Disusun Oleh:
Siti Umdatus Sakinah
Pipit Rizky
Sri Ayu Siswo
Anindya F. S
Zumrotun Nisa’
Citra Maulidya
Indah Maulidia
S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
BAB I
LATAR BELAKANG DAN TUJUAN
Latar Belakang
Pada tahun 2007 menurut Riskesdes (Riset Kesehatan Dasar) didapatkan data angka kejadian
gangguan jiwa berat (skizofrenia) di Jawa Timur sebesar 1,4% dan Surabaya 0,2% . Sedangkan
untuk gangguan mental emosional (seperti kecemasan, depresi, dll) sebesar 35% dan di
Surabaya tercatat 18,8%.
Di Surabaya sendiri pada tanggal 3 Desember 2019 tetdapat kasus bunuh diri di gedung Galaxy
Mall 3. Berita ini di dapat dari suarasurabaya.net. Setelah ditelusuri ternyata korban mengalami
halusinasi akibat depresi yang ia derita sehingga saat halusinasinya muncul korban melakukan
aksi bunuh diri dengan loncat dari gedung lantai 4 Galaxy Mall Surabaya.
Menurut riset yabg dilakukan oleh Halima pada tahun 2017 di RSJ Menur menjelaskan bahwa
dengan menerapkan terapi psikoreligius pada pasien skizofrenia dengan masalah keperawatan
gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran didapatkan hasil selama 12 hari tindakan
pasien mampu mengontrol halusinasi, dengan kriteria hasil pada SP 1-SP 4 pasien dapat
membina hubungan saling percaya, dapat mendemonstrasikan cara bercakap cakap dengan orang
lain, pasien dapat melakukan kegiatan sehari hari, dan dapat menerapkan kepatuhan obat saat
halusinasinya muncul.
Tujuan
Pembuatan makalah kasus ini sebagai bentuk pemenuhan tugas PBP di RSJ Menur Surabaya.
BAB II
TINJAUAN TEORI
Pengertian
Halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata, artinya klien
menginterpretasikan sesuatu yabg tidak nyata tanpa stimulus/rangsangan dari luar ((Stuart, 2007)
Halusinasi membuat seseorang kesulitan dalam membedakan mana yang pikiran dan mana yang
realita. Klien memberikan persepsi tentang sesuatu tanpa ada objek yang nyata.
Etiologi.
1. Faktor predisposisi (menurut Yosep, 2009)
a. Faktor perkembangan, rendahnya kontrol dan kehangatan keluarga sehingga klien tidak
mampu mandiri, mudah frustasi, rentan terhadap stres, tidak ada percaya diri.
b. Faktor sosiokultural, klien merasa tidak diterima oleh lingkungannya sehingga merasa
kesepian, tidak berguna, dan tidak percaya.
c. Faktor biokimia, stres yang berlebihan mengakibatkan teraktivasinya neurotransmitter otak.
d. Faktor psikologis, tipe kepribadian yang lemah berpengaruh dalam ketidakmampuan klien
dalam mengambil keputusan yang tepat demi masa depannya.
e. Faktor genetik dan pola asuh. Genetik dan pola asuh mempengaruhi tipe kepribadian
seseorang. Hasil penelitian telah membuktikan bahwa orang tua penderita skizofrenia maka
anaknya cenderung menderita juga.
2. Faktor prespitasi (menurut Stuart, 2007)
a. Biologis, gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak yang mengatur proses
penerimaan informasi serta abnormalitas yang mengakibatkan ketudakmampuan untuk selektif
menanggapi stimulus yang diterima otak untuk di interpretasikan.
b. Stres Lingkungan
Tingkat toleransi terhadap stres yang berinteraksi dengan stres lingkungan sehingga terjadinya
gangguan perilaku.
c. Sumber koping, mempengaruhi respon individu dalam menghadapi stressor.
Rentang Respon.
RESPON ADAPTIF RESPON PSIKOSOSIAL RESPON MALADAPTIF
Patofisiologi
Sadock dan Sadock (2007, dalam towsen 2009) menyatakan bahwa fungsi utama lobus frontalis
adalah aktivasi motorik, intelektual, perencanaan konseptual, aspek kepribadian, aspek produksi
bahasa sehingga apabila terjadi gangguan pada lobus frontalis maka akan terjadi perubahan pada
aktivitas motorik, gangguan intelektual, perubahan kepribadian, dan juga emosi yang tidak
stabil. Sedangkan fungsi utama lobus temporalis adalah pengaturan bahasa, ingatan, dan juga
emosi. Sehingga gangguan yang terjadi pada korteks temporalis dan nukleus. Nukleus limbic
yang berhubungan pada lobus temporalis akan menyebabkan timbulnya gejala halusinasi.
Stres psikologis yang terjadi pada klien menyebabkan koping maladaptif salah satunya harga diri
rendah sehingga tidak peduli dengan lingkungan sekitar.
Klasifikasi
a. Halusinasi pendengaran
Mendengar suara manusia, hewan, atau mesin, barang, kejadian alamiah dan musik dalam
keadaan sadar tanpa adanya rangsang apapun dari suara sederhana sampai suara yang berbicara
pada klien dan klien memberikan respon. (Maramis, 2005 dan Stuart, 2007)
b. Halusinasi Penglihatan
Dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris, gambar kartun, banyangan yang rumit.
c. Halusinasi penghidung
Membaui seperti darah, urin, feses. Umumnya bau bau yang tidak menyenangkan.
d. Halusinasi pengecapan
Merasa mengecap rasa seperti darah, urin, dan feses.
e. Halusinasi perabaan
Mengalami nyeri tanpa stimulus yang jelas.
f. Chenestetic
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri
g. Kinestetik
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
Fase Fase Halusinasi
Fase Karakteristik Perilaku klien
Fase I: Comforting Klien mengalami ansietas, - tersenyum, tertawa yang
Ansietas sedang. kesepian, rasa bersalah dan tidak sesuai.
Halusinasi - menyenangkan takut, mencoba untuk - menggerakkan bibir tanpa
"Menyenangkan" berfokus pada pikiran yang suara
menyenangkan untuk - pergerakan mata yang cepat
meredakan ansietas. - respon verbal yang lambat
Individu mengenali bahwa - diam, dipenuhi rasa yang
pikiran dan pengalaman mengasyikkan
sensori dalam kendali
kesadaran jika ansietas dapat
ditangani (non-psikotik)
Fase II: Condemning Pengalaman sensori - meningkatkan tanda tanda
Ansietas berat. menjijikkan dan menakutkan sistem saraf otonom akibat
Halusinasi menjadi klien lepas kendali dan ansietas (nadi, rr, td)
menjijikkan mungkin mencoba untuk meningkat
"Menyalahkan" mengambil jarak dirinya - penyempitan kemampuan
dengan sumber yang untuk konsentrasi
dipersepsikan. Klien mungkin - asyik dengan pengalaman
mengalami dipermalukan oleh sensori dan kehilangan
pengalaman sensori dan kemampuan membedakan
menarik diri dari orang lain. halusinasi dan realita
Psikotik ringan
Fase III: Controling Klien berhenti atau - lebih cenderung mengikuti
Ansietas berat menghentikan perlawanan petunjuk halusinasinya
Pengalaman sensori menjadi terhadap halusinasi dan - kesulitan berhubungan
berkuasa menyerah pada halusinasi dengan orang lain
"Mengendalikan" tersebut. - rentang perhatian hanya
isi halusinasi menjadi dalam beberapa menit atau
menarik, klien mungkin detik
mengalami pengalaman - gejala fisik ansietas berat,
kesepian jika sensori berkeringat, tremor, tidak
halusinasi berhenti. mampu mengikuti petunjuk
psikotik
Fase IV: Conquering Pengalaman sensori menjadi - perilaku teror akibat panik
Panik. mengancam jika klien - potensial suicide atau
Umumnya menjadi melebur mengikuti perintah halusinasi. homocide
dalam halusinasinya Halusinasi berakhir dari - aktifitas fisik merefleksikan
beberapa jam atau hari jika isi halusinasi seperti
tidak ada intervensi kekerasan, agitasi, menarik
terapeutik. diri, katatonia
psikotik berat - tidak mampu merespon
terhadap perintah yang
kompleks
- tidak mampu merespon >1
orang
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Tn. L (L) Tanggal Pengkajian : 31 Desember 2019
Umur : 41 tahun RM No. : 0607xx
Informan : Pasien
Aniaya fisik
Aniaya seksual
Penolakan
Tindakan kriminal
Jelaskan No. 1, 2, 3 : Pasien mengatakan bahwa dulu pernah tinggal dengan pamannya dan dia
kabur karena tidak betah, sering dimarahi. Menurut pasien dia dimarahi karena belum menikah. Akhirnya
pasien tinggal dengan adiknya Pasien pernah dirawat di RSUD Dr. Soetomo.
IV. FISIK
1. Tanda vital : TD : 120/80 mmHg N : 79 kali/menit S : 36 P : 22 kali/menit
2. Ukur : TB : 168 cm BB : 69 Kg
Jelaskan : Klien mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja, tubuhnya tidak ada
yang sakit
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
Jelaskan : Klien mengatakan bahwa kedua orang tuanya sudah meninggal dan
hanya tinggal adiknya saja, laki-laki dan sudah berkeluarga. Selama proses wawancara kontak
mata pasien kurang dan sering membicarakan hal yang tidak masuk akal misal saat ditanya asli
kota mana pasien menjawab Surabaya tapi KTP saya Sidoarjo dan sering pindah-pindah
rumah, sering jual beli rumah ketika ditanaya kerjanya apa pasien menjawab macam-macam.
2. Konsep diri
a Gambaran diri : Klien mengatakan tidak ada masalah dengan anggota tubuhnya, semua
baik-baik saja.
c. Peran : Klien mengatakan ingin punya rumah sendiri sebelum menikah karena
merasa sebagai laki-laki harus bertanggung jawab apalagi dia sudah tidak punya orang tua,
jadi harus mandiri.
d. Ideal diri : Klien berharap ingin segera keluar dari Menur dan segera mencari kerja
dan pasangan sehingga bisa menikah , klien berharap adiknya bisa menjemput di rumah sakit
e. Harga diri : Klien merasa heran kenapa adiknya tidaknya datang ke Menur padahal
sudah hampir satu minggu berada disini, smartphone juga tidak punya sehingga mau
menghubungi juga susah. Klien juga sering mengeluhkan kenapa sampai sekarang belum
menikah
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti : Pasien mengatakan setelah kedua orang tuanya meninggal hanya
adiknya yang dia punya serta keponakannya, ada keluarga lain seperti paman dan bibi tapi
pasien tidak mau tinggal dengan mereka karena sering dimarahi
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat : Klien mengatakan saat di Menur
mengikuti semua kegiatan dan bersyukur ada kegiatan itu sehingga klien tidak bosan
c. Hambatan dalam berbuhungan dengan orang Lain : Klien mengatakan punya teman disini 3
orang tapi lupa namanya namun bisa menunjuk siapa orangnya, biasanya pasien berbicara
mengenai opini masing-masing. Tapi pasien sering terlihat diam saat berada ditengah-tengah
orang banyak.
Masalah keperawatan: Hambatan komunikasi
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : Klien mengatakan tidak menentu kadang ikut agama nenek yang islam
kadang ikut agama ayah yang kristen
b. Kegiatan ibadah : Pasien mengatakan tidak pernah melakukan ibadah selama di rumah
sakit
Masalah Keperawatan : Distress Spiritual
Genogram
Keterangan:
Laki-laki
v Laki-laki Meninggal
Perempuan Meninggal
Perempuan
Pasien
VI. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Jelaskan : Pasien terlihat rapi, kuku tidak panjang, kulit bersih, gigi juga bersih karena
pasien selalu menggosok gigi setelah makan
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah
2. Pembicaraan
lelaskan : Kadang pasien terlihat bingung dalam menjelaskan dan kadang bersikap was-was
seperti bertanya ”kenapa tanya begitu?” suara pasien juga pelan
Masalah Keperawan : Hambatan komunikasi
3. Aktivitas Motorik:
Jelaskan : Kadang terlihat gugup dari gerak bibir yang bergetar dan berbicara yang tersendat
sebentar
Masalah Keperawatan : Intoleran aktivitas
4. Alam perasaaan
Jelaskan : Klien terlihat sedih karena adiknya belum menjenguk di Menur dan merasa khawatir
siapa yang akan menjemput. Klien juga bilang kenapa belum menikah sampai sekarang
padahal usianya sudah cukup
Masalah Keperawatan : Ansietas
5. Afek
Jelaskan : Pasien mengatakan sedih dengan kondisinya yang belum menikah namun ekspresi
yang ditampilkan biasa saja, tidak ada garis bibir yang terlekuk kebawah, tidak ada mata sayu.
Masalah Keperawatan : Hambatan komunikasi
6. lnteraksi selama wawancara
Jelaskan : kadang merasa curiga namun sebagian besar mau menjawab pertanyaan yang
diajukan, kontak mata masih kurang
Masalah Keperawatan : Hambatan Komunikasi
7. Persepsi
Pengecapan Penghidu
Jelaskan : Saat dikaji pasien mengatakan mendengar bisikan seorang laki-laki saat mau tidur,
bisikan itu menyuruhnya untuk memukul orang lain. Respon klien hanya diam
Masalah Keperawatan : Perubahan persepsi sensori : halusinasi pendengaran
8. Proses Pikir
Jelaskan : Saat ditanya klien menjawab sesuai pertanyaan tapi kadang tidak masuk akal, klien
membicarakan apa yang ada dipikirannya dan keluar dari topik
Masalah Keperawatan : Gangguan proses pikir
9. Isi Pikir
Waham
Jelaskan : Klien mengatakan tidak habis pikir kenapa dia yang bisa masuk Menur bukan
adiknya, dia merasa saat sekolah dulu menjadi anak yang baik-baik saja tidak pernah cuti
seperi adiknya tapi kenapa adiknya bisa menikah duluan sedangkan dia belum sampai
sekarang
Masalah Keperawatan : Gangguan proses pikir
Disorientasi
Jelaskan : Klien kadang tampak bingung saat mau menjelaskan sesuatu. Klien mengetahui
tempat dia dirawat di RSJ Menur, mengetahui waktu pagi/siang/malam dan bisa membaca jam.
Namun pasien tidak mengenal mahasiswa/perawat, bagi pasien semua yang berseragam adalah
dokter.
Masalah Keperawatan : Gangguan proses pikir
11. Memori
Gangguan daya ingat jangka panjang gangguan daya ingat jangka pendek
Jelaskan : Klien mengalami gangguan daya ingat jangka pendek, hal ini dibuktikan dengan
saat klien lupa teknik menghardik yang telah diajarkan sebelumnya. Dan klien bilang bahwa
sudah berkenalan dengan teman sekamar tapi lupa namanya.
Masalah Keperawatan : gangguan memori
Jelaskan : Saat ditanya kelahiran tahun berapa pasien masih ingat namun untuk menghitung
umurnya pasien tidak bisa. Saat diberitahu jika usianya 41 tahun pasien menyangkal, pasien
bilang belum setua itu. Pasien menganggap masih 30 tahunan
Masalah Keperawatan : Gangguan proses pikir
Jelaskan : Saat diberi pilihan untuk kontrak waktu selanjutnya pasien hanya bilang terserah
dan sering mengikuti yang lainnya sesuai perintah. Saat ditanya bagaimana dengan makanan
disini pasien menjawab kalau semuanya makan seperti itu ya saya makan itu.
Masalah Keperawatan : Gangguan proses pikir
Jelaskan : Pasien mengatakan seharusnya dia tidak berada disini dan merasa sudah sembuh
sehingga waktunya untuk pulang sebentar lagi
Masalah Keperawatan : Gangguan proses pikir
VII. Kebutuhan Persiapan Pulang
Ya Tidak Ya Tidak
Makanan Pakaian
Keamanan Transportasi
uang
Jelaskan : Kemungkinan klien akan tinggal di liponsos karena posisi tidak punya kerjaan dan
tempat tinggal. Klien mampu makan, berpakaian secara mandiri
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah
a. Perawatan diri :
Bantuan Bantuan Bantuan Bantuan
Minimal Total Minimal Total
Mandi BAB/BAK
Makan
Jelaskan : Klien bisa melakukan perawatan diri sendiri, untuk memotong kuku
klien bisa melakukannya
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah
b. Nutrisi Ya Tidak
- Apakah anda puas dengan pola makan anda?
- Apakah anda makan memisahkan diri?
Jika Ya, jelaskan alasannya? Klien puas dengan pola makan sekarang, klien tidak memisahkan
diri
- Frekuensi makan sehari 3x sehari
- Frekuensi udapan sehari
- Diet khusus TKTP
Keluarga
Profesional/terapis
Teman sejawat
Kelompok sosial
5. Apakah Klien menikmati saat bekerja kegiatan yang menghasilkan atau hobi? Ya
Adaptif Maladaptif
Masalah ekonomi, spesifik karena tidak memiliki pekerjaan sehingga uang pun
bermasalah
Koping obat-obatan
Lainnya : Klien tidak mengetahui bahwa dirinya mengidap gangguan jiwa dan tidak bisa mengatasi stres
Perencanaan
Tgl No Dx Dx Keperawatan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
2/1/2020 Perubahan persepsi 1.Klien dapat 1. Klien dapat membina 1. Bina hubungan saling Hubungan saling percaya
sensori: halusinasi membina hubungan hubungan saling percaya dengan percaya dengan merupakan langkah awal
pendengaran saling percaya perawat dengan kriteria hasil: menggunakan prinsip menentukan keberhasilan
dengan perawat - Membalas sapaan perawat komunikasi terapeutik rencana selanjutnya
- Ekspresi wajah bersahabat dan a. Sapa klien dengan
senang ramah baik verbal
- Ada kontak mata maupun non verbal
- Mau berjabat tangan b. Perkenalkan diri
- Mau menyebutkan nama dengan sopan
- Klien mau duduk c. Tanyakan nama
berdampingan dengan perawat lengkap klien dan
- Klien mau mengutarakan nama panggilan
masalah yang dihadapi kesukaan klien
d. Jelaskan maksud dan
tujuan interaksi
e. Berikan perhatian
pada klien. Perhatikan
kebutuhan dasarnya
2. Beri kesempatan klien
untuk mengungkapkan
perasaannya
3. Dengarkan ungkapan
klien dengan empati
2. Klien dapat Klien mampu mengenali 1. Adakan kontak sering Mengetahui kapan
mengenali halusinasi dengan kriteria hasil: dan singkat secara halusinasi datang dan
halusinasinya - Klien dapat bertahap menentukan tindakan yang
menyebutkan waktu 2. Tanyakan apa yang tepat atas halusinasinya.
timbulnya halusinasi didengar dari
- Klien dapat halusinasi
mengidentifikasi jenis 3. Tanyakan kapan
dan isi dari halusinasinya datang
halusinasinya 4. Tanyakan isi
- Klien dapat halusinasinya
mengidentifikasi kapan 5. Diskusikan
frekuensi situasi saat dengan klien apa
terjadi halusinasi
yang dirasakan
- Klien dapat
jika terjadi
mengungkapkan
halusinasi. Beri
perasaannya
kesempatan
mengungkapkan
perasaannya
Perencanaan
Tgl No Dx Dx Keperawatan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
Klien dapat - Klien dapat 1. Diskuiskan cara untuk
mengontrol mengidentifikasi tindakan mengontrol
halusinasinya yang dilakukan untuk halusinasinya
mengendalikan - Katakan “pergi, saya
halusinasinya tidak mau dengar. Kamu
- Klien dapat menunjukkan tidak nyata” sambil tutup
cara untuk mengontrol mata
halusinasinya - Temui perawat atau
orang lain untuk
mengatakan halusinasi
yang didengar
- Membuat jadwal
kegiatan sehari-hari
2. Beri kesempatan untuk
melakukan cara yang
dilatih. Evaluasi hasilnya
dan beri pujian jika
berhasil
3. Diskusikan dengan
klien untuk membuat
jadwal latihan
Klien dapat - Klien mampu bercakap 1. Diskusikan manfaat
mengontrol cakap dengan seseorang bercakap cakap
halusinasinya dengan disebelahnya dengan orang lain
bercakap cakap - Klien bisa menyapa 2. Ajarkan cara
dengan orang lain seseorang yang berada berkenalan dengan
didekatnya orang lain, senyum
- Klien mampu salam, sapa dan
melakukan berjabat tangan
sambil menyebutkan
perkenalan singkat nama, asal, dan hobi.
dengan menyebut 3. Beri kesempatan klien
nama, asal, dan hobi untuk mencobanya
4. Berikan pujian saat
klien berhasil
melakukan dengan
baik
5. Diskusikan
dengan kaau
untuk membuat
jadwal sehari-hari
mengenai
kegiatan
P:
Perawat
- Latih ulang menghardik
Klien
- Latihan menghardik
2x sehari atau saat
halusinasi muncul
3-1-
2020 Perubahan persepsi 1. Melakukan BHSP dengan klien S: Pasien mengatakan
sensori: halusinasi - Memberi salam bahwa halusinasi masih
pendengaran - Menanyakan kabar pasien muncul namun suaranya
- Menanyakan apa yang sudah tidak seberapa jelas
dilakukan seperti sebelumnya
- Menanyakan keluhan pasien
- Mengevaluasi apakah O: - Klien tersenyum,
pasien masih mengingat membalas salam, ekspresi
nama perawat wajah bersahabat, kontak
mata masih kurang, suara
2. Menanyakan apakah masih pelan, pembicaraan
halusinasinya masih muncul masih lambat dan kadang
atau tidak keluar dari topik yang
3. Mengevaluasi cara untuk ditanyakan, mau duduk
mengontrol halusinasi dengan bersebelahan dengan
menghardik dan memberikan perawat, mau
kesempatan klien untuk mengungkapkan.
mencobanya - - Klien menyebutkan jenis,
4. Memberi pujian atas isi, kapan, frekuensi dan
keberhasilan klien respon saat halusinasi
muncul
- Klien lupa cara yang
telah diajarkan
sebelumnya
- Klien menghardik dengan
arahan
A: - Klien belum mampu
menghardik
- SP 1 belum tercapai
P:
Perawat
- Latih ulang menghardik
Klien
- Latihan menghardik
2x sehari atau saat
halusinasi muncul
Klien
- Latihan menghardik
2x sehari atau saat
halusinasi muncul
- Latihan bercakap cakap
dengan orang lain, ajak
berkenalan orang minimal 1
tiap hari
Klien
- Latihan
berkenalan
dengan orang
lain minimal 1
orang tiap hari
TGL DX KEP IMPLEMENTASI EVALUASI
BAB IV
SIMPULAN
http://www.dinkes.surabaya.go.id/portal/berita/kesehatan-jiwa-tidak-mematikan-tapi-
menimbulkan-beban-penderita
diakses tanggal 1 Januari 2020 pukul 14.30 WIB
http://www.kelanakota.suarasurabaya.net/news/2019/229333/sebelum-bunuh-diri-edwin-
diketahui-sering-berhalusinasi-dikejar-kejar-petugas-pajak.
Diakses tanggal 1 Januari 2020 pukul 14.50 WIB
Stuart, dan Sundeen. 2007. Buku Saku keperawatan jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC
http://www.academia.edu/37004546/proses_terjadinya_halusinasi
diakses tanggal 1 Januari 2020 pukul 20.00 WIB
Azizah, Lilik Ma’rifatul, Imam Zainuri, Amar Akbar. 2016. Keperawatan Kesehatan
Jiwa- Teori dan aplikasi praktek klinik. Edisi pertama. Yogyakarta: Indomedia Pustaka
http://www.academia.edu/30647554/keperawatan_jiwa_halusinasi
diakses pada 1 Januari 2020 pukul 20.41 WIB
http://www.id.scribd.com/document/400927856/penatalaksanaan-halusinasi
diakses 1 Januari 2020 pukul 20.49
Keliat Budi Ana. 1999. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 1. Jakarta: EGC