Dosen pengampu :
Disusun Oleh :
1. RAHMAN
2. FADIYAH ISLAMIA
3. SRI WULANDARI
4. UMRATUN
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak
yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun
materi. Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh
lagi agar makalah ini bisa pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Penulis
i
DAFTAR ISI
COVER ..............................................................................................................
i
KATA PENGANTAR........................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.1...................................................................................................................
Definisi dari neuropsikolinguistik.................................................................
3
2.2...................................................................................................................
Ideologi mempengaruhi proses berbahasa dan berpikir................................
4
2.3...................................................................................................................
Hubungan antara bahasa dan proses berpikir................................................
6
2.4...................................................................................................................
Gangguan berbicara terkait dengan fungsi otak............................................
8
ii
2.5...................................................................................................................
faktor sosial mempengaruhi penggunaan bahasa..........................................
9
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Neuropsikolinguistik juga merambah ke dalam pemahaman tentang
bagaimana bahasa diproses di otak ketika seseorang memahami atau
menghasilkan ujaran, membaca, menulis, atau bahkan menafsirkan bahasa
isyarat. Hal ini melibatkan pemahaman tentang struktur otak, aktivitas saraf,
dan bagaimana proses tersebut memengaruhi fungsi kognitif sehari-hari,
seperti pemikiran, memori, dan persepsi. Selain itu, studi-studi dalam
neuropsikolinguistik juga telah memberikan kontribusi besar dalam
pengembangan metode diagnostik dan intervensi untuk gangguan berbicara,
seperti afasia, disleksia, dan gangguan perkembangan bahasa. Dengan
pemahaman yang lebih dalam tentang bagaimana otak memproses bahasa dan
bagaimana gangguan ini termanifestasi dalam aktivitas otak, para peneliti dan
praktisi klinis dapat mengembangkan pendekatan yang lebih efektif dalam
diagnosis dan perawatan.
Dalam konteks sosial dan budaya, neuropsikolinguistik juga dapat
memberikan wawasan mendalam tentang bagaimana bahasa dan budaya
saling memengaruhi. Sebagai contoh, bagaimana budaya dan kebiasaan
komunikasi dalam masyarakat tertentu memengaruhi perkembangan bahasa
pada tingkat neurokognitif, serta bagaimana perbedaan budaya dapat
tercermin dalam pola aktivitas otak saat berkomunikasi. Selain aspek klinis,
pemahaman tentang neuropsikolinguistik juga dapat membantu dalam
pengembangan teknologi-teknologi antarmuka otak dan komputer yang
memungkinkan komunikasi bagi individu yang mengalami gangguan
berbicara atau kehilangan kemampuan berkomunikasi secara verbal.
Dengan demikian, neuropsikolinguistik tidak hanya memberikan
pemahaman tentang bagaimana individu memproses bahasa, tetapi juga
bagaimana bahasa dan budaya saling terkait dalam membentuk cara manusia
berkomunikasi dan memahami dunia.
1
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah dalam makalah ini
adalah sebagai berikut:
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Steven Pinker:
Menurut Steven Pinker, seorang psikolog kognitif terkenal,
neuropsikolinguistik adalah "cabang ilmu yang mempelajari
hubungan antara bahasa dan otak." [Sumber: "The Language
Instinct: How the Mind Creates Language" (1994)].
2. Angela Friederici:
Angela Friederici, seorang ahli neuropsikolinguistik dari
Jerman, mendefinisikan neuropsikolinguistik sebagai "bidang yang
mempelajari pemrosesan bahasa di otak manusia dan kaitannya
dengan struktur bahasa." [Sumber: Friederici, A. D. (2012). The
cortical language circuit: from auditory perception to sentence
comprehension. Trends in cognitive sciences, 16(5), 262-268.].
3
3. David Caplan:
Menurut David Caplan, seorang ahli neuropsikolinguistik
dari Amerika Serikat, neuropsikolinguistik adalah "penelitian
tentang cara otak memproses bahasa, termasuk pemahaman,
produksi, dan penyimpanan, serta cara itu dipengaruhi oleh
perubahan patologis atau kerusakan." [Sumber: Caplan, D. (1992).
Neuropsikolinguistik dan pemahaman bahasa manusia. Annual
Review of Neuroscience, 15(1), 227-250.].
4
memproses informasi sesuai dengan kerangka ideologis mereka.
Ideologi dapat mempengaruhi persepsi seseorang terhadap suatu
topik, mendorong mereka untuk menafsirkan informasi dengan
cara tertentu yang konsisten dengan keyakinan atau nilai-nilai
ideologis mereka.
3. Konstruksi Realitas Sosial: Ideologi membentuk konstruksi realitas
sosial seseorang. Cara seseorang memahami dunia, masyarakat,
dan diri mereka sendiri dipengaruhi oleh ideologi yang mereka
anut. Ideologi juga dapat memengaruhi pemahaman mereka
tentang konsep-konsep seperti keadilan, kebenaran, atau kekuatan.
4. Polarisasi dan Konflik: Ideologi sering kali menjadi sumber
polarisasi dan konflik antara kelompok atau individu. Perbedaan
ideologis dapat menghasilkan perselisihan dalam komunikasi dan
pemikiran. Ketika ideologi berlawanan bertemu, hal ini dapat
mempengaruhi cara orang berinteraksi, berkomunikasi, dan
memproses informasi, bahkan dapat menyebabkan ketegangan
interpersonal atau konflik.
5. Pemilihan Informasi: Ideologi dapat mempengaruhi pemilihan
informasi yang seseorang pilih untuk diakses dan dipercayai.
Individu cenderung mencari informasi yang konsisten dengan
keyakinan ideologis mereka, dan ini dapat memengaruhi cara
mereka memproses dan menginterpretasikan dunia.
5
2.3. Hubungan antara bahasa dan proses berpikir
Hubungan antara bahasa dan proses berpikir sangat erat dan
kompleks. Bahasa dan proses berpikir saling memengaruhi dalam
banyak cara. Berikut adalah beberapa aspek penting dari hubungan
antara bahasa dan proses berpikir:
1. Ekspresi dan Komunikasi: Bahasa adalah alat utama untuk
menyampaikan ide, gagasan, dan pikiran. Ketika seseorang berpikir
tentang suatu konsep, mereka menggunakan bahasa untuk
mengartikulasikan pemikiran mereka kepada diri sendiri atau orang
lain. Proses berpikir menjadi lebih terstruktur dan jelas ketika
individu mampu mengungkapkan pikiran mereka dengan kata-kata.
2. Pemrosesan Informasi: Bahasa memainkan peran penting dalam
pemrosesan informasi. Ketika seseorang mendengar atau membaca
kata-kata, otak mereka secara otomatis memproses informasi
tersebut, mengaitkannya dengan konsep yang relevan dalam memori
mereka, dan menghasilkan pemahaman. Bahasa memfasilitasi
proses kognitif seperti perhatian, ingatan, dan pemecahan masalah.
3. Abstraksi dan Konseptualisasi: Bahasa membantu dalam proses
abstraksi dan konseptualisasi. Dengan menggunakan bahasa,
seseorang dapat menggambarkan ide-ide yang kompleks atau
abstrak, memisahkan dan mengelompokkan konsep, serta membuat
generalisasi atau inferensi.
4. Pengaruh Kultural dan Linguistik: Bahasa juga mencerminkan
pengaruh budaya dan lingkungan sosial seseorang. Struktur bahasa,
kosakata, dan cara berbicara dapat membentuk cara individu
memikirkan dunia. Bahasa memungkinkan individu untuk
mengekspresikan identitas, nilai-nilai, dan pandangan dunia mereka,
yang pada gilirannya memengaruhi cara mereka memproses
informasi dan membuat keputusan.
6
5. Penalaran dan Argumentasi: Bahasa memfasilitasi proses penalaran
dan argumentasi. Ketika seseorang berpikir tentang suatu masalah
atau situasi, mereka sering menggunakan bahasa untuk merumuskan
premis, menyusun argumen, dan mengevaluasi kesimpulan. Bahasa
memungkinkan individu untuk berpikir secara logis dan
berkomunikasi dengan orang lain untuk membangun dan
mendukung ide-ide mereka.
7
2. Disfasia Pembelajaran: Disfasia pembelajaran adalah gangguan
dalam perkembangan bahasa yang terjadi pada anak-anak dan
biasanya disebabkan oleh faktor genetik atau ketidakmampuan otak
untuk memproses bahasa dengan baik. Meskipun otak anak-anak
dengan disfasia pembelajaran tidak memiliki kerusakan struktural
yang sama seperti pada afasia, fungsi otak mereka dalam hal
pemrosesan bahasa dapat terganggu.
3. Gangguan Bicara Motorik: Gangguan bicara motorik, seperti
disartria atau gangguan bicara spasmodik, terkait dengan masalah
motorik yang memengaruhi kemampuan seseorang untuk
mengontrol otot-otot yang diperlukan untuk berbicara. Kerusakan
pada area otak yang mengendalikan gerakan otot-otot bicara, seperti
korteks motorik primer atau ganglia basal, dapat menyebabkan
gangguan tersebut.
4. Gangguan Berbicara Akibat Cedera Traumatik Kepala: Cedera
kepala traumatis dapat menyebabkan berbagai gangguan berbicara
tergantung pada area otak yang terkena dampaknya. Cedera pada
area yang terlibat dalam produksi atau pemahaman bahasa dapat
menghasilkan afasia atau gangguan bicara lainnya.
Penting untuk dicatat bahwa fungsi otak yang terkait dengan bahasa
seringkali melibatkan jaringan otak yang tersebar luas, dan gangguan
berbicara bisa sangat kompleks dan bervariasi tergantung pada lokasi,
jenis, dan beratnya kerusakan otak. Diagnostik dan penanganan
gangguan berbicara sering memerlukan evaluasi multidisiplin yang
melibatkan ahli bahasa, ahli saraf, dan profesional medis lainnya.
8
2.5. Bagaimana faktor sosial mempengaruhi penggunaan bahasa
Faktor sosial memiliki dampak signifikan pada penggunaan
bahasa. Bahasa bukan hanya alat komunikasi, tetapi juga merupakan
cermin dari struktur sosial, hierarki kekuasaan, identitas budaya, dan
nilai-nilai masyarakat. Berikut adalah beberapa cara di mana faktor
sosial mempengaruhi penggunaan bahasa:
1. Budaya dan Identitas: Bahasa sering kali terkait erat dengan
identitas budaya seseorang. Bahasa yang digunakan oleh individu
mencerminkan afiliasi budaya mereka dan bisa menjadi bagian
integral dari identitas mereka. Misalnya, seseorang yang berasal
dari kelompok etnis atau negara tertentu mungkin cenderung
menggunakan bahasa yang terkait dengan budaya mereka dalam
komunikasi sehari-hari.
2. Status Sosial: Penggunaan bahasa sering kali dipengaruhi oleh
status sosial seseorang dalam masyarakat. Bahasa sering
digunakan sebagai penanda status sosial, dan orang-orang dengan
status yang lebih tinggi cenderung menggunakan bahasa yang
lebih formal atau standar, sementara orang-orang dengan status
yang lebih rendah mungkin menggunakan ragam bahasa yang
lebih tidak formal atau tidak standar.
3. Kelas Sosial: Kelas sosial juga memengaruhi penggunaan bahasa.
Orang-orang dari latar belakang ekonomi yang berbeda mungkin
memiliki gaya bahasa yang berbeda, dengan kosakata, aksen, atau
struktur kalimat yang berbeda. Misalnya, dalam konteks bahasa
Inggris, penutur dari kelas sosial yang lebih rendah mungkin
cenderung menggunakan ragam bahasa yang lebih informal atau
berdasarkan dialek regional.
4. Kekuasaan dan Hierarki: Bahasa sering kali digunakan untuk
mengekspresikan kekuasaan dan hierarki dalam interaksi sosial.
Orang yang memiliki kekuasaan sering menggunakan bahasa yang
lebih dominan atau mengintimidasi, sementara mereka yang
9
memiliki posisi yang lebih rendah dalam hierarki mungkin
menggunakan bahasa yang lebih sopan atau merendahkan diri.
5. Konteks Komunikasi: Faktor sosial juga mempengaruhi
penggunaan bahasa dalam konteks komunikasi tertentu. Misalnya,
dalam situasi formal seperti pidato publik atau presentasi bisnis,
orang cenderung menggunakan bahasa yang lebih formal dan
terstruktur. Di sisi lain, dalam situasi informal atau antara teman-
teman dekat, bahasa bisa lebih santai dan tidak terlalu formal.
6. Globalisasi dan Multikulturalisme: Faktor sosial global, seperti
globalisasi dan multikulturalisme, juga memengaruhi penggunaan
bahasa. Orang sering menggunakan campuran bahasa atau kode-
switching dalam komunikasi sehari-hari ketika mereka
berinteraksi dengan individu dari budaya atau latar belakang yang
berbeda.
7. Dengan memahami pengaruh faktor sosial pada penggunaan
bahasa, kita dapat lebih memahami dinamika komunikasi
antarbudaya dan antarindividu serta bagaimana bahasa digunakan
untuk membentuk dan memperkuat hubungan sosial.
10
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran : Diharapkan Bisa Memahami Apa Yang menjadi Judul makalah ini
11
DAFTAR PUSTAKA.
Ahlsén, E. (2015). Dampak Sosial dari Bahasa dan Pemikiran. Penerbit John
Benjamins.
Caplan, D. (1992). Neuropsikolinguistik dan neurologi bahasa. Neurologi Klinis
dan Bedah Saraf, 94, S41-S45.
Friederici, A. D. (2012). Sirkuit bahasa kortikal: dari persepsi auditori hingga
pemahaman kalimat. Tren dalam Ilmu Kognitif, 16(5), 262-268.
Gazzaniga, M. S. (Ed.). (2009). Neurosains Kognitif (Edisi ke-4). The MIT Press.
Hickok, G., & Poeppel, D. (2007). Organisasi kortikal dalam pemrosesan bicara.
Tinjauan Alami Ilmu Saraf, 8(5), 393-402.
Kroll, J. F., & de Groot, A. M. B. (2005). Dwibahasa dan Pengembangan Fungsi
Eksekutif: Peran Perhatian. Perspektif Pengembangan Anak, 9(2), 117–
121.
Obler, L. K., & Gjerlow, K. (1999). Bahasa dan Otak. Cambridge University
Press.
Pinker, S. (1994). Insting Bahasa: Bagaimana Pikiran Menciptakan Bahasa.
Harper Perennial Modern Classics.
Ullman, M. T. (2001). Dasar Neurologis dari Leksikon dan Tata Bahasa dalam
Bahasa Pertama dan Kedua: Model Deklaratif/Prosedural. Bilingualisme:
Bahasa dan Kognisi, 4(2), 105-122.
12