Anda di halaman 1dari 25

OTAK DAN PERILAKU MANUSIA BERDASARKAN

NEUROSAINS AL-QUR’AN

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah : Psikologi Islam

Dosen Pengampu :

Haryu, S.Ag.,M.Si

Disusun oleh kelompok 8 :

Kusmiati Ningsih 212103050035

Ceatryn Adinda Intanyear 222103050014

Qibtiyah Ayu Maryati 222103050019

Hera Sherlyana 222103050028

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM

FAKULTAS DAKWAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI K.H. AHMAD SHIDDIQ


JEMBER

MARET 2024
Kata Pengantar

Pertama-tama kami panjatkan puja dan puji syukur atas rahmat dan ridha
Allah SWT. Tak lupa shalawat kami panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW
yang telah membimbing kita dari zaman kegelapan hingga zaman yang terang
benderang. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi
Islam yang dibimbing oleh Bapak Haryu, S.Ag., M.Si.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Haryu, S.Ag., M.Si.
karena telah memberikan kami kesempatan untuk menyelesaikan makalah yang
berjudul “Otak dan Peilaku Manusia Berdasarkan Neurosains Al-Qur’an”. Tidak
lupa kami juga ucapkan terimakasih kepada teman-teman seperjuangan yang telah
ikut dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna baik secara isi materi maupun cara penulisannya. Namun kami telah
berusaha dengan keras dengan wawasan yang kami miliki untuk menyelesaikan
makalah ini. Semoga makalah ini bisa menambah wawasan bagi para pembaca,
serta bermanfaat dalam meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan.

Jember, 11 Maret 2024

Kelompok 8

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.........................................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG...............................................................................4
1.2 RUMUSAN MASALAH..........................................................................5
1.3 TUJUAN...................................................................................................5
BAB II......................................................................................................................7
PEMBAHASAN......................................................................................................7
A. Pengertian Neurosains...................................................................................7
B. Kajian Otak dalam Al-Qur’an dan Neurosains.............................................7
C. Peran Otak Karakter dalam Pendidikan......................................................10
D. Pendidikan Karakter Islami.........................................................................12
E. Aplikasi Neurosains dalam Pembelajaran...................................................14
F. Akal dan Otak dalam Al-Qur’an dan Neurosains (IQ, EQ, SQ).................18
Kesimpulan............................................................................................................23
Saran.......................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................24

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pentingnya akal, otak dalam Al-Qur'an dapat dipahami karena akal


berasal dari bahasa Arab Al-Aql yang artinya mencegah dan menahan,
apabila dihubungkan dengan manusia memiliki makna orang yang
mencegah dan menahan hawa nafsunya (yusri an mustamin 2010).
Kemudian otak memiliki makna "seonggok daging lemak" dimana hal
tersebut terpisah dengan pikiran dan memori. Sebagian kalangan
mendebatkan antara otak dan akal. Contoh tokoh yang membedakan otak
dan akal adalah Harun Nasution. Menurutnya, pikiran (akal) bukanlah otak
namun daya berpikir yang terdapat di jiwa manusia. Secara etimologi,
Neurosains adalah ilmu yang mempelajari sistem saraf, terutama
mempelajari tentang neuron sel saraf menggunakan pendekatan
multidisipliner. Secara terminologi, neurosains adalah bidang ilmu yang
mempelajari studi saintifik terhadap sistem saraf secara khusus.
Berdasarkan penjelasan tersebut neurosains dapat dikatakan sebagai ilmu
yang mempelajari otak dan seluruh fungsi saraf belakang (waliyuddin
2022).
Manusia dapat menggunakan akalnya dengan baik dan benar
karena manusia memiliki potensi untuk meningkatkan taraf kehidupan dari
tradisional menuju kehidupan yang lebih modern. Dengan adanya suatu
kemajuan dalam kehidupan terdapat dampak positif dan dampak negatif.
Untuk mengurangi dampak negatif manusia perlu menggunakan akalnya
untuk berpikir secara logis, kritis dan sistematis, sehingga mengurangi
dampak negatif. Karena manusia yang berakal mampu mengendalikan
dirinya dari hawa nafsu yang bersifat tercela atau dilarang agama serta
bersikap bijaksana dalam memgambil suatu keputusan guna menghadapi
dan menyelesaikan permasalahan.
Dalam Al-Qur'an terdapat berbagai sumber yang dapat dijadikan
acuan dari semua ilmu. Sejak abad ke-14, Al-Qur'an sudah menjelaskan

4
terlebih dahulu mengenai struktur dan fungsi otak secara universal. Dapat
kita ketahui ayat-ayat dalam Al-Qur'an yang mengandung penjelasan
tentang otak atau sel saraf ada tiga Surat yang pertama QS. 11:56, yang
kedua QS. 55:41 dan ketiga QS. 96:13-16.
Otak adalah hal yang menyebabkan kontroversi dan ambigu karena
memiliki makna lebih dari satu yang berada diseluruh tubuh manusia,
karena otak merupakan tempat berpikir kejiwaan dan kerohanian. jiwa dan
roh juga merupakan hal yang kontroversi dan ambigu karena memiliki
makna lebih dari satu. Sehingga tidak dapat dipungkiri apabila banyak
seseorang yang berpendapat bahwa antara otak dan akal itu sama dan
adapula yang berpendapat bahwa akal dan otak berbeda. Bagian otak
secara anatomis terdapat beberapa bagian yang sudah sesuai dengan peran
beserta fungsinya masing-masing. Berikut merupakan pembagian otak
secara anatomis beserta fungsi neurofisiologinya yaitu pertama otak besar
(cerebrum) adalah otak yang berhubungan dengan sistem belajar dan
menjadi sumber seluruh gerakan sadar sesuai kehendak. kedua otak kecil
(cerebelum) terdapat di bagian belakang manusia yang posisinya dekat
dengan ujung leher di bagian atas fungsi otak kecil adalah menjadi hal
yang otomatis seperti mengontrol dan menjaga keseimbangan tubuh serta
mengondisikan antara otot dengan tubuh yang akan bergerak.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa itu neurosains?


2. Bagaimana kajian otak dalam Al-Qur'an dan neurosains?
3. Bagaimana pengaplikasian neurosains dalam pembelajaran?
4. Apa itu akal dan otak dalam Al-Qur'an dan neurosains (IQ, EQ, SQ?
5. Bagaimana peran otak dan karakter dalam pendidikan?
6. Apa itu pendidikan karakter islami?

1.3 TUJUAN

1. Untuk mengetahui neurosains


2. Untuk mengetahui kajian otak dalam Al-Qur'an dan neurosains

5
3. Untuk mengetahui aplikasi neurosains dalam pembelajaran
4. Untuk mengetahui akal dan otak dalam Al-Qur'an dan neurosains (IQ,
EQ, SQ)
5. Untuk mengetahui peran otak dan karakter dalam pendidikan
6. Untuk mengetahui pendidikan karakter islami

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Neurosains

Secara etimologi, neurosains adalah ilmu neural (neural science) yang


mempelajari sistem saraf, terutama mempelajari neuron, atau sel saraf. Secara
terminologis, neurosains merupakan bidang ilmu yang mengkhususkan pada
studi saintifik terhadap sistem saraf. Atas dasar ini, neurosains juga disebut
sebagai ilmu yang mempelajari otak dan seluruh fungsi-fungsi saraf belakang.
Pada dasarnya, neurosains merupakan cabang ilmu biologi yang kemudian
berkembang pesat bahkan melakukan ekspansi ke berbagai disiplin ilmu lain
seperti psikologi, neurosains kognitif atau neuropsikologi. Tujuan utama dari
ilmu ini adalah mempelajari dasar-dasar biologis dari setiap perilaku. Artinya
tugas utama dari neurosains adalah menjelaskan perilaku manusia dari sudut
pandang aktivitas yang terjadi di dalam otaknya.1 Neurosains merupakan suatu
paradigma baru kehidupan terutama pendidikan dan dunia pelatihan sebagai
bentuk saintifikasi sistem saraf dan otak manusia. 2

B. Kajian Otak dalam Al-Qur’an dan Neurosains

Al-Qur’an merupakan sumber refrensi dari semua ilmu. Kajian otak


pada Al-Quran telah disebutkan pada ayat-ayat di dalam 3 surat yang berbeda
yaitu QS. 11:56, QS. 55:41 dan QS. 96:13-16. Otak atau sel saraf di dalam
surat tersebut disebutkan dalam kata naashiyah yang memiliki arti ubun-ubun
(Ardiyanti, 2020). Taufik Pasiak mendefinisikan neurosains sebagai ilmu yang
mempelajari mengkhususkan pada studi saintifik terhadap system saraf,
terutama neuron atau sel saraf dengan pendekatan multidispliner. Menurutnya,
otak hanya bisa didefinisikan jika dikaitkan dengan pikiran (mind). Tujuan
utama dari kajian neurosains adalah mempelajari dasar-dasar biologis dari
setiap perilaku. Dalam konteks Pendidikan islam, kajian neurosains dapat

1
Suyadi Pendidikan Islam dan Neurosains (Jakarta) : KENCANA, 2020 : 65
2
Muhammad Akil Musi, Neurosains Menjiwai Sistem Saraf dan Otak (Jakarta) : KENCANA, 2021 : 9

7
dilacak jejaknuya dalam Al-Qur’an surat 96 : 15 – 16 sebagaimana dikutip
berikut ini :

)16( ‫) َناِص َيٍة َك اِذَبٍة َخاِط َئٍۚة‬15( ‫َك اَّل َلئْن َّلْم َيْنَتِه ۙە َلَنْس َفًع ۢا ِبالَّناِص َيِۙة‬
“Ketahuilah sungguh jika ia tidak berhenti (berbuat demikian) niscaya
kami tarik ubun-ubunnya, yaitu ubun-ubun orang yang mendustakan lagi
durhaka” . (QS. Al-Alaq : 15-16)

Dalam kutipan QS Al-Alaq [96] : 15-16 diatas, istilah “naasiyah” (ubun-


ubun) adalah istilah yang ditujukan untuk menyebut otak. Dalam sejarah kata,
istilah “otak” belum muncul pada abad VII M atau ketika Al-Qur’an diturunkan,
sehingga Al-Qur’an menggunakan istilah umum yang telah dipahami masyarakat,
yakni nasiyah atau ubun-ubun. Secara neurobiologi, bagian otak yang berada
dibalik ubun-ubun adalah kortek prefrontal, yaitu bagian otak memiliki keunikan
tersendiri dan hanya dimiliki oleh manusia. Pada bagian otak ini bertanggung
jawab terhadap berpikir kritis, perencanaan, motivasi, dan inisiasi berbuat baik
dan buruk, termasuk menyatakan kejujuran atau kebohongan. Dengan demikian
yang dimaksud dengan “naasiyah” dalam QS. Al-Alaq [96] : 15-16 di atas adalah
otak manusia, khususnya kortek prefrontal. 3

Keistimewaan dari penciptaan antara otak manusia dengan otak makhluk


Allah lainnya terletak pada posisi dari letak otak manusia. Letak otak manusia
berada di bagian atas tubuh yang dilindungi oleh tulang tengkorak kepala yang
kuat. Berbeda dengan letak otak makhluk ciptaan Allah lainnya, misalnya hewan.
Otak yang dimiliki pada hewan letaknya beragam, bahkan ada yang sejajar
dengan dubur atau tempat untuk mengeluarkan kotorannya.4 Muhammad Izuddin
Taufiq (2006) menjelaskan bahwa bagian yang paling kontroversi dan ambigu
(maknanya lebih dari satu) berada diseluruh tubuh manusia yaitu otak. Mengapa
demikian, karena otak merupakan tempat untuk berfikir tentang kejiwaan dan
kerohanian. Jiwa atau roh merupakan sesuatu yang masih kontroversi dan ambigu
(maknanya lebih dari satu) sehingga sudah tidak heran lagi apabila ada seseorang

3
Ibid 53
4
Suyadi, Otak dan Akal Dalam Kajian Al-Quran dan Nurosains, Vol 5, Jurnal Pendidikan Islam
Indonesia, 2020 : 71

8
yang berpendapat bahwa antara otak dan akal itu sama akan tetapi juga ada yang
berpendapat bahwa akal dan otak itu berbeda.

Selain secara anatomis bagian otak juga bisa dibagi secara neuroanatomi.
Secara neuroanatomi otak dapat dibagi menjadi dua yaitu Otak Kanan dan Otak
Kiri. Peran penting Otak kanan yaitu sebagai proses berpikir secara intuitif,
kemampuan merasakan, memadukan dan visual, seperti berimajinasi, menyukai
seni, menggambar, mendengarkan irama musik, atau yang sering disebut dengan
aktivitas intuitif-kreatif. Otak kiri berfungsi untuk proses berpikir dengan logika,
kata-kata, matematika dan urutan, atau sering disebut juga dengan pembelajaran
logis-akademis, misalnya seperti melakukan kegiatan menghitung dan membaca,
berpikir dengan logika, dan lebih pandai dalam mempelajari ilmu sains.

Pemahaman otak dalam islam tidak terpaku pada organ ajaib yang mampu
menyimpan ingatan dalam skala besar, namun otak mempunyai kesatuan dengan
jiwa dan pikiran manusia. Koneksi dengan hal di atas pembahasannya
mengundang beberapa pendapat dari para ulama. Hal ini dibuktikan dalam
beberapa tinjauan literatur bahwa otak adalah bentuk fisik dari akal. Dan ada pula
yang mengatakan bahwa otak dan pikiran adalah dua bentuk yang berbeda. Faiz
Rofdli dalam tulisannya mengatakan bahwa akal adalah satu-satunya fungsi otak.
Dalam penafsiran ini, Rofdli setuju dengan Moh Zaidi. Presentasi bukunya
membahas tentang hubungan antara pikiran dan otak sebagai hubungan antara
tubuh dan roh, pikiran sebagai roh, dan otak sebagai tubuh. Namun pandangan
Harun Nasution berbeda. Menurutnya, otak dan akal bukanlah satu kesatuan. Akal
(akal) bukanlah otak melainkan daya pikir yang terkandung dalam jiwa manusia.5

Memori manusia adalah konsep penting dalam psikologi kognitif dan ilmu
saraf. Otak kita secara aktif terlibat dalam fungsi pembelajaran dan menghafal.
Secara umum ingatan manusia digolongkan menjadi 2 kelompok : memori jangka
pendek/kerja, dan memori jangka panjang. Bisa dipastikan, ingatan adalah hal
terindah yang Allah berikan kepada manusia. Tentu saja, hal ini memainkan peran
penting dalam kehidupan individu. Selanjutnya adalah memori yang membantu
kita mengingat sejumlah besar informasi tentang diri kita dan dunia di sekitar kita.
5
Jarman Arroisi, Neurosycal Theory in The Islamic Intellectual Tradition (Critical Analysis of
Historical Dimensions in Psychology), Vol.19 Journal Afkaruna, 2023 : 248

9
Para ilmuwan melaporkan hal itu adalah area spesifik di otak yang bertanggung
jawab menyimpan semua informasi. Jadi, itu adalah otak manusia yang membuat
manusia bisa hidup, tanpanya ia akan seperti benda tak bernyawa. 6

C. Peran Otak Karakter dalam Pendidikan

Positron Emission Tomography (PET) merupakan suatu teknologi pertama


yang digunakan dalam mengobservasi berbagai macam fungsi otak dengan cara
menyuntikkan cairan radioaktif dalam subjek tempat cairan tersebut akan bereaksi
ke dalam otak. Untuk area otak yang aktif ditunjukkan dengan adanya warna
merah dan kuning, sedangkan area otak yang pasif akan ditunjukkan dengan
warna biru dan hijau. Tetapi teknologi ini sekarang dilarang digunakan khususnya
kepada anak yang sehat, karena tingginya radiasi yang ditimbulkan oleh alat
tersebut.

Neuroplastisitas adalah daya pembentukan reaksi sel saraf (kemampuan


saraf untuk berubah) oleh pengalaman. Neuroplastisitas merupakan kemampuan
otak untuk memodifikasi dirinya (sel saraf) dan beradaptasi dengan tantangan
yang berasal dari lingkungan. Contohnya adalah terdapat seseorang yang ingin
dirinya menjadi manusia yang cerdas tentu ia akan belajar dengan giat dan
sungguh-sungguh agar mencapai hasil yang maksimal dan juga hasil yang
diharapkan. Jika terus menerus otak bekerja dengan baik maka otak manusia akan
berkembang dengan baik.

Sifat neuroplastisitas yaitu hubungan antarsel saraf otak yang biasa disebut
dengan sinapsis. Hal ini bisa dengan mudah berubah pada tingkat seluler atau
molekuler. Sifat ini merupakan upaya untuk pembentukan otak yang baik.
Seorang ilmuan membuktikan bahwa sel saraf otak mempunyai suatu kemampuan
untuk melahirkan sel saraf baru yang nama lainnya yaitu neurogenesis.
pengalaman hidup seseorang dapat mengubah struktur otak manusia. Terdapat dua
pendekatan yaitu neurogenesis dan neuroplastisitas, hal ini mampu menerangkan
bagaimana sikap dan perilaku seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Sikap ini
bisa berubah berdasarkan pengalaman atau kebiasaan hidup yang dilaluinya.

6
Farooq & Magray (2022). Understanding human brain: A reflection of Quran and science.
International Journal of Health Sciences

10
Contohnya yaitu terdapat seorang purnawirawan jendral yang semasa menjabat
sebagai prajurit, maka dia akan cenderung konservatif dalam sikap pemikirannya.
Hal ini dikarenakan budaya yang sudah melekat di dalam dunia militer sehingga
menjadi karakter kepribadian yang kuat.

Otak merupakan suatu bagian yang penting pada manusia, karena otak
adalah suatu perangkat yang mempunyai fungsi untuk menentukan suatu esensi
seseorang sebagai khalifah di muka bumi. Selain itu otak juga dapat menjalankan
peranan yang amat penting dalam melakukan survivalitas, pengatur reflek,
berpikir, melakukan nalar kritis, mengatur emosi, melatih akal sehat, kesadaran
dan juga mengambil sebuah keputusan. Terdapat fase-fase perkembangan dan
pematangan komponen otak berlangsung pada sistem otak yaitu:

1) Cortex prefrontal yang berfungsi sebagai atensi, planning, ketaatan


pada aturan, empat, moralitas, serta etika dan juga organisasi.
Gangguan pada sistem otak ini ialah kehilangan kejernihan berpikir,
impulsive, prokrastinasi, kehilangan empati, kehilangan etika,
disorganisasi
2) Sistem limbik yang berfungsi sebagai control mood, motivasi, sikap,
tidur/makan, keterikatan, pembauan. Gangguan pada sistem otak ini
ialah depresi, minim motivasi, gangguan tidur/makan, kehilangan
pembauan, mengisolasi diri, rasa tidak nyaman dan juga kehilangan
harapan
3) Ganglia basalis yang berfungsi sebagai perasaan tenang, penghindaran
konflik, pengaruh pergerakan, mediasi kesenangan dan juga motivasi.
Gangguan pada sistem otak ini ialah ketegangan, cemas/panic, tremor,
kehilangan motivasi
4) Cyrus cingulatus berfungsi sebagai fleksibelitas kognisi, kerjasama,
memilih dan juga deteksi masalah. Gangguan pada sistem otak ini
ialah khawatir, kaku, obsesif, mendendam
5) Lobus yang berfungsi sebagai stabilitas emosi, kendali watak, memori,
pengalaman spiritual. Gangguan pada sistem otak ini ialah reaksi
emosional, tidak peka rangsangan, pikiran negative, mudah lupa

11
6) Cerebellum yang berfungsi sebagai kontrol gerak, postur, gaya
berjalan. Gangguan pada sistem otak ini ialah pikiran melambat, bicara
melambat, sulit belajar.

D. Pendidikan Karakter Islami

Pendidikan sering dipahami sebagai mendidik dan membimbing secara


sadar oleh seorang pendidik terhadap suatu perkembangan anak didik atau pesert
didik, baik rohani bahkan jasmaninya sekalipun, sampai memeroleh terbentuknya
kepribadian yang paling utama. Pendidikan merupakan jalan dan proses untuk
membentuk suatu kecakapan yang fundamental melalui emosional dan intelektual
untuk berinteraksi dengan sesama manusia dan alam semesta. Tujuannya ialah
agar para generasi pemuda mampu meneruskan generasi yang tua yang dapat
memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai dengan cara mewariskan
suatu pengalaman yang dimiliki, keterampilan, dan kemampuan yang
melatarbelakangi nilai-nilai kehidupan mereka. Aspek-aspek yang disiapkan dan
ditumbuhkan yaitu aspek rohani, akalnya, badannya, tanpa mengesampingkan dan
melebihkan salah satu aspek yang lain, persiapan, pertumbuhan, dan
perkembangan yang diarahkan agar menjadi lebih baik.

Pendidikan adalah proses internalisasi budaya ke dalam diri seseorang dan


masyarakat sehingga membuat orang dan masyarakat beradab. Tetapi lebih luas
lagi, yakni sarana pembudayaan dan penyaluran nilai. Anak wajib mendapatkan
pendidikan yang menyentuh dimensi dasar kemanusiaan. Dimensi dasar
kemanusiaan itu mencakup tiga hal paling mendasar, antara lain: Pertama, afektif
yang tercermin pada kualitas keimanan, ketakwaan, akhlak mulia, budi pekerti
luhur, kepribadian unggul dan kompetensi estetis; Kedua, kognitif yang tercermin
pada kapasitas pikir dan daya intelektualitas untuk menggali dan mengembangkan
serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi; Ketiga, psikomotorik yang
tercermin pada kemampuan mengembangkan keterampilan teknis, kecakapan
praktis, dan kompetensi kinestetis.

Adapun karakter berasal dari bahasa Yunani charassein yang secara bahasa
berarti mengukir. Karakter diibaratkan mengukir batu permata atau permukaan

12
besi yang keras. Pengertian kemudian berkembang, karakter diartikan sebagai
tanda khusus atau pola perilaku. Kata karakter dalam bahasa Inggris adalah
character. Character berarti mengukir, melukis, memahatkan, atau menggoreskan.
Dalam Kamus Bahasa Indonesia kata karakter diartikan dengan tabiat, sifat-sifat
kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain,
dan watak. Karakter juga bisa berarti huruf, angka, ruang, simbul khusus yang
dapat dimunculkan pada layar dengan papan ketik. Orang berkarakter berarti
orang yang berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, atau berwatak.

Karakter merupakan cara berperilaku dan berpikir yang memiliki ciri khas
di setiap individu baik untuk bekerja sama atau hidup, baik di lingkungan
masyarakat maupun keluarga. Karakter sering mengacu dalam serangkaian sikap,
keterampilan, motivasi, dan perilaku. Karakter meliputi sikap kritis, perilaku
seperti bertanggung jawab, jujur, dan mempertahankan prinsip-prinsip moral
dalam keadaan yang penuh dengan ketidak adilan. Karakter atau akhlak
merupakan nilai atau norma perilaku seseorang yang mempunyai hubungan secara
langsung dengan tuhan yang maha esa, sesama manusia, kepada diri sendiri,
terhadap lingkungan sosial, dan terhadap kebangsaan yang akan terwujud dalam
suatu sikap, perilaku, pikiran, dan perasaan. Yang berdasarkan kepada nilai-nilai,
tata karma, budaya, hukum dan adat istiadat.

Pendidikan karakter adalah pendidikan nilai moralitas manusia yang


disadari dan dilakukan dalam tindakan nyata. Dalam pendidikan karakter ada
unsur proses pembentukan nilai dan sikap yang didasari pada pengetahuan
mengapa nilai itu dilakukan. Semua nilai moralitas yang disadari dan dilakukan
itu bertujuan untuk membantu manusia menjadi manusia yang lebih utuh. konsep
pendidikan karakter adalah: 1) Karakter tidak diajarkan tetapi ini adalah dibentuk
menjadi kebiasaan misalnya menginternalisasi nilai, memilih pilihan yang baik,
melakukannya sebagai kebiasaan, dan memberi contoh; 2) Mendidik karakter
untuk pemuda harus melibatkan situasi dan kondisi pemuda; 3) Dalam Pendidikan
beberapa masalah harus dilakukan dianggap seperti situasi belajar, proses belajar,
materi pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran; 4) Pendidikan karakter
prosesnya tidak pernah berakhir.

13
E. Aplikasi Neurosains dalam Pembelajaran

Di dalam islam potensi akal menempati posisi yang sangat penting,


kualitas seseorang akan diukur sejauh mana dia mampu memfungsikan akalnya
dalam kehidupan sehari-hari. Ketika akal seseorang tidak mampu berfungsi
dengan baik (gangguan kejwaan), dia bisa dibebaskan dari ketentuan hukum
agama yang berlaku. Dalam perspektif Al-Qur’an, potensi pembelajaran yang ada
dalam diri manusia tidak bisa dipisahkan dengan akal. Aktivitas berfikir
hendaknya mampu mengilhami kepada kepada pengutan nalar akan makna
eksitensi Allah SWT sebagai pencipta alam semesta dan Isinya.7

Dalam konteks Pendidikan, anatomi fungsi otak dapat dibedakan menjadi


tiga bagian, yaitu otak besar (cerebrum), otak kecil (cerebellum), dan batang otak
(brainstem). Otak besar berhubungan dengan pembelajaran, otak kecil
berhubungan dengan proses koordinasi dan keseimbangan, sedangkan batang otak
berhubungan dengan pengaturan emosi yang dikendalikan denyut jantung maupun
system.8

Hakikat Pendidikan Islam, disamping transfer nilai da pengetahuan


adalahoptimalisasi seluruh potensi manusia. Sebagian besar potensi manusia
bertumpu pada otaknya. Oleh karena itu, Pendidikan islam dan neurosains dapat
digabungkan. Pendidikan islam dan neurosains berpotensi menemukan varietas
cabang ilmu baru yang disebut dengan neurosains Pendidikan islam atau
semacam ilmu saraf kependidikan islam.9

Optimalisasi otak pada dasarnya adalah menggunakan seluruh bagian otak


secara bersama-sama dengan melibatkan sebanyak mungkin indra secara serentak.
Penggunaan berbagai media pembelajaran merupakan salah satu usaha
membelajarkan seluruh bagian otak, baik otak kiri maupun otak kanan, rasional

7
HIMAYATUL IZZATI, POTENSI PEMBELAJARAN MANUSIA : PERSPEKTIF NEUROSAINS DAN ISLAM,
hlm. 7
8
Dr. Suyadi, M. Pd.I., “Neurosains Pendidikan Islam” (Yogyakarta: Penerbit UAD PRESS, 2021), hlm.
109
9
Dr. Suyadi M. Pd.I, “Pendidikan Islam dan Neurosains Menelususri Jejak Akal dan Otak Dalam Al-
Qur’an Hingga Pengembangan Neurosains Dalam Pendidikan Islam” ( Jakarta: Penerbit Kencana,
2020), hlm. 41

14
maupun emosional atau bahkan spiritual. Optimalisasi dapat dilakukan dengan
membuatnya dalam keadaan waspada yang relaks sebelum dimasuki informasi.

Optimalisasi fungsi otak pada dasarnya menjadi riset di bidang pendidikan


yang bertumpu terhadap temuan-temuan neurosains. Pendidikan seharusnya
menyambut adanya temuan-temuan di bidang neurosains sehingga berimplikasi
secara signifikan terhadap kualitas pendidikan. Optimalisasi otak merupakan
usaha menggunakan seluruh bagian otak secara bersamaan dengan melibatkan
sebanyak mungkin indera secara serentak. Pemanfaatan berbagai media dan
teknologi pembelajaran adalah salah satu upaya membelajarkan yang melibatkan
seluruh bagian otak rasional ataupun emosional, bahkan spiritual. Permainan
bentuk, warna, tekstur, dan suara akan sangat dianjurkan. Ciptakanlah suasana
gembira sebab rasa gembira dapat merangsang keluarnya endorfin dari kelenjar di
otak, kemudian selanjutnya mengaktifkan asetilkolin pada sinaps.

Optimalisasi fungsi otak menjadi riset di bidang pendidikan yang


bertumpu terhadap temuan-temuan neurosains. Pendidikan seharusnya
menyambut adanya temuan-temuan di bidang neurosains sehingga berimplikasi
secara signifikan terhadap kualitas pendidikan. Optimalisasi otak merupakan
usaha menggunakan seluruh bagian otak secara bersamaan dengan melibatkan
sebanyak mungkin indera secara serentak. Pemanfaatan berbagai media dan
teknologi pembelajaran adalah salah satu upaya membelajarkan yang melibatkan
seluruh bagian otak rasional ataupun emosional, bahkan spiritual. Permainan
bentuk, warna, tekstur, dan suara akan sangat dianjurkan. Ciptakanlah suasana
gembira sebab rasa gembira dapat merangsang keluarnya endorfin dari kelenjar di
otak, kemudian selanjutnya mengaktifkan asetilkolin pada sinaps.

Sinaps yang menjadi penghubung antar sel saraf ialah zat kimia yang
disebut asetilkolin. Dengan aktifnya asetilkolin maka memori akan berfungsi lebih
baik lagi. Disamping itu, suasana gembira dapat memengaruhi cara otak dalam
memproses, mengambil dan menyimpan kembali informasi. Terdapat tiga hal
yang penting berkaitan dengan optimalisasi otak dalam belajar. Pertama
menyimpan, mengambil informasi dengan cepat, menyeluruh dan efisien. Kedua,
menggunakan informasi untuk menciptakan ide yang baru. Ketiga, menggunakan

15
informasi yang sudah diubah menjadi ide baru tersebut bisa digunakan untuk
menyelesaikan masalah.

Ketiga hal di atas dapat menjadi serangkaian berpikir secara holistik, untuk
mengelola informasi, dan mengubahnya menjadi ide yang baru hingga
penggunaannya secara mendalam untuk mengatasi masalah. Untuk
mengoptimalkan fungsi otak terdapat banyak cara yang bisa digunakan.
Diantaranya ialah dengan relaksasi. Tentunya rileks ketika sedang belajar bukan
berarti meditasi sebagaimana dalam terapi kesehatan. Berdoa sebelum belajar
dianggap cukup untuk memasuki relaksasi sebelum menerima informasi ataupun
materi pelajaran.10

1. Permainan untuk mengoptimalkan kecerdasan anak sangat


dianjurkan berupa: permainan warna, bentuk, tekstur dan suara.
2. Menciptakan suasana gembira akan merangsang keluarnya
endorfin dari kelenjar di otak dan selanjutnya mengaktifkan
asetilkolin di sinapsis. Seperti diketahui sinapsis yang merupakan
penghubung antar sel saraf menggunakan zat kimia terutama
asetilkolin sebagai neurotransmitternya. Dengan aktifnya
aseltilkolin maka memori akan tersimpan dengan lebih baik. Lebih
jauh suasana gembira akan mempengaruhi cara otak dalam
memproses, menyimpan dan mengambil kembali informasi.
3. Musik yang menenangkan dengan latihan pernafasan dapat
menghilangkan pikiran yang mengganggu dan mengkondisikan
otak agar waspada dan relaks. Musik juga dapat mengaktifkan otak
kanan untuk siaga menerima informasi dan membantu
memindahkan informasi tersebut ke dalam bank memori dalam
jangka panjang. Musik memang membantu proses transmisi pesan
yang berlangsung di ujung-ujung syaraf. Gelombang otak yang
berada pada posisi alfa memungkinkan pemaduan, pengkodisian
dan konsilidasi seluruh pesan yang masuk.

10
Kasno, AQL DAN OTAK DALAM KAJIAN NEUROSAINS DAN IMPLIKASINYA PENDEKATAN SAINTIFIK
DALAM PENDIDIKAN ISLAM, MUADDIB: Studi Kependidikan dan Keislaman. Vol. 09 No. 02 Juli-
Desember 2019, hlm. 170-171

16
4. Disamping membutuhkan kondisi waspada yang rileks, otak juga
membutuhkan oksigen untuk bekerjanya. Berhentinya pasokan
oksigen akan merusak sel-sel syaraf di otak. Ruang kelas dengan
penyediaan oksigen yang berlimpah sangat kondusif untuk belajar,
seperti pohon-pohon yang daunnya rimbun di luar kelas dapat
menjadi sumber oksigen.
5. Olahraga yang dilakukan secara teratur, tidak hanya membugarkan
tubuh namun juga memperkaya darah dengan oksigen dan
meningkatkan pasokan oksigen ke otak.
6. Kekurangan zat besi (sayuran hijau) dan kalium (buah dan
sayuran) akan menurunkan rentang perhatian, menghambat
pemahaman dan secara umum menggangu prestasi belajar dan
secara umum mengganngu prestasi belajar. Kurangnya kalium
(buah dan sayuran) akan mengurangi aliran listrik di otak sehingga
akan menurunkan jumlah informasi yang dapat diterima otak.

Dengan demikian makan pagi dengan mengkonsumsi banyak buah, makan


siang dengan prinsip empat sehat lima sempurna dan makan malam dengan
menambahkan susu akan mengoptimalkan otak. Demikian juga dengan olahraga
teratur dan minum banyak air putih sebagai penghilang racun dalam tubuh
manusia akan mendukung kerja otak.

Rekayasa lingkungan belajar yang nyaman dan relaks akan memudahkan


pengambil alihan tugas dari otak kiri yang rasional ke otak intituitif yang
menerima asupan informasi bawah sadar. Intuisi adalah persepsi yang berada di
luar panca indra meskipun tetap bukan hal mistik, karena tetap bersifat logis.
Menyimpan informasi dengan pola asosiatif dan tidak linear merupakan langkah
pertama menuju pengembangan kemampuan otak yang belum dikembangkan.
Belajar melalui praktik akan melibatkan banyak indra sehingga memori akan lebih
mantap. Setiap orang memiliki dominasi indra secara individual. Apabila guru
dapat mendominasi indera pada masing-masing peserta didiknya maka akan dapat
memberi layanan dengan tepat.11

11
Meity Hadziana, Neurosains dalam Perspektif Islam, JURNAL KEPENDIDIKAN DAN KEISLAMAN,
Vol. 8, No. 2 (2020), Hal. 10-11

17
Otak bukan sekedar struktur (benda-organik), tetapi fungsi dan sifat.
Karena itu, otak merupakan titik utama pengembangan manusia dalam bidang
pendidikan. Tidak saja untuk belajar mengajar tetapi juga bagi pendidikan secara
keseluruhan.12

F. Akal dan Otak dalam Al-Qur’an dan Neurosains (IQ, EQ, SQ)

Neurosains adalah bidang ilmu yang mengeksplorasi, mempelajari dan


menghubungkan sistem saraf (neuron) otak manusia dengan mempelajari struktur,
fungsi, sejarah evolusi, fungsi, kesadaran dan kepekaan otak dari sudut pandang
memori dan biologi ke dalam sistem pendidikan (Wathon, 2016). Menurut
Wathon, ilmu saraf (neurosains) masih merupakan ilmu yang tergolong baru yang
berfokus pada sistem saraf terkait struktur dan fungsi otak, yang diyakini mampu
menciptakan kualitas pendidikan baru. Tujuannya adalah untuk mempelajari sel
saraf (neuron) bekerja atau beriteraksi membentuk kinerja otak, serta memahami
dasar-dasar biologis manusia dalam membentuk tingkah laku yang kompleks.13

Al-qur’an dianggap sebagai sumber referensi dari semua ilmu. Pada abad
ke-14 al-qur’an sudah menyebutkan struktur dan fungsi otak secara umum, jauh
sebelum frontal lobe ditemukan. Otak atau sel saraf dikenal sebagai naashiyah
(ubun-ubun) di dalam al-qur’an. Dimana otak dianggap sebagai saraf pusat yang
mengatur seluruh aktivitas kehidupan seseorang. Otak manusia memiliki 100 juta
sel saraf yang memiliki perannya masing-masing. Otak manusia secara
neurofisiologis dibagi menjadi empat, yaitu:14

1. Cerebrum (otak besar), berhubungan dengan system pembelajaran,


berfungsi untuk mengatur kesadaran, kepandaian, dan ingatan.
2. Cerebellum (otak kecil), mengontrol dan menjaga keseimbangan
tubuh serta mengkoordinasikan oto-oto dan gerak tubuh.

12
Ibid, hlm. 12
13
Ahmat Miftakhul Huda dan Suyadi. 2020. Otak dan Akal dalam Kajian Alquran dan Neurosains.
Jurnal Pendidikan Islam Indonesia Volume 5, Nomor 1, h. 70.
14
Riska, Suyadi. 2022. Akal dan Otak dalam Al-Qur’an dan Neurosains Serta Relefansinya
Terhadap Pendidikan Islam. https://doi. org/10.36667/tf.v16i2.1144, Vol. 16, No. 2, 2022. H, 147-
148.

18
3. Brainstream (batang otak), mengatur sistem pernafasan, proses
pencernaan, suhu tubuh, dan insting.
4. Lymbic System (sistem limbik), terdiri dari beberapa komponen yaitu
hipokampus, hipotalamus, thalamus, amigdala dan korteks limbik.
Fungsinya mengatur memori jangka panjang, menghasilkan perasaan
dan emosi, mengatur rasa haus dan lapar.

Awalnya penelitian neurosains dilakukan oleh Sperry yang menemukan


tentang otak kanan dan otak kiri. Menurutnya otak kanan itu lebih memproses
sebuah irama, kesadaran ruang, imajinasi, warna dan dimensi. Sedangkan otak kiri
lebih fokus pada angka, kata-kata, analisis, dan logika. Namun, teori ini dibantah
karena terlalu memanjakan otak kiri dan kurang mengembangkan otak kanan.
Hebb menemukan fakta bahwa otak kanan dan otak kiri itu bisa bekerja secara
bersamaan dalam memproses informasi yang masuk, sehingga mematahkan teori
yang dipaparkan oleh Sperry. Pendapat Hebb ini juga didukung oleh Jensen yang
mengatakan bahwa teori otak kanan dan otak kiri ini sudah ketinggalan zaman,
sehingga teori ini ditinggalkan dan beralih pada teori Whole Brain Learning.15

Kecerdasan- kecerdasan yang dimiliki oleh manusia juga dikelompokkan


menjadi 3 yaitu:

1. Intellegence Quotient (IQ)


Intelligence Quotient (IQ) didasarkan pada atribut biologi yang sebagian
besar diturunkan dari orang tua. Ini terutama mengacu pada kemampuan
kognitif seseorang, seperti penalaran logis, pengenalan pola, dan memori
jangka pendek. Tentu saja, karena mutasi genetik, orang tua dengan IQ
rata-rata bisa saja memiliki keturunan dengan kecerdasan superior, begitu
pula sebaliknya.16
Kecerdasan ini dikenalkan oleh William Stern pada hampir seratus tahun
yang lalu. Kecerdasan intelektual cenderung berfokus pada otak kiri yang

15
Suyadi. 2020. PENDIDIKAN ISLAM DAN NEUROSAINS: Menelusuri Jejak Akal dan Otak dalam Al-
Qur’an Hingga Pengenmbangan Neurosains dalam Pendidikan Islam. (Jakarta:Kencana), h. 48.
16
Shuxian He and Hanjie Wang. Analysis on the Role of Intelligence Quotient and Emotional
Quotient in the Growth of College Students. Advances in Social Science, Education and Humanities
Research, volume 569 Proceedings of the 2021 International Conference on Diversified Education
and Social Development (DESD 2021), h.55.

19
bersifat kritis dan rasional, biasanya berfokus pada angka, logika, dan
urutan bahkan numerik. Menurut seorang psikolog, Daniel Goleman
menyatakan bahwa kecerdasan intelektual hanya menyumbang sekitar 5-
10 persen bagi kesuksesan hidup. Sisanya adalah kombinasi dengan
kecerdasan emosional.17
Seiring berjalannya waktu, diketahui bahwa manusia mempunyai lebih
dari satu kecerdasan. Menurut Gardner (1999), kecerdasan lebih dari
sekedar IQ karena tes IQ hanya mengukur kecerdasan logis dan verbal.
Dia mengidentifikasi tujuh kategori keterampilan dan kemampuan yang
dianggapnya sebagai kecerdasan individu: linguistik, logis, matematis,
spasial, kinestetik jasmani, musikal, interpersonal, dan intrapersonal
(Maftoon & Sarem, 2012; Zarei & Afshar, 2014). Kemudian dia
menambahkan tipe kedelapan dan kesembilan ke dalam daftarnya yaitu
kecerdasan naturalistik dan eksistensial.
2. Emotional Quotient (EQ)
Kecerdasan Emosional (EQ) memiliki atribut biologis dan sosial. Atribut
biologis kecerdasan emosional mengacu pada kemampuan seseorang
untuk mengendalikan emosinya sendiri atau memahami emosi orang lain,
seperti kemauan dan empati. Namun kecerdasan emosional cenderung
berfokus pada atribut sosialnya, artinya dalam realitas sosial pembagian
kerja dan kerja sama, suatu pekerjaan perlu diselesaikan oleh banyak
orang, dan kemampuan satu orang untuk memainkan perannya dalam
suatu kelompok.18
Menurut Goleman (2017) kecerdasan emosional adalah kemampuan
seseorang dalam memantau perasaan dan emosinya baik terhadap diri
sendiri maupun orang lain, kemudian mampu membedakan kedua hal
tersebut dan menggunakan informasi tersebut untuk memandu pikiran dan
tindakan selanjutnya. Dimana kecerdesan emosional biasanya didominasi

17
Taufiq Pasiak. 2008. Revolusi IQ/EQ/SQ : Menyingkap Rahasia Kecerdasan Berdasarkan Al-
Qur’an dan Neurosains. (Bandung : PT Mizan Pustaka), h. 21.
18
Shuxian He and Hanjie Wang. Analysis on the Role of Intelligence Quotient and Emotional
Quotient in the Growth of College Students. Advances in Social Science, Education and Humanities
Research, volume 569 Proceedings of the 2021 International Conference on Diversified Education
and Social Development (DESD 2021), h.55.

20
oleh otak kanan dengan cara berfikir yang acak, intuitif dan tidak teratur.
Orang yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi biasanya dapat
mengendalikan dan mengelola emosinya dengan baik, memiliki motivasi
diri saat dihadapkan dengan kegagalan, memiliki rasa empati, serta
keterampilan sosial seperti membaca situasi dan menyelesaikan
perselisihan.
3. Spritiual Quotient (SQ)
Menurut Covey (2004), “kecerdasan spiritual mewakili dorongan kita
terhadap makna dan hubungan dengan yang tak terbatas.” Dalam
mendefinisikan konsep kecerdasan spiritual, diyakini bahwa spiritualitas
dan religiusitas adalah dua konsep yang berbeda. Ini diperlakukan sebagai
kecerdasan eksistensial ketika diperiksa sebagai konstruksi psikologis. SI
adalah ungkapan yang banyak digunakan untuk menggambarkan persepsi,
motivasi, kemampuan, kemampuan dan kognisi (Emmons, 2000).19
Singh dan Sinha (2013:3) menyatakan bahwa orang dengan Spiritual
Quotient yang tinggi merasa lebih puas, menemukan makna dan tujuan
yang lebih dalam dari kehidupannya. Mereka beroperasi dari positivisme,
melakukan upaya terbaik, mendapatkan kebahagiaan dalam membantu
orang lain dan membantu masyarakat dengan menggunakan dimensi
kecerdasan yang lebih tinggi. Karena mereka mampu menggunakan
Intelligence Quotient dan Emotional Quotient, mereka lebih baik, mereka
kreatif; memberi nilai tambah pada kehidupan orang lain.20
Spiritualitas merupakan kebutuhan dan pencapaian tertinggi manusia yang
memberikan arah, nilai, tujuan dan makna bagi kehidupan manusia, karena
spiritualitas merupakan landasan bagi tumbuhnya harga diri dan moralitas
seseorang agar mempunyai hubungan langsung dengan Tuhan (Rais et. Al.
2019). Menurut Suyadi (2017:139), kecerdasan spiritual atau SQ adalah
kemampuan mempersepsikan keberagaman orang lain. Selain itu,
19
Mansi Shukla. Spiritual Intelligence, Resilience and Life Satisfaction in young
adults: A Descriptive Study. The International Journal of Indian Psychology ISSN 2348-5396
(Online) | ISSN: 2349-3429 (Print) Volume 9, Issue 3, July- September, 2021 DIP:
18.01.167.20210903, DOI: 10.25215/0903.167 http://www.ijip.in, h.1750.
20
Yuniarwati, I Cenik Ardana, Sofia Prima Dewi. Spiritual Quotient and Organizational Citizenship
Behavior in Higher Education. International Journal of Psychosocial Rehabilitation, Vol. 24, Issue
08, 2020 ISSN: 1475-7192, h. 5021.

21
kecerdasan spiritual atau SQ dapat diartikan sebagai kemampuan yang
digunakan untuk merasakan bahwa Allah selalu menjaga seseorang.

22
Kesimpulan:

Kesimpulan mengenai otak dan perilaku manusia berdasarkan neurosains


dalam konteks Al-Qur'an mencakup pemahaman bahwa pengetahuan tentang otak
dapat dipandang sebagai sarana untuk mendekati kebesaran Allah dan memahami
keajaiban ciptaan-Nya. Dalam perspektif Islam, neurosains dapat membantu
manusia lebih memahami diri mereka sendiri.

Isi dari makalah ini integrasi antara sains modern, khususnya neurosains,
dengan nilai-nilai Islam. Melalui pendekatan ini, diharapkan bahwa manusia dapat
memperoleh pengetahuan yang lebih dalam, tetapi tetap mempertahankan
spiritualitas dan ketaatan terhadap ajaran agama. Penting untuk terus berkembang
dalam pengetahuan dan memperkuat iman.

Saran:

Demikianlah makalah yang kami buat ini, semoga bermanfaat dan


menambah pengetahuan para pembaca. Kami mohon maaf apabila ada kesalahan
ejaan dalam penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas, dimengerti, dan
lugas.Karena kami hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan Dan
kami juga sangat mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi
kesempurnaan makalah ini. Sekian penutup dari kami semoga dapat diterima di
hati dan kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

23
DAFTAR PUSTAKA

Agung, A. (2018). Konsep Pendidikan Karakter Islami; Kajian Epistemologis. Al-


Tarbawi Al-Haditsah: Jurnal Pendidikan Islam, 3(2).
Ahmat Miftakhul Huda dan Suyadi. 2020. Otak dan Akal dalam Kajian Alquran
dan Neurosains. Jurnal Pendidikan Islam Indonesia Volume 5, Nomor 1.

Arroisi, J. (2023). Neurosycal Theory in The Islamic Intellectual Tradition.


(Critical Analysis of Historical Dimensions in Psychology). Journal
Afkaruna Vol.19, 248.
Awhinarto, A., & Suyadi, S. (2020). Otak karakter dalam pendidikan Islam:
Analisis kritis pendidikan karakter islam berbasis neurosains. Jurnal
Pendidikan Karakter, 11(1)
Dr. Suyadi M. Pd.I, “Pendidikan Islam dan Neurosains Menelususri Jejak Akal
dan Otak Dalam Al-Qur’an Hingga Pengembangan Neurosains Dalam
Pendidikan Islam” ( Jakarta: Penerbit Kencana, 2020), hlm. 41
Dr. Suyadi, M. Pd.I., “Neurosains Pendidikan Islam” (Yogyakarta: Penerbit UAD
PRESS, 2021), hlm. 109
Green, M., & Elliott, M. (2010). Religion, health, and psychological well-being.
Journal of religion and health, 49, 149-163.
HIMAYATUL IZZATI, POTENSI PEMBELAJARAN MANUSIA :
PERSPEKTIF NEUROSAINS DAN ISLAM, hlm. 7
Kasno, AQL DAN OTAK DALAM KAJIAN NEUROSAINS DAN
IMPLIKASINYA PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PENDIDIKAN
ISLAM, MUADDIB: Studi Kependidikan dan Keislaman. Vol. 09 No. 02
Juli-Desember 2019, hlm. 170-171

Magray, F. &. (2022). Understanding Human Brain : A Reflection of Quran and


Sciense. international Journal of Health Sciences , 6811.
Mansi Shukla. Spiritual Intelligence, Resilience and Life Satisfaction in young
adults: A Descriptive Study. The International Journal of Indian
Psychology ISSN 2348-5396 (Online) | ISSN: 2349-3429 (Print) Volume
9, Issue 3, July- September, 2021 DIP: 18.01.167.20210903, DOI:
10.25215/0903.167 http://www.ijip.in.

24
Meity Hadziana, Neurosains dalam Perspektif Islam, JURNAL KEPENDIDIKAN
DAN KEISLAMAN, Vol. 8, No. 2 (2020).

Musi, M. A. (2021). Neurosains Menjiwai Sistem Saraf dan Otak . Jakarta :


KENCANA .
Nata, H. A. (2016). Pendidikan dalam perspektif Al-Qur'an. Prenada Media
Riska, Suyadi. 2022. Akal dan Otak dalam Al-Qur’an dan Neurosains Serta
Relefansinya Terhadap Pendidikan Islam. https://doi.
org/10.36667/tf.v16i2.1144, Vol. 16, No. 2, 2022.

Shuxian He and Hanjie Wang. Analysis on the Role of Intelligence Quotient and
Emotional Quotient in the Growth of College Students. Advances in Social
Science, Education and Humanities Research, volume 569 Proceedings of
the 2021 International Conference on Diversified Education and Social
Development (DESD 2021).

Suyadi. (2020). Otak dan Akal dalam Kajian Al-Qur'an dan Neurosains . Jurnal
Pendidikan Islam Indonesia Vol.5 No.1 , 71.
Suyadi. (2020). Pendidikan Islam dan Neurosains . Jakarta: Kencana .
Suyadi. 2020. PENDIDIKAN ISLAM DAN NEUROSAINS: Menelusuri Jejak Akal
dan Otak dalam Al-Qur’an Hingga Pengenmbangan Neurosains dalam
Pendidikan Islam. (Jakarta:Kencana).
Taufiq Pasiak. 2008. Revolusi IQ/EQ/SQ : Menyingkap Rahasia Kecerdasan
Berdasarkan Al-Qur’an dan Neurosains. (Bandung : PT Mizan Pustaka).

Timotius, K. H. (2018). Otak dan perilaku. Penerbit Andi.


Yuniarwati, I Cenik Ardana, Sofia Prima Dewi. Spiritual Quotient and
Organizational Citizenship Behavior in Higher Education. International
Journal of Psychosocial Rehabilitation, Vol. 24, Issue 08, 2020 ISSN:
1475-7192.

25

Anda mungkin juga menyukai