Disusun Oleh :
Sri Margiani (21112251045)
Marlita Diah Milaningsih (21112251057)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Teori Belajar Neurosains
Terhadap Pembelajaran Pada Siswa SD”. Makalah ini dibuat untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah Teori dan Psikologi Belajar Anak pada semester
ganjil tahun akademik 2021/2022. Makalah ini memaparkan mengenai konsep
dasar teori belajar neurosains, analisis kritis teori belajar neurosains dan teori
belajar neurosains terhadap pembelajaran pada siswa SD. Kami mengucapkan
terima kasih kepada Ibu Dr. Rita Eka Izzaty, M.Si karena telah membantu dan
memberikan saran kepada kami dalam menulis makalah ini.
Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai apa saja konsep dasar teori belajar neurosains,
analisis kritis teori belajar neurosains dan teori belajar neurosains terhadap
pembelajaran pada siswa SD. Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi penyusunan
maupun materinya. Oleh karena itu, kami berharap adanya kritik dan saran yang
membangun untuk penyempurnaan pembuatan makalah ini
Tim Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan …………………………………………………………… 12
B. Saran ………………………………………………………………...… 12
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………. 13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang mampu mengakomodasi
kebutuhan siswa dan mengoptimalkan kemampuan siswa. untuk menuju tujuan
tersebut perlu diketahui bahwa yang mendukung keberhasilan belajar siswa ada
pada faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. faktor internal tersebut
meliputi kesehatan siswa, intelegensi dan bakat, motivasi dan cara belajar.
sedangkan faktor eksternal meliputi kondisi lingkungan baik keluarga, sekolah
maupun masyarakat. Faktor-faktor internal tersebut sangat bergantung pada
kondisi fisik dan psikis tubuh siswa terutamanya kondisi otak siswa sebagai
sistem syaraf pusat. Sistem syaraf pusat terdiri dari otak dan sumsum tulang
belakang yang bertugas untu mengendalikan perilaku-perilaku sadar manusia.
1
otak kiri, seharusnya juga perlu dikembangkan dengan otak kanan melalui gambar
visual. Stimulus yang disajikan dalam panduan kata dan gambar akan lebih cepat
terserap dan tersimpan. Inilah yang sangat jarang diketahui oleh guru-guru ketika
mengajar anak didik, guru yang bertahun-tahun mengembangkan pembelajaran
yang terjadi di otak siswa tanpa mengetahui sedikitpun mengenai ilmu otak. Guru
dan orang tua yang seharusnya memiliki pengetahuan dalam dasar biologis anak
agar dapat mendidik dan mengembangkan potensi yang sebenarnya dimiliki anak
serta tidak mendorong anak belajar hanya untuk menyenangkan kehendak
orangtua atau guru. Maka, dalam makalah ini akan dibahas mengenai teori belajar
neurosains secara mendasar dan pengaplikasiannya dalam pembelajaran
khususnya di Sekolah Dasar (SD).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
B. Analisis Kritis Teori Belajar Neurosains
b. Perkembangan auditori
c. Perkembangan Penglihatan
d. Emosi
4
stimulus, memadukan makna ini dengan sebuah komponen afektif,
mengidentifikasi Tindakan-tindakan yang memungkinkan dan memilih salah
satunya. Terakhir, tahapan konteks emosional yang berkelanjutan, suasana hati
individu terkait dengan output dati tahapan sebelumnya. Emosi dapat membantu
mengarahkan perhatian yang dibutuhkan dalam pembelajaran.
Teori Emosi
5
Penelitian berikutnya memperjelas kenyataan bahwa hipotalamus dan
sebagian tertentu dari sistem limbik, bukan talamus, merupakan pusat otak yang
paling banyak terlibat langsung dalam integrasi respons emosional. Impuls dari
kawasan ini dipancarkan ke inti sel dalam batang otak yang mengendalikan
fungsi sistem saraf otonom. Sistem saraf otonom bekerja secara langsung pada
otot dan organ internal untuk menginisiasi beberapa perubahan badani yang
mencirikan emosi dan bekerja secara tidak langsung dengan merangsang hormon
adrenal untuk menimbulkan perubahan badani lainnya.
6
melarikan diri” yang penuh semangat. Sistem saraf parasimpatetik
meningkatkan pencernaan dan proses lain yang bertujuan mengonservasi energi
serta menyiapkan diri untuk persiapan selanjutnya. Akan tetapi tiap situasi
memerlukan pembangkitan sistem saraf simpatetik dan parasimpatetik dengan
campuran yang unik.
Amygdala
Joseph Le Doux (1996) dalam buku The Emosional Brain menulis bahwa sistem
7
emosional utama yaitu rasa takut mencakup amygdala dan bagian frontal dari
korteks singulat (cingulater cortex, yaitu struktur setengah lengkung yang
melingkupi bagian tengah otak atau daerah limbik melalui jalur neuron,
visual dan auditif yang mengait langsung ke struktur yang berbentuk almond
tersebut). Struktur ini ditemukan di setiap belahan bagian tengah
otak. Amygdala mengirimkan serabut ke hipotalamus dan batang otak,
tempat pernafasan, keringat, denyut jantung, pembuluh darah dan tonus otak
dikendalikan.
8
Teori dari Paul D. Maclean berawal dari hipotesisnya di tahun 1960-an,
seorang Neuroscientist Amerika yang menjelaskan tentang evolusi otak
vertebrata di dalam bukunya The Triune Brain in Evolution (1990). Kajian
Teori Triune ini terus dikembangkan oleh para ahli sampai saat ini.
Berdasarkan teori Triune Brain ini, otak manusia terbagi menjadi tiga
bagian, yaitu Reptilian Complex (Otak Reptil), Limbic System (sistem
Limbic), dan NeoCortex (Neokorteks). Ketiga lapisan otak tersebut saling
terkait dalam satu organisme menyeluruh dan saling terlibat dalam tugasnya
dengan cara yang rumit, tapi menentukan. Menurut teori ini, lapisan otak
manusia terdiri dari tiga bagian dasar yang berbeda, yaitu otak reptil, sistem
limbik, dan otak neokorteks yang disebut juga dengan otak belajar.
2. Keseimbangan fungsi otak kanan dan kiri, Otak kanan dan otak kiri memiliki
fungsi yang berbeda. Otak kanan lebih bersifat intuitif, acak, tak teratur,
divergen. Otak kiri bersifat linier, teratur, dan konvergen. Pendidikan
hendaknya mengembangkan kedua belahan otak itu secara seimbang.
Pembelajaran yang bersifat eksploratori dan divergen, lebih dari satu
9
kemungkinan jawaban benar akan mengembangkan kedua belahan otak
tersebut.
10
3. Diskusi aktif
Dengan partisipasi dalam diskusi , siswa dihadapkan pada ide-ide baru dan
didorong untuk menggabungkan ide-ide tersebut dengan konsepsi-konsepsi yang
telah mereka miliki. Aktivitas kognitif ini membantu siswa membangun koneksi-
koneksi synaptic dan dan cara-cara baru dalam menggunakan informasi.
4. Tampilan visual
Tampilan-tampilan visual membantu meningkatkan perhatian dalam
pembelajaran. guru yang yang menggunakan tampilan visual dalam aktivitas
mengajar mereka dan dan mengajak para siswanya untuk menggunakan tampilan
visual presentasi PowerPoint demonstrasi gambar peta konsep akan menonjolkan
pengolahan informasi visual dan dan cenderung meningkatkan pembelajaran.
5. Iklim yang positif
Pembelajaran dapat berjalan lebih baik ketika siswa memiliki sikap positif
dan merasa aman secara emosional. Penelitian terhadap otak membuktikan efek-
efek positif yang dinerikan oleh keterlibatan emosional terhadap pembelajaran dan
pembentukan koneksi-koneksi simpatik. Guru yang menciptakan iklim kelas yang
positif akan menemukan bahwa persoalan-persoalan perilaku dapat diminimalkan
dan bahwa siswa menjadi makin terlibat dalam pembelajaran. (Schunk, 2012: 92-
93)
11
menginspirasi praktisi pada sekolah dasar untuk mengembangkan pendekatan
yang memfasilitasi belajar optimal dinamai pembelajaran berbasis otak.
Hal serupa juga disampaikan dari hasil penelitian Alghafri dan Ismail yang
berjudul The effects of neuroscience- and non-neuroscience-based thinking
strategies on primary school students’ thinking mendukung kemampuan berpikir
dan pembelajaran di sekolah dasar dengan menarik prinsip neurosains dalam
strategi yang berfokus dalam kemampuan berpikir. Strategi ini sesuai dengan
semua siswa. Hasil penelitian tersebut dapat digunakan untuk mengidentifikasi
secara akurat tingkat kemampuan berpikir siswa, memberi saran desain silabus
yang efektif untuk pembelajaran di sekolah dasar dan menyediakan informasi
dalam meningkatkan belajar dan kemampuan berpikir siswa.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan diatas, penulis menarik kesimpulan bahwa
Konsep pembelajaran dalam perpektif neuroscience adalah pembelajaran yang
memberdayakan kemampuan otak sesuai tahap perkembangannya dan
mengoptimalkan kinerja otak melalui penciptaan lingkungan belajar yang
menantang, menyenangkan, bermakna, dan mendorong siswa menjadi aktif.
Penerapan pandangan teori belajar neurosains berpengaruh terhadap paradigma
pendidikan diantaranya: Optimalisasi Kecerdasan dari berbagai sisi, pembelajarn
diarahkan untuk keseimbangan fungsi otak kanan dan kiri, Keseimbangan Otak
Triune, dan perlu mengoptimalkan pengembangan motorik tangan. Beberapa
metode yang dapat dilakukan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajarn
berdasarkan penerapan teori belajar neurosains adalah pembelajaran berbasis
masalah, simulasi dan permainan peran, diskusi aktif, tampilan visual dan
menciptakan iklim positif. Implementasi dari terori belajar neurosains dalam
pendidikan dasar telah mendorong guru dan orang tua untuk menyediakan
lingkungan belajar yang sesuai tahap perkembangan siswa dan dapat mendorong
siswa untuk aktif membangun kemampuannya dengan melakukan berbagai
kegiatan yang dapat menstimulasi otaknya.
B. Saran
13
Daftar Pustaka
14