KEJANG DEMAM
Disusun untuk Memenuhi Tugas Clerkship Kepaniteraan Klinik Madya
Disusun Oleh :
Syukron Fadillah, S.Ked
Fatimah, S.Ked
Arief Rochul Syuhada, S.Ked
Faradila Alatas, S.Ked
Arinta Maipa Diapati, S.Ked
Pembimbing
dr. Yuni Hustiyah, Sp.A
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah,
serta inayah-Nya kepada penyusun sehingga referat tentang “Kejang Demam” ini
dapat diselesaikan sesuai dengan rencana yang diharapkan. Tujuan penyusunan
referat ini guna memenuhi tugas Clerkship Kepaniteraan Klinik Madya serta
melatih dalam menangani kasus kedokteran.
Penyusun menyadari bahwa referat ini masih banyak kekurangan. Untuk itu,
saran dan kritik dari para pembaca sangat diharapkan demi perbaikan referat ini.
Atas saran dan kritik dokter pembimbing dan pembaca, penyusun ucapkan terima
kasih.
Semoga referat ini bermanfaat bagi penyusun, pembaca serta rekan-rekan
lain yang membutuhkan demi kemajuan ilmu pengetahuan khususnya di bidang
kedokteran.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG.............................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH.........................................................................2
1.3 TUJUAN PENULISAN...........................................................................2
1.4 MANFAAT PENULISAN.......................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI.................................................................................................4
2.2 EPIDEMIOLOGI.....................................................................................4
2.3 ETIOLOGI...............................................................................................5
2.4 PATOFISIOLOGI....................................................................................5
2.5 MANIFESTAS KLINIS..........................................................................8
2.6 PENEGAKAN DIAGNOSA...................................................................9
2.7 DIAGNOSA BANDING.......................................................................10
2.8 PENATALAKSANAAN.................................................................…. 11
2.9 PROGNOSIS.........................................................................................15
BAB III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN......................................................................................17
3.2 SARAN..................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................18
iii
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 1 ALGORITMA TATA LAKSANA KEJANG.................................12
iv
DAFTAR TABEL
TABEL 1 DIAGNOSA BANDING KEJANG DEMAM.....................................11
v
i
BAB I
PENDAHULUAN
terjadi pada 2 - 5% anak. Dalam 25 tahun terakhir ini diketahui bahwa kejang
dengan adanya kerusakan otak dan hanya sebagian kecil saja yang akan
Prognosis, 1993) adalah kejang yang disebabkan kenaikan suhu tubuh lebih dari
38,4oC tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat atau gangguan elektrolit akut
pada anak berusia di atas 1 bulan tanpa riwayat kejang tanpa demam sebelumnya.1
merupakan kejang demam sederhana, sedangkan 20% kasus adalah kejang demam
waktu 24 jam. Kejang pertama terbanyak di antara umur 17-23 bulan. Anak laki-
laki lebih sering mengalami kejang demam. Bila kejang demam sederhana yang
pertama terjadi pada umur kurang dari 12 bulan, maka risiko kejang demam ke
dua 50 %, dan bila kejang demam sederhana pertama terjadi setelah umur 12
bulan, risiko kejang demam ke dua turun menjadi 30%. Setelah kejang demam
pertama, 2–4% anak akan berkembang menjadi epilepsi dan ini 4 kali risikonya
fokal, berlangsung lama (>10 - 15 menit), atau multiple (> 1 kali serangan selama
1
24 jam demam). Sebaliknya, kejang demam sederhana adalah kejang yang
berlangsung satu kali, singkat, dan bersifat umum. Anak dapat saja normal atau
tahun, dan tersering pada usia 18 bulan. Bila kejang demam berlangsung terus
sampai usia di atas 6 tahun atau pernah mengalami kejang tanpa demam baik
2
1.4 MANFAAT
Penulisan referat ini diharapkan meningkatkan keilmuan sebagai
dokter dalam mengetahui dan memahami tentang Kejang Demam,
sehingga apabila menemui kasus tersebut mampu mendiagnosis dengan
baik.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu rektal di atas 38oC) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.
Biasanya terjadi pada anak umur 6 bulan – 5 tahun. Anak yang pernah mengalami
kejang tanpa demam, kemudian kejang demam kembali tidak termasuk dalam
kejang demam. Bila anak berumur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun
2.2. Epidemiologi
Kejang demam terjadi pada 2% - 4% dari populasi anak 6 bulan - 5 tahun.
berulang dalam waktu 24 jam. Kejang pertama terbanyak di antara umur 17-23
bulan, maka risiko kejang demam ke dua 50%, dan bila kejang demam sederhana
pertama terjadi setelah umur 12 bulan, risiko kejang demam ke dua turun menjadi
4
2.3. Etiologi
Penyebab kejang demam hingga kini belum diketahui dengan pasti,
demam sering disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas, otitis media,
pneumonia, gastroenteritis dan infeksi saluran kemih. Kejang tidak selalu timbul
pada suhu tubuh yang tinggi. Kadang-kadang demam yang tidak begitu tinggi
dapat menyebabkan kejang. Pada anak dengan ambang kejang yang rendah,
serangan kejang telah terjadi pada suhu 38°C bahkan kurang, sedangkan pada
anak dengan ambang kejang tinggi, serangan kejang baru terjadi pada suhu 40°C
bahkan lebih.3
2.4. Patofisiologi
Kejang merupakan manifestasi klinik akibat terjadinya pelepasan listrik
yang berlebihan di sel neuron otak karena gangguan fungsi pada neuron tersebut
Sel saraf seperti juga sel hidup lainya mempunyai potensial membran.
Potensial membran yaitu selisih potensial antara intrasel dan ekstrasel. Potensial
potensial membran berkisar antara 30-100 mV, selisih potensial membran ini akan
tetap sama selama sel tidak mendapatkan rangsangan. Potensial membran ini
terjadi akibat perbedaan letak dan jumlah ion-ion terutama ion Na, K dan Ca. bila
Na akan lebih banyak masuk ke dalam sel. Selama serangan ini lemah, perubahan
potensial membran masih dapat dikompensasi oleh transport aktif ion Na dan ion
5
K, sehingga selisih potensial kembali ke keadaan istirahat. Perubahan potensial
yang demikian sifatnya tidak menjalar, yang disebut respon lokal. Bila rangsangan
cukup kuat perubahan potensial dapat mencapai ambang tetap (firing level), maka
sehingga timbul spike potensial atau potensial aksi. Potensial aksi ini akan
dihantarkan ke sel saraf berikutnya melalui sinap dengan perantara zat kimia yang
membran kembali ke keadaan istirahat, dengan cara Na akan kembali ke luar sel
dan K masuk ke dalama sel melalui mekanisme pompa Na-K yang membutuhkan
ATP dari sintesa glikosa dan oksigen. Mekanisme terjadinya kejang ada beberapa
teori:
hipomagnesemia.
kejang
keadaan demam terjadi peningkatan reaksi kimia tubuh. Dengan demikian reaksi-
reaksi oksidasi terjadi lebih cepat dan akibatnya oksigen akan lebih cepat habis,
6
terganggu, sehingga Na intrasel dan K ektrasel yang akan menyebabkan potensial
Pada saat kejang demam akan timbul kenaikan konsumsi energi di otak,
jantung, otot dan terjadi gangguan pusat pengatur suhu. Demam akan
Pada kejang yang lama akan terjadi perubahan sistemik berupa hipotensi arterial,
hiperpireksia sekunder akibat aktifitas motorik dan hiperglikemia. Semua hal ini
a. Demam dapat menurunkan nilai ambang kejang pada sel-sel yang belum
matang/imatur
meninggalkan gejala sisa. Pada kejang demam yang lama (lebih dari 15 menit)
kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet), asidosis laktat
7
atas menyebabkan gangguan peredaran darah di otak, sehingga terjadi hipoksemia
2.5. Manifestasi
Terjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan
dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat yang disebabkan oleh infeksi
di luar susunan saraf pusat, otitis media akut, bronkitis, furunkulosis, dan lain
tonik, klonik, fokal atau akinetik. Umumnya kejang berhenti sendiri. Namun, anak
akan terbangun dan sadar kembali setelah beberapa detik atau menit tanpa adanya
Gejala yang timbul saat anak mengalami kejang demam antara lain: anak
mengalami demam (terutama demam tinggi atau kenaikan suhu tubuh yang terjadi
secara tiba-tiba), kejang tonik-klonik atau grand mal, pingsan yang berlangsung
selama 30 detik-5 menit (hampir selalu terjadi pada anak-anak yang mengalami
kejang demam). Kejang dapat dimulai dengan kontraksi yang tiba-tiba pada otot
kedua sisi tubuh anak. Kontraksi pada umumnya terjadi pada otot wajah, badan,
tangan, dan kaki. Anak dapat menangis atau merintih akibat kekuatan kontraksi
otot. Anak dapat pula terjatuh apabila dalam keadaan berdiri. 2,4
berlangsung selama 10-20 detik), gerakan klonik (kontraksi dan relaksasi otot
yang kuat dan berirama, biasanya berlangsung selama 1-2 menit), lidah atau pipi
tergigit, gigi atau rahang terkatup rapat, inkontinensia (mengeluarkan air kemih
atau tinja diluar kesadaran), gangguan pernapasam, apneu (henti napas), dan kulit
8
kebiruan (sianosis). Saat kejang, anak akan mengalami berbagai macam gejala
seperti:
3. Sulit bernapas
6. Mata berputar-putar, melirik ke atas sehingga hanya bagian sklera mata yang
terlihat.
Anamnesis5
a. Adanya kejang, sifat kejang, bentuk kejang, kesadaran selama dan setelah
dan lain-lain).
9
h. Singkirkan penyebab kejang lainnya.
c. Pada kepala apakah terdapat fraktur, depresi atau molase kepala berlebihan
demam
a. Tingkat kesadaran
kejang, harus dipikirkan apakah penyebab kejang berada di dalam atau di luar
meningitis, ensefalitis, abses otak, dan lain-lain. Oleh sebab itu, perlu diwaspadai
dan anak yang masih muda. Pada kelompok ini gejala meningitis sering tidak khas
dan gangguan neurologis kurang nyata. Oleh karena itu, agar tidak terjadi
10
yang umumnya diambil melalui pungsi lumbal. Baru setelah itu dipikirkan apakah
kejang demam ini tergolong dalam kejang demam kompleks atau epilepsi yang
Demam Ensefalitis
2 Kelainan otak - + +
3 Kejang berulang + + +
4 Penurunan + - +
kesadaran
2.8. Tatalaksana
Biasanya kejang demam berlangsung singkat dan pada waktu pasien
datang kejang sudah berhenti. Apabila datang dalam keadaan kejang, obat yang
paling cepat untuk menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan secara
maksimal 20 mg.8
Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orang tua atau di rumah adalah
diazepam rektal (level II-2, level II-3, rekomendasi B). Dosis diazepam rektal
adalah 0,5 - 0,75 mg/kg atau diazepam rektal 5 mg untuk anak dengan berat badan
kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk berat badan lebih dari 10 kg. Atau diazepam
rektal dengan dosis 5 mg untuk anak dibawah usia 3 tahun atau dosis 7,5 mg
11
untuk anak di atas usia 3 tahun. Kejang yang belum berhenti dengan diazepam
rektal dapat diulang lagi dengan cara dan dosis yang sama dengan interval waktu
5 menit. Bila 2 kali dengan diazepam rektal masih kejang, dianjurkan ke rumah
sakit. dan disini dapat diberikan diazepam intravena dengan dosis 0,3 - 0,5 mg/kg.
8
mg/kg/hari, yaitu 12 jam setelah dosis awal. Bila dengan fenitoin kejang belum
berhenti maka pasien harus dirawat di ruang rawat intensif. Bila kejang telah
berhenti, pemberian obat selanjutnya tergantung dari jenis kejang demam dan
faktor risikonya, apakah kejang demam sederhana atau kompleks. Tata laksana
pada anak dengan kejang dapat dilihat pada algoritma tata laksana kejang berikut
ini:
12
Gambar 1 Algoritma Tata Laksana Kejang
Antipiretik
mg/kg/kali diberikan 4 kali sehari dan tidak lebih dari 5 kali. Dosis ibuprofen 5-
13
terutama pada anak kurang dari 18 bulan, meskipun jarang. Antipiretik pilihan
Antikonvulsan
Pemakaian diazepam oral dosis 0,3 mg/kg setiap 8 jam pada saat demam
menurunkan risiko berulangnya kejang (1/3 - 2/3 kasus), begitu pula dengan
diazepam rektal dosis 0,5 mg/kg setiap 8 jam pada suhu > 38,5 0C (level I,
rekomendasi E). Dosis tersebut cukup tinggi dan menyebabkan ataksia, iritabel
dan fenitoin pada saat demam tidak berguna untuk mencegah kejang demam.
hidrosefalus.
3. Kejang fokal
Penjelasan:
14
Sebagian besar peneliti setuju bahwa kejang demam > 15 menit
Pemberian obat fenobarbital atau asam valproat setiap hari efektif dalam
pengetahuan bahwa kejang demam benign dan efek samping penggunaan obat
terhadap kognitif dan perilaku, profilaksis terus menerus diberikan dalam jangka
pendek, dan pada kasus yang sangat selektif (rekomendasi D). Pemakaian
belajar (40 - 50 %). Obat pilihan saat ini adalah asam valproat meskipun dapat
dosis.
2.9. Prognosis
Kecacatan atau Kelainan Neurologis
kelainan neurologis pada sebagian kecil kasus, dan kelainan ini biasanya terjadi
pada kasus dengan kejang lama atau kejang berulang baik umum atau fokal.1,9
15
Kejang Demam Berulang
Kejang demam akan berulang kembali pada sebagian kasus. Faktor risiko
Bila seluruh faktor di atas ada, kemungkinan berulangnya kejang demam adalah
pertama.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
(suhu rektal di atas 38 oC) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Kejang
demam terjadi pada anak berumur 3 bulan – 5 tahun ada juga yang mengatakan usia 6
bulan-5 tahun.
Kejang demam yang berlangsung singkat, kurang dari 15 menit, dan umumnya
akan berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum tonik dan atau klonik, tanpa gerakan
fokal. Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam. Kejang demam sederhana merupakan
penanganan yang tepat untuk menghindari prognosa buruk dari kejang demam.
Penanganan kasus kejang demam berupa pemberian obat anti kejang, dan
menurunkan demam serta memberi edukasi kepada keluarga agar tidak terjadi
demam berulang.
3.2 Saran
1. Dibutuhkan penanganan yang tepat untuk kasus kejang demam
17
DAFTAR PUSTAKA
2. Haslam Robert H.A. 2000. Sistem Saraf, Dalam Ilmu Kesehatan Anak Nelson,
137.
Kejang Demam, Unit Kerja Koordinasi Neurologi. Jakarta: Ikatan Dokter Anak
Indonesia.
18
19