Anda di halaman 1dari 52

BAB 2

PENGKAJIAN

Dalam bab ini akan disajikan tentang tahapan proses pengkajian yang meliputi pengumpulan data,
analisis SWOT, dan identifikasi masalah.

2.1 Visi, Misi, Motto, Nilai, Falsafah dan Tujuan RS Siti Khodijah Sepanjang
2.1.1 Visi RS Siti Khodijah Sepanjang

Terwujudnya Rumah Sakit Siti Khodijah Muhammadiyah Cabang Sepanjang yang unggul,
professional dan islami tahun 2022.

2.1.2 Misi RS Siti Khodijah Sepanjang

Adapun dalam rangka mencapai visi yang telah ditentukan, Rumah Sakit Siti Khodijah
Muhammadiyah Cabang Sepanjang membuat beberapa misi yaitu :

1. Memberikan pelayanan kesehatan yang Unggul dibidang Trauma Centre Care, Heart Care, Intensive
Care dan Cancer Care.
2. Menyelenggarakan pendidikan-penelitian yang terintegrasi.
3. Mewujudkan SDI yang handal dan berakhlak mulia.
4. Meningkatkan mutu dan keselamatan pasien berkelanjutan.
5. Melaksanakan dakwah islamiyah amar makruf nahi munkar.
2.1.3 Motto Rs Siti Khodijah Sepanjang

“Ikhlas dan ikhsan dalam pelayanan”.

2.1.4 Nilai RS Siti Khodijah Sepanjang


1. Profesionalisme
2. kemitraan dan kebersamaan
3. keperdulian dan kenyamanaN
4. amanah

2.1.5 Falsafah RS Siti Khodijah Sepanjang

Rumah Sakit Siti Khodijah Muhammadiyah Cabang Sepanjang mempunyai falsafah sebagai sarana
Dakwah Islamiyah Amar Makruf Nahi Munkar dan sosial kemasyarakatan serta tidak berorientasi pada
keuntungan bisnis semata. Dengan berkembangnya zaman, Rs Siti Khodijah Muhammadiyah Cabang
Sepanjang dikelola secara professional untuk memperoleh hasil yang maksimal. Orientasi pelayanan yang
berfokus pada pasien merupakan salah satu upaya peningkatan kualitas pelayanan medik. Disamping upaya
lainnya berupa perencanaan secara komprehensif serta upay-upaya dengan kegiatan yang sesuai dengan visi
misi Persyarikatan Muhammadiyah Cabang Sepanjang.

2.1.6 Tujuan RS Siti Khodijah Sepanjang


Rumah sakit Siti Kodijah Muhammadiyah cabang Sepanjang dalam mewujudkan misinya
menetapkan tujuan sebagai berikut:
1. Memberikan pelayanan medis, pelayanan penunjang medis dan pelayanan penunjang non medis yang
prima yang berorientasi pada kepuasan pelanggan.
2. Meningkatkan strategi marketing dan jalin harmonisasi CSR
3. Meningkatkan kopetensi SDI di segala bidang.
4. Melaksanakan aliansi stratejik dengan organisasi dan instansi.
5. Memanfaatkan system informasi untuk peningkatan pelayanan dan menajemen administrasi.
6. Mengembangkan pelayanan preventif, komplementer dan estetika sesuai syariah.
7. Lengkapi sarana dan prasarana sesuai dengan standar Rumah Sakit.
8. Tingkatkan kemampuan manajemen Rumah Sakit secara optimal untuk mencapai penerapan
akreditasi RS Pendidikan.
9. Meningkatkan pengembangan dakwah Islamiyah amar makruf nahi mungkar.
2.1.7 Pedoman Keperawatan RS Siti Khodijah Sepanjang

Berikut data dari Standart Operasional Keperawatan

1. Mengutamakan kesehatan dan kepentingan pasien.


2. Ikhlas dan bangga mengembangkan tanggung jawab sebagai perawat anggota tim pelayanan
kesehatan
3. Berfikir sebelum dan selama ataupun sesudah melakukan tindakan profesional
4. Mampu mengendalikan diri
5. Patuh pada peraturan atau ketentuan yang berlaku
6. Tepat dalam pemberian obat:
a. Tepat pasien.
b. Tepat Obat (baca etika obat 2 – 3 kali).
c. Tepat dosis, tepat cara, tepat waktu.
d. Selalu waspada efek samping obat.
7. Memegang teguh rahasia jabatan.
8. Selalu melibatkan pasien dalam setiap tindakan.
9. Merawat pasien berdasarkan ilmu dan seni, perawat disertai senyum, sapa, salam, dan sopan.
10. Selalu menjaga kebersihan individu di lingkungan.
2.1.8 Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan tanggal 8 -10 Desember 2020, meliputi ketenagaan, sarana dan
prasarana, MAKP, sumber keuangan, dan pemasaran (marketing). Data yang didapat dianalisis
menggunakan analisis SWOT sehingga diperoleh beberapa rumusan masalah, kemudian dipilih satu sebagai
prioritas masalah.

1. Tenaga dan Pasien (M1 - Man)

Model Asuhan Keperawatan Profesional yang saat ini sedang dikembangkan oleh management ruang
Shofa adalah model Tim. Hal ini disesuaikan dengan sumber daya manusia yang dimiliki dan karakteristik
ketergantungan klien yang dirawat di ruang Sofa. Analisis ketenagaan perawat mencakup jumlah tenaga
keperawatan, tenaga kesehatan S1 Keperawatan 6 orang, tenaga DIII Keperawatan sebanyak 10 orang.

2.1.9 Tugas Pokok dan Fungsi


1) Kepala Ruangan
Tugas Pokok: Mengawasi dan mengendalikan kegiatan pelayanan Keperawatan di ruang rawat yang
berada di wilayah tanggung jawabnya. Uraian Tugas :
1. Melaksanakan fungsi perencanaan, meliputi :
a. Merencanakan jumlah dan kategori tenaga keperawatan serta tenaga lain sesuai kebutuhan.
b. Merencanakan jumlah jenis peralatan perawatan yang di perlukan sesuai kebutuhan.
c. Merencanakan dan menentukan jenis kegiatan/asuhan keperawatan yang akan di selenggarakan
sesuai kebutuhan pasien.
2. Melaksanakan fungsi penggerakan dan pelaksanaan, meliputi :
a. Mengatur dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan pelayanan ruang rawat.
b. Menyusun dan mengatur daftar dinas tenaga perawat dan tenaga lain sesuai kebutuhan dan ketentuan
atau peraturan yang berlaku.
c. Melaksanakan program orientasi kepada tenaga perawatan baru atau tenaga lain yang akan bekerja di
ruang rawat.
d. Member pengarahan dan motivasi kepada tenaga perawatan untuk melaksanakan asuhan keperawatan
sesuai kebutuhan/standar. Mengkoordinasikan seluruh kegiatan yang ada dengan cara bekerja sama
dengan berbagai pihak yang terlibat dalam pelayanan di ruang rawat.
e. Mengadakan pertemuan berkala dengan pelaksana perawatan dan tenaga lain yang berada di wilayah
tanggung jawabnya.
f. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan di bidang perawatan antara lain melalui pertemuan
ilmiah.
g. Mengenal jenis dan kegunaan barang/peralatan serta mengusahakan pengadaannya sesuai kebutuhan
pasien agar tercapai pelayanan yang optimal.
h. Menyususn permintaan rutin meliputi kebutuhan alat, obat dan bahan lain yang diperlukan di ruang
rawat.
i. Mengatur dan mengkoordinasikan pemeliharaan peralatan agar selalu dalam kegiatan siap pakai.
j. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan inventarisasi peralatan.
k. Melaksanakan program orientasi kepada pasien dan keluarganya meliputi penjelasan tentang
peraturan rumah sakit, tata tertib ruangan vasilitas yang ada cara penggunaannya serta kegiatan rutin
sehari-hari di ruangan.
l. Mendampingi dokter selama kunjungan keliling (visite dokter) untuk pemeriksaan pasien dan
mencatat program pengobatan, serta menyampaikan kepada staf untuk melaksanakannya.
m. Mengelompokkan pasien dan mengatur penempatannya di ruang rawat menurut tingkat
kegawatannya, infeksi dan non infeksi untuk memudahkan pemberian asuhan keperawatan.
n. Mengadakan pendekatan kepada setiap pasien yang dirawat untuk mengetahui keadaannya dan
menampung keluhan serta membantu memecahkan masalah yang dihadapinya.
o. Menjaga perasaan pasien agar merasa aman dan terlindungi selama pelaksanaan pelayanan perawatan
berlangsung
p. Memberi penyuluhan kesehatan terhadap pasien atau keluarga dalam batas kewenangan.
q. Menjaga perasaan petugas agar merasa aman dan terlindungi selama pelaksanaan pelayanan
perawatan berlangsung.
r. Memelihara dan mengembangkan system pencatatan dan pelaporan asuhan keperawatan system
pencatatan dan pelaporan asuhan keperawatan dan kegiatan lain yang dilakukan secara tepat dan benar
untuk tindakan selanjutnya.
s. Mengadakan kerjasama yang baik dengan kepala ruangan yang lain, seluruh kepala bidang, kepala
bagian, kepala instalasi dan kepala unit di RS.
t. Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik antara petugas, pasien dan keluarganya,
sehingga memberikan ketenangan.
u. Meneliti pengisian formulir sensus harian pasien ruangan.
v. Memeriksa dan meneliti pengisian daftar permintaan makanan berdasarkan macam dan jenis
makanan pasien, kemudian memeriksa dan meneliti ulang saat penyajian sesuai dengan diitnya.
w. Memelihara buku register dan berkas catatan medic.
x. Membuat laporan harian dan bulanan mengenai pelaksanaan asuhan keperawatan serta kegiatan lain
diruang perawat.
3. Melaksanakan fungsi pengawasan, pengendalian dan penilaian meliputi :
a. Mengawasi dan menilai asuhan keperawatan yang telah ditentukan.
b. Melaksanakan penilaian terhadap upaya peningkatan pengetahuan dan keterampilan dibidang
perawaatan.
c. Mengawasi dan mengendalikan penyalahgunaan peralatan perawatan serta obat-obatan secara
efektif dan efisien.
d. Mengawasi pelaksanaan sistim pencatatn dan pelaporan kegiatan asuhan keperawatan serta
mencatat kegiatan lain diruang rawat.
2) Perawat Primer
a. Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komprenshif.
b. Membuat tujuan daan rencakan keperawatan.
c. Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama praktek bila diperlukan.
d. Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang di berikan oleh disiplin ilmu
lain maupun perawat lain.
e. Mengevaluasi keberhasilan asuhan keperawatan.
f. Melakukan rujukan kepada pekerja social, kontak dengan lembaga social di masyarakat.
g. Membuat jadwal perjanjian klinik.
h. Mengadakan kunjungan rumah bila perlu.
i. Bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari
pasien masuk sampai pasien keluar rumah sakit.
j. Mengikuti timbang terima.
k. Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif.
l. Membuat tujuan dan rencana keperawatan.
m. Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama ia dinas.
n. Mengkomunikasikan atau mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh disiplin lain
maupun perawat lain.
o. Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai.
p. Menerima dan menyesuaikan rencana.
q. Menyiapkan penyuluhan untuk pulang.
r. Melakukan rujukan kepada pekerja social, kontak dengan lembaga social di masyarakat.
s. Membuat jadwal perjanjian klinik.
t. Mengadakan kunjungan rumah.
u. Melaksanakan sentralisasi obat.
v. Mendampingi visite.
w. Melaksanakan ronde keperawatan bersama dengan kepala ruangan dan perawat associate.
x. Melaporkan perkembangan pasien kepada kepala ruangan.
3) Perawat Assosiate
Tugas pokok :
1. Memberikan perawatan secara langsung berdasarkan proses keperawatan dengan sentuhan
kasih sayang.
a. Melaksanakan tindakan perawatan yang telah disusun.
b. Mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah diberikan.
c. Mencatat dan melaporkan semua tindakan perawatan dan respon klien pada catatan
keperawatan.
2. Melaksanakan program medik dengan penuh tanggung jawab
a. Pemberian obat.
b. Pemeriksaan laboraturium.
c. Persiapan klien yang akan dioperasi.
3. Memperhatikan keseimbangan kebutuhan fisik, mental daan spiritual dari klien
a. Memelihara kebersihan klien dan klien.
b. Mengurangi penderitaan klien dengan memberi rasa aman, nyaman dan ketenangan.
c. Pendekatan komunikasi terapeutik.
4. Mempersiapkan klien secara fisik mental untuk menghadapi tindakan perawatan dan
pengobatan serta diagnostik
5. Melatih klien untuk menolong dirinya sendiri sesuai kemampuannya
6. Memberi pertolongan segera pada klien gawat atau sakaratul maut.
7. Membantu kepala ruaangan dalam ketatalaksanaan ruangan secara administrasitif
a. Menyiapkan data klien baru, pulang atau meningggal.
b. Sensus harian dan formulir.
c. Rujukan atau penyuluhan PKMRS.
8. Mengatur dan menyiapkan alat-alat yang ada diruangan
9. Menciptakan dan memelihara kebersihan, keamanan, kenyaman dan keindahatan
ruangan.
10. Melaksanakan tugas dinas pagi/sore/ malam secara bergantian
11. Memberikan penyuluhan kesehatan kepada klien sehubungan dengan penyakitnya.
12. Melaporkan segala sesuatu mengenai keadaan klien baik lisan maupun tertulis.
13. Membuat laporan harian.
14. Mengikuti timbang terima.
15. Mengikuti kegiatan ronde keperawatan.
16. Melaksaanakan rencana keperawatan yang dibuat oleh perawat primer.
17. Berorganisasi dengan perawat assosiate lain dan perawat primer.
18. Malakukan evaluasi formatif.
19. Pendokumentasian tindakan dan catatat perkembangan pasien.
Melaporkaan segala perubahan yang terjadi atas pasien kepada perawat primer.
4) Gambaran Ketenagaan
1. Tenaga Keperawatan

Tabel 2.1 Tenaga Keperawatan di Ruang Shofa RS Siti Khodijah Sepanjang.


Robby, Ketua Tim D3 Keperawatan
N Nama Jabatan Pendidikan
Amd.Kep.
o

1 Liulin,S.Ke Kepala Unit Area Ners


. p.Ners

2 Romsiyani, PJ Ruangan Ners


. S.Kep.Ners

3 Rizki Ketua Tim D3 Keperawatan


. Akbar,Amd.Ke
p.

4 Witrisda, Ketua Tim D3 Keperawatan


. Amd.Kep.

5 Aneka, Ketua Tim D3 Keperawatan


. Amd.Kep.

6 Antik, Ketua Tim D3 Keperawatan


Amd.Kep.

7 Robby, Ketua Tim D3 Keperawatan


. Amd.Kep.

7
.

8 Lia Rina, Ketua Tim D3 Keperawatan


. Amd.Kep.

9 Fitri Perawat Pelaksana D3 Keperawatan


. Amd.Kep.

10 Hasan, Perawat Pelaksana Ners


S.kep,Ners

11 Rina, Perawat Pelaksana Ners


S.kep.Ners

12 Habibah, Perawat Pelaksana D3 Keperawatan


Amd.Kep.

13 Vandra, Perawat Pelaksana Ners


S.Kep.Ners

14 Rif’ah, Perawat Pelaksana D3 Keperawatan


Amd.Kep.

15 Angga, Perawat Pelaksana Ners


S.Kep.Ners

16 Wafi, Perawat Pelaksana D3 Keperawatan


Amd.Kep.

Dari hasil pengkajian yang sudah dilakukan, sejumlah 100% perawat merasa
struktur organisasi yang sudah sesuai degan keampuan perawat, sejumlah 100 %
perwat merasa pembagian tugas sudah sesuai dengan struktur organisasi
, sejumlah 100% perawat merasa Kepala Ruangan sudah optimal melaksanakan
tugas – tugasnya, Sejumlah 100% perawat menganggap kinerja ketua tim sudah
kompeten dalam tugasnya, Sejumlah 92.30 % perawat menganggap beban kerja sudah
sesuai dengan tingkat ketergantungan pasien, Sejumlah 92,30 % perawat menganggap
pembagian tugas diruangan sudah jelas.

Analisis Kualitas Ketenagaan Perawat : Ketenagaan perawat mencakup


jumlah tenaga keperawatan. Kualitas tenaga keperawatan yang ada sudah cukup
memenuhi kualifikasi RS Siti Khodijah Sepanjang kemampuan dalam bidang
keperawatan maupun kolaborasi dengan tenaga medis lain, pada umumnya perawat di
Ruang Shofa kemampuan yang sudah memadai, kolaborasi dengan tenaga medis
lainnya terjalin dengan baik dan terkoordinasi dengan baik. Dari segi kedisiplinan
perawat melaksanakan tugas dengan disiplin dan sesuai dengan jadwal dinas per shift
yang diberikan, datang tepat waktu, pelaksanaan dilaksanakan tepat waktu, disiplin
dalam pendokumentasian tindakan keperawatan, universal precaution dan penerapan
mutu pelayanan berupa 5S sudah dilaksanakan. Terkait dengan pandemi Covid ini,
Rumah Sakit Siti Khodijah mengadakan Pelatihan tentang Manajemen Covid setiap
seminggu sekali via daring yang wajib diikuti oleh Dokter, Perawat, dan IPCN.

Latar belakang pendidikan tenaga keperawatan yang bekerja di ruang Shofa RS


Siti Khodijah Sepanjang, antara lain: tenaga S1 Ners Keperawatan 6 orang, tenaga S1,
tenaga DIII Keperawatan sebanyak 10 orang. Perawat telah melakukan beberapa
pelatihan yang dilaksanakan diluar Rumah Sakit maupun dari luar Rumah Sakit. Total
jumlah perawat di ruang Shofa terdapat 16 orang dengan jumlah tempat tidur di
ruangan sebanyak 22 tempat tidur. Jika melihat jumlah tempat tidur yang banyak
dengan jumlah perawat yang terbatas membuat kualitas pelayanan perawat terhadap ke
pasien kurang karena beban kerja yang berat, dan perawat mengeluh capek.

Analisis Kuantitas Ketenagaan Perawat : Total jumlah perawat di ruang


Shofa terdapat 16 orang dengan jumlah tempat tidur di ruangan sebanyak 22 tempat
tidur dan jumlah perawat yang cukup membuat kualitas pelayanan perawat terhadap
pasien kategori baik karena beban kerja masih bisa terpenuhi meskipun tempat tidur
terisi penuh.

STRUKTUR ORGANISASI RUANG SHOFA RS SITI KHODIJAH SEPANJANG

KA AREA 3

LIULIN, S.Kep., Ns
CI D3:

RIZKI PJ IPCLN
AKBAR SIE
INVENTARSI
AMK ADMINISTRA LEGIANA
ASET
SIE AMK
CI S1: WITRISDA
ANEKA AMK
AMK
ROMSIYAM
I, S.Kep.,
Ns
KA AREA 3

LIULIN, S.Kep., Ns

PJ PAV SHOFA

ROMSIYAMI, S.Kep., Ns

KATIM KATIM KATIM


KATIM KATIM KATIM
WITRISDA SISWANTI ANEKA LIA RINA ROBBY
RIZKI AKBAR

PERAWATA PELAKSANA PERAWAT PELAKSANA


PERAWAT PELAKSANA

HABIBAH AMK RINA S. K.ep,. Ns


FITRI AMK

VANDRA S. K.ep,. Ns WAFI AMK


HASAN S. K.ep,. Ns

RIF AH AMK INTAN AMK


ANGGA S. K.ep,. Ns
Table 2.2 METODE KATIM RUANG SHOFA RS SITI KHODIJAH MUHAMMADIYAH CABANG
SEPANJANG
5) Tenaga Non Keperawatan
1) Tenaga PRS Keperawatan di ruang shofa RS Siti Khodijah Sepanjang
Nama Pendidikan Terakhir.
1. umi kulsum memiliki pendidikan terakhir Di ruangan shofa RS Siti Khodijah
Sepanjang tenaga non medis terdiri pekarya kesehatan (PRS) yang membantu
perawat di ruangan shofa PRS dinas setiap pagi. Latar pendidikan PRS adalah
lulusan SMA.
2) Tenaga medis
1. Dr detty irawati sp.pd bekerja muali 2003 pendidkan terakhir sp.pd di
ruang shofa sebagai dokter pinere sejak april status tetap
2. Dr subkhan sp.p bekerja mulai 2000 pedidikan terakhir sp.p dan di
shofa sebagai ketua pinere sejak april dan dan masih berstatus aktif di
rs siti khodijah sepanjang
3. Dr miftah sp.pd – KGEH., ph.D bekerja mulai 2013 tahun lulus s1 di
UNAIR 2001, pendidikan terakhir s3 di OITA UNIVERSTY tahun
2016, selain sebagi sp.p juga sebagai spesialis endoscopy sampai
sekarang masih aktif dan juga sebagai konsulan pinere.
4. Dr m perdana airlangga sp.jp bekerja muali 2010 pendidikan terakhir
dokter sp.jp dan masih aktif lulusn unair.

Dokter penanggung jawab diruang shofa adalah dr SUBUKHAN SP.P sebagai


dokter organic yang menetap di rs siti khodijah sepanjang.

6) Tingkat Ketergantungan Pasien dan Kebutuhan Tenaga Perawat


Tingkat ketergantungan pasien di ruang Shofa dinilai dengan
menggunakan instrument penilaian ketergantungan klien menurut Orem:
total, parsial dan minimal care. Kebutuhan tenaga perawat di ruang Shofa
dari hasil pengkajian sebagai berikut:
1) Ruang Shofa
Berdasarkan perhitungan kebutuhan perawat sesuai tingkat
ketergantungan pasien pengelompokan berdasarkan teori Douglas dan
Orem yang dilakukan pada tanggal 8-10 Desember 2020 didapatkan
sebagai berikut :

8 Desember 2020
No Klasifikasi Jumlah Kebutuhan Tenaga keperawatan
Pasien Pasien Pagi Sore Malam
1 Minimal Care 0 orang 0 X 0,17 0X 0,14 0 X 0,07
=0 =0 =0
2 Partial Care 0 orang 0X 0X 0X0,10
0,27 = 0,15 = 0
0 0
3 Total Care 15 orang 17 X 0,36 17 X 0,3 = 17X 0,20
= 6,12 5,1 = 3,4
Jumlah 17 orang 6,12 (6) 5,1 (5) 3,4(3)
Berdasarkan perhitungan kebutuhan perawat sesuai tingkat ketergantungan
pasien pengelompokan berdasarkan teori Douglas dan Orem yang dilakukan pada
tanggal 8-10 Desember 2020 didapatkan sebagai berikut :

Total tenaga perawat :

Pagi : 6 orang Sore : 5 orang Malam : 3 orang Jumlah : 14 orang

Jumlah tenaga lepas dinas per hari:

86 X 14 = 4,05 = 4 orang

297 14+ 2 + 4 = 20 orang

Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan untuk bertugas setiap hari di ruang shofa adalah
14 orang + 2 orang structural (Ka Area 2 + PJ Shofa) + 4 orang yang lepas dinas. Jadi
kebutuhanya adalah 20orang.
10 desember
Total tenaga perawat Pagi : 7 orang

Sore : 6 orang Malam : 4 orang Jumlah : 17 orang

Jumlah tenaga lepas dinas per hari:

86 X 17: 297= 4,9= 5 orang

17+ 2 + 5 = 24 orang

Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan untuk bertugas setiap hari di ruang
Shofa adalah 17 orang + 2 orang structural (Ka Area 2 + PJ Shofa) + 5 orang yang
lepas dinas. Jadi kebutuhannya adalah 24 orang.

Dari data diatas perawat yang dibutuhkan 24 orang, sedangkan di ruang Shofa
RS Siti Khodijah Sepanjang hanya memiliki perawat 16 orang dengan perawat yang
masuk pagi 5 orang, sore 4 orang, malam 3 orang, lepas dinas 4 orang.

2) Ruang kelolaan

Berdasarkan perhitungan kebutuhan perawat sesuai tingkat ketergantungan pasien


pengelompokan berdasarkan teori Douglas dan Orem yang dilakukan pada tanggal 8
– 10 Desember 2020 didapatkan sebagai berikut :

8 Desember 2020

Jumlah : 3 orang
Jumlah tenaga lepas dinas per hari:

86 X 3 : 297= 0,92 = 1 orang

3 + 2 + 1 = 6 orang

Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan untuk bertugas setiap hari di ruang Shofa ,
ruang Kelolaan adalah 3 orang + 2 orang structural (Ka Area 2 + PJ Ruang Shofa) + 1
orang yang lepas dinas. Jadi kebutuhannya adalah 6 orang.

Jumlah : 3 orang

Jumlah tenaga lepas dinas per hari:

86 X 3 : 297= 0,92 = 1 orang

3 + 2 + 1 = 6 orang

Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan untuk bertugas setiap hari di ruang Shofa ,
ruang Kelolaan adalah 3 orang + 2 orang structural (Ka Area 2 + PJ ruang Shofa) + 1
orang yang lepas dinas. Jadi kebutuhannya adalah 6 orang.
Jumlah : 3 orang

Jumlah tenaga lepas dinas per hari:

86 X 4: 297 = 1,15 = 1 orang

3 + 2 + 1 = 6 orang

Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan untuk bertugas setiap hari di ruang Shofa ,
ruang Kelolaan adalah 3 orang + 2 orang structural (Ka Area 2 + PJ ruang Shofa) + 1
orang yang lepas dinas. Jadi kebutuhannya adalah 6 orang.

2. Kepuasan Kerja Perawat selama bekerja di Ruang Shofa

Kepuasan kerja perawat

Frequency Percent

Valid Tidakpuas 1 7,69

puas 12 92,30

Total 13 100.0

Berdasarkan dari hasil kuesioner yang dibagikan pada semua perawat, yang
memberikan respon sejumlah 13 orang, didapatkan hasil (7,69%) tidak puas dengan
pelayanan rumah sakit , dan (92,30%) puas dengan pelayanan rumah sakit.
Berdasarkan hasil wawancara didapatkan bahwa perawat mengeluh capek, panas,
karena saat ini pandemi jadi ada masa saat memakai hazmat, perawat mengeluh
capek. Untuk pemeriksaan swab tidak rutin dilakukan di RS Siti Khodijah, swab
hanya dilakukan pada petugas yang ada keluhan, atau kontak erat tracing.

Sarana dan Prasarana (M2-Material)

Manajemen keperawatan dan kegiatan pembelajaran pada mahasiswa Praktek


Manajemen Keperawatan Program Profesi Ners Muhammadiyah Surabaya
mengambil tempat di Ruang Shofa RS SITI KHODIJAH SEPANJANG, dengan
alamat Jl. pahlawan No.260, Bebekan Taman Sepanjang, Kec. Sidoarjo, Kabupaten
Sidoarjo, Jawa Timur 61257 Jawa Timur. Pengkajian data awal dilakukan pada
tanggal 8 Desember 2020. Data-data yang diperoleh antara lain:

1. Penataan gedung / Lokasi dan denah ruangan

1) Lokasi Ruang Rawat Inap Shofa

• Sebelah Utara : Ruang ismail

• Sebelah selatan : Ruang marwah

• Sebelah barat : multazam

• Sebelah timur : arah pintu masuk dari HD


Denah Ruang Shofa

2) Data Tempat Tidur Pasien

Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 8 Desember 2020 didapatkan


gambaran kapasitas ruang tidur ruang Shofa adalah sebagai berikut:

NO RUANG JUMLAH BED

1 KAMAR 7 4

2 KAMAR 10 2

3 KAMAR 11 2

4 KAMAR 12 2

5 KAMAR 13 2
6 KAMAR 14 2

7 KAMAR 15 2

8 KAMAR 16 2

9 KAMAR 17 2

10 KAMAR 182

TOTAL 22

a. Gambaran Berdasarkan Jumlah Pasien di Ruang Shofa tanggal 8-10


Desember 2020
Analisa untuk kebutuhan fasilitas pasien: untuk sarana dan prasarana kelompok bisa
menyimpulkan sudah terpenuhi. Tetapi ada hambatan yaitu kamar mandi masih ada
di luar kamar, seharusnya untuk ruang isolasi kamar mandi pasien harus ada di
masing-masing kamar pasien.

2) Fasilitas untuk petugas kesehatan

1. Nurse Station jadi satu dengan ruang kepala ruangan, yang mana terletak
dilantai 2 . alat yang ada terdiri dari 4 stetoskop, 1 lampu baca rongent, 1 komputer, 1
printer, 1 layar untuk CCTV, 12 kamera CCTV, 1 jam dinding, 1 AC, 2 meja dan rak
untuk dokumen.

2. Ruang untuk perawat yang terdiri dari kamar mandi 2, wadtafel 1, meja 1,
loker 1, tempat tissue 1, al Quran 3, jam dinding 2, tempat sampah 2, lemari 4.

3. Ruang tindakan terdiri dari almari 4, troli 2, tempat sampah medis 1, tempat
sampah non medis 1, safety box 2, label infus 1.

4. Kamar 8 digunakan khusus untuk penyimpanan APD reuse.

5. Kamar 9 digunakan khusus untuk penyimpanan APD steril seperti masker,


handscoon, hazmat coverall, dan juga sebagai ruang memakai APD.

6. Ada ruang khusus untuk ruang penyiapan obat dimana ruangan ini disiapkan
untuk perawat melakukan pengoplosan dan penyiapan obat oral.
7. Ruang Penyuluhan tidak ada karena ruang shofa adalah ruang isolasi.

8. Dokumentasi

1) Dokumen nota dinas

2) Daftar inventaris alat kesehatan dan non kesehatan

3) Daftar pegawai ruangan

4) Standar asuhan keperawatan

5) Buku rekam medik

6) Buku pengiriman laborat

7) Buku Visite

8) Buku operan

9) Bukukamus BPJS

10) Buku morning report

11) Buku observasi TTV

12) Buku kamus BPJS

9. Daftar SOP Keperawatan

1) SOP memberikan O2 dengan nasal O2

2) SOP memberikan O2 dengan masker O2

3) SOP memberikan jalan nafas dengan suction oral

4) SOP memberikan jalan nafas dengan suction endotracheal

5) SOP monitoring EKG


6) SOP visioterapi dada

7) SOP memantau saturasi O2

8) SOP menghitung nadi

9) SOP menghitung nafas

10) SOP mengukur suhu rektal

11) SOP mengukur suhu aksila

12) SOP mengukur TD

13) SOP pemasangan IV line perifer

14) SOP memberikan transfusi darah

15) SOP mengukur balence cairan

16) SOP memandikan pasien di tempat tidur

17) SOP memindahkan pasien ke Brancard

18) SOP memindahkan pasien ke kursi roda

19) SOP menyiapkan tempat tanpa pasien di atasnya

20) SOP menyiapkan linen dengan pasien di atasnya

21) SOP ambulasi dini

22) SOP membantu rentan gerak

23) SOP Membantu pasien posisi flowler

24) SOP Membantu pasien posisi sim

25) SOP Membantu pasien posisi tendelenburg


26) SOP Membantu pasien posisi dorsal recumben

27) SOP Membantu pasien posisi genu pektoral

28) SOP Membantu pasien posisi flowler

29) SOP memasang bidai

30) SOP perawatan Luka

31) SOP perawatan pasien yang terpasang traksi skeletal

32) SOP melakukan skintest

33) SOP memberikan obat melalui intra cutan

34) SOP memberikan obat melalui subCutan

35) SOP memasang NGT

36) SOP memasang Kumbah lambung

37) SOP memberikan obat melalui suntikan IM

38) SOP memberikan suntikan melalui IV

39) SOP meberikan suntikan melalui injeksi port

40) SOP memberikan suntikan melalui instoper

41) SOP memberikan kompres dingin

42) SOP memberikan mompres hangat /WWZ

43) SOP memberi obat melalui mulut

44) SOP memberikan obat melalui sonde

45) SOP memberi obat melalui rektal


46) SOP membersihkan mulut

47) SOP menyuapi pasien

48) SOP membantu pasien BAK dan BAB di tempat tidur

49) SOP pasang dower kateter

50) SOP blader training

51) SOP melepas dower kateter

52) SOP melepas infus

53) SOP melepas NGT

10. Standar Asuhan Keperawatan

1) Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gastroenteritis

2) Asuhan keperawatan pada pasien dengan Observasi Febris

3) Asuhan keperawatan pada pasien dengan Typhoid

4) Asuhan keperawatan pada pasien dengan DHF

5) Asuhan keperawatan pada pasien dengan Pneumonia

6) Asuhan keperawatan pada pasien dengan Bronkitis

7) Asuhan keperawatan pada pasien dengan ISK

8) Asuhan keperawatan pada pasien dengan ISPA

9) Asuhan keperawatan pada pasien dengan Hepatitis


10) Asuhan keperawatan pada pasien Hipertensi

11) Asuhan keperawatan pada pasien DM

12) Asuhan Keperawatan pada pasien CKD

13) Asuhan keperawatan pada pasien CVA

Standar fasilitas dimasing-masing ruang untuk tenaga kesehatan adalah sebagai


berikut :
3. Metode Pemberian Asuhan Keperawatan ( M3 – Method )

1. Penerapan Pemberian Model Asuhan Keperawatan (MAKP)

Ruang Shofa memiliki Visi yaitu memberikan pelayanan pada pasien anak
guna mengurangi dampak hospitalisasi anak. Sedangkan misi yang sama dengan RS
Siti Kodijah. Berdasarkan hasil pengkajian tanggal 8-10 Desember 2020 di dapatkan
bahwa model pemberian asuhan keperawatan di ruang Shofa menggunakan model
Tim. Terdapat 6 katim. Katim membawahi 3 PP. Ketua tim bertanggung jawab dalam
pendokumentasian keperawatan, sedangkan anggota tim melaksanaan asuhan
keperawatan sesuai fungsinya. Jika ada masalah, maka PJ sift akan melaporkan
kepada katim. Perawat mengatakan asuhan keperawatan tim dirasa lebih sesuai dan
efektif, karena dapat membina komunikasi antar tim, sehingga konflik mudah di atasi
dan memberi kepuasan terhadap anggota tim. Selain itu pendidikan terakhir tenaga
kesehatan dengan diploma III masih lebih banyak dibandingkan tenaga kesehatan
dengan pendidikan S1.

Jadwal dinas tenaga kesehatan telah dibuat selama 1 bulan dengan shif pagi,
sore, malam yang sudah tercantum nama perawat dan penanggung jawab harian.
Daftar pasien sudah tercantum dengan Jenis kelamin, dokter yang bertanggung jawab,
tanggal dan tahun. Beberapa kegiatan yang dilaksanakan dalam metode yang
diterapkan di ruangan ini adalah timbang terima, discharge planning, ronde
keperawatan yang sering disebut refleksi diskusi kasus, supervisi, sentralisasi obat
dan pendokumentasian sudah dilakukan sesuai SOP dan SAK yang ada namun belum
optimal, dikarenakan keterbatasan jumlah tenaga.

1) Penerimaan Pasien Baru

Dari hasil pengkajian tanggal 8-10 Desember 2020 dengan metode pengisian google
form, wawancara, dan observasi didapatkan bahwa penerimaan pasien baru di ruang
Shofa sudah berjalan dengan baik. Pasien di ruang Shofa adalah pasien Konfirmasi
Covid 19.

Penerimaan pasien baru yang dilakukan di ruangan Sofa yaitu dari pasien yang
datang dari IGD atau pasien pindahan dari transit ruang isolasi lain (ismail,
multazam, jabal nur), dan jika datang dari IGD maka dilakukan penanganan
kegawatan dahulu dan setelah dokter Jaga mendiagnosa lalu di laporkan ke DPJP lalu
Advis di tulis kemudian setelah ruangan sudah siap , pasien di bawa ke Ruamg Shofa.
Perawat IGD atau poli melakukan handover dengan perawat ruangan. Selain itu
perawat ruangan melakukan pengkajian pasien baru melalui form yang sudah
tersedia, penerimaan hanya dilakukan dengan perawat dan pasien, karena ini adalah
ruang isolasi jadi tidak diperbolehkan ada keluarga yang menunggu. Dari hasil
observasi pernah dilaporkan ada keluarga yang meminta menunggu pasien karena
alasan umur pasien sudah lansia. Dalam hal ini perawat sudah menjelaskan tentang
risiko penularan dan sudah memberikan edukasi tentang penggunaan masker dan cuci
tangan. Dalam situasi pandemi covid ini ada tambahan RM 02.dk yang berisi tentang
edukasi MRS di ruang isolasi covid.

2) Timbang Terima

Dari hasil pengkajian tanggal 8-10 Desember 2020 didapatkan bahwa


observasi perawat di ruang Shofa saat ini untuk pergantian shif telah dilaksanakan
dan sudah menggunakan format timbang terima. Format yang digunakan sudah baik.
Kegiatan timbang terima dipinpin oelh PJ Ruangan untuk shif pagi dan sore,
dipimpin oleh Katim untuk shif sore ke malam. Hal yang disampaikan adalah :
jumlah pasien, identitas, dan diagnosa medis pasien yang mengacu pada SOAP, data
keluhan pasien, data fokus, masalah keperawatan yang muncul, tindakan yang sudah
dilakukan dan tindakan yang belum dilakukan, pesan dokter mengenai perubahan
dosis atau nama obat dan terapi yang diberikan pada pasien, serta pesan khusus untuk
kegiatan cek laboratorium. Begitu juga pada pergantian perawat pada shif berikutnya.
Penanggung jawab shift mengkonfirmasi jika ada penjelasan yang kurang jelas.

Kegiatan timbang terima selama masa pandemi ini dilakukan di nurse station
dan cek konfirmasi melalui CCTV, jadi timbang terima tidak keliling kamar pasien
untuk meminimalisir risiko penularan. Analisa kelompok bahwa timbang terima
yang dilakukan di ruang Shofa sudah berjalan dengan baik dan lancar. Dan jika ada
ilmu baru atau pengumuman, kepala ruangan atau PJ area dapat menginformasikan
pada saat timbang terima.

3) Sentralisasi Obat

Sentralisasi obat sudah berjalan dengan baik di ruang shofa,alurmya yaitu


perawat order melalui EHOS berdasar advis dokter, kemudian apoteker mengantar
obat ke ruang sentralisasi obat oleh UDD disiapkan mulai pagi hari ini sampai dengan
siang hari berikutnya. Pengoplosan obat tetap dilakukan oleh perawat di ruang
penyimpanan obat.

4) Supervisi Keperawatan

Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan oleh kelompok didapatkan


hasil sebagai berikut : Di ruang sudah dilakukan supervisi (dokumentasi dan tindakan
keperawatan) seminggu tiga kali, supervisi dilakukan oleh PJ ruangan atau bisa juga
dengan Ka Area. Hal yang disupervisi antara lain adalah tindakan keperawatan terkait
SOP, dan komunikasi antar perawat. Format supervisi sudah disediakan di
keperawatan dan format supervisi sudah sesuai SOP guna untuk meningkatkan
kualitas kerja perawat. Hasil supervisi disampaikan kepada perawat, apabila penilaian
masih kurang maka akan dilakukan supervisi ulang. Setelah melakukan supervisi
selalu ada feed back dari supervisor dan selalu ada follow up. Namun selama
pandemi ini pelaksanaan supervise tidak berjalan sesuai rencana.

5) Ronde Keperawatan

Ronde keperawatan mulai bulan april belum di lakukan karena factor


pandemic covid19. Sebelum pandemi ronde keperawatan dilakukan sebulan sekali
yaitu dengan nama RDK (Ronde Diskusi Kasus).

6) Perencanaan Pulang ( Discharge Planning )

Dari hasil pengumpulan data yang didapat pada tanggal 8-10 Desember 2020
dan laporan perawat di ruang Shofa, discharge planning sudah dilaksankan dalam
pelaksanaannya dan dilakukan oleh perawat, isinya singkat yang mencakup HE
mengenai cuci tangan, keperawatan selama di Rumah Sakit dan persiapan untuk
kontrol selanjutnya. Discharge planning di ruang Shofa menggunakan RMK 4 dan
ditambah dengan RMK 21.ak yang berisi edukasi covid tergadap pasien dan
keluarga.. Discharge Planning sudah sesuai dengan prosedur yang ada, terdapat
leaflet di ruangan. Namun dengan keingintahuan pasien yang tinggi dan persai ngan
rumah sakit edukasi dengan leaflet dan kelengkapan serta update leaflet perlu untuk
ditingkatkan.

Dalam hal ini format discharge planning lebih optimal jika menggunakan
metode IDEAL yaitu include (melibatkan pasien dan keluarga), Discuss (diskusikan
dengan pasien dan keluarga lima bidang utama untuk mencegah masalah dirumah
seperti menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang dukungan yang diperlukan,
menjelaskan obat, mengidentifikasi tanda gejala atau potensi masalah yang bisa
timbul, menjelaskan hasil tes dan membuat janji tindak lanjut atau control), Educate
(mendidik pasien dan keluarga), Asses(menilai seberapa baik dokter dan perawat
menjelaskan diagnosis, kondisi, dan langkah-langkah selanjutnya), dan Listen
(mendengarkan danmenghomati pasien dan keluarga dan memberikan kesempatan
kepada pasien dan keluarga untuk bertanya hal-hal yang belum dipahami). Jika ada
hal- hal yang kurang di pahami pasien bisa menelpon ke ruang Shofa atau jika ada
kegawatan langsung dating ke IGD. HE pada pasien dan keluarga diutamakan tentang
pencegahan penularan Covid dan pengelolaan penyakit kronis. Perawat juga
menjelaskan obat yang harus diminum di rumah.

7) Dokumentasi Keperawatan

Dari hasil pengkajian tanggal 8-10 Desember 2020 didapatkan bahwa sistem
pendokumentasian yang berlaku saat ini adalah SOR (Source, Oriented, Record),
yaitu sistem pendokumentasian yang berorientasi kepada sumber (lembar penilaian
berisi biodata, lembar order dokter, lembar riwayat medis/penyakit, catatan perawat,
dan laporan). Selama ini catatan keperawatan berisikan jawaban nasihat dokter dan
tindakan keperawatan mandiri perawat.
Sistem pendokumentasian pada ruang Shofa masih lebih banyak di
dokumentasikan secara manual melalui status pasien dengan format format tertentu.
Penggunaan computer di ruang ismail sebagai pencatatan pasien masuk dan keluar,
pemesanan alkes, obat, dan pemilahan pasien umum dan BPJS. Dokumentasi yang
dilakukan secara manual meliputi catatan keperawatan berisikan jawaban dari hasil
visite dokter dan tindakan mandiri yang sudah dilakukan perawat. Pengisian evaluasi
per shif menggunakan SOAP. Pendokumentasian keperawatan harus ditulis lengkap
oleh perawat, PJ ruangan selalu melakukan monitoring terhadap kelengkapan
dokumentasi keperawatan.

5. Sumber Keuangan (M4/Money)

Dari hasil pengumpulan data yang di dapat pada tanggal 8-10 Desember 2020
dengan metode pengisian google form, wawancara dan observasi dengan Ka Area,
PJ, dan perawat ruang Shofa didapatkan hasil sebagai berikut:

Sumber dana operasional ruangan, alat kesehatan, fasilitas kesehatan bagi


pasien, fasilitas bahan habis pakai bagi pasien, dan fasilitas kesehatan bagi petugas
kesehatan berasal dari rumah sakit yang diperoleh dari Rumah Sakit Siti Khodijah
Sepanjang, serta dana kesejahteraan pegawai berasal dari Rumah Sakit. Intensif yang
diberikan dari Rumah Sakit yaitu jasa pelayanan yang diberikan sama untuk semua
ruangan sedangkan jasa medic diberikan berdasarkan pendidikan, masa kerja, dan
resiko pekerjaan. Pembiayaan pasien sebagian besar dari BPJS

sedangkan yang lain dari umum dan pihak ke 3. Biaya perawatan pasien
Covid ditagihkan kepada Kementerian Kesehatan dengan prosedur yang diatur oleh
Pemerintah. Berdasarakan akumulasi data penanggungjawab pasien rawat inap 8-10
Desember 2020 diperoleh presentase rawat inap dengan perincian.
Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa distribusi BOR selama 8-10
Desember 2020 sebesar 83,32% yaitu termasuk kategori tinggi Ini menunjukkan
bahwa jumlah kassu Covid banyak dan Masyarakat memiliki kepercayaan yang tinggi
terhadap RS Siti Khodijah Sepanjang.

2) ALOS (Average Length of Stay), BTO (Bed Turn Over), TOI (Turn
Over Interval)

• ALOS (Average Length Of Stay)

Standar Nasional Indikator Mutu Pelayanan adalah secara umum nilai ALOS
yang ideal menurut standar Nasional Indikator Mutu Pelayanan antara 1-10 hari.
Adapun rumus ALOS yaitu:

(jumlah lama dirawat) (jumlah pasien keluar (hidup + mati)

1380/ 138 = 10

Berdasarkan rumus di atas, dapat diketahui lama rawat inap pasien di ruang
Shofa pada Bulan November 2020 rata-rata yaitu selama 10 hari.

• BTO (Bed Turn Over)

Standar Nasional Indikator Mutu Pelayanan adalah frekuensi pemakaian


tempat tidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan
waktu tertentu. Idealnya 5-45 hari.

BTO =Jumlah pasien dirawat (hidup + mati) (jumlah tempat tidur keseluhan)
Berdasarkan rumus diatas, dapat diketahui pemakaian tempat tidur di ruang Shofa
Bulan November 2020 didapatkan 138/22= 9 hari. Berarti indikator mutu pelayanan
masih baik.

• TOI (Turn Over Interval)

Menurut Standar Nasional Indikator Mutu Pelayanan adalah rata- rata hari
dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat berikutnya.Indikator ini
memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur.Idealnya tempat
tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari.
TOI = ((Jumlah tempat tidur xperiode) – hari perawatan) Jumlah pasien keluar
(hidup + mati)

((22 x30) – 1380) = -5,2

138

Berdasarkan rumus diatas, dapat diketahui pemakaian TOI di ruang Shofa


Bulan November 2020 didapatkan hasil minus 5,2, sehingga bed selalu terisi. Berarti
Indikator mutu pelayanan masih kategori baik.

2. Sepuluh (10) Kasus Terbanyak di Ruangan

Ruang Shofa adalah ruang isolasi covid, yang kami tampilkan adalah kasus
penyakit penyerta yang banyak diderita oleh pasien konfirmasi Covid. Jumlah kasus
terbanyak dalam 3 bulan terakhir di Ruang Shofa RS. Siti Khodijah Sepanjang
(April- November 2020)

No Kasus

1. PNEUMONIA

2. DIABETES MELLITUS

3. CRONIC KIDNEY DISEASE

4. HIPERTENSI

5. TUBERCULOSIS

6. CVA

7. CRONIC HEARTH FAILURE

Kasus no 1- 7 adalah komorbid nya.

Untuk kasus dalam covinya no


Confirm sebanyak dari bulan September hingga November “ 164 pasien yang
terdiagnosa confirm, kemudian no 2 pnemonia sedang 70, kemudian pneumonia berat
11 orang. Jadi per bulan September ruang shofa memang di khusus kan untuk
ruangan yang terdiagnosa covid 19 caonfirm.

2) Kepuasan

Kepuasan pasien

Frequency Percent

Valid Tidakpuas 2 10,52

Puas 19 90,47

Total 21 100.0

Berdasarkan dari hasil kuesioner yang dibagikan pada 17 orang pasien


melalui googleform diperoleh hasil bahwa (14,28%) menyatakan tidak puas dengan
pelayanan ruang Shofa dan (88,23%) menyatakan puas dengan pelayanan ruang
Shofa.

3) Kecemasan

Berdasarkan data sekunder dari kuesioner yang kami sebarkan kepada 17


pasien di ruang Shofa, didapatkan 2 pasien (14,28%) kecemasan ringan, sebanyak 15
pasien (88,23%) mengalami kecemasan sedang, ini dikarenakan pasien merasa cemas
karena tidak boleh ditunggu oleh keluarga karena ruang isolasi.

4. Sasaran Mutu (M-5)

Adapun pelaksanaan Sasaran Keselamatan Pasien (SKP) di ruang rawat inap


Shofa Rumah Sakit Siti Khodijah Sepanjang sesuai dengan Standar Akreditasi
Rumah Sakit Tipe B (Kemenkes, 2014) dan JCI Acreditation antara lain :

1) Ketepatan Identifikasi Pasien

a. Standar

Rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk meningkatkan ketepatan


identifikasi pasien.

b. Tujuan

Untuk meningkatkan profesionalisme dalam mengenali dan kepada siapa


diberikan suatu asuhan keperawatan.

c. Elemen yang dapat diukur

a) Pasien diidentifikasi menggunakan dua pengidentifikasi pasien, tidak


termasuk penggunaan nomor kamar pasien.

b) Pasien diidentifikasi sebelum memberikan obat, darah atau produk


darah.

c) Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan spesimen lainnya


untuk pengujian klinis.

d) Pasien diidentifikasi sebelum memberikan prosedur perawatan.


e) Kebijakan dan prosedur mendukung praktik yang konsisten dalam jam
segala situasi dan lokasi.

d. Implementasi di rumah sakit

a) Minimal 2 identitas: Nama lengkap dan tanggal lahir dan atau nomor
rekam medis.

b) Gelang identitas: Pink untuk wanita dan biru untuk laki-laki.

c) Pemasangan gelang identitas untuk semua pasien rawat inap.

d) Berikan informasi ke pasien bahwa petugas kesehatan akan selalu


menanyakan nama dan tanggal lahir sebelum melakukan tindakan/pemberian obat.

e) Nomor kamar dan tempat tidur tidak boleh digunakan sebagai


identifikasi.

f) Identifikasi pasien dilaksanakan pada saat; Sebelum melakukan


prosedur/tindakan. Sebelum pemberian obat.

Sebelum pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan lab. Sebelum


pemberian transfusi darah.

g) Identifikasi pasien:

Gelang pink digunakan untuk pasien perempuan Gelang biru digunakan


untuk pasien laki-laki. Tambahan Manik kuning di gelang digunakan untuk
pasien resiko jatuh.

Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 8-10 Desember


2020 Ruang Shofa semua perawat sudah menerapkan menerapkan identifikasi pasien
dengan mencocokkan gelang identitas yang dipakai pasien dan
mengonfirmasi nama pasien dan tanggal lahir/umur sebelum melakukan
tindakan keperawatan.

2) Peningkatan Komunikasi yang Efektif

a. Standar

Organisasi ini mengembangkan pendekatan untuk meningkatkan efektivitas


komunikasi antar perawat.

b. Tujuan

Komunikasi yang efektif, tepat waktu, akurat dan lengkap, tidak ambigu dan
dipahami oleh penerima dapat mengurangi kesalahan hasil dalam keselamatan pasien
membaik. Komunikasi dapat berupa elektronik, lisan, atau tulisan. Menerapkan
proses atau prosedur untuk mengambil perintah lisan atau telepon, atau untuk
pelaporan hasil uji laboratorium penting yang membutuhkan verifikasi “read back"
dari tatanan lengkap atau hasil tes oleh orang yang menerima informasi.

c. Elemen yang diukur

Perintah verbal dan telepon yang lengkap atau hasil tes tulis oleh penerima
perintah

a) Perintah verbal dan telepon yang lengkap atau hasil tes yang dibaca
kembali oleh penerima perintah atau hasil tesnya.

b) Perintah atau hasil tes dikonfirmasi oleh individu yang menerima


perintah atau hasil tes.

c) Kebijakan dan prosedur mendukung praktek konsisten dalam


memverifikasi keakuratan verbal dan komunikasi telepon.

d. Implementasi di rumah sakit


a) Untuk perintah verbal atau melalui telepon, staf yang menerima pesan
harus menuliskan dan membacakan kembali kepada pemberi pesan.

b) Komunikasi verbal dengan SBAR dilakukan saat:

Saat petugas melaporkan kondisi pasien kepada DPJP (Dokter Penangggung


Jawab Pasien), perawat dengan dengan perawat, perawat dengan PPA lain seperti ahli
gizi, apoteker, tenaga rehabilitasi medik dan tenaga lainnya.

Catat instruksi di formulir catatan terintegrasi.

c) Komunikasi verbal dengan read back dilakukan:

Saat petugas menerima instruksi verbal per telepon/lisan dari DPJP.

Saat petugas menerima laporan tes kritis/pemeriksaan cito. Beri stempel


READ BACK.

d) Sistem pendokumentasian dengan SBAR:

S (situation): Sebutkan nama pasien, umur, tanggal masuk, dan hari


perawatan, serta dokter yang merawat. Sebutkan diagnosis medis dan masalah
keperawatan yang belum atau sudah teratasi/keluhan utama.

B (background): Jelaskan intervensi yang telah dilakukan dan respons pasien


dari setiap diagnosis keperawatan. Sebutkan riwayat alergi, riwayat pembedahan,
pemasangan alat invasive, dan obat-obatan termasuk cairan infuse yang digunakan.
Jelaskan pengetahuan pasien dan keluarga terhadap diagnosa medis.

A (Assessment): Jelaskan secara lengkap hasil pengkajian pasien terkini


seperti tanda vital, skor nyeri, tingkat kesadaran, braden score, status restrain, risiko
jatuh, pivas score, status nutrisi, kemampuan eliminasi dan lain-lain. Jelaskan
informasi klinik lain yang mendukung.
R (Recommendation): Merekomendasikan intervensi keperawatan yang telah
dan perlu dilanjutkan (refer to nursing care plan) termasuk discharge planning dan
edukasi pasien dan keluarga.

Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada tanggal 8-10 Desember 2020,


komunikasi efektif yang sudah diterapkan di ruang Shofa yaitu menggunakan metode
SBAR (Situation, Background, Assesment,

Recommendation). Pada saat melaporkan kondisi pasien maupun hasil


pemeriksaan klien berupa hasil lab, foto All kepada DPJP sering dilakukan melalui
media sosial, pada pelaksanaan stempel readback, sebagian rekam medis sudah ada
yang diberikan stempel READ BACK semua rekam medis yang ditulis nama perawat
dan advisor, tetapi terkadang masih ada yang belum ditandatangani oleh dokter DPJP
sesuai ketentuan yang ada.

3) Peningkatan Keamanan Obat yang Perlu Diwaspadai

a. Standar

Mengembangkan pendekatan untuk meningkatkan keamanan obat yang perlu


diwaspadai.

b. Tujuan

Mengembangkan kebijakan dan/atau prosedur yang mengidentifikasi daftar


obat yang perlu diwaspadai serta dilabeli secara jelas dan diakses oleh petugas
mencegah ketidaksengajaan administrasi.

c. Elemen yang diukur

a) Kebijakan dan atau prosedur yang dikembangkan untuk mengatasi


identifikasi, lokasi, pelabelan dan penyimpanan obat yang perlu diwaspadai.

b) Kebijakan dan atau prosedur yang telah diterapkan.

d. Implementasi di rumah sakit


a) Obat yang memerlukan kewaspadaan tinggi (high alert) terdaftar
dalam kategori obat beresiko tinggi dapat menyebabkan cidera serius pada pasien jika
terjadi kesalahan dalam penggunaannya.

b) Pemberian obat high alert kepada pasien:

Sebelum perawat memberikan obat high alert kepada pasien maka perawat
lain harus melakukan pemeriksaan kembali secara independen (PRINSIP 7 BENAR).

1. Kesesuaian antara obat dengan rekam medis/instruksi dokter.

2. Ketepatan perhitungan dosis obat.

3. Identitas pasien.

c) Obat high alert infus harus dipastikan:

1. Ketepatan kecepatan infus.

2. Jika obat lebih dari satu, tempatkan label nama obat pada syringe
pump dan di setiap ujung jalur selang.

d) Setiap kali pasien pindah ruang rawat, perawat pengantar menjelaskan


kepada perawat penerima pasien bahwa pasien mendapatkan obat high alert.

1. Pemberian elektrolit pekat harus dengan pengenceran dan penggunaan


label khusus.

2. Setiap pemberian obat menerapkan PRINSIP 7 BENAR.

3. Pastikan pengenceran dan pencampuran obat dilakukan oleh orang


yang berkompeten.

4. Pisahkan atau beri jarak penyimpanan obat dengan kategori LASA.

5. Tidak menyimpan obat kategori kewaspadaan tinggi dimeja dekat


pasien tanpa pengawasan.
6. Biasakan mengeja nama obat dengan kategori obat LASA/NORUM
(LookAlike Sound Alike/Nama Obat Rupa

Mirip), saat memberi/menerima instruksi

Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 8-10 Desember 2020, dapat


diketahui bahwa kewaspadaan tentang obat yang perlu diwaspadai sudah dilakukan
dengan memisahkan obat-obat high alert pada tempat yang telah disediakan dengan
ditempatkan di tempat tersendiri. Pemberian labeling dan double crooscheck juga
sudah dilakukan di ruang Shofa. Sebelum pemberian obat dilakukan identifikasi
terlebih dahulu dengan memeriksa gelang identitas pasien. Perawat melakukan
pengoplosan obat di ruang penyimpanan obat.

4) Kepastian Tepat Lokasi, Tepat Pasien Operasi dan Tepat Prosedur

a. Standar

Mengembangkan pendekatan untuk memastikan tepat lokasi, tepat prosedur


dan tepat pasien operasi.

b. Tujuan

Meminimalisir salah lokasi, salah prosedur dan salah pasien merupakan


kejadian kekhawatiran yang umum dalam organisasi perawatan kesehatan. Praktek-
praktek berbasis bukti (eviden base practics) yang dijelaskan dalam “The (US) Join
Commission’s Universal Protocol” untuk mencegah salah pasien, salah prosedur dan
salah lokasi operasi. Proses penting yang ditemukan di protokol universal yaitu
menandai lokasi bedah, proses verifikasi sebelum operasi dan Time out yang
diadakan segera sebelum memulai prosedur.

c. Elemen yang diukur


1) Menggunakan tanda yang langsung dikenali untuk identifikasi pada
lokasi bedah dan melibatkan pasien dalam menandai.

2) Menggunakan daftar periksa atau proses lain untuk memverifikasi


lokasi yang tepat dan pasien yang tepat bahwa semua dokumen dan peralatan yang
dibutuhkan berada di tangan yang benar dan fungsional sebelum melakukan operasi.

d)Implementasi di rumah sakit

a) Penandaan (Marker Site)

Dilakukan oleh dokter operator menggunakan spidol permanen di daerah


operasi, jika operasi selektif dilakukan di rawat inap, sedangkan operasi cito
dilakukan di IGD atau rawat inap.

b) Proses Preverifikasi

Kegiatan verifikasi yang dilakukan oleh tim bedah sebelum tindakan operasi
dilakukan.

4) Pengurangan Resiko Infeksi Terkait dengan Pelayanan Kesehatan

a. Standar

Mengembangkan pendekatan untuk mengurangi resiko infeksi.

b. Tujuan

Mencegah terjadinya pengendalian infeksi dengan cuci tangan. Pedoman


kebersihan tangan yang diterima oleh internasional tersedia dari organisasi kesehatan
dunia (WHO), pusat pengendalian dan
pencegahan penyakit America (CDC US). Monitor dan evaluasi terhadap
kejadian plebitis.

c. Elemen yang diukur

1. Organisasi yang telah diadopsi atau di adaptasi saat ini menerbitkan


dan umumnya menerima pedoman kebersihan tangan.

2. Organisasi ini menerapkan program kebersihan tangan yang efektif.

3. Kebijakan dan terkait dengan infeksi.

d. Implementasi di rumah sakit

1) Hand Hygiene

Suatu prosedur tindakan membersihkan tangan dengan sabun

/antiseptik di bawah air mengalir atau dengan menggunakan

handrub berbasis alkohol.

2) Kebersihan tangan/Hand Hygiene

a) Hand hygiene menggunakan handrub (6 langkah) tangan

dalam keadaan bersih

b) Hand hygiene menggunakan hand wash/air dan sabun (6

langkah) tangan dalam keadaan kotor.


TIPS: setiap langkah 4 hitungan dan semua cincin dan jam dilepas

3) Lima waktu wajib mencuci tangan:

1. Sebelum Kontak dengan pasien.

2. Sesudah tindakan aseptic.

3. Setelah terkena cairan tubuh pasien.

4. Sesudah kontak dengan pasien.

5. Setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien

4) Komponen Kewaspadaan Standar

1. Hand hygiene.

2. Pemakaian APD secara teratur.

3. Penangan benda tajam dengan tepat dan benar (pembuangan tempat


sampah benda tajam ke kotak khusus/safety box).

4. Dekontaminasi alat.

5. Penanganan limbah dan lingkungan.

6. Penanganan linen/laundry yang memadai.

7. Penempatan pasien isolasi.

8. Etika batuk.

9. Praktek menyuntik aman.

10. Praktek pencegahan infeksi


Sebagai upaya pencegahan infeksi, di RS Siti Khodijah Sepanjang telah
terbentuk tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI). Infeksi nosokomial
meliputi plebhitis, decubitus, ISK (Infeksi Saluran Kemih), ILO (Infeksi Luka
Operasi). Selain terdapat Tim PPI terdapat tim surveilans untuk mengetahui kejadian
infeksi di rumah sakit, tindakan yang dilakukan yaitu mendata infeksi tiap hari.

Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 8-10 Desember 2020 dapat


diketahui bahwa disediakan 1 handscrub di setiap bed. Dan di depan ruangan. Di
setiap kamar terdapat 1 wastafel dan tersedia sabun antiseptik disediakan RS. Akan
tetapi kamar mandi pasien masih ada di luar terpisah dengan kamar pasien. Akan
tetapi masih banyak keluarga yang tidak melakukan cuci tangan. Dari hasil observasi
kepada perawat ditemukan bahwa perawat di ruang Shofa sudah melakukan hand
hygiene dengan baik dan benar.

6) Pengurangan Resiko Jatuh

a. Standar

Mengembangkan pendekatan untuk mengurangi resiko yang membahayakan


akibat klien jatuh.

b. Tujuan

Menilai kembali resiko secara berkala setiap pasien untuk jatuh, termasuk
potensi resiko yang terkait dengan regimen pengobatan pasien dan mengambil
tindakan untuk mengurangi atau menghilangkan resiko yang teridentifikasi

c. Elemen yang diukur

1. Rumah sakit menerapkan suatu proses untuk penilaian awal pasien


untuk resiko jatuh dan penilaian ulang pasien ketika ditunjukkan oleh perubahan
dalam kondisi atau pengobatan atau yang lain.
2. Ukuran yang diterapkan untuk mengurangi resiko jatuh bagi mereka
yang dinilai beresiko.

3. Ukuran dipantau untuk hasil, baik kesuksesan pengurangan cidera


jatuh dan apapun yang terkait konsekuensi yang tidak diinginkan.

4. Kebijakan dan atau prosedur terus mendukung pengurangan resiko


membahayakan pasien jatuh.

d. Implementasi di rumah sakit

1) Pengkajian risiko jatuh anak menggunakan Humpty Dumpty:

1. Pada saat pengkajian awal pasien dirawat.

2. Pengkajian dilengkapi dalam waktu 1x24 jam.

3. Jika ada pasien dengan resiko jatuh Pasangkan manic berwarna kuning
pada gelang, bertuliskan fall risk.

4. Pasang sign bertuliskan resiko jatuh.

2) Tingkatan risiko ditentukan sebagai berikut:

1. Risiko Rendah: Skor 7-11

2. Risiko tinggi: Skor ≥12

3) Intervensi:

1. Lakukan orientasi kamar pasien.

2. Posisikan tempat tidur.

3. Pencahayaan yang adekuat.

4. Penggunaan alat bantu


4) Edukasi pencegahan jatuh selama dirawat kepada pasien/keluarga dan
berikan bacaan pencegahan jatuh (dorong partisipasi keluarga dalam keselamatan
pasien, jangan tinggalkan pasien sendiri, gunakan tempat duduk dikamar mandi saat
pasien mandi)

5) Pasien dikaji kembali sesuai kondisinya, apabila anak dengan resiko


rendah dengan skala 7-11 di observasi rutin oleh perawat setiap dua jam, dan anak
dengan resiko tinggi dengan skala 12-23

di observasi rutin oleh perawat setiap satu jam.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada tanggal 8-10 Desember


2020, dapat diketahui bahwa pengkajian resiko pasien jatuh sudah dilakukan pada
semua pasien pada awal pasien masuk dan didokumentasikan di rekam medis pasien.
Usaha penanggulangan yang dilakukan pada pasien resiko jatuh adalah dengan
menutup side rail dan masing-masing pasien boleh ditunggu oleh penunggu pasien
sebanyak 1 orang penunggu. Serta pada standart infus diberikan label segita kuning
(Resiko Jatuh).

Anda mungkin juga menyukai