Z
DENGAN GANGGUAN PERNAPASAN : INFEKSI
SALURAN PERNAPAN AKUT DI PAVILIUN
THERESIA DI KAMAR 6 RUMAH
SAKIT RK CHARITAS
PALEMBANG
Disusun Oleh :
i
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK PADA PASIEN AN. Z
DENGAN GANGGUAN PERNAPASAN : INFEKSI
SALURAN PERNAPAN AKUT DI PAVILIUN
THERESIA DI KAMAR 6 RUMAH
SAKIT RK CHARITAS
PALEMBANG
Disusun oleh :
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Pembimbing,
Mengetahui, Menyetujui,
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Ketua Prodi DIII Keperawatan
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Penguji I :
Penguji II :
Penguji III :
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala berkat, penyertaan dan kasih setia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul Asuhan Keperawatan Anak pada
Pasien An. Z dengan Gangguan Sistem pernapasan: ISPA di Paviliun Theresia I
kamar 6 Rumah Sakit RK Charitas Palembang.
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam
menyelesaikan pendidikan prorgram Diploma III keperawatan. Dalam kesempatan
ini juga penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dan memberikan dorongan serta dukungan dalam menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah ini, terutama kepada yang terhormat:
1. Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Katolik Musi Charitas
Palembang
2. Ketua Program Studi DIII Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
3. Pembimbing Karya Tulis Ilmiah dari Pendidikan Fakultas Ilmu Kesehatan
4. Penguji I Karya Tulis Ilmiah Program Studi DIII Keperwatan
5. Penguji II Karya Tulis Ilmiah Program Studi DIII Keperawatan
6. Seluruh keluarga yang selalu mengiringi saya dengan doa dan dukungan
7. Segenap teman-teman satu almamater dan semua pihak yang terlibat
dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan Karya Tulis
Ilmiah ini masih banyak kekurangan baik dari segi materi, tata bahasa maupun
cara penyusunan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi perbaikan Karya Tulis Ilmiah ini di masa yang akan datang.
Akhirnya penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.
Palembang, Mei 2016
Penulis
v
DAFTAR ISI
Hal
Halaman Sampul
Halaman Judul.........................................................................................................ii
Halaman Persetujuan..............................................................................................iii
Halaman Pengesahan..............................................................................................iv
Kata Pengantar.........................................................................................................v
Daftar Isi.................................................................................................................vi
Daftar Gambar......................................................................................................viii
Daftar Tabel.............................................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.........................................................................1
B. Ruang Lingkup Penulisan.......................................................................3
C. Tujuan Penulisan....................................................................................3
D. Metode Penulisan...................................................................................4
E. Sistematika Penulisan.............................................................................5
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Medik
1. Pengertian.........................................................................................7
2. Anatomi Fisiologi.............................................................................8
3. Klasifikasi.........................................................................................11
4. Etiologi.............................................................................................12
5. Patofisiologi......................................................................................12
6. Tanda dan Gejala..............................................................................13
7. Komplikasi.......................................................................................13
8. Pemeriksaan Diagnostik...................................................................14
9. Penatalaksanaan ...............................................................................15
B. Konsep Dasar Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan..................................................................16
2. Diagnosa Keperawatan.....................................................................18
3. Rencana Keperawatan......................................................................18
4. Pelaksanaan Keperawatan................................................................27
5. Evaluasi............................................................................................27
6. Discharge Planing.............................................................................27
C. Patoflow Diagram Teori.........................................................................29
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian..............................................................................................32
B. Analisa Data ..........................................................................................55
C. Diagnosa keperawatan...........................................................................58
D. Perencanaan keperawatan......................................................................60
E. Pelaksanaan keperawatan.......................................................................66
F. Evaluasi keperawatan.............................................................................85
G. Patoflow Kasus......................................................................................90
vi
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian........................................................................................92
B. Diagnosa keperawatan.....................................................................93
C. Perencanaan keperawatan................................................................95
D. Pelaksanaan keperawatan.................................................................97
E. Evaluasi keperawatan.......................................................................98
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................................100
B. Saran.................................................................................................101
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR TABEL
ix
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
ISPA (infeksi salurang pernafasan akut) adalah infeksi akut yang
melibatkan organ saluran pernafasan pernafasan bagian atas dan bagian
bawah. Infeksi ini disebabkan oleh virus, jamur dan bakteri umumnya
penyakit ISPA biasanya ditandai dengan keluhan dan gejala yang ringan,
namun seiring berjalannya waktu, keluhan dan gejala yang ringan tersebut
bias menjadi berat kalu tidak segera di atasi. Oleh sebab itu, jika anak / bayi
sudah menunjukan gejala sakit ISPA, maka harus segera diobati agar tidak
menjadi berat yang bias menyebabkan gagal napas atau bahkan kematian.
Gejala yang ringan biasanya diawali dengan demam, batuk, hidung tersumbat
dan sakit tenggorokan (Marni,2014).
Menurut WHO (World Health Organization) tahun 2012 memperkirakan
insiden ISPA di Negara berkembang dengan angka kematian balita diatas 40
per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20% pertahun pada usiaah balita
biasanya terjadi karena rendahnya status gizi yang disebabkan beberapa factor
yang saling berkaitan yaitu ketersediaan pangan ditingkat rumah tangga dan
kemiskinan. Kondisi social ekonomi keluarga yang rendah merupakan
penyebab kurang gizi pada anak (efek nafsu makan berkurang). Status gizi
yang baik umumnya akan meningkatkan resistensi tubuh terhadap penyakit-
penyakit infeksi (Depkes, 2013).
Dari seluruh dunia menujukan bagian Asia menempatkan urutan pertama
dalam jumlah penderita ISPA setiap tahunnya, WHO mencatat Negara
Indonesia sebagai Negara dengan kasus tertinggi Infeksi Saluran Pernapasan
Akut di Asia Tenggara dengan menepati urutan pertama penyebab kematian
pada kelompok bayi dan balita. Insidens kejadian ISPA menurut kelompok
umur balita diperkirakan 0,29 episode per anak/tahun terjadi dinegara
berkembang dan 0,05 episode per anak/tahun di negara maju. Hal ini
2
menunjukkan bahwa terdapat 156 juta episode baru di dunia per tahun dimana
151 juta episode (96,7%) terjadi di negara berkembang. Kasus terbanyak
terjadi di India (43 juta), China (21 juta), Pakistan (10 juta), dan Bangladesh,
Indonesia, Nigeria masing-masing 6 juta episode (Syams, 2010).
Berdasarkan prevalensi ISPA tahun 2012 di Indonesia telah mencapai
25% dengan rentang kejadian yaitu sekitar 17,5 %- 41,4 % dengan 16
provensi diantaranya mempunyai prevalensi diatas angka nasional. Selain itu
ISPA juga sering berada pada daftar 10 penyakit terbanyak di rumah sakit,
Survey mortalitas yang dilakukan oleh subdit ISPA tahun 2013 menempatkan
ISPA sebagai penyakit kematian bayi terbesar di Indonesia dengan persentase
32,10% dari seluruh kematian balita, sedangkan di jateng 28% (2012), 27,2%
tahun 2013 (Depkes, 2013)`
3
2. Tujuan khusus
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan mahasiswa mampu:
a. Mengkaji pasien An.Z dengan Gangguan Sistem Pernapasan di RS
RK Charitas Palembang Paviliun Theresia I kamar 6 Infeksi
saluran pernapasan akut.
b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien An.Z dengan
Gangguan Sistem Pernapasan di RS RK Charitas Palembang
Paviliun Theresia I kamar 6
c. Menyusun rencana tindakan keperawatan pada pasien An.Z dengan
Gangguan Sistem Pernapasan di RS RK Charitas Palembang
Paviliun Theresia I kamar 6.
5
b. Observasi
Penulis mengadakan pengamatan langsung pada pasien sehingga penulis
dapat mengumpulkan data dengan tepat.
c. Pemeriksaan Fisik
Sumber data berikut dilakukan pada pasien dengan pemeriksaan secara
head to toe yang dilakukan melalui 4 tahapan yaitu inspeksi, palpasi,
perkusi dan auskultasi untuk melengkapi data.
d. Studi Dokumentasi
Untuk melengkapi data melalui catatan status pasien, Catatan
keperawatan pasien, data-data medik dan pemeriksaan diagnostik.
e. Studi Kepustakaan
Penulis dalam penyusunan asuhan keperawatan serta konsep dasar
tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan infeksi saluran
pernapasan akut adalah dari beberapa buku sumber.
E. Sistematika Penulisan
6
Sistematika penulisan karya tulis ilmiah ini terdiri dari 5 BAB, masing-
masing BAB berisi tentang :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, ruang lingkup
penulisan, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika
penulisan.
BAB II : TINJAUAN TEORI
Bab ini terdiri dari konsep dasar medis dan konsep dasar
keperwatan. Pada konsep dasar medis terdiri dari pengertian,
anatomi fisiologi, patofisiologi, etiologi, tanda dan gejala,
komplikasi, pemeriksaan diagnostik, dan penatalaksanaan,
sedangkan asuhan keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa
keperawatan, rencana keperawatan, pelaksanaan keperawatan,
evaluasi keperawatan, discharge planning dan patoflow diagram.
BAB II
TIJAUAN TEORI
2. Anatomi Fisiologi
a. Anatomi
(trakea) di bagian depam yang berfungsi pada saat proses menelan dan
respirasi.
d) Laring
Laring biasa disebut dengan voice box. Dibentuk oleh struktur
ephitelium-lined yang berhubungan dengan faring (di atas) dan trakea
(dibawah). Lokasinya berada di anterior tulang vertevra ke-4 dan ke-6.
Bagian atas dari esophagus berada di posterior laring.
Fungsi utama dari laring adalah untuk vocalization, selain itu juga
berfungsi sebagai proteksi jalan napas bawah dari bendah asing dan
memfasilitasi batuk.
2) Saluran pernapasan bagian bawah (lower Airway)
Ditinjau dari fungsinya secara umum, saluran pernapasan bagian
bawah terbagi menjadi dua komponen, yaitu sebagai berikut:
a) Saluran udara konduktif.
Sering disebut sebagai percabangan trakeobronkialitis, terdiri atas
trakea, bronki, dan bronkioli.
b) Saluran respiratotris terminal (kadang kalah disebut dengan acini).
Yaitu saluran udara konduktif, fungsi utamanya sebagai penyalur
(konduksi) gas masuk dan keluar dari satuan respiratorius terminal,
yang merupakan tempat pertukaran gas yang sesunggunya. Alveoli
meruapakan bagian dari satuan dari respiatori terminal.
c) Trakea .
Trakea merupakan perpajangan dari laring pada ketinggian tulang
vertebra torakala ke-7 yang mana bercabang menjadi dua brokus
(primary bronchus). Ujung dari cabang trakea biasanya di sebut
carina. Trakea ini sangat fleksibel dan berotot, pajangnya 12 cm
dengan c-shaped cincin kartilago. Pada garis ini mengndung
pseudostratified ciliated columnar epithelium yang mengandung
banyak sel goblet (sekresi mukosa ).
d) Bronkus dan Bronkiolus.
12
tempat yang tinggi tekanan partialnya ke tempat lain yang lebih rendah
tekanan parisialnya.
Oksigen dalam alveoli mempunyai tekanan parsial yang lebih
tinggi dari oksigen yang berada dalam darah dan karenanya udara
dapat mengalir dari alveoli masuk ke dalam darah. Karbondioksida
dalam darah mempunyi tekanan parsial yang lebih tinggi dari pada
yang berada dalam alveoli dan karenanya karbondioksida dapat
mengalir dari darah masuk ke dalam alveoli.
3) Transfortasi gas dalam darah
Transfort: pengangkutan oksigen dan karbon dioksida oleh darah.
Oksigen ditransfortasi dalam darah : dalam sel-sel darah merah;
oksigen bergabung dengan hemoglobin untuk membentuk
oksihemoglobin, yang berwarna merah terang. Dalam plasma:
sebagian oksigen terlarut dalam plasma.
Karbondioksida ditransfortasi dalam darah; sebagai natrium
bikarbonat dalam sel-sel darah merah dalam larutan bergabung dengan
hemoglobin dan protein plasma.
4) Pertukaran gas dalam jaringan
Metabolism jaringan meliputi pertukaran oksigen dan
karbondioksida diantara darah dan jaringan.
a) Oksigen
Bila darah yang teroksigenasi mencapai jaringan, oksigen
mengalir dari darah masuk ke dalam cairan jaringan karena tekanan
parsial oksigen dalam darah lebih besar dari pada tekanan dalam
cairan jaringan, dari dalam cairan jaringan oksigen mengalir
kedalam sel-sel sesuai kebutuhannya masing-masing.
b) Karbondioksida
Karbondioksida dihasilakan oleh sel mengalir ke dalam cairan
jaringan. Tekanan parsial karbondioksida dalam jaringan lebih
besar dari pada tekanannya dalam darah, dan karenanya
karbondioksida mengalir dari cairan jaringan ke dalam darah.
3. Klasifikasi penyakit
Menurut Depkes RI (200), klasifikasi terbagi menjadi tiga ringan, sedang,
berat :
16
a. ISPA ringan
Seseorang yang menderita ISPA ringan apabila ditemukan gejala
batuk, pilek, dan sesak.
b. ISPA sedang
ISPA sedang apabilah timbul gejala sesak nafas, suhu tubuh lebih
dari 39 dan bila bernapas mengeluarkan suara seperti mengorok.
c. ISPA berat
Gejala meliputi kesadaran menurun, nadi cepat atau tidak teraba,
nafsu makan menurun, bibir dan ujung nadi membiru (sianosis) dan
gelisah.
4. Etiologi
Menurut Marni (2014:28), ISPA (infeksi saluran pernapasan akut) dapat
disebabkan oleh :
a. Bakteri : Escherichia coli, streptococcus pneumonia, chlamidya
trachomatis, clamidia pneumonia, mycoplasma pneumonia, dan
beberapa bakteri lain.
b. Virus : Miksovirus, adenovirus, koronavirus, pikornavirus, virus
influenza, rhinovirus, respiratorik syncytial virus, dan beberapa virus
lain.
c. Faktor pendukung imunisasi :
1) Anak tidak mendapatkan imunisasi memiliki resiko lebih tinggi dari
pada yang mendapatkan imunisasi. Keberadaan anggota keluarga
yang merokok dalam rumah, produk asap rokok, debu, pencemaran
udara diketahui merangsang produksi mucus dan menurunkan
pergerakan silia. Dengan demikian terjadi akumulasi mucus yang
kental dan terperangkapnya partikel atau mikroorganisme dijalan
napas, yang dapat menurunkan pergerakan udara dan meningkatkan
risiko pertumbuhan mikroorganisme. Produksi lendir akan
menignkat sehingga menyebabkan penyempitan saluran pernapasan
dan rusaknya sel pembuniuh bakteri disaluran pernapasan.
d. Umur
Bayi umur di bawah 3 bulan mempunyai angka infeksi yang rendah,
karena fungsi perlindungan dari antibody keibuan. Infeksi meningkat
pada umur 3-6 bulan, pada waktu ini antara hilangnya antibodi keibuan
17
dan produksi antibody bayi itu sendiri. Sisa infeksi dari virus
berkelanjutan pada waktu balita dan prasekolah. Pada waktu anak-anak
berumur 5 tahun, infeksi pernafasan yang disebabkan virus akan
berkurang frekuensinya, tetapi pengaruh infeksi mycoplasma
pnemoniae dan grup A B-hemolytic streptococcus akan meningkat.
Jumlah jaringan limfa meningkat seluruhnya pada masa anak-anak dan
diketahui berulang-ulang meningkatkan kekebalan pada anak yang
sedang tumbuh dewasa.
Beberapa agen virus membuat sakit ringan pada anak yang lebih
tua tetapi menyebabkan sakit yang hebat di sistem pernafasan bagian
bawah atau batuk asma pada balita. Sebagai contih, batuk rejan secara
relatif pada trakeabronkhitis tidak berbahaya pada masa kanak-kanak
namun merupakan penyakit serius pada masa pertumbuhan.
e. Daya tahan.
Akibat Kekurangan sistem kekebalan pada anak beresiko
terinfeksi. Kondisi lain mengurangi daya tahan adalah malnutrisi,
anemia, kelelahan, dan tubuh yang menakutkan. Kondisi yang
melemahkan pertahanan pada sistem pernapasan dan cenderung yang
menginfeksi malibatkan alergi (seperti alergi rhinitis), asma, kelainan
jatung yang disebabkan tersumbatnya paru-paru, dan cystic fibrosis.
Partisipasi hari perawatan, khususnya jika pelaku perokok, juga
meningkat kemungkinan terinfeksi
f. Variasi musim
Banyaknya patogen pada sitem pernafasan yang mucul dalam
wabah selama bulan musim semi dan dingin, tetapi infeksi
mycoplasma sering muncul pada musim gugur dan awal musim semi.
Infeksi yang berkaitan dengan asma (seperti asma bronchitis)
frekuensi banyak muncul selama cuaca dingin. Musim dingin dan
semi adalah tipe “musim RSV”
5. Patofisiologi
Menurut Marni (2014:30), proses terjadinya ISPA diawali dengan
masuknya bakteri: Escherichia coli, streptococcus pneumonia, chlamidya
trachomatis, clamidia pneumonia, mycoplasma pneumonia, dan bebrapa
18
7. Komplikasi
19
8. Pemeriksaan diagnostic
Menurut Marni (2014:30), pemeriksaan diagnostik yang dilakukan yaitu:
a. Pemeriksaan foto rongten: Thoraks
Dilakukan pemeriksaan thoraks bertujuan untuk menggambarkan
secara radiografi organ pernapasan yang terdapat di dalam rongga dada.
b. Pemeriksaan laboratorium darah lengkap:
1) Hemoglobin
Bertujuan untuk melekul di dalam (eritrosit) sel darah merah
dan bertugas untuk mengakut oksigen.
2) Hematokrit
Terjadilah penurunan pada Hematokrit maka pasien akan
mengalami kehilangan darah akut, malnutrisi, kekurangan vitamin
B dan C. Kalau Hematokrit terjadi peningkatan maka akan terjadi
dehidrasi, diare berat.
3) Kultur tenggorok, kadar protein C reaktif.
20
4) Tes antibody: tes serologi untuk igM ( antibody pertama kali yang
terkena infeksi) atau peningkatan titer igG (antibody yang kedua
kali stelah igM biasanya ini sudah penah terinfeksi dan menetap
seumur hidup) menunjukan infeksi oleh mycoplasma atau
chamydia. Hipoksemia, hiperkapnea, dan asidosis metabolic
maupun asidosis respiratorik.
9. Penatakalsanaan
Menurut Marni (2014:30), penatalaksaan keperawatan yang dilakukan yaitu:
a. Penatalaksaan secara medis
1) Berikan terapi suportif dengan memberikan oksigen bila pasien
mengalami sesak
2) Memberikan terapi elektolit sesuai kebutuhan anak.
3) Berikan obat antibiotic untuk mengatasi penyakit ISPA
kotrimoksasol,ampisilin, amoksilin, gentamisin, sefotaksim, dan
eritrominsin.
b. Penatalaksaan secara keperawatan
1) Mengajurkan untuk meningkatkan istirahat.
2) Mengajurkan meningkatkan makanan yang bergizi.
3) Bila demam berikan kompres dan banyak minum.
4) Bila sesak anjurkan utuk tarik napas dalam.
5) Bila sesak ajurkan untuk posisi semi folwer.
21
4. Impelemtasi keperawatan.
Menurut Santa Manurung (2009:85) pada tahap ini dilakukan
penatalaksanaan dari perencanaan keperawatan sesuai dengan yang telah
ditentukan. Tujuan dari pelaksanaan ini adalah untuk memenuhi kebutuhan
pasien secara optimal. Jadi pelaksanaan keperawatan adalah pengelolaan
dan perwujudan dari rencana perawatan yang telah disusun pada tahap
perencanaan.
5. Evaluasi keperawatan
Menurut (Irman Somantri 2009:25), evaluasi pelaksanaan keperawatan
dilaksanakan berdasarkan pelaksanaan keperawatan, yang mengacu pada
tujuan dan criteria hasil.
a. Bersihan jalan nafas efektif.
1) Frekuensi nafas normal.
27
6. Discharge planning
Menurut Marni (2014:30), discharge planning keperawatan yang dilakukan
yaitu:
a. Untuk pencegahan penyakit ISPA pada anak:
1) Cegah terjadinya malnutrisi.
2) Cegah terjadinya anemia pada anak.
3) Berikan vaksinasi polisakarida pneumokokus dan vaksin konjugat
pneumokokus, pada anak yang umur 2 sampai 6 bulan.
4) Diberikan vitamin A.
5) Diberikan makanan yang mengandung asam folat, zat besi, kalsium,
dan miokronutrien.
b. Untuk pencegahan penyakit ISPA pada dewasa:
1) Berikan pendidikan kesehatan pada orang tua bahwa penularan ini
karena droplet/percikan, sehingga kalau bersin atau batuk
mulutanak harus tutup dengan tangan / maske.
2) Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.
3) Mencuci tangan.
4) Perbaiki ventilasi udara.
5) Menganjurkan / menjaga anak agar tidak berhubungan dengan para
penderita ISPA
30
ISPA
Tanda dan gejala:
sekret menjadi kental Mk: hipertermi
pilek, sakit kepala,
Mk: deficit volume demam, sakit Mk: gangguan rasa
cairan tenggorokan,batuk. nyaman;nyeri
Bakteri akan Penutupan tuba Masuk jaringan paru-paru Terjadi infeksi dari
menyusup disinus eucthachii nasofaring kearah bawah
+
32
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. IDENTIFIKASI
1. PASIEN
Nama Initial : An. Z
Nama Panggilan : An. Z
Tempat/ Tgl lahir (umur ) : Palembang, 8 Desember 2015/5 bulan 12
hari, 22 minggu, 163 hari.
Jenis Kelamin : Laki-laki
Anak ke : 2 dari 2 bersaudara
Agama/ Suku : Islam/Melayu
Warga Negara : Indonesia
Bahasa yang digunakan : Indones
Pendidikan : Belum sekolah
Alamat Rumah : Jln. Makarayu Palembang
B. DATA MEDIK
Pasien dikirim dari IGD RS RK Charitas Palembang dengan diagnosa
medik saat masuk ISPA dan saat pengkajian ISPA.
C. KEADAAN UMUM
1. KEADAAN SAKIT:
Pasien tampak sakit sedang. Posisi tubuh berbaring terlentang di tempat
tidur dengan alat medik yang digunakan infus KAEN 3A 8 tetes / menit set
makro di metacarval sinistra.
2. RIWAYAT KESEHATAN :
a. KeluhanUtama:
Ibu pasien mengatakan anaknya batuk pilek berdahak
b. Riwayat Kesehatan Sekarang:
Ibu pasien mengatakan 6 hari yamg lalu dari tanggal 13 Mei 2016 anaknya
demam disertai BAB cair bercampur lendir sebanyak 2 kali, pada tanggal
15 Mei 2016 anak mengalami batuk berdahak dengan konsistensi kental
berwarna hijau kental dan pilek, muntah 2 kali dengan konsistensi cairan
sehingga keluarga membawa ananya berobat ke klinik dan diberi obat
simbro dan narpet. Karena tidak ada perubahan (batuk pilek terus
menerus) maka pada tanggal 19 Mei 2016 jam 20.00WIB keluarga
membawa anaknya ke IGD charitas dan dilakukan tindakan pemasangan
infus KAEN 3A dengan tetesan 8 tetes/menit di metacarval sinistra dan
dianjurkan oleh dokter rawat inap di Paviliun Theresia 1 kamar 6 Untuk
mendapatkan perawatan lebih lanjut.
34
Saat pengkajian tagal 20 Mei 2016 jam 07.00 WIB ibu pasien
mengatakan anaknya kemaren sore demam dengan suhu S:39,0 Celcius,
dan pasien masih mengalami batuk pilek berdahak, pasien masih muntah
dan BAB masih ada lendirnya, badan pasien teraba panas dengan suhu
S:38 celsius dan langsung diberikan obat sanmol dengan dosis 4x0,8ml.
c. Riwayat Kesehatan Masa Lalu:
Pasien pernah mengalami batuk pilek tapi tidak dirawat dirumah sakit
sebelumnya pasien tidak pernah dirawat dirumah sakit
3. TANDA-TANDA VITAL :
a. Kesadaran
Kesadaran pasien secara kualitatif compos mentis (sadar penuh) dan
secara kuantitatif berdasarkan penilaian APVU dengan hasil Alert
yaitu pasien sadar penuh dengan kriteria menangis mampu
menggerakan eksmeritas kanan. Tidak adanya Flapping tremor/
asterixis.
b. Pemeriksaan tanda-tanda vital
1. Tekanan darah
Pasien tidak dilakukan pengukuran tekanan darah dikarenakan
pasien baru berusia 5 bulan.
2. Suhu
Hasil pemeriksaan suhu tubuh yaitu 38 derajat Celsius melalui
axillar
3. Nadi
Hasil pemeriksaan nadi dengan frekuensi 99x/menit di arteri
radialis dengan irama teratur dan kuat.
4. Pernafasan
Hasil pemeriksaan pernafasan dengan frekuensi 23 x/menit dengan
irama tidak teratur dan menggunakan pernafasan dada.
4. PENGUKURAN :
Hasil dari pemeriksaan dengan lingkar kepala 50 cm, lingkar dada
51 cm, lingkar lengan atas 21cm, tinggi badan 7,2 cm, berat badan 6,1 kg.
Berdasarkan perhitungan IMT dan indeks masa tubuh Rumus 8+(2xumur)
hasilnya 8+2x5=18 dengan kesimpulan berat badan pasien ideal dan
catatan untuk pasien pertahankan asupan nutrisi.
35
Keterangan
: Laki Laki
: Perempuan
: Laki Laki/Perempuan Meninggal
: Pasien
11 Th
2
: Umur Pasien
bulan
: Orang Terdekat
: Tinggal Serumah
Keterangan :
Pasien tinggal bersama kakak dan kedua orang tuanya, sebelumnya pasien
pernah mengalami batu pilek, dan pasien tidak ada keturunan dari kelurga seperti
penyakit DM, hipertensi, Asma dan lain-lain.
6. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN
a. POLA PERSEPSI KESEHATAN DAN PEMELIHARAAN
KESEHATAN
36
1) Riwayat Prenatal
Selama masa kehamilan ibu tidak pernah sakit, tidak muntah
berlebihan dan tidak terjadi pendaraahan, tidak menkonsomsi
jamuh maupun alkhol. Ibu pasien belum pernah mendapatkan
vaksinasi TT (Tetanus Toxoid).
2) Riwayat Kelahiran
Ibu pasien mengatakan anaknya lahir cukup bulan dengan
usia kehamilan 39 minggu, lahir secara spontan dan ditolong
oleh bidan dengan berat badan lahir 2850 gram dan panjang
badan lahir 49 cm serta tidak ada kelainan bawaan dan tidak
terjadi trauma kelahiran.
3) Riwayat tumbuh kembang anak:
a) Motorik Kasar: Ibu pasien mengatakan anak sudah bisa
merangkak dan mengangkat kepala sendiri
b) Motorik Halus: Ibu pasien mangatakan anak nya selalu ter-
senyum kalau diajak bermain seperti mob-
ilan
c) Aspek Sosial : Ibu pasien mengatakan anak nya sering be-
rmain dengan ayah dan kaknya.
d) Aspek Kognitif: Ibu pasien mengatakan anaknya sudah bi-
sa berteriak.
4) Pemeriksaan tumbuh kembang
Berdasarkan pemeriksaan denper tidak ada gangguan
konsep tumbuh kembang dengan peniliaian 4 aspek motorik
kasar, motorik halus, askep social dan askep kognitif. Nutrisi
baik.
c. POLA ELIMINASI
1) Data Subyektif
a) Keadaan sebelum sakit:
Ibu pasien mengatakan sebelum sakit pasien BAB (buang
air besar) 2 x/hari secara teratur dengan konsistensi lembek
berwarna kuning berbau khas, BAK (buang air kecil)
sebanyak 4-5 x/hari dengan warna kuning jernih dan lampias
saat BAK serta tidak ada gangguan saat BAB dan BAK. Ibu
pasien mengatakan pasien BAK masih menggunakan
pampers.
b) Keadaan sejak sakit:
Ibu pasien mangatakan sejak sakit anaknya mengalami BAB
(buang air besar) 2-3 x/hari bentuk cair berwarna kuning tapi
berlendir dan BAK (buang air kecil) ± 3-4 x/hari dengan
warna kuning jernih berbau khas , tidak ada gangguan BAK
dan BAB berlendir sudah 3 hari yang lalu pada tanggal 18 Mei
2016.
2) Data Obyektif
a) Observasi
Pasien tampak BAB berlendir 2-3 kali sudah 3 hari yang
lalu sejak tanggal 18-21 Mei 2016 dan BAK 3-4 kali
menggunakan pempes dan dibantu oleh kelurganya.
b) Pemeriksaan Fisik
Pada palpasi suprapubika kandung kemih kosong, nyeri
ketuk ginjal kanan dan kiri negative.Pada pemeriksaan mulut
uretra dan anus tidak ada peradangan, tidak ada hemoroid.
40
2) Data obyektif
Pada siang hari pasien tampak tidur, tidak tampak ekspresi
mengantuk pada wajah pasien dan pasien tidak sering menguap
serta palpebrae inferior tidak berwarna gelap.
i. POLA REPRODUKSI
1) Data subyektif :
a) Keadaan sebelum sakit :
Ibu pasien mengatakan anaknya berjenis kelamin laki-laki
tidak ada kelainan pada reproduksinya dan menggunakan
pakaian laki-laki.
b) Keadaan sejak sakit:
Keluarga pasien mengatakan anaknya berjenis kelamin
laki-laki tidak ada kelainan pada reproduksinya dan
menggunakan pakaian laki-laki.
2) Data objektif
a) Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan scrotum tidak terdapat hidrocelle dan
kriptokidismus, pada penis tidak terdapat hipospadi dan
epispadi.
b) Observasi
Pasien menggunakan pakaian selayaknya laki-laki.
2) Data Objektif
a) Observasi
pasien tampak menangis dan digendong oleh orang tuanya.
b) Pemeriksaan Fisik
Kulit Pasien tidak ditemukan keringat dingin dan tidak basah.
(Riri Susanti)
46
2. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
2. Zincpro 10 mg/ml 1x1 ml Melalui oral Untuk obat pelengkap Hipersesitif Kalau dosis
diare pada anak. terhadap zinpro nya tinggi
dapat
mengakibatk
an
penurunan
konsentrasi
lipoprotein
plasma
seperi
anemia,
mual muntah
49
No Nama obat Dosis Dosis Cara pemberian Mekanisnme dan fungi Kontrak indikasi Side effect
umum pasien oabat obat obat
3. Lacto B Di bawah 1x1 saset Melalui oral Untuk diare Hifersensitif dan lain-
1 tahun 2 terhadap lacto B lain.
sachet .
4. puyer (ekpese 3x1 ml Melalui oral Untuk batuk pilek Hiversensif Mual dan
5 mg,lasat terhadap puyer muntah
0,3mg, Ganggaun
rginofed ½ hati dan
tablet. ginjal
50
B. ANALISA DATA
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
D. RENCANA KEPERAWATAN
Nama / Umur : An z/ 5 bulan
Ruang / Kamar : Theresia 1/ k-6
Tabel 3.4: Rencana Keperawatan
N Diagnosa keperawatan Hasil yang diharapkan Rencana tindakan Rasionalisasi Na
o ma
1. Bersihan jalan napas tidak efektif Tupan : Bersihnya jalan nafas 1. Kaji Perubahan Pola 1. pola Riri
berhubungan dengan peningkatan kembali efektif nafas napas
produk sekret Tupen : Dalam waktu 1x8 jam dapat
Data subjektif: bersihnya jalan nafas kembali berub
1. Ibu pasien mengatakan efektif 2. Tingkatkan masukan ah
anaknya batuk pilek sudah Dengan kreteria hasil : cairan 1 liter/hari karen
4 hari yang lalu 1. Pasien tampak tidak batuk a ada
2. Ibu pasien mengatakan pilek berdahak lagi 3. Lakukan inhalasi dua sumba
anaknya susah untuk 2. Bunyi nafas bersih tampak kali/hari tan
mengeluarkan sekretnya. tidak ada suara tambahan jalan
Data objektif: 3. Kongesti hilang nafas.
1. pasien tampak batuk 4. Irama napas tampak visikuler 2. Hidra
berdahak 5. Tidak ada rektasi dinding dada si
2. Ada tampak suara 6. Observasi tanda-tanda vital dapat
tambahan roncI disebalah S:38 derajat celsius 4. Anjurkan Pasien memilih memb
paru kanan P:23 x/menit posisi semi fowler antu
3. Irama nafas tampak N:99 x/menit meng
vesikuler ecerka
4. Tidak ada Retekai diding 5. Kolaborasi dalam n
dada pemberian pengobatan lendir.
57
ksi
5. Untuk
meng
hilang
kan
konge
stal
nasal
atau
tengg
orok.
6. Supay
a
tidak
terjadi
penge
ntalan
sekret
.
2. Hipertermia berhubungan dengan Tu pan : 1. Monitor suhu sesering 1. Mema Riri
penyakit (menginfeksi saluran Suhu tubuh kebali normal mungkin. ntau
pernapasan) Tu pen : Dalam waktu 1X 8 jam. 2. Monitor tekanan darah kondi
Data subjektif: 1. kesadaran tampak nadi dan pernapasan si
1. Ibu pasien mengatakan compos mentis 3. Berikan anti peretik suhu
badan anaknya teraba 2. Tanpak kesadaran Suhu 4. Kolaborasi pemberian pasien
panas lagi. tubuh dalam rentang cairan interavena. .
59
Monosit 15%
8. Anjurkan 9. Pengawasan
untuk perkembangan
berhenti proses penyakit
meroko pada untuk program
pasien atau terapi.
orang
terdekat.
10. Menurunkan
9. Jelaskan resiko kesalahan
pentingnnya pengguanaan
mengikuti dan komplikasi
perawatan lebih lanjut.
65
E. PELAKSANAAN KEPERAWATAN
F. EVALUASI KEPERAWATAN
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis secara khusus membahas tentang pencapaian yang
telah diperoleh setelah memberikan asuhan keperawatan pada An. Z Dengan
Gangguan Sistem Pernapasan; ISPA. Bab ini juga terdapat kesenjangan-
kesenjangan yang terjadi dilihat dari konteks teori dan hasil penerapan secara
nyata pada pasien. Hal ini disebabkan karena kemungkinan respon dan daya tahan
pasien dalam menghadapi penyakitnya berbeda-beda. Adapun pembahasan
terhadap Asuhan Keperawatan pada An. Z dengan Gangguan Sistem Pernapasan;
ISPA adalah :
A. Pengkajian
1. Pengkajian merupakan tahap awal dalam proses keperawatan. Pengkajian
harus dilakukan dengan cermat dan spesifik, sehingga memperoleh data
yang lengkap. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara langsung
baik kepada pasien dan keluarga pasien, observasi langsung kepada pasien
dan pemeriksaan fisik langsung pada pasien. Data yang dikumpulkan pada
pasien An. Z akan memberikan perbandingan antara teori yang didapatkan
dengan kenyataan yang muncul pada pasien An. Z.
Pada saat pengkajian pemeriksaan fisik dan data penunjang lainnya
didapatkan tanda dan gejala yang tidak seluruhnya sama dengan
pengkajian secara teori. Secara teori tanda dan gejala yang muncul adalah
demam, batuk, hidung tersumbat, sakit tenggorokan, takipnea, napas tidak
85
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan ditegakan berdasarkan analisa data diperoleh
pada waktu pegkajian. Masalah yang timbul bersifat aktual maupun
pontensial yang dapat dikurangi atau diatasi dengan tindakan keperawatan.
Menurut Santa Manurung (2009:85) diagnosa keperawatan yang ditegakan
kepeda pasien secara teori yaitu :
f. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
produksi sekret.
g. Gangguan rasa nyaman; nyeri berhubungan dengan iritasi jalan nafas
atas akibat infeksi.
h. Gangguan komonikasi verbal yang berhubungan dengan iritasi jalan
nafas atas akibat infeksi/pembekakan.
i. Defisit volume cairan berhubungan dengan peningkatan kehilangan
cairan sekunder akibat diaphoresis yang berkaitan dengan demam.
86
3. Rencana Keperawatan
Perencanaan keperawatan berdasarkan teori yang telah disesuaikan
dengan kondisi rumah sakit dan kondisi pasien An.Z. saat melakukan
pengkajian pada prinsip perencanaan ini disusun guna mengurangi dan
mengatasi masalah, yang lebih diutamakan pada penanganan penyebab
karena bila pentebab teratasi maka masalah juga teratasi. Adapun rencana
keperawatan yang disusun antara lain:
Untuk diagnosa keperawatan Bersihan jalan napas tidak efektif
berhubungan dengan peningkatan produksi sekret, rencana yang didapat
dilakuakan dipenatakasaan yaitu kaji perubahan pola nafas, Tingkatkan
masukan cairan 2- 3 liter/hari, Lakukan inhalasi dua kali/hari, Anjurkan
pasien memilih posisi semi fowler, Kolaborasi dalam pemberian
pengobatan sistemik atau topikal.
Untuk diagnosa keperawatan hipertermi berhubungan dengan
penyakit rencana yang dilakukan dipenatalaksanaan yaitu monitor suhu
sesering mungkin , monitor tekanan darah nadi dan pernapasan, berikan
anti peretik, kolaborasi pemberian cairan interavena, kompres pasien pada
lipat paha dan aksila.
Untuk diagnosa keperawatan Kurang pengetahuan mengenai
perawatan penyakitnya berhubungan dengan kurang informasi, rencana
yang didapat dilakukan di penatalaksaan yaitu jelaskan proses timbulnya
penyakit, Jelaskan tentang latihan ROM, Diskusikan obat pernafasan, efek
samping dan reaksi yang tak diinginkan, tunjukkan penggunan dosis
inhaler seperti bagagaimana memegang, interval semprotan 2-5 menit,
bersihkan inhaler, Anjurkan menghindarkan obat sedative anti ansietas
kecuali di resepkan oleh dokter, Tekankan pentingnya perawatan oral dan
kebersihan gigi, Jelaskan untuk menghindari orang yang sedang infeksi
saluran pernapasan aktif, Anjurkan untuk berhenti meroko pada pasien
atau orang terdekat, Jelaskan pentingnnya mengikuti perawatan medic,
foto dada periodic dan kultur sputum, Kaji kebutuhan oksigem untuk
pasien pulang dengan tambahan oksigen.
88
4. Pelaksanaan Keperawatan
Dalam tahap penatalaksanaan dilakukan berdasarkan perecanaan
keperawatan yang telah ditetapkan dengan harapan akan memenuhi
kebutuhan pasien, penatalaksaan yang dilakukan oleh penulis disesuaikan
dengan diagnosa yang timbul. Penulis melakukan pelaksaan dalam waktu 3
hari yaitu pada tanggal 20 Mei 2016 sampai dengan tanggal 22 Mei 2016.
Untuk diagnosa keperawatan Bersihan jalan napas tidak efektif
berhubungan dengan peningkatan produksi sekret, tindakan keperawatan
yang dilakukan mengkaji perubahan pola nafas, mengukur tanda-tanda vital
pasien, melibatkan keluarga dalam melakukan tindakan, kolaborasi dalam
pemberi terapi.
Untuk keperawatan hipertermi berhubungan dengan penyakit tindakan
yang dilakukan mengkaji suhu tubuh pasien, menganjurkan pasien untuk
banyak minum, memberikan kompres air hangat pada pasien, melibatkan
kelurga dalam melakukan tindakan, melakukan pemberian obat anperitek,
mengevaluasi suhu pasien.
Untuk diagnoasa keperawatan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan faktor biologis ( mual, muntah) tindakan yang
dilakukan mengkaji nutrisi pasien, mengukur tanda-tanda vital pasien,
mengganti alat tenun, mengajurkan untuk makan dikit demi sedikit tapi
sering, melibatkan kelurga dalam melakukan tindakan, Berkolaborasi dalam
pemberian obat.
89
5. Evaluasi Keperawatan
Evalusai keperawatan merupakan umpan balik untuk menilai sejauh
mana keberhasilan dari suatu rencana asuhan keperawatan yang telah dibuat.
Evaluasi ditulis sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan sejak masalah
yang ditemukan dari hasil subjektif ysng telah diungkapkan dari keluarga
pasien, objektif dari pengamatan perawat dan analisa perawat serta rencana
keperawatan, selanjutnya dari analsisa tersebut didokumentasikan dengan
baik, adapun evaluasi dari pelaksanaan asuhan keperawatan pada An. Z
dengan gangguan sistem pernapasan ISPA selama 3 hari dari tanggal 20 Mei
2016 sampai 22 Mei 2016 pada diagnosa keperawatan bersihan jalan napas
tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret, terdapat tanda dan
gejala ibu pasien mengatakan anaknya batuk pilek sudah 4 hari yang lalu, ibu
pasien mengatakan anaknya susah untuk mengeluarkan sekretnya, pasien
tampak batuk berdahak, ada tampak suara tambahan ronci disebalah paru
kanan, irama nafas tampak vesikuler , tidak ada Retekai diding dada, sekret
tampak kental berwana hijau, observasi tanda-tanda vital S:36,2 P:23 x/menit
N:99 x/menit, tetapi ketika evaluasi masalah belum teratasi karena keadaan
90
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan asuhan keperawatan pada gangguan sistem
pernapasan; ISPA pada pasien An. Z yang dirawat di Paviliun Theresia
Rumah Sakit RK.Charitas Palembang selama tiga hari. Penulis mengambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Pada saat pengkajian terjadi kerjasama antara pasien dengan penulis
sehingga mampu mengumpulkan data dan menemukan masalah
keperawatan juga data diperoleh melalui pemeriksaan fisik secara
langsung kepada pasien, tetapi tidak semua masalah keperawatan yang
ada dalam teori ditemukan pada pasien dengan penyakit yang sama.
Dalam pengkajian perawat menemukan tanda dan gejala yang aktual
yaitu pasien tampak batuk pilek berdahak, pasien tidak nafsu makan,
pasien tampak muntah, dan suhu badan pasien terkadang tinggi.
2. Dari masalah keperawatan yang penulis dapatkan penulis mampu
merumuskan tiga diagnosa keperawatan sesuai dengan keadaan pasien
dengan gangguan sistem pernapasan ISPA yaitu dari hasil pengkajian
akhirnya dapat dirumuskan diagnosa keperawatan, bersihan jalan
napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret,
perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
faktor biologis (mual, muntah), kurang pengetahuan mengenai
perawatan penyakitnya berhubungan dengan kurang informasi,
hipertermia berhubungan dengan penyakit, sehingga tidak semua
diagnosa secara teori terdapat pada pasien.
3. Penulis tidak menemukan kesulitan dalam menyusun perencanaan
keperawatan yang dibuat untuk menyelesaikan masalah pasien tetapi
tidak semua rencana keperawatan secara teori dapat direncanakan
pada pasien karena disesuaikan dengan kondisi pasien.
4. Penulis dapat melakukan pelaksanaan keperawatan yang telah
disesuaikan dengan masalah keperawatan yang ada pada pasien,
sehingga tidak semua diagnosa keperawatan secara teori dapat
dilakukan implementasi.
5. Evaluasi keperawatan dilakukan setiap pergantian jam dinas. Jika ada
masalah keperawatan yang belum teratasi maka rencana
93
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan yang telah ada maka penulis memberi
beberapa saran, antara lain :
1. Bagi Pasien dan keluarga pasien
Diharapkan keterlibatan dan kerja sama antara keluarga pasien,
pasien dengan perawat dalam proses perawatan. Sehingga
didapatkan proses keperawatan yang berkesinambungan, cepat dan
tepat kepada pasien.
2. Bagi perawat
Diharapkan dalam melakukan pengkajian hendaknya menjalin
kerja sama dan hubungan yang baik antara pasien dan perawat,
agar data yang diperoleh sesuai dengan kondisi pasien. Diharapkan
dalam perumusan masalah sesuai dengan data yang diperoleh dari
pasien. Dapat mengaplikasikan semua rencana tindakan
keperawatan. Kemudian dapat memperoleh evaluasi sesuai dengan
yang diharapkan sebelumnya.
3. Institusi
Insitusi diharapkan lebih membimbing mahasiswa dalam
melakukan dan menyusun asuhan keperawatan.
94
DAFTAR PUSTAKA