Dosen Pengampu :
4. Muhammad Z (5201419051)
ROMBEL I
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan makalah yang berisikan tentang “Teori Belajar dan Pembelajaran
Kognitif” tepat waktu..
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan bagi para pembaca
dan dapat digunakan sebagai salah satu pedoman dalam proses pembelajaran.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya karena pengetahuan yang
kami miliki cukup terbatas.Oleh karena itu, kami berharap kritik dan saran dari pembaca
yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Tim penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara bahasa kognitif berasal dari bahasa latin ”Cogitare” artinya berfikir Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, kognitif berarti segala sesuatu yang berhubungan atau
melibatkan kognisi, atau berdasarkan pengetahuan faktual yang empiris .Dalam
pekembangan selanjutnya, istilah kognitif ini menjadi populer sebagai salah satu wilayah
psikologi, baik psikologi perkembangan maupun psikologi pendidikan. Dalam psikologi,
kognitif mencakup semua bentuk pengenalan yang meliputi setiap perilaku mental
manusia yang berhubungan dengan masalah pengertian, pemahaman, perhatian,
menyangka, mempertimbangkan, pengolahan informasi.
Dalam istilah pendidikan, kognitif disefinisikan sebagai satu teori di antara teori-teori
belajar yang memahami bahwa belajar merupakan pengorganisasian aspek-aspek kognitif
dan persepsi untuk memperoleh pemahaman. Dalam teori kognitif, tingkah laku
seseorang ditentukan oleh persepsi dan pemahamannya tentang situasi yang berhubungan
dengan tujuan. Perubahan tingkah laku seseorang sangat dipengaruhi oleh proses belajar
dan berfikir internal yang terjadi selama proses belajar.
Kognitif muncul dilatarbelakangi oleh ada beberapa ahli yang belum merasa puas
terhadap penemuan-penemuan para ahli sebelumnya mengenai belajar, sebagaimana
dikemukakan oleh teori Behavior, yang menekankan pada hubungan stimulus-
responsreinforcement. Munculnya teori kognitif merupakan wujud nyata dari kritik
terhadap teori Behavior yang dianggap terlalu naïf, sederhana, tidak masuk akal dan sulit
dipertanggungjawabkan secara psikologis.
Berdasarkan uraian di atas maka penyusun mengajukan makalah yang berjudul “Teori
Belajar dan Pembelajaran Kognitif” yang nantinya dapat menjabarkan teori belajar dan
pembelajaran kognitif itu.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pandangan teori kognitif tentang belajar?
2. Apa saja teori pengolahan informasi tentang belajar?
3. Apa saja teori konstruktivisme tentang belajar?
4. Bagaimana penjelasan tentang lupa dan ingat?
C. Tujuan
1. Menjelaskan pandangan teori kognitif tentang belajar.
2. Menjelaskan teori pengolahan informasi tentang belajar.
3. Menjelaskan teori konstruktivisme tentang belajar.
4. Menjelaskan tentang lupa dan ingat.
BAB II
PEMBAHASAN
a. Memori episodik adalah memori tentang pengalaman personal, yakni semacam gambaran
mental mengenai sesuatu yang telah dilihat atau didengar. Memori episodik disimpan dalam
bentuk bayangan yang diatur berdasarkan kapan dan bagaimana peristiwa itu terjadi.
b. Memori semantik berisi tentang fakta dan informasi tergeneralisasi yang telah diketahui
sebelumnya; konsep-konsep prinsip dan cara menggunakan informasi tersebut; serta
keterampilan pemecahan masalah dan strategi belajar.
c. Memori prosedural menunjuk pada pengetahuan tentang cara mengerjakan sesuatu,
terutama tugas-tugas fisik.
C. Teori konstruktivisme tentang belajar
a. Teori Konstruktivisme
Teori konstruktivisme merupakan teori yang sudah tidak asing lagi bagi dunia
pendidikan, sebelum mengetahui lebih jauh tentang teori konstruktivisme alangkah
lebih baiknya di ketahui dulu konetruktivisme itu sendiri. Konstruktivisme berarti
bersifat membangun. Dalam konteks filsafat pendidikan, konstruktivisme adalah suatu
upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern.7 Berdasarkan
penjelasan tersebut di atas, bahwa konstruktivisme merupakan sebuah teori yang
sifatnya membangun, membangun dari segi kemampuan, pemahaman, dalam proses
pembelajaran. Sebab dengan memiliki sifat membangun maka dapat diharapkan
keaktifan dari pada siswa akan meningkat kecerdasannya.
Merasa kurang lengkap untuk mengetahui dari pada teori konstruktivisme sebelum
mengetahui pendapat-pendapat dari pada pakar ahli, diantaranya yaitu : Hill, mengatakan,
sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna
dari apa yang di pelajari. Menurut hill konstruktivisme merupakan bagaimana
menghasilkan sesuatu dari apa yang dipelajarinya, dengan kata lain bahwa bagaimana
memadukan sebuah pembelajaran dengan melakukan atau mempraktikkan dalam
kehidupannya supaya berguna untuk kemaslahatan.
Shymansky mengatakan konstuktivisme adalah aktivitas yang aktif, di mana
peserta didik membina sendiri pengetahuannya, mencari arti dari apa yang mereka
pelajari, dan merupakan proses menyelesaikan konsep dan ide-ide baru dengan
kerangka berfikir yang telah ada dimilikinya. 9 Berdasarkan pendapatnya di atas, maka
dapat di pahami bahwa konsturktivisme merupakan bagaimana mengaktifkan siswa
dengan cara memberikan ruang yang seluas-luasnya untuk memahami apa yang
mereka telah pelajari dengan cara menerpakan konsep-konsep yang di ketahuinya
kemudian mempaktikkannya ke dalam kehidupan sehari-harinya. Berdasarkan
pendapat para ahli di atas, maka dapat dibuat sebuah kesimpulan yaitu konstruktivisme
merupakan sebuah teori yang memberikan keluasan berfikir kepada siswa dan
memberikan siswa di tuntut untuk bagaimana mempraktikkan teori yang sudah di
ketahuinya dalam kehidupannya.
b. Kelebihan Konstruktivisme
Hidup ini, tidak ada yang sempurna ada kebaikan ada juga keburukan, begitu juga
dengan sebuah teori. Tidak ada teori yang sempurna akan tetapi saling melengkapi
antara yang satu dengan yang lainya begitu juga konstruktivisme. Adapun kelebihan dari
teori konstruktivisme diantaranya :
Pertama, guru bukan satu-satunya sumber belajar. 14 Maksudnya yaitu dalam proses
pembelajaran guru hanya sebagai pemberi ilmu dalam pembelajaran, siswa tuntut
untuk lebih aktif dalam proses pembelajarannya, baik dari segi latihan, bertanya,
praktik dan lain sebagainya, jadi guru hanya sebagi pemberi arah dalam pembelajaran
dan menyediakan apa-apa saja yang dibutuhkan oleh siswanya. Sebab dalam
kosntruktivisme pengetahuan itu tidak hanya di dapatkan dalam proses.
pembelajaran akan tetapi bisa juga di dapatkan melalui diskusi, pengalaman dan juga bisa
di dapatkan di lingkungan sekitarnya.
Kedua, siswa (pembelajaran) lebih aktif dan kreatif. 15 Maksudnya di mana siswa
dituntut untuk bisa memahami pembelajarannya baik di dapatkan di sekolah dan yang
dia dapatkan di luar sekolah, sehingga pengetahuan-pengetahuannya yang dia dapatkan
tersebut bisa dia kaitkan dengan baik dan seksama, selain itu juga siswa di tuntut untuk
bisa memahami ilmu-ilmu yang baru dan dapat di koneksikan dengan ilmu-ilmu yang
sudah lama.
Ketiga, pembelajaran menjadi lebih bermakna. Belajar bermakna berarti
menginstrksi informasi dalam struktur penelitian lainnya.16 Artinya pembelajaran tidak
hanya mendengarkan dari guru saja akan tetapi siswa harus bisa mengaitkan dengan
pengalaman-pengalaman pribadinya dengan informasi-informasi yang dia dapatkan baik
dari temanya, tetangganya , keluarga, surat kabar, televisi, dan lain sebagainya.
Keempat, pembelajaran memiliki kebebasan dalam belajar. Maksudnya siswa
bebas mengaitkan ilmu-ilmu yang dia dapatkan baik di lingkungannya dengan yang di
sekolah sehingga tercipta konsep yang diharapkannya. Kelima, perbedaan individual
terukur dan di hargai. Keenam, guru berfikir proses membina pengetahuan baru, siswa
berfikir untuk menyelesaikan masalah, dan membuat keputusan. 17
c. Kekurangan Konstruktivisme
Pertama, proses belajar konstruktivisme secara konseptual adalah proses belajar
yang bukan merupakan perolehan informasi yang berlangsung satu arah dari luar ke
dalam diri siswa kepada pengalamannya melalui proses asimilasi dan akomodasi yang
bermuara pada pemutakhiran sruktur kognitif.
Kedua, peran siswa. Menurut pandangan ini, belajar merupakan suatu proses
pembentukan pengetahuan. Ketiga, peran guru. Dalam pendekatan ini guru atau
pendidik berperan membantu agar proses pengonstruksian pengetahuan oleh siswa
berjalan lancar. Guru tidak menerapkan pengetahuan yang telah dimilikinya, melainkan
membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri.
Keempat, sarana belajar. Pendekatan ini menekankan bahwa peran utama
dalam kegiatan belajar adalah aktifitas siswa dalam mengonstruksi pengetahuannya
sendiri.
Kelima, evaluasi, pandangan ini mengemukakan bahwa lingkungan belajar sangat
mendukung munculnya berbagai pandangan dan interpretasi terhadap realitas, konstruksi
pengetahuan, serta aktivitas-aktivitas lain yang didasarkan pada pengalaman.
D. Lupa dan Ingat
Mengapa seseorang mengingat sesuatu dan melupakan yang lain? terus kenapa seseorang
bisa mengingat hal yang sepele yang bahkan sudah bertahun-tahun, namun lupa dengan hal
penting yang padahal baru terjadi kemarin? ada 2 alasan yang membuat orang lain lupa. yang
pertama, informasi dalam stm (Memori Jangka Pendek) tidak pernah ditransfer ke ltm
(Memori Jangka Panjang). dan yang kedua adalah karena hilangnya kemampuan untuk
menemukan informasi yang telah ada di dalam memorinya.
Salah satu alasan penting mengapa orang bisa mengalami lupa adalah karena faktor
interferensi(Campur). interferensi bisa terjadi ketika pada saat kita menerima informasi,
namun informasi tersebut tercampur/bergeser dengan informasi lainnya. contohnya adlah
ketika seseorang mengalami hambatan dalam melakukan rehersal atas informasi yang
dimiliki karena adanya informasi lain. interferensi dibagi menjadi 2 bentuk :
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Setidaknya ada dua hal penting yang dapat diambil dari teori belajar Ausubel,
Pertama, kunci keberhasilan dalam belajar terletak pada kebermaknaan bahan ajar yang
diterima atau yang dipelajari oleh siswa. Dalam proses pembelajaran guru harus mampun
memberikan sesuatu yang bermakna bagi siswa. Belajar dengan menghafal dan ceramah
dapat menemukan sesuatu yang bermakna, asal dilakukan secara sistematis, menjelaskan dan
menghubungkan antara konsep yang satu dengan konsep lainnya, menguhubungkan konsep
yang baru dengan konsep yang telah dimiliki oleh siswa. Sebaliknya, belajar penemuan akan
menjadi kurang bermakna, apa bila dilakukan dengan coba-coba dan tidak sistematis.