UA DENGAN REUMATOID
ARTRITIS DI RUANG RAWAT INAP PENYAKIT SARAF RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN PIDIE
Keperawatan
OLEH :
HILDA
NIM : 092001S08095
TAHUN 2011
Diterima dan Disetujui untuk dipertahankan Dalam ujian Sidang Laporan
Pembimbing
Dan kami perintahkan kepada manusia berbuat baik kepada dua ibu
bapanya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun.
Bersyukurlah kepada-ku dan kepada dua ibu bapamu, hanya kepada-
ku lah kembalimu. (QS. Luqman : 14).
ABSTRAK
Asuhan Keperawatan Pada Tn.UA Dengan REUMATOID ARTRITIS di Ruang
Rawat Inap Penyakit Saraf Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Pidie.
Dengan ini kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
Studi Kasus ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Tn.UA Dengan Reumatoid
Artritis di Ruang Rawat Inap Penyakit Saraf Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Pidie. Tidak lupa pula shalawat dan salam kita kirimkan kepada Nabi Besar
Muhammad SAW dan para sahabat-sahabat beliau juga kepada para u’lama dan
cendikiawan.
Laporan studi kasus ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat dalam
kesulitan, tetapi berkat adanya pengarahan dari pembimbing dan bantuan dari semua
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak
terhingga kepada :
2. Bapak Saiful Bahri, AMK, Sebagai pembimbing laporan studi kasus yang
3. Kepala Ruangan beserta staf Ruangan Rawat Inap Penyakit Saraf Rumah
Ghafur Sigli yang sudah banyak memberikan ilmu dan motivasi serta
yang telah banyak memberikan dorongan baik spiritual dan material serta
pendidikan.
Selanjutnya penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam karya tulis ini masih
jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritikan-
kritikan dan saran-saran yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan karya tulis
ini. Harapan penulis, mudah-mudahan karya tulis ini dapat berguna bagi tenaga
Akhir kata penulis memanjatkan do’a semoga Allah SWT selalu melimpahkan
rahmat-Nya.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran I : Proses Keperawatan
Lampiran II : Surat Dinas Kasus
Lampiran III : Biodata Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
sistematik, progresif, cendrung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat
tersebar diseluruh tubuh, mencakup keterlibatan sendi dan berbagai organ diluar
sendi) serta pembentukan panus yang menyebabkan kerusakan pada rawan sendi
dan tulang disekitarnya, terutama dipersendian tangan dan dan kata yang sifatnya
sistematik dan melibatkan organ tubuh lainnya. Beberapa faktor dibawah ini
diduga berperan dalam timbulnya penyakit artritis reumatoid, faktor genetik dan
lingkungan, hormon seks, infeksi, head shock protein (HSP), radikal bebas dan
sendi. Otot akan turut terkena karena serabut otot akan mengalami perubahan
(Smeltzer,2001).
sendi akan kemasukan cairan tersebut, sehingga tulang dan tulang rawan akan
mengalami erosi. Persendian akan terasa sakit saat tulang saling bergesekan
dengan tulang yang lain (crepitus). Akhirnya, jaringan ikat fibrosa akan
(dislokasi sendi persial, ankylosis (sendi yang menyatu) dan pengerasan sendi
panas, eritema dan gangguan fungsi pada sendi merupakan gambaran klinis yang
klasik untuk artritis reumatoid. Palpasi sendi akan mengungkapkan jaringan yang
lunak seperti spon atau busa. Cairan dapat di aspirasi dari sendi yang mengalami
inflamasi. Pola yang khas pada kelainan sendi ini di mulai dengan sendi-sendi
kecil pada tangan, pergelangan tangan dan kaki. Disamping nyeri dan
pembengkakan pada sendi, tanda klasik artritis reumatoid yang lain adalah
kekakuan sendi, khususnya pada pagi hari yang berlangsung lebih dari 30 menit.
Deformitas tangan dan kaki sering dijumpai pada artritis reumatoid. Artritis
multipel. Gejala yang paling sering ditemukan adalah demam, penurunan berat
badan, keadaan mudah lelah, anemia, pembesaran kelenjar limfe dan fenomena
Raynavd (vasospasme yang ditimbulkan oleh cuaca dingin dan stres, sehingga
sehingga terjalin hubungan baik dan terjamin ketaatan pasien untuk tetap berobat
dalam jangka waktu yang lama, OAINS diberikan sejak dini untuk mengatasi
nyeri sendi akibat inflamasi yang sering dijumpai, DMARD digunakan untuk
melindungi rawan sendi dan tulang dari proses destruksi akibat artritis reumatoid,
dan pembedahan jika berbagai cara pengobatan telah dilakukan tidak berhasil
serta terdapat alasan yang cukup kuat dapat dilakukan pengobatan pembedahan.
Serangan reumatoid artritis sering terjadi pada orang diantara umur sampai
25 sampai 55 tahun dan tiga lebih banyak terjadi pada wanita. Penyakit ini
penyakit artritis. Penyakit ini mempunyai efek merugikan gaya hidup yang
yang dengan kerja produktif bertahun-tahun dan bagi orang setengah baya.
(Reeves, 2001).
Secara statistik tercatat lebih dari 10% dari populasi penduduk dunia
tahun diperkirakan 0,1 sampai 0,3 persen dari jumlah penduduk , sedangkan pada
anak dan remaja dibawah 18 tahun sekitar 1 banding 100.000 orang, ungkap
Berdasarkan data yang penulis dapatkan di ruang rawat inap saraf Rumah
Sakit Umum Daerah Kabupaten Pidie periode yang lalu atau pada tanggal 1
oktober 2009 sampai tanggal 01 September 2010 dan sebanyak 732 pasien yang
dirawat di ruang rawat inap saraf dan yang menderita penyakit artritis reumatoid
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Kabupaten Pidie.
Kabupaten Pidie.
Kabupaten Pidie.
Kabupaten Pidie.
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas tentang asuhan keperawatan pada Tn.
UA dengan Arthritis Rheumatoid yang penulis rawat di ruang rawat inap penyakit
saraf Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Pidie, yang sejak tanggal 29 Oktober
sampai dengan 01 November 2010, yang dihubungkan dengan teori-teori terkait. Data
penulis diperoleh dari sumber primer (pasien) maupun sumber sekunder seperti
keluarga dan perawat, disamping catatan medis lainnya. Agar lebih terarah
pembahasan ini, penulis lakukan secara sistematis sesuai dengan tahap-tahap proses
keperawatan.
A. Pengkajian
2010 di dapat data dan identitas pasien sebagai berikut : Tn.UA, umur 63 tahun,
Jurong Pande/Glp III, nomor CM 093740, dirawat di ruang inap penyakit saraf
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Pidie dengan diagnosa medis rheumatoid
arthritis.
diantara umur 25 sampai 55 tahun dan tiga kali lebih banyak terjadi pada wanita.
(Reeves, 2001).
Dari keluhan utama pasien mengeluh tangan kiri dan kaki kanan terasa
nyeri, selain itu juga nyeri kepala dan ekstrimitas bawah bagian kanan sulit untuk
digerakkan, pasien juga mengeluh jari-jari tangan dan kaki terasa kaku.
Secara teoritis pasien dengan arthritis rheumatoid akan mengeluh rasa nyeri,
pembengkakan, panas, etitema dan gangguan fungsi pada sendi. (Smeltzer, 2002).
tangan kiri dan kaki kanan terasa nyeri, nyeri kepala dan ekstrimitas bawah
bagian kanan sulit untuk digerakkan dan pasien juga mengeluh jari-jari tangan
badan, rasa capek, sedikit panas dan anemia. Gejala lokal yang terjadi berupa
dikaji kapan gangguan sensorik muncul. Gejala awal terjadi pada sendi.
Persendian yang paling sering terkena adalah sendi tangan, pergelangan tangan,
sendi lutut, sendi siku, pergelangan kaki, sendi bahu serta sendi panggul dan
mengalami penyakit yang sekarang dideritanya sekarang 2 tahun yang lalu dan
bervariasi bergantung pada ketaatan pasien untuk berobat dalam jangka yang
lama, sekitar 50-75% pasien dengan arthritis rheumatoid akan mengalami remisi
(Mansjoer A, 2001).
bahwa didalam keluarganya tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit
dalam keluarnya, angka berurutan 30% pada lembar identik dibandingkan dengan
5 % lembar internal dan berkaitan dengan HLA-DRA pada pasien untuk kulit
Pola nutrisi pasien, sebelum sakit pasien makan 3 kali sehari dengan nasi,
lauk pauk dan pasien suka makan makanan yang berminyak, daging, telur,
bunga kol, tauge dan kerupuk melinjo. Pasien minum air kopi, the serta air putih
± 3 liter perhari. Selama sakit, pola nafsu makan pasien tidak mengalami
perubahan akan tetapi pasien tidak lagi mengkonsumsi sayuran seperti kacang-
kacangan, bunga kol, tauge dan kerupuk melinjo dan pola minum pasien hanya
dan sawi, daging kambing, jeroan dan gajih (lemak), kerang-kerangan, bebek dan
kalkun, salmon, mackerel, sarden, kepiting, udang, dan beberapa ikan lainnya dan
juga krim dan es krim serta minum minuman yang beralkohol. Untuk mengurangi
reumatoid pasien lebih baik dianjurkan Jangan minum aspirin bila membutuhkan
obat pengurang sakit, pilih jenis ibuprofen dan lainnya. ( dr Salma, 2011 ).
Anjuran bagi pasien rheumatoid arthritis yaitu perbanyak minum air putih,
makan makanan yang mengandung potasium tinggi seperti sayuran dan buah-
buahan, kentang, alpukat, susu dan yogurt, pisang, makan buah-buahan kaya
semalam pasien tidur ± 8 jam, pasien tidur malam dari jam 22.00 wib s/d 05.00
wib dan tidur siang dari jam 15.00 wib s/d 16.00 wib. Selama sakit, pasien tidak
dapat tidur karena ekstrimitas bawah bagian kanan terasa nyeri dan sulit untuk
dengan pemenuhan pola istirahat karena nyeri yang dialami oleh pasien.
(Smeltzer, 2002).
Pola eliminasi pasien sebelum sakit BAB (Buang Air Besar) 1 sampai 2 kali
sehari dengan konsistensi feses setengah padat berwarna kuning, BAK (Buang
Air Kecil) pasien 3 sampai 6 kali dengan konsistensi warna orange, berbau khas
dan tidak ada endapan. Selama sakit, BAB pasien tidak mengalami gangguan,
pasien BAB 1 kali sehari dengan konsistensi feses lunak, berwarna kuning
sedangkan BAK 3 sampai 6 kali sehari dengan konsistensi warna orange berbau
warna serta bau feses, frekuensi berkemih, kepekatan urine, warna, bau dan
Pola aktivitas pasien sebelum sakit tidak terganggu dan pasien dapat
aktivitas tidak dapat dilakukan oleh pasien sendiri, karena pasien lemah, nyeri
sendi dibagian tangan dan kaki, aktivitas pasien dibantu oleh keluarganya dan
fungsional pada sendi dengan manifestasi nyeri bila menggerakkan sendi yang
Personal hygiene pasien sebelum sakit mandi 2x sehari pagi dan sore
memakai sabun mandi, gosok gigi 1x sehari, ganti baju 1x sehari dan pasien
sering merawat kebersihan kuku. Selama sakit pasien hanya diseka oleh perawat
panas, membengkak serta nyeri tidak mudah digerakkan dan pasien cendrung
dideritanya sekarang. Pasien merasa tenang dengan keadaan dirinya dan ingin
cepat sembuh.
Secara teoritis klien pasien arthritis reumatoid akan merasa cemas tentang
(Muttaqin, A, 2008).
Pada riwayat sosial, pasien sangat ramah dan seorang tokoh masyarakat
yang selalu berinteraksi dengan baik, baik dengan keluarga, perawat dan
perubahan bentuk sendi dan pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan
citra diri). Klien ini juga dapat mengalami penurunan libido sampai tidak dapat
melakukan hubungan seksual karena harus menjalani rawat inap dan kelemahan
kesadaran composmenthis, tinggi badan 170 cm, berat badan 70 kg. Pemeriksaan
mentis, pada kasus yang lebih parah, klien dapat mengeluh pusing dan gelisah.
(Muttaqin, A, 2008).
Pemeriksaan khusus, inspeksi pada pemeriksaan kepala bentuk simetris,
rambut beruban, tidak ada benjolan dan kebersihan terjaga, mata cekung, palpebra
hitam, konjungtiva pucat dan pupil reflek terhadap cahaya, wajah pucat, ekspresi
wajah meringis, mulut/gigi bibir kering, mukosa mulut kering, kebersihan terjaga,
terdapat karies, gigi tidak lengkap. Hidung, fungsi penciuman baik, bentuk
simetris, tidak ada sekret. Telinga pendengaran baik, tidak ada serumen, leher
tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid. Dada akspirasi memanjang ada refleksi,
bentuk simetris, abdomen peristaltik usus baik, bentuk simetris. Punggung tidak
atas bagian kanan kekuatan otot 100%, tidak ada lesi dan bagian kiri kekuatan
otot 25%, tidak ada lesi. Sedangkan ekstrimitas bawah bagian kanan kekuatan
otot 10%, tidak ada lesi dan bagian kiri kekuatan otot 100%, tidak lesi. Kulit
warna sawo matang, tidak ada lesi, kulit kering, kebersihan tidak ada. Pada
pemeriksaan secara palpas, nyeri tekan pada tangan kiri dan kaki kanan, turgor
kulit jelek.
pernafasan pada saat inspeksi. Kepala dan wajah ada sianosis, mata seklera
biasanya tidak interik, leher biasanya JVP dalam batas normal. Telinga tes bisik
atau weber masih dalam keadaan normal, tidak ada lesi atau nyeri tekan. Hidung
tidak ada deformitas, tidak ada pernafasan cuping hidung. Mulut dan faring tidak
ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan, mukosa mulut tidak pucat.
Palpasi torak menunjukkan taktil fremitus seimbang kanan dan kiri, tidak ada
merasakan kontraksi otot bisep lengan kanan. Reflek radius, lengan bawah dapat
difleksikan. Resep trisep, hasilnya positif (normal), masih ada kontraksi otot
krisep dan gerakan eksistensi lengan bawah dan otot krisep lengan tangan kanan
masih terjadi kontraksi. Reflek patella, tidak bisa dirasakan pada kaki kanan,
sedangkan tendon kaki kiri masih bagus (positif). Reflek achiles, tidak adanya
reaksi fleksi plantar dari kaki kanan dan tidak juga didapatkan kontraksi
gastrokemius, sedangkan reflek tendon tumit kaki kiri masih positif. Reflek
babinski, positif terjadi respon gerakan ibu jari kaki dorsofleksi dan jari-jarinya
bergerak saling menjauhi (mengembang) dan kaki kiri hasilnya masih normal.
semifleksikan, ketok tendon bisep dengan respon fleksi lengan bawah, reflek
radius, lengan dibawah di fleksikan dan pada prosesus stidodeus dengan respon
fleksi lengan bawah dan pronasi. Reflek trisep, lengan bawah disemifleksikan,
ketok tendon trisep dengan respon ekstensi lengan bawah reflek patella, tungkai
dibawah atau diatas patella, tungkai difleksikan dan digantung, ketok pada tendon
eksistensi tungkal bawah. Reflek achiles, tungkai bawah difleksikan sedikit, ketok
tendon achiles dengan respon plantar fleksi pada kaki. Reflek babinski, dapat
benda yang agak runcing pada bagian lateral dari tumit menuju pangkal jari.
Reaksi positif jika terdapat gerakan dorso fleksi ibu jari dengan jari-jari lainnya
normal. Secara tioritis pada auskultasi, ada suara S 1 dan S2 tunggal dan tidak ada
Dalam penilaian Glasgow coma scale pada Tn. UA didapati nilai E4 V5 M6,
nilai 6 : menurut perintah, dan V (respon verbal), nilai 5 : baik
menjawab/orientasi penuh.
meliputi : E (kemampuan membuka mata), nilai 4 : spontan, 3 : dengan perintah,
2 : dengan rangsang nyeri, 1 : tidak berespon, M (respon motorik), nilai 6 :
menurut perintah, 5 : mengetahui lokasi nyeri, 4 : reaksi menghindar nyeri, 3.
berespon. V (respon verbal), nilai 5 : baik menjawab/orientasi penuh, 4 : bingung,
3 kata-kata tidak dapat mengerti, 2 : suara tidak jelas, 1 : tidak berespon.
(Tarwoto, 2007).
Dari hasil pemeriksaan nervus cranial pada Tn.UA, didapatkan hasil saraf
pandang, okulumotorius (III) : reflek pupil normal, trokhenaris dan abducen (IV,
VI) : pergerakan bola mata dan klopak mata normal, trigeminus (V) : sensasi pada
wajah masih normal, fasialis (VII). Ekspresi wajah meringis, gerakan otot wajah
normal, sekresi air mata dan ludah, akustikus (VIII). Pendengaran dan
normal, vagus (X) : sensasi faring, laring normal, accesorius (XI) : pergerakan
kepala, otot leher dan bahu normal, hipoglosus (XII) : gerakan lidah normal, bisa
Secara teori, pemeriksaan saraf secara kranial : saraf 1, biasanya pada klien
arthritis reumatoid tidak ada kelainan dan fungsi penciuman tidak ada kelainan.
Saraf II, Tes ketajaman penglihatan normal. Saraf III, IV dan VI biasanya tidak
ada gangguan mengangkat klopak mata, pupil, sokor. Saraf V, klien arthritis
reumatoid umumnya tidak mengalami paralisis pada otot wajah dan refleks
kornea biasanya tidak ada kelainan. Saraf VII, persepsi pengecapan dalam batas
normal dan wajah simetris. Saraf VIII, tidak ditemukan tuli konduktif atau tuli
persepsi. Saraf IX dan X, kemampuan menelan baik. Saraf XI, tidak ada atrofi
otot sternokleidomastoideus dan trapezius. Saraf XII, lidah simetris, tidak ada
deviasi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi. Indra pengecapan normal.
(Muttaqin, A, 2008).
B. Diagnosa Keperawatan
fisik.
Dari data diatas dapat dilihat terdapat perbedaan antara diagnosa yang
mnuncul pada kasus dengan diagnosa yang terdapat pada teoritis, diagnosa yang
ada pada teoritis, namun tidak terdapat pada kasus yaitu pada diagnosa keletihan
aktivitas, mitos dan sumber komunitas. Hal ini terjadi karena mekanisme
pertahanan tubuh setiap individu berbeda. Diagnosa yang terdapat pada kasus,
namun tidak teradapat pada teoritis adalah diagnosa perubahan pola istirahat
fisik.
Adapun diagnosa yang muncul pada Tn.UA adalah nyeri yang berhubungan
dengan proses inflamsi pada sendi ditandai dengan data subjektif pasien
mengeluh nyeri dibagian tangan kiri dan kaki kanan dengan data objektif keadaan
umum lemah, ekspresi wajah meringis, skala nyeri 6, tekanan darah 140/90
mmHg, suhu 36,6 0C, nadi x/i dan respirasi x/i, nyeri tekan pada tangan kiri dan
bagian kanan sulit untuk digerakkan, pasien mengeluh lemah dengan data objektif
keadaan umum lemah, pasien dalam mobilisasi dibantu oleh perawat atau
keluarga, ekstremitas atas kekuatan otot bagian kiri 25%, tidak ada lesi,
ekstremitas bawah kekuatan otot bagian kanan 10%, tidak ada lesi, reflek otot
patella pasien abnormal, tekanan darah 140/90 mmHg, suhu 36,6 0C, nadi 76 x/i,
respirasi 24 x/i.
pasien mengatakan tidak dapat istirahat karena nyeri dibagian tangan kiri dan kaki
kanan, pasien mengeluh nyeri kepala dengan data objektif keadaan umum lemah,
wajah pucat, palpebra hitam, pasien tidur sehari semalam ± 4-5 jam perhari, skala
nyeri 6.
makan, mandi, BAB/BAK) karena anggota gerak terasa kaku, pasien mengeluh
lemah dengan data objektif keadaan umum lemah, aktivitas pasien (seperti
makan, mandi, BAB/BAK) dibantu oleh perawat atau keluarga pasien, tekanan
darah 140/90 mmHg, suhu 36 0C, nadi 76 x/i dan respirasi 24 x/i.
C. Perencanaan
inflamasi pada sendi, tujuan yang ingin dicapai yaitu nyeri berkurang dengan
kriteria hasil pasien tidak lagi mengeluh nyeri, pasien tampak tenang, keadaan
umum membaik, maka disusunlah rencana tindakan yang meliputi kaji tingkat
nyeri dengan menggunakan skala nyeri 1-10. Monitor dan catat tanda-tanda vital
setiap 2 jam sekali, anjurkan untuk sering mengubah posisi, anjurkan pasien
mandi air hangat pada waktu bangun dan waktu tidur, anjurkan pada pasien untuk
istirahat total selama serangan nyeri, kolaborasikan dengan tim medis untuk
Secara teoritis intervensi yang diberikan pada diagnosa nyeri adalah selidiki
keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0-10), berikan matras/kasur keras,
penggunaan bantal, karung pasir, dorong untuk sering mengubah posisi, anjurkan
pasien untuk mandi air hangat atau mandi pancuran pada saat bangun/waktu tidur,
(Doenges, 2000).
sendi, tujuan yang ingin dicapai yaitu pasien dapat melakukan mobilitas pasien,
dengan kriteria hasil fungsi motorik ekstremitas bawah bagian kanan dan
kegiatan secara mandiri, pasien mampu berjalan tampa bantuan orang lain,
keadaan umum membaik, maka disusunlah rencana tindakan yang meliputi kaji
keluhan pasien, bantu pasien dalam melakukan latihan gerak sehari-hari, beri
masase pada ekstremitas yang mengalami kelemahan, lakukan latihan aktif dan
sendi, pertahankan istirahat tirah baring/ duduk jika diperlukan jadwal aktivitas
untuk memberikan periode istirahat yang terus menerus dan tidur malam hari
yang tidak terganggu, bantu dengan rentang gerak aktif/pasif, posisikan dengan
mempertahankan postur tegak dan duduk tinggi, berdiri dan berjalan, kolaborasi :
dicapai yaitu kebutuhan istirahat pasien dapat terpenuhi dengan kriteria hasil
keadaan umum membaik, pasien dapat beristirahat dengan tenang, wajah tampak
ceria. Maka disusunlah rencana tindakan yang meliputi atur posisi tidur yang
nyaman, ciptakan suasana yang tenang dan nyaman, tanyakan pada pasien tentang
istirahat berhubungan dengan nyeri adalah kaji tingkat kebutuhan istirahat pasien,
kaji faktor penyebab perubahan pola tidur, anjurkan untuk memilih posisi tidur,
ingin dicapai yaitu aktivitas pasien terpenuhi dengan kriteria hasil keadaan umum
sesuai kebutuhan dan rencanakan istirahat selama siang hari, bantu aktivitas
duduk, ubah posisi dengan sering, tingkatkan aktivitas sesuai dengan toleransi,
D. Implementasi
keperawatan yang telah disusun, pada diagnosa pertama nyeri, tindakan yang
diberikan adalah mengkaji dan mencatat tingkat nyeri yang dialami pasien,
pasien untuk mengubah posisi baik sim kanan atau sim kiri sesuai dengan
keinginan pasien, menganjurkan pasien untuk mandi air hangat pada waktu
bangun dan waktu tidur, mengompres sendi-sendi yang sakit beberapa kali sehari
dengan menggunakan air hangat, menjelaskan pada pasien bahwa nyeri pada
tangan kiri dan kaki kanan berkurang bila pasien beristirahat, menganjurkan pada
keluarga agar tidak membiarkan tamu masuk kedalam ruangan selagi pasien tidur,
sering mengubah posisi, menganjurkan pasien untuk mandi air hangat atau mandi
pancuran pada saat bangun/waktu tidur, memberikan masase yang lembut,
kerusakan ujung tulang dan sendi, tindakan yang diberikan adalah mengkaji
keluhan pasien disaat melakukan aktivitas, memantau keadaan pasien setiap saat,
menganjurkan kepada keluarga agar menjaga posisi baring pada pasien yang
anggota gerak yang lemah, melakukan masase pada daerah tangan kiri dan kaki
kanan secara lembut, merubah posisi pasien setiap 2 jam sekali, melakukan
latihan aktif dan pasif bagi pasien, melakukan latihan pergerakan atau melakukan
fisioterapi pada waktu pagi hari dengan ahli fisioterapi, memonitor tanda-tanda
untuk memberikan periode istirahat yang terus menerus dan tidur malam hari
dengan bantal, kantung pasir, gulungan trokanter, bebat, brace, mendorong pasien
tindakan yang diberikan adalah mengatur posisi tidur semi fowler atau fowler
berganti arah sesuai keinginan pasien, mengajurkan pada keluarga agar tidak ribut
menyarankan pada keluarga agar tidak membiarkan tamu masuk kedalam ruangan
selagi pasien tidur, menganjurkan pada keluarga agar pengunjung yang datang
secara bergantian.
penyembuhan.
E. Evaluasi
masalah yang timbul pada Tn.UA dengan arthritis reumatoid, semua masalah
yang timbul dapat teratasi pada diagnosa pertama, nyeri berhubungan dengan
proses inflamasi pada sendi, masalah dapat teratasi pada hari ketiga perawatan.
Diagnosa kedua, hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan
ujung tulang dan sendi, masalah dapat teratasi pada hari terakhir perawatan.
PENUTUP
rawat inap penyakit saraf Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Pidie sejak tanggal
29 oktober 2010 sampai dengan 01 november 2010, maka penulis dapat menarik
A. Kesimpulan
banyak lemak seperti kerupuk melinjo, bunga kol dan makanan tersebut dapat
sesuai masalah yang timbul pada pasien dalam masa perawatan. Kemudian
diberikan pada pasien Tn.UA hal ini karena adanya dukungan dari pasien,
6. Evaluasi dan asuhan keperawatan yang telah penulis berikan pada Tn.UA
perawatan.
B. Saran –Saran
dengan arthritis reumatoid sangat diharapkan adanya kerja sama yang baik
dan saling mendukung antat tim kesehatan, sehingga akan dicapai hasil yang
optimal.
Carpenito – Moyet, Lynda Juall, 2007, Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Edisi 10,
EGC, Jakarta.
Carpenito – Moyet, Lynda Juall, 2006, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 8, EGC,
Jakarta.
Mansjoer, Arif et All, 2001, Kapita Selekta Kodokteran, Edisi 3, Media Aescalalus,
Jakarta.
PROSES KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Riwayat Keperawatan
a. Identitas Pasien
Nama : Tn. UA
Umur : 63 Tahun
Pendidikan : PGA
No.cm : 093740
1) Keluhan utama
Pasien tiba di ruang tanggal 27 oktober 2010, pada jam 10.30 wib
dengan keluhan tangan kiri dan kaki kanan terasa nyeri, nyeri kepala
dan ekstremitas bawah bagian kanan kulit untuk digerakkan dan pasien
5) Genogram Keluarga
63
Keterangan :
: Laki-laki
: Laki-laki meninggal
: Perempuan
: Perempuan Meninggal
: Pasien
1) Pola nutrisi
Sebelum sakit pasien makan 3 kali sehari dengan menu nasi, lauk pauk
bunga kol, tauge dan kerupuk melinjo. Pasien suka minum air kopi,
kacang-kacangan, bunga kol dan tauge serta kerupuk melinjo dan pola
2) Pola nutrisi/tidur
semalam pasien tidur ± 8 jam. Pasien tidur malam dari jam 22.00 Wib
sd 05.00 wib dan ditambah tidur siang dari jam 15.00 wib sd 16.00
wib.
Selama sakit pasien tidak dapat tidur karena ekstremitas bawah bagian
kanan terasa nyeri dan sulit untuk digerakkan, pasien hanya dapat tidur
3) Pola eliminasi
4) Pola aktivitas
pasien sendiri, karena pasien lemah nyeri sendi dibagian tangan dan
kaki, aktivitas pasien dibantu oleh keluarganya dan perawat dan pasien
5) Personal hygiene
Sebelum sakit : pasien mandi 2x sehari pagi dan sore memakai sabun
mandi, gosok gigi 1x sehari, ganti baju 1x sehari dan pasien sering
d. Data Psikologi
e. Data Sosial
f. Data Spritual
Pasien adalah seorang muslim yang taat beribadah kepada Allah SWT,
a. Pemeriksaan Umum
4) Berat badan : 70 kg
Respirasi : 24 x/menit
Temperature : 36,6 0C
6) Skala nyeri :6
b. Pemeriksaan Khusus
1) Inspeksi
sekret.
Telinga : Pendengaran baik, tidak ada serumen
simetris
2) Palpasi : Nyeri tekan pada tangan kiri dan kaki kanan, turgor kulit
jelek.
a. Reflek bisep
b. Reflek radius
d. Reflek patella
e. Reflek Achiles
Tidak adanya reaksi fleksi plantar dari kaki kanan dan tidak juga
f. Reflek babinski
Positif terjadi respon gerakan ibu jari kaki dorsofleksi dan jari-
3. Pemeriksaan Neurologi
waktu sepenuhnya.
b. Mervus (ranial)
mata normal.
normal.
10. Accessories (IX) : Pergerakan kepala, otot leher dan bahu normal
KIMIA KLINIK
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Pemeriksaan Darah Lengkap
Gula darah puasa 88 80 – 140 Mg/dl
(N) 80 – 125 Mg/dl
Gula darah PP 27 100 – 140 Mg/dl
Ureum 1,0 15 – 45 Mg/dl
Sedimen
Eritrosit 0–1 0 – 1 /LPB
Epitel 1–2
+2
Phospat
Pengobatan
Bedrest total
Diet MII
Ondecentron 10 / 8 jam
Acetaminoven 3 x 1
Aspirin 3 x 1
B. ANALISA DATA
Data Objektif :
Keadaan umum : lemah
Ekspresi wajah meringis
Skala nyeri 6
Tanda-tanda vital
TD : 140/90 mmHg
Suhu : 36,6 0C
HR : 76 x/menit
RR : 24 x/menit
Nyeri tekan pada tangan
kiri dan kaki kanan melalui
pemeriksaan palpasi.
2. Data Subjektif : Kerusakan ujung Hambatan
Pasien mengatakan tulang dan sendi mobilitas fisik
ekstremitas bawah bagian
kanan sulit untuk gerakan.
Pasien mengeluh lemah
Data Objektif
Keadaan umum : lemah
Pasien dalam mobilisasi
dibantu oleh perawat atau
keluarga.
Ekstremitas atas kekuatan
otot bagian kiri 25%, tidak ada
lesi.
Ekstremitas bawah
kekuatan otot bagian kanan
10%, tidak ada lesi.
Reflek otot patella pasien
abnormal.
No Data Etiologi Masalah
Tanda-tanda vital
TD : 140/90 mmHg
Suhu : 36,6 0C
HR : 76 x/menit
RR : 24 x/menit
3. Data Subjektif : Nyeri Perubahan Pola
Pasien mengatakan tidak Istirahat
dapat istirahat karena nyeri
dibagian tangan kiri dan kaki
kanan dan pasien mengeluh
nyeri kepala.
Data Objektif :
Keadaan umum : lemah
Wajah pucat
Palpebra hitam
Pasien tidur sehari
semalam ± 4 – 5 jam perhari.
Skala nyeri 6
4. Data Subjektif : Kelemahan fisik Intoleransi aktifitas
Pasien mengatakan tidak
dapat melakukan aktivitas
sehari-hari (seperti makan,
mandi, BAB/BAK) karena
anggota gerak terasa kaku.
Pasien mengeluh lemah
Data Objektif
Keadaan umum lemah
Aktivitas pasien (seperti
makan, mandi, BAB/BAK)
dibantu oleh perawat atau
keluarga pasien.
Tanda-tanda vital :
TD : 140/90 mmHg
Suhu : 36,6 0C
HR : 76 x/menit
RR : 24 x/menit
C. Diagnosa Keperawatan
sendi.
P: Interval dilanjutkan
1. Kaji tingkat nyeri dengan menggunakan
skala nyeri (1-10).
2. Monitor dan catat tanda-tanda vital
setiap 2 jam sekali.
3. Anjurkan untuk sering mengubah posisi
4. Anjurkan pasien untuk mandi air hangat
pada waktu bangun dan waktu tidur.
5. Anjurkan pada pasien untuk istirahat
total selama serangan nyeri.
6. Kolaborasikan dengan tim medis untuk
mendapatkan obat anti nyeri.
P: Intervensi dilanjutkan
1. Kaji keluhan pasien
2. Bantu pasien dalam melakukan latihan
gerak sehari-hari.
3. Beri masase pada ekstremitas yang
mengalami kelemahan.
4. Lakukan gerakan aktif dan pasif bagi
pasien.
5. Koordinasi upaya rehabilitasi
I:
fisioterapi.
A:
Masalah belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan
1. Atur posisi tidur
yang nyaman.
2. Ciptakan suasana
yang tenang dan nyaman.
3. Tanyakan pada
pasien tentang faktor-faktor yang
I:
memudahkan pasien tidur.
4. Batasi
pengunjung
Intervensi dilanjutkan
P:
1. Kaji tingkat nyeri dengan menggunakan
skala nyeri (1-10).
2. Monitor dan catat tanda-tanda vital
setiap 2 jam sekali.
3. Dorong untuk sering mengubah posisi
4. Anjurkan pada pasien untuk istirahat
total selama serangan nyeri.
5. Kolaborasikan dengan tim medis untuk
mendapatkan obat anti nyeri.
P: Intervensi dilanjutkan
1. Kaji keluhan pasien
2. Bantu pasien dalam melakukan latihan
gerak sehari-hari.
3. Beri masase pada ekstremitas yang
mengalami kelemahan.
4. Lakukan latihan aktif dan pasif bagi
pasien.
I:
1.1 Mengkaji keluhan pasien disaat melakukan
aktifitas.
1.2 Memantau keadaan pasien setiap saat.
2.1 Menganjurkan kepada keluarga untuk
sering melatih gerakan pada anggota gerak
yang lemah.
3.1 Melakukan masase pada daerah tangan kiri
dan kaki kanan secara lembut.
3.2 Merubah posisi pasien setiap 2 jam sekali.
4.1 Melakukan latihan aktif dan pasif bagi
pasien.
4.2 Melakukan latihan pergerakan atau
ROM.
No Tgl/Jam No.Dx Catatan Perkembangan
14.00 Wib E: Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien
mengatakan sudah dapat menggerakkan
ekstremitas bawah bagian kanan sedikit demi
sedikit.
R: Perhatikan perkembangan pasien pada hari
beikutnya dan intervensi dilanjutkan.
No Tgl/Jam No.Dx Catatan Perkembangan
3. 31 Oktober III S: Pasien mengatakan mulai bisa beristirahat
2010 karena nyeri dibagian tangan kiri dan kaki
09.00 Wib kanan mulai berkurang (skala nyeri 3).
O: Keadaan umum mulai membaik
Wajah tampak ceria
Pasien dapat tidur 7-8 jam perhari
Skala nyeri 3
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
1. Atur posisi tidur yang nyaman
2. Ciptakan suasana yang tenang dan
nyaman
3. Tanyakan pada pasien tentang faktor-
faktor yang memudahkan pasien tidur.
4. Batasi pengunjung
I:
1.1 Mengatur posisi tidur semi fowler atau
fowler berganti sesuai keinginan pasien.
2.1 Menganjurkan agar tamu yang datang
secara bergantian.
3.1 Menanyakan pada pasien tentang faktor
yang memudahkan pasien tidur.
4.1 Menyarankan pada keluarga agar tidak
membiarkan tamu masuk kedalam ruangan
selagi pasien tidur.
14.00 E:
Pada jam 14.00 Wib setelah tindakan
keperawatan dilakukan pasien mengatakan
sudah dapat beristirahat.
R:
Perhatikan perkembangan pasien pada hari
berikutnya dan intervensi dilanjutkan
No Tgl/Jam No.Dx Catatan Perkembangan
4 31 Oktober IV S: Pasien mengatakan sudah dapat melakukan
2010 kegiatan ringan tapi masih dibantu oleh
keluarga atau perawat.
09.00 Wib
P: Intervensi dilanjutkan
1. Berikan bantuan pada
aktifitas pasien agar dapat mengurangi
penggunaan energi pasien.
2. Bantu aktivitas
perawatan diri yang diperlukan.
3. Jelaskan pentingnya
istirahat dalam rencana pengobatan dan
perlunya keseimbangan aktifitas dan
istirahat.
I:
1.1 Memberikan bantuan pada aktifitas sehari-
hari sesuai kebutuhan.
1.2 Menganjurkan keluarga untuk membantu
pasien dalam melakukan aktivitas sehari-
harinya.
2.1 Membantu pasien dalam aktivitas
perawatan diri
2.2 Menganjurkan keluarga untuk membantu
perawatan pasien.
3.1 Menganjurkan pasien tirah baring untuk
mempercapat proses penyembuhan.
3.2 Menganjurkan pada keluarga tentang
pentingnya istirahat untuk proses
penyembuhan.
No Tgl/Jam No.Dx Catatan Perkembangan
E: Jam 14.00 Wib setelah tindakan keperawatan
dilakukan pasien mengatakan sudah dapat
melakukan aktivitas ringan, namun masih
dibantu oleh keluarga.
R: Perhatikan perkembangan pasien pada hari
berikutnya dan intervensi dilanjutkan.
No Tgl/Jam No.Dx Catatan Perkembangan
1. 01 November I S: Pasien mengatakan tidak lagi merasakan nyeri
2010 O: Ekspresi wajah tenang
09.00 Wib Keadaan umum membaik
A: Masalah teratasi
P: Tindakan di hentikan
2. 01 November II S: Pasien mengatakan sudah dapat menggerakkan
2010 ekstremitas bawah bagian kanan, walaupun
09.00 Wib masih sedikit demi sedikit.
O: Keadaan umum membaik
Kekuatan otot ekstremitas atas
bagian kiri 75%, tidak ada lesi.
Kekuatan otot ekstremitas
bawah bagian kanan 75%, tidak ada lesi.
A: Masalah teratasi
P: Tindakan dihentikan
Data Pribadi
Nama : Hilda
Agama : Islam
Pidie
Ayahda : M. Amin
Pekerjaan : Wiraswasta
Ibunda : Wardiah
Riwayat Pendidikan
PARAF
NO TGL URAIAN
PEMBIMBING