Makalah ini dibuat dan diajukan untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah "psikologi"
Dosen pengampu :
DR. Rahayu Ginintasasi, S. Psi., M.Si
Disusun oleh :
Farhan Rayya (10522013)
Aulia Selomita Chaerani (10522019)
Nisa Nuraini (10522022)
Taufiq Qurrahman (10522027)
JURUSAN : Keperawatan
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT, dimana atas rahmat dan karunia nya kami
dapat menyusun makalah yang berjudul FUNGSI KOGNITIF.
Dalam proses penyusunan makalah ini, kami mengalami banyak permasalahan. Namun berkat
arahan dan dukungan dari berbagai pihak makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati kami mengucapkan terima kasih kepada
dosen pengampu mata kuliah PSIKOLOGI yaitu Ibu Rahayu yang telah membimbing kami
dalam proses penyusunan makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih belum sempurna baik dari isi maupun sistematika
penulisannya, maka dari itu kami berterimakasih apabila ada kritik dan saran yang membangun
demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini dapat dapat bermanfaat bagi
rekan – rekan seperjuangan khususnya Program Diploma III Keperawatan.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I..............................................................................................................................................iii
PENDAHULUAN..........................................................................................................................iii
1.2 Tujuan.....................................................................................................................iii
1.1 Latar belakang........................................................................................................iii
BAB II..............................................................................................................................................1
PEMBAHASAN..............................................................................................................................1
LATERALISASI FUNGSI..............................................................................................................1
2.1 Handedness dan genetikanya...................................................................................1
2.2 Belahan otak kiri dan kanan.....................................................................................1
2.3 Hubungan visual dan auditori ke belahan otak........................................................1
2.4 Pemotongan korpus kalosum...................................................................................2
2.5 Perkembangan lateralisasi dan handedness.............................................................2
2.6 Bahasan penutup......................................................................................................3
2.7 Kesimpulan..............................................................................................................3
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Mengetahui isi point tentang lateralisasi fungsi
2. Mengetahui isi point tentang evolusi dan fisiologi bahasa
iii
BAB II
PEMBAHASAN
LATERALISASI FUNGSI
Lebih dari 90% dari seluruh manusia dengan sedikit perbedaan antar kelompok etnis
merupakan manusia kinan. Mereka lebih memilih menggunakan tangan kanan untuk
menulis, menyuap, melempar, menjahit, menggergaji, memotong, dan lain sebagianya.
Sementara sisanya, sekitar 9-10% dari seluruh manusia merupakan manusia kidal, tetapu
sebagian besar manusia merupakan ambidekstrus yang dapat menggunakan tangan kiri
untuk sebagian kegiatan dan menggunakan tangan kanan untuk kegiatan lain. Peneliti
membedakan antara manusia kinan dan kidal atau manusia "bukan kinan sepenuhnya". Apa
pun cara pembedaanya, manusia yang bukan kinan akan membentuk sebuah kelonpok
heterogen.
2.2 Belahan otak kiri dan kanan
Kontreks serebrum belahan otak kiri terutama terhubung dengan reseptor pada kulit
dan otot sisi tubuh bagian kanan, kecuali otot-otot batang tubuh dan wajah yang diatur oleh
kedua belahan otak. Belahan otak kiri hanya melihat sisi kanan dunia. Belahan otak kanan
terhubung dengan reseptor sensoris dan otot sisi kiri tubuh. Belahan otak kanan hanya
melihat sisi kiri dunia. Tiap belahan otak mendapat informasi auditori dari kedua telinga,
tetapk informasi auditori dari kedua telinga, tetapi informasi yang lebih besar berasal dari
telinga pada sisi kontralateral (berlawanan). Pengecualian dari pola input bersilang ini
adalah input pengecapan dan penciuman. Tiap belahan otak menerima informasi cita rasa
dari sisi lidah yang sesuai dan mendapat informasi penciuman dari sisi lubang hidung yang
sesuai.
2.3 Hubungan visual dan auditori ke belahan otak
Artinya, belahan otak kanan melihat sisi kiri dunia dan belahan otak kiri melihat sisi
kanan dunia. Pada kelinci dan hewan lain yang memiliki mata di kedua sisi tubuh, hubungan
dari mata ke otak dapat dengan mudah digambarkan. Mata kiri terhubung dengan belahan
otak kanan dan mata kanan terhubung dengan belahan otak kiri. Mata mahysia tidak
terhubung dengan otak dengan cara seperti ini.kedua mata kita menghadap ke depan.
Sistem auditori tersusun dengan cara yang berbeda. Tiap telinga mengirimkan informasu ke
kedua belahan otak, karena tiap bagian otak yang berperan dalam melokalisasi suara harus
menerima input dari kedua telinga. Akan tetapi, apabila kedua telinga menerima informasj
yang berbeda, tiap belahan otak memberikan perhatian yang lebih terhadap telingan pada sisi
yang berlawanan.
1
Kerusakan pada korpus kolsum mencegah terjadinya pertukaran informasi antar kedua
belahan otak. Terkadang dokter berah merusak korpus kalosum sebagai bagian terapi epilepsi
parah, sebuah kondisi yang ditandai dengan adanya episode aktivitas neuron berlebih yang
tersinkronisasi dan berulang, karena penurunan pelepasan neurontransmiter inhibitor GABA.
Hal tersebut di sebabkan adanya mutasi pada gen yang mengode reseptor.
2.5 Perkembangan lateralisasi dan Handedneses
Sering kita membayangkan bagaimana perasaan orang lain. Kita mungkin sering
bertanya-tanya bagaimana rasanya menjadi anjing, kelelawar, atau bahkan serangga. kita
ingin masuk kedalam pikiran orang lain. Untuk penderita split-brain , hal tersebut berarti
masuk ke dalam pikiran dua orang.
2.7 Kesimpulan
BAB III............................................................................................................................................5
EVOLUSI DAN FISIOLOGI BAHASA.........................................................................................5
3.1 prekursor bahasa pada spesies bukan manusia....................................................................5
3.2 Bagaimana manusia mengevolusikan bahasa......................................................................5
3.3 Bahasa sebagai produk kecerdasan secara keseluruhan.......................................................5
3.4 Kerusakan otak dan bahasa.................................................................................................6
3.5 Disleksia...............................................................................................................................7
3.6 Bahasan penutup..................................................................................................................8
3.7 Kesimpulan..........................................................................................................................8
4
BAB III
EVOLUSI DAN FISIOLOGI BAHASA
Manusia memiliki otak yang tinggi dan bahasa merupakan produkk sampingan
dari peningkatan kecerdasan yang tidak disengaja. Hipotesis yang disajikan dalam bentuk
paling sederhana ini menghadapi banyak problem :
1. Problem pertama: Manusia dengan ukuran otak normal dan gangguan bahasa
Jika bahasa merupakan produk dari ukuran otak secara keseluruhan, maka
individu yang memiliki ukuran otak dan kecerdasan normal seharusnya memiliki
kemampuan bahasa normal. Akan tetapi, tidak semua manusia seperti itu. Pada
sebuah keluarga yang terdiri dari tiga generasi, 16 dari 30 orang anggota keluarga
memperlihatkan defisiensi bahasa yang parah, meskipun dalam aspek lain memiliki
kecerdasan normal. Hal tersebut disebabkan adanya gen dominan yang telah berhasil
di identifikasi. Penderita sangat kesulitan untuk mengucapkan bahasa dan aspek-
aspek bahasa lain (Fisher, Vargha-Khadem, Watkins, Monaco, & Pembrey, 1998).
2. Problem kedua: Sindrom Williams
Psikolog menemukan sebuah kondisi yang sangat jarang. Kondisi tersebut
memengaruhi 1 dari 25.000 orang dan disebut dengan sindrom Williams.
5
Sindrom williams ditandai dengan adanya keterbelakangan mental disebagian
besar aspek hidup penderita, tetapi pada banyak kasus, penderita memiliki
keterampilan bahasa yang baik.
Penyebab sindrom williams adalah adanya lepasan beberapa gen pada kromosom
nomor 7 (Korenberg dkk., 2000).
Hampir setiap anak yang sehat dapat mengembangkan bahasa sehingga kita
berkesimpulan bahwa otak manusia terspesialisasi untuk pembelajaran bahasa. Sebagian
besar pengetahuan kita mengenai mekanisme otak untuk bahasa berasal dari studi
terhadap penderita kerusakan otak.
Penyebab kerusakan yang umum adalah serangan stroke (gangguan aliran darah ke
otak tertentu). Menerbitkan hasil penelitiannya pada tahun 1865 sedikit lebih lambat
daripada hasil penelitian yang diterbitkan oleh dua dokter Prancis bernama Mark dan
gustave dax.
Kedua dokter tersebut juga menekankan bahwa belahan otak kiri bertanggung jawab
terhadap kemampuan bahasa (Finger & Roe, 1996).
6
Kita sekarang tahu bahwa bicara akan mengaktivasi suatu area otak yang besar,
sebagian besar terletak di belahan otak kiri dan bukan saja area broca. (Wallesch,
Henriksen, Kornhuber, & Paulson, 1985).
3.5 Disleksia
7
3.6 Bahasan penutup (bahasa dan otak)
Mungkin kesimpulan terbaik mengenai disleksia juga merupakan kesimpulan terbaik bagi
gangguan bahasa secara umum. Bahasa dan membaca adalah proses yang cukup rumit
sehingga individu dapat menderita banyak bentuk gangguan yang ditimbulkan oleh
berbagai penyebab. Bahasa bukan hanya merupakan produk sampingan dari kecerdasan
secara keseluruhan, tetapi juga dipengaruhi oleh fungsi kecerdasan lainnya.
3.7 Kesimpulan
1. Simpanse dapat belajar untuk berkomunikasi melalui bahasa tubuh dan simbol-simbol
non vokal, walaupun outputnya tidak menyerupai bahasa manusia. Bonobo
memperlihatkan adanya kemajuan yang lebih besar daripada simpanse biasa karena
perbedaan spesies, pelatihan yang dimulai sejak dini, dan perbedaan metode
pelatihan.
2. Penderita afasia broca (afasia tidak lancar) mengalami kesulitan berbicara dan
menulis. Mereka menghadapi kesulitan terutama ketika menghadapi preposisi
konjungtor dan kata penghubung dalam tata bahasa lainnya. Mereka juga tidak dapat
memahami pembicaraan apabila artinya tergantung pada tata bahasa yang kompleks.
4. Disleksia gangguan membaca memiliki beragam bentuk dan tentunya penjelasan dari
bentuk-bentuk tersebut. Sumber masalah mungkin tidak terletak hanya pada
penglihatan atau pendengaran, tetapi berkaitan dengan perubahan sinyal penglihatan
menjadi informasi auditori atau memperhatikan aspek yang tepat dari tampilan
penglihatan.
8
DAFTAR ISI
BAB IIII........................................................................................................................................10
PERHATIAN.................................................................................................................................10
4.1 Perubahan respons otak......................................................................................................10
4.2 Pengabaian.........................................................................................................................10
4.3 Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas............................................................10
4.4 Bahasan penutup................................................................................................................10
4.5 Kesimpulan........................................................................................................................11
9
BAB IIII
PERHATIAN
Perhatian berkaitan erat dengan kesadaran. Sepeti yang telah di diskusikan pada bab 1
dan 6 kita menyadari oenglihatan dan pendengaran yang menghasilkan respon kuat pada
korteks serta kita tidak menyadari stimulus yang menghasilkan respon lemak. Pada
banyak kasus stimulus yang akan menjadi stimulus sadar atau tak sadar pada 200-250 ml
sekond (ms) pertama, akan menghasilkan aktivitas otak yang sama. Akan tetapi, pada
beberapa ratus ml sekond setelahnya, otak akan meningkatkan respon terhadap stimulus
sadar. (Sergent, Baillet, & Dehaene, 2005). Individu dengan sengaja mengalihkan
perhatian mereka terkadang sebagai bentuk respon dari intruksi. Dalam sebuah studi,
pemberian perintah kepada kelompok orang untuk memperhatikan bau, akan
meningkatkan aktivitas area yang peka terhadap bau pada korteks bahkan sebelum
kemunculan bau tersebut. (Zelano dkk, 2005).
4.2 Pengabaian
Penderita kerusakan belahan otak kanan memperlihatkan adanya pengabaian spasial yang
lebih meluas, yaitu kecenderungan untuk mengabaikan sisi kiri tubuh dan sekitarnya atau
sisi kiri sebuah objek (kerusakan pada belahan otak kiri tidak menimbulkan pengabaian
yang besar terhadap siis kanan tubuh).
Pada tahun 1960 banyak peneliti bidang psikologi, terutama yang mempelajari
pelajaran pada tikus yakin bahwa konsep perhatian memiliki manfaat. Mereka berasumsi
bahwa semua stimulus sensoris memengaruhi prilaku sepanjang waktu. Metode
penelitian yang baru telah membuat kita mendapatkan pemahaman yang berbeda, tetapi
masih banyak hal yang masih harus diungkapkan. Ketika anda duduk di dalam ruangan
yang tidak berubah, anda mengalihkan perhatian dari satu benda ke benda lainnya, maka
anda meningkatkan representasi otak terhadap satu stimulus ke stimulus lainnya.
Bagaimana tepatnya anda melakukan hal tersebut? Peneliti masih berusaha menjawab
pertanyaan tersebut dan jawabannya mungkin bukan saja merupakan aplikasi praktis,
10
tetapi juga merupakan pengaruh mendalam dari segi teori karakteristik
kesadaran.
4.5 Kesimpulan
1. Perhatian terhadap sebuah stimulus hampir bersinonim dengan sadar akan
stimulus tersebut. perhatian atau kesadaran berkaitan dengan peningkatan
aktivitas otak pada area yang resnponsif terhadap stimulus tersebut.
2. Kerusakan pada bagian belahan otak kanan menimbulkan pengabaian
spasial terhadap sisi kiri tubuh atau sisi kiri objek.
3. Pengabaian sensoris di timbulkan oleh kurangnya perhatian dan bukan
kurangnya sensasi. Sebagai contoh, seseorang penderita pengabaian dapat melihat
huruf secara keseluruhan sehingga dapat menyebutkan huruf tersebut, tetapi
ketika diminta untuk menyilang elemen penyusun huruf tersebut, ia mengabaikan
sisi kiri huruf tersebut
4. Penderita pengabaian sensoris mengalami kesulitan dalam hal memori
kerja mereka dan pengalihan perhatian dari satu stimulus ke stimulus lain.
Bahkan, ketika stimulus di sisi kanan tidak berbeda dengan stimulus di sisi kiri.
5. Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas attention-deficit
hyperactivity disorder-ADHD merupakan diagnosis yang umum ditemui di
Amerika serikat, walaupun diagnosis tersebut pada banyak kasus bermakna
ambigu. Karakateristik gangguan tersebut adalah adanya prilaku impulsif dan
gangguan perhatian. Gangguan tersebut dapat di ukur menggunakan uji
penundaan pemilihan, uji sinyal berhenti, dan uji kedip perhatian.
6. Uji penundaan pilihan mengukur permasalahan yang berbeda dengan
permasalahan yang diukur oleh uji sinyal berhenti dan uji kedip perhatian.
Seseorang dapat menjadi impulsif dengan cara dan alasan yang berbeda.
7. Gangguan ADHD mungkin ditimbulkan oleh sejumlah gen dan juga
pengaruh lingkungan.
Banyak penderita ADHD yang memiliki abnormalitas otak, tetapi pola
abnormalitasnya kecil dan konsistensinya rendah.
8. Obat-obatan stimulan meningkatkan performa koginitif penderita ADHD
dan juga manusia normal. oleh karena itu, manfaat yang ditimbulkan oleh obat
tersebut sebaiknya tidak digunakan sebagai penentu apakah seseorang mengidap
ADHD atau tidak.
11
DAFTAR PUSTAKA
Academia.cengange.com
12