Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN KOGNITIF

DIBUAT UNTUK MEMENUHI PENUGASAN MATA KULIAH PSIKOLOGI


PENDIDIKAN

Dosen Pengampu :

Dra. Kurniana Bektiningsih, M. Pd.

Dibuat Oleh Kelompok 9 :

1. Annisa Wulan A (4301419086)

2. Della Andini W (1601419028)

3. Afiana Wahida (4201418060)

4. Muhammad Z (5201419051)

ROMBEL I

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan makalah yang berisikan tentang “Teori Belajar dan Pembelajaran
Kognitif” tepat waktu..

Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan bagi para pembaca
dan dapat digunakan sebagai salah satu pedoman dalam proses pembelajaran.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya karena pengetahuan yang
kami miliki cukup terbatas.Oleh karena itu, kami berharap kritik dan saran dari pembaca
yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih.

Semarang, 2 Juni 2021

Tim penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara bahasa kognitif berasal dari bahasa latin ”Cogitare” artinya berfikir Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, kognitif berarti segala sesuatu yang berhubungan atau
melibatkan kognisi, atau berdasarkan pengetahuan faktual yang empiris .Dalam
pekembangan selanjutnya, istilah kognitif ini menjadi populer sebagai salah satu wilayah
psikologi, baik psikologi perkembangan maupun psikologi pendidikan. Dalam psikologi,
kognitif mencakup semua bentuk pengenalan yang meliputi setiap perilaku mental
manusia yang berhubungan dengan masalah pengertian, pemahaman, perhatian,
menyangka, mempertimbangkan, pengolahan informasi.
Dalam istilah pendidikan, kognitif disefinisikan sebagai satu teori di antara teori-teori
belajar yang memahami bahwa belajar merupakan pengorganisasian aspek-aspek kognitif
dan persepsi untuk memperoleh pemahaman. Dalam teori kognitif, tingkah laku
seseorang ditentukan oleh persepsi dan pemahamannya tentang situasi yang berhubungan
dengan tujuan. Perubahan tingkah laku seseorang sangat dipengaruhi oleh proses belajar
dan berfikir internal yang terjadi selama proses belajar.
Kognitif muncul dilatarbelakangi oleh ada beberapa ahli yang belum merasa puas
terhadap penemuan-penemuan para ahli sebelumnya mengenai belajar, sebagaimana
dikemukakan oleh teori Behavior, yang menekankan pada hubungan stimulus-
responsreinforcement. Munculnya teori kognitif merupakan wujud nyata dari kritik
terhadap teori Behavior yang dianggap terlalu naïf, sederhana, tidak masuk akal dan sulit
dipertanggungjawabkan secara psikologis.
Berdasarkan uraian di atas maka penyusun mengajukan makalah yang berjudul “Teori
Belajar dan Pembelajaran Kognitif” yang nantinya dapat menjabarkan teori belajar dan
pembelajaran kognitif itu.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pandangan teori kognitif tentang belajar?
2. Apa saja teori pengolahan informasi tentang belajar?
3. Apa saja teori konstruktivisme tentang belajar?
4. Bagaimana penjelasan tentang lupa dan ingat?

C. Tujuan
1. Menjelaskan pandangan teori kognitif tentang belajar.
2. Menjelaskan teori pengolahan informasi tentang belajar.
3. Menjelaskan teori konstruktivisme tentang belajar.
4. Menjelaskan tentang lupa dan ingat.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pandangan Teori Kognitif tentang Belajar


Teori belajar kognitif merupakan suatu teori belajar yang lebih mementingkan proses
belajar daripada hasil belajar. Teori kognitf pada awalnya dikemukakan oleh Dewwy,
dilanjutkan oleh Jean Piaget, Kohlberg, Damon, Mosher, Perry dan lain-lain, yang
membicarakan tentang perkembangan kognitif dalam kaitannya dengan belajar.
Kemudian dilanjutkan oleh Jerome Bruner, David Asubel, Chr. Von Ehrenfels Koffka,
Kohler, Wertheimer dan sebagainya.
Belajar dalam Presfektif Teori Kognitif Terdapat banyak pandangan tentang belajar,
sehingga muncul berbagai teori belajar. Antara teori yang satu dengan teori lainnya
berbeda-beda dalam mendefinisikan belajar. Teori belajar hadir dan muncul pada
dasarnya disebabkan oleh para ahli Psikologi belum puas dengan penjelasan teori-teori
yang terdahulu tentang belajar. Di antara teori belajar yang sangat terkenal adalah teori
behavior dan teori kognitif. Menurut teori behavior, segala kejadian di lingkungan sangat
mempengaruhi prilaku seseorang dan akan memberikan pengalaman tertentu dalam
dirinya. Oleh karena itu, belajar menurut teori behavior adalah perubahan tingkahlaku
sebagai akibat dari interaksi individu dengan lingkungannya, interaksi tersebut
merupakan hasil dari conditioning melalui S-R (stimulus-respons).Seseorang dikatakan
telah belajar, apabila menunjukkan perubahan tingkah laku dari stimulus yang
diterimanya. Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono mengemukakan, perubahan tingkah
laku tersebut dapat diamati dengan indera manusia dan langsung tertuang dalam tingkah
lakuknya.
Berikut teori-teori kognitif menurut beberapa ahli :
a. Teori Kognitif Menurut Jean Piaget
Gambaran umum tentang Teori Kognitif Jean Piaget Jean Piaget (1896-1980)
lahir di Swiss. Pada awal mulanya ia ahli biologi, dan dalam usia 21 tahun sudah
meraih gelar doktor. Ia telah berhasil menulis lebih dari 30 buku bermutu, yang
bertemakan perkembangan anak dan kognitif. 16 Pengaruh pemikiran Jean Piagert
baru mempengaruhi masyarakat, seperti di Amirika Serikat, Kanada, dan Australia
baru sekitar tahun 1950-an.
b. Teori Belajar Ausubel
Belajar Bermakna Menurut Ausubel belajar haruslah bermakna. Materi yang
dipelajari diasimilasikan secara non arbitrer dan berhubungan dengan pengetahuan
yang telah dimiliki sebelumnya.Ausubel seorang psikologist kognitif, ia
mengemukakan bahwa yang perlu diperhatikan seorang guru ialah strategi
mengajarnya. Contoh pelajaran berhitung bisa menjadi tidak berhasil jika siswa hanya
disuruh menghafal formula-formula tanpa mengetahui arti formula-formula itu.
Sebaliknya bisa lebih bermakna jika murid diajari fungsi dan arti dari formula-
formula tersebut.

B. Teori Belajar Pengolahan Informasi


Informasi yang memasuki pikiran setiap orang pasti melalui alat-alat penginderaan,
misalnya melihat, mendengar atau merasakan. Pengolahan informasi bermula ketika sebuah
input stimulus (visual/auditori) mengenai satu atau lebih pada pancaindera (pendengaran,
penglihatan dan peraba). Register sensorik yang sesuai menerima input dan menyimpannya
sebentar dalam bentuk rekaman inderawi. Dalam hal ini telah terjadi persepsi (pengenalan
pola) yaitu proses pemberian makna terhadap sebuah input stimulus.

Melalui sistem penampungan pengindraan jangka pendek (STSS) informasi hanya


berdiam di register sensorik selama sepersekian detik. Dalam persepsi terjadi pencocokan
sebuah input dengan informasi yang telah diketahui. Register sensorik mentransfer informasi
ke memori jangka pendek (STM/Short Term Memory). STM adalah sebuah memori kerja
(WM/Working Memory). Ketika informasi berada dalam WM, pengetahuan yang terkait
dengannya dalam memory jangka panjang (LTM/Long Term Memory) atau yang disebut
juga dengan memori permanen, akan diaktifkan dan ditempatkan dalam WM untuk
digabungkan dengan informasi yang baru.

1. Sistem penampungan pengindraan jangka pendek (STSS)


Gege dan Berliner (1984) menyatakan bahwa stimulus yang berasal dari luar
sebagian besar mampu membangkitkan respon seseorang. Respon ini diwujudkan melalui
perubahan postur tubuh, gelombang otak ataupun respon psikofisik lainnya. Respon ini
terfokus pada stimulus, sehingga seseorang dapat memutuskan apakah ingin memperhatikan
secara lebih dekat atau menghindarinya.

Stimulus yang dapat membangkitkan perhatian terbagi menjadi 4 kategori, yaitu :


a. Stimulus psikofisik
Stimulus psikofisik merupakan variasi intensitas, ukuran, suara dan warna suatu
stimulus dapat memunculkan respon tertentu. Contohnya : pendidik yang menggunakan
metode ceramah dan suaranya berirama secara teratur, misalnya suara agak keras dengan
maksud untuk memberi tekanan pada isi materi tertentu, maka dapat membangkitkan respon
pada peserta didik.
b. Stimulus emosional
Stimulus emosional adalah stimulus yang mampu membangkitkan respon emosi
seseorang. Contohnya : buku yang berisi materi bacaan seperti peperangan, penemuan yang
unik dan menakjubkan merupakan materi belajar yang mudah dipelajari dan diingat karena
bacaan tersebut dapat membangkitkan emosi.
c. Stimulus kesenjangan
Stimulus kesenjangan adalah stimulus yang mampu membangkitkan perhatian
sebagian tergantung pada efek kebaharuan, kompleksitas dan keunikannya. Contohnya :
pendidik dalam menjelaskan materi pembelajaran dengan menggunakan gambar dan
memberikan sedikit tulisan sebagai penjelasan akan lebih menarik dibandingkan dengan
memberikan banyak tulisan.
d. Manding stimuli
Manding stimuli merupakan pernyataan verbal yang memiliki konsekuensi tinggi.
Contohnya : dalam pembelajaran pada waktu menjelaskan pendidik tiba-tiba mengatakan :
“nah! Sekarang perhatikan….” pernyataan ini memberi konsekuensi tertentu sehingga peserta
didik memperhatikan yang dimaksud pendidik.
2. Memori jangka pendek (STM) dan memori kerja (WM)
STM adalah memori kesadaran, yakni seseorang menyadari adanya informasi.
Memori kerja memiliki karakteristik seperti STM. Informasi yang diamati dan diperhatikan
oleh seseorang akan masuk ke dalam memori jangka pendek atau memori kerja melalui
sistem penyimpanan yang mampu menyimpan sejumlah informasi selama beberapa detik.
Salah satu cara untuk menyimpan informasi ke dalam STM adalah memikirkan atau
mengucapkan secara terus menerus atau disebut rehearsal. Semakin lama informasi tersebut
berada di dalam STM, semakin besar peluang untuk dialihkan ke dalam LTM.

3. Memory jangka panjang (LTM)


LTM adalah bagian dari sistem memori di mana seseorang menyimpan informasi
untuk periode waktu yang lama. LTM memiliki kapasitas tidak terbatas dalam menyimpan
informasi. Para teorisi belajar kognitif membagi memori jangka panjang ke dalam tiga
bagian, yaitu :

a. Memori episodik adalah memori tentang pengalaman personal, yakni semacam gambaran
mental mengenai sesuatu yang telah dilihat atau didengar. Memori episodik disimpan dalam
bentuk bayangan yang diatur berdasarkan kapan dan bagaimana peristiwa itu terjadi.
b. Memori semantik berisi tentang fakta dan informasi tergeneralisasi yang telah diketahui
sebelumnya; konsep-konsep prinsip dan cara menggunakan informasi tersebut; serta
keterampilan pemecahan masalah dan strategi belajar.
c. Memori prosedural menunjuk pada pengetahuan tentang cara mengerjakan sesuatu,
terutama tugas-tugas fisik.
C. Teori konstruktivisme tentang belajar

a. Teori Konstruktivisme
Teori konstruktivisme merupakan teori yang sudah tidak asing lagi bagi dunia
pendidikan, sebelum mengetahui lebih jauh tentang teori konstruktivisme alangkah
lebih baiknya di ketahui dulu konetruktivisme itu sendiri. Konstruktivisme berarti
bersifat membangun. Dalam konteks filsafat pendidikan, konstruktivisme adalah suatu
upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern.7 Berdasarkan
penjelasan tersebut di atas, bahwa konstruktivisme merupakan sebuah teori yang
sifatnya membangun, membangun dari segi kemampuan, pemahaman, dalam proses
pembelajaran. Sebab dengan memiliki sifat membangun maka dapat diharapkan
keaktifan dari pada siswa akan meningkat kecerdasannya.
Merasa kurang lengkap untuk mengetahui dari pada teori konstruktivisme sebelum
mengetahui pendapat-pendapat dari pada pakar ahli, diantaranya yaitu : Hill, mengatakan,
sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna
dari apa yang di pelajari. Menurut hill konstruktivisme merupakan bagaimana
menghasilkan sesuatu dari apa yang dipelajarinya, dengan kata lain bahwa bagaimana
memadukan sebuah pembelajaran dengan melakukan atau mempraktikkan dalam
kehidupannya supaya berguna untuk kemaslahatan.
Shymansky mengatakan konstuktivisme adalah aktivitas yang aktif, di mana
peserta didik membina sendiri pengetahuannya, mencari arti dari apa yang mereka
pelajari, dan merupakan proses menyelesaikan konsep dan ide-ide baru dengan
kerangka berfikir yang telah ada dimilikinya. 9 Berdasarkan pendapatnya di atas, maka
dapat di pahami bahwa konsturktivisme merupakan bagaimana mengaktifkan siswa
dengan cara memberikan ruang yang seluas-luasnya untuk memahami apa yang
mereka telah pelajari dengan cara menerpakan konsep-konsep yang di ketahuinya
kemudian mempaktikkannya ke dalam kehidupan sehari-harinya. Berdasarkan
pendapat para ahli di atas, maka dapat dibuat sebuah kesimpulan yaitu konstruktivisme
merupakan sebuah teori yang memberikan keluasan berfikir kepada siswa dan
memberikan siswa di tuntut untuk bagaimana mempraktikkan teori yang sudah di
ketahuinya dalam kehidupannya.

b. Kelebihan Konstruktivisme

Hidup ini, tidak ada yang sempurna ada kebaikan ada juga keburukan, begitu juga
dengan sebuah teori. Tidak ada teori yang sempurna akan tetapi saling melengkapi
antara yang satu dengan yang lainya begitu juga konstruktivisme. Adapun kelebihan dari
teori konstruktivisme diantaranya :
Pertama, guru bukan satu-satunya sumber belajar. 14 Maksudnya yaitu dalam proses
pembelajaran guru hanya sebagai pemberi ilmu dalam pembelajaran, siswa tuntut
untuk lebih aktif dalam proses pembelajarannya, baik dari segi latihan, bertanya,
praktik dan lain sebagainya, jadi guru hanya sebagi pemberi arah dalam pembelajaran
dan menyediakan apa-apa saja yang dibutuhkan oleh siswanya. Sebab dalam
kosntruktivisme pengetahuan itu tidak hanya di dapatkan dalam proses.

pembelajaran akan tetapi bisa juga di dapatkan melalui diskusi, pengalaman dan juga bisa
di dapatkan di lingkungan sekitarnya.
Kedua, siswa (pembelajaran) lebih aktif dan kreatif. 15 Maksudnya di mana siswa
dituntut untuk bisa memahami pembelajarannya baik di dapatkan di sekolah dan yang
dia dapatkan di luar sekolah, sehingga pengetahuan-pengetahuannya yang dia dapatkan
tersebut bisa dia kaitkan dengan baik dan seksama, selain itu juga siswa di tuntut untuk
bisa memahami ilmu-ilmu yang baru dan dapat di koneksikan dengan ilmu-ilmu yang
sudah lama.
Ketiga, pembelajaran menjadi lebih bermakna. Belajar bermakna berarti
menginstrksi informasi dalam struktur penelitian lainnya.16 Artinya pembelajaran tidak
hanya mendengarkan dari guru saja akan tetapi siswa harus bisa mengaitkan dengan
pengalaman-pengalaman pribadinya dengan informasi-informasi yang dia dapatkan baik
dari temanya, tetangganya , keluarga, surat kabar, televisi, dan lain sebagainya.
Keempat, pembelajaran memiliki kebebasan dalam belajar. Maksudnya siswa
bebas mengaitkan ilmu-ilmu yang dia dapatkan baik di lingkungannya dengan yang di
sekolah sehingga tercipta konsep yang diharapkannya. Kelima, perbedaan individual
terukur dan di hargai. Keenam, guru berfikir proses membina pengetahuan baru, siswa
berfikir untuk menyelesaikan masalah, dan membuat keputusan. 17

c. Kekurangan Konstruktivisme
Pertama, proses belajar konstruktivisme secara konseptual adalah proses belajar
yang bukan merupakan perolehan informasi yang berlangsung satu arah dari luar ke
dalam diri siswa kepada pengalamannya melalui proses asimilasi dan akomodasi yang
bermuara pada pemutakhiran sruktur kognitif.
Kedua, peran siswa. Menurut pandangan ini, belajar merupakan suatu proses
pembentukan pengetahuan. Ketiga, peran guru. Dalam pendekatan ini guru atau
pendidik berperan membantu agar proses pengonstruksian pengetahuan oleh siswa
berjalan lancar. Guru tidak menerapkan pengetahuan yang telah dimilikinya, melainkan
membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri.
Keempat, sarana belajar. Pendekatan ini menekankan bahwa peran utama
dalam kegiatan belajar adalah aktifitas siswa dalam mengonstruksi pengetahuannya
sendiri.
Kelima, evaluasi, pandangan ini mengemukakan bahwa lingkungan belajar sangat
mendukung munculnya berbagai pandangan dan interpretasi terhadap realitas, konstruksi
pengetahuan, serta aktivitas-aktivitas lain yang didasarkan pada pengalaman.
D. Lupa dan Ingat
Mengapa seseorang mengingat sesuatu dan melupakan yang lain? terus kenapa seseorang
bisa mengingat hal yang sepele yang bahkan sudah bertahun-tahun, namun lupa dengan hal
penting yang padahal baru terjadi kemarin? ada 2 alasan yang membuat orang lain lupa. yang
pertama, informasi dalam stm (Memori Jangka Pendek) tidak pernah ditransfer ke ltm
(Memori Jangka Panjang). dan yang kedua adalah karena hilangnya kemampuan untuk
menemukan informasi yang telah ada di dalam memorinya.

Salah satu alasan penting mengapa orang bisa mengalami lupa adalah karena faktor
interferensi(Campur). interferensi bisa terjadi ketika pada saat kita menerima informasi,
namun informasi tersebut tercampur/bergeser dengan informasi lainnya. contohnya adlah
ketika seseorang mengalami hambatan dalam melakukan rehersal atas informasi yang
dimiliki karena adanya informasi lain. interferensi dibagi menjadi 2 bentuk :

a) Interferensi refroaktif/inhibisi retroaktif(informasi yang telah dipelajari mengganggu


peserta didik dalam menerima informasi berikutnya, contoh bab buku yang telah
dipelajari sebelumnya mengganggu peserta didik dalam mempelajari bab berikutnya)
b) Interferensi proaktif/inhibisi proaktif(informasi yang barusaja dipelajari mengganggu
peserta didik dalam mengingat informasi yang telah dipelajari sebelumnya, contoh
orang indonesia yang sudah terbiasa mengendarai kendaraan disebelah kiri, namun
ketika tinggal dalam waktu lama dinegara barat yang mana mereka harus
mengendarai kendaraan disebelah kanan, akibatnya apa? ketika kembali diindonesia
ia lupa bahwa mengendarai sepeda motor di indonesia itu disebelah kiri.

Ada beberapa cara untuk mengurangi interferensi retroaktif, yaitu: konsep/karakteristik


yang sama hendaknya tidak diajarkan dalam waktu yg berdekatan, sebaiknya setiap konsep
itu diajarkan semuanya sebelum memperkenalkan konsep berikutnya contoh jika peserta
didik benar2 telah mengenal huruf b sebelum mempelajari huruf d. dan cara yang kedua
adalah dengan menggunakan metode yang berbeda/bervariasi dalam mengajarkan konsep
yang sama.

Meskipun seseorang dalam belajar mengalami peristiwa interferensi sehingga mengalami


hambatan dalam belajar, namun ada faktor lain yang dapat membangkitkan seseorang
menjadi ingat akan informasi yang telah dipelajari pada waktu mempelajari informasi yang
sama. ada 2 bentuk pelancaran dalam pembangkitan ingatan, yaitu :
a) Pelancaran proaktif(seseorang akan mengingat informasi sebelumnya apabila
informasi yang baru dipelajari memiliki karakteristik yang sama. misalnya orang
indonesia yang telah terbiasa dengan menggunakan b.indonesia akan lebih mudah
dalam mempelajari bahasa melayu.)
b) Pelancaran retroaktif(seseorang yang mempelajari informasi baru akan memantapkan
ingatan informasi yang telah dipelajari. misalnya peserta didik yang mempelajari
bahasa indonesia akan memantapkan ingatan pemahamannya tentang bahasa daerah
yang telah dikuasainya)

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Bedasarkan uraian sebagaimana dikemukakan di atas, dapat ditarik beberapa catatan


penting, yaitu : Dari teori kognitif sebagaimana dikemukakan oleh Piaget setidaknya ada dua
hal penting yang dapat diambil, yaitu : Pertama, individu dapat mengembangkan
pengetahuannya sendiri. Artinya adalah pengetahuan yang dimiliki oleh setiap individu dapat
dibentuk oleh individu sendiri melalui interaksi dengan lingkungan yang terus-menerus dan
selalu berubah. Dalam berinteraksi dengan lingkungan, individu mampu beradaptasi dan
mengorganisasikan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan dalam struktur kognitifnya,
pengetahuan, wawasannya dan pemahamannya semakin berkembang. Individu juga mampu
memodivikasi pengalaman yang diperoleh melalui lingkungan, sehingga melahirkan
pengetahuan atau temuan-temuan baru.

Setidaknya ada dua hal penting yang dapat diambil dari teori belajar Ausubel,
Pertama, kunci keberhasilan dalam belajar terletak pada kebermaknaan bahan ajar yang
diterima atau yang dipelajari oleh siswa. Dalam proses pembelajaran guru harus mampun
memberikan sesuatu yang bermakna bagi siswa. Belajar dengan menghafal dan ceramah
dapat menemukan sesuatu yang bermakna, asal dilakukan secara sistematis, menjelaskan dan
menghubungkan antara konsep yang satu dengan konsep lainnya, menguhubungkan konsep
yang baru dengan konsep yang telah dimiliki oleh siswa. Sebaliknya, belajar penemuan akan
menjadi kurang bermakna, apa bila dilakukan dengan coba-coba dan tidak sistematis.

Anda mungkin juga menyukai