NEUROSAINS AL-QUR’AN
MAKALAH
Dosen Pengampu :
Haryu, S.Ag.,M.Si
FAKULTAS DAKWAH
MARET 2024
Kata Pengantar
Pertama-tama kami panjatkan puja dan puji syukur atas rahmat dan ridha
Allah SWT. Tak lupa shalawat kami panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW
yang telah membimbing kita dari zaman kegelapan hingga zaman yang terang
benderang. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi
Islam yang dibimbing oleh Bapak Haryu, S.Ag., M.Si.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Haryu, S.Ag., M.Si.
karena telah memberikan kami kesempatan untuk menyelesaikan makalah yang
berjudul “Otak dan Peilaku Manusia Berdasarkan Neurosains Al-Qur’an”. Tidak
lupa kami juga ucapkan terimakasih kepada teman-teman seperjuangan yang telah
ikut dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna baik secara isi materi maupun cara penulisannya. Namun kami telah
berusaha dengan keras dengan wawasan yang kami miliki untuk menyelesaikan
makalah ini. Semoga makalah ini bisa menambah wawasan bagi para pembaca,
serta bermanfaat dalam meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan.
Kelompok 8
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.........................................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG...............................................................................4
1.2 RUMUSAN MASALAH..........................................................................5
1.3 TUJUAN...................................................................................................5
BAB II......................................................................................................................7
PEMBAHASAN......................................................................................................7
A. Pengertian Neurosains...................................................................................7
B. Kajian Otak dalam Al-Qur’an dan Neurosains.............................................7
C. Peran Otak Karakter dalam Pendidikan......................................................10
D. Pendidikan Karakter Islami.........................................................................12
E. Aplikasi Neurosains dalam Pembelajaran...................................................14
F. Akal dan Otak dalam Al-Qur’an dan Neurosains (IQ, EQ, SQ).................18
Kesimpulan............................................................................................................23
Saran.......................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................24
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
terlebih dahulu mengenai struktur dan fungsi otak secara universal. Dapat
kita ketahui ayat-ayat dalam Al-Qur'an yang mengandung penjelasan
tentang otak atau sel saraf ada tiga Surat yang pertama QS. 11:56, yang
kedua QS. 55:41 dan ketiga QS. 96:13-16.
Otak adalah hal yang menyebabkan kontroversi dan ambigu karena
memiliki makna lebih dari satu yang berada diseluruh tubuh manusia,
karena otak merupakan tempat berpikir kejiwaan dan kerohanian. jiwa dan
roh juga merupakan hal yang kontroversi dan ambigu karena memiliki
makna lebih dari satu. Sehingga tidak dapat dipungkiri apabila banyak
seseorang yang berpendapat bahwa antara otak dan akal itu sama dan
adapula yang berpendapat bahwa akal dan otak berbeda. Bagian otak
secara anatomis terdapat beberapa bagian yang sudah sesuai dengan peran
beserta fungsinya masing-masing. Berikut merupakan pembagian otak
secara anatomis beserta fungsi neurofisiologinya yaitu pertama otak besar
(cerebrum) adalah otak yang berhubungan dengan sistem belajar dan
menjadi sumber seluruh gerakan sadar sesuai kehendak. kedua otak kecil
(cerebelum) terdapat di bagian belakang manusia yang posisinya dekat
dengan ujung leher di bagian atas fungsi otak kecil adalah menjadi hal
yang otomatis seperti mengontrol dan menjaga keseimbangan tubuh serta
mengondisikan antara otot dengan tubuh yang akan bergerak.
1.3 TUJUAN
5
3. Untuk mengetahui aplikasi neurosains dalam pembelajaran
4. Untuk mengetahui akal dan otak dalam Al-Qur'an dan neurosains (IQ,
EQ, SQ)
5. Untuk mengetahui peran otak dan karakter dalam pendidikan
6. Untuk mengetahui pendidikan karakter islami
6
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Neurosains
1
Suyadi Pendidikan Islam dan Neurosains (Jakarta) : KENCANA, 2020 : 65
2
Muhammad Akil Musi, Neurosains Menjiwai Sistem Saraf dan Otak (Jakarta) : KENCANA, 2021 : 9
7
dilacak jejaknuya dalam Al-Qur’an surat 96 : 15 – 16 sebagaimana dikutip
berikut ini :
)16( ) َناِص َيٍة َك اِذَبٍة َخاِط َئٍۚة15( َك اَّل َلئْن َّلْم َيْنَتِه ۙە َلَنْس َفًع ۢا ِبالَّناِص َيِۙة
“Ketahuilah sungguh jika ia tidak berhenti (berbuat demikian) niscaya
kami tarik ubun-ubunnya, yaitu ubun-ubun orang yang mendustakan lagi
durhaka” . (QS. Al-Alaq : 15-16)
3
Ibid 53
4
Suyadi, Otak dan Akal Dalam Kajian Al-Quran dan Nurosains, Vol 5, Jurnal Pendidikan Islam
Indonesia, 2020 : 71
8
yang berpendapat bahwa antara otak dan akal itu sama akan tetapi juga ada yang
berpendapat bahwa akal dan otak itu berbeda.
Selain secara anatomis bagian otak juga bisa dibagi secara neuroanatomi.
Secara neuroanatomi otak dapat dibagi menjadi dua yaitu Otak Kanan dan Otak
Kiri. Peran penting Otak kanan yaitu sebagai proses berpikir secara intuitif,
kemampuan merasakan, memadukan dan visual, seperti berimajinasi, menyukai
seni, menggambar, mendengarkan irama musik, atau yang sering disebut dengan
aktivitas intuitif-kreatif. Otak kiri berfungsi untuk proses berpikir dengan logika,
kata-kata, matematika dan urutan, atau sering disebut juga dengan pembelajaran
logis-akademis, misalnya seperti melakukan kegiatan menghitung dan membaca,
berpikir dengan logika, dan lebih pandai dalam mempelajari ilmu sains.
Pemahaman otak dalam islam tidak terpaku pada organ ajaib yang mampu
menyimpan ingatan dalam skala besar, namun otak mempunyai kesatuan dengan
jiwa dan pikiran manusia. Koneksi dengan hal di atas pembahasannya
mengundang beberapa pendapat dari para ulama. Hal ini dibuktikan dalam
beberapa tinjauan literatur bahwa otak adalah bentuk fisik dari akal. Dan ada pula
yang mengatakan bahwa otak dan pikiran adalah dua bentuk yang berbeda. Faiz
Rofdli dalam tulisannya mengatakan bahwa akal adalah satu-satunya fungsi otak.
Dalam penafsiran ini, Rofdli setuju dengan Moh Zaidi. Presentasi bukunya
membahas tentang hubungan antara pikiran dan otak sebagai hubungan antara
tubuh dan roh, pikiran sebagai roh, dan otak sebagai tubuh. Namun pandangan
Harun Nasution berbeda. Menurutnya, otak dan akal bukanlah satu kesatuan. Akal
(akal) bukanlah otak melainkan daya pikir yang terkandung dalam jiwa manusia.5
Memori manusia adalah konsep penting dalam psikologi kognitif dan ilmu
saraf. Otak kita secara aktif terlibat dalam fungsi pembelajaran dan menghafal.
Secara umum ingatan manusia digolongkan menjadi 2 kelompok : memori jangka
pendek/kerja, dan memori jangka panjang. Bisa dipastikan, ingatan adalah hal
terindah yang Allah berikan kepada manusia. Tentu saja, hal ini memainkan peran
penting dalam kehidupan individu. Selanjutnya adalah memori yang membantu
kita mengingat sejumlah besar informasi tentang diri kita dan dunia di sekitar kita.
5
Jarman Arroisi, Neurosycal Theory in The Islamic Intellectual Tradition (Critical Analysis of
Historical Dimensions in Psychology), Vol.19 Journal Afkaruna, 2023 : 248
9
Para ilmuwan melaporkan hal itu adalah area spesifik di otak yang bertanggung
jawab menyimpan semua informasi. Jadi, itu adalah otak manusia yang membuat
manusia bisa hidup, tanpanya ia akan seperti benda tak bernyawa. 6
Sifat neuroplastisitas yaitu hubungan antarsel saraf otak yang biasa disebut
dengan sinapsis. Hal ini bisa dengan mudah berubah pada tingkat seluler atau
molekuler. Sifat ini merupakan upaya untuk pembentukan otak yang baik.
Seorang ilmuan membuktikan bahwa sel saraf otak mempunyai suatu kemampuan
untuk melahirkan sel saraf baru yang nama lainnya yaitu neurogenesis.
pengalaman hidup seseorang dapat mengubah struktur otak manusia. Terdapat dua
pendekatan yaitu neurogenesis dan neuroplastisitas, hal ini mampu menerangkan
bagaimana sikap dan perilaku seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Sikap ini
bisa berubah berdasarkan pengalaman atau kebiasaan hidup yang dilaluinya.
6
Farooq & Magray (2022). Understanding human brain: A reflection of Quran and science.
International Journal of Health Sciences
10
Contohnya yaitu terdapat seorang purnawirawan jendral yang semasa menjabat
sebagai prajurit, maka dia akan cenderung konservatif dalam sikap pemikirannya.
Hal ini dikarenakan budaya yang sudah melekat di dalam dunia militer sehingga
menjadi karakter kepribadian yang kuat.
Otak merupakan suatu bagian yang penting pada manusia, karena otak
adalah suatu perangkat yang mempunyai fungsi untuk menentukan suatu esensi
seseorang sebagai khalifah di muka bumi. Selain itu otak juga dapat menjalankan
peranan yang amat penting dalam melakukan survivalitas, pengatur reflek,
berpikir, melakukan nalar kritis, mengatur emosi, melatih akal sehat, kesadaran
dan juga mengambil sebuah keputusan. Terdapat fase-fase perkembangan dan
pematangan komponen otak berlangsung pada sistem otak yaitu:
11
6) Cerebellum yang berfungsi sebagai kontrol gerak, postur, gaya
berjalan. Gangguan pada sistem otak ini ialah pikiran melambat, bicara
melambat, sulit belajar.
Adapun karakter berasal dari bahasa Yunani charassein yang secara bahasa
berarti mengukir. Karakter diibaratkan mengukir batu permata atau permukaan
12
besi yang keras. Pengertian kemudian berkembang, karakter diartikan sebagai
tanda khusus atau pola perilaku. Kata karakter dalam bahasa Inggris adalah
character. Character berarti mengukir, melukis, memahatkan, atau menggoreskan.
Dalam Kamus Bahasa Indonesia kata karakter diartikan dengan tabiat, sifat-sifat
kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain,
dan watak. Karakter juga bisa berarti huruf, angka, ruang, simbul khusus yang
dapat dimunculkan pada layar dengan papan ketik. Orang berkarakter berarti
orang yang berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, atau berwatak.
Karakter merupakan cara berperilaku dan berpikir yang memiliki ciri khas
di setiap individu baik untuk bekerja sama atau hidup, baik di lingkungan
masyarakat maupun keluarga. Karakter sering mengacu dalam serangkaian sikap,
keterampilan, motivasi, dan perilaku. Karakter meliputi sikap kritis, perilaku
seperti bertanggung jawab, jujur, dan mempertahankan prinsip-prinsip moral
dalam keadaan yang penuh dengan ketidak adilan. Karakter atau akhlak
merupakan nilai atau norma perilaku seseorang yang mempunyai hubungan secara
langsung dengan tuhan yang maha esa, sesama manusia, kepada diri sendiri,
terhadap lingkungan sosial, dan terhadap kebangsaan yang akan terwujud dalam
suatu sikap, perilaku, pikiran, dan perasaan. Yang berdasarkan kepada nilai-nilai,
tata karma, budaya, hukum dan adat istiadat.
13
E. Aplikasi Neurosains dalam Pembelajaran
7
HIMAYATUL IZZATI, POTENSI PEMBELAJARAN MANUSIA : PERSPEKTIF NEUROSAINS DAN ISLAM,
hlm. 7
8
Dr. Suyadi, M. Pd.I., “Neurosains Pendidikan Islam” (Yogyakarta: Penerbit UAD PRESS, 2021), hlm.
109
9
Dr. Suyadi M. Pd.I, “Pendidikan Islam dan Neurosains Menelususri Jejak Akal dan Otak Dalam Al-
Qur’an Hingga Pengembangan Neurosains Dalam Pendidikan Islam” ( Jakarta: Penerbit Kencana,
2020), hlm. 41
14
maupun emosional atau bahkan spiritual. Optimalisasi dapat dilakukan dengan
membuatnya dalam keadaan waspada yang relaks sebelum dimasuki informasi.
Sinaps yang menjadi penghubung antar sel saraf ialah zat kimia yang
disebut asetilkolin. Dengan aktifnya asetilkolin maka memori akan berfungsi lebih
baik lagi. Disamping itu, suasana gembira dapat memengaruhi cara otak dalam
memproses, mengambil dan menyimpan kembali informasi. Terdapat tiga hal
yang penting berkaitan dengan optimalisasi otak dalam belajar. Pertama
menyimpan, mengambil informasi dengan cepat, menyeluruh dan efisien. Kedua,
menggunakan informasi untuk menciptakan ide yang baru. Ketiga, menggunakan
15
informasi yang sudah diubah menjadi ide baru tersebut bisa digunakan untuk
menyelesaikan masalah.
Ketiga hal di atas dapat menjadi serangkaian berpikir secara holistik, untuk
mengelola informasi, dan mengubahnya menjadi ide yang baru hingga
penggunaannya secara mendalam untuk mengatasi masalah. Untuk
mengoptimalkan fungsi otak terdapat banyak cara yang bisa digunakan.
Diantaranya ialah dengan relaksasi. Tentunya rileks ketika sedang belajar bukan
berarti meditasi sebagaimana dalam terapi kesehatan. Berdoa sebelum belajar
dianggap cukup untuk memasuki relaksasi sebelum menerima informasi ataupun
materi pelajaran.10
10
Kasno, AQL DAN OTAK DALAM KAJIAN NEUROSAINS DAN IMPLIKASINYA PENDEKATAN SAINTIFIK
DALAM PENDIDIKAN ISLAM, MUADDIB: Studi Kependidikan dan Keislaman. Vol. 09 No. 02 Juli-
Desember 2019, hlm. 170-171
16
4. Disamping membutuhkan kondisi waspada yang rileks, otak juga
membutuhkan oksigen untuk bekerjanya. Berhentinya pasokan
oksigen akan merusak sel-sel syaraf di otak. Ruang kelas dengan
penyediaan oksigen yang berlimpah sangat kondusif untuk belajar,
seperti pohon-pohon yang daunnya rimbun di luar kelas dapat
menjadi sumber oksigen.
5. Olahraga yang dilakukan secara teratur, tidak hanya membugarkan
tubuh namun juga memperkaya darah dengan oksigen dan
meningkatkan pasokan oksigen ke otak.
6. Kekurangan zat besi (sayuran hijau) dan kalium (buah dan
sayuran) akan menurunkan rentang perhatian, menghambat
pemahaman dan secara umum menggangu prestasi belajar dan
secara umum mengganngu prestasi belajar. Kurangnya kalium
(buah dan sayuran) akan mengurangi aliran listrik di otak sehingga
akan menurunkan jumlah informasi yang dapat diterima otak.
11
Meity Hadziana, Neurosains dalam Perspektif Islam, JURNAL KEPENDIDIKAN DAN KEISLAMAN,
Vol. 8, No. 2 (2020), Hal. 10-11
17
Otak bukan sekedar struktur (benda-organik), tetapi fungsi dan sifat.
Karena itu, otak merupakan titik utama pengembangan manusia dalam bidang
pendidikan. Tidak saja untuk belajar mengajar tetapi juga bagi pendidikan secara
keseluruhan.12
F. Akal dan Otak dalam Al-Qur’an dan Neurosains (IQ, EQ, SQ)
Al-qur’an dianggap sebagai sumber referensi dari semua ilmu. Pada abad
ke-14 al-qur’an sudah menyebutkan struktur dan fungsi otak secara umum, jauh
sebelum frontal lobe ditemukan. Otak atau sel saraf dikenal sebagai naashiyah
(ubun-ubun) di dalam al-qur’an. Dimana otak dianggap sebagai saraf pusat yang
mengatur seluruh aktivitas kehidupan seseorang. Otak manusia memiliki 100 juta
sel saraf yang memiliki perannya masing-masing. Otak manusia secara
neurofisiologis dibagi menjadi empat, yaitu:14
12
Ibid, hlm. 12
13
Ahmat Miftakhul Huda dan Suyadi. 2020. Otak dan Akal dalam Kajian Alquran dan Neurosains.
Jurnal Pendidikan Islam Indonesia Volume 5, Nomor 1, h. 70.
14
Riska, Suyadi. 2022. Akal dan Otak dalam Al-Qur’an dan Neurosains Serta Relefansinya
Terhadap Pendidikan Islam. https://doi. org/10.36667/tf.v16i2.1144, Vol. 16, No. 2, 2022. H, 147-
148.
18
3. Brainstream (batang otak), mengatur sistem pernafasan, proses
pencernaan, suhu tubuh, dan insting.
4. Lymbic System (sistem limbik), terdiri dari beberapa komponen yaitu
hipokampus, hipotalamus, thalamus, amigdala dan korteks limbik.
Fungsinya mengatur memori jangka panjang, menghasilkan perasaan
dan emosi, mengatur rasa haus dan lapar.
15
Suyadi. 2020. PENDIDIKAN ISLAM DAN NEUROSAINS: Menelusuri Jejak Akal dan Otak dalam Al-
Qur’an Hingga Pengenmbangan Neurosains dalam Pendidikan Islam. (Jakarta:Kencana), h. 48.
16
Shuxian He and Hanjie Wang. Analysis on the Role of Intelligence Quotient and Emotional
Quotient in the Growth of College Students. Advances in Social Science, Education and Humanities
Research, volume 569 Proceedings of the 2021 International Conference on Diversified Education
and Social Development (DESD 2021), h.55.
19
bersifat kritis dan rasional, biasanya berfokus pada angka, logika, dan
urutan bahkan numerik. Menurut seorang psikolog, Daniel Goleman
menyatakan bahwa kecerdasan intelektual hanya menyumbang sekitar 5-
10 persen bagi kesuksesan hidup. Sisanya adalah kombinasi dengan
kecerdasan emosional.17
Seiring berjalannya waktu, diketahui bahwa manusia mempunyai lebih
dari satu kecerdasan. Menurut Gardner (1999), kecerdasan lebih dari
sekedar IQ karena tes IQ hanya mengukur kecerdasan logis dan verbal.
Dia mengidentifikasi tujuh kategori keterampilan dan kemampuan yang
dianggapnya sebagai kecerdasan individu: linguistik, logis, matematis,
spasial, kinestetik jasmani, musikal, interpersonal, dan intrapersonal
(Maftoon & Sarem, 2012; Zarei & Afshar, 2014). Kemudian dia
menambahkan tipe kedelapan dan kesembilan ke dalam daftarnya yaitu
kecerdasan naturalistik dan eksistensial.
2. Emotional Quotient (EQ)
Kecerdasan Emosional (EQ) memiliki atribut biologis dan sosial. Atribut
biologis kecerdasan emosional mengacu pada kemampuan seseorang
untuk mengendalikan emosinya sendiri atau memahami emosi orang lain,
seperti kemauan dan empati. Namun kecerdasan emosional cenderung
berfokus pada atribut sosialnya, artinya dalam realitas sosial pembagian
kerja dan kerja sama, suatu pekerjaan perlu diselesaikan oleh banyak
orang, dan kemampuan satu orang untuk memainkan perannya dalam
suatu kelompok.18
Menurut Goleman (2017) kecerdasan emosional adalah kemampuan
seseorang dalam memantau perasaan dan emosinya baik terhadap diri
sendiri maupun orang lain, kemudian mampu membedakan kedua hal
tersebut dan menggunakan informasi tersebut untuk memandu pikiran dan
tindakan selanjutnya. Dimana kecerdesan emosional biasanya didominasi
17
Taufiq Pasiak. 2008. Revolusi IQ/EQ/SQ : Menyingkap Rahasia Kecerdasan Berdasarkan Al-
Qur’an dan Neurosains. (Bandung : PT Mizan Pustaka), h. 21.
18
Shuxian He and Hanjie Wang. Analysis on the Role of Intelligence Quotient and Emotional
Quotient in the Growth of College Students. Advances in Social Science, Education and Humanities
Research, volume 569 Proceedings of the 2021 International Conference on Diversified Education
and Social Development (DESD 2021), h.55.
20
oleh otak kanan dengan cara berfikir yang acak, intuitif dan tidak teratur.
Orang yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi biasanya dapat
mengendalikan dan mengelola emosinya dengan baik, memiliki motivasi
diri saat dihadapkan dengan kegagalan, memiliki rasa empati, serta
keterampilan sosial seperti membaca situasi dan menyelesaikan
perselisihan.
3. Spritiual Quotient (SQ)
Menurut Covey (2004), “kecerdasan spiritual mewakili dorongan kita
terhadap makna dan hubungan dengan yang tak terbatas.” Dalam
mendefinisikan konsep kecerdasan spiritual, diyakini bahwa spiritualitas
dan religiusitas adalah dua konsep yang berbeda. Ini diperlakukan sebagai
kecerdasan eksistensial ketika diperiksa sebagai konstruksi psikologis. SI
adalah ungkapan yang banyak digunakan untuk menggambarkan persepsi,
motivasi, kemampuan, kemampuan dan kognisi (Emmons, 2000).19
Singh dan Sinha (2013:3) menyatakan bahwa orang dengan Spiritual
Quotient yang tinggi merasa lebih puas, menemukan makna dan tujuan
yang lebih dalam dari kehidupannya. Mereka beroperasi dari positivisme,
melakukan upaya terbaik, mendapatkan kebahagiaan dalam membantu
orang lain dan membantu masyarakat dengan menggunakan dimensi
kecerdasan yang lebih tinggi. Karena mereka mampu menggunakan
Intelligence Quotient dan Emotional Quotient, mereka lebih baik, mereka
kreatif; memberi nilai tambah pada kehidupan orang lain.20
Spiritualitas merupakan kebutuhan dan pencapaian tertinggi manusia yang
memberikan arah, nilai, tujuan dan makna bagi kehidupan manusia, karena
spiritualitas merupakan landasan bagi tumbuhnya harga diri dan moralitas
seseorang agar mempunyai hubungan langsung dengan Tuhan (Rais et. Al.
2019). Menurut Suyadi (2017:139), kecerdasan spiritual atau SQ adalah
kemampuan mempersepsikan keberagaman orang lain. Selain itu,
19
Mansi Shukla. Spiritual Intelligence, Resilience and Life Satisfaction in young
adults: A Descriptive Study. The International Journal of Indian Psychology ISSN 2348-5396
(Online) | ISSN: 2349-3429 (Print) Volume 9, Issue 3, July- September, 2021 DIP:
18.01.167.20210903, DOI: 10.25215/0903.167 http://www.ijip.in, h.1750.
20
Yuniarwati, I Cenik Ardana, Sofia Prima Dewi. Spiritual Quotient and Organizational Citizenship
Behavior in Higher Education. International Journal of Psychosocial Rehabilitation, Vol. 24, Issue
08, 2020 ISSN: 1475-7192, h. 5021.
21
kecerdasan spiritual atau SQ dapat diartikan sebagai kemampuan yang
digunakan untuk merasakan bahwa Allah selalu menjaga seseorang.
22
Kesimpulan:
Isi dari makalah ini integrasi antara sains modern, khususnya neurosains,
dengan nilai-nilai Islam. Melalui pendekatan ini, diharapkan bahwa manusia dapat
memperoleh pengetahuan yang lebih dalam, tetapi tetap mempertahankan
spiritualitas dan ketaatan terhadap ajaran agama. Penting untuk terus berkembang
dalam pengetahuan dan memperkuat iman.
Saran:
23
DAFTAR PUSTAKA
24
Meity Hadziana, Neurosains dalam Perspektif Islam, JURNAL KEPENDIDIKAN
DAN KEISLAMAN, Vol. 8, No. 2 (2020).
Shuxian He and Hanjie Wang. Analysis on the Role of Intelligence Quotient and
Emotional Quotient in the Growth of College Students. Advances in Social
Science, Education and Humanities Research, volume 569 Proceedings of
the 2021 International Conference on Diversified Education and Social
Development (DESD 2021).
Suyadi. (2020). Otak dan Akal dalam Kajian Al-Qur'an dan Neurosains . Jurnal
Pendidikan Islam Indonesia Vol.5 No.1 , 71.
Suyadi. (2020). Pendidikan Islam dan Neurosains . Jakarta: Kencana .
Suyadi. 2020. PENDIDIKAN ISLAM DAN NEUROSAINS: Menelusuri Jejak Akal
dan Otak dalam Al-Qur’an Hingga Pengenmbangan Neurosains dalam
Pendidikan Islam. (Jakarta:Kencana).
Taufiq Pasiak. 2008. Revolusi IQ/EQ/SQ : Menyingkap Rahasia Kecerdasan
Berdasarkan Al-Qur’an dan Neurosains. (Bandung : PT Mizan Pustaka).
25