Disusun Oleh :
Hanifah Okviandita, S.Ked (19360103)
Hesti Riksawati, S.Ked (19360105)
Indhea Ayu Oxza, S.Ked (19360188)
Aida Ezza Prastika, S.Ked (20360020)
Marma Surya Fitri, S.Ked (20360084)
Perseptor :
i
MENGESAHKAN
REFERAT
GAMBARAN RADIOLOGI CHOLEDOCHOLITHIASIS
Telah disetujui dan disahkan oleh bagian Program Studi Pendidikan Profesi
Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati Bandar Lampung.
Mengetahui :
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas referat ini dalam
rangka memenuhi salah satu persyaratan Kepaniteraan Klinik ilmu
Radiologi berjudul “GAMBARAN RADIOLOGI
CHOLEDOCHOLITHIASIS”.
Kami menyadari bahwa penulisan referat ini tidak akan selesai
tanpa adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik secara
langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, dengan segala
kerendahan hati kami menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan kepada:
1. dr. Silman Hadori, Sp.Rad., MH.Kes. selaku pembimbing referat kami
yang telah bersedia memberikan bimbingan, arahan, kritik dan saran
yang sangat berharga kepada kami selama menyusun referat ini.
2. Teman-teman bagian Radiologi yang telah banyak membantu dan
mendukung kami hingga akhirnya tersusunlah referat ini.
3. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan referat ini baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Kami menyadari bahwa dalam referat ini masih banyak terdapat
kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan
saran yang membangun tentunya sangat kami harapkan. Semoga segala
bantuan berupa nasehat, motivasi, masukan dan budi baik semua pihak
akan mendapat rahmat, karunia dan pahala yang diridhoi oleh Allah SWT.
Dan semoga referat ini dapat bermanfaat untuk semua pihak, khususnya di
bagian Ilmu Radiologi.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB IV KESIMPULAN.............................................................................70
DAFTAR PUSTAKA
v
DAFTAR GAMBAR
Radioposisi
Gambar 1 Anatomi kandung empedu .............................................................9
Gambar 2 Vaskularisasi kandung empedu ...................................................11
Gambar 3 Posisi AP Supine ..........................................................................30
Gambar 4 Posisi LLD ...................................................................................31
Gambar 5 Posisi AP ......................................................................................32
Gambar 6 Teknik skening pada posisi pasien ...............................................33
Gambar 7 Posisi transduser pada skening USG kandung empedu ...............34
Gambar 8 Pemeriksaan CT Scan ..................................................................36
Gambar 9 Alat ERCP .......................................................................................38
Gambar 10 Posisi endoskopi pada saat pemeriksaan ERCP.........................40
Gambar 11 Localizier dan Planning Irisan .....................................................42
Gambar 12 Planning Irisan MRCP Thin Slice .............................................44
Gambar 13 Potongan MRCP Thick slab .......................................................45
Gambar 14 Teknik PTC dan Corresponding cholangiogram ......................47
Radioanatomi
Gambar 15 Hasil Radiografi Foto Polos Abdomen .....................................48
Gambar 16 Skening longitudinal..................................................................50
Gambar 17 Skening longitudinal ..................................................................50
Gambar 18 Skening longitudinal mid clavicula ...........................................51
Gambar 19 Skening transversal mid clavicula ...............................................51
Gambar 20 Normal Duktus Biliaris ..............................................................52
Gambar 21 ERCP normal ................................................................................54
Gambar 22 ERCP normal .............................................................................54
Gambar 23 MRCP normal ...............................................................................55
Gambar 24 Traktus Biliaris Normal .............................................................56
Radiopatologi
Gambar 25 X-ray batu radioopak .................................................................57
Gambar 26 Hasil USG menunjukkan dilatasi duktus intrahepatik ...............58
Gambar 27 Studi ultrasound menunjukkan kandung empedu ......................59
Gambar 28 Bagian USG menunjukkan fokus eknogeniks ...........................59
Gambar 29 Sonografi sagital menunjukkan saluran empedu .......................60
Gambar 30 Pada tampilan yang lebih medial .................................................60
Gambar 31 Pemindaian suara ultra..................................................................61
Gambar 32 Hasil CT scan ................................................................................62
Gambar 33 Menunjukkan batu empedu dan dilatasi saluran empedu ..........62
vi
Gambar 34 Hasil CT Scan abdomen ...............................................................63
Gambar 35 Beberapa batu saluran empedu yang mengalami kalsifikasi .....63
Gambar 36 CT scan dengan kontras oral dan intravena ................................64
Gambar 37 CT scan aksial dengan kontras ...................................................64
Gambar 38 Batu saluran empedu yang umum .............................................65
Gambar 39 Normal ERCP ............................................................................65
Gambar 40 ERCP .........................................................................................66
Gambar 41 ERCP .........................................................................................66
Gambar 42 MRCP ........................................................................................67
Gambar 43 MRCP .......................................................................................67
Gambar 44 MRCP ........................................................................................68
Gambar 45 Hasil PTC ...................................................................................69
Gambar 46 PTC menunjukkan defek pengisian ...........................................69
vii
BAB I
PENDAHULUAN
saluran empedu dan merupakan suatu kondisi umum dan bisa menimbulkan
kolesterol.1 Letak batu di saluran empedu yaitu di saluran empedu utama atau
jumlah kematian yang disebabkan oleh penyakit saluran cerna didunia tahun
2004, yaitu 39,3 jiwa per 100.000 jiwa. Terdapat sekitar dua juta atau 10%
Batu empedu merupakan penyakit serius saluran cerna kedua setelah penyakit
dibeberapa negara berkembang lebih dari 85% batu empedu merupakan jenis
batu kolesterol.3
1
2
Negara Jepang 3,2%, China 10,7%, India Utara 7,1%, dan Taiwan 5,0%.
dengan angka negara lain di Asia Tenggara. Di Rumah Sakit Santa Elisabeth
dirawat.4
rentan dari pada pria yang dipengaruhi oleh hormon endogen.4 Di Amerika
empedu juga memiliki batu disaluran empedu yaitu sekitar 10%-15%. Batu
disebut batu saluran empedu primer.2 Sebagian besar penyakit ini tidak
3
bergejala hanya sedikit pasien yang mengeluhkan nyeri dan nyeri yang
batu pada duktus biliaris komunis (common bile duct/ CBD), walaupun USG
pasien dengan batu pada CBD memiliki hasil USG yang normal). USG
endoskopik memiliki sensitivitas lebih besar namun lebih invasif dan lebih
jarang tersedia. USG mempunyai spesifitas dan sensitivitas yang tinggi untuk
ERCP memberikan pencitraan pasti dari cabang bilier dan juga kesempatan
tersebut. Indikasi utama ERCP adalah ikterus obstruktif. MRCP adalah teknik
dan radiasi ion. Pada MRCP saluran empedu akan terlihat sebagai struktur
saluran empede akan terlihat sebagai intensitas sinyal rendah yang dikelilingi
empedu dengan intensitas sinyal tinggi, sehingga metode ini cocok untuk
bedah. Dapat berupa lisis batu yaitu dengan sediaan garam empedu
ialah operasi yang tidak memerlukan sayatan yang besar dan dapat
dihindari, lama perawatan di rumah sakit dapat lebih singkat dan biaya dapat
dibuat banyak buang air besar agar ususnya mengempis. Anastesi yang
Karena penemuan dan penanganan yang cepat dan tepat dapat mengurangi
radiologis.
wawasan.
TINJAUAN PUSTAKA
kolesterol.1
2.2. Epidemiologi
yang mengenai 20% penduduk dewasa. Setiap tahunnya, beberapa ratus ribu
Batu empedu relatif jarang terjadi pada usia dua dekade pertama. Namun,
menderita batu empedu kira-kira 3 kali lebih banyak dari pada laki-laki.
Setelah usia banyak dari pada laki-laki. Setelah usia 50 tahun, rasio penderita
batu empedu hampir sama antara pria dan wanita. Insidensi batu empedu
berkaitan dengan semakin tinggi pada orang Amerika orang asli, diikuti oleh
6
7
2.3. Etiologi
3) Obesitas
4) Wanita
empedu
vateri.
pir yang terletak di bagian sebelah dalam hati (scissura utama hati) di
antara lobus kanan dan lobus kiri hati. Panjang kurang lebih 7,5 – 12
Gambar 2. Vaskularisasi kandung empedu (a). Arteri hepatika dextra (b). Arteri koledokus
dextra (c). Arteri retroduodenal (d). Cabang sinistra arteri hepatika (e). Arteri hepatika (f).
Arteri koledokus sinistra (g). Arteri hepatika komunis (h). Arteri gastroduodenal. 17
cairan empedu diatur oleh tiga faktor yaitu sekresi empedu oleh hati,
1. Tipe kolesterol
3. Tipe campuran
14
mayor, yaitu:
3. Batu pigmen hitam yang kaya akan residu hitam tak terekstraksi.
kolesterol:
batu pigmen pada pasien di negara timur. Hidrolisis bilirubin oleh enzim
kuman E. coli dan kuman lainnya di saluran empedu. Enzim ini dapat
dengan diet rendah protein dan rendah lemak. Beberapa faktor risiko
terjadinya batu empedu antara lain jenis kelamin, umur, hormon wanita,
berat badan yang cepat, penyakit crohn, trigliserida darah yang meningkat
2.6. Diagnosis
Pada umumnya ikterusnya ringan, dan sifatnya sementara, karena yang sering
(cholecystitis akut sering disertai sumbatan batu dalam duktus sistikus), suatu
nyeri yang sangat spesifik. Sekitar ¾ penderita mengeluh nyeri yang letaknya
di perut kanan atas berlangsung lebih dari 30 menit dan kurang dari 12 jam.
Lokasi nyeri bisa juga di kiri dan prekordial. Pada saat serangan timbul kolik
kadang sifat nyeri tersebut menetap yang menjalar ke punggung dan di daerah
16
scapula kanan, sering disertai muntah. Pada palpasi teraba nyeri tekan di
berguling ke kanan dan ke kiri di atas tempat tidur. Pasien sering memiliki
riwayat dispepsia, intoleransi lemak, nyeri ulu hati, atau flatulen yang
vitamin A,D,E,K yang larut lemak. Karena itu pasien dapat memperlihatkan
mata menguning merupakan suatu tanda penting untuk obstruksi biliaris. Dan
ikterus, feses yang tidak lagi diwarnai oleh pigmen empedu akan tampak
empedu oleh ginjal akan membuat urin berwarna sangat gelap. Selain tanda-
tanda tersebut, jika didapatkan demam dan menggigil, maka diagnosa yang
dan sebagai akses dalam memberikan terapi. Merupakan suatu tatacara yang
saluran empedu.22
2. Ultrasonografi
obstruktif.23
kematian.25
diamati.13,25
sehingga hasil tes laboratorium normal berarti tidak ditemukan kelainan. Pada
pasien dilakukan pemeriksaan darah yaitu bilirubin, tes fungsi hati, dan enzim
2. Meningkatnya fosfolipid
atau keduanya
6. Menurunnya urobilirubin
2.7. Komplikasi
1. Kolangitis
empedu pada 75% pasien dengan kolangitis akut pada awal perjalanan
keadaan ini relatif buruk, banyak abses hati sering muncul, dan angka
2. Jaundice Obstruktif
pruritus tanpa gejala terkait kolik bilier atau kolangitis. Ikterus tanpa
pasien dengan obstruksi bilier dari batu duktus merupakan dasar dari
kelainan dalam tes fungsi hati rutin. Mungkin ada peningkatan dua
3. Pancreatitis
nyeri punggung atau nyeri di sebelah kiri garis tengah perut, (2)
hipertensi portal atau gagal hati dan kematian. Obstruksi bilier yang
2.8. Penatalaksanaan
karena itu harus dikeluarkan baik melalui operasi terbuka maupun melalui
pada 90% kasus. Kurang dari 4 dari setiap 1.000 penderita yang meninggal
25
pankreatitis akut, dan perforasi atau infeksi saluran empedu. Pada 2-6%
penderita, saluran dapat menciut kembali dam batu empedu dapat timbul
kembali. Pada tatalaksana batu saluran empedu yang sempit dan sulit,
Bila usaha pemecahan batu dengan cara di atas gagal, maka dapat
terjepit. Stent bilier dapat dipasang dalam saluran empedu sepanjang batu
yang besar atau terjepit yang sulit dihancurkan dengan tujuan drainase
empedu.8
dipuasakan dan dirawat jika menunjukkan gejala kolangitis akut. Apabila ada
tidak membaik atau kondisi penderita malah semakin buruk, dapat dilakukan
nasolabier.27
yang memungkinkan batu keluar secara spontan atau melalui kateter. Indikasi
Apabila batu di duktus koledokus besar, yaitu berdiameter lebih dari 2 cm,
duktus koledokus secara mekanik melalui papila vateri dengan alat ultrasonik
sementara sebagai salah satu alternatif untuk mengatasi sepsis pada kolangitis
berat, atau mengurangi ikterus berat pada obstruksi saluran empedu distal
karena keganasan. Pada pasien dengan pipa T pada saluran empedu dapat
intrahepatik.27
memakan waktu. Tindakan ini hanya dilakukan atas indikasi yang selektif.27
teraba batu atau ada batu pada foto. Indikasi relatif ialah ikterus dengan
bantuan koledoskop. Kalau ada striktur sfingter Oddi, harus dilakukan dilatasi
2.9. Prognosis
sangat baik.28,29,30
BAB III
GAMBARAN RADIOLOGI
3.1. Radioposisi
organ di dalam abdomen, yaitu : lambung, hati, limpa, usus besar, usus kecil,
dan diafragma yang merupakan otot yang memisahkan dada dan daerah
kaset dan film ukuran 35 x 43 cm. Foto polos abdomen dapat dilakukan dalam
3 posisi, yaitu :
anteroposterior (AP).
Prosedur Kerja
a) Posisi AP supine
29
30
abdomen
3. Posisi obyek : bagian tengah kaset setinggi krista iliaka dengan batas
tepi bawah setinggi simfisis pubis, tidak ada rotasi pelvis dan bahu.
Pusat sinar pada bagian tengah film dengan jarak minimal 102 cm
simphisis pubis pada film. Titik tengah terletak pada garis tengah film.
lengan dan tangan dalam posisi anatomi. Pasien tidak boleh bergerak.
Point sentral terletak pada garis tengah tubuh dengan garis tengah
film.
32
ke kiri, jika diperlukan periksa dalam posisi berdiri tegak atau merangkak.
terdapat gas dalam usus, lakukan pemeriksaan USG dengan posisi berdiri
tegak (posisi duduk biasanya tidak akan memindahkan gas didalam usus).
batu empedu secara lebih jelas dengan membiarkan batu tersebut bergerak
ke anterior.31
33
Gambar 6. Teknik skening pada posisi pasien tidur terlentang dan posisi miring ke kiri untuk
pemeriksaan USG kandung empedu.31
bawah batas kostal kanan, diarahkan pada bahu kanan dengan marker probe
terlihat pada kandung empedu, fisura lobar utama, dan vena portal, itu akan
berbentuk seperti tanda seru. Cara ini untuk memastikan bahwa yang
tergambar memang kandung empedu, dan bukan loop dari usus atau IVC.31
34
otak, leher, abdomen, pelvis, dan tungkai. CT Scan dapat digunakan untuk
menentukan staging tumor primer (pada kolon dan paru), untuk mengetahui
posisi supine dengan meja tidak digerakkan. Hasil sama dengan foto rontgen
pada perbedaan daya serap organ tubuh terhadap sinar X. Oleh karena itu,
zat telah ditetapkan nilai HU-nya, misalnya densitas air adalah 0 HU dan
diafragma
Buat pengaturan irisan mulai dari diafragma sampai simfisis pubis dengan
ketebalan 10 mm
Pada saat scanning berikan aba-aba tarik nafas, keluarkan nafas, dan tahan
nafas.34
36
ketrampilan khusus dari ahli endoskopi. Prinsip teknik ERCP adalah mula-
papila Vateri yang merupakan muara bersama dari duktus koledokus dan dari
media kontras positif dan menggunakan peralatan fiber optik endoskopi untuk
Peran endoskopi adalah masuk dan melihat bagian dalam gaster dan
dalam duktus biliaris dan pankreatikus agar bisa dilihat x-ray. Untuk kasus
dengan kawat yang dialiri arus listrik sehingga muara papila menjadi besar
terbuat dari tenon dengan bantuan guide wire melalui papila Vateri ke dalam
proksimal dari lesi obstruksi dan ujung distal terletak di duodenum. Dengan
cara ini akan diperoleh drainase empedu internal melalui endosprotesis yang
1. Persiapan Pasien
dikonsumsi.
2. Teknik Radiografi
vateri.
endoskopi)
Weighted heavily, maka cairan yang berada dalam kantung empedu beserta
bersifat non invansif, relatif murah, tidak menggunakan radiasi, dan tidak
1. Posisi pasien
2. Pengambilan Image
Axial T2, 2D MRCP (Thick slice) dan 3D MRCP (Thin slice) selain itu
1) Localizier
TR/TE : --/180
SAT : Non
NEX : 1
FOV : 40 cm
Slice thicknes : 8 mm
Spacing : 0 mm
perencanaan irisan pada seri 2 (Axial T2) dan seri 3 (Axial in-
phase).36
2) Axial T2 Weighted
utuh.36
cara tahan nafas, jika pasien tidak mampu tahan nafas lebih
jarum jam 20-30 derajat melalui CBD. Pada coronal oblik yang
masuk.36
crosstalk.36
1. Persiapan Pasien
7) Skin area diantara bagian bawah chest dan bagian atas abdomen
8) Anastesi lokal bagian lower intercostal space (antar costae 7,8, 9).
2. Teknik Radiografi
2) Foto AP right side/ sebelah kanan dari abdomen dengan batas bawah
pada sias
saluran empedu
47
untuk drainase
dari kaki
3.2. Radioanatomi
buah pear yang bebas-eko. Posisi ukuran dan bentuknya sangat bervariasi
tetapi ukuran kandung empedu yang normal jarang melebihi 4 cm. Kandung
tebalnya 1 mm.38
disekeresi setiap hari oleh sel hati yang dihasilkan setiap hari
emepedu.
50
duodenum.
Gambar 16. Skening longitudinal : kandung empedu normal yang terisi penuh.39
Keterangan Gambar:
Keterangan gambar :
10.Vena cava
76. Duodenum
keterampilan khusus dari ahli endoskopi. Prinsip teknik ERCP adalah mula-
papilla vateri yang merupakan muara bersama duktus koledokus dan dari
dokumentasi lalu dibuat beberapa foto dalam beberapa posisi. Bilirubin serum
kurang dari 7 mg%, kemungkinan besar disebabkan oleh batu. Demikian pula
hasil USG tampak jelas adanya gambaran batu di saluran empedu, maka
dapat digunakan pada penanganan batu pada bagian distal ataupun ampular
Gambar 21. ERCP normal menunjukkan duktus koledokus (panah besar), Duktus sistikus
(panah kecil), dan kandung empedu (GB).48
A B
Gambar 22. (A) normal ERCP, menunjukkan traktus biliaris dan duktus pankreatikus pada
pasien yang telah melakukan kolesistektomi. (B) menunjukkan terjadi pelebaran duktus
koledokus yang mengandung batu yang besar.46
dan tidak ada resiko untuk terkena radiasi. Hal-hal tersebut membuat MRC
ideal untuk digunakan pada wanita hamil, dan pada situasi dimana
MRC cairan berwarna putih sehingga gambaran dari traktus biliaris dan
Gambar 23. MRCP normal yang menunjukkan duktus sistikus komunis (panah hijau) dan
duktus pankreatikus (panah putih).45
choledokus dan ERCP untuk daerah distal. Pada foto PTC akan tampak jelas
duktus koledokus bila tampak kekosongan kontras media yang bulat atau
serta bagian proksimal lesi dari traktus biliaris, untuk biopsy lesi, pemasukan
3.3. Radiopatologi
radioopak. Batu radioopak merupakan pigmen hitam yang bisa dideteksi oleh
x-ray, sedangkan batu pigmen coklat tampak radiolusen dan tidak bisa
dideteksi dengan sinar x-ray. Batu berpigmen hitam biasanya ditemukan pada
57
kandung empedu dan batu berpigmen coklat lebih sering terlihat di saluran
empedu.32
karena hanya sekitar 10-15% batu kandung empedu yang bersifat radioopak.
tinggi dapat dilihat dengan foto polos. Pada peradangan akut dengan kandung
sebagai massa jaringan lunak di kuadran kanan atas yang menekan gambaran
Gambar 26. Didapatkan batu pada gallbladder, terlihat penebalan dinding gallbladder, nampak
pelebaran lumen ductus biliaris melebar, VU dalam batas normal dan terdapat kesan
hepatomegali.47
59
Gambar 27. Studi ultrasound menunjukkan kandung empedu yang membengkak berisi satu
batu besar (panah) yang menghasilkan bayangan akustik (acoustic shadow).30
Gambar 28. Bagian USG menunjukkan fokus eknogeniks yang menghasilkan bayangan akustik
dalam saluran empedu yang berdilatasi (panah) yang konsisten dengan kalkulus. 49
60
Gambar 29. Sonografi sagital menunjukkan saluran empedu ekstrahepatik yang melebar (panah
putih) yang diisi dengan bahan ekogenik bayangan (antara kaliper elektronik). 50
Gambar 30. Pada tampilan yang lebih medial, saluran empedu ekstrahepatik lainnya terlihat (panah
putih). Tidak ada lesi intraluminal yang ditemukan di duktus ini. 50
61
Gambar 31. Pemindaian suara ultra menunjukkan dilatasi intra-hati (panah) dan saluran
empedu (bertanda ++)
Duktus empedu intrahepatik yang berdilatasi lebih besar dari 2 mm dan berjalan sejajar dengan
vena portal di triad portal sehingga menghasilkan tampilan “tanda saluran paralel”. Duktus
empedu ekstra hepatik yang normal berdiameter 7 sampai 8 mm dan biasanya lebih lebar di
subsegmen daripada di portal hepatik.52
hepatic yang disebabkan oleh oklusi ekstra hepatic dan duktus koledokus
Gambar 34. Hasil CT Scan abdomen atas menunjukkan batu yang multiple.14
Gambar 35. (A) Beberapa batu saluran empedu yang mengalami kalsifikasi. (B) Batu kalsium
bilirubinate mengenai daerah ampullary berdekatan dengan duodenum yang berisi kontras. (C)
calculus kolesterol menunjukkan tepi yang halus dari peningkatan yang padat di sepanjang tepi
batu.51
64
A B
C D
Gambar 36. (A) CT scan dengan kontras oral dan intravena menunjukkan adanya batu di saluran
empedu ekstrahepatik (panah), termasuk batu halus di distal, dengan dilatasi duktus bilier yang jelas.
(B) Penempatan kateter lengkung perkutan ke dalam saluran empedu ekstrahepatik dengan
kolangiogram terbatas yang menunjukkan saluran intrahepatik dan ekstrahepatik fi cacat lling sesuai
dengan CT (panah). (C) Setelah sfingteroplasti, balon Fogarty digunakan untuk mendorong batu ke
dalam usus kecil. (D) Tindak lanjut CT scan dengan resolusi defek pengisian dan penurunan dilatasi
duktus bilier.53
A B
Gambar 37. (A) CT scan aksial dengan kontras menunjukkan dua saluran empedu ekstrahepatik
terpisah (panah), salah satunya diisi dengan batu (panah putih).
(B) Gambar proyeksi intensitas minimum menunjukkan persatuan proksimal dan distal dari saluran
empedu ekstrahepatik yang digandakan (panah putih). Perhatikan juga batu di saluran empedu
ekstrahepatik yang terletak di lateral dan saluran empedu intrahepatik kanan. Saluran ini
menunjukkan atenuasi yang lebih tinggi daripada air (panah hitam). 50
65
Gambar 38. Batu saluran empedu yang umum pada CT scan kontras. (Panah lurus).52
Gambar 39. (A) normal ERCP, menunjukkan traktus biliaris dan duktus pankratikus pada
pasien yang telah melakukan kolesistektomi, (B) menunjukkan terjadi pelebaran duktus
koledokus yang mengandung batu yang besar. 48
66
A B C D
Gambar 40. Hasil Ultrasonografi (A). studi ultrasound menunjukkan kandung empedu yang
membengkak berisi satu batu besar (panah) yang menghasilkan bayangan akustik. (B).
kolangiopankreatogram retrograd endoskopik (ERCP) menunjukkan anatomi saluran
empedu yang normal. selain endoskopi dan gallblader vertikal besar yang diisi dengan
pewarna kontras, saluran hepatik umum (CHD) saluran empedu umum (CBD) , dan saluran
pankreas (PD) ditampilkan. panah menunjuk ke ampula vater. (C). kolangiogram retrograd
endoskopik (ERC) menunjukkan choledocholithiasis. saluran empedu melebar dan berisi
beberapa batu radiolusen. (D). ERCP menunjukkan sklerosis kolangitis, saluran empedu
menunjukkan daerah yang menyempit dan menyempit.48
Gambar 41. ERCP menunjukkan batu saluran empedu yang umum. Asphincterotome
telah dilewat ujung bawah saluran empedu.52
67
Gambar 42. MRCP menunjukkan adanya striktur pada duktus koledokus (panah besar). Bagian
proksimal dari striktu mengalami dilatasi.36
Gambar 43. (A) gambar proyeksi MRCP koronal menunjukkan IHBR yang dilatasi dan CBD
sampai ujung bawah dengan tanda meniskus diujung distal dari choledocholithiasis.(B) Gambar
aksial MRCP, menunjukkan dilatasi CBD dengan beberapa rongga sinyal didalamnya, sugestif
choledocholithiasis.50
68
Gambar 44. MRCP pada pasien dengan koma distal batu saluran empedu.52
proksimal sumbatan.
(common bile duct) dan saluran intra hepatal dan dibagian distal
Gambar 46. PTC menunjukkan defek pengisian dibagian distal dari saluran
empedu yang konsisten dengan kalkulus.50
BAB IV
KESIMPULAN
dilatasi duktus intra hepatic yang disebabkan oleh oklusi ekstra hepatic dan
saluran empedu yang normal. selain endoskopi dan gallblader vertikal besar
yang diisi dengan pewarna kontras, saluran hepatik umum (CHD) saluran
70
71
saluran empedu utama (common bile duct) dan saluran intra hepatal dan