Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN KEJANG DEMAM

Disusun Oleh :

1. INDAH NUR CAHYANI 0241013021020


2. JESSICA AMIR 0241013021021
3. JULITA ANGGIN SAPUTRI 0241013021022
4. SERLI MEGA PRATIWI 0241013021040

AKADEMI KEPERAWATAN DHARMA WACANA METRO

Jl. Kenanga No.3, Mulyojati, Kec. Metro Barat, Kota Metro, LAMPUNG
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur kepada Allah SWT. Akhirnya dapat menyelesaikan tugas
makalah tentang “komunikasi pada keluarga”. Sholawat dan salam semoga selalu tercurahkan
kepada nabi Muhammad SAW. Sahabat dan umatnya sampai akhir jaman. Makalah ii merupakan
salah satu syarat tugas mata kuliah komunikasi keperawatan.

Bersamaan dengan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada pihakyang telah membantu terselesainya makalah ini, terima kasih atas
kebersamaan, bantuan, dan dukungannya.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna, maka kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat penulis harapkan demi menyempurnakan makalah ini.

METRO, Januari 2023


MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN KEJANG DEMAM
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
BAB 1.........................................................................................................................................................3
Latar Belakang........................................................................................................................................4
Tujuan.....................................................................................................................................................5
BAB II.........................................................................................................................................................5
KONSEP DASAR PENYAKIT..............................................................................................................6
A. Pengertian.......................................................................................................................................6
B. Etiologi...........................................................................................................................................6
C. Patofisiologi....................................................................................................................................7
D. Klasifikasi.......................................................................................................................................8
E. Gejala Klinis...................................................................................................................................9
F. Pemeriksaan Diagnostik..................................................................................................................9
G. Penaktalaksanaan Medis...............................................................................................................10
H. Komplikasi...................................................................................................................................13
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN.................................................................................13
Pengkajian Keperawatan...................................................................................................................13
Diagnosa Keperawatan......................................................................................................................15
Rencana Keperawatan.......................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................18
BAB 1
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada saat bayi atau anak yang mengalami
demam tanpa infeksi sistem saraf pusat. Kejang demam terjadi pada usia 6 bulan – 5
tahun dan jarang sekali terjadi untuk pertama kalinya pada usia < 6 bulan atau > 3 tahun.
Suhu tubuh yang tinggi dapat menimbulkan kejang, ada anak yang mempunyai ambang
kejang yang rendah, kejang telah terjadi pada suhu 38°C sedangkan pada anak yang
ambang kejang yang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 40°C atau lebih (Pudiastuti,
2011).
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi karena adanya kenaikan suhu tubuh
(suhu rektal diatas 38°C) akibat suatu proses ekstrakranium tanpa adanya infeksi
intrakranial atau penyebab lain (UKK Neurologi IDAI, 2006).
Menurut The International League Against yang dikutip oleh Veisani, et al. 2014,
kejadian kejang demam pada bayi atau anak – anak pasti disertai suhu lebih dari 38°C
tanpa bukti adanya ketidakseimbangan elektrolit akut dan infeksi Central Nervous
System (CNS). Kejang demam mempengaruhi 2-5% anak–anak di dunia. Anak–anak
jarang mendapatkan kejang demam pertamanya sebelum umur 6 bulan atau setelah 3
tahun. Insidensi kejang demam di beberapa negara berbeda-beda. India 5-10%, Jepang
8,8%, Guam 14% dan di Indonesia pada tahun 2005-2006 mencapai 2-4%. Data yang
didapatkan dari beberapa negara sangat terbatas, kemungkinan dikarenakan sulitnya
membedakan kejang demam sederhana dengan kejang yang diakibatkan oleh infeksi akut
(Waruiru, 2014 ; Fadila, 2014). Kejang demam dapat menyebabkan banyak gangguan
seperti gangguan tingkah laku, penurunan intelegensi dan peningkatan metabolisme
tubuh. Berbagai gangguan ini jika terjadi terus menerus dan berlangsung dalam waktu
yang lama dapat mengakibatkan kekurangan glukosa, oksigen dan berkurangnya aliran
darah ke otak. Akibatnya kerja sel akan terganggu dan dapat menyebabkan kerusakan
neuron serta retardasi mental (Pasaribu, 2013).
Tiga puluh persen kasus kejang demam akan terulang lagi pada penyakit demam
selanjutnya dan jika sudah terdapat kelainan struktural otak dapat meningkatkan risiko
terjadinya epilepsi.
Menurut International League Epilepsy (ILAE) dan International.

Tujuan
1. Mengetahui Definisi KKP
2. Mengetahui Manifestasi Klinis Anak dengan KKP
3. Mengetahui Klasifikasi Anak dengan KKP
4. Mengetahui Patofisiologi Anak dengan KKP
5. Mengetahui Pemeriksaan Penunjang Anak dengan KKP
6. Mengetahui Penatalaksanaan Anak dengan KKP
BAB II
PEMBAHASAN

KONSEP DASAR PENYAKIT

A. Pengertian
Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada saat bayi atau anak yang mengalami demam
tanpa infeksi sistem saraf pusat. Kejang demam terjadi pada usia 6 bulan – 5 tahun dan jarang
sekali terjadi untuk pertama kalinya pada usia < 6 bulan atau > 3 tahun. Suhu tubuh yang tinggi
dapat menimbulkan kejang, ada anak yang mempunyai ambang kejang yang rendah, kejang telah
terjadi pada suhu 38°C sedangkan pada anak yang ambang kejang yang tinggi, kejang baru
terjadi pada suhu 40°C atau lebih (Pudiastuti, 2011).

Kejang merupakan suatu perubahan fungsi pada otak secara mendadak dan sangat singkat atau
sementara yang dapat disebabkan oleh aktivitas otak yang abnormal secara adanya pelepasan
listrik serebral yang sangat berlebihan (Hidayat,A, 2008).

B. Etiologi
Penyebab yang pasti dari terjadinya kejang demam tidak diketahui. Kejang demam biasanya
berhubungan dengan demam yang tiba-tiba tinggi dan kebanyakan terjadi pada hari pertama anak
mengalami demam. Kejang berlangsung selama beberapa detik sampai beberapa menit. kejang
demam cenderung ditemukan dalam satu keluarga, sehingga diduga melibatkan faktor keturunan
(faktor genetik). Kadang kejang yang berhubungan dengan demam disebabkan oleh penyakit
lain, seperti keracunan, meningitis atau ensefalitis Roseola atau infeksi oleh virus herpes pada
manusia juga sering menyebabkan kejang demam pada anak-anak. Shigella pada Disentri juga
sering menyebakan demam tinggi dan kejang demam pada anak-anak (Guyton and Hall, 2014)

Menurut (Mumpuni, 2016) penyebab dan faktor resiko terjadinya kejang demam adalah sebagai
berikut:

1. Infeksi virus
2. Infeksi traktus pernapasan atas
3. Infeksi traktus digestivus (gastroenteritis)
4. Infeksi saluran kemih
5. Otitis Media
6. Faktor genetik

C. Patofisiologi
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air.
Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar
yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion
kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion
klorida (Cl–). Akibatnya konsentrasi ion K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+
rendah, sedang di luar sel neuron terdapat keadaan sebalikya. Karena perbedaan jenis dan
konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan potensial membran yang
disebut potensial membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran
diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K ATP-ase yang terdapat pada permukaan sel.
Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh :

a. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraselular


b. Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi atau aliran listrik
dari sekitarnya
c. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan
d. Pada keadaan demam kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan kenaikan metabolisme
basal 10-15 % dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada anak 3 tahun sirkulasi
otak mencapai 65 % dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya
15 %. Oleh karena itu kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran
sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion
natrium akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya
sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel sekitarnya dengan bantuan
“neurotransmitter” dan terjadi kejang. Kejang demam yang berlangsung lama (lebih dari
15 menit) biasanya disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk
kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat
disebabkan oleh metabolisme anerobik, hipotensi artenal disertai denyut jantung yang
tidak teratur dan suhu tubuh meningkat yang disebabkan makin meningkatnya aktifitas
otot dan mengakibatkan metabolisme otak meningkat (Elizabeth, 2006)
D. Klasifikasi
Klasifikasi anak kejang demam menurut (Riyadi, 2011), sebagai berikut :

1. Kejang demam sederhana


a. Dikeluarga penderita tidak ada riwayat epilepsi
b. Sebelumnya tidak ada riwayat cedra otak oleh penyakit apapun
c. Serangan kejang demam yang pertama terjadi antara usia 6 bulan – 6 tahun
d. Lamanya kejang berlangsung < 20 menit
e. Kejang tidak bersifat tonik klonik
f. Tidak didapatkan gangguan atau abnormalitas pasca kejang
g. Sebelumnya juga tidak didapatkan abnormalitas neurologi atau abnormalitas
perkembangan
h. Kejang tidak berulang dalam waktu sngkat
i. Tanpa gerakan focal dan berulang dalam 24 jam
2. Kejang demam kompleks

Terdapat gangguan kesadaran, walaupun pada awalnya sebagai kejang parsial simpleks. Dapat
mencangkup otomatisme atau gerakan otomatik; mengecapecapkan bibir, mengunyah, gerakan
mencongkel yang berulang-ulang pada tangan, dan gerakan tangan lainnya. Dapat tanpa
otomatisme tatapan terpaku

E. Gejala Klinis
Ada 2 bentuk kejang demam (Mumpuni, 2016), yaitu:

1. Kejang demam sederhana (Simple Febrile Seizure), dengan ciri-ciri gejala klinis sebagai
berikut:
a. Kejang berlangsung singkat, < 15 menit
b. Kejang umum tonik dan atau klonik
c. Umumnya berhenti sendiri
d. Tanpa gerakan fokal atau berulang dalam 24 jam
2. Kejang demam komplikata (Complex Febrile Seizure), dengan ciri-ciri gejala klinis
sebagai berikut :
a. Kejang lama > 15 menit
b. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial
c. Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam.

F. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostic pada anak kejang demam menurut (Hanny & Waldi, 2009) sebagai
berikut :
1. Elektro encephalograft (EEG)

Untuk pemeriksaan ini dirasa kurang mempunyai nilai prognostik. EEG abnormal tidak dapat
digunakan untuk menduga kemungkinan terjadinya epilepsi atau kejang demam yang berulang
dikemudian hari. Saat ini pemeriksaan EEG tidak lagi dianjurkan untuk pasien kejang demam
yang sederhana. Pemeriksaan laboratorium rutin tidak dianjurkan dan dikerjakan untuk
mengevaluasi sumber infeksi.

2. Pemeriksaan cairan cerebrospinal

Hal ini dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan adanya meningitis, terutama pada pasien
kejang demam yang pertama. Pada bayi yang masih kecil seringkali gejala meningitis tidak jelas
sehingga harus dilakukan lumbal pungsi pada bayi yang berumur kurang dari 6 bulan dan
dianjurkan untuk yang berumur kurang dari 18 bulan.

3. Darah
a. Glukosa Darah : Hipoglikemia merupakan predisposisi kejang (N < 200 mq/dl)
b. BUN: Peningkatan BUN mempunyai potensi kejang dan merupakan indikasi nepro
toksik akibat dari pemberian obat.
c. Elektrolit : K, Na

Ketidakseimbangan elektrolit merupakan predisposisi kejang

Kalium ( N 3,80 – 5,00 meq/dl )

Natrium ( N 135 – 144 meq/dl )

4. Cairan Cerebo Spinal : Mendeteksi tekanan abnormal dari CCS tanda infeksi, pendarahan
penyebab kejang.
5. Skull Ray :Untuk mengidentifikasi adanya proses desak ruang dan adanya lesi
6. Tansiluminasi : Suatu cara yang dikerjakan pada bayi dengan UUB masih terbuka (di
bawah 2 tahun) di kamar gelap dengan lampu khusus untuk transiluminasi kepala.

G. Penaktalaksanaan Medis
Penatalaksanaan kejang demam pada anak menurut (Widagdo, 2012) sebagai berikut :
1. Pengobatan
a. Pengobatan fase akut
Obat yang paling cepat menghentikan kejang demam adalah diazepam yang diberikan
melalui interavena atau indra vectal. Dosis awal : 0,3 – 0,5 mg/kg/dosis IV (perlahan-
lahan). Bila kejang belum berhenti dapat diulang dengan dosis yang sama setelah 20
menit.

b. Turunkan panas
Anti piretika : parasetamol / salisilat 10 mg/kg/dosis dan kompres air
c. Mencari dan mengobati penyebab
Pemeriksaan cairan serebro spiral dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan
meningitis, terutama pada pasien kejang demam yang pertama, walaupun demikian
kebanyakan dokter melakukan pungsi lumbal hanya pada kasus yang dicurigai sebagai
meningitis, misalnya bila aga gejala meningitis atau bila kejang demam berlangsung
lama.
d. Pengobatan profilaksis
Pengobatan ini ada dalam cara : profilaksis intermitten / saat demam dan profilaksis terus
menerus dengan antikanulsa setiap hari. Untuk profilaksis intermitten diberikan diazepim
secara oral dengan dosis 0,3 – 0,5 mg/hgBB/hari.
e. Penanganan sportif
Bebaskan jalan napas, Beri zat asam, Jaga keseimbangan cairan dan elektrolit,
Pertahankan tekanan darah.

2. Pencegahan
a. Pencegahan berkala (intermitten) untuk kejang demam sederhana. Beri diazepam dan
antipiretika pada penyakit-penyakit yang disertai demam.
b. Pencegahan kontinyu untuk kejang demam komplikasi Dapat digunakan :

Penobarbital : 5-7 mg/kg/24 jam dibagi 3 dosis


Fenitorri : 2-8 mg/kg/24 jam dibagi 2-3 dosis

Diazepam : (indikasi khusus)

Penatalaksanaan di Rumah Sakit dibagi menjadi 3 tahap, yaitu :

Pengobatan saat terjadi kejang :

1. Pemberian diazepam supositoria pada saat kejang sangat efektif dalam menghentikan
kejang. Dosis pemberian:
a. 5 mg untuk anak 3 tahun.
b. 5 mg untuk BB 10 kg
c. 0,5-0,7 mg/kgBB/kali

2. Diazepam intravena juga dapat diberikan dengan dosis sebesar 0,2-0,5 mg/kgBB.
Pemberian secara perlahan-lahan dengan kecepatan 0,5-1 mg per menit untuk
menghindari depresi pernafasanan. Bila kejang berhenti sebelum obat habis, hentikan
penyuntikan. Diazepam dapat diberikan 2 kali dengan jarak 5 menit bila anak masih
kejang. Diazepam tidak dianjurkan diberikan per IM karena tidak diabsorbsi dengan baik.
3. Bila tetap masih kejang, berikan fenitoin per IV sebanyak 15 mg/kgBB perlahanlahan.
Kejang yang berlanjut dapat diberikan pentobarbital 50 mg IM dan pasang ventilator bila
perlu.

Setelah kejang berhenti

Bila Kejang berhenti dan tidak berlanjut, pengobatan cukup dilanjutkan dengan pengobatan
intermitten yang diberikan pada anak demam untuk mencegah terjadinya kejang demam. Obat
yang diberikan berupa :

1. Antipiretik
a. Parasetamol atau asetaminofen 10-15 mg/kgBB/kali diberikan 4 kali atau tiap 6 jam.
Berikan dosis rendah dan pertimbangkan efek samping berupa hiperdosis.
b. Ibuprofen 10 mg/kgBB/kali diberikan 3 kali
2. Antikonvulsan
a. Berikan diazepam oral dosis 0.3-0.5 mg/kgBB setiap 8 jam pada saat demam
menurunkan resiko berulangnya kejang.
b. Diazepam rektal dosis 0,5 mg/kgBB/hari sebanyak 3 kali perhari

Bila kejang berulang

Berikan pengobatan rumatan dengan fenobarbital atau asam valproat dengan dosis valproat 15-
40 mg/kgBB/hari dibagi 2-3 dosi, sedangkan fenbobarbital 3-5 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2
dosis. Indikasi untuk diberikan pengobatan rumatan adalah :

1 Kejang lama 15 menit.


2 Anak mengalami kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang misalnya
hemiparise, cerebral palsy, hidrocefalus.
3 Kejang fokal.
4 Bila ada keluarga sekandung yang mengalami epilepsi.

H. Komplikasi
Komplikasi Komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh kejang demam sebagai berikut :

1. Retardasi Mental
2. Kerusakan jaringan otak

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan, hal ini dilakukan dengan
mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga dapat diketahui permasalahan
yang ada (Hidayat,A, 2008). Adapun pengkajian yang dilakukan pada anak dengan
kejang demam sebagai berikut :
1. Identifikasi pasien dan keluarga
a. Pasien : nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, umur, diagnosa
keperawatan.
b. Orang tua : nama, umur, pekerjaan, suku, pendidikan, alamat, pekerjaan
c. Sibling Rivallry : Urutan anak dalam keluarga, umur, adanya penyakit yang sama
sebelumnya.
2. Riwayat kejang
3. Kaji perilaku kejang
4. Kaji sifat kejang : kejang bersifat lokal (kejang parsial) atau kejang yang bersifat umum
(miotonik, tonik-klonik, atonik)
5. Kaji lamanya kejang
6. Kaji gerakan saat kejang
a. Kejang parsial : mengecap-ngecapkan bibirnya, gerakan mengunyah, dan adanya
gerakan tangan.
b. Kejang mioklonik : kehilangan kesadaraan hanya sesaat.
c. Kejang tonik-klonik : adanya gerakan klonik ekstermitas atas dan bawah.
d. Kejang atonik : kepala menunduk dan dapat jatuh ketanah yang terjadi secara singkat
tanpa peringatan.
7. Riwayat penyakit sekarang yang menyertai Apakah muntah, diare, truma kepala, gagap
bicara (khususnya pada penderita epilepsi), gagal ginjal, kelainan jantung, DHF, ISPA,
OMA, Morbili dan lain-lain
8. Riwayat Kehamilan dan Persalinan Kedaan ibu sewaktu hamil per trimester, apakah ibu
pernah mengalami infeksi atau sakit panas sewaktu hamil. Riwayat trauma, perdarahan
per vaginam sewaktu hamil, penggunaan obat-obatan maupun jamu selama hamil.
Riwayat persalinan ditanyakan apakah sukar, spontan atau dengan tindakan (
forcep/vakum ), perdarahan ante partum, asfiksi dan lain-lain. Keadaan selama neonatal
apakah bayi panas, diare, muntah, tidak mau menetek, dan kejang-kejang
9. Riwayat Imunisasi Jenis imunisasi yang sudah didapatkan dan yang belum ditanyakan
serta umur mendapatkan imunisasi dan reaksi dari imunisasi. Pada umumnya setelah
mendapat imunisasi DPT efek sampingnya adalah panas yang dapat menimbulkan
kejang
10. Kaji status neurologi : perubahan kesadaran, peningkatan suhu tubuh, perubahan tingkah
laku.
11. Riwayat psikososial : faktor pencetus dan status.
12. Pemeriksaan diagnostik :
a. Melakukan fungsi lumbal, Foto Rongent.
b. Elektron Efaiogram (EEG).
c. CT Scan, MRI sesuai indikasi.
d. Darah lengkap, Gula Darah, Elektrolit serum, kalsium,magnesium.

Diagnosa Keperawatan
Menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016) diagnose keperawatan pada anak kejang demam
sebagai berikut :

1. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi ditandai dengan suhu tubuh diatas nilai
normal, kulit merah, kejang, takikardi, takipnea, kulit terasa hangat
2. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit ditandai dengan mengeluh
tidak nyaman, gelisah, mengeluh sulit tidur, tidak mampu rileks, mengeluh
kedinginan/kepananasan, merasa gatal, mengeluh mual, mengeluh Lelah, menunjukan
gejala distress, tampak merintih/menangis, pola eliminasi berubah, postur tubuh berubah,
iritabilitas

Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan pada anak dengan kejang terdiri dari kriteria/tujuan menurut (Tim Pokja
SLKI DPP PPNI, 2019) dan intervensi keperawatan menurut (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018)
sebagai berikut :

N Diagnosa Tujuan/karakteria hasil Intervensi keperawatan


O
1. Hipertermia Setelah dilakukan asuhan Manajemen Hipertermia
berhubungan keperawatan 2x24jam, Observasi
dengan proses maka termoregulasi 1. Identifikasi penyebab hipertermia
infeksi ditandai membaik dengan kriteria (dehidrasi, terpapar lingkungan
dengan : hasil : panas, penggunaan incubator)
DO:  Menggigil menurun 2. Monitor suhu tubuh
 suhu tubuh  Kejang menurun 3. Monitor kadar
diatas nilai  Suhu tubuh membaik Elektrolit
normal, 4. Monitor haluaran urine
 kulit merah, 5. Monitor komplikasi akibat
 kejang, hipertermia Terapeutik

 takikardi, 6. Sediakan lingkungan yang dingin

 takipnea, 7. Longgarkan atau lepaskan pakaian


8. Basahi dan kipasi permukaan
 kulit terasa
tubuh
hangat
9. Berikan cairan oral
10. Ganti linen setiap hari atau lebih
sering jika mengalami
hyperhidrosis
11. Lakukan pendinginaneksternal
(mis. selimut atau kompres pada
dahi, leher, dada, aksila)
12. Hindari pemberian antireptik atau
aspirin
13. Berikan oksigen jika perlu
Edukasi
14. Anjurkan tirah baring Kolaborasi
15. Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena
kipasi permukaan tubuh

2. Gangguan rasa Setelah dilakukan asuhan Terapi Relaksasi


nyaman keperawatan 2x24 jam, Observasi
berhubungan maka status kenyamanan tingkat energiketidakmampuan
dengan gejala meningkat dengan kriteria 1. Identifikasi penurunan tingkat
penyakit ditandai hasil: energi, ketidakmampuan
dengan:  Rileks meningkat berkonsentrasi, atau gejala lain
DS:  Keluhan tidak nyaman yang mengganggu kemampuan
 mengeluh tidak menurun kognitif
nyaman  Gelisah menurun 2. Identifkasi teknik relaksasi yang
 mengeluh sulit  Keluhan sulit tidur pernah efektif digunakan
tidur menurun 3. Identifikasi kesediaan,
 tidak mampu  Lelah menurun kemampuan, dan penggunaan
rileks teknik sebelumnnya

 mengeluh 4. Periksa ketegangan otot, frekuensi

 kedinginan/ nadi, tekanan darah, dan suhu

kepananasan sebelum dan sesudah latihan

 merasa gatal, 5. Monitor respons terhadap terapi


relaksasi terapeutik
 mengeluh mual,
6. Ciptakan lingkungan tenang dan
 mengeluh Lelah,
tanpa gangguan dengan
DO:
pencahayaan dan suhu ruang
 tampak gelisah
nyaman, jika memungkinkan
 menunjukan
7. Berikan informasi tertulis tentang
gejala distress,
persiapan dan prosedur teknik
 tampak
relaksasi
merintih/
8. Gunakan pakaian longgar
menangis,
9. Gunakan nada suara lembut
 pola eliminasi
dengan lrarna lambat dan berirama
berubah
10. Gunakan relaksasi sebagai strategi
 postur tubuh
penunjang dengan analgetik atau
berubah
tindakan medis lain, jka sesuai
 iritabilitas.
edukasi
11. Jelaskan tujuan, manfaat, batasan,
dan jenis relaksasi yang tersedia
(mis. musik, meditasi, napas
dalam, relaksasi otot progresin)
12. Jelaskan secara rinci intervensi
relaksasi yang dipilih
13. Anjurkan mengambil posisi
nyaman
14. Anjurkan rileks dan merasakan
sensasi relaksasi
15. Anjurkan sering mengulangi atau
melatih teknik yang dipilih
16. Demostrasikan dan latih teknik
relaksasi (mis napas dalam,
peregangan, atau irama
terbimbing)
mandiri
intervensi relaksasi yang dipili

relaksasi yang dipilih


secara rinci intervensi relaksasi
yang dipilih
relaksasi yang pernah efektif
digunakanIdentifikasi kesediaan,
kemampuan,
DAFTAR PUSTAKA
Elizabeth, C. (2006). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.

Guyton and Hall. (2014). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. In Elsevier, Singapore.
https://doi.org/10.1016/B978-1-4160-5452-8.00020-2

Hanny, R., & Waldi, N. (2009). Pelayanan kesehatan anak di rumah sakit. In Dr. Hanny
Roespandi (Ed.), WHO Indonesia (Vol. 1, Issue pelayanan masyarakat).

Hidayat,A, Azis. (2008). Konsep dasar keperawatan (2nd ed.). Jakarta : Salemba
Medika.

Mumpuni, Y. (2016). 45 Penyakit Yang Sering Hinggap Pada Anak. Yogyakarta :


Rapha Publishing.

Nurafif.A.H, Kusuma. (2015). Asuhan Keperawatan Bedasarkan Diagnosa Medis &


NANDA NIC-NOC. MediAction : Yogyakarta

Pudiastuti, R. (2011). Waspadai Penyakit Pada Anak. Jakarta : Indeks.

Riyadi, S. (2011). Asuhan Keperawatan pada Anak. Yogyakarta : Graha Ilmu.


https://doi.org/10.7454/jki.v2i7.299
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Indikator Diagnosis (1st ed.). DPP PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Tindakan Keperawatan (1st ed.). DPP PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi
dan Kriteria Hasil Keperawatan (1st ed.). DPP PPNI.

Widagdo. (2012). Tatalaksana Masalah Keperawatan Pada Anak Dengan Kejang


Demam.
Sagung Seto.

Anda mungkin juga menyukai