Disusun Oleh
Nama : ARIS SETIAWAN
NIM : A0010046
Tantangan dan masalah merupakan tanda bahwa kita masih hidup, tantangan
Prinsip hidup menjadi Penopang menjalani kehidupan, selalu ingatlah tujuan dari
rumah, tujuan untuk ibadah, tujuan yang didasarkan atas nama Allah SWT.
Belajarlah untuk memberi. Jika itu masih sulit, belajarlah tersenyum sebab
Telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing KTI untuk diseminarkan dalam
Ujian Sidang KTI pada tanggal 1 Agustus 2013
Pembimbing
Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 5 Agustus 2013 dan
dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima
Penguji I,
Pembimbing II,
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala karunia, rahmat, dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul ”
senantiasa kita haturkan kepada Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga dan
Pada kesempatan ini pula, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
memberikan bantuan, dorongan dan bimbingan yang tak ternilai harganya dalam
2. Arifin Dwi Atmaja, S.Kep, Ns. Selaku Ka Prodi D III Keperawatan STIKes
3. Uswatun Insani, S.Kep, Ns. selaku Pembimbing Karya Tulis Ilmiah yang telah
4. Seluruh Dosen Prodi D III Keperawatan STIKes Bhamada Slawi yang telah
5. Bapak, Ibu dan kakak tercinta, terima kasih yang telah memberikan semangat,
yang tidak dapat disebutkan satu per satu dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah
ini.
Demikian laporan kasus Asuhan Keperawatan ini saya tulis, harapan penulis
semoga asuhan keperawatan ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca dalam
menambah wawasan.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSEMBAHAN................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................. 1
B. Tujuan Penulisan................................................................................ 3
C. Manfaat Penulisan.............................................................................. 4
A. Pengertian ............................................................................................ 5
C. Etiologi.................................................................................................. 6
D. Patofisiologi ......................................................................................... 8
E. Pathways .............................................................................................. 11
H. Komplikasi ........................................................................................... 13
I. Penatalaksaan ....................................................................................... 14
A. Pengkajian............................................................................................. 22
B. Identitas................................................................................................. 22
C. Riwayat Kesehatan................................................................................ 23
E. Pemeriksaan Fisik................................................................................. 26
F. Pemeriksaan Penunjang........................................................................ 29
G. Analisa Data.......................................................................................... 30
I. Rencana keperawatan............................................................................ 32
BAB IV PEMBAHASAN........................................................................ 46
BAB V PENUTUP.................................................................................. 51
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia sendiri, 10% dari 250 juta penduduk Indonesia diperkirakan menderita
sama dan pada masa menopause perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki.
Umumnya prevalensi asma anak lebih tinggi dibandingkan dewasa, tetapi ada
pula yang melaporkan prevalensi dewasa lebih tinggi dari anak. Angka ini juga
berbeda-beda antara satu kota yang lain di negara yang sama. Di Indonesia
orang tua yang karir pada anaknya. Namun, akhir-akhir ini genetik bukan
serangan asma. Orang yang menderita penyakit asma 70% diantaranya adalah
disebabkan karena perilaku individu dan gaya hidup yang kurang bersih dan 30%
asma ringan akan sembuh pada usia 12-13 tahun, sedangkan 50-60% lainnya akan
sembuh pada usia 25 tahun dan sisanya sebanyak 20% akan menderita asma
seumur hidupnya, hal inilah yang digolongkan penyakit asma yang berat
(Sundaru, 2010).
Asma telah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu, para ahli masih belum
sepakat mengenai definisi penyakit tersebut. Dari waktu ke waktu definisi asma
membuat diagnosis asma, sehingga secara praktis para ahli berpendapat asma
reversibel (tetapi tidak lengkap pada beberapa pasien) baik secara spontan
mengi, dan sesak nafas. Penyempitan saluran nafas pada asma dapat terjadi secara
pula terjadi mendadak, sehingga menimbulkan kesulitan nafas yang akut. Derajat
obstruksi ditentukan oleh diameter lumen saluran nafas, dipengaruhi oleh edema
Faktor resiko kematian karena asma adalah akibat dari terapi yang buruk.
Komplikasi lain yang mungkin muncul dari diagnosa asma adalah status
Menurut data yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. SOESELO
Slawi pada bulan Januari sampai bulan Juni 2013 didapatkan jumlah penderita
asuhan keperawatan pada pasien Asma Bronchial di Rumah Sakit Umum Daerah
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
asma bronchial.
2. Tujuan Khusus
asma bronchial.
asma bronchial.
asma bronchial.
C. Manfaat Penulisan
1. Rumah Sakit
pelayanan keperawatan.
2. Institusi Pendidikan
3. Masyarakat
asma bronchial.
4. Penulis
keterampilan penulis, baik dari segi konsep dasar penyakit maupun konsep
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
(Rab, 2002).
nafas, inflamasi jalan nafas, dan jalan nafas yang hiperresponsif atau spasme
B. Klasifikasi
Klasifikasi asma menurut Smeltzer & Bare (2002), asma sering dicirikan
sebagai berikut:
a. Asma alergik
biasanya mempunyai riwayat medis masa lalu ekzema atau rhinitis alergik.
b. Asma idiopatik atau nonalergik
seperti aspirin dan agens anti inflamasi non steroid lain, pewarna rambut,
lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat
c. Asma gabungan
Adalah bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik
C. Etiologi
Menurut Somantri (2008) ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi
1. Faktor predisposisi
menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat
mudah terkena penyakit asma broncial jika terpapar dengan foktor pencetus.
a. Alergen
obatan.
b. Perubahan cuaca
Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan debu.
d. Stress.
itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping
gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang
asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang
raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma.
aktifitas tersebut.
D. Patofisiologi
menyempit pada fase tersebut. Hal ini mengakibatkan udara distal di tempat
peningkatan volume residu, kapasitas residu fungsional (KRF), dan pasien akan
bernafas pada volume yang tinggi mendekati kapasitas paru total (KPT).
Keadaan hiperinflasi ini bertujuan agar saluran nafas tetap terbuka dan
Gangguan yang berupa obstruksi saluran nafas dapat dinilai secara dengan
VEP (Volume Ekspirasi Paksa detik pertama) atau APE (Arus Puncak
saluran nafas besar, sedang, maupun kecil. Gejala mengi menandakan ada
penyempitan di saluran nafas besar, sedangkan pada saluran nafas kecil, batuk
Ada daerah-daerah yang kurang mendapat ventilasi, sehingga darah kapiler yang
lebih berat lagi banyak saluran nafas dan alveolus tertutup oleh mukus sehingga
menyebabkan shunting yaitu peredaran darah tanpa melalui unit pertukaran gas
pernafasan.
Resti
kelelahan kerusakan
Intoleransi infeksi
alveoli
aktivitas
Kerusakan
pertukaran gas
Tiga gejala umum asma adalah batuk, dispnea, dan mengi. Pada beberapa
keadaan, batuk mungkin satu-satunya gejala. Serangan asma sering kali terjadi
pada malam hari. Penyebabnya belum dimengerti dengan jelas, tetapi mungkin
a. Pemeriksaan Spirometri
c. Pemeriksaan sputum
Jumlah eosinofil total dalam darah sering meningkat pada pasien asma. Hal
ini dapat membantu dalam membedakan asma dari bronkitis kronik. Juga
dapat sebagai patokan untuk menentukan cukup tidaknya dosis kortikosteroid
e. Uji kulit
f. Foto Dada
Pemeriksaan hanya dilakukan pada asma yang berat. Pada fase awal
pada stadium yang lebih berat PaCO2 justru mendekati normal sampai
H. Komplikasi
a. Pneumotoraks.
c. Atelektasis.
e. Gagal nafas.
f. Bronkitis.
g. Fraktur iga.
I. Penatalaksanaan
a. Medis
b. Keperawatan
asap rokok.
J. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
b. Sirkulasi.
jantung/takikardia.
c. Intregitas Ego.
d. Makanan/Cairan.
badan.
e. Higiene.
f. Pernapasan.
asma.
panjang.
g. Keamanan.
lingkungan.
1) Adanya/berulangnya infeksi.
2) Kemerahan/berkeringat.
h. Seksualitas.
i. Interaksi sosial.
2. Diagnosa Keperawatan
oksigen.
Bronchial adalah:
bronkospasme.
INTERVENSI
nafas.
terinfeksi.
oksigen.
kemampuan/situasi.
INTERVENSI
3) Palpasi fremitus.
menunjukan fekhipoksemia.
imun.
individu.
INTERVENSI
1) Awasi suhu.
bertahap.
beraktivitas.
beraktivitas.
keadaan individu.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
B. IDENTITAS
1. Pasien
Nama : Tn. P
Umur : 53 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Wiraswata
2. Penanggung Jawab
Nama : Ny. Y
berdahak.
Tn. P masuk RSUD Dr. Soeselo slawi Pada tanggal 24 Juni 2013 sekitar jam
18.50 WIB. Sebelum di bawa ke RSUD Dr. Soeselo Slawi Tn. P sejak 3 hari
yang lalu mengeluh sesak nafas disertai batuk berdahak, kemudian Tn. P
RSUD DR. SOESELO Slawi. Saat dikaji perawat IGD Tekanan darah Tn. P
Tn. P mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit asma
bronchial, dan penyakit keturunan seperti DM, dan penyakit menular seperti
TBC, hepatitis.
Tn. P tahu tentang penyakit yang diderita, Tn. P menceritakan keluhan yang
terdekat.
2. Pola nutrisi
menu makan nasi, sayur-mayur, dan lauk-pauk. Dalam 1 hari Tn. P minum 8
gelas ukuran sedang. Selama sakit Tn. P mengatakan makan 3x sehari, habis
1 piring dengan menu yang diberikan dari rumah sakit yaitu nasi, sayur-
mayur, dan lauk-pauk. Dalam 1 hari Tn. P minum 8 gelas ukuran sedang,
hanya saja jika mau makan dan minum Tn. P dibantu oleh keluarganya.
3. Pola eliminasi
Sebelum sakit Tn. P BAB kurang lebih sehari 1x dengan konsistensi sedikit
lembek dan BAK kurang lebih 4 kali sehari dengan warna jernih dan berbau
khas. Selama sakit Tn. P BAB sehari 1x, dengan konsistensi sedikit lembek.
BAK seperti biasa 4 kali sehari, dalam satu kali BAK Tn. P mengeluarkan
urin sampai 400 cc. Dalam satu hari ada 1600 cc.
Aktifitas 0 1 2 3 4
Makan √
Mandi √
Berpakaian √
Eliminasi √
Keterangan:
Sebelum sakit Tn. P mengatakan didalam persepsi dan daya ingat tidak
ada masalah. Penglihatan baik, pengecapan dan sensori Tn. P baik. Tn. P
Sebelum sakit Tn. P mengatakan tidur selama 8 jam, dari jam 20.30 WIB
sampai jam 04.30 WIB dan tidur siang selama 11/2 jam dari jam 14.30
WIB sampai jam 16.00 WIB. Selama sakit Tn. P mengatakan tidur terasa
cukup yaitu selama 8 jam, dari jam 21.30 WIB sampai jam 05.30 WIB dan
tidur siang selama 11/2 jam dari jam 14.30 WIB sampai jam 16.00 WIB.
Sebelum sakit Tn. P mengatakan percaya pada dirinya sendiri bahwa apa
yang selama ini dia lakukan, itu semua semata-mata hanya ingin
penyakit yang diderita itu adalah cobaan dari Allah SWT bukanlah
kutukan.
genetalia Tn. P, dan tidak ada gangguan dalam hubungan seksual, namun
pada keluarganya.
Tn. P beragama islam, Tn. P selalu shalat lima waktu. Selama sakit Tn. P
mengatakan hanya dapat shalat diatas tempat tidur dan berdo’a untuk
kesembuhannya.
E. PEMERIKSAAN FISIK
a. Kesadaran : Composmenthis
N= 110x/menit, S= 37,5º C
c. Pemeriksaan fisik
6) Mulut : Mulut bersih, tidak ada karies gigi dan gigi palsu, tidak ada
8) Jantung
9) Paru
bronkus
10) Abdomen
Perkusi = Tyimpani
11) Genitalia : Alat kelamin bersih, tidak ada kelainan pada alat kelamin
12) Ekstremitas :
20 tetes/menit, turgor kulit baik, dan tidak ada jejas, tidak ada
melemah.
4 4
4 4
Keterangan:
gerakan.
Skala 2 = Dapat menggerakan otot sesuai perintah tapi jika disuruh ditahan
20 tpm, injeksi ceftriaxon 2x1 1 gr/IV, dexa 2x1 6 gr/IV, Bisolvon 3x1 2 mg,
Setelah dilakukan pengkajian pada tanggal 25 Juni 2013 ditemukan analisa data dan diagnosa keperawatan sebagai berikut :
TANGGAL/
DATA PROBLEM ETIOLOGI
JAM
25 Juni 2013 DS: Tn. P mengatakan sesak nafas disertai batuk berdahak, Bersihan jalan nafas tidak Bronkospasme
Jam 08.30 DO: Tn. P terlihat batuk dan sesak nafas, bunyi nafas efektif
wheezing, terpasang O2 2liter/menit, RR= 32x/menit,
WIB
Eosinofil= 5.20% (H)
25 Juni 2013 DS: Tn. P mengatakan sedikit lesu, Tn. P makan dan minum Intoleransi aktivitas Keletihan
terlihat lemah.
I. RENCANA KEPERAWATAN
Berdasarkan masalah yang ditemukan pada saat pengkajian tanggal 25 Juni 2013 penulis menyusun intervensi dengan diagnosa
1 Setelah dilakukan 1. Monitor TTV dan auskultasi bunyi 1. Mengetahui pernafasan sudah mulai Aris
Jam 09.00 selama 3 x 24 jam 2. Anjurkan untuk minum hangat. 2. Air hangat dapat membantu
WIB diharapkan masalah jalan mengencerkan lendir.
nafas dapat teratasi 3. Atur posisi Tn. P semi fowler. 3. Memaksimalkan fungsi paru.
dengan kriteria hasil : 4. Lakukan inhalasi 2 x/hari. 4. Dengan menghirup uap dapat
1. Tn. P tidak sesak dan
mengencerkan sekresi dan mengurangi
batuk lagi.
inflamasi mukosa.
2. Bunyi nafas bersih. 5. Demonstrasikan batuk efektif.
5. Membantu mengeluarkan sekret.
3. RR nomal 6. Kolaborasi dengan dokter
6. Membantu pemberian suplai O2.
16-24x/menit. pemberian obat dan O2.
25 Juni 2013, Setelah dilakukan 1. Ukur nadi, tekanan darah dan 1. Tanda-tanda vital dapat berubah antara Aris
WIB selama 3 x 24 jam 2. Ajarkan aktivitas mandiri mulai dari 2. Membantu melemaskan otot.
diharapkan klien dapat ringan seperti makan dan minum
mempertahankan
frekuensi pernafasan
J. CATATAN KEPERATAN DAN EVALUASI KEPERAWATAN
1 25 Juni 2013 1. Memonitor TTV, mengauskultasi bunyi DS : Tn. P mengatakan masih sesak. Aris
Jam 09.00 WIB nafas. DO: Tn. P terlihat lemas., bunyi nafas masih wheezing
N= 110x/menit, S= 36,5º C.
Jam 09.10 WIB 2. Menganjurkan untuk minum hangat. DS : Tn. P mengatakan mau minum.
Jam 09.00 WIB 3. Mengatur posisi Tn. P semi fowler. DS : Tn. P mengatakan lemas.
Jam 08.30 WIB 4. Melakukan inhalasi 2 x/hari ventoline DS : Tn. P mengatakan nyaman di nebulizer.
Jam 09.20 WIB 5. Mendemonstrasikan batuk efektif DS : Tn. P mengatakan mau mempraktekkan.
obat Ceftriaxon 2x1 gr/IV dan O2. DO: Obat masuk, RR= 30 x/menit.
2 25 Juni 2013 1. Mengukur nadi, tekanan darah dan DS : Tn. P mengatakan lemas. Aris
Jam 09.00 WIB pernafasan. DO: Tn. P Terlihat tiduran ditempat tidur.
N= 110x/menit, S= 36,5º C.
Jam 10.30 WIB 2. Mengajarkan aktivitas mandiri mulai DS : Tn. P mengatakan mau mencoba makan sendiri.
dari ringan, seperti makan, minum DO: Tn. P terlihat makan sendiri, tetapi Tn. P belum
kekamar mandi.
N= 110x/menit, S= 36,5º C.
setelah aktivitas.
Evaluasi pada hari ke I (Selasa, 25 Juni 2013)
Jam 13.00 WIB O : Tn. P sudah bisa melakukan cara batuk efektif, Tn. P terlihat nyaman saat dipasang dan
diberikan O2 2 liter, Tn. P mau menuruti apa yang diperintah oleh perawat (memposisikan
setengah duduk/semi fowler), tekanan darah Tn. P mencapai 120/70 mmHg, suhu badan Tn. P
mencapai 36,5º C, nadi 100 x/menit, pernafasan 30 x/menit, masih terdengar bunyi wheezing.
1. Monitor TTV.
25 Juni 2013, 2 S : Tn. P mengatakan baru bisa berjalan sedikit demi sedikit. Aris
Jam 13.00 WIB O : Tn. P terlihat masih lesu. Saat melakukan aktifitas sesaknya langsung kambuh dan langsung
dibantu dengan O2 sekitar 2-3 liter. Tekanan darah Tn. P mencapai 120/70 mmHg, suhu badan
mencapai 36,5º C, nadi 100 x/menit, pernafasan 30 x/menit.
P : lanjutkan intervensi
2. Ajarkan aktivitas mandiri mulai dari ringan seperti makan dan minum sampai klien berjalan
mandiri.
4. Kurangi intensitas, frekuensi atau lamanya aktivitas jika frekuensi pernafasan meningkat
1 26 Juni 2013 1. Memonitor TTV, mengauskultasi bunyi DS : Tn. P mengatakan sesak berkurang. Aris
nafas.
Jam 07.00 WIB DO: Tn. P terlihat duduk, bunyi nafas masih wheezing.
3. Mengatur posisi Tn. P semi fowler. DO: Tn. P terlihat sedang minum.
duduk.
4. Melakukan inhalasi 2 x/hari ventoline DO: Tn. P terlihat tidur dengan posisi setengah duduk.
5. Berkolaborasi dengan dokter pemberian DO: Tn. P terlihat sesak berkurang. RR= 27 x/menit
Jam 11.30 WIB obat Ceftriaxon 2x1 gr/IV dan O2. DS : Tn. P mengatakan masih menggunakan O2.
N= 110x/menit, S= 36,5º C.
3. Mengukur TTV segera setelah aktivitas DS : Tn. P mengatakan lemas sedikit berkurang walau
Jam 12.00 WIB
habis melakukan aktifitas.
N= 110x/menit, S= 36,5º C.
26 Juni 2013, 1 S : Setelah dilakukan tindakan Tn. P mengatakan masih sedikit sesak, batuk sudah tidak ada. Aris
Jam 13.00 WIB O : Tn. P sudah bisa melakukan cara batuk efektif, Tn. P terlihat nyaman saat dipasang dan
diberikan O2 2 liter, Tn. P mau menuruti apa yang diperintah oleh perawat (memposisikan
setengah duduk/semi fowler), tekanan darah Tn. P mencapai 120/80 mmHg, suhu badan Tn. P
mencapai 36,5º C, nadi 100 x/menit, pernafasan 27x/menit, masih terdengar bunyi wheezing.
P : Lanjutkan intervensi
1. Monitor TTV.
26 Juni 2013, S : Tn. P mengatakan baru bisa berjalan sedikit demi sedikit. Aris
Jam 13.00 WIB O : Tn. P terlihat berlatih untuk kekamar mandi sendiri, namun Tn. P terlihat sedikit lemas. Saat
kondisinya melemah, sesaknya langsung kambuh. Tekanan darah Tn. P mencapai 120/80
mmHg, suhu badan mencapai 36,5º C, nadi 100 x/menit, pernafasan 27x/menit.
P : lanjutkan intervensi.
2
1. Ukur nadi, tekanan darah dan pernafasan.
2. Ajarkan aktivitas mandiri mulai dari ringan seperti makan dan minum sampai klien berjalan
mandiri.
4. Kurangi intensitas, frekuensi atau lamanya aktivitas jika frekuensi pernafasan meningkat
1 27 Juni 2013 1. Memonitor TTV, mengauskultasi bunyi DS : Tn. P mengatakan sesak berkurang. Aris
Jam 07.00 WIB nafas. DO: Tn. P terlihat duduk, sudah tidak terdengar bunyi
wheezing.
N= 90x/menit, S= 36,5º C.
Jam 09.10 WIB 2. Menganjurkan untuk minum hangat. DS : Tn. P mengatakan mau minum.
Jam 09.00 WIB 3. Mengatur posisi Tn. P semi fowler. DS : Tn. P mengatakan nyaman dengan posisi setengah
duduk.
Jam 08.30 WIB 4. Melakukan inhalasi 2 x/hari ventoline 2,5 DS : Tn. P mengatakan nyaman di nebulizer.
obat Ceftriaxon 2x1 gr/IV dan O2. DO: Tn. P terlihat duduk, obat masuk.
N= 90x/menit, S= 36,5º C.
Jam 10.30 WIB 2. Mengajarkan aktivitas mandiri mulai dari DS : Tn. P mengatakan mau mencoba kekamar mandi
3. Mengukur TTV segera setelah aktivitas DS : Tn. P mengatakan sudah tidak lemas saat
Jam 12.00 WIB
beraktifitas.
N= 90x/menit, S= 36,5º C.
Jam 12.20 WIB lamanya aktivitas jika frekuensi DO : Tn. P terlihat sudah tidak lemas, pernafasan dan
pernafasan meningkat berlebihan setelah nadi Tn. P sebelum dan sesudah beraktifitas
27 Juni 2013, 1 S : Setelah dilakukan tindakan Tn. P mengatakan masih sedikit sesak, batuk sudah tidak ada. Aris
Jam 13.00 WIB O : Tn. P terlihat sedikit sesak, tekanan darah Tn. P mencapai 120/70 mmHg, suhu badan Tn. P
mencapai 36,5º C, nadi 90 x/menit, pernafasan 24 x/menit, sudah tidak terdengar bunyi
wheezing.
P : Lanjutkan intervensi
1. Monitor TTV.
2. Atur posisi Tn. P semi fowler.
27 Juni 2013, S : Tn. P mengatakan sudah tidak lemas lagi dan sedikit sesak saat melakukan aktifitas. Aris
Jam 13.00 WIB O : Tn. P terlihat sudah tidak lemas. Pernafasan dan nadi Tn. P sebelum dan sesudah beraktifitas
P : lanjutkan intervensi.
2. Ajarkan aktivitas mandiri mulai dari ringan seperti makan dan minum sampai klien berjalan
mandiri.
4. Kurangi intensitas, frekuensi atau lamanya aktivitas jika frekuensi pernafasan meningkat
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai Asuhan Keperawatan yang ditemukan
pada kasus Tn. P dengan Asma Bronchial di ruang Dahlia RSUD Dr. Soeselo
Slawi selama 3 hari pada tanggal 25 sampai 27 Juni 2013. Dimana didalam
seseorang mengalami suatu ancaman yang nyata atau potensial pada status
Batasan karakteristik batasan mayor meliputi batuk tidak efektif atau tidak
Oleh karena itu diangkat diagnosa bersihan jalan nafas tidak efektif
terpenuhi.
Pada Tn. P terdapat data subjektif Tn. P mengatakan sesak nafas dan
Menurut Smeltzer dan Bare (2002) tiga gejala umum asma adalah batuk,
eosinofil total dalam darah sering meningkat pada pasien asma. Hal ini dapat
membantu dalam membedakan asma dari bronkitis kronik. Juga dapat sebagai
atau topikal.
Hasil evaluasi tanggal 25, 26, dan 27 Juni 2013 jam 13.00 WIB
sedikit sesak, batuk tidak ada, dan data objektifnya batuk dapat mengeluarkan
mandiri. Tn. P telah mampu mencapai kriteria hasil yang telah ditetapkan,
kepada perawat ruangan agar tetap memantau kondisi Tn. P sampai kondisi
frekuensi nafas lebih dari 24 x/menit, frekuensi nadi lebih dari 95 x/menit,
mendapat serangan jika melakukan aktifitas jasmani atau olah raga yang
berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma
sebab keletihan Tn. P, anjurkan Tn. P untuk tidur, istirahat, ajarkan aktivitas
mandiri mulai dari ringan, observasi RR, sebelum dan sesudah aktivitas.
Evaluasi tanggal 25, 26, dan 27 Juni 2013 jam 13.00 WIB masalah
dapat beraktivitas kembali secara mandiri, tetapi sedikit sesak. objektif Tn. P
terlihat tidak lemas dan tidak ada perubahan TTV, terutama pernafasan
kepada keluarga Tn. P dan perawat ruangan agar tetap memantau kondisi Tn.
PENUTUP
Pada akhir penulisan laporan kasus ini, penulis dapat menarik suatu
kesimpulan dari uraian bab-bab sebelumnya. Selain itu penulis juga memberikan
rekomendasi atau saran yang nantinya diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan
A. Kesimpulan
jalan nafas, inflamasi jalan nafas, dan jalan nafas yang hiperresponsif atau
spasme otot polos bronchial. Asma juga diartikan sebagai gangguan pada
masalah teratasi sebagian dan diagnosa kedua masalah teratasi, dan telah
dokter.
B. Saran
Carpenito, Lynda Juall. 2007. Diagnosa Keperawatan (2006) alih bahasa Yasmin
Asih. Jakarta. EGC
Sundaru, Heru. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Cetakan Kedua. Jakarta :
Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
Rab, Tabani. 2000. Ilmu Penyakit Paru. Cetakan Pertama. Jakarta : Hipokrates