Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PEMBELAJARAN BERBASIS NEUROSAINS


Disusun untuk memenuhi tugas Pedagogika
Dosen Pengampu: Dewi Yulinawati, M.Pd.

Disusun Oleh:
Kelompok 9
Citrasari (221641049)
Irmawati (221641014)
Nurhayati (221641018)
Syah Fitri Hasly Hasibuan (221641013)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH CIREBON
2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarakatuh


Puji syukur kami limpahkan kehadirat Allah Subhanahuwata’ala, karena
atas pertolongan-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktu
yang telah direncanakan sebelumnya. Tak lupa sholawat serta salam kami
haturkan kepada Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wasalam beserta keluarga
dan sahabat, semoga selalu dapat menuntun kami pada ruang dan waktu yang
lain.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Pedagogika yang diampu oleh Ibu Dewi Yulinawati, MM, dengan judul
“Pembelajaran Berbasis Neurosains”
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
dan apabila terdapat kekurangan dalam pembuatan makalah ini kami mohon
maaf, karena kami menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarakatuh

Cirebon, November 2022

Kelompok 9

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... i


DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
A. Latar belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan masalah ..................................................................................... 2
C. Tujuan ....................................................................................................... 2
BAB II KAJIAN TEORI TENTANG PEMBELAJARAN NEUROSAINS ............ 3
A. Pengertian neurosains, kapasitas dan fungsi bagian otak manusia............ 3
B. Cara otak dalam proses belajar ................................................................. 5
C. Prinsip-prinsip pembelajaran berbasis neurosains..................................... 7
D. Tahap-tahap pembelajaran berbasis neurosains ........................................ 8
BAB III PEMBAHASAN ......................................................................................... 14
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembelajaran merupakan salah satu komponen yang diperlukan pada
kegiatan pembelajaran dikelas. Oleh karena itu sudah menjadi tugas seorang
pendidik dalam membantu setiap kecerdasan siswa agar memperoleh output
yang berkualitas. Idealnya seseorang pendidik dalam membantu setiap siswa
dalam mencapai pelajaran yang bermutu. Bahan ajar adalah segala hal yang
dipakai dalam membantu guru/instruktur untuk melaksanakan proses belajar
mengajar dikelas. Hal yang dimaksud yaitu bahan tertulis ataupun bahan tidak
tertulis.
Seluruh potensi manusia bertumpu pada otak. Neurosains merupakan
imu yang mempelajari tentang otak manusia. Otak merupakan organ kecil
yang tersimpan didalam batok kepala yang merupakan pusat sistem syaraf
dan berfungsi sebagai pusat kendali dan koordinasi seluruh aktifitas tubuh
baik biologis, fisik, maupun sosial. Otak merupakan sumber dari seluruh
pemikiran, perasaan, keinginan. Otak manusia terdiri dari otak tengah, otak
kecil, dan otak besar. Otak tengah (sistem limbik) berfungsi untuk interaksi
sosial, emosional, dan ingatan jangka panjang. Otak kecil atau otak reptil
(cerebelum) menurut Janse bagian otak ini berfungsi untuk mengatur
keseimbangan, postur, dan control gerakan. Sedangkan otak besar (serebrum)
juga lasim disebut neokorteks, karena memiliki fungsi utama untuk berpikir
tingkat tinggi seperti berbahasa, berpikir, belajar, memecahkan masalah,
merencanakan, dan mencipta.
Neurosains Islam mulai usia 8 tahun cenderung melangkahi segala
macam membuat merugikan badan anak. Dapat dipahami bahwa daya berani
manusia ini untuk mampu mempertahankan diri, bergerak, meraih sesuatu
yang diinginkannya. Belajar adalah kegiatan yang dilakukan dalam
mengadakan suatu perubahan pada diri seseorang seperti perubahan sikap,
tingkah laku, ilmu pengetahuan, ketarampilan. Anak usia dini (0-6 tahun)
berada pada tahapan usia emas dan mengalami perkembangan otak yang

iii
sangat pesat. Pendidikan anak tersebut berguna sebagai wadah yang untuk
menumbuh kembangkan segala aspek perkembangan anak.
Pengembangan bahan ajar ajar yang digunakan dalam penelitian ini
adalah bahan ajar berbasis neurosains. Pada pengembangan pembelajaran
dalam berbasis neurosains siswa diharapkan agar lebih meningkatkan harga
dirinya. Perubahan perilaku dan sikap harus didasari oleh perubahan cara
berpikir terlebih dahulu, karena otak manusia selalu berkembang, dan dapat
berubah menjadi lebih baik atau lebih buruk. Penerapan pembelajaran
neurosains mempertimbangkan tingkat perkembangan otak berdasarkan usia
siswa, pada jenjang TK dan SD adalah usia dimana sel-sel otak mengalami
pertumbuhan yang pesat yaitu mencapai 80%. Melalui rangsangan dari
berbagai aktivitas dan lingkungan yang baik akan membentuk pengetahuan
dan karakter yang baik dan melekat sepanjang hayat. Materi pembelajaran
harus lebih dikembangkan agar siswa lebih mudah paham dan menjadikan
proses pembelajaran lebih menyenangkan. Jadi penting memasukkan tentang
materi pelajaran masalah pembelajaran berbasis otak sebagai sumbangsih
neurosains dalam dunia pendidik.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan Neurosains, kapasitas dan fungsi bagian
otak manusia?
2. Bagaimana cara otak dalam proses belajar?
3. Bagaimana prinsip-prinsip pembelajaran berbasis Neurosains?
4. Bagaimana tahap-tahap pembelajaran berbasis Neurosains?

C. Tujuan Pembahasan
1. Memahami Pengertian Neurosains, kapasitas dan fungsi bagian otak
manusia.
2. Memahami cara otak dalam proses belajar.
3. Memahami prinsip-prinsip pembelajaran berbasis Neurosains.
4. Memahami tahap-tahap pembelajaran berbasis Neurosains.

iv
BAB II
KAJIAN TEORI TENTANG PEMBELAJARAN NEUROSAINS

A. Pengertian Neurosains, Kapasitas dan Fungsi Otak


Ilmu yang membahas tentang saraf otak disebut dengan neurosains.
Secara etimologi, neurosains didefinisikan sebagai ilmu neural yang
mempelajari sistem saraf terutama neuron (sel saraf) dengan pendekatan
multidisipliner. Sementara dalam sudut pandang terminologi, neurosains
merupakan bidang ilmu yang mengkhususkan pada studi saintifik terhadap
sistem saraf. Dengan dasar ini, neurosains juga disebut sebagai ilmu yang
mempelajari otak dan seluruh fungsi-fungsi saraf belakang. Ilmu ini
mengkaji tentang kesadaran dan kepekaan otak dari segi biologi, persepsi,
dan ingatan, serta kaitannya dengan pembelajaran. Dalam neurosains, sistem
saraf dan otak merupakan asas fisikal bagi proses pembelajaran manusia.
Dalam perkembangannya, studi terhadap neurosains ini telah
melakukan ekspansi dalam kajian anatomi tubuh manusia. Secara mendasar
neurosains memperhatikan neuroanatomi otak (struktur otak) dan
neurofisiologi otak (bagian dan fungsi otak) yang berfungsi memberikan
kontribusi penting dalam transfer pengetahuan secara moral dan rasional.
Artinya neurosains itu membutuhkan ilmu-ilmu lain untuk mengembangkan
dirinya agar menjadi disiplin ilmu yang kokoh. Perlu diketahui bahwa
neurosains dalam kinerja otak diterima melalui cognitivity interpretation
yang kemudian dikembangkan dalam sel-sel aktif mikro dan makro.
Perkembangan sel-sel aktif tersebut kemudian memunculkan makna baru
dalam ilmu pengetahuan.
Dalam perspektif yang luas, neurosains memiliki tujuan penting dalam
mempelajari otak manusia yaitu :
1. Eksplanasi, menerangkan bagaimana sistem saraf dapat bekerja
sepanjang hidup, melihat sistem indrawi, mengatur respon terhadap
stimulus, mengontrol memori kerja dan mengeksplanasi kejadian-
kejadian misterius seperti kehendak dan niat.

v
2. Kontrol, mengupayakan pengetahuan tentang otak manusia dalam
memproses pencegahan dan pengobatan penyakit yang berkaitan dengan
sistem saraf.
Wijaya menjelaskan bahwa neurosains adalah ilmu hubungan otak dan
pikiran (brain-mind-connection), atau jiwa dan badan. Para ahli dalam
kajian fisiologis hubungan jiwa-badan berusaha memahami dinamika
manusia secara utuh untuk melihat kajian objek otak pada level molekuler.
Objek kajian inilah kemudian menimbulkan tiga pilar utama dalam kajian
neurosains yaitu neurogenetika (neuromolekuler), neuroteknologi
(instrumentasi), dan neuroengineering (rekayasa neural).
Berdasarkan hasil penelitian di bidang neurologi, disebutkan bahwa
pertumbuhan sel jaringan otak pada anak usia 0-4 tahun mencapai 50 %,
hingga usia 8 tahun mencapai 80 % dan kematangan pada 10 – 25 tahun,
Artinya apabila pada urutan usia tersebut otak tidak mendapatkan
rangsangan yang optimal maka perkembangannya tidak akan maksimal.
Semakin dini penanganan dan bentuk rangsangan yang diberikan terhadap
anak maka hasilnya akan semakin baik. Sebaliknya, semakin lama (lambat),
maka semakin buruk hasilnya. Otak manusia terdiri dari sekitar 72-78% air,
10-12 % protein dan 8- 10% lemak. Otak bekerja secara non stop bahkan
saat tertidur, walaupun beratnya hanya sekitar 2% dari berat tubuh, otak
ternyata mengonsumsi sekitar 20% dari kalori yang dibutuhkan. Sebagai
pusat berpikir, struktur cerebral cortexnya terbagi menjadi dua belahan,
yaitu belahan kanan dan kiri yang diantara keduanya disambung oleh corpus
callosum.
Belahan otak kanan menguasai belahan kiri anggota tubuh manusia
dan sebaliknya belahan otak kiri menguasai belahan kanan anggota tubuh
manusia. Belahan otak kiri terutama berfungsi untuk berpikir rasional,
analitis, sekuensial, liniar dan saintifik seperti belajar untuk membaca,
berbahasa, berhitung, spasial, motorik dengan lebih menyerap konsep
matematika sintesis, mengetahui secara intuitif, elaboratif, humanistik
mistis. Belahan otak kanan lebih bersifat lateral (menyamping) dan
berfungsi divergen dengan memberikan banyak (lebih dari satu)

vi
kemungkinan jawaban, sedangkan belahan otak kiri lebih bersifat analitis
logis, konvergen dan algoritmik.
Secara neurofisiologis perbedaan fungsi antara otak kanan dan otak
kiri ada 8 yaitu:
1. Otak kanan lebih besar dan lebih berat dari otak kiri. Badan sel yang
membentuk warna kelabu pada otak lebih banyak pada otak kanan.
2. Daerah pengaturan pendengaran (cortex auditory primer) pada Gyrus
Heshl lebih besar pada otak kanan. Hal ini berhubungan dengan kegiatan
berbahasa dan musik.
3. Daerah thalamus bernama nucleus posterior lateral lebih besar otak
kanan. Thalamus kiri memegang lebih dalam pengaturan kegiatan
berbahasa dan musik.
4. Fissura sylvii lebih dalam pada otak kiri. Akibatnya daerah kulit otak
temporal parietal cortex lebih luas pada otak kanan. Hal ini berhubungan
dengan fungsi spasial.
5. Daerah broca yang mengatur berbahasa lebih tampak pada 1/3 bagian
permukaan otak kanan. Daerah ini berhubungan dengan bunyi bahasa
atau suara.
6. Neurotransmiter berbeda penyebaran dan jumlahnya pada kedua belahan
otak.
7. Otak kanan lebih meluas ke depan. Otak kiri lebih meluas ke belakang.
8. Perbedaan kedua otak lebih jelas pada kedua jenis kelamin pada pemakai
tangan yang berbeda.

B. Cara Otak Dalam Proses Belajar


Peningkatan mutu pembelajaran dapat dilakukan dengan berbagai
cara. Salah satunya dapat dilakukan adalah dengan menciptakan kondisi
belajar yang memungkinkan otak (sebagai pusat memproses informasi)
dapat berfungsi secara maksimal. Sekarang ini semakin diyakini bahwa
setiap individu yang belajar memiliki berbagai pusat kercerdasan di dalam
otaknya. Namun dalam proses pembelajarannya hanya mengembangkan
bagian yang teramat kecil dari kemampuan yang sesungguhnya sehingga

vii
kurang memaksimalkan fungsi tersebut. Dalam proses pembelajaran yang
berdasarkan pada cara kerja otak, ada usaha untuk menyajikan informasi
dengan sedemikian rupa agar materi dapat diterima dan berhasil disimpan
dalam memori jangka panjang.
Proses pembelajaran yang memaksimalkan fungsi otak harus
mengupayakan pemaksimalan fungsi kedua belahan secara seimbang.
Sehingga menghasilkan siswa yang tidak hanya mampu berpikir secara
berurutan dan terstruktur tetapi juga mampu berpikir divergen, global dan
kreatif. Salah satu upaya untuk memaksimalkan fungsi otak dalam proses
pembelajaran adalah dengan merancang metode belajar yang memadukan
ruang-ruang kelas dan alam bebas serta penggunaan musik ketika proses
belajar dan mengajar berlangsung. Untuk dapat memaksimalkan fungsi otak
dalam proses pembelajaran, seorang tidak harus menjadi ahli otak untuk
dapat mengolah otaknya. Metode yang paling sederhana adalah dengan
mencoba membawa hasil-hasil penelitian di laboratorium yang telah
dikembangkan para pakar ke lingkungan luar dimana saja, kapan saja dan
oleh siapa saja. Penelitian yang telah dilakukan bertahun-tahun, terutama di
bidang neurosains dan endokrinologi mengemukakan bahwa proses
pembelajaran yang mengembangkan rasio, rasa dan spiritual atau yang lebih
populer dengan istilah Kecerdasan rasio (IQ), Kecerdasan emosi (EQ) dan
Kecerdasan spiritual (SQ).
Penemuan mutakhir dalam neurosains semakin membuktikan bahwa
bagian-bagian tertentu otak bertanggung jawab dalam menata jenis-jenis
kecerdasan manusia. Kecerdasan matematika dan bahasa berpusat di otak
kiri, meskipun untuk matematika tidak terpusat secara tegas di otak kiri.
Kecerdasan musik dan spasial berpusat di otak kanan. Kecerdasan kinestetik
sebagaimana dimiliki oleh dahi berpusat di daerah motorik corteks cerebri.
Kecerdasan intrapersonal dan antarpersonal ditata pada sistem limbik dan
dihubungkan dengan lobus prefrontal maupun temporal.
Kurikulum pembelajaran neurosains juga merambah pada disiplin ilmu
sistem saraf yang berhubungan antara manusia dengan Tuhan yang sangat
berkaitan dengan jasmaniah. Materi spiritualitas dalam pembelajaran

viii
neurosains terdiri dari dua variabel yaitu spiritualitas dan intelektualitas.
Konsep teoritis spiritualitas terdiri dari tiga komponen yaitu Spiritual Health
Item, Brain System Assessment, dan neurofeedback. Oleh sebab itu, spiritual
dalam Islam lebih bersifat individualistik fokus pada pemikiran dan
argumentasi yang dianggap benar.

C. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Berbasis Neurosains


Neurosains adalah ilmu yang mempelajari system saraf otak dan
fungsinya. Pembelajaran berbasis neurosains bertujuan untuk
mengoptimalkan perkembangan otak anak dalam proses pembelajaran.
Dengan neurosains kita memperhatikan kenyamanan anak saat mengikuti
pembelajaran. Kita buat suasana hati anak agar senang dalam mengikuti
pembelajaran. 
Dengan begitu limbik akan berpihak pada kita. Bila limbik
mendapatkan perlakuan yang menyenangkan maka anak akan mampu
berpikir logis, rasional,analisis, kreatif dan kritis. Biarkan anak merasa
nyaman dan rileks saat mengikuti pembelajaran. Dengan begitu pengalaman
belajar anak akan lebih berkesan dan bisa mengendap lama di otak anak. 
Pembelajaran neorosains sangat memanjakan kenyaman anak dalam
mengikuti pembelajaran. Neurosains tidak mengenal paksaan dan kekerasan
pada anak saat mengikuti pembelajaran.
Pembelajaran neurosains mempunyai beberapa prinsip penting.
Pembelajaran terkait penyerapan informasi paling baik dilakukan pagi hari.
Dan waktu pengulangan, pengolahan dan refleksi paling baik dilakukan sore
hari. Hal ini dilakukan karena pada pagi hari memori otak kita jangka
pendek. Sehingga hanya bisa mengingat informasi sebentar saja. 
Dan sore hari memori otak kita jangka panjang. Sehingga bisa
mengingat informasi dalam waktu yang lama. Jadi pemberian materi yang
baru sebaiknya di lakukan di pagi hari dan pengulangan materi dilakukan di
sore hari agar mudah diserap oleh otak sehingga otak bisa menyerap materi
dengan lebih banyak  dan bermakna.

ix
Otak memiliki siklus bio-kognitif terkait perhatian yang naik turun
setiap 90 menit. Maka tiap 90 menit dilakukan peregangan relaksasi tubuh
dengan tenang sekitar 10 menit. Hal ini akan memberi waktu bagi otak
untuk beristirahat sejenak. 
Dengan begitu otak anak tidak terforsir secara terus menerus. Dengan
istirahat sejenak anak akan lebih mudah dalam memusatkan perhatian dalam
pembelajaran. Karena otak selalu dalam keadaan fres.
Belahan otak kiri dan kanan mengalami siklus efisiensi secara
bergantian setiap 90 -- 100 menit dari spasial tinggi -- verbal rendah -verbal
tinggi -- spasial rendah. Jadi dominasi otak kita berpindah secara bergantian
dari kanan ke kiri dan kiri ke kanan 16 kali sehari. Periode pergantian otak
kanan dan kiri tiap anak berbeda -- beda. 
Maka guru harus memberi kesempatan anak untuk melakukan gerakan
pelenturan sepanjang pusat lateral tubuh dan berjemur dibawah sinar
matahari pagi, sehingga kedua belahan otak dapat terstimulasi dengan baik.

D. Tahap-Tahap Pembelajaran Berbasis Neurosains


Pembelajaran berbasis neurosains pada dasarnya adalah pengembangan
jaring-jaring neuron yang berorientasi pada tujuan. Mengapa kita perlu
mengembangkan jaring-jaring neuron? Hal ini karena neuron tunggal itu tidak
pintar, tetapi kelompok-kelompok neuron yang secara bersama-sama
dinyalakan itulah yang pintar. Dalam kontek neurosains, pembelajaran akan
semakin berhasil jika mampu lebih banyak menyalakan kelompok-kelompok
neuron secara bersama-sama. Semakin lebat jaringan neuron yang terbentuk
dan dinyalakan, semakin berhasil anak mempelajari materi pelajaran.
Menurut Jensen (2008) pembelajaran berbasis neurosains dapat
dilaksanakan menggunakan lima tahap pembelajaran yaitu: (1) persiapan, (2)
akuisisi, (3) elaborasi (koreksi kesalahan & pendalaman), (4) formasi memori
(pembelajaran menggabungkan sandi), dan (5) integrasi fungsional
(penggunaan yang diperluas). Dari kelima tahapan tersebut, terdapat tiga
tahap yang paling penting, yaitu akuisisi, elaborasi, dan formasi.

x
Sebelum melaksanakan 5 tahapan pembelajaran di atas, sebaiknya
melakukan kegiatan pra-pembelajaran terlebih dahulu, agar pembelajaran
dapat berjalan secara lebih optimal. Kegiatan pra- pembelajaran yang perlu
dilakukan antara lain, yaitu: Pajanglah ulasan tentang topik baru disertai peta
konsep pada papan kelas. Sebelum pembelajaran dimulai ajarilah
keterampilan belajar untuk belajar dan strategi memori (misalnya cara
membuat catatan menggunakan peta pikiran). Doronglah anak mendapat
asupan nutrisi yang baik, termasuk menyediakan air minum yang banyak di
kelas. Ciptakanlah setting penataan lingkungan kelas yang menarik. Buatlah
peserta didik menetapkan target sasaran pembelajaran untuk setiap topik
bahasan. Pajanglah berbagai afirmasi positif di lingkungan kelas. Rencanakan
pemanasan anggota badan seperti gerakan peregangan anggota badan setiap
jam untuk membangunkan otak. Bangunlah hubungan yang positif dengan
para peserta didik, sehingga peserta didik tidak merasa takut menyampaikan
gagasannya.
Tahap pertama yaitu tahap persiapan. Tahap ini merupakan tahap
pemberian kerangka kerja bagi pembelajaran baru dan mempersiapkan otak
peserta didik dengan koneksi-koneksi yang memungkinkan. Kegiatan belajar
dilakukan pada tahap ini diantaranya yaitu; membuat peserta didik tertarik
dan senang dengan proses kegiatan belajar yang akan dilakukan, melakukan
presentasi visual garis besar keseluruhan materi pelajaran yang akan
dipelajari, dan menjelaskan kaitan topik materi yang akan dipelajari dengan
kehidupan sehari-hari. Menjelaskan manfaat dan pentingnya topik yang
dipelajari. Tujuannya adalah untuk memperkaya latar belakang pengalaman
peserta didik terkait materi pelajaran yang akan dipelajari. Semakin kaya latar
belakang pengalaman peserta didik terkait informasi pengetahuan yang akan
dipelajari, semakin cepat mereka menyerap informasi baru yang dipelajari.
Untuk memperkaya latar belakang pengalamannya, para peserta didik dapat
diberikan tugas membaca di rumah terlebih dahulu terkait materi yang akan
dipelajari. Dalam proses pembelajaran di kelas, kegiatan persiapan bisa
dimulai dengan kegiatan eksplorasi oleh peserta didik, diantaranya melalui
tanyangan video, kunjungan ke museum, membaca buku di perpustakaan,

xi
atau menonton tanyangan TV edukasi yang relevan dengan materi yang akan
dipelajari. Kegiatan ini bisa dilakukan setelah peserta didik menyimak
penjelasan guru terkait garis besar keseluruhan materi yang akan dipelajari.
Tahap kedua adalah akuisisi. Akuisisi dapat dilakukan melalui
pembelajaran langsung & tidak langsung. Secara neurologis, akuisisi adalah
proses memformulasikan koneksi sinaptik baru antar neuron melalui axon dan
dendrit yang terdapat pada setiap neuron. Dengan kata lain, tahap akuisisi
adalah tahap penciptaan koneksi dimana neuron-neuron dapat saling
berkomunikasi satu sama lain. Koneksi antar neuron akan terbentuk ketika
pengalaman belajar yang dialami peserta didik bersifat baru dan koheren
(berhubungan) dengan materi yang pernah dipelajari. Koneksi yang terjadi
dari pengalaman baru dan koheren merupakan koneksi yang lemah. Koneksi
yang kuat (koneksi yang menghasilkan hasil belajar) akan terjadi jika input
pengalaman belajar peserta didik merupakan input yang sudah dikenali (input
pengetahuan yang diterima pernah dipelajari peserta didik sebelumnya).
Proses belajar dalam otak dimulai dari penerimaan input sensori
(informasi masuk melalui panca indera). Input sensori yang telah masuk dan
telah dipahami peserta didik, kadang kala setelah berlangsung beberapa saat
bisa jadi akan dilupakan oleh otak mereka dikarenakan koneksi neuron yang
terbangun cukup lemah dan cepat memburuk. Melemah dan memburuknya
koneksi neuron bisa terjadi karena ketiadaan dorongan pada input yang tidak
dikenali. Input pengetahuan baru akan dikenali jika input tersebut mengalami
pengulangan dalam proses belajar peserta didik. Oleh karena itu, belajar
bukanlah sebuah peristiwa tunggal yang hanya diperoleh oleh peserta didik
melalui penyampaian materi oleh guru; tetapi belajar adalah sebuah proses
penguatan koneksi sepanjang waktu melalui beragam aktivitas belajar.

Pada tahap akuisisi ini penguatan koneksi antar neuron pada otak
peserta didik dapat dilakukan melalui kegiatan pembelajaran yang bervariasi
diantaranya melalui kegiatan diskusi, pembelajaran dengan memanfaatkan
media visual, stimulasi lingkungan, pengalaman praktis seperti percobaan
(eksperimen), simulasi, kegiatan manipulatif, video refleksi, proyek- proyek

xii
kelompok, dan aktivitas berpasangan. Dengan kata lain, bagilah peserta didik
menjadi beberapa kelompok diskusi untuk mengerjakan suatu proyek,
melakukan eksperimen, simulasi, atau studi kasus. Namun yang perlu diingat,
keberhasilan tahap akuisisi ini dalam memperkuat koneksi antar neuron
sangat tergantung pada pengetahuan peserta didik sebelumnya terkait materi
yang dipelajari.
Hal penting yang perlu diperhatikan adalah otak tidak begitu baik dalam
menyerap potongan-potongan informasi semantik (faktual) yang tak terhitung
jumlahnya. Yang lebih dapat memberi makan otak yaitu pemaparan
bermakna terhadap model-model, pola dan pengalaman belajar yang lebih
kaya. Melalui pengalaman belajar yang lebih kaya atau bervariasi, otak para
peserta didik akan menyarikan untuk dirinya sendiri informasi yang
menurutnya penting. Memberikan waktu yang lebih banyak bagi peserta didik
untuk bekerja dan berbicara dalam proses pembelajaran akan lebih bermakna
bagi otak peserta didik ketimbang lebih banyak duduk dan mendengarkan
pemaparan guru.
Tahap ketiga adalah elaborasi. Tahap elaborasi merupakan tahap untuk
memastikan bahwa apa yang dikuasai peserta didik adalah ilmu yang benar
dan akurat. Dengan kata lain, tahap elaborasi merupakan tahap koreksi
kesalahan dan pendalaman. Tahap elaborasi dapat dilakukan melalui kegiatan
eksplorasi interkoneksi dari topik-topik yang dipelajari dan mendorong
terjadinya pemahaman lebih mendalam. Melalui elaborasi otak diberikan
kesempatan untuk menyortir, menyelidiki, menganalisis, menguji, dan
memperdalam pembelajaran. Proses elaborasi merupakan tahap yang
memastikan para peserta didik tidak hanya sekedar mengulang informasi
pengetahuan dari fakta-fakta secara mekanik, tetapi juga membangun jalur
neural yang kompleks dalam otak mereka, sehingga dapat menghubungkan
materi-materi dengan cara yang bermakna. Tahap ini juga merupakan tahap
untuk memastikan bahwa otak tetap menjaga koneksi sinaptik yang
diciptakan dari pembelajaran baru. Hal ini karena terdapat celah yang cukup
besar antara apa yang dijelaskan oleh guru dengan apa yang dipahami oleh
peserta didik. Untuk mengurangi celah ini, guru perlu melibatkan peserta

xiii
didik dalam pemahaman yang lebih mendalam dan umpan balik. Jika
kegiatan sebelumnya berupa simulasi, berikanlah sesi tanya jawab terbuka
tentang kegiatan simulasi yang telah dilakukan. Jika kegiatan sebelumnya
berupa proyek kelompok atau eksperimen, mintalah setiap kelompok untuk
mempresentasikan hasil proyek atau eksperimennya, dan mintalah kelompok
lain untuk mengomentarinya. Lakukanlah umpan balik, koreksilah hasil
diskusi mereka jika terjadi miskonsepsi (kesalahan konsep), dan tegaskanlah
pemahaman mereka melalui presentasi visual yang menarik atau pemutaran
video, dan lain sebagainya. Setelah sesi tanya jawab terbuka atau diskusi
panel kelas selesai, mintalah peserta didik untuk membuat peta konsep (peta
pikiran) atau menyusun soal pertanyaan terkait materi yang telah dipelajari.
Tahap keempat yaitu tahap formasi memori. Tahap ini dapat disebut
sebagai tahap pembelajaran yang merekatkan ikatan koneksi neuron lebih
kuat. Kegiatan pembelajaran berupaya memastikan apa yang dipelajari hari
senin masih tetap ada pada hari selasa. Untuk dapat merekatkan ikatan
koneksi yang lebih kuat, maka perlu disediakan waktu khusus untuk
perenungan peserta didik tanpa bimbingan terkait materi yang dipelajari.
Sediakan peserta didik area untuk mendengarkan musik. Ajaklah peserta
didik untuk melakukan peregangan dan latihan relaksasi. Dengan kata lain,
berikan waktu sejenak agar peserta didik dapat melakukan gerakan
peregangan otot dan relaksasi. Saudara mahasiswa, mengapa peregangan otot
dan relaksasi penting dilakukan? Hal ini karena pengolahan pesan pada otak
peserta didik akan lebih optimal jika otak siswa dalam kondisi rileks dan
tenang (nyaman). Perlu Anda ingat kembali, sebagaimana pernah dijelaskan
di awal kegiatan belajar, bahwa kondisi di saat otak tegang (tertekan) adalah
kondisi yang tidak baik bagi otak untuk menerima dan merefleksikan materi
pelajaran yang telah dipelajari. Oleh karena, peregangan otot dan relaksasi
menjadi bagian yang sangat penting dalam tahapan pembelajaran berbasis
neurosains.
Istirahat (waktu tidur) adalah sangat penting (diperlukan) bagi
perolehan belajar peserta didik, karena istirahat merupakan waktu untuk
konsolidasi banyak informasi yang diperoleh peserta didik. Emosi yang intens

xiv
(kuat) juga akan memperkuat perolehan belajar peserta didik, karena respon-
respon emosional memicu pelepasan neurotransmiter ke dalam celah sinapsis,
yang mempengaruhi reaksi sinapsis berkembang secara efisien, dimana secara
biologis pelepasan tersebut menunjukkan sebuah peristiwa yang urgen.
Nutrisi berperanan penting dalam pembangunan koneksi antar neuron, karena
makanan memberikan bahan baku yang dibutuhkan otak untuk menghasilkan
semua “proses kimiawi memori” yang penting bagi ingatan peserta didik.
Dan tahap kelima yaitu tahap integrasi fungsional. Integrasi fungsional
adalah upaya untuk memperkuat dan memperluas materi pembelajaran.
Upaya dapat dilakukan dengan menerapkan metode pembelajaran secara
bervariasi. Kondisikan para peserta didik untuk bisa menyampaikan apa yang
telah dipelajari kepada temannya. Misalnya mempresentasikan peta konsep
yang telah mereka buat pada tahap sebelumnya. Kondisikan agar para peserta
didik saling bertanya dan mengevaluasi satu sama lain. Setelah itu, mintalah
para peserta didik menulis sebuah essay atau artikel terkait apa yang telah
mereka pelajari. Variasi metode pembelajaran lainnya dapat dilakukan
dengan cara memberikan kuis kepada peserta didik secara verbal atau secara
tertulis.
Perlu diingat kembali bahwa otak akan mampu bekerja secara lebih
optimal dalam kondisi pembelajaran yang menyenangkan dan penuh
penghargaan. Untuk itu, tutuplah semua tahapan pembelajaran di atas dengan
sebuah perayaan kelas (perayaan keberhasilan belajar peserta didik). Adanya
perayaan kelas merupakan bentuk penghargaan atas usaha keras yang telah
para peserta didik lakukan dalam proses pembelajaran. Perayaan yang paling
sederhana dapat dilakukan dengan tos lima jari kepada peserta didik, atau
mengucapkan yel- yel keberhasilan belajar peserta didik secara bersama-
sama.

xv
BAB III
PEMBAHASAN

Pembelajaran neurosains membuat kita memperhatikan kenyamanan anak


saat mengikuti pembelajaran. Kita membuat suasana hati anak agar senang
dalam mengikuti pembelajaran. 
Menghadapi tantangan jaman yang semakin maju sekarang ini para
pendidik dituntut untuk menyiapkan peserta didiknya agar menjadi anak yang
sehat, cerdas, ceria dan berakhlak mulia. Pembelajaran neorosains sangat
memanjakan kenyamanan anak dalam mengikuti pembelajaran. Neorosains tidak
mengenal paksaan dan kekerasan pada anak saat mengikuti pembelajaran.
Pembelajaran terkait penyerapan informasi paling baik dilakukan pagi hari. Dan
waktu pengulangan, pengolahan dan refleksi paling baik dilakukan sore hari. Hal
ini dilakukan karena pada pagi hari memori otak kita jangka pendek, sehingga
hanya bisa mengingat informasi sebentar saja. Dan sore hari memori otak kita
jangka panjang, sehingga bisa mengingat informasi dalam waktu yang lama. Jadi
pemberian materi yang baru sebaiknya dilakukan dipagi hari dan pengulangan
materi dilakukan disore hari agar mudah diserap oleh otak sehingga otak bisa
menyerap materi dengan lebih baik.
Otak memiliki siklus Bio-kognitif terkait perhatian yang naik turun setiap
90 menit. Maka tiap 90 menit dilakukan peregangan relaksasi tubuh dengan
tenang sekitar 10 menit. Hal ini akan memberi waktu bagi otak untuk beristirahat
sejenak. Dengan begitu otak anak tidak terforsir secara terus-menerus. Dengan
istirahat sejenak, anak akan lebih mudah dalam memusatkan perhatian dalam
pembelajaran, karena otak selalu dalam keadaan fress.
Belahan otak kiri dan kanan mengalami siklus efisiensi secara bergantian
setiap 90—100 menit dari spasial tinggi -- verbal rendah-- verbal tinggi—spasial
rendah. Jadi dominasi otak kita berpindah secara bergantian dari kanan ke kiri
dan kiri ke kanan 16 kali sehari. Periode pergantian otak kanan dan kiri tiap anak
berbeda-beda.
Maka guru harus memberi kesempatan anak untuk melakukan gerakan
pelenturan sepanjang pusat lateral tubuh dan berjemur dibawah sinar matahari

xvi
pagi, sehingga kedua belahan otak dapat terstimulasi dengan baik.
Abad 21 dan era industri 4.0 menuntut anak untuk mempunyai
keterampilan berpikir kritis, kreatif, berkolaborasi, berkomunikasi dan literasi
teknologi. Untuk memenuhi tantangan itu maka pendidik harus bisa memilih dan
menentukan strategi pembelajaran yang tepat dan mampu mengintegrasikan
teknologi ke dalam proses pembelajaran.
Tumpuan utama neurosains adalah neuroatiatonzi dan fletiologi yakni ilmu
yang membahas arsitektur dan fungsi khusus persarafan dengan pendekatan yang
lebih makro. Dalam hal ini, termasuk struktur sel saraf secara mikroskopis dan
bagaimana sel saraf tersebut berhubungan satu dengan yang lain untuk
membentuk sebuah sirkuit (writing diagram) dan masih banyak cakupan dalam
kajian neorosains.
Pembelajaran berbasis neorosains bertujuan agar dapat mengoptimalkan
opotensi perkembangan otak peserta didik dalam proses pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan pedagogi dan teknologi yang tepat. Dengan
menguasai pembelajaran inovatif berbasis neorosains, diharapkan guru mampu
mengantarkan peserta didik untuk memiliki kemampuan memecahkan masalah-
masalah yang mereka hadapi secara kritis, kreatif, komunikatuf dan kolaboratif
sesuai prinsip-prinsip kerja otak.
Pembelajaran berbasis neorosains mensyaratkan aktivitas dalam
pembelajaran baik itu guru maupun peserta didik, tidak akan ada lagi
pembelajaran pasif dan menegangkan seperti peserta didik hanya terdiam sambil
mendengarkan ceramah guru. Jika pembelajaran pasif, maka tidak banyak
mengaktivasi otak peserta didik sehingga hasil belajarnya tidak akan optimal.
Sebaliknya, apabila pembelajaran aktif dan menyenangkan, peserta didik dapat
diajak bergerak, tertawa, bertanya dan menjawab pertanyaan serta merespon
dalam proses pembelajaran. Hal ini akan mengaktifkan area-area otak sehingga
pembelajaran jauh lebih berhasil dan bermakna.

BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN

xvii
A. Simpulan
Neurosains adalah ilmu yang mengkaji tentang kesadaran dan
kepekaan otak dari segi biologi, persepsi, dan ingatan, serta kaitannya
dengan pembelajaran. Pertumbuhan sel jaringan otak pada anak usia 0-4
tahun mencapai 50 %, hingga usia 8 tahun mencapai 80 % dan kematangan
pada 10 – 25 tahun. Belahan otak kiri memiliki fungsi untuk berpikir
rasional, analitis, sekuensial, liniar dan saintifik seperti belajar untuk
membaca, berbahasa, berhitung, spasial, motorik dengan lebih menyerap
konsep matematika sintesis, mengetahui secara intuitif, elaboratif,
humanistik mistis sedangkan belahan otak kanan lebih bersifat lateral dan
berfungsi divergen dengan memberikan banyak kemungkinan jawaban.
Pembelajaran neurosains mempunyai beberapa prinsip penting yaitu
pembelajaran terkait penyerapan informasi paling baik dilakukan pagi hari,
waktu pengulangan, pengolahan dan refleksi paling baik dilakukan sore hari,
otak memiliki siklus bio-kognitif terkait perhatian yang naik turun setiap 90
menit, belahan otak kiri dan kanan mengalami siklus efisiensi secara
bergantian setiap 90 - 100 menit dari spasial tinggi - verbal rendah - verbal
tinggi - spasial rendah.
Pembelajaran berbasis neurosains memiliki lima tahap pembelajaran
yaitu persiapan, akuisisi, elaborasi, formasi memori dan integrasi fungsional.

B. Saran
Pembelajaran neurosains hendaknya bisa diterapkan dalam
pembelajaran di sekolah karena pembelajaran neurosains dapat
memaksimalkan perkembangan otak dan potensi yang dimiliki anak.
Pembelajaran neurosains dapat membuat peserta didik lebih aktif di kelas
dan proses belajar menyenangkan sehingga pembelajaran jauh lebih berhasil
dan bermakna.

xviii
DAFTAR PUSTAKA

A.Sousa, David. 2012. Bagaimana Otak Belajar Edisi Keempat. Jakarta :Index

Blackweel, L., Trzesniewski, K., & Dweck, C. 2008. Implikasi Theories of


Intelegence Predict Achievement Across an Adolescent Transition: A
Longitudinal Study and an Intervention. (Online).

Hergenhahn, B. R. & Olson, M.H. 2009. Theories of Learning (Teori Belajar).


Terjemahan oleh Tri Wibowo B.S. Cetakan ke II. Jakarta: Kencana.

Liatiana, Heni. 2020. Analisis konsep neurosain spiritual dalam


pembelajaran Pendidikan Agama Islam untuk siswa Sekolah Dasar. PhD
Thesis. UIN Sunan Ampel Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai