Disusun oleh :
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
laporan pendidikan kesehatan tentang “Kejang Demam”. Kami berterima kasih
kepada ibu Ns. Mona Megasari, M.Kep selaku pembimbing akademik dan ibu Efi
Afrianti, S.Kep.,Ners selaku Ka Ruangan Anak.
Kami sangat berharap laporan ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan. Kami juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam laporan ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan
laporan yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga laporan sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi
kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf
apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon
kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
BAB IV PENUTUP
A. Simpulan......................................................................................... 13
B. Saran .............................................................................................. 13
A. Latar belakang
Kejang Demam adalah kejang pada anak sekitar usia 6 bulan sampai
6 tahun yang terjadi saat demam yang tidak terkait dengan kelainan
gastroenteritis (38,1%), infeksi saluran nafas atas (20%), dan infeksi saluran
kencing (16,2%) (Aliabad, et al., 2013). Sementara menurut Chung & Wong
dan Eropa terjadi pada 2-5% anak dan biasanya pada anak yang berumur
antara 3 bulan dan 5 tahun, dengan puncak kejadian pada 18 bulan. Di Asia
angka insidensi kejang demam lebih tinggi yakni 8,3% di Jepang (Tsuboi,
1984), 5-10% di India (Pal, 1999), dan 14% di Guam (Stanhope, 1972).
dari 302 anak yang menderita kejang demam didapatkan 221 kasus (73.2%)
Selain itu, dari penelitian lain di Iran juga didapatkan rasio laki-laki dan
Rasio jenis kelamin yang tidak jauh berbeda didapatkan pula pada penelitian
di Indonesia yang dilakukan oleh Lumbantobing pada tahun 1975 yaitu
demam. Insiden kejang demam pada orang tua penderita kejang demam
berkisar antara 8-22% dan pada saudara kandung antara 9-17% (Fishman,
2006).
paling sering dijumpai pada bayi dan anak (Lumbantobing, 2007). Ketika
adapula yang mengira anak mereka akan mati, padahal sebagaian besar
dari kejang demam bersifat jinak, jarang menimbulkan kerusakan otak, dan
kematian akibat kejang demam tidak pernah dilaporkan (Jones & Jacobsen,
ibu (39%) mengira anaknya akan meninggal karena kejang demam. Hal
yang menjadi perhatian ibu pada saat anak kejang demam pertama adalah
dengan pengobatan yang tidak efektif dapat terjadi dampak sebagai berikut:
(1) Penurunan IQ anak, namun dalam pelitian Nelson, et al. (1978) dan
memiliki riwayat epilepsi dalam keluarga, dan durasi demam yang singkat
kejang demam. Adanya riwayat kejang demam dalam keluarga, usia kurang
dari 18 bulan, suhu tubuh kurang dari 400 C saat kejang pertama, kejang
kurang dari 1 jam setelah onset demam dapat meningkatkan risiko kejang
demam berulang (Seinfeld & Pellock, 2013). (4) Kematian. Anak yang
A. Pengertian
Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada saat bayi atau anak
mengalami demam tanpa infeksi sistem saraf pusat, tidak ada nilai ambang
gerakan lengan dan kaki atau justru disertai dengan kekakuan tubuhnya
suhu tubuh yang tinggi. Kejang demam dapat merupakan tanda pertama
kejang, namun kejang yang disebabkan oleh demam atau kejang demam
1. Faktor keturunan
2. Batuk pilek
3. Radang tenggorokan
4. Infeksi telinga
6. Trauma kepala
7. Infeksi atau radang otak
8. Tumor otak
9. Perdarahan otak
1. Obat – obatan
2. Ketidakseimbangan kimiawi
3. Demam
4. Patologis otak
5. Eklampsia
6. Idiopatik
beberapa saat
3. Tubuh termasuk tangan dan kaki jadi kaku, kepala terkulai kebelakang,
4. Warna kulit berubah pucat, bahkan dapat membiru, dan bola mata naik
ke atas
Jika kejang kurang dari 15 menit (<15 menit) bersifat umum (kejang
Jika kejang berlangsung lebih dari >15 menit, atau fokal & multipel (> 2 x
panas tinggi
menunjukkan kelainan
2. Bila satu atau lebih kriteria tersebut tidak terpenuhi atau timbulnya kejang
pada suhu yang lebih rendah, maka digolongkan dalam epilepsi yang
dicetuskan demam.
dengan leluasa
rumah sakit
i. Setelah kejang demam berakhir, perlu konsultasi ke dokter untuk
mencari pemicu demam dan kejang serta mendapat saran dan obat
b. Letakkan handuk kecil yang sudah basah dan dingin terutama pada
daerah kepala, leher, dada, kedua ketiak dan lipat paha kanan dan
kiri
A. ANALISA SITUASI
B. TUJUAN
pada anak.
C. MATERI
Keluarga pasien
E. METODE
1. Ceramah
2. Tanya jawab
F. MEDIA PENYULUHAN
1. Leaflet
2. Poster
3. X Benner
G. KEGIATAN PENYULUHAN
a. Evaluasi hasil
I. REFERENSI
Eveline & Djamaludin, N. (2010). Panduan Pintar Merawat Bayi & Balita.
Jakarta: Wahyu Media
Putri, Triloka & Baidul Hasniah. (2009). Menjadi Dokter Pribadi Bagi Anak
Kita. Jogjakarta: Katahati
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
berlebihan akibat kenaikan suhu dimana suhu rectal diatas 38°C sehingga
tahun.
B. Saran
Eveline & Djamaludin, N. (2010). Panduan Pintar Merawat Bayi & Balita.
Jakarta: Wahyu Media
Putri, Triloka & Baidul Hasniah. (2009). Menjadi Dokter Pribadi Bagi Anak
Kita. Jogjakarta: Katahati