“RETARDASI MENTAL”
DISUSUN OLEH:
Segala puji serta rasa syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas berkah dan rahmat-Nyalah
serta ridho-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini tentang “Asuhan
keperawatan pada anak dengan retardasi mental”. Dengan harapan makalah ini dapat membantu
mahasiswa/i dalam mempelajari mata kuliah keperawatan Anak.
Makalah ini merupakan salah satu tugas yang di berikan kepada kami dalam rangka
pengembangan dasar ilmu keperawatan anak yang berkaitan dengan retardasi mental pada anak. Selain
itu tujuan dari penyusunan makalah ini juga untuk menambah wawasan tentang pengetahuan
keperawatan anak secara meluas. Sehingga besar harapan kami, makalah yang kami sajikan dapat
menjadi konstribusi positif bagi pengembang wawasan pembaca.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini belum sempurna dan masih perlu perbaikan
serta penyempurnaan, baik dari segi materi maupun pembahasan. Oleh sebab itu dengan lapang dada
penulis akan menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun demi penyempurnaan makalah ini
dimasa mendatang.
Demikianlah, semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat ikut memberikan
sumbangan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.......................................................................... i
KATA PENGANTAR........................................................................ ii
DAFTAR ISI...................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan................................................................. 2
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Medis........................................................... 4
2.1.1 Pengertian.................................................................. 4
2.1.2 Etiologi...................................................................... 5
2.1.3 Manisfestasi Klinik................................................... 6
2.1.4 Patofisiologi.............................................................. 6
2.1.5 Klasifikasi.................................................................
2.1.6 Cara mengukur IQ anak............................................ 7
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang ........................................... 10
2.1.8 Pencegahan................................................................ 11
2.1.9 Penatalaksanaan........................................................ 12
2.1.10 Komplikasi.............................................................. 14
2.1.11.Perencanaan Pulang ............................................... 15
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan............................................. 15
2.2.1 Pengkajian Keperawatan........................................... 15
2.2.2 Diagnosa Keperawatan............................................. 17
2.2.3 Intervensi Keperawatan............................................. 17
2.2.4 Implementasi Keperawatan....................................... 20
2.5.5 Evaluasi Keperawatan............................................... 21
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan......................................................................... 22
3.2 Saran.................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Anak dengan retardasi mental membutuhkan waktu lebih lama untuk berbicara, berjalan, dan
menjaga kebutuhan personalnya seperti memakai baju dan makan. Mereka punya masalah belajar
disekolah, mereka akan belajar tetapi itu akan makan waktu lebih lama dan ada beberapa hal yang
mereka tidak bisa pelajari.Retardasi mental merupakan masalah dunia dengan implikasi yang besar
terutama bagi Negara berkembang. Diperkirakan angka kejadian retardasi mental berat sekitar 0,3%
dari seluruh populasi dan hampir 3% mempunyai IQ dibawah 70.Sebagai sumber daya manusia
tentunya mereka tidak bias dimanfaatkan karena 0,1% dari anak-anak ini memerlukan perawatan,
bimbingan serta pengawasan sepanjang hidupnya.(Swaiman KF, 1989).
Prevalensi retardasi mental sekitar 1 % dalam satu populasi. Di indonesia 1-3 persen
penduduknya menderita kelainan ini. Insidennya sulit di ketahui karena retardasi metal kadang-kadang
tidak dikenali sampai anak-anak usia pertengahan dimana retardasinya masih dalam taraf ringan.
Insiden tertinggi pada masa anak sekolah dengan puncak umur 10 sampai 14 tahun. Retardasi mental
mengenai 1,5 kali lebih banyak pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan.Sehingga retardasi
mental masih merupakan dilema, sumber kecemasan bagi keluarga dan masyarakat. Demikian pula
dengan diagnosis, pengobatan dan pencegahannya masih merupakan masalah yang tidak kecil. Dari
penjelasan tersebut, penulis tertarik untuk membuat makalah asuhan keperawatan pada anak dengan
retardasi mental.
1.2. Rumusan Masalah
3) Bagaimana manisfestasi klinik dan patofisologi dari retardasi mental pada anak?
4) Apa pemeriksaan penunjang yang dapat di lakukan pada anak dengan retardasi mental ?
6) Apa saja komplikasi yang terjadi pada anak dengan retardasi mental ?
1.3. Tujuan
1.3.1.Tujuan umum
Mengetahui konsep dasar medis dan asuhan keperawatan pada anak dengan retardasi
mental .
1.3.2.Tujuan Khusus
1) Mengetahui landasan teori dari anak dengan retardasi mental (pengertian, etiologi,
manifestasi klinis, patofisiologi, pemeriksaan penunjang, prognosis, komplikasi, dan
penatalaksanaan)
3) Mengetahui asuhan keperawatan pada anak dengan retardasi mental secara efisien dan
tepat dengan peka budaya serta menghargai sumber-sumber etnik, agama, atau faktor
lain dari setiap klien yang unik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.KONSEP DASAR MEDIS
2.1.1Pengertian
Keterbelakangan mental (mental retardation, MR) adalah suatu keadaan yang ditandai dengan
fungsi kecerdasan yang berada di bawah rata-rata yang disertai dengan kurangnya kemampuan
menyesuaikan diri (perilaku maladaptif), yang mulai tampak pada awal kelahiran. Pada mereka yang
belajar dan adaptasi sosial. Diperkirakan ada sekitar tiga persen dari total penduduk dunia mengalami
Mark Durand (2007 dalam Pieter, Janiwarti dan Saragih, 2011) mengatakan bahwa mental
retardation adalah bentuk keterbelakangan fungsi intelektual yang secara signifikan berada di bawah
rata-rata yang disertai oleh defisit fungsi adaptasi, seperti kegagalan dalam mengurus diri sendiri dan
Menurut DSM-IV-TR (2008) mental retardation merupakan gangguan fungsi intelektual yang
secara signifikan berada di bawah rata-rata dengan skor IQ-70 ataupun kurang. Mental retardation
ditandai dengan defisit atau hendaya dalam fungsi adaptif, seperti bidang komunikasi, mengurus
dirinya sendiri, home living, keterampilan sosial, interpersonal, dan keterampilan akademik.
Retardasi Mental adalah kelainan fungsi intelektual yang subnormal terjadi pada masa
perkembangan dan berhubungan dengan satu atau lebih gangguan dari:
a. Maturasi
b. Proses belajar
c. Penyesuaian diri secara social
2.1.2 Etiologi
Kelainan ini dapat digolongkan menjadi :
a. Penyebab Organik
1). Faktor prenatal :
a) Penyakit kromosom ( Trisomi 21 ( Sindrom Down)
b) Kelainan genetik/herediter
c) Intoksikasi
d) Gangguan metabolisme sejak lahir ( Fenilketonuria )
2). Faktor Perinatal :
a) Abrupsio plasenta
b) Diabetes maternal
c) Kelahiran premature
d) Kondisi neonatal termasuk meningitis dan perdarahan intracranial
3). Faktor Pasca natal :
a) Cedera kepala
b) Infeksi
c) Gangguan degeneratif
c. Penyebab lain :
Adapun 5 faktor penyebab retardasi mental menurut Pieter, Janiwarti, dan Saragih (2011) yaitu:
Faktor perkembangan dan kelahiran yang dimaksudkan ialah faktor-faktor yang berkaitan dengan
perkembangan selama pranatal, perinatal, dan postnatal. Faktor pranatal, yakni akibat penyakit,
keracunan dari bahan-bahan kimia, obat-obatan yang tidak terkendali dalam penggunaanya,
penggunaan alkohol (fetal alcohol sindrom), drugs, rokok, dan malanutrisi selama kandungan. Faktor
perinata, yakni pengaruh dari kesulitan melahirkan atau kelahiran yang kurang oksigen (hipoksia).
Faktor postnatal, yakni akibat infeksi atau virus, luka atau pencederaan pada otak atau cacat pada
kepala.
Infeksi bawaan sesudah lahir yang menyebabkan mental retardation yaitu: rubela kongenitalis,
kelainan kromosom yang menyebabkan mental retardation adalah kesalahan pada jumlah kromosom
(sindrom Down), defek pada kromosom (sindrom X yang rapuh, sindrom Aangelman, sindrom
Kelainan genetik yang menyebabkan retardasi mental adalah galaktosemia, penyakit Tay- Sachs,
tuberosa. Sementara faktor-faktor metabolik yang dapat menyebabkan retardasi mentaladalah sindrom
4. Akibat Keracunan
Pemakaian alkohol, kokain, amfetamina, dan obat lainnya pada ibu hamil. Serta keracunan metil
merkuri (timah hitam) juga dianggap memberikan konstribusi besar sebagai penyebab retardasi
mental.
Faktor-faktor penyebab retardasi mental yang berkaitan dengan aspek gizi yaitu kwasiorkor,
retardasi mental adalah kemiskinan, deprivasi sosial, lingkungan rumah dengan sikap tidak
memperdulikan anak atau adanya penelantaran anak, budaya (culture familial retardation), atau
2.1.4 Patofisiologi
Retardasi mental merujuk pada keterbatasan nyata fungsi hidup sehari-hari. Retardasi mental
ini termasuk kelemahan atau ketidakmampuan kognitif yang muncul pada masa kanak-kanak ( sebelum
usia 18 tahun ) yang ditandai dengan fungsi kecerdasan di bawah normal ( IQ 70 sampai 75 atau
kurang ) dan disertai keterbatasan-keterbatasan lain pada sedikitnya dua area fungsi adaftif : berbicara
dan berbahasa , kemampuan/ketrampilan merawat diri, kerumah tanggaan, ketrampilan sosial,
penggunaan sarana-sarana komunitas, pengarahan diri , kesehatan dan keamanan , akademik
fungsional, bersantai dan bekerja. Penyebab retardasi mental bisa digolongkan kedalam prenatal,
perinatal dan pasca natal. Diagnosis retardasi mental ditetapkan secara dini pada masa kanak-kanak.
2.1.5 Klasifikasi
Berdasarkan The ICD-10 Classification of Mental and Behavioural Disorders , WHO, Geneva
tahun 1994 retardasi mental dibagi menjadi 4 golongan yaitu :
a. Mild retardation (retardasi mental ringan), IQ 50-69
Retardasi mental ringan dikategorikan sebagai retardasi mental dapat dididik
(educable). Anak mengalami gangguan berbahasa tetapi masih mampu menguasainya untuk
keperluan bicara sehari-hari dan untuk wawancara klinik. Umumnya mereka juga mampu
mengurus diri sendiri secara independen (makan, mencuci, memakai baju, mengontrol
saluran cerna dan kandung kemih), meskipun tingkat perkembangannya sedikit lebih lambat
dari ukuran normal. Kesulitan utama biasanya terlihat pada pekerjaan akademik sekolah, dan
banyak yang bermasalah dalam membaca dan menulis. Dalam konteks sosiokultural yang
memerlukan sedikit kemampuan akademik, mereka tidak ada masalah. Tetapi jika ternyata
timbul masalah emosional dan sosial, akan terlihat bahwa mereka mengalami gangguan,
7
S1 Keperawatan Semester V/B
misal tidak mampu menguasai masalah perkawinan atau mengasuh anak, atau kesulitan
menyesuaikan diri dengan tradisi budaya.
a. Moderate retardation (retardasi mental sedang), IQ 35-49
Retardasi mental sedang dikategorikan sebagai retardasi mental dapat dilatih (trainable). Pada
kelompok ini anak mengalami keterlambatan per kembangan pemahaman dan penggunaan
bahasa, serta pencapaian akhirnya terbatas. Pencapaian kemampuan mengurus diri sendiri dan
ketrampilan motor juga mengalami keterlambatan, dan beberapa diantaranya mem- butuhkan
pengawasan sepanjang hidupnya. Kemajuan di sekolah terbatas, sebagian masih ssbisa belajar
dasar- dasar membaca, menulis dan berhitung.
Kelompok retardasi mental berat ini hampir sama dengan retardasi mental sedang dalam hal
gambaran klinis, penyebab organik, dan keadaan-keadaan yang terkait. Perbedaan utama
adalah pada retardasi mental berat ini biasanya mengalami kerusakan motor yang bermakna
atau adanya defisit neurologis. Kelompok retardasi mental berat ini hampir sama dengan
retardasi mental sedang dalam hal gambaran klinis, penyebab organik, dan keadaan-keadaan
yang terkait. Perbedaan utama adalah pada retardasi mental berat ini biasanya mengalami
kerusakan motor yang bermakna atau adanya defisit neurologis.
Retardasi mental sangat berat berarti secara praktis anak sangat terbatas kemampuannya dalam
mengerti dan menuruti permintaan atau instruksi. Umumnya anak sangat terbatas dalam hal
mobilitas, dan hanya mampu pada bentuk komunikasi nonverbal yang sangat elementer.
Menurut DSM-IV-TR (2004) ciri-ciri klinis mental retardation:
1. Orang yang memiliki fungsi intelektual yang secara signifikan berada di tingkat
2. Orang yang memiliki defisit atau hendaya dalam fungsi adaptif yang timbul secara
berkomunikasi, kesulitan dalam mengurus diri sendiri atau rumah, kesulitan dalam
membina relasi sosial atau personal, rendahnya kemampuan akademis, kesehatan dan
keselamatan.
8
S1 Keperawatan Semester V/B
3. Orang yang memiliki defisit atau hendaya dalam fungsi adaptif yang timbul secara
berkomunikasi, kesulitan dalam mengurus diri sendiri atau rumah, kesulitan dalam
membina relasi sosial atau personal, rendahnya kemampuan akademis, kesehatan dan
keselamatan
Umur onset, yakni timbulnya mental retardation pada usia 18 tahun. Batasan ini ditetapkan
sebagai identifikasi gangguan pada fase-fase perkembangan berikutnya. Selanjutnya menurut
DSM-IV-TR, ciri-ciri klinis mental retardation diselaraskan dengan tingkatan kemampuannya
Tujuan dari WISC adalah untuk mengukur kemampuan anak dalam aspek verbal
dan logika. Berbeda dengan tes IQ pada umumnya, WISC merupakan tes IQ
yang tidak membutuhkan peserta untuk menulis jawabannya.
2. Tes IQ Fisher-Price
Tes ini terdiri dari serangkaian pertanyaan dan permainan yang dilakukan
sekitar 45 sampai 60 menit. Hasil dari tes ini berbentuk skor yang dapat
digunakan sebagai indikator untuk melihat tingkat kinerja dan respon anak.
10
S1 Keperawatan Semester V/B
Tabel 1: Klasifikasi retardasi mental dalama setiap usia perkembangan
Klasifikasi Retardasi Mental
Kemampuan Usia Kemampuan Usia Kemampuan Masa
Tingkat Nilai Prasekolah (sejak Ssekolah (6-20 Dewasa (21 tahun
lahir-5 tahun) tahun) keatas)
Normal 160 - 204 Normal Normal Normal
a. Dapat a. Dapat
membangun mempelajari Biasanya dapat mencapai
kemampuan pelaran kelas 6 kemampuan kerja &
sosial & pada akhir usia bersosialisasi yg cukup.
Ringan 121 - 160 komunikasi belasan tahun Tetapi ketika mengalami
b. Koordinasi otot b. Dapat dibimbing stress sosial atau
terganggu ke arah ekonomi, memerlukan
c. Seringkali tidak pergaulan sosial bantuan
terdiagnosis c. Dapat dididik
a. Dapat memenuhi
a. Dapat
kebutuhannya sendiri
mempelajari
dengan melakukan
a. Dapat berbicara beberapa
yg tidak terlatih atau
& belajar kemampuan
semi terlatih dibawah
berkomunikasi sosial &
pengawasan
Moderat 81 - 120 b. Kesadaran sosial pekerjaan
b. Memerlukan
kurang b. Dapat belajar
pengawasan &
c. Koordinasi otot bepergian
bimbingan ketika
cukup sendiri di
mengalami stress
tempat-tempat
sosial maupun
yg dikenalnya
ekonomi yg ringan
dengan baik
a. Dapat mengucap
beberapa kata
b. Mampu
a. Dapat berbicara a. Dapat memelihara
mempelajari
/ belajar diri sendiri di bawah
kemampuan
berkomunikasi pengawasan
untuk menolong
b. Dapat b. Dapat melakukan
Berat 41 - 80 diri sendiri
mempelajari beberapa kemampuan
c. Tidak
kebiasaan perlindungan diri
memiliki
hidup sehat yg dalam lingkungan
kemampuan
sederhana yang terkendali
ekspresif dan
hanya sedikit
d. Koordinasi otot
jelek
11
S1 Keperawatan Semester V/B
a. Sangat
terbelakang a. Memiliki a. Memiliki beberepa
b. Koordinasi beberapa koordinasi otot &
ototnya sedikit koordinasi otot berbicara
Sangat sekali b. Kemungkinan b. Dapat merawat diri
0 - 40
Berat c. Mungkin tetapi sangat terbatas
tidak dapat
memerlukan berjalan atau c. Memerlukan
perawatan berbicara perawatan khusus
khusus
12
S1 Keperawatan Semester V/B
5. Serum asam urat ( uric acid serum)
a. Gout
b. Sering mengamuk
2.1.8 Pencegahan
1.Pencegahan primer
Dapat dilakukan dengan pendidikan kesehatan pada masyarakat, perbaikan keadaan-
sosio ekonomi, konseling genetik dan tindakan kedokteran (umpamanya perawatan prenatal
yang baik, pertolongan persalinan yang baik, kehamilan pada wanita adolesen dan diatas 40
tahun dikurangi dan pencegahan peradangan otak pada anak-anak).
2.Pencegahan sekunder
Meliputi diagnosa dan pengobatan dini peradangan otak, perdarahan subdural,
kraniostenosis (sutura tengkorak menutup terlalu cepat, dapat dibuka dengan kraniotomi;
pada mikrosefali yang kogenital, operasi tidak menolong).
3.Pencegahan tersier
Merupakan pendidikan penderita atau latihan khusus sebaiknya disekolah luar biasa.
Dapat diberi neuroleptika kepada yang gelisah, hiperaktif atau dektrukstif. Konseling kepada
orang tua dilakukan secara fleksibel dan pragmatis dengan tujuan antara lain membantu
mereka dalam mengatasi frustrasi oleh karena mempunyai anak dengan Retardasi mental.
13
S1 Keperawatan Semester V/B
2.1.9 Penatalaksanaan
1.) Farmakologi
Anak Retardasi mental biasanya disertai dengan gejala hyperkinetik (selalu bergerak,
konsentrasi kurangdan perhatian mudah dibelokkan). Obat-obat yang sering digunakan
dalam bidang retardasi mental adalah terutama untuk menekan gejala-gejala
hyperkinetik, misalnya :
a. Amphetamin dosis 0,2 - 0,4 mg/kg/hari
b. Imipramin dosis ± 1,5 mg/kg/hariEfek sampingan kedua obat diatas dapat
menimbulkan convulsi
c. Valium, Nobrium, Haloperidol dsb. dapat juga menekan gejala hyperkinetik
Obat-obatan untuk konvulsi :
a. Dilantin dosis 5 - 7 mg/kg/hari (Dilantin dapat juga menurunkan gejala hyperkinetik,
gejalagangguan emosi dan menaikkan fungsi berfikir).
b. Phenobarbital dosis 5 mg/kg/hari (Phenobarbital dapat menaikkan gejala
hyperkinetik).
c. Cofein : baik untuk convulsi dan menurunkan gejala hyperkinetik
Obat-obatan untuk menaikkan kemampuan belajar :
a. Pyrithioxine (Encephabol, Cerebron).
b. Glutamic acid.
c. Gamma amino butyric acid (Gammalon).
d. Pabenol.
e. Nootropil.
f. Amphetamin dsb.
14
S1 Keperawatan Semester V/B
Terapis bertindak sebagai pengganti orang tua untuk membuat koreksi-koreksi
terhadaphubungan yang tak baik ini. Dari pihak perawat diperlukan juga ketekunan dan
kesadaran dalam merawatanak-anak dengan retardasi mental serta melaporkan kepada dokter
bila dalam observasi terdapattingkah laku anak maupun orang tua yang negatif, merugikan
bagi anak tersebut maupun lingkungannya(teman-teman disekitarnya).
Social worker (pekerja sosial) melakukan kunjungan rumah untuk melihat hubungan
anak denganorang tua, saudara-saudaranya maupun dengan masyarakat sekitarnya. Tugasnya
utama mencari data-data anak dan orang tua serta hubungan anak dengan orang-orang
disekitarnya. Untuk ibu atau orangtua anak dengan retardasi mental dapat diberikan family
terapi (terapi keluarga) untuk mengubah sikaporang tua atau saudaranya yang kurang baik
terhadap penderita. Dapat diberikan juga terapi kelompok dengan ibu-ibu.
Anak retardasi mental lainnya, seminggu sekali selama 12 kali. Tujuannya untuk
mengurangi sikaprendah diri, perasaan kecewa dari ibu tersebut karena ternyata banyak ibu
lain yangmengalami nasib serupa, mempunyai anak dengan retardasi mental. Dengan
demikian ibu dapatbersikap lebih realistik dan lebih dapat menerima anaknya serta dapat
merencanakan program yang baikbagi anaknya. Di luar negeri social worker yang bertugas
memberi terapi kelompok untuk ibu-ibu tersebut di atas.
2.1.10 Komplikasi
a. Serebral palcy
b. Gangguan kejang
c. Gangguan kejiwaan
d. Gangguan konsentrasi /hiperaktif
e. Defisit komunikasi
f. Konstipasi
15
S1 Keperawatan Semester V/B
d) Fasilitas pembelajaran keterampilan yang benar dalam hal sosial, kemasyarakatan,
komunikasi, keamamanaan masyarakat, dan menghindari orang asing ,serta
perkembangan minat berhubungan dengan kelompok sebaya dan bersantai dan
berekreasi.
e) Fasilitas keikutsertaan anak dalam program sekolah, program rekreasi, dan
lingkungan masyarakat.
16
S1 Keperawatan Semester V/B
2.)Pemeriksaan fisik
a. Kepala :Mikro/makrosepali, plagiosepali (btk kepala tdk simetris)
b. Rambut : Pusar ganda, rambut jarang/tdk ada, halus, mudah putus dan cepat
berubah
c. Mata : mikroftalmia, juling, nistagmus,hipertermia
d. Hidung : jembatan/punggung hidung mendatar, ukuran kecil, cuping melengkung ke
atas, dll
e. Mulut : bentuk “V” yang terbalik dari bibir atas, langit-langit lebar/melengkung
Tinggi,kaji pada bagian ekstermitas
f. Geligi : odontogenesis yang tdk normal
g. Telinga : keduanya letak rendah, sudut telinga dan hidung lebih dari 10 menit
h. Muka : panjang filtrum yang bertambah, hipoplasia,tinggi badan
i. Leher : pendek; tdk mempunyai kemampuan gerak sempurna
j. Tangan : jari pendek dan tegap atau panjang kecil meruncing, ibujari gemuk dan
lebar, klinodaktil, dll
k. Dada &
Abdomen : tdp beberapa putting, buncit, dll
l. Genitalia : mikropenis, testis tidak turun, dll
m. Kaki : jari kaki saling tumpang tindih, panjang & tegap/panjang kecil meruncing
diujungnya, lebar, besar, gemuk
17
S1 Keperawatan Semester V/B
2.2.3 Intervensi Keperawatan
1. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b.d. kelainan fungsi kognitif
Tujuan : Tidak mengalami kegagalan tumbang
Kriteria Hasil :
-Tak ada kemunduran mental
-Anak mampu melakukan kegiatan sesuai kemampuan secara optimal
Intervensi :
1. Kaji tingkat perkembangan anak
2. Dorong / libatkan anak dalam melakukan aktivitas
3. Berikan aktivitas sesuai dengan kemampuan anak
4. Ajarkan hal-hal yang perlu diketahui anak (aktivitas dasar)
5. Pantau tingkat perkembangan anak
Rasional :
1. Informasi data dlm menentukan intervensi
2. Melatih kemampuan meningkatkan harga diri
3. Menstimulasi kemampuan fisik, kognitif anak
4. Meningkatkan kemampuan
5. Mengetahui kemajuan / perkembangan anak
18
S1 Keperawatan Semester V/B
Rasional :
1) Informasi data dlm menentukan intervensi
2) Melatih anak dalam berkomunikasi
3) Meningkatkan kemampuan dalam bersosialisasi
4) Meningkatkan harga diri anak
5) Meningkatkan kemampuan dalam bersosialisasi
19
S1 Keperawatan Semester V/B
2.2.5 Evalusi Keperawatan
Evaluasi atau hasil penilaian yang dapat di capai setelah tindakan keperawatan antara lain:
-Tidak mengalami kegagalan tumbang
-Anak mampu berinteraksi social
-Perawatan diri terpenuhi
-komunikasi verbar dapat meningkat
-kelurga menerima kondisi anaknya
20
S1 Keperawatan Semester V/B
21
S1 Keperawatan Semester V/B
Infeksi Gangguan metabolisme pada Bayi prematur Intoksinasi Penyakit otakberat
Depresi
pada anak usia<6 tahun nyata
kandungan
z ObatPenyakit
yang dikonsumsi
Tekanan batinsejak
bawaan pada
Suplai nutrisi ke Lahir <38 minggu/ ibu disalurkan ke janin
lahiranak usia<6 tahun
Perkembangan tubuh berkurang
otak janin
terganggu Pembentukan otak belum Janin keracunan
Otak kekurangan suplai sempurna
nutrisi
Racun merusak jaringan otak
Perkembangan otak anak Kelainan pada
terganggu kromosom
Kelainan genetic &
kelainan metabolic yang
diturunkan Mental
Retardasi
Deprivasi
Akibat rudapaksa dan psikososial
atau sebab fisik lain
Kurang kebutuhan
Jakarta : EGC
http://haerulanwar6.blogspot.com/2014/04/asuhan-keperawatan-anak-dengan.html Di
http://stikesaisyiyahsurakarta-kepanak.blogspot.com/p/retardasi-mental.html Di akses