Kelompok 2
Mesi Purnama sari Besmina Yulefsi
Puji syukur ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, taufik, serta
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas penyusunan makalah dengan
judul “Askep Kejang Demam” sesuai dengan waktu yang sudah disediakan.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................3
C. Tujuan...................................................................................................3
A. Definisi.................................................................................................4
B. Epidemologi..........................................................................................4
C. Etiologi.................................................................................................4
D. Patofisiologi .........................................................................................5
E. Faktor Resiko........................................................................................6
H. Pemeriksaan Fisik.................................................................................8
J. Diagnosis .............................................................................................9
K. Penatalaksanaan ..................................................................................9
L. Prognosis ..............................................................................................11
A. Pengkajian.............................................................................................12
iii
B. Diagnosa Keperawatan.........................................................................15
C. Perencanaan .........................................................................................16
BAB V PENUTUP........................................................................................... 24
A. Kesimpulan ..........................................................................................24
B. Saran ....................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................26
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pada anak, 1 dari 25 anak akan mengalami satu kali kejang demam. Hal ini
Kejang demam pada anak perlu diwaspadai karena kejang yang lama (lebih
kejang demam pada anak yang satu dengan yang lain tidak sama, tergantung nilai
ambang kejang masing-masing. Oleh karena itu, setiap serangan kejang harus
mendapat penanganan yang cepat dan tepat, apalagi kejang yang berlangsung
mengakibatkan gejala sisa pada anak, bahkan bias menyebabkan kematian (Fida
Kejang yang berlangsung lama biasanya disertai apneu (henti nafas) yang
mengakibatkan kesurakan sel neuron otak. Apabila anak sering kejang, akan
semakin banyak sel otak yang rusak dan mempunyai risiko penyebab
1
2
Menurut WHO tahun 2012 kejang demam yang barakibat epilepsy terdapat
sedangkan di Indonesia kejang demam yang berakibat epilepsy terdapat 900 ribu
sampai 180 ribu penderita dan penanganannya pun belum menjadi prioritas
dalam system kesehatan nasional. Estimasi jumlah kejadian kejang demam 2-5%
anak antara umur 3 bulan – 5 tahun di Amrika Serikat dan Eropa Barat. Insiden
(Andretty, 2015).
terutama secara emosional dan kecemasan pada orang tua (Jones & Jacobsen,
pencegahan kejang demam pada anak saat anak mengalami demam tinggi.
(Riandita, 2012).
Hasil penelitian (Rahayu, 2015) menunjukkan hamper 80% orang tua takut
sangat bervariasi, mengingat hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor. Berdasarkan
3
pertimbangan rasa takut atau khawatir dan kebingunan orang tua terhadap
pencegahan dan menghadapi kejang demam. Orang tua harus diberi informasi
Sebanarnya banyak hal yang bisa dilakukan ibu dalam mengatasi kejang
demam pada anak sebelum terjadi kejang dan selanjutnya membawa ke rumah
sakit. Mengukur suhu tubuh dan memberi obat penurun panas, kompres air
hangat (yang suhunya lebih sama dengan suhu badan anak) dan memeberikan
cairan yang cukup dapat menurunkan suhu tubuh anak. Ibu harus menyadari
B. Tujuan
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien anak dengan kejang demam.
C. Rumusan Masalah
TINJAUAN PUSTAKA
A. Defenisi
Kejang demam merupakan tipe kejang yang paling sering dijumpai pada
Kejang demam biasanya menyerang anak dibawah umur 5 tahun, dengan insiden
puncak yang terjadi pada anak usia antara 14 dan 18 bulan. Kejang demam jarang
terjadi pada anak dibawah 6 bulan dan di atas 5 tahun. Kejang demam lebih sering
terjadi pada anak laki-laki dan terjadi peningkatan risiko pada anak yanga
memiliki riwayat kejang demam pada keluarga. Kejang demam berkaitan dengan
demam, biasanya terkait penyakit virus. Kejang tersebut biasanya jinak, tetapi
dapat sangat menakutkan baik bagi anak maupun keluarga. Pada sebagian besar
kasus, prognosis sangat baik. Kejang demam ini terjadi tanpa adanya infeksi
B. Epidemiologi
Angka kejadian kejang demam pada 2-4% anak berumur 6 bulan- 5 tahun. An
Kejang demam pertama paling sering terjadi pada usia 1 hingga 2 tahun (Puspone
4
5
C. Etiologi
Faktor penting dalam kejang demam adalah demam, umur, genetik, riwayat p
renatal dan perinatal. Infeksi saluran napas atas merupakan penyakit yang paling s
an oleh Shigella atau Campylobacter, dan infeksi saluran kemih merupakan penye
D. Patofisiologi
Patofisiologi kejang demam sampai saat ini belum jelas. Diduga penyebab kej
ang demam adalah respon otak imatur terhadap peningkatan suhu yang cepat. Pen
selama proses maturasinya. Suhu yang sering menimbulkan kejang demam adalah
eptibility genes pada 2 lokus, yaitu FEB1 (kromosom 8q13-q21) dan FEB2 (krom
osom 19p13.3), bersifat autosomal dominan dengan penetrasi tidak lengkap. Hal i
ni menjelaskan mengapa kejang demam lebih sering terjadi dalam satu keluarga.
Mutasi genetik dari kanal ion natrium atau Na’channelopathy dan gaminobutiric a
mam.
nak mendukung hipotesis bahwa cytokine network teraktivasi dan diduga berpera
Beberapa faktor yang mungkin berperan dalam menyebabkan kejang demam anta
ra lain:
5. Ensefalitis viral
Dari beberapa faktor diatas yang menyebabkan kejang demam maka masalah
Perfusi jaringan serebral yang tidak efektif disebabkan karena rangsang mekanik
difusi Na dan K yang akhirnya terjadi kejang kurang dari 15 menit atau lebih dari
15 menit yang menimbulkan resiko kerusakan sel neuron, selain itu resiko cedera
juga terjadi dikarenakan adannya inkordinasi kontraksi otot mulut dan lidah saat a
nak mengalami kejang, hipertermi pada anak terjadi setelah kejang saat aktivitas o
tot meningkat, metabolisme dan suhu juga mengalami peningkatan dan kurangnya
pengetahuan orang tua dalam menangani dan mencegah kejang demam pada anak.
7
E. Faktor Risiko
1. Faktor Demam
Anak dengan lama demam kurang dari dua jam untuk terjadinya bangkitan kej
ang demam 2,4 kali lebih besar dibandingkan anak yang mengalami demam le
bih dari dua jam. Anak dengan demam lebih besar dari 390C memiliki risiko 1
0 kali lebih besar untuk menderita bangkitan kejang demam disbanding denga
2. Faktor Usia
Anak dengan kejang demam usia kurang dari dua tahun mempunyai risiko ban
gkitan kejang demam 3,4 kali lebih besar disbanding yang lebih dari dua tahu
n. (Fuadi,2010).
Keluarga dengan riwayat pernah menderita kejang demam sebagai faktor risik
o untuk terjadi kejang demam pertama adalah kedua orang tua ataupun saudar
b) Apabila salah satu orang tua penderita dengan riwayat pernah menderita
20%-22%.
8
enderita kejang demam maka risiko untuk terjadi bangkitan kejang dema
Barat lahir sangat rendah atau amat sangat rendah memudahkan timbulnya
5. Faktor Vaksinasi/Imunisasi
Risiko kejang demam dapat meningkat setelah beberapa imunitas pada anak, s
Kejang demam yang berlangsung singkat, kurang dari 15 menit dan umumnya
akan berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum tonik atau klonik, tanpa geraka
n fokal. Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam. Kejang demam sederhana
Kejang demam kompleks merupakan kejang demam dengan salah satu ciri keja
ng lama yang berlangsung > 15 menit, kejang fokal atau parsial satu sisi, atau k
9
ejang umum didahului kejang parsial, atau berulang lebih dari 1 kali dalam 24 j
am. Kejang lama adalah kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit atau keja
ng berulang lebih dari 2 kali dan diantara bangkitan kejang anak tidak sadar. K
Kejang demam berlangsung singkat, serangan kejang klonik atau tonik klonik
bilateral.
Setelah kejang berhenti, anak tidak memberi reaksi apapun untuk sejenak.
Setelah beberapa detik atau menit anak terbangun dan sadar kembali tanpa defi
cit neurologis.
H. Pemeriksaan Fisik
Batas suhu yang bisa mencetuskan kejang demam 38OC atau lebih, tetapi suhu seb
enarnya pada waktu kejang sering tidak diketahui. Pemeriksaan fisik lainnya bertu
juan untuk mencari sumber infeksi dan kemungkinan adanya infeksi intrakranial
I. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium darah
10
Untuk mencari etiologic kejang demam. Darah lengkap, kultur darah, glukosa
darah, elektrolit, magnesium, kalsium, fosfar, urinalisa, kultur urin (The Barba
ra, 2011).
2. Urinalisis
3. Fungsi Lumbal
4. Radiologi
5. Elekroensefalografi (EEG)
J. Diagnosis
6. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu setelah suhu normal tidak
menunjukan kelainan.
K. Penatalaksanaan
Pada tata laksana kejang demam, ada 3 hal yang perlu di kerjakan:
encari penyebab.
Pencegahan berulang kejang demam perlu dilakukan karena bila sering berula
ng dapat menyebabkan kerusakan otak yang menetap. Ada dua cara pengobat
an profilaksi :
Diazepam intrarektal tiap 8 jam sebanyak 5mg untuk pasien dengna berat
badan ≤ 10 kg dan 10mg untuk pasien dengan berat badan ≥ 10 kg, setiap
pasien menunjukan suhu 38,5OC atau lebih. Diazepam dapat pula diberika
n secara oral dengan dosis 0,5 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis pada w
obat rumat. Pengobatan rumat hanya diberikan bila kejang demam menun
Hidrosefalus.
c) Kejang fokal.
ulan.
L. Prognosis
Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal pada pasien yan
g sebelumnya normal.
Kejang demam akan berulang kembali pada sebagian kasus. Faktor risiko ber
ulangnya kejang demam adalah: riwayat kejang demam dalam keluarga. Usia
kurang lebih 12 bulan, temperatur yang rendah saat kejang, cepatnya kejang s
etelah demam
rtama
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Anamnesis
a. Identitas pasien
Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, umur,
tempat lahir, asal suku bangsa, agama, nama orang tua, pekerjaan orang tua,
kejang demam terjadi setelah usia 6 bulan dan biasanya sebelum 3 tahun
dari 18 bulan.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Orang tua klien mengatakan badan anaknya terasa panas, nafsu makan
d. Riwayat imunisasi
e. Riwayat nutrisi
Saat sakit, biasanya anak mengalami penurunan nafsu makan karena mual
dan muntahnya.
f. Pengetahuan keluarga
2. Pemeriksaan fisik
b. TTV
1) Suhu : >38,0⁰C
c. BB
Pada anak dengan kejang demam tidak terjadi penurunan berat badan yang
berarti
d. Kepala
e. Mata
g. Telinga
h. Hidung
i. Leher
j. Dada
1) Thoraks
pernapasan
2) Jantung
jantung),
parasternalis kanan.
k. Abdomen
l. Anus
m. Ekstermitas :
1) Atas : Tonus otot mengalami kelemahan, CRT > 2 detik, akral dingin.
2) Bawah : Tonus otot mengalami kelemahan, CRT > 2 detik, akral dingin.
3. Aktivitas kejang
GCS: 15-14.
psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila
e. Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon
f. Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap
mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya), nilai GCS: ≤ 3.
Respon Skala
B. Diagnosa Keperawatan
sirkulasi otak
C. Rencana Keperawatan
perfusi jaringan serebral keperawatan diharapkan masalah 1. Pertahankan kepatenan nafas tidak terganggu.
berhubungan dengan ketidakefektifan perfusi jaringan jalan nafas 2. Agar suplay oksigen
gangguan afinitas Hb serebral dapat teratasi dengan 2. Berikan oksigen tambahan terpenuhi
terganggu) menjadi 5 (tidak 3. Monitor TIK dan CPP tingkatan pada TIK
5. Meminimalkan
adanya pembekuan
dara
berhubungan dengan keperawatan diharapkan masalah 1. Pantau suhu dan tanda- 1. Pemantauan tanda-
dehidrasi, suhu hipertermi dapat teratasi dengan tanda vital lainnya tanda vital dapat
laju metabolisme. 1. Tingkat pernafasan dari 1 kehilangan cairan yang tak keperawatan
2. Hipertermi dari 1(berat) menjadi 4. Beri obat atau cairan IV dan keluaran untuk
3. Sakit kepala dari 2 (banyak bakteri dan agen anti kebutuhan cairan
22
metabolisme dan
panas.
7. Pemantauan yang
ketat untuk
menghindari
terjadinya kondisi
dapat memberikan
intervensi secara
Eksternal resiko cidera dapat teratasi dengan aman bagi pasien terjadinya cedera
dan arahan mencegah injury dari 1 (berat) berbahaya dari lingkungan terjadinya cedera
bangunan dan atau 2. Mampu menggunakan fasilitas lingkungan yang bersih 3. Meminimalisir
perlengkapan; mode kesehatan yang ada dari 1 dan nyaman terjadinya cedera
perpindahan; terganggu)
Manusia atau 3. Mampu mengenali perubahan Manajemen Kejang 2680 1. Meminimalisisr rasa
penyedia pelayanan) status kesehatan dari 1 (sangat 1. Longgarkan pakaian tidak nyaman pada
mikroorganisme) hidup untuk mencegah injury 4. Monitor arah kepala dan dekubitus
a. Psikolgik kejang
(orientasi afektif)
b. Mal nutrisi
c. Bentuk darah
abnormal, contoh
leukositosis/leuko
penia
d. Perubahan faktor
pembekuan,
e. Trombositopeni
f. Sickle cell
g. Thalassemia,
26
h. Penurunan Hb,
i. Imun-autoimum
tidak berfungsi.
j. Biokimia, fungsi
regulasi (contoh :
tidak
berfungsinya
sensoris)
k. Disfugsi
gabungan
l. Disfungsi efektor
m. Hipoksia jaringan
n. Perkembangan
usia (fisiologik,
psikososial)
5. Fisik (contoh :
kerusakan
27
kulit/tidak utuh,
berhubungan dengan
mobilitas)
Gangguan fungsi kurang pengetahuan dapat teratasi 1. Kaji tingkat pengetahuan 1. Mengetahui
sumber pengetahuan, 1. Faktor resiko dari 1 (tidak ada penyakit dan bagaimana kebenaran informasi
banyak)
28
4. Tanda dan gejala komplikasi yang mungkin ada, sesuai yang timbul dari
direkomendasikan tepat.
5. Memberikan
informasi kepada
keluarga apabila
segera dilakukan
penanganan.
6. Sebagai upaya
mendidik keluarga
dalam penanganan
7. Memberikan
informasi kepada
setiap tindakan
perawatan.
30
BAB IV
ANALISA KASUS
I. IDENTITAS DATA
Dx : Demam Kejang
Minggu, tanggal 28 Nov 2022 Pukul 21:33 Pasien datang ke IGD RS MX diantar oleh
keluarga dengan keluhan : Ibu pasien mengatakan pasien panas tinggi sudah 1 hari SMRS,
dirumah sudah diberi parasetamol sirup, panas turun namun setelah 3 jam panas naik lagi, mual
ada, muntah 2x, badan terasa lemas, pasien rewel, sering menangis dan gelisah. Pukul 21:40
Pasien mengalami kejang di IGD lama ± 2 menit, pasien diberikan obat stesolid 10 mg supp,
(Riwayat Kehamilan dan Kelahiran dilakukan hanya pada anak-anak dengan kasus kebutuhan
A. Prenatal : Rutin kontrol ke dokter kandungan, USG tiap trimester, selama hamil pernah
V. RIWAYAT SOSIAL
B. Hubungan dengan anggota keluarga : Hubungan dengan anggota keluarga yang lain cukupbaik
A. Makan
2. Pola makan / jam makan : Makan pagi, makan siang dan makan sore
B. Tidur
C. Personal hygiene
1. Mandi : 2 x Sehari
D. Eliminasi
C. Status nutrisi : Pasien kurang nafsu makan, makan pagi 3 suap, makan siang ½ porsi tidak
D. Status cairan : Infus Kaen 1 B 1700 ml/24 jam. Setiap kali sehabis makan pasien minum air
putih 100 ml
- Starxon 1 x 700 mg iv
E. Aktivitas : Mobilitas pergerakan aktif ditempat tidur, ADL dibantu secara menyeluruh
34
F. Tindakan keperawatan
Hb: 13,2 Ht:36 Eritrosit: 4,8 Leukosit: 15,9 Neutrofil: 7,3 Limfosit: 2,8 Trombosit: 312
Thorax Foto: Tidak tampak kelainan dikedua lapang paru dan jantung
H. Data tambahan : Ibu mengatakan sebelumnya anak pernah kejang saat demam di usia 1 tahun.
Kejang 2x dalam 3 hari. Ibu mengatakan, dulu saat kecil ayahnya juga pernah kejang saat
demam
C. Lingkar kepala : 50 cm
I. Dada : Simetris
N. Genitelia : Bersih
O. Ekstremitas : Kedua ekstremitas tangan dan kaki dapat digerakan tanpa ada
kelainan
lingkungan rumah
36
B. Motorik halus : Pasien mampu menggerakan bola mata, menggerakan tangan secara
X. DAMPAK HOSPITALISASI
Pasien tampak sedih dan menangis ketika akan ditinggal pulang oleh ayahnya
Pasien masuk RS MX melalui IGD pada tanggal 28 Nov 2022 Pukul 21:33 Pasien datang
ke IGD RS MX diantar oleh keluarga dengan keluhan : Ibu pasien mengatakan pasien panas
tinggi sudah 1 hari SMRS, dirumah sudah diberi parasetamol sirup panas turun namun setelah 3
jam panas naik lagi, mual ada, muntah 2x, badan terasa lemas, pasien rewel, sering menangis
dan gelisah. Pukul 21:40 Pasien mengalami kejang diIGD lama ± 2 menit, pasien diberikan obat
Pasien dilakukan pengkajian dan observasi TTV, HR: 185 x/mnt, S: 40,1 C, RR:42x/mnt,
SPO2: 98 %. Pasien diberi oksigen secara binasal 3 lpm, dilakukan pemasangan infus dan
pengambilan darah, infus diberikan cairan KAEN 1B 500 ml + kcl 25 meq/8 jam, dilakukan
pengambilan sample darah dan PCR swab untuk rawat inap Kemudian pasien dilakukan thorax
foto. PCR swab hasil negatif. Pasien dirawat di ruang perawatan anak kamar 7109.Selama
- Starxon 1 x 700 mg IV
DATA FOKUS
anaknyalemas Pernafasan=42x/i
NS1: Nonreaktif
BB=14kg
Mata cekung
Susah tidur
39
Analisa Data
tubuh,peningkatan
Ibu Pasien mengatakan
metabolisme
demam tinggi sudah 1
basa,dan
hari ini pada anaknya
peningkatan
Ibu Pasien mengatakan
kebutuhan oksigen
badannya anaknya lemas
Suhu=40.1
SPO2=98%
Peningkatan
Ro thorax dan PCR
timbunan asam
swab=negative
laktat
Stesolid 10mg supp
BB=14kg Gangguan
pemenuhan nutrisi
1.Hipertermi
4.anxiety
5.
41
dst
Diagnosa Keperwatan Tujuan
No Nic Noc
DS dan DO Kriteria Hasil
42
diberikan obat
Terpasang ivfd
43
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
pada anak dibawah umur 5 tahun. Perlu diwaspadai karena kejang yang lama (leb
enjadi epilepsi, kelumpuhan bahkan retardasi mental. Demam, umur, genetik, riw
Klasifikasi kejang demam ada dua, yaitu kejang demam sederhana yang b
erlangsung secara singkat kurang dari 15 menit dan tidak berulang dalam waktu
g lebih dari 15 menit dan dapat berulang lebih dari 1 kali dalam 24 jam. Kejang d
emam adalah respon otak imatur terhadap peningkatan suhu yang cepat yang me
aps eksitatorik. Tanda gejala yang mungkin muncul seperti peningkatan suhu tub
n medis berupa mencari dan mengobati demam terlebih dahulu dan memberikan
B. Saran
Anak yang mengalami kejang demam perlu mendapat perhatian lebih dan pe
natalaksanaan yang tepat. Oleh sebab itu, peran orang tua sangat penting dalam
mengetahui kondisi anak, apakah memiliki tanda gejala, faktor risiko, dan kemun
gkinan kekambuhan. Mematuhi peraturan penggunaan obat dari dokter dan jadw
DAFTAR PUSTAKA
45
Andretty Rezy P. 2015. Hubungan Riwatar Kejang Demam Dengan Angka Kejadian
Medika
Fida & Maya. 2012. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak. Yogyakarta: D-Medika .
Jones, T., & Jacobsen, S. T. 2007. Childhood Febrile Seizures: Overview and
http://journals.tums.ac.ir
Munir Badrul. 2015, Neurologi Dasar. Cetakan pertama, Universitas Brawijaya Malang,
Riandita, A. 2012. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Deman Dengan