Anda di halaman 1dari 18

DENGUE

HAEMORRHAGIC
FEVER (DHF)

Sri Wahyuni (20214663070)


Pengertian
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) atau
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah
penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus
dengue dengan manifestasi klinis demam,
nyeri otot atau nyeri sendi yang disertai
leukopenia, ruam, limfadenopati, trombosit
opnia dan diathesis hemoragic.
01
Virus Dengue
Virus dengue yang menjadi penyebab
penyakit ini termasuk ke dalam Arbvirus
(Arthropodborn virus) group B, tetapi dari
empat tipe yaitu virus dengue tipe 1,2,3 dan 4.

Etiologi
02
Vektor
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang
ditularkan melalui vektor yaitu nyamuk aedes
aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes
polynesiensis dan beberapa spesies lain
merupakan vektor yang kurang berperan.
Manifestasi
Klinis Klasifikasi
1. Demam
2. Perdarahan
a. Derajat I : Demam disertai gejala tidak khas, hanya terdapat
3. Anoreksia
manifestasi perdarahan (uji tourniquiet positif).
4. Mual muntah
b. Derajat II : Seperti derajat I disertai perdarahan spontan di kulit
5. Nyeri perut kanan atas
dan perdarhan lain.
atau seluruh bagian perut
c. Derajat III : Ditemukan kegagalan sirkulasi darah dgn adanya nadi
6. Nyeri kepala
cepat dan lemah, tekanan darah meurun (kurang dari 20 mmHg)
7. Nyeri otot dan sendi
atau hipotensi disertai kulit yang dingin dan lembab, gelisah
8. Trombositopenia
d. Derajat IV : Renjatan berat dengan nadi tak teraba dan tekanan
(<100.000/ mm3)
darah yang tidak dapat diukur.
9. Hepatomegali
10. Renjatan (Syok)
Virus dengue masuk ke dalam tubuh manusia akan menyebabkan
viremia. Beberapa tanda dan gejala yang muncul seeperti demam,
sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh tubuh, timbulnya ruam
dan kelainan yang mungkin terjadi pada sistem vaskuler. Terdapat
kerusakan yang umum pada sistem vaskuler yang mengakibatkan
terjadinya peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah.
Plasma dapat menembus dinding vaskuler selama proses perjalanan
penyakit, dari mulai demam hingga mengalami renjatan berat.
Volume plasma dapat menurun hingga 30%. Hal ini lah yang dapat
Patofisiologi mengakibatkan seseorang mengalami kegagalan sirkulasi. Adanya
kebocoran plasma ini jika tidak segera di tangani dapat menyebabkn
hipokisia jaringan, asidosis metabolik yang pada akhirnya dapat
berakibat fatal yaitu kematian. Viremia juga menimbulkan agresi
trombosit dalam darah sehingga menyebabkan trombositopeni yang
berpengaruh pada proses pembekuan darah. Perubahan fungsioner
pembuluh darah akibat kebocoran plasma yang berakhir pada
perdarahan, baik pada jaringan kulit maupun saluran cerna biasanya
menimbulkan tanda seperti munculnya purpura, ptekie,
hematemesis, ataupun melena.
Pemeriksaan Penunjang

a. Darah
- Trombosit menurun
- Hb Meningkat lebih 20 %
- Ht Meningkat Lebih 20 %
- Leukosit menurun pada hari ke –2 dan ke –3
- Protein darah rendah
- Ureum PH bias meningkat
- Na dan Cl rendah
b. Rontgen thorax
c. Uji tourniket (Positif)
Penatalaksanaan

Demam berdarah dengue, penatalaksanaannya hanya bersifat simptomatis dan suportif.


1. Pemberian cairan yang cukup
Cairan di berikan untuk mengurangi rasa haus dan dehidrasi akibat demam tinggi,
anoreksia, dan muntah. Penderita perlu di beri minum sebanyak mungkin (1-2 liter
dalam 24 jam).
2. Antipiretik
Seperti golongan asetaminofen (parasetamol), jangan berikan golongan salisilat
karena dapat menyebabkan bertambahan perdarahan.
3. Antikonvulsan, Bila penderita kejang dapat di berikan :
- Diazepam
- Fenobarbital
4. Pemberian cairan melalui infus, di lakukan jika pasien mengalami kesulitan minum
dan nilai hematokrit cenderung meningkat.
Konsep Asuhan
Keperawatan
1. Identitas pasien

2. Keluhan utama : Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien Demam Berdarah


Dengue untuk datang ke Rumah Sakit adalah panas tinggi dan anak
lemah.

3. Riwayat penyakit sekarang : Adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil, dan saat
demam kesadaran komposmentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke 3 dan ke 7 dan anak
semakin lemah. Kadang-kadang disertai dengan keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, muntah,
anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri uluh hati, dan
pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya manisfestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade
3 dan 4), melena, atau hematemesis.

4. Riwayat penyakit yang pernah diderita : Anak bisa mengalami serangan ulangan Demam
Berdarah Dengue dengan tipe virus yang lain.

5. Riwayat imunisasi : Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan
timbulnya komplikasi dapat dihindarkan.
Lanjutan…
6. Riwayat gizi : Status gizi anak yang menderita Demam Berdarah Dengue dapat
bervariasi. Anak yang menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah, dan napsu
makan menurun. Apabila kondisi ini berlanjut, dan tidak disertai
dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak dapat mengalami penurunan berat
badan sehingga status gizinya menjadi kurang.

7. Kondisi lingkungan : Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan
yang kurang bersih (seperti air yang menggenang dan gantungan baju di kamar).

8. Pola kebiasaan
• Nutrisi dan metabolisme: frekuensi, jenis, pantangan, napsu makan menurun.
• Eliminasi fekal atau buang air besar. Kadang-kadang anak
mengalami diare atau konstipasi. Sementara Demam Berdarah
Dengue pada grade III-IV bisa terjadi melena.
• Eliminasi urine atau buang air kecil perlu dikaji apakah sering
kencing sedikit atau banyak sakit atau tidak. Pada Demam Berdarah Dengue grade IV
sering terjadi hematuria.

9. Tidur dan istirihat : Anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami sakit/nyeri otot
dan persendian sehingga kuantitas dan kualitas tidur maupun istirahatnya kurang.
Lanjutan…
10. Kebersihan : Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan cenderung
kurang terutama untuk membersihkan tempat sarang nyamuk Aedes Aegypti.

11. Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk menjaga
kesehatan.

12. Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari ujung rambut
sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan atau (grade) Demam Berdarah Dengue, keadaan
fisik anak adalah sebgai berikut:
• Grade I : kesadaran komposmentis, keadaan umum lemah, tanda-tanda vital dan nadi
lemah.
• Grade II : kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, dan perdarahan spontan
petekie, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil dan tidak teratur.
• Grade III : kesadaran apatis, somnolent, keadaan umum lemah, nadi lemah, kecil dan
tidak teratur, serta tensi menurun.
• Grade IV : kesadaran koma, tanda-tanda vital : nadi tidak teraba, tensi tidak terukur,
pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin, berkeringat, dan kulit tampak biru.
Diagnosa Keperawatan

1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit


2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna
makanan.
4. Hipovolemia berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
6. Resiko perdarahan berhubungan dengan gangguan koagulasi
(trombositopenia)
No. Diagnosa Luaran Intervensi
Tujuan: Setelah dilakukan Manajemen Hipertermia
1. Hipertermia b.d
tindakan keperawatan Observasi
I proses penyakit diharapkan suhu tubuh - Monitor suhu tubuh
N berada pada rentang - Monitor kadar elektralit
normal - Monitor haluaran urine
T Kriteria Hasil: - Monitor komplikasi akibat hipertermia
Termoregulasi Terapeutik
E - Suhu tubuh normal - Sediakan lingkungan yang dingin
R - Nadi dan RR normal - Longgarkan / lepaskan pakaian
- Tidak ada kemerahan - Berikan cairan oral
V pada kulit - Lakukan pendinginan eksternal (mis.
E - Tidak terjadi kejang kompres)
Edukasi
N - Anjurkan tirah baring
S Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan dan
I elektrolit intravena (bila perlu)
Intervensi
No. Diagnosa Luaran Intervensi
Tujuan: Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
2. Nyeri akut b.d agen
tindakan keperawatan Observasi
pencedera fisiologis diharapkan tingkat nyeri - Identinfikasi lokasi, karakteristik, durasi,
menurun frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
Kriteria Hasil: - Identifikasi skala nyeri
Tingkat Nyeri - Monitor keberhasilan terapi komplementer
- Kemampuan menuntaskan yang sudah diberikan
aktivitas meningkat Terapeutik
- Keluhan nyeri menurun - Berikan teknik nonfarmakologis untuk
- Gelisah menurun mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis,
- Perasaan takut mengalami akupresur, terapi music, biofeedback, terapi
cedera berulang menurun pijat, aromaterapi, Teknik imajinasi terbimbing,
- Frekuensi nadi normal kompres hangat/dingin, terapi bermain)
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasikan pemberian analgetik, jika perlu
No. Diagnosa Luaran Intervensi
Tujuan: Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi
3. Defisit nutrisi b.d
tindakan keperawatan Observasi
ketidakmampuan diharapkan asupan nutrisi - Identifikasi status nutrisi
I mencerna makanan
terpenuhi - Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
Kriteria Hasil: - Monitor asupan makanan
N Status Nutrisi - Monitor berat badan
T - Porsi makan yang dihabiskan
meningkat
- Monitor hasil pemeriksaan laboraturium
Terapeutik
E - Frekuensi makan meningkat
- Nafsu makan meningkat
- Beri makan sedikit tapi sering (termasuk
cairan)
R - Bising usus membaik - Masukan makanan kesukaan anak dalam diet
- Warna membran mukosa - Pilih makanan dari daftar menu, atur makanan
V membaik secara menarik, atur jadwal pemberian
makan.
E - Berikan makanan yang bergizi
N Edukasi
- Ajarkan diet yang diprogramkan
S Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menetukan
I jumlah kalori dan jenis nutrient yang
dibutuhkan
Intervensi
No. Diagnosa Luaran Intervensi
4. Hipovolemia b.d Tujuan: Setelah dilakukan Manajemen Hipovolemia
tindakan keperawatan Observasi
peningkatan diharapkan status cairan - Perikasa tanda dan gejala
membaik hypovolemia
permeabilitas kapiler
Kriteria Hasil: - Monitor intake dan output cairan
Status Cairan Terapeutik
- Kekuatan nadi - Hitung kebutuhan cairan
meningkat - Berikan posisi modifed trendelenbung
- Turgor kulit meningkat - Berikan asupan cairan oral
- Frekuensi nadi Edukasi
membaik - Anjurkan memperbanyak cairan oral
- Membran mukosa - Anjurkan menghindari perubahan
membaik posisi mendadak
- Intake cairan membaik Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan IV
isotonis
- Kolaborasi pemberian cairan IV
hipotonis
- Kolaborasi pemberian cairan koloid
No. Diagnosa Luaran Intervensi
Tujuan: Setelah dilakukan Manajemen Energi
5. Intoleransi aktivitas
tindakan keperawatan Observasi
b.d kelemahan diharapkan respon - Identifikasi gangguan fungsi tubuh
fisiologis terhadap aktivitas yang mengakibatkan kelelahan
I meningkat - Monitor kelelahan fisik dan emosional
N Kriteria Hasil: - Monitor pola dan jam tidur
Toleransi Aktivitas Terapeutik
T - Frekuensi nadi - Sediakan lingkungan nyaman dan
E meningkat rendah stimulus
- Kemudahan melakukan - Lakukan latihan rentang gerak pasif /
R aktivitas meningkat aktif
V - Kekuatan tubuh bagian - Fasilitasi duduk di tempat tidur, jika
atas meningkat tidak dapat berpindah / jalan
E - Kekuatan tubuh bagian Edukasi
N bawah meningkat - Anjurkan tirah baring
- Keluhan lelah menurun - Anjurkan melakukan aktivitas secara
S - Perasaan lemah bertahap
I menurun Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan makanan
Intervensi
No. Diagnosa Luaran Intervensi
Tujuan: Setelah dilakukan Pencegahan Perdarahan
6. Resiko perdarahan
tindakan keperawatan Observasi
b.d gangguan diharapkan resiko - Monitor tanda dan gejala perdarahan
kehilangan darah menurun - Monitor nilai hematokrit / haemoglobin
koagulasi
Kriteria Hasil: - Monitor koagulasi
(trombositopenia) Tingkat Perdarahan Terapeutik
- Kelembapan membrane - Pertahankan bed rest selama
mukosa meningkat perdarahan
- Kelembapan kulit - Hindari pengukuran suhu rektal
meningkat Edukasi
- Hemoglobin membaik - Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
- Hematokrit membaik - Anjurkan menghindari aspirin /
antikoagulan
- Anjurkan segera melapor jika terjadi
perdarahan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat pengontrol
perdarahan, jika perlu
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai