Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PERKEMBANGAN FISIK, KOGNITIF, DAN SOSIO-EMOSI MASA KANAK-


KANAK AWAL (2-6 TAHUN )

Dosen pengampu : Citra Ayu Kumala Sari, M.Psi

Disusun oleh:

Kelompok 3

1. Nanda Ameilia Zulfia (126308211053)


2. Nila Sarofa (126308211056)
3. Safira Lailil Ramadhani (126308211064)
4. Salsabila Ayu Fitria (126308211066)
5. Umi Salamah (126308211077)
6. Adinda Fuadila Alhumairo (126308211091)

JURUSAN PSIKOLOGI ISLAM 2-B

FAKULTAS USLUHUDIN ADAB DAN DAKWAH


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH
TULUNGAGUNG

2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang, kita
panjatkan puja dan puji syukur kehadiran-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidyah, dan inayah-
Nya. Sholawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW,
Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dalam rangka menambah pengetahuan bagi penulis
dan pembaca serta memenuhi tugas mata kuliah Pemikiran dan Peradaban Islam. Ucapan terima kasih
kami sampaikan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Maftukhin, M.Ag selaku rektor UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung
yang telah memberikan kesempatan kepada kami menuntut ilmu di universitas ini.
2. Ibu Citra Ayu Kumala Sari, M.Psi selaku dosen pengampu dalam mata kuliah Psikologi
Perkembangan yang telah mengajar dan memberikan pengarahan kepada kami.
3. Teman-teman PI 2-B yang senantiasa memberikan dukungan kepada penulis untuk
menyelesaikan makalah ini.

Dalam makalah ini, penulis menyadari bahwa adanya keterbatasan pengetahuan, rujukan, serta
sumber bacaan dalam membuat makalah ini sehingga jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik
dan saran dari pembaca sangat diperlukan untuk membangun makalah ini dan menutupi
kekurangannya. Semoga makalah ini dapat membantu proses pembelajaran khususnya dalam mata
kuliah Pemikiran dan Peradaban Islam serta dapat memberikan manfaat terhadap pembaca.

Tulungagung, 22 Maret 2022

Penulis

DAFTAR ISI

2
JUDUL

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………2

DAFTAR ISI...........................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah…………………………………………………….….….4

B. Rumusan Masalah……………………………………………………….…….…..5

C. Tujuan Pembahasan…………………………………………………….…….…...5

BAB II PEMBAHASAN

A. Perkembangan Fisik………………………………………………………………

B.

C. Perkembangan Bahasa Usia 2-6 Tahun…………………………………………..

D. Perkembangan Emosi Anak Usia 2-6 Tahun……………………………………

E. Hubungan Pertemanan dan Bermain Usia 2-6 Tahun……………………………

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………………………………....

B. Saran……………………………………………………………………………...

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………

BAB I

3
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa kanak-kanak dimulai setelah melewati masa bayi yang penuh dengan
ketergantungan. Masa kanak-kanak awal atau bisa disebut sebagai masa prasekolah secara
kronologis (urutan waktu) merupakan masa perkembangan pada usia sekitar 2 sampai 6 tahun.
Dalam masa ini perkembangan biologis berjalan dengan cepat dan pesat. Akan tetapi,
perkembangan secara sosiologisnya si anak masih sangat terikat oleh keluarga dan lingkungan
di sekitarnya. Dengan demikian, keluarga berperan penting dalam mempersiapkan anak untuk
terjun ke dalam lingkungan yang lebih luas lagi terutama di lingkungan sekolah.

Masa kanak-kanak ini sering juga disebut sebagai mata estetika, masa indera, dan masa
menentang orang tua. Disebut sebagai masa estetika karena pada masa ini merupakan saat
terjadinya perasaan keindahan. Disebut juga masa indera, karena pada masa ini penginderaan
anak-anak berkembang secara pesat. Dikarenakan pesatnya perkembangan tersebut, maka
anak-anak senang untuk mengadakan eksplorasi, yang selanjutnya bisa disebut sebagai masa
menentang.

Pada masa kanak-kanak awal ini, anak akan melakukan berbagai macam hal seperti
meniru, banyak bermain sandiwara (khayalan), dari kebiasaan yang telah dilakukan itu akan
memberikan keterampilan dan pengalaman-pengalaman baru terhadap anak. Ada yang
berpendapat bahwa masa ini dimulai sebagai penutup dari masa bayi. Masa kanak-kanak awal
ini berakhir sampai dengan sekitar usia masuk sekolah dasar.

Perkembangan fisik, kognitif, dan psikososial anak pada masa kanak-kanak awal ini
juga tidak dapat dikesampingkan pentingnya. Ketiga perkembangan ini sangat penting dalam
perkembangan seorang anak, dikarenakan nantinya akan menentukan dan membawa perilaku
anak hingga dia dewasa.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana perkembangan fisik pada masa kanak-kanak awal ?

2. Bagaimana perkembangan kognitif pada masa kanak-kanak awal ?

3. Bagaimana perkembangan bahasa pada masa kanak-kanak awal ?

4. Bagaimana perkembangan emosi pada masa kanak-kanak awal ?

4
5. Bagaimana hubungan pertemanan dan bermain pada masa kanak-kanak awal ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui perkembangan fisik pada masa kanak-kanak awal

2. Untuk mengetahui perkembangan kognitif pada masa kanak-kanak awal

3. Untuk mengetahui perkembangan bahasa pada masa kanak-kanak awal

4. Untuk mengetahui perkembangan emosi pada masa kanak-kanak awal

5. Untuk mengetahui hubungan pertemanan dan bermain pada masa kanak-kanak awal

BAB II
5
PEMBAHASAN

A. PERKEMBANGAN FISIK

Aspek Perkembangan Fisik anak usia 2-6 Tahun pertama,Masa kanak-kanak awal terjadi pada
rentang usia 2 – 6 tahun, masa ini sekaligus merupakan masa prasekolah, dimana anak umumnya
masuk Kelompok Bermain dan Taman Kanak-Kanak. kedua, Anak usia Taman Kanak-kanak dalam
rentangan usia 4-5 atau 6 tahun berada dalam masa usia emas (golden age) segala sesuatunya sangat
berharga, baik fisik, emosi dan intelektualnya. Perkembangan fisik yaitu sebagai dasar bagi kemajuan
perkembangan berikutnya, dengan meningkatnya pertumbuhan tubuh baik berat badan ataupun tinggi
badan serta kekuatannya. Hal ini memungkinkan anak untuk lebih aktif dan berkembang dalam
keterampilan fisiknya, dan juga berkembangnya eksplorasi terhadap lingkungan tanpa bantuan dari
orang tuanya. Perkembangan sistem syaraf pusat memberikan kesiapan pada anak untuk lebih
meningkatkan pemahaman dan penguasaannya terhadap tubuhnya

Perkembangan Fisik Anak Usia 2-6 Tahun pertama, Anak dapat turun tangga, melompat,
bejingkrak, dan mengubah arah. Kedua, Dapat mengenakan pakaian tanpa dibantu. Ketiga, Gigi susu
mulai tanggal, digantikan oleh gigi tetap.

Perubahan tubuh masa kanak-kanak awal saat usia prasekolah tumbuh lebih besar, Pada
umumnya masa kanak-kanak awal, rata-rata anak bertambah tinggi 6,25 cm setiap tahun, dan
bertambah berat 2,5 – 3,5 kg setiap tahun.

Pertumbuhan otak pada anak usia lima tahun mencapai 75% dari ukuran orang dewasa dan
90% pada usia 6 tahun. Pada usia ini juga tumbuh “myelinization” (lapisan urat syaraf dalam otak
yang terdiri dari bahan penyekat berwarna putih, yaitu myelin) secara sempurna. Lapisan urat syaraf
ini membantu transmisi impul-impul syaraf secara cepat, yang memungkinkan pengontrolan terhadap
kegiatan motorik lebih seksama dan efisien. Di samping itu, pada usia ini terjadi banyak perubahan
fisiologis lainnya seperti, pernapasan menjadi lebih lambat dan mendalam dan denyut jantung lebih
lambat dan menetap.

B. PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA 2-6 TAHUN

Perkembangan kognitif mengacu pada tahapan kemampuan seorang anak dalam memperoleh
makna dan pengetahuan dari pengalaman serta informasi yang ia dapatkan. Perkembangan kognitif
meliputi proses mengingat, pemecahan masalah, dan juga pengambilan keputusan.

6
Piaget mengemukakan bahwa sejak usia balita, seseorang telah memiliki kemampuan tertentu
untuk mengahadapi objek-objek yang ada di sekitarnya. Kemampuan ini masih sangat sederhana,
yakni dalam bentuk kemampuan sensor motorik. Dalam memahami dunia mereka secara aktif, anak-
anak menggunakan skema, asimilasi, akomodasi, organisasi dan equilibrasi.

Tahapan-tahapan kognitif

Melalui
observasinya, Piaget meyakini bahwa perkembangan kognitif terjadi dalam empat tahapan. Masing-
masing tahapan berhubungan dengan usia dan tersusun dari jalan pikiran yang berbeda-beda.

1. Tahap sensorimotorik (usia 0-2 tahun)

Tahap ini
berlangsung sejak kelahiran sampai sekitar usia dua tahun. Dalam tahapan ini, bayi menyusun
pemahaman dunia dengan mengoordinasikan pengalaman indra (sensory) mereka dengan gerakan
motor (otot). Menjelang akhir periode sensorimotor, anak bisa membedakan antara dirinya dan dunia
sekitarnya dan menyadari bahwa objek tetap ada dari waktu ke waktu.

2. Tahap pra-oprasional (usia 2-7 tahun)

Tahap ini
berlangsung mulai usia 2 tahun sampai tujuh tahun. Tahap ini adalah tahap pemikiran yang lebih
simbolis, tetapi tidak melibatkan pemikiran operasional. Tahap ini lebih bersifat egosentris dan intuitis.
Pemikiran pra-operasional terdiri dari dua subtahap, yaitu tahap fungsi simbolis dan tahappemikiran
intuitif. Pemikiran pra-opersional masih mengandung dua keterbatasan, yaitu egosentrisme dan
animisme.

Egosentrisme
adalah ketidakmampuan untuk membedakan antara perspektif milik sendiri dengan perspektif orang
lain. Piaget dan Barber Inhelder mempelajari egosentrisme anak dengan memberikan tugas gunung.

Animisme juga
merupakan ciri pemikiran pra-operasional. Animisme adalah kepercayaan bahwa objek tidak bernyawa
punya kualitas “kehidupan” dan bisa bergerak. Seorang anak kecil menunjukkan animisme ini dengan
mengatakan “pohon itu mendorong daun dan membuatnya gugur” atau “trotoar itu membuatku
terjatuh”.

7
3. Tahap oprasional konkrit (usia 7-11 tahun)

Tahap
opersional konkret, dimulai umur tujuh tahun sampai sebelas tahun. Pemikiran operasional konkret
mencakup penggunaan operasi. Penalaran logika menggantikan penalaran intuitif, tetapi hanya dalam
situasi konkret. Kemampuan untuk mengklasifikasikan sesuatu sudah ada, tetapi belum bisa
memecahkan problem-problem abstrak. Operasi konkret tindakan mental yang bisa dibalikkan yang
berkaitan dengan objek konkret nyata. Operasi konkret membuat anak bisa mengoordinasikan
beberapa karakteristik, jadi bukan hanya fokus pada satu kualitas objek.Dalam tahap pra-opersional
juga menunjukkan karakteristik pemikiran yang disebut centration yakni pemfokusan (pemusatan)
perhatian pada satu karakteristik dengan mengabaikan karakteristik lainnya. Centration tampak jelas
dalam kurangnya konservasi dalam tahap ini. Konservasi yang dimaksud di sini adalah ide bahwa
beberapa karakteristik dari objek itu tetap sama meski objek itu berubah penampilannya

4. Tahap oprasional formal (usia 11-15 tahun)

Tahap
operasional formal, usia sebelas sampai lima belas tahun. Pada tahap ini individu sudah mulai
memikirkan pengalaman konkret, dan memikirkannya secara lebih abstrak, idealis dan logis. Kualitas
abstrak dari pemikiran operasional formal tampak jelas dalam pemecahan problem verbal. Tahap
operasional formal juga memiliki kemampuan untuk melakukan idealisasi dan membayangkan
kemungkinan-kemungkinan. Pada tahap ini, anak mulai melakukan pemikiran spekulasi tentang
kualitas ideal yang mereka inginkan dalam diri mereka dan diri orang lain. Konsep operasional formal
juga menyatakan bahwa anak dapat mengembangkan hipotesis deduktif tentang cara untuk
memecahkan problem dan mencapai kesimpulan secara sistematis.

C. PERKEMBANGAN BAHASA ANAK USIA 2-6 TAHUN

Bahasa merupakan sarana berkomunikasi dengan orang lain. Dalam pengertian

ini tercakup semua cara untuk berkomuniasi, dimana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk
tulisan, lisan, isyarat atau gerak dengan menggunakan kata-kata, kalimat bunyi, lambar, gambar atau
lukisan. Dengan bahasa semua manusia dapat mengenal dirinya, sesama manusia, alam sekitar, ilmu
pengetahuan dan nilai-nilai moral atau agama. Usia sekolah dasar merupakan masa berkembang

8
pesatnya kemampuan mengenal dan menguasai perbendaharaan kata (vocabulary). Pada masa awal
sekolah dasar (usia 6 tahun) anak sudah menguasai sekitar 2500 kata, usia 8 tahun 20000 kata dan pada
masa akhir (usia 11-12 tahun) telah menguasai sekitar 50000 kata (Abin Syamsudin M, 1991; Nana
Syaodih S, 1990).

Dengan dikuasainya keterampilan membaca dan berkomunikasi dengan orang lain, anak sudah gemar
membaca atau mendengarkan cerita yang bersifat kritis (tentang perjalanan/petualangan, riwayat para
pahlawan dsb). Pada masa ini tingkat berpikir anak sudah lebih maju, anak banyak menanyakan soal
waktu dan sebab akibat. Oleh karena itu, kata tanya yang digunakannya yang semula hanya “apa”,
sekarang sudah diikuti dengan pertanyaan : “dimana”, “darimana”, “ke mana”, “mengapa” dan
“bagaimana”.

Faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa anak adalah :

1. Proses kematangan, dengan perkataan lain anak menjadi matang (organ-organ

suara/bicara sudah berfungsi) untuk berkata-kata.

Bahan Pelatihan Pembelajaran Terpadu Yayasan Pendidikan Salman Al Farisi 2003 14

Perkembangan Anak Usia Dini

2. Proses belajar, yang berarti anak yang sudah matang untuk berbicara mempelajari bahasa orang lain
dengan jalan mengimitasi atau meniru ucapan.kata-kata yang didengarnya.

Kedua proses ini berlangsung sejak masa bayi dan kanak-kanak, sehingga pada usia anak masuk
sekolah dasar, sudah sampai pada tingkat : (1) dapat membuat kalimat yang lebih sempurna, (2) dapat
membuat kalimat majemuk, dan (3) dapat menyusun dan mengajukan pertanyaan.

D. PERKEMBANGAN EMOSI ANAK USIA 2-6 TAHUN

Pada usia 2-6 tahun ini emosi anak-anak sangat kuat. Karena emosinya mengalami ketidak
seimbangan, hal ini dikarenakan “keluar dari fokus” yang artinya anak mudah tertawa terbahak-bahak,
sehingga emosionalnya sulit diarahkan. Jadi tingginya emosi pada anak-anak dimasa awal ini ditandai
dengan mudahnya meledakkan emosi, rasa iri yang berlebih dan mudah ketakutan. Saat masa ini anak
sangat sulit diarahkan dan dibimbing karena emosi yang menjulur tinggi, jika anak diperingati lebih
mudah tersinggung dan bahkan sampai memberontak, penyebabnya karena anak keluar dari jalur fokus
mereka.

9
Terkadang beberapa orang tua hanya memperbolehkan anak melakukan hal yang terbatas atau
hal-hal yang tertentu saja, padahal mungkin anak bisa dan mampu melakukan hal yang lebih tinggi
lagi, akibatnya anak sering melanggar larangan dari orang tua mereka memberontak atau menolak
larangan tersebut. Anak akan meledakkan amarah saat melihat apa yang menurutnya mudah dilakukan.
Emosi yang menjulur tinggi ini biasanya penyebabnya adalah masalah psikologis.

Emosi anak pada tahap ini juga sangat terperinci. Kesadaran kognitif yang sudah meningkat
merupakan faktor penyebabnya. Angan-angan dan daya ingatnya mulai meningkat dari lingkungan
sekitar. Seorang anak itu selalu dekat dengan dengan pengasuhnya atau yang menjaganya setiap hari
faktor ini juga dapat memperluas perkembangan hubungan dengan lingkungannya. Emosi pada anak-
anak usia awal menurut Elizabeth B. Hurlock. Amarah, mulai dari yang sangat umum sekali
pertengkaran karena memperebutkan mainan, karena keinginanya tidak tercapai akhirnya marah.
Takut, kebiasaan meniru dan mengingat dapat menimbulkan rasa takut seperti dari media cerita-cerita,
radio maupun televisi dengan adanya unsur yang menakutkan. Iri hati, anak sering iri melihat
kemampuan anak lain, atau mungkin iri dengan barang yang dimiliki anak lain. Gembira, anak merasa
gembira karena suara, bunyi atau gambar yang tidak disangka-sangka atau tidak diinginkan contohnya
gembira karena dapat mengerjakan tugas yang dianggap sulit. Cemburu, anak menjadi cemburu bila
perhatian orang tuanya teralihkan dengan orang lain dikeluarganya. Sedih, anak merasa sedih bila
sesuatu yang dimilikinya hilang yang dia anggap penting. Inggin tahu, anak punya rasa ingin tahu akan
hal yang baru dilihatnya. Kasih sayang, anak suka dan cint terhadap hewan atau orang bahkan benda
yang dianggapnya menyenangkan.

Kemampuan seorang anak untuk mengontrol dan mengendalikan emosinya terdapat pada
kebiasaan meniru, dalam proses inilah orangtua sangat penting bagi anak untuk menyesuaikan
emosinya karena sangat berpengaruh. Apabila anak tumbuh dalam keluarga yang emosinya stabil,
maka anak akan tumbuh juga dengan emosi yang stabil. Tapi jika anak tumbuh dari emosi orangtua
yang tidak stabil, maka emosi anak akan lebih cenderung tidak stabil dan kurang bisa mengontrol
misalnya anak menjadi lebih agresif dan pemarah, mudah sekali merasa kecewa, dan mengeluh.

Emosi adalah faktor yang dominan sangat mempengaruhi individu termasuk dalam tingkah
laku pembelajaran. Emosi yang positif membawa pengaruh yang baik pula seperti perasaan bahagia,
senang, atau perasaan ingin tahu bisa mempengaruhi individu dalam pembelajaran seperti mengerjakan
tugas dengan tepat waktu, disiplin dalam berangkat sekolah, memperhatikan dan mendengarkan
penjelasan dari guru dll. tapi sebaliknya, emosi tersebut negatif seperti rasa kecewa, rasa tidak senang,
dan rasa iri hal ini justru akan menghambat proses belajar individu tidak akan terkecoh kepada hal lain
sehingga tidak dapat memusatkan pikirannya jadi mungkin anak akan gagal dalam proses belajar.

10
E. HUBUNGAN PERTEMANAN DAN BERMAIN USIA 2-6 TAHUN

Perkembangan adalah perubahan yang teratur, sistematis, dan terorganisir yang mempunyai
tujuan tertentu. Banyak teori mengenai perkembangan psikososial, yang paling banyak dianut adalah
teori psikosial dari Erik Erikson. Pada tahap ketiga (2-6 tahun) mereka belajar bagaimana
merencanakan dan melaksakan tindakannya. Pada usia 2-3 tahun, anak mulai menjalin hubungan
pertemanan. Dalam hubungan pertemanan tersebut, anak ingin disukai oleh teman-temannya. Anak
ingin bisa bermain dengan sebanyak mungkin teman. Anak mulai memahami bahwa fungsi
pertemanan adalah untuk berbagi, member dukungan, bergantian, dan berbagai keterampilan soaial
lainnya.

Pada usia 3-4 tahun hubungan pertemanan anak mulai meningkat di usia ini anak mulai
mengenali mana yang benar dan mana yang tidak benar. Anak mulai memahami tentang berbohong
dan mengapa ia tidak boleh berbohong, serta memahami tentang kesalahan. Perkembangan aspek
motorik tersebut juga menjadikan anak dapat bermain bersama dengan teman-temannya.

Pola pertemanan dan hubungan anak sudah lebih stabil pada usian 4-5 tahun. Hal itu
disebabkan anak sudah memahami adanya aturan, bahkan tidak hanya ketika bermain di limgkungan
sekolah, tetapi juga dalam prilaku dirumah. Itulah sebabnya anak ingin agar prilakunya dapat diterima
oleh orangtuannya dan teman-temannya.

:Pada usia 5-6 tahun terjadi peningkatan perkembangan social pada anak usia 5- 6 tahun. Factor
penambhan usia menjadi penyebab, dengan pertambahan usia tersebut anak menjadi lebih banyak
bermain dan bercakap- cakap dengan anak lainnya, khususnya dengan teman-temannya. Hubungan
anak bersama temantemannya yang semakin meningkat melalui kegiatan bermain, baik disekolah
ataupun di lingkungan rumah dapat menjadikan ia memahami dirinya sendiri untuk bersikap
kooperatif, toleran, menyesuaikan diri, dan mematuhi aturan yang berlaku dirumah, sekolah, dan
dilingkungan masyarakat.

Dalam hal ini peran pertemanan dalam perkembangan psikososial anak terdapat beberapa fase yaitu:

1. Fase pertama (Teman Untuk Bermain)

Fase ini terjadi pada usia 5 – 7 tahun, bagi mereka teman menariknya adalah teman yang
mempunyai mainan dan tempat tinggalnya dekat dengan mereka yang memiliki keterkaitan sama.
Persahabatan mereka mungkin akan putus dankembali seperti semula. Mereka tidak menganggap
bahwa kepribadian itu penting.

11
2. Fase kedua ( Teman untuk bersama)

Pada masa ini, pertemanan mereka didasari oleh kepercayaan satu sama lain terjadi pada usia 8
– 10 tahun. mereka berteman melalui kepercayaan, saling membutuhkan, dan saling mengunjungi.
Fase ini anak tidak gampang berteman seperti pada fase pertama, karena mereka harus ada kemauan
berteman dari kedua pihak. mereka juag tidak lmau lagi berteman jika ada masalah.

3. Fase ketiga

Fase ini terjadi pada usia 1 sampai 15 tahun, persahabatan dengan penuh perngertian. Bagi
mereka teman bukan hanya sebagai temoat bermain saja akan tetapi juga sebagai tempat bertukar
pikiran, persaan dan pengertian. Pertemanan ini sangat intens, sahabat yang lebih tahu daripada
orangtuanya sendiri. Pertemanan mereka bisa putus karena pindah rumah atau melanjutkan sekolah
lain.

Berikut ini beberapa faktor penting yang memperngaruhi hubungan pertemanan anak:

1. Cara mendidik dan membina anak. Orang tua yang mendidik dan membina anak secara bertahap
dengan penuh kasih sayang, yang biasanya akan tumbuh kepercayaan diri anak dalam
mengembangkan hubungan sosial.

2. Urutan kelahiran. Anak bungsu atau anak paling terakhir biasanya lebih populer dan lenih pintar
bernegosiasi daripada saudara-saudaranya.

3. Gender. Perbedaaa jenis kelamin mengakibatkan perbedaan pola asuh. Anak laki-laki boleh
memnajata pohon, sedangkam anak perempuan tidak boleh.

4. Kecakapan dan keterampilan mengambil peran. Mereka lebih dapat mengambil peran dan
bersosialisasi dan beradaprasi dilingkungan sosial.

5. Nama. Nama sangat penting dilingkungan masyarakat, apalagi nama yang diasosiakan yang
cenderung anak-anak lain mengejek yang membawa pengaruh negative dalam psikologi anak.

6. Daya Tarik. Anak-anak yang memiliki daya tarik tinggi memiliki pengaruh positif disekitarnya.
Sehingga mereka dapat tumbuh rasa percaya diri.

Perkembangan psikologi manusia dipengaruhi oleh intreraksi sosial dalam perkembangan


psikososial anak. Perkembangan moral seorang anak juga dipengaruhi oleh lingkungan sekitar.
Pertemanan mempunyai arti penting dalam perkembangan sosial anak-anak.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Masa kanak-kanak awal ialah masa yang penuh dengan tantangan bagi para orang tua.
Karena pada masa ini, orang tua dihadapkan pada karakter anak yang penuh masalah, seperti
egosentris, keras kepala, dan sulit untuk diatur. Akan tetapi di sisi lain, pada masa ini
merupakan usia emas dalam tahap perkembangan. Tahap perkembangan anak ke depannya
dapat terganggu bilamana pada masa ini anak mengalami keterlambatan tugas perkembangan.

Masa kanak-kanak yaitu masa terpanjang dalam rentang kehidupan saat dimana
individu relatif tidak berdaya dan bergantung pada orang lain. Masa awal kanak-kanak berawal
dari usia 2-6 tahun. Dimana masa ini merupakan masa pra sekolah, yang pada umumnya anak-
anak akan masuk ke dalam kelompok bermain dan taman kanak-kanak. Pada masa awal kanak-
kanak ini dianggap sebagai saat belajar untuk mencapai berbagai keterampilan dan senang
mencoba hal-hal yang baru.

Hubungan pertemanan dan bermain pada tahap ketiga (2-6 tahun) mereka belajar
bagaimana merencanakan dan melaksakan tindakannya. Pada usia 2-3 tahun, anak mulai
menjalin hubungan pertemanan. Pada usia 3-4 tahun hubungan pertemanan anak mulai
meningkat di usia ini anak mulai mengenali mana yang benar dan mana yang tidak benar. Pola
pertemanan dan hubungan anak sudah lebih stabil pada usian 4-5 tahun, hal ini karena anak
sudah memahami adanya aturan. Terjadi peningkatan perkembangan social pada anak usia 5-6
tahun, pertambahan usia menjadi penyebabnya, dengan bertambahnya usia anak lebih banyak
bermain dan bercakap-cakap dengan temannya. Hubungan anak bersama teman-temannya yang
semakin meningkat ini menjadikan ia dapat memahami dirinya sendiri untuk bersikap
kooperatif, toleran, menyesuaikan diri, dan mematuhi aturan yang berlaku.

B. SARAN
Demikianlah makalah ini kami susun, semoga makalah ini bermanfaat bagi para
pembaca. Dalam penulisan ini kami sadari bahwa masih banyak kekurangan, saran dan kritik
yang membangun sangat kami harapkan untuk menyempurnakan makalah kami ini.

13
DAFTAR PUSTAKA

14

Anda mungkin juga menyukai