Disusun Oleh:
Puji syukur kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini
dapat tersusun dengan baik dan tepat waktu. Tak lupa sholawat dan salam kami
panjatkan untuk Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita, para umatnya
dari zaman jahilliyah menuju zaman islamiyyah yang penuh barokah ini. Adapun
tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Psikolinguistik.
Terima kasih banyak kami ucapkan kepada Ibu Dian Etikasari,M.Pd. selaku
dosen mata kuliah Psikolinguistik yang telah membimbing kami. Kami berharap
semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman untuk para
pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini dapat menjadi
pedoman dalam kehidupan sehari-hari. Mungkin masih banyak kekurangan dalam
menyusun makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perkembangan bahasa manusia terkait erat dengan perkembangan
biologinya. Pertumbuhan bahasa pada manusia mengikuti jadwal
perkembangan genetiknya sehingga munculnya suatu unsur bahasa tidak
dapat dipaksakan. Selain faktor biologis, faktor yang juga sangat penting
dalam penguasaan bahasa adalah faktor neurologis yang membahas tentang
kaitan antara otak manusia dengan bahasa. Neurolinguistik ataupun
neurologi bahasa, dibanding dengan ilmu-ilmu sosial lain, semacam ilmu
sosiologi, ekonomi, ataupun dengan ilmu linguistik sendiri, ialah ilmu yang
terkategori relatif baru.
Secara etimologi, neurolinguistik terdiri dari 2 terminologi yaitu
neurologi dan linguistik. Oleh sebab itu, neurolinguistik berkaitan erat
dengan kedua kajian tersebut. Bagi Aitchison (2008) & Bambini (2012)
neurolinguistik merupakan studi tentang bahasa serta pikiran ataupun studi
tentang proses mental pada pemakaian bahasa. Lebih jauh, Nababan (1992)
mendefinisikan neurolinguistik sebagai studi yang memusatkan atensinya
pada dasar-dasar biologis bahasa serta peralatan peralatan otak yang
mendasari pemerolehan serta pemakaian bahasa. Neurologi mempunyai
kaitan erat dengan bahasa karena kemampuan manusia berbahasa ternyata
bukan hanya karena lingkungan tetapi karena kodrat neurologis yang
dibawanya sejak lahir. Betapa besar peranan otak kita di dalam
pemerolehan, pemahaman dan pemakaian bahasa.
Proses bahasa itu dimulai dari enkode semantik, enkode gramatika,
dan enkode fonologi, lalu dilanjutkan dengan dekode fonologi, dekode
gramatikal, dan diakhiri dengan dekode semantik. Semua proses ini
dikendalikan oleh otak yang merupakan alat pengatur dan pengendali gerak
semua aktifitas manusia (Chaer, 2003). Tanpa otak dengan fungsi-fungsinya
yang kita miliki sekarang ini, mustahillah manusia dapat berbahasa. Pada
bahasan ini akan disajikan perkembangan otak manusia, gambaran fisik
otak manusia serta fungsi-fungsinya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana perkembangan otak manusia?
2. Bagaimana gambaran fisik otak manusia?
3. Apa hubungan otak dan bahasa?
4. Apa peran hemsifir kiri dan hemisfir kanan?
5. Bagaimana perbedaan otak pria dan otak wanita?
4
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui perkembangan otak manusia.
2. Untuk mengetahui gambaran fisik otak manusia.
3. Untuk mengetahui hubungan otak dan bahasa.
4. Untuk mengetahui peran hemisfir kiri dan hemisfir kanan.
5. Untuk mengetahui perbedaan otak pria dan otak wanita.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
dan bahasa. Di korteks prefrontal (daerah otak dimana berpikir tingkat
tinggi dan pengaturan diri terjadi), puncak kelebihan produksi terjadi
tidak lama setelah usia 3 tahun.
Pada saat 2 bulan, pusat kendali motorik otak berkembang hingga
titik bayi mampu secara tiba-tiba meraih dan menggenggam objek yang
dekat. Usia 4 bulan hubungan neural yang diperlukan untuk persepsi
kedalaman mulai terbentuk. Usia 12 bulan pusat bicara otak
diseimbangkan untuk menghasilkan kata pertama. Aktivitas otak terjadi
dari sekitar usia 1 ½ hingga 2 tahun, gelombang aktivitas ini
dihubungkan dengan peningkatan dalam perkembangan konseptual dan
bahasa.
3. Perkembangan Otak Masa Kanak-KANAK
Sepanjang masa kanak-kanak, otak tidak tumbuh secepat masa bayi.
Meskipun demikian, otak dan kepala masih tumbuh lebih cepat daripada
anggota tubuh lainnya. Beberapa peningkatan otak dalam ukuran
disebabkan oleh myelinasi dan beberapa disebabkan peningkatan dalam
jumlah dan ukuran dendrit. Dari usia 3 hingga 6 tahun, pertumbuhan
yang paling cepat terjadi di area lobus frontal yang terlibat dalam
perencanaan dan pengaturan tindakan baru dan dalam mempertahankan
perhatian terhadap tugas. Usia 6 hingga masa puber, pertumbuhan yang
paling dramatis terjadi dalam lobus temporal dan parietal, khususnya
pada area yang memainkan peran utama dalam bahasa dan hubungan
spasial. Konsentrasi dopamine dalam otak anak biasanya meningkat
secara signifikan dari usia 3-6 tahun, dihubungkan dengan keterampilan
kognitif anak yang sedang berkembang.
Otak adalah salah satu organ terpenting dalam tubuh manusia. Otak
berperan sebagai pengendali tubuh, otak memiliki peran untuk mengatur
seluruh sistem saraf ditubuh manusia sebagai pusat kendali tubuh dan
menyusun sistem saraf pusat (SSP). Otak memiliki beberapa bagian,
diantara Cerebrum (Frontal, Temporal, Oksipital, Parietal), Ganglia
Basalis (Thalamus dan Hipotalamus), Brainstem (otak tengah, medulla
oblongata,dan pons) dan Cerebellum (Spinoserebelum,
1
Vestibuloserebelum dan Sereberoserebelum)
1
Miftahul Jannah, “PERKEMBANGAN OTAK PADA MASA ANAK USIA DINI”. KAJIAN DASAR
NEUROLOGI DAN ISLAM. 2022, hal. 176-178
7
menjadi 1400 miligram. Meskipun ukuran bukan satu-satunya indikator
untuk mengukur perubahan fungsi, paling tidak ukuran itu memungkinkan
akan adanya fungsi yang bertambah.
Halloway mengemukakan perkembangan otak ini dapat dibagi menjadi
empat tahap, yaitu:
1. Tahap perkembangan ukuran.
2. Adanya perubahan reorganisasi pada otak.
3. Munculnya system fiber yang berbeda-beda daerah-daerah tertentu
melalui corpus collosum.
4. Munculnya dua hemisfer yang asimitris. Sistem saraf merupakan pusat
keputusan dan komunikasi tubuh.
Sistem saraf terdiri dari dua bagian utama: (a) tulang punggung yang terdiri
dari sederetan tulang punggung yang bersambung-sambungan (spinal cord)
dan (b) otak. Otak terdiri dari dua bagian: (i) batang otak (brain stem) dan
(ii) korteks serebral (cerebral cortex). Otak merupakan pusat dari
keseluruhan tubuh. Selain paling penting, otak juga merupakan organ yang
paling rumit.
Otak manusia berukuran sekitar 1-1.5kg dengan rata-rata 1330gram.
Ukuran tersebut kurang lebih 2% saja dari ukutan tubuh manusia. Ukuran
otak yang sebesar itu membutuhkan 15% dari seluruh peredaran darah dari
jantung dan 20% dari sumber daya metabolik manusia.
Seperti terlihat pada gambar di atas, otak dibagi menjadi empat bagian,
yaitu2:
a) Cerebrum (Otak Besar)
2
Tri Budianingsih, Peran Neurolinguistik dalam Pengajaran Bahasa, 3(2) Jurnal AL-AZHAR
INDONESIA SERI HUMANIORA, 2015, hal. 138.
8
b) Cerebellum (Otak Kecil)
c) Brainstem (Batang Otak)
d) Limbic System (Sistem Limbik)
9
fungsi otomatis otak, diantaranya: mengatur sikap atau posisi tubuh,
mengkontrol keseimbangan, koordinasi otot dan gerakan tubuh. Otak
Kecil juga menyimpan dan melaksanakan serangkaian gerakan otomatis
yang dipelajari seperti gerakan mengendarai mobil, gerakan tangan saat
menulis, gerakan mengunci pintu dan sebagainya. Jika terjadi cedera
pada otak kecil, dapat mengakibatkan gangguan pada sikap dan
koordinasi gerak otot. Gerakan menjadi tidak terkoordinasi, misalnya
orang tersebut tidak mampu memasukkan makanan ke dalam mulutnya
atau tidak mampu mengancingkan baju.
10
d. Limbic System (Sistem Limbik)
11
berinteraksi antar sesamanya, berlandaskan pada budaya yang mereka
miliki bersama. Pendapat bahasa menurut Brown adalah seperangkat
symbol (vokal maupun visual) yang sistematis, manasuka,
mengonvensionalkan makna kata yang dirujuk, dan dipakai untuk
berkomunikasi oleh manusia, dalam sebuah komunitas atau budaya wicara,
dan dikuasai oleh semua orang dalam cara yang sama.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat diartikan bahwa bahasa adalah
suatu sistem lambang atau simbol yang sistematis yang digunakan oleh
suatu komunitas bahasa dan dikuasai oleh semua orang dalam cara yang
sama untuk berkomunikasi.
Menurut Whitaker, dalam ( Maida, 2017) penentuan daerah-daerah tertentu
dalam otak dalam hubungannya dengan bahasa itu didasarkan pada tiga
bukti utama.
Bukti pertama ialah unsur-unsur keterampilan berbahasa tidak
menempati bagian yang sama dalam otak. Keterampilan bahasa (berbicara,
menyimak, membaca, dan menulis) dan struktur linguistik (ciri sintaksis dan
semantik, bentuk leksikal dan gramatikal) memiliki daerah khas dalam otak.
Bukti kedua ialah bahwa bahasa semua orang menempati daerah
yang sama dalam otak.
Bukti ketiga ialah terdapat hubungan antara kemampuan bahasa
dengan belahan otak.
Bagian otak yang paling penting dalam kegiatan berbahasa adalah
otak besar. Bagian pada otak besar yang terlibat langsung dalam
pemprosesan bahasa adalah korteks serebral. Korteks serebral terdiri atas
dua bagian, yakni belahan otak kiri (hemisfer kiri) dan belahan otak kanan
(hemisfer kanan).
Dalam kontrol kegiatan berbahasa, hemisfer kiri lebih dominan. Hal
ini dibuktikan dengan hal-hal sebagai berikut :
1. Penemuan-Penemuan Ahli Bedah Otak
Penemu pertama pusat bahasa di hemisfer kiri otak ini ialah Carl
Wernicke, seorang dokter Jerman, pada tahun 1874 menemukan
kerusakan pada lobus temporal kiri ( yang sekarang disebut ”Wernicke’s
Area” = Medan Wernicke) yang mengakibatkan gangguan dalam
memahami ujaran yang disampaikan orang lain.
Pada tahun 1861 Paul Broca, seorang ahli bedah otak Perancis,
memulai pengkajian hubungan afasia dengan otak. Broca membuktikan,
bahwa terdapat lokalisasi khusus di hesmifer kiri otak untuk
memproduksi bahasa.
2. Teori Neurolinguistik
Wernicke Broca mengajukan tiga rumusan mengenai hubungan otak
dengan bahasa: 1) artikulasi bahasa diproses di konvolusi depan ke tiga
hemisfer kiri otak, 2) terdapat dominasi hemisfer kiri dalam artikulasi
12
bahasa ; 3) memahami bahasa merupakan tugas kognitif yang berlainan
dari memproduksi bahasa.
Wernieke menemukan, bahwa medan Broca dan medan wernicke
dihubungkan oleh sebuah lajur syaraf yang besar yang disebut busur
fasikulus. Dengan penemuan ini Wernieke melahirkan sebuah model
bahasa yaitu : pemrosesan bahasa terjadi di beberapa bagian otak dan
membuat prediksi yang benar, bahwa kerusakan pada fasikulus busur
membuat pasien tidak dapat mengulangi ujaran-ujaran yang
didengarnya.
Kemudian pasien ini disebut menderita afasia konduksi. Model
Wernicke inilah yang disebut teori neurolinguistik Wernicke atau model
koneksionisme Wernicke.
3. Bukti-Bukti Lateralisasi
Teori Lateralisasi adalah satu teori yang dapat ditarik secara jelas
bahwa belahan korteks dominan (hemisfer kiri) bertanggung jawab
untuk mengatur penyimpanan pemahaman dan produksi bahasa
alamiah. Dari defenisi teori lateralisasi di atas sudah dapat terjawab dan
menarik suatu kesimpulan yang menyatakan adanya spesialisasi atau
semacam pembagian kerja pada daerah-daerah otak (korteks) serebrum
manusia berdasarkan teori Broca dan Wernicke.
Ada beberapa eksperimen yang menyokong teori lateralisasi adalah
sebagai berikut:
a. Tes menyimak rangkap
b. Tes stimulus
c. Tes grafik
d. Tes wada
4. Bukti-Bukti Lokalisasi
Teori lokalisasi atau lazim juga disebut pandangan lokalisasi
berpendapat bahwa pusat-pusat bahasa dan ucapan berada di daerah
Broca dan daerah wernicke.
Hand dan writing adalah wilayah yang mengendalikan tangan
kanan. Speech dan face adalah wilayah yang mengendalikan saraf
saluran ucapan. Auditory merupakan wilayah yang memproses bahasa
lisan terutama melalui telinga kanan. Tactile adalah wilayah yang
memproses informasi mengindraan melalui kulit, saraf dan tangan
kanan. Sedangkan visual adalah wilayah yang memproses bahasa tulis .
Ada beberapa cara lain untuk menunjukkan teori lokalisasi ini antara
lain:
a. Teknik Stimulus Elektrik
Teknik ini dilakukan dengan cara menstimulasi bagian-
bagian tertentu permukaan korteks dengan aliran listrik. Seperti
13
yang telah dilakukan dua ahli bedah saraf , Penfield dan Robert pada
waktu proses pengobatan bedah saraf (neurosugery) pasien-pasien
otak. Mereka menemukan tiga bagian saja yang terdapat kelainan-
kelainan yang merusak bahasa. Yaitu : 1. Medan Broca 2. Medan
wernicke 3. Korteks motor. Hal ini jelas menunjukkan daerah bahasa
di dalam otak terdapat di hemisfer kiri otak.
b. Teknik Perbedaan Anatomi Otak.
Wada dalam melakukan analisis postmortem pada otak bayi-
bayi yang telah meninggal membuktikan bahwa ketidaksimetrisan
hemisfer-hemisfer otak ini sejak lahir dan ketidaksimetrisan ini
akibat dari adanya pusat-pusat tertentu pada hemisfer kiri yang
khusus mengatur bahasa.
c. Cara melihat otak dengan PET ( Positron Emission
Tomography)
Cara lain untuk membuktikan teori lateralisasi dan lokalisasi
adalah dengan cara melihat otak secara langsung dengan
menggunakan alat-alat yang disebut PET. Dengan PET ini kita
melihat bagian-bagian otak terutama bagian-bagian korteks, pada
waktu bagian-bagian itu berfungsi.
d. Penyakit Afasia.
Jika terjadi kerusakan pada hemisfer kiri timbullah gangguan
wicara yang dinamakan afasia. Penderita afasia dibedakan atas ” a).
Afasia broca yaitu gangguan pada daerah medan Broca yang
mengakibatkan seseorang tidak dapat berujar. B). Afasia Wernicke
yaitu gangguan pada daerah medan wernicke yang mengakibatkan
seseorang tidak dapat memahami lawan bicaranya berbahasa. C)
afasia konduksi yaitu kerusakan pada fasikulus busur yang membuat
pasien tidak dapat mengulangi ujaran-ujaran yang didengarnya.
14
Hemisfer kiri lebih dikhususkan untuk bahasa tidak hanya termasuk
tuturan dan pendengaran, tetapi juga membaca dan menulis. Itu artinya,
seluruh informasi yang dipahami sebagai bahasa pada dasarnya diproses
oleh belahan otak bagian kiri. Di samping itu, hemisfer kiri dikhususkan
untuk pemahaman temporal yaitu memproses semua rangsangan yang
diterima dalam jangka waktu yang berbeda. Contohnya seseorang
didengarkan dua urutan nada suatu dengungan, dan tiga nada yang lain.
Apabila ia diminta untuk mengenali kapan dengungan itu ada dalam jangka
waktu ketiga tersebut maka jawabannya membutuhkan pemrosesan pada
hemisfer kiri. Kemudian, hemisfer kiri juga dikhususkan untuk memproses
hal secara logika.
Berbeda dengan hemisfer kiri, hemisfer kanan dikhususkan untuk
rangsangan auditori non linguistik, termasuk bunyi di sekitar seperti ombak,
siulan, alat musik dan sebagainya. Hemisfer kanan dikhususkan juga untuk
memproses visiopasial yang melibatkan konsentrasi, seperti fotografi,
pemahaman tentang gambar, dan kemampuan untuk mengetahui bentuk dan
berat suatu objek dengan mengangkat atau mengendalikannya. Dengan
istilah lain, hemisfer kanan dapat mengenali benda melalui sentuhan
termasuk usaha mengenal bentuk kotak yang ringan dan kotak yang berat.
Dari penjelasan kedua tugas tersebut dapat disimpulkan bahwa
belahan otak bagian kiri dikhususkan pada analisis sesuatu yang
menyeluruh kepada bagian-bagian tertentu sedangkan pada bagian otak
sebelah kanan untuk tujuan sintesis sehingga dapat menggabungkan bagian-
bagian tertentu untuk membentuk keseluruhan.3
Di samping fungsi umum, hemisfer memiliki struktur dan fungsi
yang sangat khusus. Pada saat manusia dilahirkan, belum ada pembagian
tugas antara hemisfer kiri dan kanan. Tetapi menjelang umur 12 tahun
terjadi pembagian fungsi yang disebut dengan lateralisasi. Pada awalnya
dinyatakan bahwa hemisfer kiri ditugasi terutama untuk mengelola ihwal
bahasa dan hemisfer kanan untuk hal-hal lain. Hal tersebut terbukti dengan
adanya kasus-kasus dimana sebelum usia 11 tahun, anak yang memiliki
cedera pada hemisfer kirinya dapat memperoleh bahasa seperti halnya anak
pada umumnya. Hal ini menunjukkan bahwa hemisfer kanan mampu untuk
melakukan fungsi kebahasaan.
Di samping hal itu ada hal-hal yang berkaitan dengan bahasa yang
ternyata ditangani oleh hemisfer kanan. Dari orang-orang yang hemisfer
kanannya terganggu didapati bahwa kemampuan mereka dalam
mengurutkan suatu peristiwa atau narasi menjadi kacau. Mereka tidak
mampu lagi untuk menyatakan apa yang terjadi pertama, kedua dan
seterusnya. Dari gambaran tersebut tampak bahwa hemisfer kanan juga
3
Masilva Raenox Mael, “NEUROLINGUISTIK DAN PENERAPANNYA DALAM TEKNOLOGI”,
Paramasastra, Vol.7, No. 1, (Maret 2020), hal.63-65
15
memiliki peran bahasa tetapi memang tidak seintensif sepertinya halnya
hemisfer kiri.4
4
Muhammad Sarifuddin, “KOMPLIKASI MANUSIA SERTA PERANANNYA TERHADAP
KEMAMPUAN BERBAHASA”, Jurnal Transformation of Mandalika, Vol.4, No.2, (2023), hal.185
16
membaca atau melakukan kegiatan verbal lainnya. Sedangkan pria
hanya menggunakan salah satu hemisfernya ( biasanya sebelah kiri).
Penggunaan otak kiri dan kanan secara serentak membuat wanita
dewasa lebih lincah dalam soal verbal dibandingkan dengan pria. Di
dalam tes terbukti dalam waktu yang sama wanita dapat menyebutkan
lebih banyak dari suatu huruf serta jauh berbeda cepat dalam mengingat
huruf-huruf dibandingkan dengan pria. Begitu juga, bila wanita
terserang stroke atau cedera otak kemampuan berbahasanya tidak terlalu
terganggu, kalaupun terganggu akan lebih cepat pulih dibandingkan
dengan pria. Menurut Mark George M.D, ahli neurologi Medical
University South Caroline, Amereka Serikat, apapun yang dilakukan
wanita bagian otaknya yang bekerja selalu lebih luas dibandingkan
dengan pria. Dengan teknik MRI (Magnetic Resonance Imaging),
semacam alat perekam yang canggih, dapat dilihat bila pria
menggunakan otaknya tampaklah kegiatan neuron neuron berupa nyala
hanya di suatu daerah tertentu.
Padahal kalau wanita menggunakan otaknya daerah yang menyala
sangat luas. Mengapa demikian? Karena serat-serat yang menyumbat
antardaerah di otak wanita lebih tebal bila dibandingkan dengan pria.
Dengan keadaan seperti ini para peneliti menyimpulkan bahwa wanita
memiliki kemampuan memadukan banyak aspek kognitif dalam
berpikir. Bukan hanya rasio, tetapi emosi dan instingnya juga terlibat.
Ada yang menyatakan kemampuan ini sebagai intelegensi emosional,
atau juga intuisi wanita, meskipun kesimpulan ini masih kontroversial.
Kemampuan intuitif ini sepintas tampaknya membuat wanita tidak tegas
dalam membuat keputusan. Namun, sebenarnya dia lebih peka dan bisa
melihat hal-hal yang tidak tampak oleh pria. Umpamanya, wanitalah
yang lebih dahulu mendeteksi anak yang sedang menyembunyikan
kemurungannya, teman kantor yang sedang punya masalah atau suami
yang sedang gelisah, meskipun yang bersangkutan berpura-pura tidak
terjadi apapun. Jadi, dengan adanya ”kerja sama” emosi, rasio, dan
intuisi menyebabkan wanita tidak melihat segala sesuatu secara apa
adanya seperti yang dilakukan pria.
2. Otak Wanita Lebih Tajam
Menurut Thomas Crook dan sejumlah ahli (Femina, 17-23 Juni
1999), setelah melakukan pengujian indra, bahwa penglihatan lebih
tajam daripada pria, meski diakui bahwa lebih banyak wanita yang lebih
dulu memerlukan bantuan kecamata daripada pria. Penglihatan wanita
mulai menurun sejak memasuki usia 35 sampai 44 tahun, sedangkan pria
mulai 45 sampai 54 tahun. Pria juga relatif tidak tahan terhadap sinar
terang. Begitu juga pendengaran wanita lebih tajam daripada pria. Tak
mengherankan kalau pada malam hari tangisan bayi biasa
17
membangunkan sang Ibu, sementara sang ayah tetap terlelap tidur.
Pendengaran wanita selain lebih tajam, juga bisa mendengar lebih
banyak ragam bunyi daripada pria. Pendengaran wanita baru mulai
berkurang menjelang usia 60-an, sedangkan pria sudah mulai berkurang
menjelang usia 50-an.
Thomas Crook juga menyimpulkan bahwa ingatan pria kurang tajam
bila dibandingkan dengan ingatan wanita. Setelah meneliti dan
mengetes lebih dari 50.000 wanita dari berbagai negara bagian Amerika
Serikat, Thomas Crook menemukan bukti bahwa wanita lebih banyak
mengingat detail, asosiasi, dan pengalaman pribadinya bila
dibandingkan dengan pria. Baik wanita maupun pria sama-sama akan
mengalami penurunan daya ingat sesuai dengan pertambahan usia.
Namun, tampaknya daya ingat wanita akan kosakata dan nama jenis
jauh lebih awet dibandingkan pria, karena otak wanita punya cara unik
dalam menyimpan informasi ke dalam bank memorinya, yakni dengan
cara menyangkutkannya pada daerah emosi.
Menurut Thomas Crook wanita lebih banyak menggunakan
hemisfer kanannya (yang memproses emosi), maka mengaitkan data ke
wilayah memori itu sudah dilakukannya secara otomatis. Ketajaman
otak wanita bukan hanya pada indranya, tetapi juga pada perasaannya.
Hal ini terbukti ketika diminta mengenang pengalaman emosionalnya
dengan bantuan MRI, tampak wanita lebih responsif daripada pria. Hal
ini terdeteksi pada perbedaan bagian menyala yang lebih luas pada
daerah neuron yang mengaktifkan perasaan melankolis itu. Ini juga
menjadi bukti mengapa wanita lebih banyak menderita depresi daripada
pria.
Bahwa intuisi wanita lebih tajam dibandingkan dengan intuisi pria.
Hal ini dibuktikan oleh pasangan suami-isteri Raquel Gur dan Ruben
Gur, yang menguji otak pria dan wanita dengan memperlihatkan
gambar-gambar ekspresi wajah yang diambil dari adegan film. Baik pria
maupun wanita langsung dapat menunjuk dengan benar ekspresi aktor
dan aktris yang sedang bahagia atau gembira. Namun, ketika rekaman
gambar memperlihatkan emosi lain (kesedihan pada wajah aktris
wanita) para pria gagal mendeteksinya, sedangkan wanita dengan
mudah menebaknya.
3. Wanita Lebih Awet dan Selektif
Dalam jurnal kedokteran Archieves of Neurology terbitan tahun
1998 (Femina, Juni 1999) diungkapkan bahwa temuan otak pria
mengerut lebih cepat daripada otak wanita. Menurut Ruben Gur, yang
meneliti sendiri cara kerja otak pria dan wanita dari berbagai usia.
Jaringan otak pria menyusut tiga kali lebih cepat daripada otak wanita.
Ketika sama-sama muda memang otak pria lebih besar daripada otak
18
wanita, tetapi ketika keduanya mencapai usia 40 tahun, otak pria
menyusut (terutama di bagian depan) sehingga besarnya sama dengan
otak wanita. Bagian-bagian lain pun menurut Roben menyusut dengan
cepat. Penyusutan ini membawa akibat perubahan yang nyata. Antara
lain, makin tua seseorang pria daya ingatnya, konsentrasinya, dan
kesabarannya ikut menyusut. Penyusutan otak bagian depan pada
wanita, menurut Ruben, tidak terlihat pada usia yang sama.
Penyusutan otak pria ini, menurut temuan Ruben, berkaitan dengan
efiseinsi pemakaian energi. Otak wanita memiliki kemampuan untuk
menyesuaikan metabolisme otak semakin boros energi dengan
bertambahnya usia. Wanita meskipun juga mengalami penyusutan
jaringan secara menyeluruh ketika bertambah tua tubuhnya punya
kecenderungan untuk menghemat apa yang ada, termasuk otaknya. Ini
pula, menurut Ruben yang membuat harapan hidup wanita rata-rata
lebih panjang daripada pria. Namun, lebih awet, belum tentu juga selalu
lebih kuat karena wanita tua lebih rentan terhadap penyakit Alzheimer
tiga kali lipat dibandingkan dengan pria. Para peneliti mengaitkan
kerentanan ini dengan turunnya hormon estrogen pada wanita berusia
lebih lanjut. Temuan lain adalah pada waktu rileks ada perbedaan dalam
sistem limbik yang mengelola keseluruhan emosi. Rileks pada pria sama
dengan mematikan kerja bagian reptilian brain yang memicu ekspresi
emosi primitif berupa agresi dan kekerasan. \
Sedangkan pada wanita rileks sama dengan mematikan bagian yang
disebut cingulate gyrus, yaitu bagian yang mengendalikan ekspresi
simbolis, seperti gerak-gerik dan kata-kata. Dengan kata lain, dalam
keadaan aktif pria cenderung ke arah agresi dan gerak fisik, sedangkan
wanita bila sedang aktif lebih ke arah yang lebih beradab, yaitu bergerak
dan berbicara. Maka tidak usah heran bila dalam keadaan ekstrem,
misalnya marah, pria lebih suka berkelahi daripada bertengkar.
Sebaliknya, wanita lebih siap bertengkar dengan kata-kata.
5
Pasiak, Taufik. Revolusi IQ/EQ/SQ: Antara Neurosains dan al-Qur’an. Bandung: Mizan
Pustaka. 2004. Hal 91
19
profesor neurosains di Mc Master University, dalam penelitiaannya
menemukan bahwa corpus calossum perempuan berukuran lebih tebal
±30% dari laki-laki. Tebalnya tersebut dominan berada di area
keterampilan linguistik (isthmus dan splenium). Kondisi ini menjadikan
setiap bagian otak laki-laki akan bekerja secara terpisah, sehingga
mereka lebih cepat untuk konsentrasi dan fokus pada apa yang
dikerjakannya saat itu, tapi di saat bersamaan tanpa disadari
pendengarannya akan menurun.
Sedangkan perempuan, karena struktur yang lebih tebal ini
memungkinkan otak bisa bekerja secara bersamaan, dan menjadikan
mereka multitasking, mampu mengerjakan dua atau lebih pekerjaan
yang tidak berhubungan sama sekali pada waktu yang bersamaan.
Dalam berbahasa, corpus calossum yang lebih tebal menjadikan
perempuan ketika berbicara bisa lebih lancar dan tidak terbatas dalam
makna tidak fokus atau terpaku pada satu topik pembicaraan. Secara
anatomis juga terbukti bahwa pusat bahasa pada otak perempuan
penyebarannya pada kedua belahan otak jauh berbeda dari pada otak
laki-laki. Tidak heran perempuan lebih punya kemampuan
berkomunikasi dibanding laki-laki baik melalui kata-kata, nada suara,
empati, atau gestur tubuh. Menurut dr. Aisyah Dahlan, laki-laki
berbicara rata-rata 7000 kata, sedangkan perempuan 20.000 kata setiap
hari.
2. Hypothalamus
Hypothalamus merupakan sebuah struktur yang terletak dibawah
thalamus dan tepat berada diatas batang otak. Hipotalamus merupakan
bagian otak yang mengeluarkan hormon yang digunakan untuk
mengendalikan organ dan sel-sel tubuh. Walau ukurannya kecil,
hipotalamus memiliki fungsi sangat penting. Fungsi utamanya adalah
memastikan dan mempertahankan sistem tubuh berjalan dengan baik
(homestasis). Beberapa fungsi spesifiknya antara lain respons terhadap
berbagai stimulus, mengatur sistem endokrin (hormonal), mengontrol
sistem saraf otonom seperti regulasi suhu tubuh, mengatur asupan
makanan, udara dan rasa haus, mengontrol siklus harian dan perilaku
fisiologis, mengontrol respons emosi, dan fungsi-fungsi kunci lainnya
seperti pengaturan perilaku yang terkait dg eksistensi hidup (berkelahi,
makan, melarikan diri, seksualitas dan reproduksi, dsb).
Secara umum hipotalamus laki-laki terutama pada preoptic region
berukuran 2,5 – 3 kali besar dari perempuan. Kondisi ini menjadikan
laki-laki memiliki tingkat kepekaan terhadap stimulus yang lebih tinggi
dari perempuan termasuk juga dalam hal berkait dengan seks. Laki-laki
lebih peka terhadap stimulus (suara, sentuhan, dst) daripada emosi,
perempuan sebaliknya. Selain itu, otak perempuan mengandung hormon
20
serotonin yang lebih banyak, yang juga membuatnya menjadi lebih
tenang.
3. Inferior Parietal Lobe (Lobus Parietal Bawah)
Inferior Parietal Lobe adalah salah satu dari tiga divisi dari lobus
parietalis.Terdiri dari supramarginal gyrus dan angular gyrus. Struktur
ini bertanggung jawab terhadap kemampuan spasial. Area ini mengatur
kemampuan visuo-spasial dan sangat perlu untuk hal-hal yang berkaitan
dengan matematika dan arsitektur. Hasil pengujian MRI menunjukkan
bahwa inferior parietal lobe pada laki-laki lebih besar 6 % dibandingkan
perempuan. Selain itu inferior parietal lobe pada perempuan terlihat
asimetris antara lobus kiri dan kanan. Kemampuan untuk
membayangkan (imaging) dan membangun model imajiner tiga dimensi
dari sebuah gerakan, posisi dan lainnya berkembang lebih baik pada
laki-laki dibanding perempuan. Hal itu berwujud dalam kemampuan
perancangan mekanis, pengukuran penentuan arah abstraksi, dan
manipulasi benda-benda fisik. Tidak heran banyak laki-laki yang senang
mengutak-atik atau modifikasi suatu barang.
4. Hippocampus.
Hippocampus merupakan bagian dari sistem limbik yang terletak di
lobus temporal medial otak. Bagian otak ini terdiri dari beberapa
struktur kunci yaitu hippocampus proper, alveus, dan subiculum. Area
ini bertanggung jawab atas ingatan (memori) baik jangka panjang atau
jangka pendek, dan juga berperan dalam pembentukan memori navigasi
serta spasial. Pusat memori (hippocampus) pada otak perempuan lebih
besar ketimbang pada otak pria. Oleh sebab itu, perempuan mampu
mengingat sesuatu lebih lama bahkan sampai pada detilnya. Kondisi ini
pula yang menyebabkan laki-laki mudah lupa. Inilah yang
menyebabkan laki-laki lebih mudah move-on dari sebuah trauma
dibandingkan perempuan. Namun demikian dalam perkembangannya,
sel-sel hippocampus dan juga sel lobus parietal pada perempuan lebih
cepat menghilang (mati), sehingga perempuan pada saat tua akan lebih
mudah kehilangan memori, kemampuan pengenalan spasial, dan juga
menjadi pelupa.
5. Area Broca dan Wernicke Otak Laki-laki dan Perempuan
Ahli saraf Prancis Paul Borca yang menemukan bahwa pada area
broca dan Wernicke pada otak manusia dapat mempengaruhi
kemampuan bahasa seseorang. Area broca dan Wernicke yang langsung
terhubung melalui jalur syaraf pada organ biologis, bertugas menfatur
proses pengolahan bahasan dan pemahaman aspek dalam berbicara. Hal
yang terlihat jika mengalami masalah pada area broca dan wenicke yaitu
mengalami gagap dalam berbicara dan gangguan lainnya. Namun, pada
beberapa kasus jika gangguan yang terjadi pada bagian broca masih bisa
21
berbicara secara lanvar. Ini menunjukkan bahwa gangguan yang terjadi
pada area broca dapat mempengaruhi area otak yang lain. Laki-laki
hanya memiliki 12.000 cadangan kata disetiap harinnya sedangkan
perempuan memiliki hingga 25.000 cadangan kata. Inilah yang
menyebabkan perempuan akan lebih cerewet dibandigkan laki-laki.6
6
Suyadi. Diferensiasi Otak Laki-laki dan Perempuan Guru Taman Kanak-kanak Aisyiyah Ahmad
Dahlan Yogyakarta : Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini Perspektif Gender dan Neurosains .
Jurnal Studi Gender, 13(2).2018. Hal 179–202.
22
komunikasi, sedangkan anak laki-laki lebih menyukai kegiatan praktik
langsung.
23
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Perkembangan otak pada manusia dimulai sejak janin berusia 2-3
bulan di dalam kandungan. Perkembangan otak terus berlangsung hingga
nyaris sempurna menjelang kelahiran. Setelah lahir, perkembangan otak
masih terus berlangsung pada masa bayi dan kanak-kanak. Pada masa bayi,
perkembangan otak sangat pesat khususnya pada usia 2 tahun pertama.
Terdapat empat bagian utama otak manusia yaitu cerebrum, cerebellum,
brainstem, dan sistem limbik. Masing-masing bagian memiliki fungsi
tersendiri dalam mengontrol tubuh dan berpikir. Dalam aktivitas berbahasa,
hemisfer kiri otak lebih dominan dibandingkan hemisfer kanan. Terdapat
beberapa wilayah khusus dalam hemisfer kiri yang berperan dalam
berbahasa seperti area Broca dan Wernicke.
Secara garis besar, hemisfer kiri bertugas untuk bahasa, analisis,
logika, sedangkan hemisfer kanan bertugas untuk nonverbal, musik,
gambar, insting, dan sintesis. Kedua belahan otak saling melengkapi dalam
berpikir dan berperilaku. Secara anatomi, struktur otak laki-laki dan
perempuan memiliki perbedaan, antara lain ukuran corpus callosum dan
hippokampus yang lebih besar pada perempuan, serta ukuran hipotalamus
dan lobus parietal inferior yang lebih besar pada laki-laki. Fungsi otak
antara laki-laki dan perempuan juga berbeda. Perempuan lebih unggul
dalam kemampuan verbal, komunikasi, multitasking, dan memori,
sedangkan laki-laki lebih unggul dalam spasial, logika matematika, dan
fokus pada satu hal.
B. SARAN
Dalam makalah ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan,
dikarenakan kurangnya pemahaman dan wawasan kami tentang penelitian
dan pengembangan, kami berharap dengan adanya makalah ini para
pembaca mendapat pengetahuan yang lebih luas, dan kami menerima kritik
dan saran dari pembaca.
24
DAFTAR PUSTAKA
25