Anda di halaman 1dari 38

Referat

DEMENSIA

Oleh :

Gita Helvia Sari 1710070100031

Widia Ika Melrisda 1710070100033

Wahyu Beryansah 1710070100034

Preseptor :
dr. Reno Sari Chaniago, Sp.S, M.Biomed

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR BAGIAN NEUROLOGI


RSUD MOHAMMAD NATSIR
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
BAITURRAHMAH
PADANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat-

Nya kepada penulis hingga dapat menyelesaikan tugas referat ini yang berjudul

“DEMENSIA.” Referat ini dibuat untuk memenuhi syarat kepaniteraan klinik

senior di bagian Neurologi Rumah Sakit Umum Daerah Mohammad Natsir

Solok.

Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada dr. Reno Sari Chaniago,

Sp.S, M.Biomed selaku pembimbing penyusunan referat ini dengan memberikan

bimbingan dan nasehat dalam penyelesaian referat ini.

Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih yang tidak terhingga kepada

teman-teman serta staf bagian neurologi dan semua pihak yang telah membantu

dalam menyelesaikan referat ini. Dengan menyadari sepenuhnya bahwa masih

banyak kelemahan yang terdapat dalam penulisan referat ini, kritik dan saran

sangat diharapkan untuk perbaikan penulisan referat selanjutnya. Semoga tulisan

ini bermanfaat.

Solok, 16 Agustus 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN DEPAN...................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I . PENDAHULUAN ............................................................................ 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 2
2.1. Anatomi dan fungsi luhur
2.2 Demensi
2.2.1. Definisi.......................................................................................... 2
2.2.2. Epidemiologi................................................................................. 2
2.2.3. Faktor Resiko ............................................................................... 3
2.2.4. Etiologi.......................................................................................... 3
2.2.5. Patofisiologi.................................................................................. 5
2.2.6. Kriteria Diagnosis Klinis untuk Demensia................................... 6
2.2.7. Tanda dan Gejala .......................................................................... 7
2.2.8. Diagnosis....................................................................................... 8
2.2.9. Pemeriksaan Penunjang................................................................ 9
2.2.10. Penatalaksanaan.......................................................................... 10
BAB III. KESIMPULAN .............................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………… 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut World Health Organization (WHO), demensia adalah sindrom
yang ditandai dengan disorientasi ingatan atau memori, proses berpikir, perilaku,
dan penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Sindrom ini
bersifat kronik dan progresif. Hampir seluruh penderita demensia adalah populasi
lanjut usia (lansia). Meskipun demikian, sindrom ini bukan bagian dari proses
penuaan yang normal.
Demensia merupakan penyakit degeneratif yang sering menyerang pada
orang yang berusia diatas 60 tahun. Demensia terjadi akibat kerusakan sel-sel otak
dimana sistem saraf tidak lagi bisa membawa informasi ke dalam otak, sehingga
membuat kemunduran pada daya ingat, keterampilan secara progresif, gangguan
emosi, dan perubahan perilaku, penderita demensia sering menunjukkan gangguan
perilaku harian.
Diagnosis demensia perlu ditegakkan secara dini dan dibedakan
berdasarkan etiologinya, usia awitan dan gambaran klinisnya. Penatalaksanaan
pada stadium dini, baik secara farmakologis maupun non farmaakologis dapat
menyembuhkan atau memperlambat progresivitas penyakit, sehingga penderita
tetap mempunyai kualitas hidup yang baik.
1.2 Tujuan Penulisan
1. Referat ini dibuat untuk memenuhi syarat dalam kepaniteraan klinik
senior pada Departemen Neurologi RSUD M. Natsir Kota Solok.
2. Mahasiswa mampu mengetahui penanganan dan penatalaksanaan yang
tepat pada pasien demensia.

1.3 Manfaat Penulisan


1.3.1Bagi penulis
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penyusunan referat ini
adalah untuk menambah pengetahuan bagi penulis tentang demensia
terutama mengenai penegakan diagnosa dan penatalaksanaan penyakit
tersebut.
1
1.3.2 Bagi Pembaca
1. Dapat meningkatkan pengetahuan tentang demensia
2. Dapat meningkatkan pengetahuan tentang penegakan diagnosa dan
penatalaksanaan bagi teman sejawat.
3. Membantu memberikan informasi tambahan pada pembaca
mengenai demensia.
1.4 Batasan Masalah
Referat ini membahas mengenai anatomi, defenisi, epidemiologi,
etiologi, patofisiologi, bakteriologi, klasifikasi, manifestasi klinis,
pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan dari penyakit demensia.
1.5 Metode Penulisan
Metode penulisan refarat ini adalah tinjauan kepustakaan yang
merujuk pada berbagai literature.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fungsi Luhur


1. Amigdala, berfungsi sebagai pengatur emosi dimana pada hemisfer kiri
predominan untuk belajar emosi pada saat sadar, dan pada hemisfer kanan
predominan untuk belajar emosi dalam keadaan tidak sadar. Ingatan adalah
penyimpanan pengetahuan yang diperoleh untuk dapat diingat kembali kemudian.
Belajar dan mengingat merupakan dasar bagi seseorang untuk mengadaptasikan
perilaku mereka dengan lingkungan. Dalam menyimpan memori paling sedikit
ada dua cara yaitu jangka pendek dan panjang.
a. Memori jangka pendek berlangsung beberapa detik sampai jam
b. Memori jangka panjang dipertahankan dalam hitungan hari sampai
tahunan.
2. Hipokampus, bagian medial dari lobus temporalis yang mamanjang dan
merupakan sistem limbik, berfungsi sebagai vital dalam ingatan jangka pendek
yang melibatkan integrasi berbagai rangsangan serta penting sebagai konsolidasi
ingatan jangka pendek tersebut menjadi memori jangka panjang. Hipokampus
dipercayai menyimpan memori jangka panjang sesaat sebelum memindahkannya
ke daerah korteks lain untuk penyimpanan yang lebih permanen. Hipokampus
juga sangat penting dalam ingatan deklaratif yaitu ingatan tentang orang, benda,
tempat, fakta, dan kejadia spesifik yang terbentuk hanya dengan satu pengalaman.
3. Girus cinguli, mengatur fungsi otonom seperti denyut jantung, tekanan darah
dan kognitif yaitu atensi.
4. Forniks, membawa sinyal dari hipokampus ke mammillary bodies dan septal
nuclei. Adapun forniks berperan dalam memori dan pembelajaran.
5. Thalamus ialah kumpulan badan sel saraf di dalam diensefalon membentuk
dinding lateral ventrikel tiga. Fungsi thalamus sebagai pusat hantaran rangsang
indra dari perifer ke korteks serebri. Dengan kata lain, thalamus merupakan pusat
pengaturan fungsi kognitif di otak / sebagai stasiun relay ke korteks serebri.

3
6. Lobus frontal, bagian dari lobus frontalis yaitu korteks assosiasi prafrontal
adalah bagian depan dari lobus frontal tepat anterior dari korteks pramotorik.
Korteks prafrontal, berperan utama dalam memadukan kemampuan berfikir
kompleks berkaitan dengan ingatan sementara yaitu korteks asosiasi prafrontal.
Korteks prafrontal tidak dapat berfungsi sebagai alat penyimpanan sementara
untuk menahan data, tatapi juga berperan besar dalam fungsi eksekutif, yang
melibatkan manipulasi dan integrasi informasi untuk perencanaan, pemilihan
prioritas, pemecahan masalah, dan pengorganisasian aktivitas. Pada lobus frontal
juga berfungsi untuk mengatur atensi yang terdapat sel-sel atensional, atensi yang
baik dapat terjadi jika seseorang tersebut dalam keadaan kesadaran penuh berarti
dalam hal ini atensi juga dipengaruhi oleh formatio retikularis di pons.
7. Lobus parietalis berfungsi dalam membaca, persepsi, memori dan visuospasial.
Korteks ini menerima stimuli sensorik (input visual, auditori, taktil) dari area
asosiasi sekunder. Karena menerima input dari berbagai modalitas sensori sering
disebut korteks heteromodal dan mampu membentuk asosiasi sensorik (cross
modal association). Sehingga manusia dapat menghubungkan input visual dan
menggambarkan apa yang mereka lihat atau pegang.
8. Lobus temporalis berfungsi mengatur pendengaran, penglihatan, emosi,
memori, kategorisasi benda-benda dan seleksi rangsangan auditorik dan visual.
9. Lobus oksipitalis berfungsi mengatur penglihatan primer, visuospasial, memori
dan bahasa.
10. Serebelum, berperan penting dalam membentuk ingatan prosedural
“bagaimana” yang terlibat dalam keterampilan motorik, diperoleh melalui latihan
yang berulang, contoh seperti mengingat gerakan menari.

4
2.2 Demensia
2.2.1 Defenisi
Definisi demensia menurut WHO adalah sindrom neurodegeneratif yang

timbul karena adanya kelainan yag bersifat kronis dan progresif dengan

gangguann fungsi luhur multiple seperti kalkulasi, kapasitas belajar, bahasa dan

mengambil keputusan. Pada demensia tidak terdapat gangguan kesadaran, namun

terdapat gangguan kognitif biasanya disertai dengan pemburukan control emosi,

perilaku dan motivasi.

Pedoman Diagnosa pada Demensia:

1. Adanya penurunan kemampuan daya ingat dan daya pikir, yang sampai

menganggu kegiatan keseharian seseorang seperti : mandi, berpakaian,

makan, kebersihan, buang air kecil dan besar.

2. Tidak ada gangguan kesadaran

3. Gejala dan disabilitas sudah nyata paling sedikit 6 bulan.

5
2.2.2 Epidemiologi

Pada tahun 2017, WHO memperkirakan demensia prevalensi demesia

adalah 50.000.000 orang di seluruh dunia, dengan insiden 10.000.000 kasus per

tahun. Sekitar 91% kasus terjadi pada usia di atas 65 tahun. Hanya 9% yang

terjadi <65 tahun dan disebut sebagai demensia onset muda (young onset

dementia).

Kementerian Kesehatan RI memperkirakan 1.000.000 mengidap demensia

pada tahun 2013. Jumlah ini akan meningkat sebanyak dua kali lipat pada tahun

2030 dan empat kali lipat pada 2050.

Insidens penyakit Alzheimer juga meningkat seiring dengan pertambahan usia,

dan diperkirakan angkanya 0,5 persen per tahun dari usia 65 sampai 69 tahun. 1

persen per tahun dari usia 70 sampai 74, 2 persen per tahun dari usia 75 sampai

79. 3 persen per tahun dari usia 80 sampai 84, dan 8 persen per tahun dari usia 85

ke atas. Progresinya bertahap namun terus menurun. Taksiran kematian sejak

awitan gejala sebelumnya diperkirakan antara 5 sampai 9 tahun; namun. pada

penelitian terhadap pasien Alzheimer tahun 2001, median angka harapan hidup

hanya 3 tahun setelah awitan gejala.

Tipe demensia tersering kedua adalah demensia vaskular, yang secara

kausatif berhubungan dengan penyakit serebrovaskular. Hipertensi membuat

seseorang memiliki predisposisi ter- hadap penyakit ini. Demensia vaskular

mencakup 15 sampai 30 persen seluruh kasus demensia. Demensia vaskular

paling sering terjadi pada orang berusia antara 60 sampai 70 tahun dan lebih kerap

pada pria dibanding wanita. Sekitar 10 sampai 15 persen pasien menderita

demensia vaskular dan demensia tipe Alzheimer sekaligus.

6
2.2.3 Faktor Resiko

Faktor risiko utama yang berhubungan dengan demensia adalah usia tua.

Demensia juga dapat muncul pada individu yang mengalami delirium, dan hal ini

sering bertumpang tindih dengan demensia. Delirium adalah sindrom otak organik

karena gangguan fungsi atau metabolisme otak secara umum atau karena

keracunan yang menghambat metabolisme otak. Gejala utama ialah kesadaran

yang menurun. Gejala – gejala lain ialah : penderita tidak mampu mengenal orang

dan berkomunikasi dengan baik, ada yang bingung atau cemas, gelisah dan panik,

ada pasien yang terutama berhalusinasi dan ada yang hanya berbicara komat –

kamit dan inkoheren. Onset biasanya mendadak, sering dalam beberapa jam atau

hari.

Beberapa faktor risiko demensia, antara lain usia, konsumsi alkohol,

aterosklerosis, diabetes melitus, sindrom down, genetik, hipertensi, depresi, dan

merokok.

2.2.4 Etiologi

Demensia memiliki banyak penyebab. namun demensia tipe Alzheimer dan

demensia vaskular secara bersama-sama mencakup hingga 75 persen kasus. Kausa

demensia lain yang dirinci dalam DSM-IV-TR adalah penyakit Pick, penyakit

Creutzfeldt-Jacob. penyakit Huntington. penyakit Parkinson. HIV. dan trauma

kepala.

 Sindrom klinis demensia, yang ditandai dengan ketergantungan fungsional

baru atas dasar penurunan kognitif progresif, dapat disebabkan oleh berbagai

proses patofisiologis yang mendasari. Yang paling umum adalah penyakit

7
Alzheimer (DA; 50-75%) diikuti oleh demensia vaskular (VaD; 20%), demensia

dengan badan Lewy (DLB; 5%) dan demensia lobar frontotemporal (FTLD; 5%).

Gambar1

Gambar 1. Diagram lingkaran menunjukkan frekuensi perkiraan demensia menyebabkan proses penyakit

Demensia Alzheimer, penyebab paling umum dari demensia, biasanya

muncul dengan defisit memori jangka pendek, yang bermanifestasi misalnya

sebagai pertanyaan berulang. Penurunan setidaknya satu domain kognitif lain

diperlukan untuk diagnosis kemungkinan demensia karena AD. Presentasi atipikal

dari GPP termasuk defisit perilaku atau bahasa yang menunjukkan varian frontal

atau masalah visuospasial awal yang menonjol yang menunjukkan atrofi kortikal

posterior. Ciri yang paling relevan dari presentasi VaD adalah hubungan temporal

defisit kognitif dengan stroke dan bukti penyakit serebrovaskular pada

8
pemeriksaan dan pencitraan. Penyakit tubuh Lewy terdiri dari DLB dan penyakit

Parkinson (PD). Pasien dengan DLB dapat terus mengembangkan Parkinsonisme.

Sebagai aturan praktis, jika timbulnya demensia dan gejala fisik PD dalam satu

tahun diagnosisnya adalah demensia PD, jika gejala kognitif mendahului gejala

dan tanda fisik lebih dari satu tahun diagnosis dianggap DLB. Gejala bahasa atau

perilaku awal meningkatkan prospek FTLD. Pada kelompok usia yang lebih

muda, yaitu kurang dari 65 tahun, kejadian FTLD dan ADD hampir sama,

berbeda dengan kejadian FTLD yang jauh lebih rendah pada kelompok usia yang

lebih tua. Gejala awal varian perilaku FTLD sering kali meningkatkan

kemungkinan diagnosis psikiatri fungsional primer, komplikasi diagnosis.

kejadian FTLD dan ADD hampir sama, berbeda dengan kejadian FTLD yang jauh

lebih rendah pada kelompok usia yang lebih tua. Gejala awal varian perilaku

FTLD sering kali meningkatkan kemungkinan diagnosis psikiatri fungsional

primer, komplikasi diagnosis. kejadian FTLD dan ADD hampir sama, berbeda

dengan kejadian FTLD yang jauh lebih rendah pada kelompok usia yang lebih

tua. Gejala awal varian perilaku FTLD sering kali meningkatkan kemungkinan

diagnosis psikiatri fungsional primer, komplikasi diagnosis.

2.2.5 Patofisiologi

Proses penyakit yang mendasari demensia belum sepenuhnya dipahami.

Dengan (kemungkinan) pengecualian VaD, semua melibatkan akumulasi

patologis dari protein asli: dalam kasus DA itu adalah plak ekstraseluler amiloid

dan kusut intraseluler dari tau hiperfosforilasi; di DLB itu adalah alpha-synuclein

dalam bentuk Lewy bodes; di FTLD beberapa penyebab telah diidentifikasi

termasuk TDP-43 dan protein ciri dari AD dan DLB dalam distribusi

9
frontotemporal. Contoh lesi tersebut dapat dilihat pada Gambar 1-4. Penting untuk

diingat bahwa bukti dari proses ini juga ditemukan post-mortem pada orang-orang

yang tidak menunjukkan gangguan kognitif sebelum kematian, dan bahwa pola-

pola ini tidak eksklusif, muncul bersamaan seperti yang sering mereka lakukan.
Gambar 3. Neuron berpigmen dari substansia nigra. Ada satu Tubuh

Lewy. Pasien ini juga menderita Lewy kortikal difus karakteristik

tubuh dari Pure Lewy Body Dementia

Gambar 1. Bagian imunohistokimia yang diambil melalui korteks pada


kasus GPP. Antibodi terhadap Beta A4 amyloid diterapkan ke
jaringan dan mendeteksi antigen ini yang kemudia menodai antigen.

Gambar 4. Bagian dari fasia dentate hipokampus yang


menunjukkan titik seperti pengendapan ubiquitin. Ini adalah
karakteristik dari Demensia dengan Lobar Frontotemporal
Inklusi Ubiquitinised (sekarang disebut TDP).

Gambar 2 Kekusutan neuronal diwarnai dengan antibodi terhadap T

10
2.2.6 Klasifikasi dan Kriteria Diagnosis Demensia

1. Demensia Alzheimer

Penyakit Alzheimer adalah penyebab terbesar terjadinya Demensia.

Dimana Demensia adalah gangguan fungsi intelektual dan memori didapat yang

disebabkan oleh penyakit otak, yang tidak berhubungan dengan gangguan tingkat

kesadaran. Pasien dengan demensia Alzheimer harus mempunyai gangguan

memori selain dengan kemampuan mental lain seperti berfikir abstrak, penilaian,

kepribadian, bahasa, praksis dan visuospatial. Defisit yang terjadi harus cukup

berat sehingga mempengaruhi aktifitas kerja dan social secara bermakna.

Meski kausa demensia tipe Alzheimer tetap tidak diketahui, telah dicapai

kemajuan dalam memahami basis molekular adanya deposit amiloid yang

merupakan penanda utama neuropatologi gangguan ini. Sejumlah studi

mengindikasi- kan bahwa sebanyak 40 persen pasien memiliki riwayat keluarga

dengan demensia tipe Alzheimer: oleh karena itu, faktor genetik dianggap

memainkan peran dalam munculnya gangguan ini. setidaknya pada beberapa

kasus. Dukungan lain adanya pengaruh genetik adalah angka kejadian bersama

pada kembar monozigotik. yang lebih tinggi daripada angka untuk kembar

dizigotik (masing- masing 43 persen versus 8 persen). Meskipun jarang pada

bebe- rapa kasus yang terdokumentasi dengan baik. gangguan ini di- turunkan

dalam keluarga melalui gen autosom dominan. Demensia tipe Alzheimer telah

terbukti berhubungan dengan kromosom 1. 14, dan 21.

Adapun kriteria diagnosa DSM-IV-TR untuk demensia tipe Alzheimer

adalah sebagai berikut:

11
1. Munculnya defisit kognitif multiple yang dimanifestasikan baik oleh: (1)

Hendaya memori (terganggunya kemampuan mempelajari informasi baru atau

mengingat informasi yang telah dipelajari sebelumnya). (2) terdapatnya satu

atau lebih gangguan kognitif Afasia, Apraksia, Agnosia dan gangguan dalam

melakukan fungsi eksekutif.

2. Defisit kognitif pada kriteria 1 dan masing-masing menyebabkan hendaya yang

signifikan dalam fungsi social dan okupasional serta menggambarkan

penurunan tingkat kemampuan berfunsi sebelumnya yang signifikan.

3. Perjalanan penyakit ditandai oleh awitan yang bertahap dan penurunan

kognitif yang kontinu.

4. Defisit tidak terjadi hanya pada saat delirium.

5. Gangguan ini tidak lebih mungkin disebabkan oleh gangguan lain pada aksis.

2. Demensia Vaskuler

Kausa primer demensia vaskular, dahulu disebut demensia multi infark,

diperkirakan adalah penyakit vaskular serebral multipel. menyebabkan pola gejala

demensia. Demensia vaskular paling sering ditemukan pada pria. terutama mereka

dengan hipertensi yang sudah ada sebelumnya atau faktor risiko kardiovaskular

lain. Gangguan ini terutama memengaruhi pembuluh serebral berukuran kecil dan

sedang, yang mengalami infark dan menyebabkan lesi parenkim multipel yang

tersebar secara luas di otak. Kausa infark mungkin mencakup oklusi pembuluh

oleh plak arteriosklerotik atau tromboemboli dari asal yang jauh (seperti katup

jantung). Pemeriksaan pasien mungkin akan mengungkapkan adanya bruit karotis,

abnormalitas funduskopi. atau bilik jantung yang membesar.

12
Adapun Kriteria Diagnosa DSM-IV-TR untuk Demensia Vaskular adalah

sebagai berikut:

1. Munculnya defisit kognitif multiple yang dimanifestasikan oleh: (1) Hendaya

memori, (2) satu atau lebih gangguan kognitif Afasia, Apraksia, Agnosia dan

gangguan dalam melakukan fungsi eksekutif.

2. Defisit kognitif pada kriteria 1 dan masing-masing menyebabkan hendaya yang

signifikan dalam fungsi social dan okupasional serta menggambarkan

penurunan tingkat kemampuan berfunsi sebelumnya yang signifikan.

3. Tanda dan gejala neurologis fokal (seperti refleks tendon dalam yang

berlebihan, respon plantar ekstensor, pseudobulbar palsy, abnormalitas cara

berjalan dan kelemahan pada salah satu ekstremitas) atau bukti laboratorium

yang mengindikasikan adanya penyakit serebrovaskular yang secara etiologi

dianggap berhubungan dengan gangguan tersebut.

4. Defisit tidak terjadi hanya pada saat delirium.

3. Demensia Akibat Kondisi Medis Umum Lain

Demensia yang terjadi pada penyakit medis seperti:

a. Penyakit Pick

Penyakit Pick ditandai oleh atrofi dalam jumlah yang lebih besar di regio

frontotemporal. Regio ini juga mengalami kehilangan neuron, gliosis, dan

munculnya jisim Pick neuronal, yaitu massa elemen sitoskeletal. Jisim Pick

terlihat pada beberapa spesimen posmortem namun tidak penting untuk diagnosis.

Kausa penyakit Pick belum diketahui namun penyakit ini mencakup kurang lebih

5 persen dari semua demensia yang reversibel. Penyakit ini paling sering terjadi

13
pada pria, terutama mereka yang memiliki kerabat keturunan pertama dengan

kondisi ini. Penyakit Pick sulit dibedakan dengan demensia tipe Alzheimer. meski

stadium awal penyakit Pick lebih sering ditandai oleh perubahan kepribadian dan

perilaku, dengan preservasi relatif fungsi kognitif lain. Gambaran sindrom

Klüver-Bucy (seperti hiperseksualitas, plasiditas, hiperolitas) lebih sering

dijumpai pada penyakit pick dibanding pada penyakit alzheimer.

b. Penyakit Huntington

Penyakit Huntington secara klasik menyebabkan demensia. Demensia yang

tampak pada penyakit ini adalah demensia tipe subkortikal, yang ditandai oleh

lebih banyak abnormalitas motorik dan lebih sedikit abnormalitas bahasa

dibanding pada demensia tipe kortikal. Demensia pada penyakit Huntington

menunjukkan perlambatan psikomotorik dan kesulitan dengan tugas yang rumit,

namun memori, bahasa, dan tilikan relatif tetap intak pada stadium awal dan

pertengahan penyakit. Namun, saat penyakit ini berlanjut, demensianya menjadi

komplet; gambaran yang membedakannya dengan demensia tipe Alzheimer selain

gangguan pergerakan khoreoathetoid yang klasik adalah tingginya insidens

depresi dan psikosis.

c. Penyakit Parkinson

Seperti halnya penyakit Huntington, parkinsonisme adalah penyakit pada

ganglia basalis yang umumnya dikaitkan dengan demensia dan depresi.

Diperkirakan sekitar 20 sampai 30 persen pasien dengan penyakit Parkinson

mengalami demensia dan tambahan 30 sampai 40 persen lainnya mengalami

hendaya kemampuan kognitif yang terukur. Lambatnya pergerakan pada pasien

14
dengan penyakit Parkinson sejajar dengan kelambatan berpikir pada beberapa

pasien, suatu gambaran yang disebut oleh para klinisi sebagai bradifrenia.

d. Demensia terkait HIV

Infeksi HIV biasanya akan mengarah ke demensia dan gejala psikiatri lain.

Pasien yang terinfeksi HIV mengalami demensia dengan angka tahunan sekitar 14

persen. Diperkirakan sekitar 75 persen pasien AIDS memiliki keterlibatan sistem

saraf pusat pada saat otopsi. Timbulnya demensia pada orang yang terinfeksi HIV

sering sejajar dengan gambaran abnormalitas parenkim pada pemindaian MRI,

Demensia infeksius lain disebabkan oleh Kriptokokus.

e. Demensia Terkait Trauma Kepala

Demensia dapat merupakan sekuele trauma kepala, sebagaimana halnya

serangkaian luas sindrom neuropsikiatri lain, termasuk neurosifilis.

Adapun kriteria diagnosa DSM-IV-TR untuk demensia akibat kondisi medis

umum lainnya adalah sebagai berikut:

1. Munculnya defisit kognitif multiple yang dimanifestasikan oleh: (1) Hendaya

memori, (2) satu atau lebih gangguan kognitif Afasia, Apraksia, Agnosia dan

gangguan dalam melakukan fungsi eksekutif.

2. Defisit kognitif pada kriteria 1 dan masing-masing menyebabkan hendaya

yang signifikan dalam fungsi social dan okupasional serta menggambarkan

penurunan tingkat kemampuan berfunsi sebelumnya yang signifikan.

3. Terdapat bukti anamnesis, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium

bahwa gangguan tersebut merupakan konsekuensi fisiologi langsung dari

15
suatu kondisi medis umum selain penyakit Alzheimer atau penyakit

serebrovaskular.

4. Defisit tidak terjadi hanya pada saat delirium.

4. Demensia Persisten Terinduksi Zat

Kriteria diagnosis DSM-IV-TR untuk demensia persisten terinduksi zat adalah

sebagai berikut:

1. Munculnya defisit kognitif multiple yang dimanifestasikan oleh: (1) Hendaya

memori, (2) satu atau lebih gangguan kognitif Afasia, Apraksia, Agnosia dan

gangguan dalam melakukan fungsi eksekutif.

2. Defisit kognitif pada kriteria 1 dan masing-masing menyebabkan hendaya

yang signifikan dalam fungsi social dan okupasional serta menggambarkan

penurunan tingkat kemampuan berfunsi sebelumnya yang signifikan.

3. Defisit tidak terjadi hanya pada saat delirium dan bertahan melampaui durasi

yang umum pada intoksikasi atau keadaan putus zat.

4. Terdapat bukti anamnesis, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium bahwa

defisit tersebut secara etiologi berkaitan dengan efek persisten penggunaan

zat.

5. Demensia YTT

Pada demensia ini memiliki kriteria diagnosis DSM-IV-TR adalah kategori ini

sebaiknya digunakan untuk mendiagnosis demensia yag tidak memenuhi kriteria

spesifik yang dideskripsikan oleh demensia lainnya. Pada demensia ini

kurangnya daya nilai dan pengendalian impuls yang buruk biasanya tampak.

2.2.7 Tanda dan Gejala

16
Tanda dan gejala kognitif pada demensia selalu subkortikal, bervariasi dan

biasanya menggambarkan peningkatan kesulitan dalam menjalankan aktivitas

harian seperti makan, berpakaian, dan sebagainya.

Tanda dan gejala pada fisik:

 Kehilangan memori, pelupa


 Lambat berfikir
 Pusing
 Kelemahan fokal atau diskoordinasi satu atau lebih ekstremitas
 Inersia
 Langkah abnormal
 Konsentrasi berkurang
 Penurunan tilikan

Tanda dan Gejala perilaku:

 Berbicara tidak jelas


 Gangguan bahasa
 Berhalusinasi
 Depresi
 Tidak familiar dengan sekitar
 Berjalan tanpa arah yang jelas
 Menangis dan ketawa yng tidak sesuai
 Sukar menurut perintah

2.2.8 Diagnosis
Diagnosis demensia ditegakkan berdasarkan kriteria dari Diagnostic and
Statistical Manual of Mental Disorders 5 (DSM-5). Pada tahap anamnesis, dapat
ditemukan gejala defisit kognitif berupa gangguan atensi kompleks, fungsi
eksekusi, kemampuan belajar, ingatan atau memori, bahasa, persepsi motorik, dan
sosial. Anamnesis biasanya dilakukan pada keluarga atau caregiver. Untuk
membantu diagnosis, dapat digunakan tes neuropsikologis standar, yaitu mini
mental state examination (MMSE), Montreal Cognitive
Assessment (MoCA), Alzheimer’s Disease Assessment Scale-Cognitive
Section (ADAS-Cog), dan Mattis Dementia Rating Scale (MDRS).

17
Anamnesis mencakup awitan, pola perubahan dominan kognisi dan non

kognisi serta perjalanan penyakit. Riwayat medis umum, neurologi, psikiatri,

obat- obatan dan riwayat keluarga perlu untuk ditanyakan. Anamnesis dilakukan

pada pasien,keluarga untuk mencari defisit kognitif, perubahan perilaku dan gejala

demensia

lainnya

Anamnesis

 keluhan utama pasien

 sejak kapan gejala dirasakan (biasanya gejala terjadi secara tiba-tiba.)

 bagaimana perjalanan penyakitnya (biasanya progresif dan perlahan).

 adakah defisit kognitif (disfungsi eksekutif, apraksia, agnosia, gangguan

visuospasial)

 perubahan perilaku dan mood ( depresi, ansietas, agitasi, perubahan pola

makan)

 mengalami gangguan tidur, halusinasi.

 riwayat berobat dan minum obat.

 adakah faktor resiko ( hipertensi, DM, penyakit jantung, firbrilasi atrium,

riwayat stroke)

 apakah penderita peminum alkohol yang kronik atau pengkonsumsi obat-

obatan yang dapat menurunkan fungsi kognitif seperti obat tidur dan

antidepresan.

 Adakah keluarga yang mengalami demensia atau riwayat penyakit

serebrovaskuler.

18
 riwayat pribadi sosial seperti : pekerjaan, status perkawinan, tempat tinggal,

kebiasaan sehari-hari.

Pemeriksaan Fisik

 pemeriksaan fisik umum : keadaan umum, tanda vital

 pemeriksaan neurologi

 pemeriksaan kognisi / fungsional

 pemeriksan kognisi sederhana

 pemeriksaan kognisi lengkap

 pemeriksaan aktivitas fungsional

2.2.9 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan fisik dan penunjang dilakukan untuk mengetahui penyebab

demensia dan membedakan demensia dengan diagnosis banding yang lain.

Diagnosis banding dementia yang tersering adalah delirium, mild cognitive

impairment (MCI), dan depresi.

 Untuk pemantauan progresitas dan derajat keparahan demensia

- CDR

- Global deterioration scale

 Untuk mendetiksa adanya gejala non kognisi

- GDS

- NPI

 Pemeriksaan kognisi sederhana :

- AD8-INA

- MMSE

19
- CDT

- MoCA-INA

 Pemeriksaan kognisi lengkap :

- CERAD

 Pemeriksaan aktivitas fungsional

- ADL/IADL Katz atau Lawton

 Mini Mental State Examination (MMSE)

MMSE adalah pemeriksaan kognitif yang menjadi bagian rutin pemeriksaan

untuk menegakkan diagnosis demensia. Pemeriksaan ini diindikasikan terutama

pada pasien lanjut usia yang mengalami penurunan fungsi kognitif, kemampuan

berpikir, dan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Proses

deteriorasi ini umumnya disertai dengan perubahan status mental (mood dan

emosi) dan perilaku.

MMSE adalah alat deteksi dan penunjang diagnostik, namun tidak bisa

digunakan sebagai kriteria tunggal untuk penegakan diagnosis dementia. MMSE

merupakan pemeriksaan yang terdiri dari 11 item penilaian yang digunakan untuk

menilai atensi dan orientasi, memori, registrasi, recall, kalkulasi, kemampuan

bahasa, dan kemampuan untuk menggambar poligon kompleks. Rentang skor

MMSE adalah 1-30, dengan cut off 24. Skor yang lebih rendah dari 24

menunjukkan adanya gangguan kognitif.

N NILAI
TES
O MAKSIMAL

ORIENTASI

20
1 Sekarang (tahun), (musim), (Bulan), (tanggal), Hari apa ? 5

2 Kita berada dimana? (Negara), (propinsi), (kota), (rumah 5


sakit), (lantai/kamar)

REGISTRASI

3 Sebutkan 3 buah nama benda (apel, meja, atau koin), setiap 3


benda 1 detik, pasien disuruh mengulangi ketiga nama
benda tadi. Nilai 1 untuk setiap nama benda yang benar.
Ulangi sampai pasien dapat menyebut dengan benar dan
catat jumlah pengulangan.

ATENSI DAN KALKULUS

4 Kurangi 100 dengan 7. Nilai 1 untuk tiap jawaban yang 5


benar. Hentikan setelah 5 jawaban. Atau disuruh mengeja
terbalik kata “WAHYU” (Nilai diberi pada huruf yang
benar sebelum kesalahan ; misalnya uyahw = 2 nilai.

MENGINGAT KEMBALI (RECALL)

5 Pasien disuruh menyebut kembali 3 nama benda di atas 3

BAHASA

6 Pasien disuruh menyebut nama benda yang ditunjukkan 2


(pensil, buku)

7 Pasien disuruh mengulangi kata-kata: “namun”, “tanpa”, 1


“bila”.

8 Pasien disuruh melakukan perintah : “Ambil kertas ini 3


dengan tangan anda!, lipatlah menjadi dua dan letakkan di
lantai!”.

9 Pasien disuruh membaca dan melakukan perintah 1


“Pejamkanlah mata anda”

10 Pasien disuruh menulis dengan spontan 1

21
11 Pasien disuruh menggambar bentuk di bawah ini 1

Total 30

Skor
 Nilai 24-30 : Normal
 Niali 17-23 : Gangguan kognitif Probable
 Nilai 0-16 : Gangguan kognitif definitif

 Montreal Cognitive Assesment Versi Indonesia (MoCA-Ina)


Untuk memeriksa gangguan kognitif salah satunya adalah dengan
menggunakan Montreal Cognitif Assesment (MoCA) yang digunakan untuk
mengetahui adanya mild cognitive Impairment.MoCa terdiri dari 30 poin yang
akan di ujikan dengan menilai beberapa domain kognitif, yaitu :
a. Fungsi eksekutif : dinilai dengan trail-making B (1 poin), phonemic fluency
tast (1 poin), dan two item verbal abtraction (1 poin).
b. Visuospasial : dinilai dengan clock drawing tast (3 poin) dan menggambarkan
kubus 3 dimensi (1 poin)
c. Bahasa: menyebutkan 3 nama binatang (singa, unta, badak ; 3 poin), mengulang
2 kalimat (2 poin), kelancaran berbahasa (1 poin)
d. Delayed recall: menyebutkan 5 kata (5 poin), menyebutkan kembali setelah 5
menit (5 poin)
e. Atensi: menilai kewaspadaan (1 poin), mengurangi berurutan (3 poin), digit
fordward and backward (masing-masing 1 poin)
f. Abstaksi: menilai kesamaan suatu benda (2 poin)
g. Orientasi: menilai menyebutkan tanggal, bulan, tahun, hari, tempat dan kota
(masing-masing 1 poin)
Instrument Montreal Cognitif Assesment versi Indonesia
a. Menelusuri Jejak Secara Bergantian (Alternating Trail Making) Instruksi :
“Buatlah garis yang menghubungkan sebuah angka dan sebuah huruf dengan
urutan meningkat. Mulailah di sini (tunjuk angka[1]dan tariklah sebuah garis dari

22
angka 1 ke huruf A, kemudian menuju angka 2 dan selanjutnya. Akhiri di sini
(tunjuk huruf [E])
Penilaian : Berikan nilai 1 bila subyek menggambar dengan sempurna mengikuti
pola berikut ini : 1- A-2-B-3-C-4-D-5-E, tanpa ada garis yang salah. Setiap
kesalahan yang tidak segera diperbaiki sendiri oleh subyek diberi nilai 0.
b. Kemampuan visuokonstruksional (kubus) Instruksi : “Contohlah gambar
berikut setepat mungkin pada tempat yang disediakan dibawah ini” Penilaian :
Berikan nilai 1 untuk gambar yang benar :
a) Gambar harus tiga dimensi
b) Semua garis tergambar
c) Tidak terdapat garis tambahan
d) Garis-garis tersebut relative sejajar dan panjangnya sesuai (bentuk prisma segi
empat dapat diterima) Nilai tidak diberikan untuk masing-masieng elemen jika
kriteria di atas tidak dipenuhi
c. Kemampuan visuokonstruksional (jam dinding) Instruksi :
“Gambarlah sebuah jam dinding, lengkapi dengan angka-angkanya dan buat
waktunya menjadi pukul 11 lewat 10 menit”
Penilaian : Berikan nilai 1 untuk masing-masing dari kriteria berikut :
a) Bentuk (nilai 1): bentuk jam harus berupa lingkaran dengan hanya sedikit
distorsi (mis: ketidak sempurnaan dalam menutup lingkaran)
b) Angka (nilai1): semua angka yang terlihat dalam jam harus lengkap tanpa
tambahan angka; angka harus diletakkan dalam urutan yang tepat dan dalam
kuadran yang sesuai dengan bentuk jam; angka-angka Romawi dapat diterima;
angka dapat diletakkan di luar lingkaran
c) Jarum jam (nilai 1) : harus terdapat dua jarum jam yang secara bersamaan
menunjukkan waktu yang dimaksud. Jarum yang menunjukkan jam harus secara
jelas lebih pendek dari jarum jam yang menunjukkan menit; jarum jam harus
berpusat di dalam lingkaran dengan pertemuan kedua jarum berada dekat dengan
pusat lingkaran Nilai tidak diberikan untuk masingmasing elemen jika kriteria
diatas tidak dipenuhi
d. Penanaman Instruksi :
“Katakan kepada saya nama dari binatang ini (dimulai dari kiri)” Penilaian :
Masing-masing 1 nilai diberikan untuk jawaban berikut (1) gajah, (2) badak, (3)
unta
e. Daya Ingat Instruksi : “Ini adalah pemeriksaan daya ingat. Saya akan
membacakan sederet kata yangharus anda ingat sekarang dan nanti. Dengarkan
baik-baik, setelah saya selesai katakan kepada saya sebanyak mungkin kata yang

23
anda dapat ingat, tidak masalah disebutkan tidak berurutan” (kemudian
permeriksa membacakan 5 kata dengan kecepatan satu kata setiap detik).
Tandai dengan tanda centang (√) di tempat yang disediakan, untuk tiap kata yang
dapat diingat secara benar oleh subyek pada pemeriksaan pertama. Ketika subyek
menunjukkan bahwa ia telah selesai (telah mengingat semua kata) atau sudah
tidak dapat lagi mengingat kata lainnya, bacakan sederet kata untuk kedua kalinya
disertai instruksi berikut :
“Saya akan membacakan sederet kata yang sama untuk kedua kalinnya. Cobalah
untuk mengingat dan katakana kepada saya sebanyak mungkin kata yang dapat
anda ingat, termasuk kata-kata yang sudah anda sebutkan di kesempatan
pertama”.
Di akhir permeriksaan kedua, jelaskan kepada subyek bahwa dia akan diminta lagi
untuk mengingat kembali kata-kata tersebut dengan mengatakan “Saya akan
meminta ada untuk mengingat kembali kata-kata tersebut pada akhir
pemeriksaan”.
Penilaian : Tidak ada nilai yang diberikan untuk pemeriksaan pertama dan kedua
f. Perhatian Rentang Angka Maju (Forward Digit Span) Instruksi : “Saya akan
mengucapkan beberapa angka, dan setelah saya selesai ulangi apa yang saya
ucapkan tepat sebagaimana saya mengucapkannya” (Bacakan kelima urutan
angka yang diulangi secara benar)
Penilaian : Berikan nilai 1 untuk tiap urutan yang diulangi secara benar
Rentang Angka Mundur (Backward Digit Span) Instruksi :
“Sekarang saya akan mengucapkan beberapa angka lagi, akan tetapi jika saya
sudah selesai, anda harus mengulangi apa yang saya ucapkan dalam urutan
terbalik” (Bacakan ketiga urutan angka dengan kecepatan satu angka setiap detik)
Penilaian :
Berikan nilai 1 untuk tiap urutan yang diulangi secara benar. (N.B.: jawaban yang
benar untuk pemeriksaan angka mundur adalah 2-4-7)
Kewaspadaan
Instruksi : “Saya akan membacakan sebuah urutan huruf, setiap kali saya
mengucapkan huruf “A”, tepuk tangan anda sekali, jika saya mengucapkan huruf
lainnya jangan tepuk tangan anda”
Penilaian :
Berikan nilai 1 jika terdapat nol sampai satu kesalahan (tepuk tangan pada huruf
yang salah atau tidak bertepuk pada huruf “A” dihitung sebagai satu kesalahan)
Rangkaian 7 (Serial 7s)
Instruksi :

24
“Sekarang saya ingin anda berhitung dengan cara mengurangi, mulai angka 100
dikurang tujuh kemudian terus dikurangi dengan angka tujuh sampai saya
memberitahukan anda untuk berhenti” Ulangi instruksi ini untuk kedua kali jika
diperlukan
Penilaian :
Nilai maksimal adalah 3. Berikan :
a). Nilai 0 : Jika tidak ada jawaban yang benar
b). Nilai 1 : Untuk satu jawaban yang benar
c). Nilai 2 : Untuk dua sampai tiga jawaban yang benar.
d). Nilai 3 : Jika subyek dapat memberikan empat atau lima jawaban yang benar.
Hitung setiap jawaban pengurngan 7 yang benar dimulai dari 100. Setiap
pengurangan dinilai secara independen, maksudnya jika subyek menjawab dengan
jawaban yang salah akan tetapi melanjutkan pengurangan 7 yang benar dari angka
tersebut, berikan nilai untuk tiap hasil pengurangan yang benar.
Sebagai contoh, seorang subyek menjawab “92-85-78-71-64” yang mana angka
“92” adalah jawaban yang salah, akan tetapi angka berikutnya dikurangi tujuh
jawabannya benar. Dalam hal ini hanya ada satu kesalahan dan nilai yang dapat
diberikan pada bagian ini adalah 3.
g. Pengulangan Kalimat
Instruksi : “Saya akan membacakan kepada anda sebuah kalimat, setelah itu
ulangi kepada saya tepat seperti apa yang saya bacakan [jeda]: “Wati membantu
saya menyapu lantai hari ini”
Setelah mendapat jawaban, katakan : “Sekarang saya akan membacakan kepada
anda kalimat berikutnya, setelah itu ulangi kepada saya tepat seperti apa yang saya
bacakan [jeda]: “Tikus bersembunyi di bawah dipan ketika kucing datang”
Penilaian : Berikan nilai 1 untuk setiap kalimat yang diulangi dengan benar.
Pengulangan kalimat harus urutan yang tepat. Perhatikan kemungkinan kesalahan
kecil seperti kata yang dihilangkan (misalnya, tidak menyertakan “saya”,
“ketika”) atau adanya penambahan (misalnya, “Tikus tikus bersembunyi di bawah
dipan ketika kucing datang)
h. Kelancaran Berbahasa
Instruksi : “Katakan kepada saya sebanyak mungkin kata yang anda tahu yang
dimulai dengan huruf tertentu yang akan saya katakan sesaat lagi. Anda boleh
menyebut kata apa saja yang anda pikirkan kecuali nama orang/nama kota
(misalnya Budi, Bandung), dan kata yang sama ditambah akhiran kata (misalnya,
bayar, bayaran). Saya akan meminta anda untuk berhenti setelah satu menit.
Apakah anda siap? [jeda],

25
“Sekarang katakan kepada saya sebanyak mungkin kata yang anda ketahui
dimulai dengan huruf S [beri waktu 60 detik]. Berhenti”
Penilaian :
Berikan nilai 1 jika subyek berhasil memberikan 11 kata atau kurang dari 60
detik. Tulis jawaban subyek pada bagian bawah atau samping formulir periksaan.
i. Kemampuan Abstrak
Instruksi : “Katakan kepada saya apa kesamaan antara jeruk dengan pisang” jika
subyek menjawab dengan jawaban yang konkrit/tidak abstrak, maka tambahan
pertanyaan hanya sekali lagi: Katakan kepada saya kesamaan lainya dari
kedua benda tersebut” jika subyek tidak memberikan jawaban yang sesuai (buah),
katakan, “Ya, keduanya adalah buah”. Jangan memberikan perintah atau
penjelasan tambahan.
Setelah latihan, katakan : “Sekarang (beritahu) katakan kepada saya apa
kesamaan kereta api dengan sepeda.” Setelah mendapat jawaban, lakukan
pemeriksaan yang kedua, dengan mengatakan “Sekarang (beritahu) katakan
kepada saya apa kesamaan sebuah penggaris dan jam tangan”. Jangan
memberikan perintah atau penjelasan tambahan.
Penilaian : Hanya dua pasang kata terakhir yang dinilai. Berikan nilai 1 untuk tiap
pasangan kata yang dijawab secara benar. Jawaban-jawaban berikut ini dinanggap
benar : Kereta Api – Sepeda = alat transportasi, sarana berpergian, kita dapat
melakukan perjalanan dengan keduanya. Penggaris – Jam Tangan = alat ukur,
digunakan untuk mengukur.
Jawaban-jawaban berikut ini dianggap tidak tepat : Kereta Api – Sepeda =
keduanya mempunyai roda. Penggaris – Jam Tangan = keduannya mempunyai
angka
j. Memori Tertunda
Instruksi :
“Saya telah membacakan beberapa kata kepada anda sebelmunya, dan saya telah
meminta anda untuk mengingatnya. Beritahukan kepada saya sebanyak mungkin
katakata tersebut yang bisa anda ingat. Beri tanda centang (√) di tempat yang telah
disediakan untuk setiap kata yang dapat diingat secara spontan tanpa petunjuk.
Penilaian :
Berikan nilai 1 untuk setiap kata yang dapat diingat secara spontan tanpa petunjuk
apapun. Pilihan : Sebagai lanjutan dari tes memori tertunda beri petunjuk subyek
dengan petunjuk kategori semantik yang diberikan di bawah ini untuk tiap kata
yang belum dapat diingat. Beri tanda centang (√) pada tempat yang disediakan
jika subyek dapat mengingat kata tersebut dengan bantuan petunjuk kategori atau
pilihan ganda. Informasikan kata-kata yang

26
belum diingat dengan cara berikut ini. Jika subyek masih belum dapat mengingat
kata tersebut setelah diberikan petunjuk kategori, berikan kepadanya pertanyaan
pilihan ganda, seperti contoh instruksi berikut, “Apakah kata tersebut dari pilihan
kata berikut ini. HIDUNG, WAJAH, atau TANGAN?”. Gunakan petunjuk
kategori dan atau petunjuk pilihan ganda berikut jika diperlukan : WAJAH :
petunjuk kategori : bagian dari tubuh, pilihan ganda: hidung, wajah, tangan,
SUTERA : petunujk kategori : jenis kain, pilihan ganda: katun,beludru,sutera,
MASJID : petunjuk kategori : Jenis bangunan pilihan ganda: masjid, sekolah,
rumah sakit ANGGREK : petunjuk kategori : jenis bunga, pilihan ganda: mawar,
anggrek, melati, MERAH :petunjuk kategori : warna pillihan ganda : merah, biru,
hijau
Penilaian : Tidak ada nilai yang diberikan untuk kata-kata yang tepat dan diingat
dengan bantuan petunjuk. Petunjuk digunakan hanya untuk memperoleh informasi
klinis dan dapat memberikan informasi tambahan yang diperlukan mengenai jenis
kelainan daya ingat. Untuk penurunan daya ingat yang disebabkan oleh kegagalan
proses mengingat kembali (retrieval failures), kinerja dapat ditingkatkan dengan
pemberian petunjuk. Untuk penurunan daya ingat yang disebabkan oleh kegagalan
menerjemahkan sandi ingtaan (enconding failures), kinerja tidak dapat
ditingkatkan dengan pemberian petunjuk.
k. Kemampuan Orientasi
Instruksi : “Katakan kepada saya tanggal hari ini”Jika subyek tidak dapat
memberikan jawaban yang lengkap, berikan tanggapan dengan mengatakan
“Katakan kepada saya tahun, bulan, tanggal dan hari pada saat ini” kemudian
katakana: “Sekarang, katakan kepada saya nama tempat ini dan berada di kota
apa?”
Penilaian : Berikan nilai satu untuk tiap jawaban yang benar. Subyek harus
menjawab secara tepat untuk tanggal dan nama tempat (nama rumah sakit, kllinik,
kantor). Tidak ada nilai yang diberikan jika subyek membuat kesalahan walau
satu hari dalam penyebutan tanggal.

27
NILAI TOTAL :
Nilai maksimal sebesar 30
Nilai total terakhir 26 atau lebih dianggap normal. Berikan tambahan 1 nilai untuk
individu yang mempunyai pendidikan formal selama 12 tahun atau kurang (tamat
Sekolah Dasar- tamat Sekolah Menengah Atas), jika total nilai kurang dari 30.

28
 Clock Drawing Test (CDT)
Tes tersebut memerlukan kemampuan pemahaman, kemampuan visual
spasial, kemampuan merekonstruksi, konsentrasi, pengetahuan angka, ingatan
visual dan fungsi eksekutif.Inti dari tugas tes tersebut adalah aktivitas
menggambar permukaan jam kemudian menggambar jarum jam yang menunjuk
pada arah tertentu sebagai simbol dari waktu.
CDT menunjukkan korelasi yang baik dengan tes fungsi kognitif yang lain
yaitu MMSE dan The Blessed Dementia Rating Scale.CDT mempunyai
kemungkinan kelemahan terbesar karena tidak sesuai untuk orang-orang yang
mengalami gangguan penglihatan atau gangguan neurologis lengan bagian atas
seperti kelumpuhan atau tremor
CDT mempunyai banyak keuntungan dibandingkan dengan metode
skrining gangguan kognitif yang lain yaitu tidak terpengaruh dengan suasana hati,
bahasa atau budaya, selain itu tidak membutuhkan pengetahuan yang tidak
semestinya. Selain itu, CDT biasanya menarik perhatian para penderita karena
tidak terlalu lama dan mudah diterima.Untuk mengambil data digunakan Clock
Drawing Test dari Shulman, Gold, Cohen, dan Zucchero (1993).
Pengadministrasiannya sebagai berikut:
a) Instruksi Langkah 1: Memberikan responden sehelai kertas dengan
lingkaran yang seperti jam, besarnya relatif sesuai dengan angka yang akan
digambar. Ditunjukkan bagian atas dan bawah. Langkah 2: Responden
diminta untuk menggambar angka-angka di lingkaran tersebut sehingga
berbentuk seperti jam dan menggambar jarum jam yang menunjuk jam
’11 lewat 10 menit’
b) Skoring dapat diperhatikan pada tabel 1 berikut ini.

29
Skor Kesalahan Contoh
1 Sempurna Tidak ada kesalahan sama sekali

2 Kesalahan visual spasial kecil a) kesalahan membuat spasi angka yang kecil
b) menggambar angka jam di luar lingkaran
c) membalik kertas saat menuliskan jam sehingga
angka terbalik
d) Menggambar jari-jari untuk menyesuaikan angka
jam
3 Tidak mampu menunjuk seting a) Jarum yang menunjuk menit ada di angka
jam ’11 lebih 10 menit’ padahal b) 10 Menulis jam 11 lebih 10 menit
saat organsasi visual spasial c) Tidak mampu menggambar penunjuk waktu
terlihat sempurna atau hanya
menunjukkan penyimpangan
yang kecil
4 Disorganisasi visual spasial yang a) Pembuatan spasi yang
ringan sehingga tidak mungkin b) tidak akurat
akan menunjuk jam ’11 lebih 10 c) Menghilangkan angka
Perseverasi: mengulang lingkaran atau melanjutkan
menit’
lebih 12 dengan 13, 14, 15, dst
d) Bagian kiri kanan terbalik: angka digambarkan
berkebalikan arah jarum jam
e) Disgrapia: tidak mampu menulis angka dengan
akurat
5 Tingkat yag parah pada Lihat contoh dari skoring 4
disorganisasi tersebut seperti pada
skoring 4
6 Tidak mampu merepresntasikan a) Tidak ada usaha sama sekali
jam b) Tidak ada kemiripan dengan jam sama
c) sekali Menulis nama atau kata

2.2.10 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan utama pada demensia adalah pendekatan psikologis dan

suportif yang disertai tata laksana penyakit yang mendasari demensia. Oleh karena

itu, penting untuk mencari tahu penyebab dementia agar tata laksana yang

diberikan tepat. Diagnosis dementia akibat degeneratif ditegakkan jika penyebab

lain sudah disingkirkan dan gambaran klinis pasien sesuai.

Penatalaksanaan demensia terdiri dari terapi untuk dementia dan terapi

untuk mengatasi sindrom demensia itu sendiri. Terapi untuk demensia dibagi

menjadi terapi farmakologis dan non-farmakologis. Selain penatalaksanaan yang

30
sesuai, edukasi kepada keluarga dan caregiver juga penting dalam menangani

kasus demensia.

Beberapa obat yang digunakan untuk penanganan demensia adalah sebagai

berikut:

A. Inhibitor kolinesterase

Penderita penyakit Alzheimer mengalami penurunan sintesis asetilkolin

sehingga mengganggu sistem kolinergik di otak. Pemberian inhibitor

kolinesterase akan menurunkan degradasi asetilkolin di celah sinaps sehingga

kadar asetilkolin meningkat. Jenis inhibitor kolinesterase yang dapat diberikan

adalah donepezil, rivagstigmin, dan galantamin.

B. Memantin

Memantin adalah antagonis reseptor N-methyl-D-aspartate (NMDA). Pada

dementia vaskular, terjadi stimulasi berlebihan pada reseptor NMDA. Hal ini

dapat menyebabkan gangguan memori dan kemampuan belajar. Oleh karena itu,

pemberian memantin bertujuan untuk melindungi reseptor NMDA. Memantin

juga digunakan untuk penyakit Alzheimer dan kerap kali dikombinasikan dengan

inhibitor kolinesterase.

Beberapa penelitian mengatakan bahwa antioksidan (vitamin E dan

selegilin), antiinflamasi, estrogen, dan statin dapat memperbaiki gejala klinis

dementia. Namun, hasil antar penelitian tidak konsisten sehingga masih

diperlukan penelitian lebih lanjut.

Penatalaksanaan Non-farmakologis dan Perawatan Suportif

Tata laksana non-farmakologis dan perawatan suportif memegang peranan

penting dalam penanganan pasien dementia.

31
1. Nutrisi

Pasien demensia sering kali mengalami malnutrisi dan dehidrasi. Keluarga

dan caregiver sebaiknya memperhatikan asupan makanan dan cairan pasien.

2. Rehabilitasi

Rehabilitasi dapat berupa :

 Latihan/rehabilitasi kognitif : Peningkatan fungsi kognitif bergantung pada

jenis dan frekuensi latihan/rehabilitasi kognitif yang dilakukan.

 Latihan fisik : Latihan fisik secara teratur bertujuan untuk meningkatkan

fungsi fisik pasien dan mengurangi depresi. Namun, manfaat latihan fisik

pada fungsi kognitif masih belum terbukti karena hasil antar penelitian

berbeda-beda.

3. Intervensi Perilaku

Beberapa pasien dapat menunjukkan gejala ansietas dan agitasi yang dapat diatasi

dengan intervensi perilaku.

32
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Demensia adalah sindrom yang ditandai dengan disorientasi ingatan atau
memori, proses berpikir, perilaku, dan penurunan kemampuan untuk melakukan
aktivitas sehari-hari. Sindrom ini bersifat kronik dan progresif. Faktor risiko
utama yang berhubungan dengan demensia adalah usia tua. Demensia juga dapat
muncul pada individu yang mengalami delirium, dan hal ini sering bertumpang
tindih dengan demensia.

Diagnosis demensia ditegakkan berdasarkan kriteria dari Diagnostic and


Statistical Manual of Mental Disorders 5 (DSM-5). Pada tahap anamnesis, dapat
ditemukan gejala defisit kognitif berupa gangguan atensi kompleks, fungsi
eksekusi, kemampuan belajar, ingatan atau memori, bahasa, persepsi motorik, dan
sosial. Anamnesis biasanya dilakukan pada keluarga atau caregiver.

Penatalaksanaan utama pada demensia adalah pendekatan psikologis dan


suportif yang disertai tata laksana penyakit yang mendasari demensia. Oleh karena
itu, penting untuk mencari tahu penyebab dementia agar tata laksana yang
diberikan tepat.

Saran

33
Melalui referat ini diharapkan mahasiswa kedokteran dapat menegakkan
diagnosis dan menatalaksanadengan baik dan tepat karena telah mengetahui
penyebabnya serta cara pencegahan maupun pengobatannya terhadap penyakit
demensia.

DAFTAR PUSTAKA
American Psychiatric Association, Diagnostic and Statistic Manual of Mental
Disorder,

American Psychiatric Association, United States of America, 5th ed., 2013.


Cunningham EL1, McGuiness B 1,2, Herron B. Passmore 2 APSteven .
1.2
Journal, Dementia.

D. Press, M. Alexander, Treatment of dementia, 2018.


https://www.uptodate.com/contents/treatment-of-dementia
Effendi AD, Mardijana A, Dewi R. Relationship between physical activity and
dementia incidence in elderly of UPT pelayanan sosial lanjut usia jember. J
Pustaka Kes. 2014; 2(2):332-6.

E. L. Cunningham, B. McGuiness, B. Herron, A. P. Passmore. Dementia,


Ulster Med J, 2015, 84(2) 79-87.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4488926/

Hartati, Sri, and Costrie Ganes Widayanti. "Clock drawing: Asesmen untuk
demensia (Studi deskriptif pada orang lanjut usia di kota Semarang)." Jurnal
Psikologi 7.1 (2010): 1-10.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Menkes: Lansia yang sehat,


lansia yang jauh dari demensia, 2016.

K.R. Scott, A.M. Barret, Dementia syndromes: evaluation and treatment,


Expert Neurother, 2007, 7(4) 407-422.

Ni Wayan Suriastini, Prevalence and Risk Facktors of Dementia and


Caregivers Knowledge of the early Symptoms of Alzheimers Disease;

34
Department of Neurology, School of Medicine and health Sciences, Jkarta,
Indonesia.

Panentu, D., and M. Irfan. "Uji Validitas Dan Reliabilitas Butir Pemeriksaan
Dengan Moteral Cognitive Assessment Versi Indonesia (MoCA-INA) Pada
Insan Pasca Stroke Fase Recovery." J. Fisioter (2013).

Paulus Anam. Panduan Praktik Klinik Diagnosis dan Penatalaksanaan


Demensia. Hal.114 .2015

Pieter, Janiwarti, & Saragih. Gambaran status demensia dan


depresi..Pengantar Psikopatologi untuk keperawatan. Jakarta: kencana.

R. Tampi. Assessment of Dementia, 2018.

World Health Organization, Dementia, 2017.

35

Anda mungkin juga menyukai