Pembimbing:
dr. Teguh Manulima , Sp. BS
Disusun Oleh:
Densy Nurtita Fitriani
G1A014027
2018
LEMBAR PENGESAHAN
REFERAT
HEMIFACIAL SPASM (HFS)
Disusun Oleh:
Densy Nurtita Fitriani
G1A014027
Pembimbing,
2
DAFTAR ISI
3
I. PENDAHULUAN
adanya kontraksi involunter unilateral otot wajah dimana otot tersebut dipersarafi
oleh nervus (VII) facialis ipsilateral. Kontraksi terjadi dimulai dari otot sekitar mata
kemudian kearah pipi, mulut dan leher (Lu, 2014). Berdasarkan literatur kasus HFS
pertama kali dilaporkan oleh F Schultze pada tahun 1875, dimana terdapat seorang
pasien laki-laki berusia 56 tahun yang mengalami gerakan involunter pada sebelah
kiri wajahnya. Hasil pada post mortem pasien tersebut didapatkan giant aneurysm
pada arteri vertebral kiri. Arteri tersebut menekan nervus facialis sinistra (Chaudhry
et al, 2015).
Prevalensi HFS sekitar 9,8 per 100.000 orang dengan rata-rata onset pada
usia 44 tahun. Faktor risiko HFS meningkat pada wanita dan populasi di Asia.
Perkiraan prevalensi HFS keseluruhan adalah 14,5 per 100.000 wanita dan 7,4 per
misdiagnosis dan tidak adanya data lengkap pada populasi. Studi yang dilakukan
pada 203 dokter pada tahun 2004 menunjukan 90,6 % tidak mampu mendiagnosis
HFS dengan tepat dan 46,3% tidak mengetahui bagaimana memenejemen HFS. (Lu
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Hemifacial spasm (HFS) adalah movement disorder yang terjadi pada saraf
baik persisten ataupun intermiten pada otot yang dipersarafi nervus facialis.
Hallmark dari penyakit ini berupa kontraksi yang sifatnya klonik dan atau tonik
pada ekspresi wajah. Kontraksi biasanya terjadi unilateral, dimulai dari musculus
orbicularis oculi, kemudian melibatkan otot disekitar perioral, platysma dan otot
B. Anatomi
Nervus facialis (VII) muncul sebagai sebuah radiks motorik dan radiks
belakang diantara pons dan medula oblongata. Radiks berjalan ke lateral di dalam
5
akustikus internus pada pars petrosa oossis temporalis. Pada dasar meatus, saraf ini
masuk canalis facialis, berjalan lateral melintasi telinga dalam. Pada saat mencapai
promontorium dan pada dinding posterior telinga tengah membelok ke bawah pada
6
Gambar 2.3 Nervus Facialis
terdiri atas :
tengah.
3. Chorda tympani, berasal dari n. facialis di dalam canalis facialis pada dinding
posterior telinga tengah. Saraf ini mengandung serabut pengecap dari dua
7
4. Nervus auricularis posterior, venter poterior musculus digastricus dan
stylohyoideus, merupakan rami dari n. facialis pada saat saraf ini muncul dari
foramen stylomastoideus.
lakrimasi serta merupakan jalur untuk sensasi pengecap dari bagian anterior lidah
C. Epidemiologi
umum HFS dibagi menjadi primer dan sekunder, studi epidemiologi biasanya
HFS ialah 11 dari 100.000 populasi total, dimana perbandingan wanita dan pria
yakni 2:1. Wanita memiliki hasil 14.5 per 100.000 populasi, sedangkan pada pria
D. Etiologi
Berdasarkan etiologi HFS dibagi menjadi primer dan sekunder. HFS primer
terjadi akibat adanya kompresi dari pembuluh darah pada exit zone serabut saraf
posterior fossa cranial. Paling banyak terjadi karena pembuluh darah di bagian
et al, 2012).
8
HFS sekunder disebabkan oleh kerusakan nervus facialis karena adanya
Chiari malformation
7. Tumor parotid
8. Bell's palsy
E. Patofisiologi
Zona keluar dan masuk dari serabut saraf merupakan persimpangan antara
pusat dan perifer segmen saraf dari saraf kranial. Di daerah ini terdapat daerah
transisi dari sel yang bertanggung jawab untuk mielinasi saraf kranial yaitu dari sel
oligodendroglial pusat ke sel Schwann perifer. Saraf kranial pada zona tersebut
saja. Oleh karenanya segmen khusus ini saraf sangat rentan terhadap cedera
(Guclu, 2011). Penyebab paling umum untuk HFS yang telah dilaporkan dalam
literatur adalah pembuluh darah yang menyimpang sehingga menekan saraf wajah
di zona masuk atau keluar serabut saraf ini yang mengarah ke demielinasi lokal
9
Beberapa teori menjelaskan bagaimana kompresi nervus fasialis pada zona
keluar atau masuk serabut saraf dapat menyebabkan spasme hemifasial. Salah
satunya - hipotesis asal saraf atau teori perifer yang menyatakan bahwa ada
transmisi impuls antara neuron tetangga (yaitu akibat pertukaran ion pada serabut
saraf yang berdekatan) yang berlebihan atau abnormal (Rosenstengel et al, 2012).
Hipotesis lain menyatakan bahwa HFS berasal dari hipereksitabilitas dari nukleus
motorik karena umpan balik iritatif dari lesi perifer saraf (Choi et al, 2013).
F. Penegakan Diagnosis
Gejala klinis yang ditimbulkan dari HFS salah satunya kedutan pada
menutup mata, terjadi spasme otot-otot wajah bawah. Mulut tertarik pada lah satu
sisi wajah dan terjadi spasme terus-menerus. Diagnosis HFS dibuat secara klinis
melalui tanda Babinski-2 atau tanda alis-angkat yang didapat melalui pemeriksaan
fisik. Manuver dikatakan positif ketika seorang pasien mengangkat alis dengan
orbikularis oculi selama terjadinya HFS. Teknik ini telah dibuktikan memiliki
terperinci untuk mencari setiap defisit neurologis yang akan mengarah pada
menyingkirkan lesi saraf wajah yang menyebabkan denervasi), dan MRI otak
10
untuk menyingkirkan demyelination atau ruang yang menempati lesi dekat batang
merupakan suatu alat yang dpat mengukur guna merekam aktivitas elektrik pada
otot saat beristirahat atau relaksasi maupun saat kontraksi. Hasil pemeriksaan EMG
pada pasien HFS akan menunjukan frekuensi irregular, tajam dan tinggi. Frekuensi
tersebut mulai 150 Hz hingga 400 Hz pada motor unit yang berhubungan dengan
terdapat pada kepala. Bila sudah terdapat underlying compressive lesion , MRI
dapat menjadi pilihan khusus bagi pasien HFS. Pasien yang manajemen medisnya
G. Penatalaksanaan
simtomatik. Botulinum toksin adalah toksin biologis kuat yang berasal dari
11
kalsium di terminal saraf sehingga mencegah pembentukan impuls (Chaudhry et
al, 2015).
dan haloperidol. Keterbatasan terbesar obat oral adalah keampuhan mereka yang
tidak konsisten dan sejumlah besar efek samping termasuk sedasi, kelelahan dan
serabut saraf fasialis. Komplikasi yang apat dihasilkan dari tindakan MVD ialah
H. Prognosis
12
III. KESIMPULAN
Hemifacial spasm (HFS) adalah movement disorder yang terjadi pada saraf
kranial ke VII (nervus facialis) yang memiliki karakteristik twitching (kedutan) baik
persisten ataupun intermiten. Kontraksi bersifatnya klonik dan atau tonik pada
melibatkan otot disekitar perioral, platysma dan otot untuk ekspresi wajah lainnya.
Etiologi HFS dibagi menjadi primer dan sekunder. HFS primer terjadi akibat
adanya kompresi dari pembuluh darah dan sekunder karena adanya kelainan pada
sepetri temuan tanda Babinski-2 dan pemeriksaan penunjang seperti EMG, MRI,
CT scan dan Angiografi. Terapi HFS yang paling umum dan tidak invasif adalah
injeksi neurotoksin botulinum (BoTN), dan tindakan invasif yang sering dilakukan
13
DAFTAR PUSTAKA
14