran seperti

bunga kol, tauge dan kerupuk melinjo. Pasien minum air kopi, the serta air putih

± 3 liter perhari. Selama sakit, pola nafsu makan pasien tidak mengalami

perubahan akan tetapi pasien tidak lagi mengkonsumsi sayuran seperti kacang-

kacangan, bunga kol, tauge dan kerupuk melinjo dan pola minum pasien hanya

air putih ± 3 liter perhari.

Secara teoritis pasien arthritis reumatoid kerap kali mengalami anoreksia,

penurunan berat badan dan anemia. (Smeltzer, 2002).


Adapun pantangan makanan bagi pasien reumatoid yaitu tidak

mengkomsumsi melinjo dan emping, kacang-kacangan, jamur, bayam matang,

dan sawi, daging kambing, jeroan dan gajih (lemak), kerang-kerangan, bebek dan

kalkun, salmon, mackerel, sarden, kepiting, udang, dan beberapa ikan lainnya dan

juga krim dan es krim serta minum minuman yang beralkohol. Untuk mengurangi

reumatoid pasien lebih baik dianjurkan Jangan minum aspirin bila membutuhkan

obat pengurang sakit, pilih jenis ibuprofen dan lainnya. ( dr Salma, 2011 ).

Anjuran bagi pasien rheumatoid arthritis yaitu perbanyak minum air putih,

makan makanan yang mengandung potasium tinggi seperti sayuran dan buah-

buahan, kentang, alpukat, susu dan yogurt, pisang, makan buah-buahan kaya

vitamin C, terutama jeruk dan strawberry. ( dr Salma, 2011 ).

Pola istirahat/tidur pasien sebelum sakit tidak mengalami perubahan, sehari

semalam pasien tidur ± 8 jam, pasien tidur malam dari jam 22.00 wib s/d 05.00

wib dan tidur siang dari jam 15.00 wib s/d 16.00 wib. Selama sakit, pasien tidak

dapat tidur karena ekstrimitas bawah bagian kanan terasa nyeri dan sulit untuk

digerakkan, pasien hanya dapat tidur sehari semalam ± 4 – 5 jam sehari.

Secara teoritis pasien dengan arthritis reumatoid mengalami gangguan

dengan pemenuhan pola istirahat karena nyeri yang dialami oleh pasien.

(Smeltzer, 2002).

Pola eliminasi pasien sebelum sakit BAB (Buang Air Besar) 1 sampai 2 kali

sehari dengan konsistensi feses setengah padat berwarna kuning, BAK (Buang

Air Kecil) pasien 3 sampai 6 kali dengan konsistensi warna orange, berbau khas

dan tidak ada endapan. Selama sakit, BAB pasien tidak mengalami gangguan,
pasien BAB 1 kali sehari dengan konsistensi feses lunak, berwarna kuning

sedangkan BAK 3 sampai 6 kali sehari dengan konsistensi warna orange berbau

khas dan tidak ada endapan.

Secara teoritis umumnya klien arthritis reumatoid tidak mengalami

gangguan eliminasi. Meskipun demikian, perlu dikaji frekuensi, konsistensi

warna serta bau feses, frekuensi berkemih, kepekatan urine, warna, bau dan

jumlah urine. (Muttaqin, A, 2008).

Pola aktivitas pasien sebelum sakit tidak terganggu dan pasien dapat

melaksanakan aktivitas sehari-harinya sebagai petani. Selama sakit segala bentuk

aktivitas tidak dapat dilakukan oleh pasien sendiri, karena pasien lemah, nyeri

sendi dibagian tangan dan kaki, aktivitas pasien dibantu oleh keluarganya dan

perawat dan pasien dianjurkan lebih banyak beristirahat.

Secara teoritis pasien artritis rheumatoid ada gangguan mekanis dan

fungsional pada sendi dengan manifestasi nyeri bila menggerakkan sendi yang

sakit. Klien sering mengalami kelemahan fisik sehingga mengganggu aktivitas

hidup sehari-hari.(Muttaqin, A, 2008).

Personal hygiene pasien sebelum sakit mandi 2x sehari pagi dan sore

memakai sabun mandi, gosok gigi 1x sehari, ganti baju 1x sehari dan pasien

sering merawat kebersihan kuku. Selama sakit pasien hanya diseka oleh perawat

atau keluarga pasien.

Secara teoritis pasien arthritis reumatoid mengalami persendian yang teraba

panas, membengkak serta nyeri tidak mudah digerakkan dan pasien cendrung

menjaga dan melindungi sendi tersebut dengan imobilisasi. (Smeltzer, 2002).


Pada riwayat psikologi, ekspresi wajah terlihat pasrah akan penyakit yang

dideritanya sekarang. Pasien merasa tenang dengan keadaan dirinya dan ingin

cepat sembuh.

Secara teoritis klien pasien arthritis reumatoid akan merasa cemas tentang

fungsi tubuhnya, sehingga perawat perlu mengkaji mekanisme kopling klien.

(Muttaqin, A, 2008).

Pada riwayat sosial, pasien sangat ramah dan seorang tokoh masyarakat

yang selalu berinteraksi dengan baik, baik dengan keluarga, perawat dan

lingkungan sekitar rumah sakit.

Secara teoritis, klien dapat mengalami ketakutan atau kecacatan karena

perubahan bentuk sendi dan pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan

citra diri). Klien ini juga dapat mengalami penurunan libido sampai tidak dapat

melakukan hubungan seksual karena harus menjalani rawat inap dan kelemahan

fisik serta nyeri. (Muttaqin, A, 2008).

Pemeriksaan fisik pada Tn.UA dijumpai keadaan umum lemah, tingkat

kesadaran composmenthis, tinggi badan 170 cm, berat badan 70 kg. Pemeriksaan

tanda-tanda vital didapatkan tekanan darah 140/90 mmHg, respirasi 24 , nadi

76 dan temperatur 36,6 0C dan skala nyeri 6.

Secara teoritis nadi mungkin meningkat, kesadaran biasanya kompos

mentis, pada kasus yang lebih parah, klien dapat mengeluh pusing dan gelisah.

(Muttaqin, A, 2008).
Pemeriksaan khusus, inspeksi pada pemeriksaan kepala bentuk simetris,

rambut beruban, tidak ada benjolan dan kebersihan terjaga, mata cekung, palpebra

hitam, konjungtiva pucat dan pupil reflek terhadap cahaya, wajah pucat, ekspresi

wajah meringis, mulut/gigi bibir kering, mukosa mulut kering, kebersihan terjaga,

terdapat karies, gigi tidak lengkap. Hidung, fungsi penciuman baik, bentuk

simetris, tidak ada sekret. Telinga pendengaran baik, tidak ada serumen, leher

tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid. Dada akspirasi memanjang ada refleksi,

bentuk simetris, abdomen peristaltik usus baik, bentuk simetris. Punggung tidak

dijumpai dekubitus. Ekstrimitas kanan dan kiri mengalami kelemahan, ekstrimitas

atas bagian kanan kekuatan otot 100%, tidak ada lesi dan bagian kiri kekuatan

otot 25%, tidak ada lesi. Sedangkan ekstrimitas bawah bagian kanan kekuatan

otot 10%, tidak ada lesi dan bagian kiri kekuatan otot 100%, tidak lesi. Kulit

warna sawo matang, tidak ada lesi, kulit kering, kebersihan tidak ada. Pada

pemeriksaan secara palpas, nyeri tekan pada tangan kiri dan kaki kanan, turgor

kulit jelek.

Secara teoritis, klien arthritis reumatoid tidak menunjukkan kelainan sistem

pernafasan pada saat inspeksi. Kepala dan wajah ada sianosis, mata seklera

biasanya tidak interik, leher biasanya JVP dalam batas normal. Telinga tes bisik

atau weber masih dalam keadaan normal, tidak ada lesi atau nyeri tekan. Hidung

tidak ada deformitas, tidak ada pernafasan cuping hidung. Mulut dan faring tidak

ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan, mukosa mulut tidak pucat.

Palpasi torak menunjukkan taktil fremitus seimbang kanan dan kiri, tidak ada

iktus jantung pada palpasi. (Muttaqin, A, 2008).


Pemeriksaan reflek dengan cara perkusi reflek bisep, pasien masih

merasakan kontraksi otot bisep lengan kanan. Reflek radius, lengan bawah dapat

difleksikan. Resep trisep, hasilnya positif (normal), masih ada kontraksi otot

krisep dan gerakan eksistensi lengan bawah dan otot krisep lengan tangan kanan

masih terjadi kontraksi. Reflek patella, tidak bisa dirasakan pada kaki kanan,

sedangkan tendon kaki kiri masih bagus (positif). Reflek achiles, tidak adanya

reaksi fleksi plantar dari kaki kanan dan tidak juga didapatkan kontraksi

gastrokemius, sedangkan reflek tendon tumit kaki kiri masih positif. Reflek

babinski, positif terjadi respon gerakan ibu jari kaki dorsofleksi dan jari-jarinya

bergerak saling menjauhi (mengembang) dan kaki kiri hasilnya masih normal.

Secara teoritis, teknik pemeriksaan reflek bisep, lengan pasien di

semifleksikan, ketok tendon bisep dengan respon fleksi lengan bawah, reflek

radius, lengan dibawah di fleksikan dan pada prosesus stidodeus dengan respon

fleksi lengan bawah dan pronasi. Reflek trisep, lengan bawah disemifleksikan,

ketok tendon trisep dengan respon ekstensi lengan bawah reflek patella, tungkai

difleksikan dan digantung, ketok pada tendon muskulus kuadriseps femoris,

dibawah atau diatas patella, tungkai difleksikan dan digantung, ketok pada tendon

muskulus kuadriseps femoris, dibawah atau diatas patella dengan respon

eksistensi tungkal bawah. Reflek achiles, tungkai bawah difleksikan sedikit, ketok

tendon achiles dengan respon plantar fleksi pada kaki. Reflek babinski, dapat

diperiksa dengan cara pasien berbaring dengan tungkai diluruskan. Goreskan

benda yang agak runcing pada bagian lateral dari tumit menuju pangkal jari.
Reaksi positif jika terdapat gerakan dorso fleksi ibu jari dengan jari-jari lainnya

mekar. (Tarwoto, 2007).

Pemeriksaan auskultasi pada bagian abdomen bunyi suara peristaltik usus

normal. Secara tioritis pada auskultasi, ada suara S 1 dan S2 tunggal dan tidak ada

murmur dan tidak ada suara nafas tambahan. (Muttaqin, A, 2008).

Dalam penilaian Glasgow coma scale pada Tn. UA didapati nilai E4 V5 M6,

meliputi : E (kemampuan membuka mata), nilai 4 : spontan, M (respon motorik),

nilai 6 : menurut perintah, dan V (respon verbal), nilai 5 : baik

menjawab/orientasi penuh.

Penilaian derajat skala koma glasgow (Glasgow Coma Scale) dengan

memperhatikan respon membuka mata, respon verbal dan respon motorik

meliputi : E (kemampuan membuka mata), nilai 4 : spontan, 3 : dengan perintah,

2 : dengan rangsang nyeri, 1 : tidak berespon, M (respon motorik), nilai 6 :

menurut perintah, 5 : mengetahui lokasi nyeri, 4 : reaksi menghindar nyeri, 3.

fleksi abnormal (dekortikasi), 2. Eksistensi abnormal (decerebrasi), 1 : tidak

berespon. V (respon verbal), nilai 5 : baik menjawab/orientasi penuh, 4 : bingung,

3 kata-kata tidak dapat mengerti, 2 : suara tidak jelas, 1 : tidak berespon.

(Tarwoto, 2007).

Dari hasil pemeriksaan nervus cranial pada Tn.UA, didapatkan hasil saraf

alfaktorius (1) : bisa membau/sensasi terhadap bau-bauan, optikus (II) : lapang

pandang, okulumotorius (III) : reflek pupil normal, trokhenaris dan abducen (IV,

VI) : pergerakan bola mata dan klopak mata normal, trigeminus (V) : sensasi pada

wajah masih normal, fasialis (VII). Ekspresi wajah meringis, gerakan otot wajah
normal, sekresi air mata dan ludah, akustikus (VIII). Pendengaran dan

keseimbangan, glosafaringus (IX). Kemampuan menelanm pergerakan lidah

normal, vagus (X) : sensasi faring, laring normal, accesorius (XI) : pergerakan

kepala, otot leher dan bahu normal, hipoglosus (XII) : gerakan lidah normal, bisa

mengeluarkan lidah seperti biasa (normal).

Secara teori, pemeriksaan saraf secara kranial : saraf 1, biasanya pada klien

arthritis reumatoid tidak ada kelainan dan fungsi penciuman tidak ada kelainan.

Saraf II, Tes ketajaman penglihatan normal. Saraf III, IV dan VI biasanya tidak

ada gangguan mengangkat klopak mata, pupil, sokor. Saraf V, klien arthritis

reumatoid umumnya tidak mengalami paralisis pada otot wajah dan refleks

kornea biasanya tidak ada kelainan. Saraf VII, persepsi pengecapan dalam batas

normal dan wajah simetris. Saraf VIII, tidak ditemukan tuli konduktif atau tuli

persepsi. Saraf IX dan X, kemampuan menelan baik. Saraf XI, tidak ada atrofi

otot sternokleidomastoideus dan trapezius. Saraf XII, lidah simetris, tidak ada

deviasi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi. Indra pengecapan normal.

(Muttaqin, A, 2008).

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon individu,

keluarga atau komunitas terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan. Diagnosa

keperawatan memberikan dasar penilaian intervensi keperawatan untuk mencapai

hasil yang menjadi gugat perawat. (Carpenito, 2006).

Diagnosa keperawatan yang muncul pada Tn. UA adalah nyeri

berhubungan dengan proses inflamsi pada sendi, hambatan mobilitas fisik

berhubungan dengan ujung tulang dan sendi, perubahan pola istirahat


berhubungan dengan nyeri, intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan

fisik.

Secara teoritis diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan

arthritis rheumatoid hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan

pembatasan gerakan sendim nyeri akut yang berhubungan dengan pembengkakan,

inflamsi sendi dan keterbatasan gerak, keletihan yang berhubungan dengan

inflamasi kronis, resiko ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik

yang berhubungan dengan ketidakcukupan pengetahuan tentang kondisi, terapi

farmakoligis, program latihan, istirahat VS, aktivitas, mitos dan sumber

komunitas. (Carpenito, 2007).

Dari data diatas dapat dilihat terdapat perbedaan antara diagnosa yang

mnuncul pada kasus dengan diagnosa yang terdapat pada teoritis, diagnosa yang

ada pada teoritis, namun tidak terdapat pada kasus yaitu pada diagnosa keletihan

yang berhubungan dengan proses inflamasi kronis, resiko ketidakefektifan

penatalaksanaan program terapeutik yang berhubungan dengan ketidakcukupan

pengetahuan tentang kondisi, terapi farmakologis, program latihan, istirahat vs,

aktivitas, mitos dan sumber komunitas. Hal ini terjadi karena mekanisme

pertahanan tubuh setiap individu berbeda. Diagnosa yang terdapat pada kasus,

namun tidak teradapat pada teoritis adalah diagnosa perubahan pola istirahat

berhubungan dengan nyeri, intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan

fisik.

Adapun diagnosa yang muncul pada Tn.UA adalah nyeri yang berhubungan

dengan proses inflamsi pada sendi ditandai dengan data subjektif pasien

mengeluh nyeri dibagian tangan kiri dan kaki kanan dengan data objektif keadaan

umum lemah, ekspresi wajah meringis, skala nyeri 6, tekanan darah 140/90
mmHg, suhu 36,6 0C, nadi x/i dan respirasi x/i, nyeri tekan pada tangan kiri dan

kaki kanan melalui pemeriksaan palpasi.

Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan ujung tulang dan

sendi ditandai dengan data subjektif. Pasien mengatakan ekstremitas bawah

bagian kanan sulit untuk digerakkan, pasien mengeluh lemah dengan data objektif

keadaan umum lemah, pasien dalam mobilisasi dibantu oleh perawat atau

keluarga, ekstremitas atas kekuatan otot bagian kiri 25%, tidak ada lesi,

ekstremitas bawah kekuatan otot bagian kanan 10%, tidak ada lesi, reflek otot

patella pasien abnormal, tekanan darah 140/90 mmHg, suhu 36,6 0C, nadi 76 x/i,

respirasi 24 x/i.

Perubahan pola istirahat berhubungan dengan nyeri dengan data subjektif

pasien mengatakan tidak dapat istirahat karena nyeri dibagian tangan kiri dan kaki

kanan, pasien mengeluh nyeri kepala dengan data objektif keadaan umum lemah,

wajah pucat, palpebra hitam, pasien tidur sehari semalam ± 4-5 jam perhari, skala

nyeri 6.

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik dengan data

subjektif pasien mengatakan tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari (seperti

makan, mandi, BAB/BAK) karena anggota gerak terasa kaku, pasien mengeluh

lemah dengan data objektif keadaan umum lemah, aktivitas pasien (seperti

makan, mandi, BAB/BAK) dibantu oleh perawat atau keluarga pasien, tekanan

darah 140/90 mmHg, suhu 36 0C, nadi 76 x/i dan respirasi 24 x/i.

C. Perencanaan

Perencanaan dirumuskan berdasarkan masalah yang timbul dan

diperioritaskan sesuai dengan kebutuhan Tn.UA dan dimodifikasikan sesuai


dengan konsep dasar. Pada diagnosa pertama, nyeri berhubungan dengan proses

inflamasi pada sendi, tujuan yang ingin dicapai yaitu nyeri berkurang dengan

kriteria hasil pasien tidak lagi mengeluh nyeri, pasien tampak tenang, keadaan

umum membaik, maka disusunlah rencana tindakan yang meliputi kaji tingkat

nyeri dengan menggunakan skala nyeri 1-10. Monitor dan catat tanda-tanda vital

setiap 2 jam sekali, anjurkan untuk sering mengubah posisi, anjurkan pasien

mandi air hangat pada waktu bangun dan waktu tidur, anjurkan pada pasien untuk

istirahat total selama serangan nyeri, kolaborasikan dengan tim medis untuk

mendapatkan obat anti nyeri.

Secara teoritis intervensi yang diberikan pada diagnosa nyeri adalah selidiki

keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0-10), berikan matras/kasur keras,

bantal kecil, tinggikan linen tempat tidur sesuai kebutuhan, tempatkan/pantau

penggunaan bantal, karung pasir, dorong untuk sering mengubah posisi, anjurkan

pasien untuk mandi air hangat atau mandi pancuran pada saat bangun/waktu tidur,

berikan masase yang lembut, kolaborasi: berikan obat-obatan sesuai petunjuk.

(Doenges, 2000).

Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan ujung tulang dan

sendi, tujuan yang ingin dicapai yaitu pasien dapat melakukan mobilitas pasien,

dengan kriteria hasil fungsi motorik ekstremitas bawah bagian kanan dan

ekstremitas atas bagian kiri meningkat (normal), pasien mampu melakukan

kegiatan secara mandiri, pasien mampu berjalan tampa bantuan orang lain,

keadaan umum membaik, maka disusunlah rencana tindakan yang meliputi kaji

keluhan pasien, bantu pasien dalam melakukan latihan gerak sehari-hari, beri

masase pada ekstremitas yang mengalami kelemahan, lakukan latihan aktif dan

pasif bagi pasien, koordinasi upaya rehabilitasi fisioterapi.


Secara teoritis intervensi yang diberikan pada diagnosa hambatan mobilitas

fisik adalah evaluasi/lanjutkan pemantauan tingkat inflamasi/rasa sakit pada

sendi, pertahankan istirahat tirah baring/ duduk jika diperlukan jadwal aktivitas

untuk memberikan periode istirahat yang terus menerus dan tidur malam hari

yang tidak terganggu, bantu dengan rentang gerak aktif/pasif, posisikan dengan

bantal, kantung pasir, gulungan trokanter, bebat, brace, dorong pasien

mempertahankan postur tegak dan duduk tinggi, berdiri dan berjalan, kolaborasi :

konsul dengan fisioterapi. (Doenges, 2000).

Perubahan pola istirahat berhubungan dengan nyeri, tujuan yang ingin

dicapai yaitu kebutuhan istirahat pasien dapat terpenuhi dengan kriteria hasil

keadaan umum membaik, pasien dapat beristirahat dengan tenang, wajah tampak

ceria. Maka disusunlah rencana tindakan yang meliputi atur posisi tidur yang

nyaman, ciptakan suasana yang tenang dan nyaman, tanyakan pada pasien tentang

faktor-faktor yang memudahkan pasien tidur, batasi pengunjung.

Secara teoritis intervensi yang diberikan pada diagnosa perubahan pola

istirahat berhubungan dengan nyeri adalah kaji tingkat kebutuhan istirahat pasien,

kaji faktor penyebab perubahan pola tidur, anjurkan untuk memilih posisi tidur,

ciptakan suasana yang nyaman, batasi pengunjung (Doenges, 2002).

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik, tujuan yang

ingin dicapai yaitu aktivitas pasien terpenuhi dengan kriteria hasil keadaan umum

membaik, pasien dapat melalukan aktivitas sendiri, maka disusunlah rencana

tindakan yang meliputi berikan bantuan pada aktivitas kehidupan sehari-hari

sesuai kebutuhan dan rencanakan istirahat selama siang hari, bantu aktivitas

perawatan diri yang diperlukan, jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana

pengobatan dan perlunya keseimbangan aktivitas istirahat.


Secara teoritis intervensi yang diberikan adalah tingkatan tirah baring

duduk, ubah posisi dengan sering, tingkatkan aktivitas sesuai dengan toleransi,

berikan obat sesuai dengan indikasi. (Doenges, 2002).

D. Implementasi

Implementasi keperawatan yang dilakukan sesuai dengan rencana

keperawatan yang telah disusun, pada diagnosa pertama nyeri, tindakan yang

diberikan adalah mengkaji dan mencatat tingkat nyeri yang dialami pasien,

menyarankan pada keluarga agar menjaga ketenangan dan kenyamanan saat

pasien istirahat/tidur, mengamati perkembangan/pengurangan terjadi nyeri,

melakukan pengukuran tanda-tanda vital setiap 2 jam sekali, menjelaskan pada

pasien dan keluarga pentingnya mengetahui tanda-tanda vital, menganjurkan

pasien untuk mengubah posisi baik sim kanan atau sim kiri sesuai dengan

keinginan pasien, menganjurkan pasien untuk mandi air hangat pada waktu

bangun dan waktu tidur, mengompres sendi-sendi yang sakit beberapa kali sehari

dengan menggunakan air hangat, menjelaskan pada pasien bahwa nyeri pada

tangan kiri dan kaki kanan berkurang bila pasien beristirahat, menganjurkan pada

keluarga agar tidak membiarkan tamu masuk kedalam ruangan selagi pasien tidur,

memberikan obat injeksi yang diinstruksikan oleh dokter, menganjurkan pasien

minum obat secara teratur.

Secara teoritis implementasi yang diberikan adalah menyelidiki keluhan

nyeri, mencatat lokasi dan mengintensitas (skala 0-10), memberikan matras/kasur

keras, bantal kecil, meninggikan linen tempat tidur sesuai kebutuhan,

menempatkan atau memantau penggunaan bantal, karung pasir, mendorong untuk

sering mengubah posisi, menganjurkan pasien untuk mandi air hangat atau mandi
pancuran pada saat bangun/waktu tidur, memberikan masase yang lembut,

mengkolaborasi memberikan obat-obatan sesuai petunjuk. (Doenges, 2000).

Pada diagnosa kedua hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan

kerusakan ujung tulang dan sendi, tindakan yang diberikan adalah mengkaji

keluhan pasien disaat melakukan aktivitas, memantau keadaan pasien setiap saat,

menganjurkan kepada keluarga agar menjaga posisi baring pada pasien yang

fungsional, menganjurkan kepada keluarga untuk sering melatih gerakan pada

anggota gerak yang lemah, melakukan masase pada daerah tangan kiri dan kaki

kanan secara lembut, merubah posisi pasien setiap 2 jam sekali, melakukan

latihan aktif dan pasif bagi pasien, melakukan latihan pergerakan atau melakukan

range of motion (ROM) bagi pasien, mengkoordinasi upaya rehabilitasi

fisioterapi pada waktu pagi hari dengan ahli fisioterapi, memonitor tanda-tanda

vital setiap 2 jam sekali.

Secara teoritis implementasi yang diberikan adalah mengevaluasi/

melanjutkan pemantauan tingkat inflamasi/rasa sakit pada sendi,

mempertahankan istirahat tirah baring /duduk jika diperlukan jadwal aktivitas

untuk memberikan periode istirahat yang terus menerus dan tidur malam hari

yang tidak terganggu, membantu dengan rentang gerak aktif/pasif, memposisikan

dengan bantal, kantung pasir, gulungan trokanter, bebat, brace, mendorong pasien

mempertahankan postur gerak dan duduk tinggi, berdiri dan berjalan,

mengkolaborasi : konsul dengan fisioterapi. (Doenges, 2000).

Pada diagnosa ketiga perubahan pola istirahat berhubungan dengan nyeri,

tindakan yang diberikan adalah mengatur posisi tidur semi fowler atau fowler

berganti arah sesuai keinginan pasien, mengajurkan pada keluarga agar tidak ribut

dalam ruangan, menganjurkan agar tamu yang datang secara bergantian,


menanyakkan pada pasien tentang faktor yang memudahkan pasien tidur,

menyarankan pada keluarga agar tidak membiarkan tamu masuk kedalam ruangan

selagi pasien tidur, menganjurkan pada keluarga agar pengunjung yang datang

secara bergantian.

Secara teoritis implementasi yang diberikan adalah mengkaji tingkat

kebutuhan istirahat pasien, mengkaji faktor penyebab perubahan pola tidur,

menganjurkan untuk memilih posisi tidur, menciptakan suasana yang nyaman,

membatasi pengunjung. (Doenges, 2002).

Pada diagnosa keempat intoleransi aktivitas berhubungan dengan

kelemahan fisik, tindakan yang diberikan adalah memberikan bantuan pada

aktivitas sehari-hari sesuai kebutuhan, menganjurkan keluarga untuk membantu

pasien dalam melakukan aktivitas sehari-harinya, membantu pasien dalam

aktivitas perawatan diri, menganjurkan keluarga untuk membantu perawatan

pasien, menganjurkan pasien tirah baring untuk mempercepat proses

penyembuhan, menganjurkan pada keluarga pentingnya istirahat untuk proses

penyembuhan.

Secara teoritis implementasi yang diberikan adalah meningkatkan tirah

baring duduk, mengubah posisi dengan sering, meningkatkan aktivitas sesuai

toleransi, memberikan obat sesuai indikasi. (Doenges, 2002).

E. Evaluasi

Adapun hasil evaluasi asuhan keperawatan yang dilakukan sesuai dengan

masalah yang timbul pada Tn.UA dengan arthritis reumatoid, semua masalah

yang timbul dapat teratasi pada diagnosa pertama, nyeri berhubungan dengan

proses inflamasi pada sendi, masalah dapat teratasi pada hari ketiga perawatan.
Diagnosa kedua, hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan

ujung tulang dan sendi, masalah dapat teratasi pada hari terakhir perawatan.

Diagnosa ketiga, perubahan pola istirahat berhubungan dengan nyeri,

masalah dapat teratasi pada hari ketiga perawatan.

Diagnosa keempat, intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan

fisik, masalah dapat teratasi pada hari terakhir perawatan.


BAB III

PENUTUP

Berdasarkan hasil penatalaksanaan asuhan keperawatan pada Tn.UA di ruang

rawat inap penyakit saraf Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Pidie sejak tanggal

29 oktober 2010 sampai dengan 01 november 2010, maka penulis dapat menarik

kesimpulan dan saran-saran yang bermanfaat untuk pelaksanaan asuhan keperawatan

pada pasien dengan arthritis rheumatoid di masa-masa yang akan datang.

A. Kesimpulan

1. Arthritis reumatoid yang disingkat AR atau RA merupakan penyakit automun

dengan proses peradangan menahun yang tersebar diseluruh tubuh, mencakup

keterlibatan sendi dan berbagai organ diluar persendian.

2. Berdasarkan pengkajian yang penulis lakukan pada Tn.UA maka diketahui

penyebab arthritis reumatoid adalah makan makanan yang mengandung

banyak lemak seperti kerupuk melinjo, bunga kol dan makanan tersebut dapat

memperparah arthritis reumatoid.

3. Permasalahan yang penulis temukan pada Tn.UA dengan arthritis reumatoid

yaitu nyeri berhubungan dengan proses inflamasi pada sendi, hambatan

mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan ujung tulang dan sendi,

perubahan pola istirahat berhubungan dengan nyeri dengan intoleransi

aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.

4. Perencanaan keperawatan untuk mengatasi masalah yang timbul pada Tn. UA

sesuai masalah yang timbul pada pasien dalam masa perawatan. Kemudian

penulis perioritaskan rencana tindakan sesuai dengan kebutuhan pasien,


kondisi dan fasilitas serta sarana dan kebijaksanaan Rumah Sakit Umum

Daerah Kabupaten Pidie.

5. Penatalaksanaan keperawatan didasarkan pada perioritas masalah yang telah

ditetapkan, pada prinsipnya semua rencana tindakan keperawatan dapat

diberikan pada pasien Tn.UA hal ini karena adanya dukungan dari pasien,

keluarga dan tim kesehatan.

6. Evaluasi dan asuhan keperawatan yang telah penulis berikan pada Tn.UA

adalah semua masalah keperawatan dapat teratasi pada hari terakhir

perawatan.

B. Saran –Saran

1. Untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan khususnya pada asuhan

keperawatan dengan arthritis reumatoid perawat sebagai pelaksana asuhan

keperawatan harus terus meningkatkan profesionalisme baik dari segi sikap,

pengetahuan dan keterampilan.

2. Kepada institusi pelayanan kesehatan yaitu Rumah Sakit Umum Daerah

Kabupaten Pidie setidaknya lebih meningkatkan mutu pelayanan kesehatan

dan keperawatan sehingga hari keperawatan dapat diminimalkan.

3. Hendaknya pasien dengan arthritis reumatoid dapat mematuhi segala anjuran

yang telah ditetapkan oleh perawat, sehingga proses penyembuhan dapat

berlangsung dengan lebih cepat.

4. Untuk menunjang keberhasilan program pengobatan dan perawatan pasien

dengan arthritis reumatoid sangat diharapkan adanya kerja sama yang baik
dan saling mendukung antat tim kesehatan, sehingga akan dicapai hasil yang

optimal.

5. Untuk pasien atau keluarga yang menderita arthritis reumatoid perlu

memperhatikan nasehat atau anjuran-anjuran selama perawatan.


DAFTAR PUSTAKA
Chairuddin, Rasjad, 2007, Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi, Edisi 3, yarsif
Watampone, Jakarta.

Carpenito – Moyet, Lynda Juall, 2007, Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Edisi 10,
EGC, Jakarta.

Carpenito – Moyet, Lynda Juall, 2006, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 8, EGC,
Jakarta.

Dr. Salma, 2011. http://.www.Majalahkesehatan.com/pantangan-dan-anjuran-


bagi-penderita-asam-urat/rheumatoid artritis. [25 Maret 2011].

Dalimartha, Setiawan, 2008, Buku Ajar Asuhan keperawatan Klien Gangguan


Sistem Muskuloskeletal, EGC, Jakarta

Doenges, Marilynn E, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, EGC,
Jakarta.

Doenges, Marilynn E, 2002, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, EGC, Jakarta.

Lemone & burke, 2001, Kapita Selekta Kedokteran, FKUI, Jakarta

Muttaqin, Arif. 2008, Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Persarafan, Selemba Medika, Jakarta.

Mansjoer, Arif et All, 2001, Kapita Selekta Kodokteran, Edisi 3, Media Aescalalus,
Jakarta.

Parakarma, Candarsoma, 2005, Ringkasan patologi Anatomi, EGC, Jakarta.

Reeves, Charlene J, Roux, Gayle, Lockhart, Robin, 2001, Keperawatan Medikal


Bedah, Salemba Medika, Jakarta.

Rumah Sakit Umum Daerah Sigli, 2008.

Smeltzer, Suzanne C, 2001, Buku Ajar keperawatan Medikal-Bedah Brunner &


Suddarth, EGC, Jakarta.

Smeltzer, Suzanne C, 2002, Buku Ajar keperawatan Medikal-Bedah Brunner &


Suddarth, Edisi 8, Vol. 3, EGC, Jakarta.

Tarwato, Wartonaha, Eros Siti Suryati, 2007 Keperawatan Medikal Bedah


Gangguan Sistem Persarafan, Sagung Seto, Jakarta.
Lampiran I

PROSES KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Riwayat Keperawatan

a. Identitas Pasien

Nama : Tn. UA

Umur : 63 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Alamat : Jurong Pande /Glp. Tiji

Suku Bangsa : Aceh

Pendidikan : PGA

Pekerjaan : Pensiunan PNS/Petani

Tanggal masuk : 27 – 10 – 2010

Tanggal Pengkajian : 29 – 10 – 2010

Jam : 09.00 Wib

Ruang rawat : Penyakit saraf

No.cm : 093740

Diagnosa medis : Rheumatoid Arthritis

b. Riwayat Kesehatan Sekarang

1) Keluhan utama

Pasien mengeluh tangan kiri dan kaki kanan terasa nyeri


2) Riwayat penyakit sekarang

Pasien tiba di ruang tanggal 27 oktober 2010, pada jam 10.30 wib

dengan keluhan tangan kiri dan kaki kanan terasa nyeri, nyeri kepala

dan ekstremitas bawah bagian kanan kulit untuk digerakkan dan pasien

juga mengeluh jari-jari tangan dan kaki terasa kaku.

3) Riwayat penyakit dahulu

Menurut keterangan pasien bahwa pasien pernah mengalami penyakit

yang dideritanya sekarang 2 tahun yang lalu dan pernah dirawat di

Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Pidie.

4) Riwayat penyakit keluarga

Menurut keterangan pasien dan keluarganya, dalam keluarga tidak ada

yang menderita penyakit yang dialami sekarang. Tidak

ada dalam keuarga pasien yang menderita penyakit menular atau

penyakit keturunan lainnya seperti diabetes mellitus, stroke, hipertensi.

5) Genogram Keluarga

63
Keterangan :

: Laki-laki

: Laki-laki meninggal

: Perempuan

: Perempuan Meninggal

: Yang tinggal serumah

: Pasien

c. Pola Kebiasaan Sehari-hari

1) Pola nutrisi

Sebelum sakit pasien makan 3 kali sehari dengan menu nasi, lauk pauk

dan pasien suka makan, makanan yang berminyak, daging, kacang-

kacangan dan pasien juga suka mengkonsumsi sayur-sayuran seperti

bunga kol, tauge dan kerupuk melinjo. Pasien suka minum air kopi,

teh, serta air putih ± 3 liter perhari.

Selama sakit pada nafsu makan pasien tidak mengalami perubahan

(normal) akan tetapi pasien tidak lagi mengkonsumsi sayuran seperti

kacang-kacangan, bunga kol dan tauge serta kerupuk melinjo dan pola

minum pasien hanya air putih saja ± 3 liter perhari.

2) Pola nutrisi/tidur

Sebelum sakit pola istirahat pasien tidak mengalami perubahan, sehari

semalam pasien tidur ± 8 jam. Pasien tidur malam dari jam 22.00 Wib

sd 05.00 wib dan ditambah tidur siang dari jam 15.00 wib sd 16.00

wib.
Selama sakit pasien tidak dapat tidur karena ekstremitas bawah bagian

kanan terasa nyeri dan sulit untuk digerakkan, pasien hanya dapat tidur

sehari semalam ± 4 – 5 jam sehari.

3) Pola eliminasi

Sebelum sakit : BAB (Buang Air Besar) 1 sampai 2 kali dengan

konsistensi feses setengah padat berwarna kuning, BAK (Buang Air

Kecil) pasien 3 sampai 6 kali sehari dengan konsistensi warna oranye,

berbau khas dan tidak ada endapan.

Selama sakit : BAB pasien tidak mengalami gangguan, pasien BAB 1

kali sehari dengan konsistensi feses lunak, berwarna kuning sedangkan

BAK 3 sampai 6 kali sehari dengan konsistensi warna oranye berbau

khas dan tidak ada endapan.

4) Pola aktivitas

Sebelum sakit : aktivitas pasien tidak terganggu dan pasien dapat

melaksanakan aktivitas sehari-harinya sebagai petani.

Selama sakit : segala bentuk aktivitas tidak dapat dilakukan oleh

pasien sendiri, karena pasien lemah nyeri sendi dibagian tangan dan

kaki, aktivitas pasien dibantu oleh keluarganya dan perawat dan pasien

dianjurkan lebih banyak istirahat.

5) Personal hygiene

Sebelum sakit : pasien mandi 2x sehari pagi dan sore memakai sabun

mandi, gosok gigi 1x sehari, ganti baju 1x sehari dan pasien sering

merawat kebersihan kuku.


Selama sakit : pasien hanya diseka oleh perawat atau keluarga pasien.

d. Data Psikologi

Dalam rawatan ekspresi wajah pasien terlihat pasrah akan penyakit

yang dideritanya sekarang pasien merasa tenang dengan keadaan dirinya

dan ingin cepat sembuh.

e. Data Sosial

Pasien sangat ramah dan seorang tokoh masyarakat yang selalu

berinteraksi dengan baik, baik dengan keluarga, perawat dan lingkungan

sekitar rumah sakit.

f. Data Spritual

Pasien adalah seorang muslim yang taat beribadah kepada Allah SWT,

selama rawatan pasien tidak dapat melakukan kewajibannya kepada tuhan,

pasien banyak berdoa untuk kesembuhan penyakitnya dan yakin bahwa

penyakitnya akan sembuh dengan pertolongan Allah SWT.


2. Pemeriksaan Fisik

a. Pemeriksaan Umum

1) Keadaan umum : Lemah

2) Kesadaran : Compos menthis

3) Tinggi badan : 170 cm

4) Berat badan : 70 kg

5) Vital sign : Tekanan darah : 140/90 mmHg

Respirasi : 24 x/menit

Denyut nadi : 76 x/menit

Temperature : 36,6 0C

6) Skala nyeri :6

b. Pemeriksaan Khusus

1) Inspeksi

 Kepala : Bentuk simetris, rambut berwarna hitam dan

beruban, tidak ada benjolan dan kebersihan ada.

 Mata : Cekung, palpebra hitam, konjungtiva pucat dan

pupil reflek terhadap cahaya.

 Wajah : Pucat, ekspresi wajah meringis

 Mulut/Gigi : Bibir kering, mukosa mulut kering, kebersihan

ada, terdapat karies, gigi tidak lengkap.

 Hidung : Fungsi penciuman baik, bentuk simetris, tidak ada

sekret.
 Telinga : Pendengaran baik, tidak ada serumen

 Leher : Tidak ada pembengkalan kelenjar tiroid

 Dada : Akspirasi memanjang ada refleksi, bentuk

simetris

 Abdomen : Peristaltik usus baik, bentuk simetris

 Punggung : Tidak dijumpai dekubitus

 Ekstremitas : Ekstremitas kanan dan kiri mengalami kelemahan

 Ekstremitas atas : Bagian kanan kekuatan otot 100%, tidak

ada lesi dan bagian kiri kekuatan otot

25%, tidak ada lesi.

 Ekstremitas Bawah : Bagian kanan kekuatan otot 18%, tidak

ada lesi dan bagian kiri kekuatan otot

100%, tidak ada lesi.

 Kulit : Warna sawo matang, tidak ada lesi, kulit kering,

kebersihan tidak ada.

2) Palpasi : Nyeri tekan pada tangan kiri dan kaki kanan, turgor kulit

jelek.

3) Pemeriksaan reflek dengan cara perkusi

a. Reflek bisep

Pasien masih merasakan kontraksi otot bisep lengan kanan.

b. Reflek radius

Lengan bawah dapat difleksikan.


c. Reflek Trisep

Hasilnya positif (normal), masih ada kontraksi otot trisep dan

gerakan eksistensi lengan bawah dan otot trisep lengan tangan

kanan masih terjadi kontraksi.

d. Reflek patella

Reflek patella tidak bisa dirasakan pada kaki kanan, sedangkan

tendon kaki kiri masih bagus (positif).

e. Reflek Achiles

Tidak adanya reaksi fleksi plantar dari kaki kanan dan tidak juga

didapatkan kontraksi gastrokemius. Sedangkan reflek tendon tumit

kaki kiri masih positif.

f. Reflek babinski

Positif terjadi respon gerakan ibu jari kaki dorsofleksi dan jari-

jarinya bergerak saling menjahui (mengembang) dan kaki kiri

hasilnya masih normal.

4) Auskultasi : pada bagian abdomen bunyi suara peristaltik usus normal.

3. Pemeriksaan Neurologi

a. Tingkat kesadaran : Compos mentis

b. Memori : Dalam mengingat jangka panjang pasien

waktu sepenuhnya.

c. Bicara : Sangat jelas apa yang dikatakan.


4. Penilaian Glasgow Coma Scale

a. Glasgow Coma Scale (GCS) : E4 V5 M6

b. Mervus (ranial)

1. Alfaktorius (1) : Bisa membau/sensasi terhadap bau-bauan.

2. Optikus (II) : Lapang pandang

3. Okulomotorius (III) : Reflek pupil normal

4. Trokhearis dan Abducen (IV,VI) : Pergerakan bola mata dan klopak

mata normal.

5. Trigeminus (V) : Sensasi pada wajah masih normal

6. Fasialis (VII) : Ekspresi wajah meringis, gerakan otot wajah

normal, sekresi air mata dan ludah.

7. Akustikus (VIII) : Pendengaran dan keseimbangan

8. Glosofaringius (IX) : Kemampuan menelan, pergerakan lidah

normal.

9. Vagus (x) : Sensasi faring, laring normal.

10. Accessories (IX) : Pergerakan kepala, otot leher dan bahu normal

11. Hipoglosus (XII) : Gerakan lidah normal, bisa mengeluarkan

lidah seperti biasa (normal).


5. Pemeriksaan Penunjang

A. Pemeriksaan Darah Lengkap

KIMIA KLINIK
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Pemeriksaan Darah Lengkap
 Gula darah puasa 88 80 – 140 Mg/dl
(N) 80 – 125 Mg/dl
 Gula darah PP 27 100 – 140 Mg/dl
 Ureum 1,0 15 – 45 Mg/dl

 Creatinin 5,6 ( ) 0,7 – 1,2 Mg/dl ( ) 0,5-09 mg/dl


254 ( ) 3,4 – 7,0 Mg/dl.( ) 2,5 – 6,0
 Asam urat
33 mg/dl < 200 mg/dl
 Cholesterol total
196 ( ) >35 mg/dl . ( ) >45 mg/dl
 HDL Cholesterol
124 <150 mg/dl
 LDL Cholesterol
<200 mg/dl
 Trigliserida
URINALISA
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
 Protein - (-) Negatif
 Glukosa - (-) Negatif

 Bilirubin - (-) Negatif

 Sedimen
 Eritrosit 0–1 0 – 1 /LPB

 Leukosit 1–2 0 – 5 /LPB

 Epitel 1–2
+2
 Phospat

Pengobatan

 Bedrest total

 Diet MII

 IVFD RL 20 tts/menit, diberikan dari pertama masuk rumah sakit


 Injeksi Cefotaxime 1gr/12 jam

Citicolin 250 mg/12 jam

Ranitidine 10/12 jam

Ondecentron 10 / 8 jam

 Oral drug : B Complek 2 x 1

Acetaminoven 3 x 1

Aspirin 3 x 1
B. ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah


1. Data Subjektif Proses inflamasi Nyeri
 Pasien mengeluh nyeri pada sendi
dibagian tangan kiri dan kaki
kanan.

Data Objektif :
 Keadaan umum : lemah
 Ekspresi wajah meringis
 Skala nyeri 6
 Tanda-tanda vital
TD : 140/90 mmHg
Suhu : 36,6 0C
HR : 76 x/menit
RR : 24 x/menit
 Nyeri tekan pada tangan
kiri dan kaki kanan melalui
pemeriksaan palpasi.
2. Data Subjektif : Kerusakan ujung Hambatan
 Pasien mengatakan tulang dan sendi mobilitas fisik
ekstremitas bawah bagian
kanan sulit untuk gerakan.
 Pasien mengeluh lemah

Data Objektif
 Keadaan umum : lemah
 Pasien dalam mobilisasi
dibantu oleh perawat atau
keluarga.
 Ekstremitas atas kekuatan
otot bagian kiri 25%, tidak ada
lesi.
 Ekstremitas bawah
kekuatan otot bagian kanan
10%, tidak ada lesi.
 Reflek otot patella pasien
abnormal.
No Data Etiologi Masalah
 Tanda-tanda vital
TD : 140/90 mmHg
Suhu : 36,6 0C
HR : 76 x/menit
RR : 24 x/menit
3. Data Subjektif : Nyeri Perubahan Pola
 Pasien mengatakan tidak Istirahat
dapat istirahat karena nyeri
dibagian tangan kiri dan kaki
kanan dan pasien mengeluh
nyeri kepala.

Data Objektif :
 Keadaan umum : lemah
 Wajah pucat
 Palpebra hitam
 Pasien tidur sehari
semalam ± 4 – 5 jam perhari.
 Skala nyeri 6
4. Data Subjektif : Kelemahan fisik Intoleransi aktifitas
 Pasien mengatakan tidak
dapat melakukan aktivitas
sehari-hari (seperti makan,
mandi, BAB/BAK) karena
anggota gerak terasa kaku.
 Pasien mengeluh lemah

Data Objektif
 Keadaan umum lemah
 Aktivitas pasien (seperti
makan, mandi, BAB/BAK)
dibantu oleh perawat atau
keluarga pasien.
 Tanda-tanda vital :
TD : 140/90 mmHg
Suhu : 36,6 0C
HR : 76 x/menit
RR : 24 x/menit
C. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan hasil pengkajian dan analisa data, maka dapa ditegakkan

diagnosa keperawatan berdasarkan perioritas masalah :

1. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi pada sendi

2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan ujung tulang dan

sendi.

3. Perubahan pola istirahat berhubungan dengan nyeri.

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.


D. Rencana Keperawatan

Hari Diagnosa Perencanaan


No Implementasi Evaluasi
/Tanggal Keperawatan Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi Rasionalisasi
1. 29 Oktober Nyeri berhubungan Nyeri berkurang dengan 1. Kaji 1. Untu 1.1 Mengkaji dan Jam 14.00 Wib
2010 dengan peradangan kriteria hasil : tingkat nyeri dengan k mengetahui mencatat tingkat S : Pasien
Jam 09.00 pada sendi ditandai  Pasien menggunakan skala tingkat nyeri yang nyeri yang dialami mengeluh
Wib dengan : tidak lagi mengeluh nyeri 1-10. (1-3 nyeri dialami pasien. pasien skala nyeri nyeri dibagian
Data Subjekif : nyeri. ringan, 4-6 nyeri 6. tangan kiri dan
 Pasi  Pasien sedang, 7-9 nyeri 1.2 Menyarakan pada kaki kanan
en mengeluh nyeri tampak tenang. berat, 10 sangat nyeri. keluarga agar (skala nyeri 6)
dibagian tangan  Keadaa menjaga O : - Skala nyeri 6
kiri dan kaki n umum membaik. ketenangan dan - Ekspresi
kanan (skala nyeri kenyamanan saat wajah
6). pasien tampak
Data Objektif : istirahat/tidur. meringis
 Kea 1.3 Mengamati - Keadaan
daan umum perkembangan/ umum lemah
lemah. pengurangan - Tanda-tanda
 Eksp terjadinya nyeri. vital:
resi wajah TD : 140/90
meringis. 2. Monitor 2.1 Melakukan mmHg.
 Skal dan catat tanda-tanda 2. Untu pengukuran tanda- Suhu : 36,5
a nyeri 6 vital setiap 2 jam k mengetahui tanda vital setiap 2 0
C.
 Tand sekali. keadaan tanda- jam sekali HR : 76
a-tanda vital : tanda vital pasien Td : 140/90 mmHg x/menit
TD :140/90 sehingga dapat Suhu : 36,5 0C RR : 24
dilakukan tindakan HR : 78 x/menit x/menit
mmHg
selanjutnya. RR : 24 x/menit A : Masalah
Suhu : 36,6 0C 2.2 Menjelaskan pada teratasi
HR :76x/menit pasien dan keluarga P : Tindakan
RR :24x/menit pentingnya dilanjutkan.
 Mela mengetahui tanda-
lui pemeriksaan tanda vital.
palpasi, nyeri
tekan pada tangan
kiri dan kaki
kanan.
Hari Diagnosa Perencanaan
No Implementasi Evaluasi
/Tanggal Keperawatan Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi Rasionalisasi
3. Anjurka 3. Menc 3.1 Menganjurka
n untuk sering egah terjadinya n pasien untuk
mengubah posisi. nyeri dan ke mengubah posisi
kakuan sendi. baik SIM kanan
atau SIM kiri sesuai
dengan keinginan
pasien.

4. Anjurka 4. Panas 4.1 Menganjurkan


n pasien untuk mandi dapat pasien untuk mandi
air hangat pada waktu meningkatkan air hangat pada
bangun dan waktu relaksasi otot dan waktu bagian dan
tidur. menurunkan rasa waktu tidur.
sakit serta 4.2 Mengompres
melepaskan sendi-sendi yang
kekakuan di pagi sakit beberapa kali
hari. sehari dengan
menggunakan air
hangat.

5. Anjurka 5.1 Menganjurkan


n pada pasien untuk 5. Untu pada keluarga agar
istirahat total selama k mengurangi kerja tidak membiarkan
serangan nyeri. otot jantung tamu masuk ke
sehingga suplay dalam ruangan
darah dan O2 selagi pasien tidur.
mencukupi ke
seluruh otot
jantung yang dapat
mengurangi
timbulnya nyeri.
Hari Diagnosa Perencanaan
No Implementasi Evaluasi
/Tanggal Keperawatan Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi Rasionalisasi
6. Kolabor 6. Pemb 6.1 Memberikan obat
asi dengan tim medis erian obat anti injeksi yang
untuk mendapatkan nyeri dapat diinstruksikan oleh
obat anti nyeri. membantu proses dokter.
penyembuhan dan Ij. Cefotaxime
menghilangkan 1gr/12 jam,
rasa nyeri. Ranitidine 1ap/12
jam, Citicoline 250
mg/12 jam,
Ondecentron 1
ap/8jam, pada jam
12.00 dan 24.00
Wib.
6.2 Menganjurkan
pasien minum obat
secara teratur.
Acitaminoven 3x1,
Aspirin 3x1,
B.Complek 2x1.

Hari Diagnosa Perencanaan


No Implementasi Evaluasi
2. 29 Oktober Hambatan mobilitas Pasien dapat melakukan 1. Kaji 1. Untuk 1.1 Mengkaji keluhan Jam 14.00 Wib
2010 fisik berhubungan mobilitas mobilitas keluhan pasien mengindentifikasi pasien disaat S : Pasien
Jam 09.00 dengan kerusakan fisik dengan kriteria masalah-masalah melakukan mengatakan
Wib ujung tulang dan hasil: pasien. aktifitas. ekstremitas
sendi. Di tandai  Fungsi 1.2 Memantau keadaan bawah bagian
dengan : motorik ekstremitas pasien setiap saat. kanan sulit
Data Objektif: bawah bagian kanan untuk
 Pasi dan ekstremitas atas 2. Dapat 2.1 Menganjurkan digerakkan.
en mengatakan bagian kiri 2. Bantu merentangkan otot kepada keluarga O:
ekstremitas bawah meningkat (normal). pasien dalam motorik dan agar menjaga posisi  Ke
bagian kanan sulit  Pasien melakukan latihan mencegah baring pada pasien adaaan
untuk digerakkan. mampu melakukan gerak sehari-hari. kekakuan sendi dan yang fungsional. umum
 Pasi kegiatan secara kontraktur. 2.2 Menganjurkan lemah.
en mengeluh mandiri. kepada keluarga  Pas
lemah.  Pasien untuk sering ien masih
mampu berjalan melatih gerakan dibantu oleh
Data Objektif: tampa bantuan orang pada anggota gerak perawat dan
 Kea lain yang lemah. keluarga
daan umum  Keadaa dalam
lemah. n umum membaik. 3. Diharapkan 3.1 Melakukan masase mobilisasi.
 Pasi dapat pada daerah tangan  Ke
en dalam 3. Beri merangsang/memb kiri dan kaki kanan kuatan otot
mobilisasi dibantu masase pada erikan ransangan secara lembut. ekstremitas
oleh perawat atau ekstremitas yang pada serabut- 3.2 Merubah posisi atas bagian
keluarga. mengalami serabut saraf pasien setiap 2 jam kiri 25%
 Ekst kelemahan. ekstremitas. sekali. tidak ada
remitas atas lesi.
kekuatan otot 4.1 Melakukan latihan  Ke
bagian kiri 25%, 4. Untuk aktif dan pasif bagi kuatan otot
tidak ada lesi. mempercepat pasien. ekstremitas
 Ekst 4. Lakuka penyembuhan bagi bagian kanan
remitas bawah n latihan aktif dan kekakuan otot 10%, tidak
kekuatan otot pasif bagi pasien. pasien. ada lesi
bagian kanan
10%, tidak ada
lesi.
Hari Diagnosa Perencanaan
No Implementasi Evaluasi
/Tanggal Keperawatan Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi Rasionalisasi
 Refl 4.2 Melakukan latihan  Ta
ek otot patella penggerakkan atau nda-ttanda
pasien abnormal. melakukan Range vital:
 Tand of motion (Rom) TD : 140/90
a-tanda vital bagi pasien. mmHg
TD : 140/90 Suhu : 36,5
mmHg 5. Koordinasi upaya 5. Mengkoordin 5.1 Mengkoordinasi 0
C
Suhu : 36,6 0C rehabilitasi asi upaya upaya rehabilitasi HR : 76
HR : 75 x/menit fisioterapi rehabilitasi fisioterapi pada x/menit
RR : 24 x/menit fisioterapi pada waktu pagi hari RR : 24
waktu pagi hari. dengan ahli x/menit
fisioterapi.
5.2 Memonitor tanda- A : Masalah belum
tanda vital setiap 2 teratasi
jam sekali. P : Tindakan
TD : 140/90 dilanjutkan.
mmHg
Suhu : 36,5 0C
HR : 76 x/menit
RR : 24 x/menit
Hari Diagnosa Perencanaan
No Implementasi Evaluasi
/Tanggal Keperawatan Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi Rasionalisasi
3. 29 Oktober Perubahan pola Kebutuhan istirahat 1. Atur posisi tidur 1. Dengan 1.1 Mengatur posisi Jam 14.00 Wib
2010 istirahat pasien dapat terpenuhi yang nyaman. mengatur posisi tidur semi fowler S : Pasien
Jam 09.00 berhubungan dengan dengan kriteria hasil : tidur akan atau fowler mengeluh
Wib nyeri ditandai  Keadaa mengurangi nyeri berganti arah tidak dapat
dengan: n umum membaik. yang dirasakan sesuai keinginan istirahat
Data Subjektif:  Pasien pasien. pasien. karena nyeri
 Pasi dapat beristirahat dibagian
en mengatakan dengan tenang. 2. Ciptakan suasana 2.1 Menganjurkan tangan kiri dan
tidak dapat  Wajah yang tenang dan 2. Keadaan pada keluarga agar kaki kanan dan
istirahat karena tampak cerah nyaman. disekitar akan tidak ribut dalam pasien
nyeri dibagian meningkatkan ruangan. mengeluh
tangan kiri dan kenyamanan 2.2 Menganjurkan nyeri kepala
kaki kanan dan pasien beristirahat. agar tamu yang (skala nyeri 6).
 Pasi datang secara O:
en mengeluh nyeri bergantian.  Ke
kepala (skala adaan umum
nyeri 6). 3. Tanyakan pada 3.1 Menanyakkan lemah
pasien tentang faktor- pada pasien  Wa
Data Objektif faktor yang 3. Dapat tentang faktor jah pucat
 Kea memudahkan pasien mengetahui faktor yang memudahkan  Pal
daan umum tidur. yang memudahkan pasien tidur. pebra hitam
lemah. pasien beristirahat.  Pas
 Waj 4. Batasi pengunjung 4.1 Menyarankan ien tidur sehari
ah pucat pada keluarga agar semalam ± 4 – 5
 Palp 4. Dengan tidak membiarkan jam perhari.
ebra hitam membatasi tamu masuk  Sk
 Pasi pengunjung dapat kedalam ruangan ala nyeri 6
en tidur sehari meningkatkan selagi pasien tidur.
semalam ± 4-5 kenyamanan 4.2 Menganjurkan A : Masalah belum
jam perhari. pasien dalam pada keluarga agar teratasi.
 Skal beristirahat. pengunjung yang
a nyeri 6 datang secara P : Tindakan
bergantian. dilanjutkan.
Hari Diagnosa Perencanaan
No Implementasi Evaluasi
/Tanggal Keperawatan Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi Rasionalisasi
4 29 Oktober Intoleransi aktivitas Aktivitas pasien 1. Beri 1. Dengan 1.1 Memberikan Jam 14.00 Wib
2010 berhubungan dengan terpenuhi dengan kan bantuan pada membantu bantuan pada S : Pasien
Jam 09.00 kelemahan fisik kriteria hasil: aktivitas aktivitas pasien aktifitas sehari-hari mengeluh
Wib ditandai dengan :  Keadaan kehidupan sehari- dapat mengurangi sesuai kebutuhan. tidak bisa
Data Subjektif: umum membaik. hari sesuai penggunaan 1.2 Menganjurk melakukan
 Pasien  Pasien kebutuhan dan energi pasien. an keluarga untuk aktivitas
mengatakan tidak dapat melakukan rencanakan membantu pasien seperti
aktivitas sendiri. istirahat selama dalam melakukan biasanya.
dapat melakukan
siang hari. aktivitas sehari- O:
aktivitas sehari-hari harinya.  Ke
(seperti makan, adaan umum
mandi, BAB/BAK). 2. Meminimalk 2.1 Membantu pasien lemah.
karena anggota gerak 2. Bant an kelelahan dan dalam aktivitas  Ak
u aktivitas membantu perawatan diri. tivitas pasien
terasa kaku.
perawatan diri keseimbangan 2.2 Menganjurkan dibantu perawat
 Pasien yang diperlukan. suplai dan keluarga untuk dan keluarga.
mengeluh lemah. kebutuhan membantu  Ta
Data Objektif : Oksigen. perawatan pasien nda –tanda
 Keadaan umum . vital:
lemah TD : 140/90
3. Tirah baring 3.1 Menganjurkan mmHg
 Aktivitas pasien dipertahankan pasien tirah baring Suhu : 36,6 0C
(seperti makan, 3. Jela selama pasien untuk mempercepat HR : 75 x/menit
mandi, BAB/BAK) skan pentingnya takut untuk proses RR : 24 x/menit
istirahat dalam menurunkan penyembuhan.
dibantu oleh perawat
rencana kebutuhan 3.2 Menganjurkan A : Masalah belum
atau keluarga pasien. pengobatan dan metabolik, pada keluarga teratasi.
 Tanda-tanda perlunya menghemat energi tentang pentingnya
vital: keseimbangan untuk istirahat untuk P : Tindakan
TD :140/90 mmHg aktivitas dan penyembuhan. proses dilanjutkan.
Suhu : 36,6 0C istirahat. penyembuhan.
HR : 76 x/menit
RR : 24 x/menit
E. CATATAN PERKEMBANGAN

No Tgl/Jam No.Dx Catatan Perkembangan


1 30 Oktober 1 S: Pasien masih mengeluh nyeri dibagian tangan
2010 kiri dan kaki kanan. (Skala nyeri 6).
09.00 Wib O:  Skala nyeri 6
 Ekspresi wajah tampak meringis
 Tanda-tanda vital
TD : 140/90 mmHg
Suhu: 36,5 0C
HR : 76 x/menit
RR : 24 x/menit
 Keadaan umum lemah

A: Masalah belum teratasi

P: Interval dilanjutkan
1. Kaji tingkat nyeri dengan menggunakan
skala nyeri (1-10).
2. Monitor dan catat tanda-tanda vital
setiap 2 jam sekali.
3. Anjurkan untuk sering mengubah posisi
4. Anjurkan pasien untuk mandi air hangat
pada waktu bangun dan waktu tidur.
5. Anjurkan pada pasien untuk istirahat
total selama serangan nyeri.
6. Kolaborasikan dengan tim medis untuk
mendapatkan obat anti nyeri.

I: 1.1 Mengkaji dan mencatat tingkat nyeri yang


dialami pasien skala nyeri 6.
No Tgl/Jam No.Dx Catatan Perkembangan
1.2 Menyarakan pada keluarga agar menjaga
ketenangan dan kenyamanan saat pasien
istirahat/tidur.
1.3 Mengamati perkembangan/ pengurangan
terjadinya nyeri.
2.1 Melakukan pengukuran tanda-tanda vital
setiap 2 jam sekali
Td : 140/90 mmHg
Suhu : 36,5 0C
HR : 78 x/menit
RR : 24 x/menit
2.2 Menjelaskan pada pasien dan keluarga
pentingnya mengetahui tanda-tanda vital
3.1 Menganjurkan pasien untuk mengubah
posisi baik SIM kanan atau SIM kiri sesuai
dengan keinginan pasien.
4.1 Menganjurkan pasien untuk mandi air
hangat pada waktu bagian dan waktu tidur.
4.2 Mengompres sendi-sendi yang sakit
beberapa kali sehari dengan menggunakan
air hangat.
5.1 Menjelaskan pada pasien bahwa nyeri pada
bagian tangan kiri dan kaki kanan
berkurang bila pasien beristirahat.
5.2 Menganjurkan pada keluarga agar tidak
membiarkan tamu masuk ke dalam
ruangan selagi pasien tidur.
No Tgl/Jam No.Dx Catatan Perkembangan
6.1 Memberikan obat injeksi yang
diinstruksikan oleh dokter.
Ij. Cefotaxime 1gr/12 jam, Ranitidine
1ap/12 jam, Citicoline 250 mg/12 jam,
Ondecentron 1 ap/8jam, pada jam 12.00 dan
24.00 Wib.
6.2 Menganjurkan pasien minum obat secara
teratur. Acitaminoven 3x1, Aspirin 3x1,
B.Complek 2x1.

E: Jam 14.00 setelah tindakan keperawatan


14.00
dilakukan pasien mengatakan nyeri sudah mulai
berkurang.

R: Perhatikan perkembangan pasien pada hari


berikutnya dan intervensi dilanjutkan.
No Tgl/Jam No.Dx Catatan Perkembangan
2 30 Oktober II S:  Pasien mengatakan ekstremitas
2010 bawah bagian kanan sulit untuk digerakkan.
09.00 Wib  Pasien mengeluh masih lemah.

O:  Keadaan umum lemah


 Pasien masih dibantu oleh
keluarga dan perawat dalam mobilisasi.
 Kekuatan otot ekstremitas atas
bagian kiri 25%, tidak ada lesi.
 Kekuatan otot ekstremitas
bawah bagian kanan 10%, tidak ada lesi.

A: Masalah teratasi sebagian

P: Intervensi dilanjutkan
1. Kaji keluhan pasien
2. Bantu pasien dalam melakukan latihan
gerak sehari-hari.
3. Beri masase pada ekstremitas yang
mengalami kelemahan.
4. Lakukan gerakan aktif dan pasif bagi
pasien.
5. Koordinasi upaya rehabilitasi
I:
fisioterapi.

1.1 Mengkaji keluhan pasien disaat melakukan


aktifitas
1.2 Memantau keadaan pasien setiap saat.
2.1 Menganjurkan kepada keluarga agar
menjaga posisi baring pada pasien yang
fungsional.
2.2 Menganjurkan kepada keluarga untuk
sering melatih gerakan pada anggota gerak
yang lemah.
No Tgl/Jam No.Dx Catatan Perkembangan
3.1Melakukan masase pada daerah tangan kiri
dan kaki kanan secara lembut.
3.2 Merubah posisi pasien setiap 2 jam sekali.
4.1 Melakukan latihan aktif dan pasif bagi
pasien
4.2 Melakukan latihan penggerakkan atau
melakukan Range of motion (Rom) bagi
pasien.
5.1 Mengkoordinasi upaya rehabilitasi
fisioterapi pada waktu pagi hari dengan
ahli fisioterapi.
5.2 Memonitor tanda-tanda vital setiap 2 jam
sekali.
TD : 140/90 mmHg
Suhu : 36,5 0C
HR : 76 x/menit
RR : 24 x/menit

E: Jam 14.00 setelah dilakukan tindakan


14.00 Wib
keperawatan pasien mengatakan ekstremitas
bawah bagian kanan masih sulit untuk
digerakkan.

R: Perhatikan perkembangan pasien pada hari


berikutnya dan intervensi dilanjutkan.
No Tgl/Jam No.Dx Catatan Perkembangan
3. 30 Oktober III S: Pasien mengeluh tidak dapat istirahat karena
2010 nyeri dibagian tangan kiri dan kaki kanan dan
09.00 Wib pasien mengeluh nyeri kepala (Skala nyeri 6).

O:  Keadaan umum lemah


 Wajah pucat
 Palpebra hitam
 Pasien tidur sehari semalam ±
4-5 jam perhari
 Skala nyeri 6

A:
Masalah belum teratasi

P:
Intervensi dilanjutkan
1. Atur posisi tidur
yang nyaman.
2. Ciptakan suasana
yang tenang dan nyaman.
3. Tanyakan pada
pasien tentang faktor-faktor yang
I:
memudahkan pasien tidur.
4. Batasi
pengunjung

1.1 Mengatur posisi tidur semi fowler atau


fowler berganti arah sesuai keinginan
pasien.
2.1 Menganjurkan pada keluarga agar tidak
ribut dalam ruangan.
2.2 Menganjurkan agar tamu yang datang
secara bergantian.
3.1 Menanyakan pada pasien tentang faktor
yang memudahkan pasien tidur
No Tgl/Jam No.Dx Catatan Perkembangan
4.1 Menyarankan pada keluarga agar tidak
membiarkan tamu masuk kedalam ruangan
selagi pasien tidur.
4.2 Menganjurkan pada keluarga agar
pengunjung yang datang secara bergantian.

E: Jam 14.00 Wib setelah tindakan keperawatan


14.00 Wib
dilakukan pasien mengatakan belum dapat
beristirahat, pasien tidur ± 4-5 jam perhari.

R: Perhatikan perkembangan pasien pada hari


berikutnya dan intervensi dilanjutkan.
No Tgl/Jam No.Dx Catatan Perkembangan
4 30 Oktober IV S: Pasien mengeluh tidak bisa melakukan aktivitas
2010 seperti biasanya karena anggota gerak terasa
09.00 Wib kaku.
O:  Keadaan umum lemah
 Aktivitas pasien (seperti makan, mandi,
BAB/BAK) dibantu oleh perawat atau
keluarga pasien.
 Tanda-tanda vital:
TD :140/90 mmHg
Suhu : 36,6 0C
HR : 76 x/menit
RR : 24 x/menit

A: Masalah belum teratasi


P: Intervensi dilanjutkan
1. Berikan bantuan pada aktivitas
kehidupan sehari-hari sesuai kebutuhan dan
rencanakan istirahat selama siang hari.
2. Bantu aktivitas perawatan diri
yang diperlukan.
3. Jelaskan pentingnya istirahat
dalam rencana pengobatan dan perlunya
keseimbangan aktivitas dan istirahat.

I: 1.1 Memberikan bantuan pada aktifitas sehari-


hari sesuai kebutuhan.
1.2 Menganjurkan keluarga untuk membantu
pasien dalam melakukan aktivitas sehari-
harinya.
2.1 Membantu pasien dalam aktifitas perawatan
diri.
No Tgl/Jam No.Dx Catatan Perkembangan
2.2 Manganjurkan keluarga untuk membantu
perawatan pasien.
3.1 Menganjurkan pasien tirah baring untuk
mempercepat proses penyembuhan.
3.2 Menganjurkan pada keluarga tentang
pentingnya istirahat untuk proses
penyembuhan.

14.00 Wib E: Jam 14.00 Wib setelah tindakan keperawatan


yang dilakukan, pasien mengatakan belum
dapat beraktivitas.

R: Perhatikan perkembangan pasien pada hari


berikutnya dan intervensi dilanjutkan
No Tgl/Jam No.Dx Catatan Perkembangan
1 31 Oktober I S: Pasien mengatakan nyeri dibagian tangan kiri
2010 dan kaki kanan sudah mulai agak berkurang
09.00 Wib (skala nyeri 3).
O:  Keadaan umum membaik
 Ekspresi wajah tampak ceria
 Skala nyeri 3
 Tanda-Tanda Vital :
TD : 130/90 mmHg
Suhu : 36 0C
HR : 72 x/menit
RR : 24 x/menit

A: Masalah teratasi sebagian

Intervensi dilanjutkan
P:
1. Kaji tingkat nyeri dengan menggunakan
skala nyeri (1-10).
2. Monitor dan catat tanda-tanda vital
setiap 2 jam sekali.
3. Dorong untuk sering mengubah posisi
4. Anjurkan pada pasien untuk istirahat
total selama serangan nyeri.
5. Kolaborasikan dengan tim medis untuk
mendapatkan obat anti nyeri.

I: 1.1 Mengkaji dan mencatat tingkat nyeri


yang dialami pasien
1.2 Menyarankan pada keluarga agar
menjaga ketenangan dan kenyamanan saat
pasien istirahat/tidur.
2.1 Melakukan pengukuran tanda-tanda vital
setiap 2 jam sekali, TD: 130/90 mmHg
Suhu : 36 0C, HR: 72 x/menit, RR: 24
x/menit.
No Tgl/Jam No.Dx Catatan Perkembangan
3.1 Menganjurkan pasien untuk mengubah
posisi SIM Kanan atau SIM Kiri sesuai
dengan keinginan pasien.
4.1 Menjelaskan pada pasien bahwa nyeri pada
tangan kiri dan kaki kanan berkurang bila
pasien beristirahat.
6.1 Memberikan obat injeksi yang
diintruksikan oleh dokter.
1) Cefotaxime 1gr/12 Jam
Ranitidine 1 Ap/12 Jam
Citicoline 250 mg/12 Jam
Ondecentron 1 Ap/8 Jam (pada jam
12.00 Wib dan 24.00 Wib).
6.2 Menganjurkan pasien minum obat secara
teratur Acetaminoven 3 x 1
Aspirin 3 x 1
B. Complek 2 x 1
14.00 Wib E: Jam 14.00 setelah dilakukan tindakan
keperawatan, pasien mengatakan sudah tidak
merasakan nyeri lagi.
R: Perhatikan perkembangan pasien pada hari
berikutnya dan intervensi dilanjutkan.
No Tgl/Jam No.Dx Catatan Perkembangan
2. 31 Oktober II S: Pasien mengatakan ekstremitas bawah bagian
2010 kanan sudah bisa digerakkan sedikit demi
09.00 Wib sedikit.
O:  Keadaan umum lemah
 Pasien masih dibantu oleh perawat
dalam mobilisasi.
 Kekuatan otot ekstremitas atas bagian
kiri 25%, tidak ada lesi.
 Kekuatan otot ekstremitas bawah
bagian kanan 10%, tidak ada lesi.

A: Masalah teratasi sebagian

P: Intervensi dilanjutkan
1. Kaji keluhan pasien
2. Bantu pasien dalam melakukan latihan
gerak sehari-hari.
3. Beri masase pada ekstremitas yang
mengalami kelemahan.
4. Lakukan latihan aktif dan pasif bagi
pasien.
I:
1.1 Mengkaji keluhan pasien disaat melakukan
aktifitas.
1.2 Memantau keadaan pasien setiap saat.
2.1 Menganjurkan kepada keluarga untuk
sering melatih gerakan pada anggota gerak
yang lemah.
3.1 Melakukan masase pada daerah tangan kiri
dan kaki kanan secara lembut.
3.2 Merubah posisi pasien setiap 2 jam sekali.
4.1 Melakukan latihan aktif dan pasif bagi
pasien.
4.2 Melakukan latihan pergerakan atau
ROM.
No Tgl/Jam No.Dx Catatan Perkembangan
14.00 Wib E: Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien
mengatakan sudah dapat menggerakkan
ekstremitas bawah bagian kanan sedikit demi
sedikit.
R: Perhatikan perkembangan pasien pada hari
beikutnya dan intervensi dilanjutkan.
No Tgl/Jam No.Dx Catatan Perkembangan
3. 31 Oktober III S: Pasien mengatakan mulai bisa beristirahat
2010 karena nyeri dibagian tangan kiri dan kaki
09.00 Wib kanan mulai berkurang (skala nyeri 3).
O:  Keadaan umum mulai membaik
 Wajah tampak ceria
 Pasien dapat tidur 7-8 jam perhari
 Skala nyeri 3
A: Masalah teratasi sebagian

P: Intervensi dilanjutkan
1. Atur posisi tidur yang nyaman
2. Ciptakan suasana yang tenang dan
nyaman
3. Tanyakan pada pasien tentang faktor-
faktor yang memudahkan pasien tidur.
4. Batasi pengunjung
I:
1.1 Mengatur posisi tidur semi fowler atau
fowler berganti sesuai keinginan pasien.
2.1 Menganjurkan agar tamu yang datang
secara bergantian.
3.1 Menanyakan pada pasien tentang faktor
yang memudahkan pasien tidur.
4.1 Menyarankan pada keluarga agar tidak
membiarkan tamu masuk kedalam ruangan
selagi pasien tidur.
14.00 E:
Pada jam 14.00 Wib setelah tindakan
keperawatan dilakukan pasien mengatakan
sudah dapat beristirahat.
R:
Perhatikan perkembangan pasien pada hari
berikutnya dan intervensi dilanjutkan
No Tgl/Jam No.Dx Catatan Perkembangan
4 31 Oktober IV S: Pasien mengatakan sudah dapat melakukan
2010 kegiatan ringan tapi masih dibantu oleh
keluarga atau perawat.
09.00 Wib

O: Aktivitas pasien masih dibantu oleh keluarga


atau perawat

A: Masalah teratasi sebagian

P: Intervensi dilanjutkan
1. Berikan bantuan pada
aktifitas pasien agar dapat mengurangi
penggunaan energi pasien.
2. Bantu aktivitas
perawatan diri yang diperlukan.
3. Jelaskan pentingnya
istirahat dalam rencana pengobatan dan
perlunya keseimbangan aktifitas dan
istirahat.

I:
1.1 Memberikan bantuan pada aktifitas sehari-
hari sesuai kebutuhan.
1.2 Menganjurkan keluarga untuk membantu
pasien dalam melakukan aktivitas sehari-
harinya.
2.1 Membantu pasien dalam aktivitas
perawatan diri
2.2 Menganjurkan keluarga untuk membantu
perawatan pasien.
3.1 Menganjurkan pasien tirah baring untuk
mempercapat proses penyembuhan.
3.2 Menganjurkan pada keluarga tentang
pentingnya istirahat untuk proses
penyembuhan.
No Tgl/Jam No.Dx Catatan Perkembangan
E: Jam 14.00 Wib setelah tindakan keperawatan
dilakukan pasien mengatakan sudah dapat
melakukan aktivitas ringan, namun masih
dibantu oleh keluarga.
R: Perhatikan perkembangan pasien pada hari
berikutnya dan intervensi dilanjutkan.
No Tgl/Jam No.Dx Catatan Perkembangan
1. 01 November I S: Pasien mengatakan tidak lagi merasakan nyeri
2010 O:  Ekspresi wajah tenang
09.00 Wib  Keadaan umum membaik
A: Masalah teratasi
P: Tindakan di hentikan
2. 01 November II S: Pasien mengatakan sudah dapat menggerakkan
2010 ekstremitas bawah bagian kanan, walaupun
09.00 Wib masih sedikit demi sedikit.
O:  Keadaan umum membaik
 Kekuatan otot ekstremitas atas
bagian kiri 75%, tidak ada lesi.
 Kekuatan otot ekstremitas
bawah bagian kanan 75%, tidak ada lesi.
A: Masalah teratasi
P: Tindakan dihentikan

3. 01 November III S: Pasien mengatakan sudah dapat beristirahat


2010 dengan tenang dan nyaman.
09.00 Wib O:  Keadaan umum membaik
 Wajah tampak segar dan cerah
A: Masalah teratasi
P: Tindakan dihentikan
4. 01 November IV S: Pasien mengatakan sudah dapat melakukan
2010 aktivitas ringan
09.00 Wib O: Pasien tampak mulai melakukan aktivitas dan
aktivitas pasien tidak dibantu oleh keluarga dan
perawat.
A: Masalah teratasi
P: Tindakan dihentikan
BIODATA PENULIS

Data Pribadi

Nama : Hilda

Temat/ Tgl Lahir : Bengkulu, 2 Februari 1991

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Anak Ke : 3 DARI 6 Bersaudara

Alamat : Gampong Ulee Tutue Raya Kec. Delima Kaupaten

Pidie

Suku / Bangsa : Aceh / Indonesia

Data Orang Tua

Ayahda : M. Amin

Pekerjaan : Wiraswasta

Ibunda : Wardiah

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Jl. Ratu Agung I No. 9 Penurunan Bengkulu

Riwayat Pendidikan

SD Negeri II Bengkulu : Tahun 1996 - 2002

SLTP Negeri XIII Bengkulu : Tahun 2002 - 2005

MAN Negeri I Bengkulu : Tahun 2005 - 2008

Akper Jabal Ghafur Sigli : Tahun 2008 - 2011


LEMBARAN KONSUL

PARAF
NO TGL URAIAN
PEMBIMBING

Sigli, Juni 2011


Direktur Akademi Keperawatan
Jabal Ghafur Sigli

H. Antasari Idris, SKM, MNSc.

Anda mungkin juga menyukai