I DENGAN MASALAH
Oleh
106116050
2019
2
Halaman Persetujuan
NIM : 106115050
Menyetujui
Halaman Pengesahan
Pada hari :
Tanggal:
Dewan Penguji
Penguji Ketua
Sutarno, SST.,M.Kes
Penguji Anggota I
Trimeilia S, S.Kp.,M.Kes
Penguji Anggota II
Mengesahkan,
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
Kesehatan Jiwa Terpadu RSUD Banyumas Tahun 2019” diajukan sebagai salah
berkat bimbingan, pengarahan dan petunjuk dari pembimbing serta bantuan dari
banyak pihak akhirnya karya tulis ilmiah ini dapat penulis selesaikan.
3. Ns. Yuni Sapto Edhy R, M.Kep selaku Ketua Program Studi D3 Keperawatan
Cilacap.
5
7. Bapak Rasminto dan Ibu Robiyatun selaku orang tua kandung penulis yang
spiritual. Supaya karya tulis ilmiah ini selesai dengan baik tanpa suatu
halangan.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala kritik dan saran demi
Akhir kata kami berharap semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat
Penulis
6
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.....................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................iii
KATA PENGANTAR....................................................................................iv
DAFTAR ISI..................................................................................................vi
DAFTAR BAGAN.........................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................4
C. Tujuan Penulisan................................................................................4
D. Manfaat Penulisan..............................................................................4
BAB II TINJUAN PUSTAKA
A. Pengertian Halusinasi.........................................................................6
B. Rentang Respons Halusinasi..............................................................6
C. Jenis Halusinasi..................................................................................9
D. Mekanisme terjadinya........................................................................10
E. Etiologi...............................................................................................11
F. Manifestasi Klinis Halusinasi............................................................14
G. Mekanisme Koping Halusinasi..........................................................16
H. Akibat Halusinasi...............................................................................16
I. Pohon Masalah...................................................................................17
J. Diagnosa Keperawatan......................................................................17
K. Intervensi Keperawatan.....................................................................18
L. Implementasi......................................................................................41
M. Evaluasi..............................................................................................42
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian..........................................................................................43
B. Diagnosa Keperawatan......................................................................60
C. Intervensi Keperawatan.....................................................................60
D. Implementasi Keperawatan................................................................62
E. Evaluasi Keperawatan........................................................................
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................64
LAMPIRAN
DAFTAR BAGAN
7
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan tidak hanya terkait dengan kesehatan fisik semata, namun juga
kesehatan jiwa (Yohanes, David & Naomi, 2017). Kesehatan jiwa menurut
Nomor 36 tahun 2009, pada Bab IX Pasal 144 Ayat 1 tentang kesehatan
setiap orang dapat menikmati kehidupan kejiwaan yang sehat, bebas dari
perubahan pada persepsi, emosi, pikiran, afek dan perilaku seseorang yang
aneh dan terganggu ( Prabowo, 2014 & Sadock, 2010). Di Indonesia pada
Jawa Tengah sebanyak 0,23% untuk usia 15 tahun keatas dari jumlah
Tengah mengalami gangguan jiwa berat. Dan berdasarkan data dari Rekam
tidak terorganisir, dan perilaku yang aneh (Videbeck, 2008). Dari sekian
obyek tanpa adanya rangsangan dari luar, gangguan persepsi sensori ini
dan diri sendiri, maka dari itu perlu dilakukan asuhan keperawatan secara
kesehatan jiwa satu atap dengan unit-unit pelayanan jiwa terikat yaitu
memiliki ruang rawat inap khusus untuk gangguan jiwa yaitu sebagai
berikut : ruang arjuna, ruang bima, ruang nakula, dan ruang sadewa.
Karya Tulis Ilmiah dengan kasus gangguan jiwa yang berjudul Asuhan
B. Rumusan Masalah
tahun 2019?.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan karya tulis ilmiah ini, agar penulis mampu
Ruang Nakula Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Daerah Banyumas
tahun 2019.
5
2. Tujuan Khusus
Instalasi.
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan.
2. Bagi Pembaca
6
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Halusinasi
terjadi, suatu pencerapan panca indera tanpa ada rangsangan dari luar
(Maramis, 2010).
Prabowo, 2014).
yang terkait dengan fungsi otak (Stuart & Laraia, 2009). Respon
sosial budaya yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam
pengalaman ahli.
d. Perilaku cocok atau sesuai adalah sikap dan tingkah laku yang masih
lingkungan.
kenyataan sosial.
b. Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi
hati.
d. Perilaku tak terorganisir merupakan perilaku yang tidak teratur.
e. Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu
dan diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu
seperti bau darah, urine, feses, parfum, atau bau yang lainnya. Hal ini
46
demensia.
4. Halusinasi pengecapan, yaitu merasa mengecap seperti darah, urine,
berkonsentrasi.
2. Tahap II : Menyalahkan, tingkat kecemasan berat, secara umum
dengan orang lain, rentang perhatian hanya beberapa detik atau menit,
mengikuti perintah.
4. Tahap IV : Menguasai, tingkat kecemasan panik secara umum diatur
1. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi adalah faktor risiko yang menjadi sumber
berikut :
a. Faktor pengembangan
Tugas perkembangan pasien terganggu misalnya
tidak mampu sejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri dan
c. Faktor biokimia
d. Faktor psikologis
49
tidak menyenangkan.
d. Perilaku
Perilaku yang perlu dikaji pada pasien dengan gangguan
b. Data Objektif
tidak jelas
3. Halusinasi penciuman
a. Data Subjektif
Membaui bau-bauan seperti bau darah, urine, feses, dan kadang-
hidung.
4. Halusinasi pengecapan
a. Data Subjektif
Merasakan rasa seperti darah, urine, atau feses
b. Data Objektif
5. Halusinasi perabaan
a. Data Subjektif
Merasa seperti tersengat listrik
b. Data Objektif
permukaan kulit
ansietas.
2. Proyeksi, yaitu keinginan yang tidak dapat ditoleransi, mencurahkan
emosi pada orang lain karena kesalahan yang dilakukan diri sendiri
maupun psikologis, reaksi fisik yaitu individu pergi atau lari menghindar
perilaku apatis, mengisolasi diri, tidak berminat, sering disertai rasa takut
dan bermusuhan.
H. Akibat Halusinasi
Dampak yang dapat ditimbulkan oleh klien yang mengalami
kekerasan baik pada diri sendiri, orang lain atau lingkungan. Untuk
seseorang yang diarahkan pada diri sendiri, orang lain, atau lingkungan.
Perilaku kekerasan pada diri sendiri dapat berbentuk melukai diri untuk
bunuh diri atau membiarkan diri dalam bentuk penelantaran diri. Perilaku
kekerasan pada orang adalah tindakan agresif yang ditujukan untuk melukai
I. Pohon Masalah
Resiko Perilaku Kekerasan
.
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi
Penglihatan, pendengaran, pengecapan, perabaan, penciuman
53
Isolasi Sosial
J. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran, Penglihatan,
b) Tindakan keperawatan
Bina hubungan saling percaya dengan :
1) Sapa klien dengan ramah dan baik secara verbal dan
non verbal.
2) Perkenalkan diri dengan sopan.
3) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan
dasar klien.
2) TUK II : Klien dapat mengenal halusinasi
a) Kriteria evaluasi :
54
timbulnya halusinasi.
(2) Klien dapat mengungkapkan perasaan terhadap
halusinasinya.
b) Tindakan keperawatan
(1) Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap.
(2) Observasi tingkah laku klien terkait dengan
teman bicara.
(3) Bantu klien mengenal halusinasinya dengan cara :
dikatakan.
menuduh/menghakimi).
adanya.
55
mengendalikan halusinasi.
5) Klien dapat mengetahui aktivitas kelompok.
b) Tindakan keperawatan
(1) Identifikasi bersama klien tindakan yang dilakukan jika
terjadi halusinasi
(2) Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, jika
timbulnya halusinasi :
(a). Katakan : “Saya tidak mau dengar kau” pada saat
halusinasi muncul.
(b). Menemui orang lain atau perawat, teman atau
sempat muncul.
(d). Meminta keluarga atau teman atau perawat, jika
Qur’an.
(b) Membersihkan rumah dan alat-alat rumah tangga.
56
masih muda).
(e) Mencari teman untuk ngobrol.
(5) Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah
mengontrol halusinasinya.
a) Kriteria evaluasi
(1) Keluarga dapat saling percaya dengan perawat.
(2) Keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda dan
dan ramah.
(2) Membina hubungan saling percaya dengan
dan ramah
(3) Anjurkan klien menceritakan halusinasinya kepada
mengontrol halusinasinya.
(4) Diskusikan halusinasinya pada saat berkunjung
tentang:
(a) Pengertian halusinasi
(b) Gejala halusinasi apa saja yang dialami klien.
57
bersama.
(e) Beri informasi waktu follow up atau kapan perlu
lingkungan.
5) TUK V : Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik.
a) Kriteria evaluasi
(1) Klien dan keluarga dapat menyebutkan manfaat, dosis
dengan benar.
(3) Klien mendapat informasi tentang efek dan efek
samping obat.
(4) Klien dapat memahami akibat berhenti minum obat
tanpa konsutasi.
(5) Klien dapat menyebutkan prinsip 5 benar penggunaan
obat.
b) Tindakan keperawatan
(1) Diskusikan dengan pasien tentang manfaat dan
benar.
58
cara : Menghardik.
(g) Memasukan ke dalam jadwal kegiatan
harian.
b) Strategi pelaksanaan tindakan II (SP II)
(1) Mengevaluasi kegiatan yang lalu (SP I)
(2) Melatih berbicara dengan orang lain saat
halusinasi muncul.
(3) Memasukan ke dalam jadwal kegiatan
harian.
c) Strategi pelaksanaan tindakan III (SP III)
(1) Mengevaluasi kegiatan yang lalu (SP I & II)
(2) Melatih kegiatan agar halusinasi tidak
muncul.
(3) Memasukan ke dalam jadwal kegiatan
harian.
d) Strategi pelaksanaan tindakan IV (SP IV)
(1) Mengevaluasi jadwal kegiatan yang lalu (SP
I, II dan III).
(2) Menanyakan pengobatan sebelumnya.
(3) Menjelaskan tentang pengobatan (5 benar).
59
merawat pasien.
(2) Menjelaskan proses terjadinya halusinasi.
(3) Menjelaskan cara-cara merawat pasien.
(4) Bermain peran cara merawat pasien.
(5) RTL keluarga/jadwal keluarga untuk merawat
pasien.
b) Strategi pelaksanaan tindakan II (SP II)
(1) Mengevaluasi kemampuan keluarga (SP I).
(2) Melatih keluarga merawat pasien.
(3) RTL keluarga/jadwal keluarga untuk merawat
pasien.
c) Stategi pelaksana tindakan III (SP III)
(1) Mengevaluasi kemampuan keluarga (SP II).
(2) Melatih keluarga merawat pasien.
(3) RTL keluarga/jadwal keluarga untuk merawat
pasien.
d) Strategi pelaksana tindakan IV (SP IV)
(1) Mengevaluasi kemampuan keluarga.
(2) Mengevaluasi kemampuan pasien.
(3) RTL keluarga: keluarga
(a) Follow up.
(b) Rujukan.
verbal.
60
mengungkapkan perasaannya.
3) Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan
lain.
Kriteria Evaluasi:
Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan
orang lain.
Intervensi :
a) Kaji pengetahuan klien tentang manfaat berhubungan
lain.
c) Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan
orang lain.
f) Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak
sudah dicapai.
d) Membantu klien untuk mengevaluasi manfaat
tentang.
(a) Perilaku menarik diri.
63
menarik diri.
(3) Mendorong anggota keluarga untuk memberi
orang lain.
(4) Anjurkan kepada keluarga secara rutin dan
seminggu.
(5) Memberi reinforcement atas hal-hal yang telah
dicapai keluarga.
c. Strategi Pelaksanaan sehari hari menurut Keliat (2011), antara
lain :
1) Klien
a) Strategi pelaksanaan tindakan I (SP 1)
Mengidentifikasi penyebab:
1) Siapa yang satu rumah dengan pasien
2) Siapa yang dekat dengan pasien? Apa sebabnya?
3) Siapa yang tidak dekat dengan pasien? Apa
sebabnya?
4) Menjelaskan keuntungan dan kerugian berinteraksi
& keluarga).
3) Memasukan ke dalam jadwal kegiatan pasien.
c) Strategi pelaksanaan tindakan III (SP 3)
1) Mengevaluasi SP 1, 2
2) Melatih ADL (kegiatan sehari hari), cara berbicara
3) Memasukan ke dalam jadwal kegiatan pasien
d) Strategi pelaksanaan tindakan IV (SP 4)
1) Mengevaluasi SP 1, 2, 3
2) Melatih ADL (kegiatan sehari hari), cara berbicara
64
pasien.
b) Strategi pelaksanaan tindakan II (SP 2)
(1) Mengevaluasi SP 1.
(2) Melatih (langsung ke pasien).
(3) RTL keluarga/ jadwal keluarga untuk merawat
pasien.
c) Strategi pelaksanaan tindakan III (SP 3)
(1) Mengevaluasi SP 1, 2.
(2) Melatih (langsung ke pasien).
(3) RTL keluarga/ jadwal keluarga untuk merawat
pasien.
d) Strategi pelaksana tindakan IV (SP IV)
(1) Mengevaluasi kemampuan keluarga.
(2) Mengevaluasi kemampuan pasien.
(3) RTL keluarga: tindak lanjut
a. Follow up
b. Rujukan
3. Diagnosa Keperawatan ketiga : Resiko Menciderai Diri Sendiri,
lingkungan.
b. Tujuan Khusus:
1) Membina hubungan saling percaya
Tindakan:
a) Salam terapeutik - perkenalkan diri - jelaskan tujuan –
lingkungan.
2) Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
Tindakan:
c) Beri kesempatan mengungkapkan perasaan
d) Bantu klien untuk mengungkapkan penyebab perasaan
kekerasan.
Tindakan:
b) Menganjurkan klien mengungkapkan apa yang dialami
klien
d) Simpulkan bersama klien tanda dan gejala jengkel atau
dilakukan
Tindakan :
a) Menganjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku
klien.
b) Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang
perilaku kekerasan
a) Diskusikan kegiatan fisik yang biasa dilakukan klien
b) Beri pujian atas kegiatan fisik klien yang biasa
dilakukan
c) Diskusikan dua cara fisik yang paling mudah dilakukan
perilaku kekerasan.
Tindakan:
a) Diskusikan cara melakukan nafas dalam dengan klien
b) Beri contoh klien tentang cara menarik nafas dalam
c) Minta klien mengikuti contoh yang diberikan sebanyak
5 kali.
d) Beri pujian positif atas kemampuan klien
dipelajari
9) Klien mengevaluasi kemampuan dalam melakukan cara
perasaan marah”
10) Klien dapat mendemonstrasikan cara sosial untuk
makan”.
(2) Menolak dengan baik: “Maaf, saya tidak bisa
evaluation).
i) Validasi kemampuan klien dalam melaksanakan latihan.
68
berkurang”.
11) Klien mendemonstrasikan cara spiritual untuk mencegah
perilaku kekerasan.
a) Diskusikan dengan klien kegiatan ibadah yang pernah
dilakukan.
b) Bantu klien menilai kegiatan ibadah yang dapat
dilakukan.
d) Meminta klien untuk mendemonstrasikan kegiatan
diminum ( 5 benar).
b) Diskusikan dengan klien tentang manfaat minum obat
secara teratur.
13) Klien dapat mengikuti TAK: stimulasi persepsi pencegahan
perilaku kekerasan.
Tindakan:
a) Diskusikan proses minum obat.
b) Susun jadwal minum obat bersama klien.
14) Klien mendapatkan dukungan keluarga dalam melakukan
marah berkurang”.
e) Anjurkan klien ikut TAK: stimulasi persepsi
perilaku kekerasan.
(2) Melatih cara fisik 1, 2.
(3) Memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
b) Strategi pelaksanaan (Sp 2 pasien )
(1) Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya.
(2) Melatih verbal (3 macam).
(3) Memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.
c) Startegi pelaksanaan (Sp 3 pasien)
(1) Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya.
(2) Melatih spiritual ( min 2 macam).
(3) Memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.
d) Strategi pelaksanaan (Sp 4 pasien)
(1) Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya.
(2) Melatih patuh obat.
(3) Memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.
L. Implementasi
sebagai berikut :
S : Respon subyektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilakukan.
O : Respon obyektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilakukan.
A : Analisa yang berdasarkan data subyektif dan obyektif untuk
yang ada.
P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon
pasien.
BAB III
STUDI KASUS
71
Pada bab III ini, penulis akan menyajikan hasil dari asuhan
tiga hari pada tanggal 20 Juni 2019 sampai dengan 22 Juni 2019 yang
A. Pengkajian
11.00 WIB di ruang Nakula RSUD Banyumas oleh Lutfi Nur Kharomah,
1. Identitas Klien.
Nama : Tn. I
Umur : 34 Tahun
Jenis kelamin : Laki - laki
Suku/Bangsa : Jawa, Indonesia
Agama : Islam
Status : Bercerai
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Alamat : Kroya, Cilacap
Diagnosa Medis : F.20
No Register : 00739860
Tanggal dirawat : 12 Juni 2019
Identitas Penanggung jawab.
Nama : Ny. A
Umur : 28 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Perawat
Alamat : Karang Salam
Hubungan dengan klien : Perawat
2. Alasan Masuk :
72
mengalami perubahan tingkah laku sejak 1,5 bulan yang lalu, mondar-
3. Keluhan Utama :
4. Faktor Predisposisi
a. Biologis
perawatan.
2) Genetik
Klien mengatakan ada keluarga yang mengalami gangguan
b. Psikososial
73
tahun yang lalu ditinggal pergi oleh istri dan anaknya tanpa
alasan apapun.
b. Riwayat penganiayaan
Klien tidak mengalami penganiayaan seperti aniaya fisik,
Keterangan :
5. Faktor Presipitasi
6. Fisik
a. Konsep diri
1) Citra tubuh
Klien mengatakan menyukai semua yang ada dalam
bermasyarakat.
4) Ideal diri
Klien mengatakan harapannya adalah sakit yang diderita
dengan bapaknya.
2) Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat
Klien mengatakan tidak pernah mengikuti kegiatan
rumah.
8. Status Mental
a. Deskripsi Umum
1) Penampilan
Cara berpakaian :
Klien berpakaian sesuai dan rapi, tidak menggunakan
c. Persepsi
1) Halusinasi :
Klien mengalami halusinasi pendengaran, klien mengatakan
setiap 2 hari sekali dan muncul saat sore hari ketika klien
secara sederhana.
4) Insight :
Klien mengatakan menerima sakit yang dialaminya, dan
ingin sembuh.
5) Pengambilan keputusan (Judgment)
Klien mengatakan keputusan yang diambil saat ini adalah
masalah komunikasi.
a. Makan :
Klien mampu makan sendiri secara mandiri.
b. BAB / BAK :
Klien mampu melakukan BAB/BAK sendiri tanpa bantuan.
c. Mandi :
Klien mampu mandi sendiri tanpa dibantu.
dengan keluarganya.
b. Mekanisme koping maladaptif : klien mengatakan terkadang
dideritanya.
Terapi medis :
a. Clozapin 3 x 1 25 mg ( jam 06.00 , 14.00, 22.00 )
b. Trihexipenidril 3 x 25 mg ( jam 06.00, 14.00, 22.00 )
c. Risperidone 3 x 1 mg ( jam 06.00, 14.00, 22.00 )
Riwayat alergi obat : Klien mengatakan tidak ada alergi obat
apapun
81
laboratorium.
Isolasi Sosial
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran
2. Isolasi Sosial
C. Intervensi
1. Gangguan Persepsi sensori: Halusinasi Pendengaran
83
keberhasilannya
3) Dapat menyebutkan dan mempraktikan cara mengontrol halusinasi:
a) Menghardik
b) Minum obat
c) Bercakap-cakap dengan orang lain
d) Melakukan kegiatan
4) Dapat minum obat dengan bantuan minimal
5) Ungkapan halusinasi sudah hilang atau terkontrol
Intervensi: (Klien)
SP I
1) Bina hubungan saling percaya dengan klien
2) Identifikasi halusinasi: isi, frekuensi, waktu terjadinya, situasi
obat)
3) Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan menghardik dan
minum obat
SP III
1) Evaluasi kegiatan menghardik dan minum obat. Beri pujian
2) Latih cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap saat
terjadi halusinasi
84
cakap
2) Latih cara mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan
(gunakan booklet)
3) Jelaskan cara merawat halusinasi
4) Anjurkan membantu klien sesuai jadwal dan memberikan pujian
SP II
1) Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat atau melatih klien
menghardik
2) Jelaskan 6 benar cara memberikan obat
3) Latih cara memberikan atau membimbing klien minum obat
4) Anjurkan membantu klien sesuai jadwal dan beri pujian
SP III
1) Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat atau melatih klien
mengontrol halusinasi
85
saatu halusinasi
4) Anjurkan membantu klien sesuai dan jadwal dan beri pujian
SP IV
1) Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat atau melatih klien
SP V
1) Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat atau melatih klien
2. Isolasi Sosial
TUK II :
1) Diri sendiri
2) Orang lain
3) Lingkungan
TUK III :
1) Banyak teman
2) Tidak kesepian
3) Bisa diskusi
4) Saling menolong
TUK IV :
bertahap antara :
1) Klien – perawat
2) Klien – perawat lain
3) Klien – klien lain
4) Klien – kelompok atau masyarakat
TUK V :
TUK VI :
diri
2) Klien dapat mengungkapkan rasa puas dalam merawat klien
merawat diri.
D. Implementasi
Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran
1. Kamis, 20 Juni 2019
a. Membina hubungan saling percaya dan berkenalan dengan klien
(12.35-12.50)
e. Memasukan pada jadwal kegiatan untuk latihan menghardik dan
selanjutnya (15.15-15.45)
88
(10.45-11.00)
d. Memasukan ke jadwal kegiatan untuk latihan menghardik dan
berikutnya (11.15-11.40)
e. Mengevaluasi cara mengontrol halusinasi dengan menghardik dan
13.35)
g. Memasukan ke dalam jadwal kegiatan untuk menghardik, minum
11.10)
d. Memasukan ke dalam jadwal kegiatan untuk menghardik, minum
selanjutnya (11.10-11.35)
89
14.30)
E. Evaluasi
1. Kamis, 20 Juni 2019
Jam 14.00
S : - Klien mengatakan masih ingat cara menghardik dan akan
Jam 13.00
direncanakan.
- Klien mengatakan akan patuh minum obat dan
mengontrol halusinasinya.
a. Jam 12.30
jadwal kegiatan.
b. Jam 14.30
91
halusinasi.
BAB IV
PEMBAHASAN
sejauh mana asuhan keperawatan yang sudah diterapkan, apakah ada kesesuaian
atau kesenjangan antara teori dan praktik dalam memberikan asuhan keperawatan
3 hari, yaitu pada tanggal 20 Juni – 22 Juni 2019. Di dalam pembahasan ini akan
keperawatan.
A. Pengkajian
Hasil pengkajian yang dilakukan oleh penulis pada klien Tn. I tanggal 20
Juni 2019 jam 11.00 WIB di peroleh data sebagai berikut : klien mengatakan
mendengar suara-suara bisikan yang menyuruhnya untuk pergi dari rumah. Suara
itu muncul hampir 2 hari sekali, ketika dirinya sedang melamun. Saat mendengar
suara itu klien merasa gelisah, bingung dan kesal. Klien terkadang berbicara
sendiri, senyum dan tertawa sendiri, tampak gelisah, kontak mata ada tetapi tidak
bertahan lama, berbicara dengan nada pelan. Hal ini sesuai pendapat Keliat, (2005
dalam Putri 2015) bahwa tanda dan gejala halusinasi meliputi bicara, senyum dan
tertawa sendiri, menarik diri dan menghindar dari orang lain , tidak dapat
membedakan antara keadaan nyata dan tidak nyata, tidak dapat memusatkan
58
59
Yusuf, Fitryasari & Nihayati (2015), klien termasuk dalam fase yang keempat
yaitu Fase Conquering atau panik yaitu klien lebur dengan halusinasinya. Klien
memarahi klien. Klien menjadi takut, tidak berdaya, hilang kontrol. Perilaku klien
adalah perilaku teror akibat panik, potensi bunuh diri, perilaku kekerasan, menarik
diri.
Faktor predisposisi pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
adalah klien mengatakan 8 tahun yang lalu ditinggal pergi oleh istri dan anaknya
tanpa alasan apapun. Hal ini sesuai dengan teori menurut Yusuf, Nihayati &
depannya. Klien memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam
hayal akibat kehilangan orang yang dicintai, kehilangan cinta, fungsi fisik,
individu.
Faktor presipitasi klien dirawat adalah klien mengatakan putus minum
obat dan sudah tidak minum obat sejak 5 bulan yang lalu. Hal ini sesuai dengan
teori yang dikemukakan Carolina (2008) bahwa secara umum klien dengan
salah satu gejala gangguan jiwa yang klien mengalami perubahan sensori persepsi,
atau penciuman. Klien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada, hal ini
C. Intervensi Keperawatan
umum dan tujuan khusus. Tujuan umum intervensi halusinasi adalah klien dapat
dasar untuk melakukan hubungan atau interaksi selanjutnya, selain itu bina
hubungan saling percaya dengan klien mempunyai tujuan agar kita bisa
melakukan pendekatan yang baik dengan klien, dan bisa menjalin sebuah
menunjukan rasa sayang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau
61
bina hubungan saling percaya dengan prinsip terapeutik, sapa klien dengan
ramah, selalu rendah hati tidak bersikap sombong dihadapan klien agar klien
bisa lebih dekat dengan kita, selain itu tanyakan nama lengkap klien, dan nama
sikap empati dan menerima klien apa adanya, beri perhatian pada pasien dan
yaitu : Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap, Observasi tingkah
laku klien terkait dengan halusinasinya. Bicara dan tertawa tanpa stimulus,
memandang ke kiri dan ke kanan seolah-olah ada teman bicara, Bantu klien
halusinasi tanyakan apakah ada suara yang di dengar, jika klien menjawab ada
lanjutkan apa yang dikatakan, katakan bahwa perawat percaya klien mendengar
suara itu, namun perawat sendiri tidak mendengarnya (dengan nada sahabat
tanpa menuduh/menghakimi), katakan pada klien bahwa ada juga klien lain
yang sama seperti dia, katakan bahwa perawat akan membantu klien.
siang, sore dan malam atau jika sendiri, jengkel, sedih), diskusikan dengan
klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi (marah, takut, sedih, tenang)
klien dapat memilih cara mengatasi halusinasinya, klien dapat memilih cara
mengendalikan halusinasinya.
Tindakan keperawatannya adalah : identifikasi bersama klien tindakan yang
biasa dilakukan jika halusinasi muncul, beri pujian dan penguatan terhadap
mengontrol halusinasi, dorong klien untuk memilih cara yang digunakan dalam
menghadapi halusinasi, beri pujian dan penguatan terhadap pilihan yang benar,
keluarga (ucapkan salam, perkenalkan diri, sampaikan tujuan, buat kontrak dan
halusinasi, akibat yang akan terjadi jika perilaku halusinasi tidak perilaku
keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk pasien minimal satu seminggu
sekali, berikan reinforcement positif atau pujian atas hal-hal yang telah dicapai
keluarga.
e. TUK 5 :
Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik dengan kriteria hasil klien
dapat menyebutkan manfaat, dosis, dan efek samping obat, klien dapat
tentang efek samping obat dan akibat berhenti minum obat, klien dapat
frekuensi serta manfaat minum obat, anjurkan pasien minta sendiri obat pada
tentang manfaat dan efek samping obat, diskusikan akibat berhenti minum obat
Penulis melakukan intervensi selama 3 hari pada tanggal 20 Juni – 22 Juni 2019
dengan Tn. I. Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan pada Tn. I meliputi
atau mengkaji halusinasi pasien, melatih pasien beberapa cara untuk mengontrol
kegiatan harian.
Pelaksanaan tindakan keperawatan dilakukan pada tanggal 20 Juni 2019
khusus pertama dan kedua serta melakukan strategi pelaksanaan pertama pada
pukul 11.00 WIB yaitu mendiskusikan dengan klien tentang halusinasinya (isi
dalam jadwal kegiatan harian. Hal ini sesuai dengan pendapat Kelliat (2006),
bahwa membina hubungan saling percaya pertama kali merupakan dasar untuk
halusinasi adalah upaya untuk mengendalikan diri terhadap halusinasi dan tidak
mengikuti halusinasi yang muncul atau sebagai upaya untuk memutus halusinasi.
Penulis mengalami kesulitan karena klien belum bisa sepenuhnya
memperhatikan apa yang ditanya oleh perawat, klien masih terlihat gelisah,
perhatiannya gampang beralih dan kontak mata ada tetapi tidak bertahan lama,
sehingga saat klien diajarkan cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik,
penulis harus mengulangnya beberapa kali agar klien bisa mengingatnya dan
berjalan lancar. Setelah klien diajarkan cara tersebut beberapa kali, klien mampu
halusinasi yang kedua yaitu mengajarkan cara patuh minum obat, yang
65
dilaksanakan pada tanggal 21 Juni 2019 pukul 12.15 WIB. Adapun yang
mengalami hambatan, karena klien belum mengetahui tata cara penggunaan obat
dengan benar, belum mengetahui manfaat dan dampak apabila tidak minum obat
secara teratur. Oleh karena itu pada tanggal 22 Juni 2019 pukul 11.25 WIB,
penulis mengulang cara mengontrol halusinasi yang ke dua yaitu cara patuh
minum obat, efek jika tidak minum obat secara teratur dengan menjelaskan
tentang lima benar obat yaitu benar klien, benar jenis, benar dosis, benar guna dan
benar cara. Hal ini sesuai dengan pendapat Kelliat (2006), bahwa melatih klien
dan untuk mencapai kondisi semula. Dan jika klien mengetahui efek samping obat
maka klien dapat mengetahui apa yang harus dilakukan setelah minum obat. Serta
menemui masalah karena klien sama sekali belum mengetahui semua yang
halusinasi yang ketiga yaitu bercakap-cakap pada tanggal 22 Juni 2019 pukul
11.30 WIB, penulis mendiskusikan cara baru untuk mengontrol halusinasi yaitu
bercakap-cakap dengan orang lain, membantu klien untuk memilih dan melatih
melatih aktifitas terjadwal. Hal ini sesuai dengan pendapat Kelliat (2006), bahwa
melatih pasien bercakap-cakap dengan orang lain adalah upaya untuk terjadi
distraksi, fokus perhatian klien akan beralih dari halusinasi ke percakapan yang
dilakukan dengan orang lain tersebut. Dalam pelaksanaan penulis tidak mendapat
keempat yaitu melakukan aktifitas harian, serta mengevaluasi cara-cara yang telah
di ajarkan dan melatih pasien melakukan aktivitas terjadwal, ini adalah upaya
untuk memberikan alternative pikiran bagi klien. Dan untuk membiasakan diri
klien agar saat halusinasi datang dirinya sudah terbiasa melakukan kegiatan yang
terjadwal. Hal ini sesuai dengan pendapat Yosep (2010), dengan beraktifitas
secara terjadwal, klien tidak akan mengalami banyak waktu luang yang seringkali
kesempatan lebih besar untuk mencapai hasil yang lebih baik. Dalam pelaksanaan
penulis tidak menemui hambatan, karena klien memperhatikan apa yang penulis
Tn. I setelah Tn. I mampu melakukan tindakan yang sudah penulis ajarkan. Selain
itu pemberian pujian juga bisa membantu klien supaya lebih termotifasi dan mau
merubah perilaku.
Terdapat intervensi yang belum dilakukan oleh penulis, adapun intervensi
yang belum dilakukan oleh penulis ialah melibatkan keluarga dalam tindakan
67
keperawatan, hal ini karena tidak adanya anggota keluarga yang menengok Tn. I
selama penulis melakukan asuhan keperawatan pada Tn. I, padahal salah satu
keluarga. Menurut Yosep (2010) keluarga adalah support system terdekat dan 24
konsisten akan membuat klien mandiri dan patuh mengikuti program pengobatan.
Menurut penelitian Rismayanti & Sudirman (2014) pengetahuan tentang obat juga
sangat penting dalam proses perawatan dan bermanfaat bagi kesembuhan klien.
merawat pasien.
Penulis saat ini dalam melakukan implementasi tidak sepenuhnya berjalan
tanpa faktor penghambat, adapun faktor penghambat yang dialami penulis dalam
melakukan implementasi ialah klien tidak mampu tenang, dimana klien selalu
kondusif. Disisi lain tidak hadirnya keluarga juga menjadi salah satu faktor
sesuai dengan strategi pelaksanaan yang penulis buat, yaitu pada tujuan khusus
yang pertama, klien dapat membina hubungan saling percaya, pada tujuan khusus
yang kedua, klien dapat mengenal halusinasinya dan pada tujuan khusus yang
mengawasi dan memberikan dukungan pada klien, dan berinteraksi pada klien
untuk kenyamanan klien dan kegiatan didalam maupun ruangan seperti senam
sampai tujuan khusus kelima serta strategi pelaksanaan pertama sampai keempat
dapat tercapai. Hal ini dibuktikan dengan klien mampu mempraktekkan cara
orang lain, melakukan aktivitas terjadwal. Sesuai dengan pendapat Kelliat (2006)
bahwa kriteria hasil dari strategi yang pertama sampai kelima yaitu klien dapat
menyebutkan cara baru untuk mengontrol halusinasi, klien dapat memilih cara
dan efek samping obat klien dapat mendemonstrasikan penggunaan obat dengan
benar, klien mendapat informasi tentang efek samping obat dan akibat berhenti
minum obat, klien dapat menyebutkan prinsip lima benar penggunaan obat.
Pada tahap evaluasi diagnosa gangguan persepsi sensori : halusinasi
pendengaran sudah tercapai, dengan hasil klien ada perubahan perilaku pada saat
hari pertama ketemu klien masih terlihat tegang, perhatiannya mudah beralih,
perubahan sikap terjadi ketika penulis memberikan makan siang pada klien
klien kooperatif.
Hari kedua klien sudah mulai terbuka dengan penulis ditujukan dengan
klien tidak hanya menjawab pertanyaan dari penulis melainkan klien juga mulai
perasaannya, klien mengatakan halusinasi sudah tidak muncul lagi, dan klien
begitupun dihari ketiga klien menunjukkan muka yang lebih rileks, tidak tampak
A. Kesimpulan
adalah klien kadang mendengar suara-suara bisikan yang meyuruhnya untuk pergi
dari rumah, suara itu muncul hampir 2 hari sekali dan muncul pada sore hari saat
dirinya sedang melamun, saat mendengar suara itu pasien merasa gelisah, jengkel
dan kesal, klien berbicara dengan nada pelan, berinteraksi dan menjawab
orang lain dan melakukan aktivitas terjadwal. Evaluasinya adalah klien mampu
B. Saran
1. Rumah Sakit
72
73
Kegiatan atau aktivitas seperti senam setiap pagi, menyapu agar pasien tidak
2. Bagi Perawat
kembali, dalam hal ini sebaiknya perawat sering berinteraksi dengan klien untuk
3. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan mampu untuk mengaplikasikan ilmu yang telah
Abdul 2015, Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan Keperawatan Jiwa. dilihat
29 Mei 2019.
http://.repository.ump.ac.id/1076/3/EKA%20HALIFAH%20BAB
%2011pdf
Fitria, Nita 2015, Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan, Jakarta: Salemba
Medika
Keliat & Akemat 2010, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC.
Kusumawati & Hartono. 2011. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Penerbit
Salemba Medika.
64
65
Nasir, A.N., Muhith, A., & Ideputri, M.E 2011, Buku Ajar Metodologi Penelitian
Kesehatan Konsep Pembuatan Karya Tulis & Thesis Untuk Mahasiswa
Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika
http://www.depkes.go.id/resoutces/download/general/Hasil
%20Riskesdas202013.pdf
World Health Organitation (WHO) 2014, The Mental Health 2014. Mei 10,2014.
http://www.who.int/mental_health/management/shizophenia/en/
Yohanes, KH., David, H.T., & Naomi, V 2017, Stigma Terhadap Orang Dengan
Gangguan Jiwa Di Bali. Jurnal Ilmiah Psikologi, 8, 2, 121-132
Yosep. 2009. 2011. 2010, Keperawatan Jiwa. (Edisi Revisi). Bandung : Refika
Aditama
Yusuf, Fitryasari & Nihayati 2015, Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Jakarta Selatan : Penerbit Salemba Medika.