DEMENSIA
Oleh :
Preseptor :
dr. Reno Sari Chaniago, Sp.S, M.Biomed
Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat-
Nya kepada penulis hingga dapat menyelesaikan tugas referat ini yang berjudul
Solok.
teman-teman serta staf bagian neurologi dan semua pihak yang telah membantu
banyak kelemahan yang terdapat dalam penulisan referat ini, kritik dan saran
ini bermanfaat.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN DEPAN...................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I . PENDAHULUAN ............................................................................ 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 2
2.1. Anatomi dan fungsi luhur
2.2 Demensi
2.2.1. Definisi.......................................................................................... 2
2.2.2. Epidemiologi................................................................................. 2
2.2.3. Faktor Resiko ............................................................................... 3
2.2.4. Etiologi.......................................................................................... 3
2.2.5. Patofisiologi.................................................................................. 5
2.2.6. Kriteria Diagnosis Klinis untuk Demensia................................... 6
2.2.7. Tanda dan Gejala .......................................................................... 7
2.2.8. Diagnosis....................................................................................... 8
2.2.9. Pemeriksaan Penunjang................................................................ 9
2.2.10. Penatalaksanaan.......................................................................... 10
BAB III. KESIMPULAN .............................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………… 13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut World Health Organization (WHO), demensia adalah sindrom
yang ditandai dengan disorientasi ingatan atau memori, proses berpikir, perilaku,
dan penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Sindrom ini
bersifat kronik dan progresif. Hampir seluruh penderita demensia adalah populasi
lanjut usia (lansia). Meskipun demikian, sindrom ini bukan bagian dari proses
penuaan yang normal.
Demensia merupakan penyakit degeneratif yang sering menyerang pada
orang yang berusia diatas 60 tahun. Demensia terjadi akibat kerusakan sel-sel otak
dimana sistem saraf tidak lagi bisa membawa informasi ke dalam otak, sehingga
membuat kemunduran pada daya ingat, keterampilan secara progresif, gangguan
emosi, dan perubahan perilaku, penderita demensia sering menunjukkan gangguan
perilaku harian.
Diagnosis demensia perlu ditegakkan secara dini dan dibedakan
berdasarkan etiologinya, usia awitan dan gambaran klinisnya. Penatalaksanaan
pada stadium dini, baik secara farmakologis maupun non farmaakologis dapat
menyembuhkan atau memperlambat progresivitas penyakit, sehingga penderita
tetap mempunyai kualitas hidup yang baik.
1.2 Tujuan Penulisan
1. Referat ini dibuat untuk memenuhi syarat dalam kepaniteraan klinik
senior pada Departemen Neurologi RSUD M. Natsir Kota Solok.
2. Mahasiswa mampu mengetahui penanganan dan penatalaksanaan yang
tepat pada pasien demensia.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
6. Lobus frontal, bagian dari lobus frontalis yaitu korteks assosiasi prafrontal
adalah bagian depan dari lobus frontal tepat anterior dari korteks pramotorik.
Korteks prafrontal, berperan utama dalam memadukan kemampuan berfikir
kompleks berkaitan dengan ingatan sementara yaitu korteks asosiasi prafrontal.
Korteks prafrontal tidak dapat berfungsi sebagai alat penyimpanan sementara
untuk menahan data, tatapi juga berperan besar dalam fungsi eksekutif, yang
melibatkan manipulasi dan integrasi informasi untuk perencanaan, pemilihan
prioritas, pemecahan masalah, dan pengorganisasian aktivitas. Pada lobus frontal
juga berfungsi untuk mengatur atensi yang terdapat sel-sel atensional, atensi yang
baik dapat terjadi jika seseorang tersebut dalam keadaan kesadaran penuh berarti
dalam hal ini atensi juga dipengaruhi oleh formatio retikularis di pons.
7. Lobus parietalis berfungsi dalam membaca, persepsi, memori dan visuospasial.
Korteks ini menerima stimuli sensorik (input visual, auditori, taktil) dari area
asosiasi sekunder. Karena menerima input dari berbagai modalitas sensori sering
disebut korteks heteromodal dan mampu membentuk asosiasi sensorik (cross
modal association). Sehingga manusia dapat menghubungkan input visual dan
menggambarkan apa yang mereka lihat atau pegang.
8. Lobus temporalis berfungsi mengatur pendengaran, penglihatan, emosi,
memori, kategorisasi benda-benda dan seleksi rangsangan auditorik dan visual.
9. Lobus oksipitalis berfungsi mengatur penglihatan primer, visuospasial, memori
dan bahasa.
10. Serebelum, berperan penting dalam membentuk ingatan prosedural
“bagaimana” yang terlibat dalam keterampilan motorik, diperoleh melalui latihan
yang berulang, contoh seperti mengingat gerakan menari.
4
2.2 Demensia
2.2.1 Defenisi
Definisi demensia menurut WHO adalah sindrom neurodegeneratif yang
timbul karena adanya kelainan yag bersifat kronis dan progresif dengan
gangguann fungsi luhur multiple seperti kalkulasi, kapasitas belajar, bahasa dan
1. Adanya penurunan kemampuan daya ingat dan daya pikir, yang sampai
5
2.2.2 Epidemiologi
adalah 50.000.000 orang di seluruh dunia, dengan insiden 10.000.000 kasus per
tahun. Sekitar 91% kasus terjadi pada usia di atas 65 tahun. Hanya 9% yang
terjadi <65 tahun dan disebut sebagai demensia onset muda (young onset
dementia).
pada tahun 2013. Jumlah ini akan meningkat sebanyak dua kali lipat pada tahun
dan diperkirakan angkanya 0,5 persen per tahun dari usia 65 sampai 69 tahun. 1
persen per tahun dari usia 70 sampai 74, 2 persen per tahun dari usia 75 sampai
79. 3 persen per tahun dari usia 80 sampai 84, dan 8 persen per tahun dari usia 85
penelitian terhadap pasien Alzheimer tahun 2001, median angka harapan hidup
paling sering terjadi pada orang berusia antara 60 sampai 70 tahun dan lebih kerap
6
2.2.3 Faktor Resiko
Faktor risiko utama yang berhubungan dengan demensia adalah usia tua.
Demensia juga dapat muncul pada individu yang mengalami delirium, dan hal ini
sering bertumpang tindih dengan demensia. Delirium adalah sindrom otak organik
karena gangguan fungsi atau metabolisme otak secara umum atau karena
yang menurun. Gejala – gejala lain ialah : penderita tidak mampu mengenal orang
dan berkomunikasi dengan baik, ada yang bingung atau cemas, gelisah dan panik,
ada pasien yang terutama berhalusinasi dan ada yang hanya berbicara komat –
kamit dan inkoheren. Onset biasanya mendadak, sering dalam beberapa jam atau
hari.
merokok.
2.2.4 Etiologi
demensia lain yang dirinci dalam DSM-IV-TR adalah penyakit Pick, penyakit
kepala.
baru atas dasar penurunan kognitif progresif, dapat disebabkan oleh berbagai
7
Alzheimer (DA; 50-75%) diikuti oleh demensia vaskular (VaD; 20%), demensia
dengan badan Lewy (DLB; 5%) dan demensia lobar frontotemporal (FTLD; 5%).
Gambar1
Gambar 1. Diagram lingkaran menunjukkan frekuensi perkiraan demensia menyebabkan proses penyakit
dari GPP termasuk defisit perilaku atau bahasa yang menunjukkan varian frontal
atau masalah visuospasial awal yang menonjol yang menunjukkan atrofi kortikal
posterior. Ciri yang paling relevan dari presentasi VaD adalah hubungan temporal
8
pemeriksaan dan pencitraan. Penyakit tubuh Lewy terdiri dari DLB dan penyakit
Sebagai aturan praktis, jika timbulnya demensia dan gejala fisik PD dalam satu
tahun diagnosisnya adalah demensia PD, jika gejala kognitif mendahului gejala
dan tanda fisik lebih dari satu tahun diagnosis dianggap DLB. Gejala bahasa atau
perilaku awal meningkatkan prospek FTLD. Pada kelompok usia yang lebih
muda, yaitu kurang dari 65 tahun, kejadian FTLD dan ADD hampir sama,
berbeda dengan kejadian FTLD yang jauh lebih rendah pada kelompok usia yang
lebih tua. Gejala awal varian perilaku FTLD sering kali meningkatkan
kejadian FTLD dan ADD hampir sama, berbeda dengan kejadian FTLD yang jauh
lebih rendah pada kelompok usia yang lebih tua. Gejala awal varian perilaku
primer, komplikasi diagnosis. kejadian FTLD dan ADD hampir sama, berbeda
dengan kejadian FTLD yang jauh lebih rendah pada kelompok usia yang lebih
tua. Gejala awal varian perilaku FTLD sering kali meningkatkan kemungkinan
2.2.5 Patofisiologi
patologis dari protein asli: dalam kasus DA itu adalah plak ekstraseluler amiloid
dan kusut intraseluler dari tau hiperfosforilasi; di DLB itu adalah alpha-synuclein
termasuk TDP-43 dan protein ciri dari AD dan DLB dalam distribusi
9
frontotemporal. Contoh lesi tersebut dapat dilihat pada Gambar 1-4. Penting untuk
diingat bahwa bukti dari proses ini juga ditemukan post-mortem pada orang-orang
yang tidak menunjukkan gangguan kognitif sebelum kematian, dan bahwa pola-
pola ini tidak eksklusif, muncul bersamaan seperti yang sering mereka lakukan.
Gambar 3. Neuron berpigmen dari substansia nigra. Ada satu Tubuh
10
2.2.6 Klasifikasi dan Kriteria Diagnosis Demensia
1. Demensia Alzheimer
Dimana Demensia adalah gangguan fungsi intelektual dan memori didapat yang
disebabkan oleh penyakit otak, yang tidak berhubungan dengan gangguan tingkat
memori selain dengan kemampuan mental lain seperti berfikir abstrak, penilaian,
kepribadian, bahasa, praksis dan visuospatial. Defisit yang terjadi harus cukup
Meski kausa demensia tipe Alzheimer tetap tidak diketahui, telah dicapai
dengan demensia tipe Alzheimer: oleh karena itu, faktor genetik dianggap
kasus. Dukungan lain adanya pengaruh genetik adalah angka kejadian bersama
pada kembar monozigotik. yang lebih tinggi daripada angka untuk kembar
bebe- rapa kasus yang terdokumentasi dengan baik. gangguan ini di- turunkan
dalam keluarga melalui gen autosom dominan. Demensia tipe Alzheimer telah
11
1. Munculnya defisit kognitif multiple yang dimanifestasikan baik oleh: (1)
atau lebih gangguan kognitif Afasia, Apraksia, Agnosia dan gangguan dalam
5. Gangguan ini tidak lebih mungkin disebabkan oleh gangguan lain pada aksis.
2. Demensia Vaskuler
demensia. Demensia vaskular paling sering ditemukan pada pria. terutama mereka
dengan hipertensi yang sudah ada sebelumnya atau faktor risiko kardiovaskular
lain. Gangguan ini terutama memengaruhi pembuluh serebral berukuran kecil dan
sedang, yang mengalami infark dan menyebabkan lesi parenkim multipel yang
tersebar secara luas di otak. Kausa infark mungkin mencakup oklusi pembuluh
oleh plak arteriosklerotik atau tromboemboli dari asal yang jauh (seperti katup
12
Adapun Kriteria Diagnosa DSM-IV-TR untuk Demensia Vaskular adalah
sebagai berikut:
memori, (2) satu atau lebih gangguan kognitif Afasia, Apraksia, Agnosia dan
3. Tanda dan gejala neurologis fokal (seperti refleks tendon dalam yang
berjalan dan kelemahan pada salah satu ekstremitas) atau bukti laboratorium
a. Penyakit Pick
Penyakit Pick ditandai oleh atrofi dalam jumlah yang lebih besar di regio
munculnya jisim Pick neuronal, yaitu massa elemen sitoskeletal. Jisim Pick
terlihat pada beberapa spesimen posmortem namun tidak penting untuk diagnosis.
Kausa penyakit Pick belum diketahui namun penyakit ini mencakup kurang lebih
5 persen dari semua demensia yang reversibel. Penyakit ini paling sering terjadi
13
pada pria, terutama mereka yang memiliki kerabat keturunan pertama dengan
kondisi ini. Penyakit Pick sulit dibedakan dengan demensia tipe Alzheimer. meski
stadium awal penyakit Pick lebih sering ditandai oleh perubahan kepribadian dan
b. Penyakit Huntington
tampak pada penyakit ini adalah demensia tipe subkortikal, yang ditandai oleh
namun memori, bahasa, dan tilikan relatif tetap intak pada stadium awal dan
c. Penyakit Parkinson
14
dengan penyakit Parkinson sejajar dengan kelambatan berpikir pada beberapa
pasien, suatu gambaran yang disebut oleh para klinisi sebagai bradifrenia.
Infeksi HIV biasanya akan mengarah ke demensia dan gejala psikiatri lain.
Pasien yang terinfeksi HIV mengalami demensia dengan angka tahunan sekitar 14
saraf pusat pada saat otopsi. Timbulnya demensia pada orang yang terinfeksi HIV
memori, (2) satu atau lebih gangguan kognitif Afasia, Apraksia, Agnosia dan
15
suatu kondisi medis umum selain penyakit Alzheimer atau penyakit
serebrovaskular.
sebagai berikut:
memori, (2) satu atau lebih gangguan kognitif Afasia, Apraksia, Agnosia dan
3. Defisit tidak terjadi hanya pada saat delirium dan bertahan melampaui durasi
zat.
5. Demensia YTT
Pada demensia ini memiliki kriteria diagnosis DSM-IV-TR adalah kategori ini
kurangnya daya nilai dan pengendalian impuls yang buruk biasanya tampak.
16
Tanda dan gejala kognitif pada demensia selalu subkortikal, bervariasi dan
2.2.8 Diagnosis
Diagnosis demensia ditegakkan berdasarkan kriteria dari Diagnostic and
Statistical Manual of Mental Disorders 5 (DSM-5). Pada tahap anamnesis, dapat
ditemukan gejala defisit kognitif berupa gangguan atensi kompleks, fungsi
eksekusi, kemampuan belajar, ingatan atau memori, bahasa, persepsi motorik, dan
sosial. Anamnesis biasanya dilakukan pada keluarga atau caregiver. Untuk
membantu diagnosis, dapat digunakan tes neuropsikologis standar, yaitu mini
mental state examination (MMSE), Montreal Cognitive
Assessment (MoCA), Alzheimer’s Disease Assessment Scale-Cognitive
Section (ADAS-Cog), dan Mattis Dementia Rating Scale (MDRS).
17
Anamnesis mencakup awitan, pola perubahan dominan kognisi dan non
obat- obatan dan riwayat keluarga perlu untuk ditanyakan. Anamnesis dilakukan
pada pasien,keluarga untuk mencari defisit kognitif, perubahan perilaku dan gejala
demensia
lainnya
Anamnesis
visuospasial)
makan)
riwayat stroke)
obatan yang dapat menurunkan fungsi kognitif seperti obat tidur dan
antidepresan.
serebrovaskuler.
18
riwayat pribadi sosial seperti : pekerjaan, status perkawinan, tempat tinggal,
kebiasaan sehari-hari.
Pemeriksaan Fisik
pemeriksaan neurologi
- CDR
- GDS
- NPI
- AD8-INA
- MMSE
19
- CDT
- MoCA-INA
- CERAD
pada pasien lanjut usia yang mengalami penurunan fungsi kognitif, kemampuan
deteriorasi ini umumnya disertai dengan perubahan status mental (mood dan
MMSE adalah alat deteksi dan penunjang diagnostik, namun tidak bisa
merupakan pemeriksaan yang terdiri dari 11 item penilaian yang digunakan untuk
MMSE adalah 1-30, dengan cut off 24. Skor yang lebih rendah dari 24
N NILAI
TES
O MAKSIMAL
ORIENTASI
20
1 Sekarang (tahun), (musim), (Bulan), (tanggal), Hari apa ? 5
REGISTRASI
BAHASA
21
11 Pasien disuruh menggambar bentuk di bawah ini 1
Total 30
Skor
Nilai 24-30 : Normal
Niali 17-23 : Gangguan kognitif Probable
Nilai 0-16 : Gangguan kognitif definitif
22
angka 1 ke huruf A, kemudian menuju angka 2 dan selanjutnya. Akhiri di sini
(tunjuk huruf [E])
Penilaian : Berikan nilai 1 bila subyek menggambar dengan sempurna mengikuti
pola berikut ini : 1- A-2-B-3-C-4-D-5-E, tanpa ada garis yang salah. Setiap
kesalahan yang tidak segera diperbaiki sendiri oleh subyek diberi nilai 0.
b. Kemampuan visuokonstruksional (kubus) Instruksi : “Contohlah gambar
berikut setepat mungkin pada tempat yang disediakan dibawah ini” Penilaian :
Berikan nilai 1 untuk gambar yang benar :
a) Gambar harus tiga dimensi
b) Semua garis tergambar
c) Tidak terdapat garis tambahan
d) Garis-garis tersebut relative sejajar dan panjangnya sesuai (bentuk prisma segi
empat dapat diterima) Nilai tidak diberikan untuk masing-masieng elemen jika
kriteria di atas tidak dipenuhi
c. Kemampuan visuokonstruksional (jam dinding) Instruksi :
“Gambarlah sebuah jam dinding, lengkapi dengan angka-angkanya dan buat
waktunya menjadi pukul 11 lewat 10 menit”
Penilaian : Berikan nilai 1 untuk masing-masing dari kriteria berikut :
a) Bentuk (nilai 1): bentuk jam harus berupa lingkaran dengan hanya sedikit
distorsi (mis: ketidak sempurnaan dalam menutup lingkaran)
b) Angka (nilai1): semua angka yang terlihat dalam jam harus lengkap tanpa
tambahan angka; angka harus diletakkan dalam urutan yang tepat dan dalam
kuadran yang sesuai dengan bentuk jam; angka-angka Romawi dapat diterima;
angka dapat diletakkan di luar lingkaran
c) Jarum jam (nilai 1) : harus terdapat dua jarum jam yang secara bersamaan
menunjukkan waktu yang dimaksud. Jarum yang menunjukkan jam harus secara
jelas lebih pendek dari jarum jam yang menunjukkan menit; jarum jam harus
berpusat di dalam lingkaran dengan pertemuan kedua jarum berada dekat dengan
pusat lingkaran Nilai tidak diberikan untuk masingmasing elemen jika kriteria
diatas tidak dipenuhi
d. Penanaman Instruksi :
“Katakan kepada saya nama dari binatang ini (dimulai dari kiri)” Penilaian :
Masing-masing 1 nilai diberikan untuk jawaban berikut (1) gajah, (2) badak, (3)
unta
e. Daya Ingat Instruksi : “Ini adalah pemeriksaan daya ingat. Saya akan
membacakan sederet kata yangharus anda ingat sekarang dan nanti. Dengarkan
baik-baik, setelah saya selesai katakan kepada saya sebanyak mungkin kata yang
23
anda dapat ingat, tidak masalah disebutkan tidak berurutan” (kemudian
permeriksa membacakan 5 kata dengan kecepatan satu kata setiap detik).
Tandai dengan tanda centang (√) di tempat yang disediakan, untuk tiap kata yang
dapat diingat secara benar oleh subyek pada pemeriksaan pertama. Ketika subyek
menunjukkan bahwa ia telah selesai (telah mengingat semua kata) atau sudah
tidak dapat lagi mengingat kata lainnya, bacakan sederet kata untuk kedua kalinya
disertai instruksi berikut :
“Saya akan membacakan sederet kata yang sama untuk kedua kalinnya. Cobalah
untuk mengingat dan katakana kepada saya sebanyak mungkin kata yang dapat
anda ingat, termasuk kata-kata yang sudah anda sebutkan di kesempatan
pertama”.
Di akhir permeriksaan kedua, jelaskan kepada subyek bahwa dia akan diminta lagi
untuk mengingat kembali kata-kata tersebut dengan mengatakan “Saya akan
meminta ada untuk mengingat kembali kata-kata tersebut pada akhir
pemeriksaan”.
Penilaian : Tidak ada nilai yang diberikan untuk pemeriksaan pertama dan kedua
f. Perhatian Rentang Angka Maju (Forward Digit Span) Instruksi : “Saya akan
mengucapkan beberapa angka, dan setelah saya selesai ulangi apa yang saya
ucapkan tepat sebagaimana saya mengucapkannya” (Bacakan kelima urutan
angka yang diulangi secara benar)
Penilaian : Berikan nilai 1 untuk tiap urutan yang diulangi secara benar
Rentang Angka Mundur (Backward Digit Span) Instruksi :
“Sekarang saya akan mengucapkan beberapa angka lagi, akan tetapi jika saya
sudah selesai, anda harus mengulangi apa yang saya ucapkan dalam urutan
terbalik” (Bacakan ketiga urutan angka dengan kecepatan satu angka setiap detik)
Penilaian :
Berikan nilai 1 untuk tiap urutan yang diulangi secara benar. (N.B.: jawaban yang
benar untuk pemeriksaan angka mundur adalah 2-4-7)
Kewaspadaan
Instruksi : “Saya akan membacakan sebuah urutan huruf, setiap kali saya
mengucapkan huruf “A”, tepuk tangan anda sekali, jika saya mengucapkan huruf
lainnya jangan tepuk tangan anda”
Penilaian :
Berikan nilai 1 jika terdapat nol sampai satu kesalahan (tepuk tangan pada huruf
yang salah atau tidak bertepuk pada huruf “A” dihitung sebagai satu kesalahan)
Rangkaian 7 (Serial 7s)
Instruksi :
24
“Sekarang saya ingin anda berhitung dengan cara mengurangi, mulai angka 100
dikurang tujuh kemudian terus dikurangi dengan angka tujuh sampai saya
memberitahukan anda untuk berhenti” Ulangi instruksi ini untuk kedua kali jika
diperlukan
Penilaian :
Nilai maksimal adalah 3. Berikan :
a). Nilai 0 : Jika tidak ada jawaban yang benar
b). Nilai 1 : Untuk satu jawaban yang benar
c). Nilai 2 : Untuk dua sampai tiga jawaban yang benar.
d). Nilai 3 : Jika subyek dapat memberikan empat atau lima jawaban yang benar.
Hitung setiap jawaban pengurngan 7 yang benar dimulai dari 100. Setiap
pengurangan dinilai secara independen, maksudnya jika subyek menjawab dengan
jawaban yang salah akan tetapi melanjutkan pengurangan 7 yang benar dari angka
tersebut, berikan nilai untuk tiap hasil pengurangan yang benar.
Sebagai contoh, seorang subyek menjawab “92-85-78-71-64” yang mana angka
“92” adalah jawaban yang salah, akan tetapi angka berikutnya dikurangi tujuh
jawabannya benar. Dalam hal ini hanya ada satu kesalahan dan nilai yang dapat
diberikan pada bagian ini adalah 3.
g. Pengulangan Kalimat
Instruksi : “Saya akan membacakan kepada anda sebuah kalimat, setelah itu
ulangi kepada saya tepat seperti apa yang saya bacakan [jeda]: “Wati membantu
saya menyapu lantai hari ini”
Setelah mendapat jawaban, katakan : “Sekarang saya akan membacakan kepada
anda kalimat berikutnya, setelah itu ulangi kepada saya tepat seperti apa yang saya
bacakan [jeda]: “Tikus bersembunyi di bawah dipan ketika kucing datang”
Penilaian : Berikan nilai 1 untuk setiap kalimat yang diulangi dengan benar.
Pengulangan kalimat harus urutan yang tepat. Perhatikan kemungkinan kesalahan
kecil seperti kata yang dihilangkan (misalnya, tidak menyertakan “saya”,
“ketika”) atau adanya penambahan (misalnya, “Tikus tikus bersembunyi di bawah
dipan ketika kucing datang)
h. Kelancaran Berbahasa
Instruksi : “Katakan kepada saya sebanyak mungkin kata yang anda tahu yang
dimulai dengan huruf tertentu yang akan saya katakan sesaat lagi. Anda boleh
menyebut kata apa saja yang anda pikirkan kecuali nama orang/nama kota
(misalnya Budi, Bandung), dan kata yang sama ditambah akhiran kata (misalnya,
bayar, bayaran). Saya akan meminta anda untuk berhenti setelah satu menit.
Apakah anda siap? [jeda],
25
“Sekarang katakan kepada saya sebanyak mungkin kata yang anda ketahui
dimulai dengan huruf S [beri waktu 60 detik]. Berhenti”
Penilaian :
Berikan nilai 1 jika subyek berhasil memberikan 11 kata atau kurang dari 60
detik. Tulis jawaban subyek pada bagian bawah atau samping formulir periksaan.
i. Kemampuan Abstrak
Instruksi : “Katakan kepada saya apa kesamaan antara jeruk dengan pisang” jika
subyek menjawab dengan jawaban yang konkrit/tidak abstrak, maka tambahan
pertanyaan hanya sekali lagi: Katakan kepada saya kesamaan lainya dari
kedua benda tersebut” jika subyek tidak memberikan jawaban yang sesuai (buah),
katakan, “Ya, keduanya adalah buah”. Jangan memberikan perintah atau
penjelasan tambahan.
Setelah latihan, katakan : “Sekarang (beritahu) katakan kepada saya apa
kesamaan kereta api dengan sepeda.” Setelah mendapat jawaban, lakukan
pemeriksaan yang kedua, dengan mengatakan “Sekarang (beritahu) katakan
kepada saya apa kesamaan sebuah penggaris dan jam tangan”. Jangan
memberikan perintah atau penjelasan tambahan.
Penilaian : Hanya dua pasang kata terakhir yang dinilai. Berikan nilai 1 untuk tiap
pasangan kata yang dijawab secara benar. Jawaban-jawaban berikut ini dinanggap
benar : Kereta Api – Sepeda = alat transportasi, sarana berpergian, kita dapat
melakukan perjalanan dengan keduanya. Penggaris – Jam Tangan = alat ukur,
digunakan untuk mengukur.
Jawaban-jawaban berikut ini dianggap tidak tepat : Kereta Api – Sepeda =
keduanya mempunyai roda. Penggaris – Jam Tangan = keduannya mempunyai
angka
j. Memori Tertunda
Instruksi :
“Saya telah membacakan beberapa kata kepada anda sebelmunya, dan saya telah
meminta anda untuk mengingatnya. Beritahukan kepada saya sebanyak mungkin
katakata tersebut yang bisa anda ingat. Beri tanda centang (√) di tempat yang telah
disediakan untuk setiap kata yang dapat diingat secara spontan tanpa petunjuk.
Penilaian :
Berikan nilai 1 untuk setiap kata yang dapat diingat secara spontan tanpa petunjuk
apapun. Pilihan : Sebagai lanjutan dari tes memori tertunda beri petunjuk subyek
dengan petunjuk kategori semantik yang diberikan di bawah ini untuk tiap kata
yang belum dapat diingat. Beri tanda centang (√) pada tempat yang disediakan
jika subyek dapat mengingat kata tersebut dengan bantuan petunjuk kategori atau
pilihan ganda. Informasikan kata-kata yang
26
belum diingat dengan cara berikut ini. Jika subyek masih belum dapat mengingat
kata tersebut setelah diberikan petunjuk kategori, berikan kepadanya pertanyaan
pilihan ganda, seperti contoh instruksi berikut, “Apakah kata tersebut dari pilihan
kata berikut ini. HIDUNG, WAJAH, atau TANGAN?”. Gunakan petunjuk
kategori dan atau petunjuk pilihan ganda berikut jika diperlukan : WAJAH :
petunjuk kategori : bagian dari tubuh, pilihan ganda: hidung, wajah, tangan,
SUTERA : petunujk kategori : jenis kain, pilihan ganda: katun,beludru,sutera,
MASJID : petunjuk kategori : Jenis bangunan pilihan ganda: masjid, sekolah,
rumah sakit ANGGREK : petunjuk kategori : jenis bunga, pilihan ganda: mawar,
anggrek, melati, MERAH :petunjuk kategori : warna pillihan ganda : merah, biru,
hijau
Penilaian : Tidak ada nilai yang diberikan untuk kata-kata yang tepat dan diingat
dengan bantuan petunjuk. Petunjuk digunakan hanya untuk memperoleh informasi
klinis dan dapat memberikan informasi tambahan yang diperlukan mengenai jenis
kelainan daya ingat. Untuk penurunan daya ingat yang disebabkan oleh kegagalan
proses mengingat kembali (retrieval failures), kinerja dapat ditingkatkan dengan
pemberian petunjuk. Untuk penurunan daya ingat yang disebabkan oleh kegagalan
menerjemahkan sandi ingtaan (enconding failures), kinerja tidak dapat
ditingkatkan dengan pemberian petunjuk.
k. Kemampuan Orientasi
Instruksi : “Katakan kepada saya tanggal hari ini”Jika subyek tidak dapat
memberikan jawaban yang lengkap, berikan tanggapan dengan mengatakan
“Katakan kepada saya tahun, bulan, tanggal dan hari pada saat ini” kemudian
katakana: “Sekarang, katakan kepada saya nama tempat ini dan berada di kota
apa?”
Penilaian : Berikan nilai satu untuk tiap jawaban yang benar. Subyek harus
menjawab secara tepat untuk tanggal dan nama tempat (nama rumah sakit, kllinik,
kantor). Tidak ada nilai yang diberikan jika subyek membuat kesalahan walau
satu hari dalam penyebutan tanggal.
27
NILAI TOTAL :
Nilai maksimal sebesar 30
Nilai total terakhir 26 atau lebih dianggap normal. Berikan tambahan 1 nilai untuk
individu yang mempunyai pendidikan formal selama 12 tahun atau kurang (tamat
Sekolah Dasar- tamat Sekolah Menengah Atas), jika total nilai kurang dari 30.
28
Clock Drawing Test (CDT)
Tes tersebut memerlukan kemampuan pemahaman, kemampuan visual
spasial, kemampuan merekonstruksi, konsentrasi, pengetahuan angka, ingatan
visual dan fungsi eksekutif.Inti dari tugas tes tersebut adalah aktivitas
menggambar permukaan jam kemudian menggambar jarum jam yang menunjuk
pada arah tertentu sebagai simbol dari waktu.
CDT menunjukkan korelasi yang baik dengan tes fungsi kognitif yang lain
yaitu MMSE dan The Blessed Dementia Rating Scale.CDT mempunyai
kemungkinan kelemahan terbesar karena tidak sesuai untuk orang-orang yang
mengalami gangguan penglihatan atau gangguan neurologis lengan bagian atas
seperti kelumpuhan atau tremor
CDT mempunyai banyak keuntungan dibandingkan dengan metode
skrining gangguan kognitif yang lain yaitu tidak terpengaruh dengan suasana hati,
bahasa atau budaya, selain itu tidak membutuhkan pengetahuan yang tidak
semestinya. Selain itu, CDT biasanya menarik perhatian para penderita karena
tidak terlalu lama dan mudah diterima.Untuk mengambil data digunakan Clock
Drawing Test dari Shulman, Gold, Cohen, dan Zucchero (1993).
Pengadministrasiannya sebagai berikut:
a) Instruksi Langkah 1: Memberikan responden sehelai kertas dengan
lingkaran yang seperti jam, besarnya relatif sesuai dengan angka yang akan
digambar. Ditunjukkan bagian atas dan bawah. Langkah 2: Responden
diminta untuk menggambar angka-angka di lingkaran tersebut sehingga
berbentuk seperti jam dan menggambar jarum jam yang menunjuk jam
’11 lewat 10 menit’
b) Skoring dapat diperhatikan pada tabel 1 berikut ini.
29
Skor Kesalahan Contoh
1 Sempurna Tidak ada kesalahan sama sekali
2 Kesalahan visual spasial kecil a) kesalahan membuat spasi angka yang kecil
b) menggambar angka jam di luar lingkaran
c) membalik kertas saat menuliskan jam sehingga
angka terbalik
d) Menggambar jari-jari untuk menyesuaikan angka
jam
3 Tidak mampu menunjuk seting a) Jarum yang menunjuk menit ada di angka
jam ’11 lebih 10 menit’ padahal b) 10 Menulis jam 11 lebih 10 menit
saat organsasi visual spasial c) Tidak mampu menggambar penunjuk waktu
terlihat sempurna atau hanya
menunjukkan penyimpangan
yang kecil
4 Disorganisasi visual spasial yang a) Pembuatan spasi yang
ringan sehingga tidak mungkin b) tidak akurat
akan menunjuk jam ’11 lebih 10 c) Menghilangkan angka
Perseverasi: mengulang lingkaran atau melanjutkan
menit’
lebih 12 dengan 13, 14, 15, dst
d) Bagian kiri kanan terbalik: angka digambarkan
berkebalikan arah jarum jam
e) Disgrapia: tidak mampu menulis angka dengan
akurat
5 Tingkat yag parah pada Lihat contoh dari skoring 4
disorganisasi tersebut seperti pada
skoring 4
6 Tidak mampu merepresntasikan a) Tidak ada usaha sama sekali
jam b) Tidak ada kemiripan dengan jam sama
c) sekali Menulis nama atau kata
2.2.10 Penatalaksanaan
suportif yang disertai tata laksana penyakit yang mendasari demensia. Oleh karena
itu, penting untuk mencari tahu penyebab dementia agar tata laksana yang
untuk mengatasi sindrom demensia itu sendiri. Terapi untuk demensia dibagi
30
sesuai, edukasi kepada keluarga dan caregiver juga penting dalam menangani
kasus demensia.
berikut:
A. Inhibitor kolinesterase
B. Memantin
dementia vaskular, terjadi stimulasi berlebihan pada reseptor NMDA. Hal ini
dapat menyebabkan gangguan memori dan kemampuan belajar. Oleh karena itu,
juga digunakan untuk penyakit Alzheimer dan kerap kali dikombinasikan dengan
inhibitor kolinesterase.
31
1. Nutrisi
2. Rehabilitasi
fungsi fisik pasien dan mengurangi depresi. Namun, manfaat latihan fisik
pada fungsi kognitif masih belum terbukti karena hasil antar penelitian
berbeda-beda.
3. Intervensi Perilaku
Beberapa pasien dapat menunjukkan gejala ansietas dan agitasi yang dapat diatasi
32
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Demensia adalah sindrom yang ditandai dengan disorientasi ingatan atau
memori, proses berpikir, perilaku, dan penurunan kemampuan untuk melakukan
aktivitas sehari-hari. Sindrom ini bersifat kronik dan progresif. Faktor risiko
utama yang berhubungan dengan demensia adalah usia tua. Demensia juga dapat
muncul pada individu yang mengalami delirium, dan hal ini sering bertumpang
tindih dengan demensia.
Saran
33
Melalui referat ini diharapkan mahasiswa kedokteran dapat menegakkan
diagnosis dan menatalaksanadengan baik dan tepat karena telah mengetahui
penyebabnya serta cara pencegahan maupun pengobatannya terhadap penyakit
demensia.
DAFTAR PUSTAKA
American Psychiatric Association, Diagnostic and Statistic Manual of Mental
Disorder,
Hartati, Sri, and Costrie Ganes Widayanti. "Clock drawing: Asesmen untuk
demensia (Studi deskriptif pada orang lanjut usia di kota Semarang)." Jurnal
Psikologi 7.1 (2010): 1-10.
34
Department of Neurology, School of Medicine and health Sciences, Jkarta,
Indonesia.
Panentu, D., and M. Irfan. "Uji Validitas Dan Reliabilitas Butir Pemeriksaan
Dengan Moteral Cognitive Assessment Versi Indonesia (MoCA-INA) Pada
Insan Pasca Stroke Fase Recovery." J. Fisioter (2013).
35